Anda di halaman 1dari 9

HIJRAH NABI MUHAMMAD KE MADINAH

NAMA : DELLY PUSPITASARI


KELAS : X
A








SMA NEGERI 1 SEPUTIH MATARAM
LAMPUNG TENGAH
TP. 2013/2014

BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG

Sebelum kami melanjutkan tentang riwayat hijrah Nabi SAW. ke kota Madinah,
terlebih dahulu perlulah kami uraikan tentang arti hijrah di dalam Islam dan
keterangannya. Kata hijrah berasal dari bahasa Arab yang berarti meninggalkan suatu
perbuatan atau menjauhkan diri dari pergaulan atau berpisah dari suatu tempat ke
tempat yang lain. Adapun artinya menurut syariat, hijrah itu ada tiga macam, yakni
sebagai berikut : Pertama, hijrah dari (meninggalkan) semua perbuatan yang dilarang
oleh Allah. Hijrah ini adalah wajib dikerjakan oleh setiap orang yang mengaku
beragama Islam. Kedua, hijrah (mengasingkan) dari pergaulan dengan orang-orang
musyrik atau orang-orang kafir yang memfitnah orang-orang yang memeluk Islam.
Ketiga, hijrah (berpindah) dari negeri atau daerah orang-orang kafir atau musyrik ke
negeri atau daerah orang-orang muslim, seperti Hijrah Nabi SAW. dan kaum muslimin
dari Mekah ke Madinah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah perjalanan Hijrah Nabi ke Madinah ?
2. Apa tanggapan Rakyat Madinah terhadap kedatangan Nabi ?
3. Bagaimana karakteristik kota Madinah (Yatsrib) ?


BAB II
PEMBAHASAN


A. RASULULLAH SAW. HIJRAH KE MADINAH
Rasulullah SAW. menyaksikan bencana yang menimpa para pengikutnya, sedangkan
beliau tidak mampu melindungi mereka. Maka beliau berkata kepada mereka,
seandainya kalian pergi ke negeri Habsyah. Sesungguhnya di sana terdapat seorang
raja, yang tidak akan dianiaya orang yang ada di dekatnya. Negeri Habsyah adalah
tanah kebenaran. Kalian sebaiknya berada di sana hingga Allah memeberikan
kelapangan bagi kalian.

Ketika Rasulullah SAW. Telah bertekad bulat untuk meninggalkan Mekah menuju
Madinah, turunlah ayat di bawah ini kepada beliau: (QS. Al-Isra: 80)
Artinya: Katakanlah: Tuhanku, masukkanlah aku dengan cara masuk yang benar dan
keluarkanlah aku dengan cara keluar yang benar. Dan berilah aku dari hadhirat-Mu
kekuasan yang memberi pertolongan. (QS. Al-Isra: 80)

Tidak ada yang mengetahui siapa yang lebih berhak memperoleh pertolongan Allah
SWT. selain Rasulullah SAW. Walaupun begitu, kelayakannya mendapatkan bantuan
Allah tidak membuat beliau ceroboh terhadap suatu tindakan dan akibatnya.

Beliau dengan teliti dan cermat merencanakan langkah-langkah pengamanan, baik bagi
hijrah beliau sendiri maupun bagi rombongan lainnya. Menururt perhitungan beliau
sendiri, beliau tidak akan meninggalkan suatu tempat tanpa alasan yang jelas. Sudah
menjadi sifat beliau untuk mempertimbangkan sebab dan akibat dalam upayanya
meraih keberhasilan. Setelah itu, barulah beliau bertawakal kepada Allah, sebab segala
sesuatu tak mungkin terlaksana tanpa kehendak-Nya.

