Spanyol merupakan salah satu negara bekas jajahan kekaisaran Romawi pada 218 SM – 400
Masehi dalam misi mereka untuk memperluas wilayah kekuasaan.
Dengan periode penjajahan selama itu, tentu saja banyak sekali hal yang “diromawikan” oleh mereka, seperti budaya dan bangunan. Contohnya adalah pemakaian nama-nama Romawi, penggantian hukum adat setempat dengan hukum Romawi, atau pembangunan Aqueduct (saluran air) romawi di kota Segovia, yang diestimasikan dibangun pada akhir abad ke 1 oleh kekaisaran Romawi. Pada tahun 1985, saluran air ini dijadikan sebagai salah satu warisan dunia oleh UNESCO. Pada sekitar 4 abad, setelah berakhirnya kekuasaan kekaisaran Romawi di Hispania, datanglah orang-orang Muslim pada abad ke 8 (sekitar tahun 711 Masehi) dengan tujuan ekspansi teritori kerajaan dan penyebaran agama Islam, disaat kepemimpinan Kekhalifahan Umayyah, dimana wilayah kekuasaannya membentang dari daerah Timur Tengah, bagian Utara benua Afrika, hingga semenanjung Iberia dengan total area 15 juta km² atau menguasai sekitar 30% populasi dunia pada saat itu. kekuasaan Muslim berlangsung sekitar 7 abad (711- 1492) jelas sekali memberi banyak pengaruh seperti yang diberikan dari kekaisaran Romawi sebelumnya. Seperti Mezquita-Catedral (masjid-katedral) di kota Córdoba, La Alhambra di kota Granada, dan Reales Alcázares di kota Sevilla. Semenjak itu dimulailah akulturasi budaya Islam di Spanyol, Tahun 1217 adalah awal mula perlawanan secara besar-besaran yang digagas Kerajaan Kristen Kastilia kepada Bani Umayyah. Perlawanan mereka dipermudah dengan pecahnya kerajaan Islam pada waktu itu. Pertempuran lebih dari 200 tahun melawan Andalusia membuat dua kerajaan paling berpengaruh Spanyol saat itu, Kerajaan Kastilia dan Kerajaan Aragón bersatu pada tahun 1469, ditandai dengan menikahnya Isabel I dari Kastilia dan Fernando II dari Aragón. Dan pada tahun 1492 berakhirlah kekuasaan kerajaan Islam Bani Umayyah di Spanyol. Spanyol mengalami transisi damai demokrasi setelah wafatnya Jenderal Franco pada tahun 1975. Dalam masa demokrasi, Spanyol mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi (Spanyol bergabung dengan EU tahun 1986) dan menjadi negara industri maju. Kerajaan Spanyol mengalami masa kejayaan sebagai imperium dunia dan menguasai hampir seluruh benua Amerika, Filipina serta Guam namun memasuki abad XVIII kejayaan Spanyol mulai menyurut. Dalam Perang Dunia I dan II Spanyol mengambil posisi netral, namun mengalami Perang Saudara pada tahun 1936-1939. Perang Saudara dimenangkan oleh kelompok Kanan yang didukung oleh militer dengan Jenderal Francisco Franco menjadi presiden (1939 – 1975). Masa unifikasi tersebut juga merupakan masa modernisasi negara Spanyol dari semua aspek kehidupan, sehingga pada abad ke 17 mereka menjadi negara super power dan menjadi salah satu kerajaan di dunia dengan wilayah kekuasaan terbesar ke-4 sepanjang masa dengan total area 19,4 juta km² atau sekitar 13% daratan Bumi. Spanyol merupakan salah satu negara Eropa yang pernah datang ke Indonesia untuk melakukan penjajahan, menguasai rempah-rempah, dan menduduki wilayah Nusantara. Ekspedisi yang dilakukan oleh kerajaan Spanyol ini didukung oleh pemerintahannya untuk menemukan sumber rempah-rempah baru. Magellan atau Magelhaens adalah seseorang yang telah cukup lama bekerja di pemerintahan Spanyol yang juga merupakan keturunan Portugis. Sama halnya seperti Columbus, Magelhaens juga memiliki ambisi untuk mencari daerah penghasil rempah-rempah