SYARI’AH ISLAM
Disusun oleh :
Kelompok 3
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini
adalah “Syari’ah Islam“.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen pengampu mata kuliah Agama Islam abi H. Agus Mukhandar, M.Pd.I yang telah
memberikan tugas kepada kami. Kami juga ingin berterima kasih kepada semua pihak yang
turut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna untuk
kami dan untuk semua para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
PENDAHULUAN
Kehidupan manusia di dunia adalah karunia dan anugerah dari Allah SWT. Dengan
segala rahmat-Nya manusia mampu merasakan segala kenikmatan di dunia. Namun
terkadang manusia sering lupa dengan sang pencipta yaitu Allah SWT yang telah
memberikan kenikmatan di dunia ini. Oleh karena itu, manusia harus mendapatkan suatu
bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai dengan bimbingan Allah
SWT. Hidup yang dibimbing dengan syariah akan melahirkan kesadaran untuk berprilaku
yang sesuai dengan tuntunan dan tuntutan Allah dan Rasulnya.
Sumber syari’ah adalah Al-Quran dan As-Sunnah. Syari’ah Islam selalu mengajarkan
kemuliaan kepada seluruh umatnya. Syari’ah Islam mengatur tata kehidupan manusia
seutuhnya dan masyarakat seluruhnya yang bertujuan mewujudkan kemaslahatan hidup,
kehidupan dan penghidupan untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin dunia dan akhirat.
Ketentuan syari’ah berlaku dalam segala aspek kehidupan manusia, dimulai dari urusan
manusia paling besar, yaitu urusan akidah (ideologi) yang menjadi harga diri dan standar
hidup, hingga urusan paling kecil.
1.2. Tujuan
Ruang lingkup syari’ah yang sesungguhnya ialah mencakup keseluruhan ajaran Islam,
baik yang berkaitan dengan akidah, ibadah, akhlak dengan tata aturan ilahi yang mengatur
hubungan ritual langsung antara hamba dengan Tuhannya yang tata caranya telah ditentukan
secara terperinci dalam Al-Quran dan Sunnah Rasul seperti thaharah, shalat, zakat, shaum
dan haji. Termasuk diantaranya adalah muamalah yang mengatur tentang peraturan atau
system kehidupan manusia.
BAB II
LANDASAN TEORI
Syari’ah secara istilah dapat diartikan sebagai suatu system atau aturan yang
mengatur hubungan antara manusia dengan Allah, atau hubungan manusia dengan manusia.
Sedangkan dalam KBBI, kata syariat berarti hukum agama yang menetapkan peraturan hidup
manusia, hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dan alam sekitar
berdasarkan Al-Qur’an dan hadits. Kata syariat berasal dari kata syar’a al-syai’u yang berarti
menerangkan atau menjelaskan sesuatu. Imam Abu Muhammad Ali bin Hazm dalam kitab
Al-Hikam fi Ushulil Ahkam membeberkan perbedaan definisi syariah berdasarkan
klasifikasi tadi. Menurutnya, syari’ah adalah jika terdapat teks yang tidak multitafsir dari Al -
Quran, hadis, taqrir Nabi Muhammad SAW, serta para sahabat, tabiin, tabi’ tabiin, atau pun
konsesus ulama. Artinya, syariah dapat bersumber dari hal-hal tersebut yang dapat
diaplikasikan secara langsung. Semisal perintah shalat atau hal-hal yang menyangkut akidah,
muamalah, ibadah, dan akhlak.
Syariat Islam yang diberlakukan oleh Allah kepada manusia, memiliki beberapa
tujuan utama guna menjaga dan menarik kemaslahatan serta menolak dan mengantisipasi
timbulnya berbagai kerusakan pada lima hal pokok yang menjadi sendi-sendi kehidupan
seorang Muslim atau Muslimah yaitu:
Kedudukan jiwa dalam agama mendapat perhatian yang sangat besar dan vital untuk
dijaga dan dipelihara kelangsungannya serta mencegah segala hal yang dapat mengancam
atau menghilangkan jiwa/nyawa seseorang. Bahkan untuk kepentingan ini, syariat
membolehkan hal-hal yang sebelumnya dilarang pada saat seseorang mengalami kondisi
darurat; seperti orang yang tersesat di hutan dan menderita kelaparan yang parah, namun ia
tidak menjumpai makanan apapun selain bangkai. Maka dibolehkan baginya memakan
daging bangkai tersebut sekedar menjaga nyawanya agar tidak melayang, sehingga tidak
boleh berlebih-lebihan hingga kenyang. Begitu juga saat seseorang merasakan sangat haus
yang mencekik kerongkongannya, tapi tidak didapati minuman apapun selain khamr
(minuman keras). Sementara jika khamar itu tidak segera diminum, berakibat nyawanya akan
hilang. Maka diperbolehkan baginya minum khamar itu sekedar menghilangkan dahaganya.
