Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW

DISUSUN OLEH
SYED NAFI HOSSAIN
PERIODE MADINAH
I.        Hijrah Nabi
A.    Latar Belakang Rasulullah Berhijrah ke Madinah
     Terjadinya perlawanan yang menentang penyebaran agama Islam dari
Mekkah, menyebabkan Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah dari Mekkah ke
Madinah. Tetpi sebelum hijrah dilakukan, telah terjadi peristiwa yang sangat penting,
yaitu peristiwa Isra’ dan Mi’raj pada tanggal 27 Rajab tahun 621 M.
Keadaan di Madinah sangat jauh berbeda dengan di Mekkah, kalau di
Mekkah, Nabi Muhammad SAW islam dimusuhi dan mendapat perlawanan sehingga
tidak mungkin untuk berkembang sedangkan di Madinah Nabi Muhammad SAW
disambut dengan gembira, karena kedatangan Nabi sudah lama diharapkan.
Di Madinah perkembangan agama Islam cukup pesat dan penganutnya
Dakwah Rasulullah yang dilakukan si Mekkah baik secara sembunyi-sembunyi maupun
terang-terangan berlangsung selama 13 tahun. Rintangan makin lama makin bertambah
karena itu Allah Menyediakan Tempat yang subur untuk da’wah yaitu Madinah. Disinilah
membangun umat untuk dijadikan duta keseluruh pelosok dunia