yang baru. Pada 1521, Magelhaens melalui Samudra Pasifik dan sampai di sebuah pulau bernama Kepulauan Massava. Pulau ini pun kemudian berganti nama menjadi Filipina yang diambil dari nama Raja Spanyol pada waktu itu, Raja Philips III. Di daerah ini, Magelhaens juga membuat tugu peringatan sebagai tanda jika Filipina merupakan salah satu wilayah dari Spanyol. Selain itu, Magelhaens juga menyebarkan agama di setiap daerah yang dia singgahi. Namun ternyata, penyebaran agama ini menimbulkan berbagai perlawanan di sebagian wilayahnya. Salah satu perlawanan atas penyebaran agama tersebut dilakukan oleh orang- orang Mactan yang mengakibatkan tewasnya Magelhaens di Filipina. Akhirnya, orang-orang Spanyol yang tersisa pun harus meninggalkan Filipina untuk kembali berlayar ke daerah Selatan. Dengan dua kapal yang tersisa, yakni kapal Victoria dan kapal Trinidad, mereka berlabuh di Maluku setelah melewati Kalimantan Utara. Di Maluku ini, mereka akhirnya berhasil menemukan rempah-rempah. Setelah Magelhaens terbunuh saat di Filipina, ekspedisi mencari rempah-rempah pun dilanjutkan oleh Kapten Juan Sebastian del Cano atau lebih dikenal dengan Kapten del Cano. Perjalanan ini pun disebut sebagai ekspedisi Magelhaens del Cano, yang berasal dari dua nama orang yang berbeda. Del Cano melanjutkan perjalanan ke arah Selatan melewati Kalimantan Utara dan berujung menemukan wilayah Tidore, Maluku. Tujuan kedatangan dari Spanyol ini pun memiliki tujuannya tersendiri. Mereka berkeinginan untuk mewujudkan semangat mimpi 3G, yakni gold, glory, gospel. Saat sampai di Tidore, bangsa Spanyol diterima dengan baik oleh masyarakatnya. Selain disambut baik, mereka juga akhirnya bisa melakukan transaksi perdagangan dengan orang- orang Tidore. Namun ternyata, kedatangan bangsa Spanyol di Maluku ini menimbulkan pertentangan dan ancaman baru bagi Portugis. Pasalnya, Portugis menganggap Spanyol dapat melanggar hak monopoli yang dilakukan oleh Portugis di Maluku. Persaingan dagang untuk mendapatkan rempah-rempah antara Spanyol dan Portugis ini pun terus berlanjut. Mereka juga turut bersaing dengan memanfaatkan permusuhan yang terjadi pada kerajaan-kerajaan lokal, yakni Tidore dan Ternate. Alhasil, permusuhan antara kerajaan Ternate dan kerajaan Tidore pun semakin memanas karena ditunggangi oleh kepentingan Spanyol dan Portugis di dalamnya. Saat itu, bahkan Spanyol yang dibantu oleh Tidore sempat ikut berperang melawan Portugis yang turut dibantu oleh Ternate. Karena peperangan tersebut tak terelakkan, Portugis dan Ternate pun keluar sebagai pemenangnya. Namun, kekalahan perang tidak menjadi alasan Spanyol untuk menyerahkan Maluku begitu saja. Perselisihan antara keduanya juga berlanjut untuk mendominasi perdagangan rempah di Tanah Air. Untuk menyelesaikan konflik antara dua bangsa Eropa dan dua kerajaan lokal ini, akhirnya dilakukanlah sebuah kesepakatan perjanjian yang bernama Perjanjian Saragosa. Perjanjian tersebut dilakukan pada 22 April 1529 beberapa waktu setelah peperangan selesai. Dari perjanjian tersebut, akhirnya Spanyol harus angkat kaki dari Maluku dan Portugis dapat kembali memonopoli perdagangan di daerah tersebut. Setelah perjanjian Saragosa ini disepakati, Spanyol pun kembali ke negaranya dengan melalui jalur barat hingga ke Tanjung Harapan sebelum sampai di negaranya sendiri, Spanyol. Ekspedisi yang dilakukan bangsa Spanyol ini pun dianggap sebagai sebuah perjalanan yang penting bagi sejarah manusia dan ilmu pengetahuan.