Hijrah Nabi Muhammad SAW. dari Mekah ke Madinah berlangsung secara wajar.
Sebelumnya beliau minta kepada Ali bin Abi Thalib r.a. dan Abu Bakar ash-Shiddiq r.
a. supaya tetap tinggal bersama beliau, sedangkan kaum muslimin yang lain diizinkan
berangkat lebih dulu ke Madinah. Ketika Abu bakar ash-Shiddiq r. a. meminta izin
kepada Rasulullah SAW. berangkat hijrah, beliau menjawab: Jangan tergesa-gesa,
mungkin Allah akan memberikan kepadamu seorang sahabat.

Abu Bakar merasa bahwa yang beliau maksudkan dengan sahabat adalah beliau sendiri.
Karena itu, ia lalu membeli dua ekor unta, disembunyikan dalam rumahnya dan diberi
makanan secukupnya sebagai persiapan untuk kendaraana berangkat hijrah. Mengenai
Ali bin Thalib r. a., Rasulullah telah mempersiapkannya untuk memainkan peranan
khusus dalam medan-medan berbahaya. Rasulullah SAW. telah bersepakat dengan Abu
Bakar r. a. mengenai rincian perjalanan yang akan mereka tempuh. Mereka berdua
memilih goa untuk tempat persembunyian mereka, yaitu goa di sebelah selatan yang
menghadap ke Yaman guna mengecoh para pengejarnya. Mereka juga menetapkan
beberapa orang yang perlu mereka hubungi selama berada di tempat persembunyian,
masing-masing akan diberi tugas khusus.

Setelah segala sesuatunya dipersiapkan, beliau pulang dan mendapati bahwa orang-
orang Quraisy sudah mulai mengepung rumahnya. Mereka mengerahkan pemuda-
pemuda yang ditugaskan untuk membunuh Rasulullah SAW. Rasulullah SAW. segera
menyuruh Ali bin Abi Thalib supaya mengenakan pakaian yang biasa dipakai tidur oleh
beliau, kemudian supaya berbaring di tempat tidur beliau. Di larut malam yang gelap
pekat, Rasulullah SAW. berhasil menyelinap keluar dari rumah dan pergi ke rumah
Abu Bakar ash- Shiddiq r.a., kemudian mereka berdua keluar melalui sebuah pintu kecil
di belakang rumah menuju Goa Tsur-sebuah goa yang sangat berjasa dalam
menyelamatkan kehidupan Risalah terakhir dan hari depan peradaban yang sempurna.
Di dalam goa itulah Risalah terakhir terlindung oleh kesunyiannya, keasingan dan
keterpencilannya.

Ketika keduanya berhenti di goa, Abu Bakar berkata: Tetaplah di tempatmu wahai
Rasulullah, hingga aku memastikan goa ini aman untukmu. Lalu Abu Baka masuk dan
memeriksanya. Ketika ia selesai memeriksanya, ia teringat bahwa ia belum sempat
memeriksa lubang-lubangnya. Lalu ia berkata: Tetaplah di tempatmu, wahai
Rasulullah, sampai aku selesai memeriksanya. Lalu ia masuk dan memeriksanya
kembali. Setelah dirasa aman, ia pun berkata: Masuklah wahai Rasulullah! Maka
Rasulullah SAW. pun masuk. Keduanya masuk ke dalam gua. Pada saat itu Allah
mengutus laba-laba untuk membuat sarang di antara gua dan pohon yang ada di
depannya, menutupi Rasulullah SAW. dan Abu Bakar. Allah juga memerintahkan dua
ekor merpati untuk bertelur dan mengeraminya di antara laba-laba dan pohon.

Kaum Quraisy mengikuti jejak Rasulullah SAW. Itu adalah saat-saat yang kritis dalam
sejarah kemausiaan yang panjang. Itu adalah saat yang paling menentukan. Bisa
menjadi kesengsaraan panjang tanpa akhir, atau justru menjadi kunci kebahagiaan yang
abadi. Kemanusiaan sedang menahan nafasnya, berdiri cemas, ketika para pemburu
Rasulullah SAW. sampai di mulut gua. Antara mereka dengan yang mereka cari, tidak
ada penghalang lagi jika salah satu dari mereka menengok ke bawah kakinya. Akan
tetapi Allah telah membuat penghalang antara mereka, sehingga persoalannya menjadi
rumit. Mereka melihat pada mulut gua terdapat sarang laba-laba.