Jadi walaupun kondisi darurat itu dapat memperbolehkan sesuatu yang semula diharamkan,
namun dalam penerapannya tidak boleh berlebihan alias sekedar mengisi perut yang sangat
kelaparan atau membasahi kerongkongan yang sangat kehausan. Sebagaimana dijelaskan
dalam kaidah-kaidah fiqhiyyah berikut:
Akal adalah nikmat terbesar setelah nikmat kehidupan (nyawa). Dengan akal
seseorang dapat memisahkan antara yang haq dan bathil, dapat memilah dan memilih mana
yang baik (maslahat) dan bermanfaat serta mana yang merusak (mafsadat) dan merugikan
(madharat). Dengan akal, manusia bisa terbang melebihi kecepatan burung dengan
diciptakannya pesawat terbang, mengalahkan singa, beruang, buaya, hiu, paus dan lain
sebagainya yang kekuatannya dan ukuran tubuhnya jauh lebih besar dari pada manusia.
Bahkan luar angkasa pun bisa ditembus dan perut bumi bisa dieksploitasi kandungannya
untuk kepentingan manusia secara luas. Akal ini pula yang dapat mengantarkan manusia
menemukan kebenaran, serta menjemput hidayah.
Agama sebagai penuntun hidup manusia agar teratur, tertib, seimbang lahir dan batin,
serta mengarahkan manusia agar hidup bahagia, selamat dan mulia dunia dan akhiratnya.
Karena itulah Syari’ah menetapkan berbagai tuntunan untuk menjaga, merawat dan
mempertahankan eksistensi agama, seperti menegakkan sholat lima waktu sebagai tiangnya
agama, berjihad melawan penjajah yang dapat membahayakan kelangsungan agama,
menyebarkan dakwah Islam baik dengan lisan (dakwah bil lisan), tulisan (dakwah bil
kitabah), maupun aksi-aksi sosial (dakwah bil hal).
Selain itu juga syari’ah melarang berbuat syirik (musyrik), kufur (kafir), nifaq
(munafiq), keluar dari Islam (murtad), kawin dengan non Muslim, di mana semua itu dapat
menggerogoti bahkan bisa meruntuhkan ketahanan agama seorang Muslim/ah. Juga tidak
boleh menghina Tuhan dan agama lain, karena sama saja dengan menghina Tuhan dan agama
Islam itu sendiri.
Keturunan ibarat separuh jiwa keberlangsungan hidup manusia yang diberi anugerah
berupa naluri seksual. Dengan berketurunan, manusia akan dapat melanjutkan tugas
kekhalifahannya untuk memakmurkan bumi dengan berbagai hal yang bermanfaat bagi
sesama sesuai dengan tuntunan ilahiyah. Maka menjaga keturunan menjadi perhatian penting
dalam Syari’ah Islam agar tercipta harmonisasi kehidupan sosial mulai dari lingkungan
rumah tangga, komunitas masyarakat hingga tatanan bangsa yang mendukung ketahanan
sebuah negara.
5. Menjaga Harta (Hifzhul Maal)
Sumber hukum Islam merupakan suatu rujukan, landasan, atau dasar yang utama
dalam pengambilan hukum sehingga segala sesuatu haruslah bersumber kepadanya. Adapun
yang menjadi sumber hukum Islam ada 3 yaitu Al-Qur'an, Al-Hadis dan Ijtihad. Berikut
pembahasannya :
1. Al-Qur'an
a. Aqidah keimanan, adalah keyakinan yang tertancap terhadap hal-hal gaib yang
terangkum dalam rukun iman.
b. Syariah atau ibadah, adalah mengatur tentang cara beribadah yang berhubungan
langsung dengan al-khaliq maupun yang berhubungan dengan manusia.
c. Akhlak, adalah Al-Qur'an menuntun bagaimana kita berperilaku baik kepada Allah,
kepada manusia, dan kepada makhluk hidup Allah lainnya, hukum ini tercermin
dalam konsep peebuatan manusia seperti ucapan dan perbuatan manusia.
2. Hadis
Secara bahasa hadis adalah perkataan atau ucapan, menurut istilah hadis adalah segala
perkataan, perbuatan, dan ketetapan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW . Hadis terbagi
menjadi tiga bagian yaitu:
Hadis merupakan sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-Qur'an, artinya, jika
suatu hukum tidak di temukan dalam Al-Qur'an maka hukum yang bisa kita jadikan sandaran
adalah hadis. Fungsi hadis terhadap Al-Qur'an adalah sebagai berikut :
b. Hadis Masyhur adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua orang sahabat
c. Hadis Ahad adalah hadis yang hanya diriwayatkan oleh 1 atau 2 orang perawi.