Ketika kaum Quraisy kehilangan Rasulullah SAW., mereka menjanjikan hadiah seratus
ekor unta bagi siapa yang bisa membawa beliau kepada mereka. Sementara itu,
Rasulullah SAW. meneruskan perjalanan setelah berhenti di gua Tsur selama tiga
malam. Selaim Abu Bakar, Rasulullah SAW. ditemani oleh Amir bin Fuhairah dan
seorang penunjuk jalan yang masih musyrik yang beliau beri upah. Si pemandu jalan
membawa mereka melewati jalan pantai. Keduanya terus mengikuti jalan pemandu
hingga sampai membawa mereka melewati jalan pantai. Keduanya terus mengikuti
jalan pemandu hingga sampai di Quba, yang terletak di luar kota Madinah. Hari itu
adalah hari Senin, tanggal 12 Rabiul Awal. Itu adalah permulaan Islam (Hijrah)

B. KEDATANGAN NABI MUHAMMAD SAW. DI MADINAH
Ketika Rasulullah SAW. Keluar dari rumahnya pada saat musim Haji. Ketika berada di
Aqabah, beliau bertemu dengan sekelompok orang dari kabilah Khazraj yang berasal dari
Madinah. Beliau mengajak mereka untuk menyembah Allah, menjelaskan tentang Islam
kepada mereka, serta membacakan Al-quran. Kabilah Khazraj bertetangga dengan kaum
Yahudi di Madinah. Mereka telah mendengar dari kaum Yahudi yang mengabarkan akan
datangnya seorang Nabi yang sudah dekat masanya. Sebagian mereka berkata kepada yang
lain, Wahai kaum! Kalian mengetahui, demi Allah, bahwa orang ini adalah Nabi yang telah
dikabarkan oleh kaum Yahudi kepada kalian. Maka jangan sampai kalian didahului oleh
mereka. Sambutlah dia! Berimanlah kepadanya!. Mereka lalu pulang ke Madinah dalam
keadaan beriman dan membenarkan Rasulullah SAW. Ketika mereka tiba di Madinah,
mereka memberitahukan tentang Rasulullah SAW. kepada seluruh sanak saudara dan
mengajaknya untuk masuk Islam, hingga tersebarlah Islam di kalangan mereka. Setiap rumah
kaum Anshar selalu terdengar sebutan tentang Rasulullah SAW.
Sebelum Nabi Muhammad SAW. tiba, berita tentang keberangkatannya bersama Abu
Bakar r.a. telah tersiar terlebih dahulu hingga ke Madinah. Setiap pagi penduduk kota itu
banyak yang keluar dari rumah menantikan kedatangan manusia besar dengan perasaan rindu.
Mereka berbondong-bondong pergi ke pinggir kota hendak menjemput beliau, tetapi bila
pada hari beliau belum juga tampak dan terik matahari terasa membakar, mereka pulang
kembali kerumah masing-masing sambil saling berjanji akan menjemput lagi pada keesokan
harinnya. Semuanya dicekam perasaan tak sabar dan resah bercampur harapan.
Suatu hari pada waktu siang, saat matahari sedang memancarkan panasnya ke muka
bumi, Nabi SAW. dan Abu Bakar telah sampai dan datang di suatu tempat, yaitu kampung
Quba namanya. Waktu itu, di antara penduduk kampung Quba sudah banyak yang memeluk
Islam, tetapi tidak seorang pun di antara mereka yang sudah mengenal wajah Nabi dan Abu
Bakar. Begitu juga mereka yang datang dari Yatsrib dengan maksud menyongsong
kedatangan beliau, tidak seorang pun di antara mereka telah mengenal Nabi atau Abu Bakar.
Sehingga, mereka sama sekali belum mengetahui bahwa Nabi telah datang dan sedang
berteduh di bawah sebatang pohon kurma. Pada waktu itu, ada seorang Yahudi yang
mengetahui bahwa ada dua orang yang sedang berteduh di bawah pohon kurma dan keduanya
berpakaian serba putih, yaitu Nabi dan sahabatnya, yang sedang diharap-harap
kedatangannya oleh kaum muslimin. Seketika itu juga, ia lalu naik ke suatu tempat sekeras-
kerasnya meanggil orang-orang dari Madinah yang bermaksud menyambut kedatangan Nabi,
Hai orang-orang Arab! Itulah orang yang kamu hara-harap dan kamu nanti-nanti
kedatangnnya! Demikianlah teriak orang Yahudi itu berulang-ulang.
Dengan segera, mereka yang berniat menjemput itu berlari-lari menuju tempat Nabi
berteduh. Sesampainya mereka di sana, tahulah mereka bahwa di sana memang ada orang-
orang dari luar kota yanng baru datang dan sedang beristirahat dibawah pohon kurma. Akan
tetapi, mereka tidak mengetahui yang manakah dari orang-orang itu seorang yang
kedatangannya mereka nanti-nantikan ? Orang-orang dari Quba pun datang berduyun-duyun
di tempat tersebut. Waktu itu yang mereka beri hormat ialah Abu Bakar karena mereka
menyangka bahwa barangkali dialah yang selama ini mereka nanti-nanti dan bahwa Nabi itu
kawannya. Maklum, mereka sama sekali belum mengenal wajah Nabi dan Abu Bakar.
Karena sahabat Abu Bakar r.a. mengerti bahwa sangkaan mereka itu keliru maka dengan
segera ia mengibar-ngibarkan rida selendang-nya lalu meneduhi Nabi SAW.. Hari itu
adalah hari Itsnani Senin 12 Rabiul Awwal tahun ke-13 dari kenabian atau tahun ke-53
dari hari kelahiran beliau. Adapun berangkatnya beliau dari Mekah adalah pada permulaan
bulan Rabiul-Awwal tersebut.
Selanjutnya, kaum muslimin meminta Nabi untuk tinggal beberapa hari di Quba dan
permintaan itu dikabulkan oleh beliau. Beliau lalu singgah dan berdiam di rumah bernama
Kaltsum bin Hadam yang berasal dari keturunan Amr bin Auf dari golongan Aus. Adapun
Abu Bakar berdiam d rumah seseorang yang bernama Habib bin Asaf yang berasal dari
keturunan Harits dari go Habib bin Asaf yang berasal dari keturunan Harits dari golongan
Khazraj.

C. KARAKTERISTIK KOTA MADINAH (YATSRIB)
Rasulullah SAW. telah mengisyaratkan hikamah Illahiyah dalam memilih Madinah,
dengan perkataan beliau kepada sahabat-sahabatnya sebelum hijrah sesungguhnya aku telah
memilih tempat kalian hijrah, yang mempunyai pohon-pohon kurma dan terletek di antara
dua kampung. Lalu berhijrahlah mereka ke Madinah. Penduduk Madinah dari kalangan Aus
dan Khazraj memiliki keberanian, ketangkasan, kekuatan, kesadaran akan harga diri, dan
mencintai kebebasan. Mereka tidak mau tunduk kepada siapa pun. Mereka tidak
menyerahkan hasil bumi atau pajak kepada kabilah atau pemerintah mana pun. Hal ini tertera
jelas dalam ucapan Saad bin Muadz, pemimpin kabilah Aus, kepada Rasulullah SAW.,
Dahulu kami berda dalam kemusyrikan kepada Allah dan penyembahan berhala. Kami tidak
menyembah Allah dan tidak mengenal-Nya. Merek tidak memakan buah kurma Madinah
kecuali dalam bentuk jamuan atau perniagaan.
Dalam kitab al-Iqdul Farid disebutkan, Kaum Anshar berasal dari kabilah Azdi.
Mereka adalah kabilah Aus dan Khazraj. Keduanya merupakan anak keturunan Haritsah bin
Amr bin Amir. Mereka paling menghargai kehormatan diri dan , dan paling tinggi
semangatnya. Mereka belum pernah sama sekali menyerahkan hasil bumi kepada satu raja.
Jadi, Madinah (Yatsrib) adalah tempat terbaik sebagai tempat hijrah Rasulullah SAW.
dan para sahabatnya. Negeri tempat bermukim, hingga Islam menjadi kuat dan mampu
membuka jalan ke depan, menerangi Jazirah Arab hingga ke seluruh dunia dengan Islam.