Dilihat dari kualitasnya hadis sanad di bagi lagi menjadi 4 bagian yaitu :
1. Hadis Shahih, adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, kuat hafalannya,
sanadnya yang bersambung kepada Rasulullah, hadis ini dapat dijadikan sebagai
sumber hukum dalam Islam.
2. Hadis Hasan, hadis hasan adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil,
tetapi kurang hafalannya, hadis ini dapat dijadikan landasan sebagai hukum Islam.
3. Hadis Dhaif, yaitu hadis yang tidak memenuhi kualitas hadis shahih dan hadis hasan,
hadis ini tidak dapat dijadikan hukum Islam tetapi dapat dijadikan motivasi dalam
beribadah.
4. Hadis Maudu, yaitu hadits yang tidak bersumber dari Rasulullah SAW. Hadis ini
tertolak dan tidak dapat dijadikan landasan hukum Islam.
3. Ijtihad
Ijtihad adalah segenap tenaga dan pikiran secara sungguh-sungguh dalam menetapkan
suatu hukum, orang yang melakukan ijtihad dinamakan Mujtahid, syarat syarat berijtihad
adalah :
b. Memiliki pemahaman mendalam tentang bahasa Arab, ilmu tafsir, usul fiqh dan
tarikh (sejarah)
Ijtihad memiliki kedudukan sebagai sumber hukum Islam setelah Al-Qur'an dan
hadits, jika suatu hukum tidak ditemukan dalam Al-Qur'an dan hadits maka kita boleh
menjadi kan ijtihad sebagai hukum Islam, namun begitu hukum yang dihasilkan ijtihad ini
tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur'an maupun hadits.
BAB III
PEMBAHASAN
Menurut kelompok kami pengertian syari’ah bisa di artikan sebagai sistem atau
aturan yang mengatur hubungan manusia dengan Allah atau manusia dengan manusia.
Syari’ah bagi umat muslim sudah tidak asing lagi karna Allah sudah memberikan keberadaan
syari’ah untuk umat muslim di dalam Al-Quran. Dalam kehidupan kita, syari’ah sangat
berkaitan dengan ilmu fikih. Karna syari’ah juga merupakan landasan fikih, sedangkan fikih
itu metode ilmu yang menjelaskan syari’ah di dalam kenyataan. Dengan itu hukum syari’ah
dan ilmu fikih di Indonesia saling berkaitan.
Berdasarkan materi diatas di sub landasan teori dan dari beberapa sumber bacaan,
menurut kelompok kami syari’ah Islam sendiri memiliki beberapa tujuan, untuk menjaga dan
terciptanya kehidupan yang baik. Pada intinya prinsip syari’ah tersebut mengacu kepada
syari’ah Islam yang berpedoman utama kepada Al Quran dan Hadist Islam, sebagai agama
merupakan konsep yang mengatur kehidupan manusia secara komprehensif dan universal
baik dalam hubungan dengan Sang Pencipta (HabluminAllah) maupun dalam hubungan
sesame manusia (Hablumminanas). Berikut pembahasan dari lima hal yang menjadi sendi-
sendi kehidupan seorang muslim atau muslimah berdasarkan landasan teori diatas:
1. Menjaga jiwa (Hifzhun Nafsi)
Memelihara jiwa, Umat Islam berkewajiban untuk menjaga diri sendiri dan orang
lain. Sehingga tidak saling melukai atau melakukan pembunuhan antar sesama manusia.
Intinya, jiwa manusia harus selalu dihormati. Manusia diharapkan saling menyayangi dan
berbagi kasih sayang dalam bingkai ajaran agama Islam serta yang dicontohkan oleh Nabi
Muhammad SAW.
2. Menjaga akal (Hifzhul Aqli)
Memelihara akal, Umat Islam diharuskan menjaga akal yang sehat dalam kehidupan
sehari-hari. Sehingga umat Islam diwajibkan untuk mencari ilmu dan pengetahuan untuk
mendapatkan wawasan yang cukup sebagai bekal dalam mengarungi kehidupan dan terhindar
dari godaan dunia.
3. Menjaga agama (Hifzhud Diin)
Memelihara agama, Umat Islam berkewajiban menjaga agamanya dengan baik.
Esensinya yakni menjaga rukun Islam yang lima mulai dari syahadat, menjalankan shalat
lima waktu, membayar zakat, menjalankan ibadah puasa, dan melaksanakan ibadah haji bagi
yang mampu.