BAB III
PENUTUP


A. KESIMPULAN

Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW. memberikan kesimpulan bahwa dakwah dan
akidah akan dapat melepaskan seseorang dari setiap yang dicintainya ; dari semua
kawan, pendamping, penghibur, serta segala hal yang dikasih; dari setiap yang
diutamakan, dipegang teguh dan dipatuhi, sesuai dengan watak aslinya. Sebaliknya
segala sesuatu tidak akan dapat melepaskan dakwah dan akidah dari manusia. Sejarah
dakwah dan agama telah bersanding dengan gerakan yang terkadang bersifat sendiri-
sendiri dan terkadang bersifat bersama-sama.

B. PENUTUP

Demikianlah makalah dari kami yang membahas tentang Hijrah Nabi Muhammad
SAW. ke Madinah, kami sadar bahw dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi pembahasan maupun dari segi sistematika penulisan.
Oleh karena itu saran dan kritik dari teman-teman kami masih harapkan demi
kesempurnaan makalah kami selanjutnya, semoga dapat bermanfaat dan menambah
wawasan serta khazanah ilmu pengetahuan kita. Sekian dan trima kasih.


DAFTAR PUSTAKA

Chalil, K.H. Moenawar, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW., jakarta: Gema
Insani, 2001.
an-Nadwi, Abul Hasan Ali al-Hasani, Sejarah Lengkap Nabi Muhammad SAW.,
Yogyakarta: Mardhiyah Press, 2007.

A l-Ghazaliy, Muhammad, Fiqhus Sirah, Bandung: PT. Almaarif.




[1] K.H. Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW., (jakarta:
Gema Insani, 2001), h. 419-420.
[2]Abul Hasan Ali al-Hasani an-Nadwi, Sejarah Lengkap Nabi Muhammad SAW.,
(Yogyakarta: Mardhiyah Press, 2007 ), hal. 138.
[3]Muhammad Al-Ghazali, Sejarah Perjalanan Hidup Muhammad, (Yogyakarta: Mitra
Pustaka, 2003), hal. 185-189.
[4] Abul Hasan Ali al-Hasani an-Nadwi, Sejarah Lengkap Nabi Muhammad SAW.,
(Yogyakarta: Mardhiyah Press, 2007 ), hal. 188-192.
[5] Ibid, hal. 169-170.
7 Muhammad A l-Ghazaliy, Fiqhus Sirah, (Bandung: PT. Almaarif), hal.293.

[7] K.H. Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW., (jakarta:
Gema Insani, 2001), h. 456-457.
[8] Abul Hasan Ali al-Hasani an-Nadwi, Sejarah Lengkap Nabi Muhammad SAW.,
(Yogyakarta: Mardhiyah Press, 2007 ), hal. 174-178.
[9] Abul Hasan Ali al-Hasani an-Nadwi, Sejarah Lengkap Nabi Muhammad SAW.,
(Yogyakarta: Mardhiyah Press, 2007 ), hal. 186.

Anda mungkin juga menyukai