4. Menjaga keturunan (Hifzhun Nasli)
Menjaga keturunan, Umat Islam berkewajiban untuk menjaga keturunan yang jelas
nasabnya. Oleh karena itu Islam mengharamkan adanya praktek perzinahan.
5. Menjaga harta (Hifzhul Maal)
Menjaga harta, Umat Islam diharuskan untuk memelihara hartanya melalui kasab atau
usaha yang halal. Sehingga harta yang diperolehnya menjadi berkah dalam kehidupannya dan
mendapat ridho dari Allah SWT.
Menurut kelompok kami hukum Islam adalah landasan dalam pengambilan segala
hukum dalam Islam, sumber hukum Islam ada 3 yaitu Al-Qur’an, Hadits dan Ijtihad.
1. Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai petunjuk dan pedoman bagi manusia. Al-Qur’an merupakan sumber hukum yang
paling utama dalam Islam, sehingga segala sesuatu haruslah bersumber kepadanya. Hukum-
hukum di dalam Al-Qur’an diantaranya mengenai akidah, syari’ah, dan akhlak.
2. Hadits
Hadits merupakan perkataan atau sabda Rasulullah SAW melalui perkataan maupun
perbuatan, hadits merupakan sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-Qur’an, fungsi
hadits salah satunya adalah untuk memperjelas hukum-hukum Al-Qur’an yang masih bersifat
umum dan menetapkan hukum baru yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an. Hadits terdiri dari
3 bagiannya itu sanad (orang yang menyampaikan sabda dari Rasulullah), matan (sabda
rasulullah) dan rawi (periwayat hadits). Dilihat dari sanadnya hadits dibagi menjadi 4 yaitu
hadits shahih (dapat di jadikan sebagai sumber hukum Islam), hadits hasan (dapat dijadikan
sebagai sumber hukum Islam), hadits dhaif ( dapat dijadikan motivasi dalam beribadah),
hadits maudu / tertolak ( tidak dapat dijadikan sumber hukum Islam maupun landasan hukum
Islam).
3. Ijtihad
Ijtihad merupakan hasil pemikiran seseorang yang bersungguh-sungguh untuk
menetapkan suatu hukum dalam Islam, ijtihad merupakan sumber hukum Islam ketiga setelah
Al-Qur’an dan Hadits, kita boleh menjadikan ijtihad sebagai sumber hukum Islam jika suatu
hukum tidak ditemukan dalam Al-Qur’an dan hadits.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Simpulan
1. Syari’ah Islam merupakan peraturan atau hukum secara keseluruhan yang mengatur
tata hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan manusia,
hubungan manusia dengan alam (lingkungannya), mengatur dan menata kehidupan
manusia, mengarahkan kepada jalan kebenaran yang di ridhai oleh Allah SWT baik
yang diterapkan dalam Al-Quran maupun hadis.
2. Prinsip-prinsip Syari’ah Islamiyah meliputi menjaga jiwa (Hifzhun Nafsi), menjaga
akal ( Hifzhul Aqli), menjaga agama (Hifzhud Diin), menjaga keturunan (Hifzhun
Nasli), dan menjaga harta (Hifzhul Maal).
3. Sumber Hukum Islam ada 3 yaitu Al-Quran yang berisi aqidah keimanan, syari’ah,
dan akhlak, kemudian hadis yang terbagi menjadi tiga yaitu sanad, matan, dan rawi,
serta ijtihad.
4.2. Saran
Untuk kita semua bagi para pembaca tingkatkanlah taqwa kepada Allah SWT, taati
segala perintah-Nya dan jauhi segala larangan-Nya. Beribadahlah kepada Allah dan
janganlah menunda-nundanya serta niatkanlah beribadah hanya untuk mengharapkan ridho
Allah SWT. Jadikanlah Al-Quran dan hadis sebagai pedoman hidup kita dalam kehidupan
dunia ini, serta pelajarilah Al-Quran dan hadis beserta dengan maknanya agar hidup kita
tertata sesuai dengan syari’ah Islam. Dengan tujuan mengatur dan menata terciptanya
kemaslahatan, kebaikan hidup umat manusia baik di dunia maupun di akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.republica.co.id
https://jabar.nu.or.id/detail/prinsip-prinsip-dasar-syariat-islam
https://www.slideshare.net/4ndalusia/buku-materi-agama-islam-kelas-x-kurikulum-
2013
https://ponpes.alhasanah.sch.id/pengetahuan/mengenal-pengertian-syariat-islam/
https://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel/publikasi/artikel/al-quran-sebagai-sumber-
hukum-islam-oleh-drs-h-abdullah-berahim-m-hi-112
https://www.muisumut.com/blog/2020/04/16/syariah-fiqh-dan-hukum-islam-filsafat-
hukum-islam/