B.     Kisah Hijrah Rasulullah ke Madinah


Setelah Rasulullah mandapat perintah dari Allah untuk berhijrah maka beliau berangkat
bersama Abu Bakar.  semua perbekalan perjalanan telah disiapkan oleh Asma Binti Bakar.
Abu Bakar telah menyewa penunjuk jalan yang bernama Abdullah Ibnu Uraiqith dari bani
Dail Ibnu Bakar. Walau dia masih beragama musyrik, tapi dapat dipercaya. Abu Bakar
berpesan untuk merahasiakan kepergiannya dan menjemput di Goa Tsur setelah 3
malam. Pada malam tersebut, bertepatan dengan pelaksanaan rencana rahasia orang-orang
Quraisy, Para pemuda dari semua kalangan kabilah Quraisy mengepung rumah Rasulullah
SAW. Pada saat itu Rasulullah berada di dalam rumahnya. Tatkala saat untuk keluar telah
tiba, Rasullulah memerintahkan anak pamannya, yaitu sahabat Ali, untuk tidur di tempat
tidurnya supaya orang-orang Quraisy tidak mencurigai kepergiannya.
Sesungguhnya mereka selalu mengamat-amati semua gerakan Rasulullah dari celah-
celah kubah untuk menyelidiki keberadaannya pada malam itu.
Kemudian Rasulullah SAW menyelimuti sahabat Ali dengan kain burdahny, lalu ia keluar
melewati para pemuda Quraisy yang berada di luar pintu rumahnya seraya membacakan
firmannya:
2‫ﻥﻭﺮﺼﺑﻻﻢﻬﻗﻢﻬﺘﻴﺸﻏﺎﻓﺍﺬﺳﻢﻬﻨﻠﺧﻦﻣﻭﺍﺬﺳﻢﻬﻳﺬﻳﺍﻦﻴﺑﻦﻣﺎﻨﻠﻌﺟﻭ‬
“Dan kami adakan dihadapan mereka dinding Dan di belakang mereka dinding (pula), dan
Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat”. (Qs. 36 Yasin:9)
      Allah menimpakan kepada mereka rasa kantuk yang sangat. Akhirnya mereka semua
tertidur sehingga tiada seorangpun dari mereka yang melihat kepergian rasulullah. Rasulullah
SAW terus berjalan tanpa menoleh hingga bertemu dengan sahabat Abu Bakar di tempat
yang telah dijanjikan, lalu keduanya melanjutkan perjalanan hingga sampai di Gua
Tsur. Kemudian mereka berdua bersembunyi di dalamnya. Tatkala orang-orang musyrik
mengetahui bahwa tipu muslihatnya itu tidak membawa hasil apa-apa, bahwa mereka
semalaman hanya mengawasi Ali Bin Abu Thalib, bukannya Muhammad Bin Abdullah,
maka kemarahan mereka semakin memuncak. Lalu mereka mengutus orang-orangnya ke
segala penjuru. Mereka menyediakan hadiah yang besar bagi orang yang dapat menangkap
Muhammad atau menunjukan tampat persembunyiannya. Padahal Rasulullah telah sampai di
Gua Tsur sewaktu mereka mencarinya. Seandainya seorang dari mereka mau melihat ke
dalam gua dari arah bawah, niscaya ia akan melihat orang yang mereka cari. Hal ini membuat
Abu Bakar menangis karena khawatir akan diketahui mereka. Akan tetapi Rasulullah SAW
bersabda kepadanya seraya mengucapkan firmanNya:
‫ﺎﻨﻌﻣﷲﺍﻥﺇﻥﺰﺤﺗﻻ‬
“Janganlah engkau bersedih hati karena sesungguhnya Allah beserta kita”. (Qs. At-
Taubah:40)
Allah memalingkan pandangan mata mereka. Sehingga tidak ada seorangpun dari mereka
yang memandang ke arah gua. Akhirnya musuh bebuyutan Rasulullah SAW, yaitu Umayyah
Ibnu Khalaf, memustahilkan orang yang dicarinya itu bersembunyi di dalam gua tersebut.
Rasulullah SAW dan sahabat Abu Bakar tinggal di dalam gua Tsur selama 3 malam hingga
pencarian mereka berhenti. Abdullah Ibnu Abu Bakar, anak sahabat Abu Bakar, sebelum
peristiwa tersebut biasa menginap di tempat yang berdekatan dengan orang-orang Quraisy.
Dia adalah seorang pemuda terdidik dan berpengalaman. Bila malam hari hampir habis, yaitu
pada waktu sahur, ia meninggalkan Rasulullah SAW dan sahabat Abu Bakar. Kemudian pada
pagi harinya ia menampakan dirinya di mata orang-orang Quraisy sehingga mereka menduga
bahwa dia bermalam bersama mereka. Ia selalu mengintai gerak-gerik orang Quraisy dan
menyadap semua rencana orang Quraisy. Kemudian ia berangkat menuju tempat Rasulullah
SAW dan sahabat Abu Bakar berada bila malam telah pekat untuk menyampaikan berita
yang telah diperolehnya itu.
Selain itu, Amir Ibnu Fuhairah selalu berangkat menuju ke arah tempat Rasulullah SAW dan
sahabat Abu Bakar berada dengan membawa domba-domba gembalanya. Apabila Abdullah
Ibnu Abu Bakar berangkat meninggalkan Rasulullah SAW dan sahabat Abu Bakar, lalu Amir
mengikuti jejak Abdullah bersama domba gembalanya supaya jejak Abdullah terhapus oleh
jejak domba. Setelah pencarian orang-orang Quraisy berhenti, Rasulullah saw dan sahabat
Abu Bakar keluar dari gua. Hal itu terjadi lewat 3 malam. Lalu keduanya menemui petunjuk
jalan yang membawa hewan kendaraan mereka berdua. Pada waktu itu petunjuk jalan telah
siap untuk melakukan tugas sesuai dengan perjanjian semula. Kemudian Rasulullah saw dan
sahabat Abu Bakar beserta penunjuk jalan berhenti meniti daerah pantai.Akan tetapi, di
tengah jalan mereka disusul Suraqah Ibnu Malik al Mudlaji yang sedang memburu
mereka. Sebelumnya Suraqah telah didatangi utusan dari orang-orang musyrik kabilah
Quraisy. Utusan itu mengatakan bahwa orang-orang Quraisy telah menyediakan hadiah
sebesar tebusan jiwa Rasulullah dan Abu Bakar bagi siapa saja yang dapat membunuh atau
menangkap mereka berdua. Ketika itu Suraqah sedang duduk-duduk di majelis kaumnya,
yaitu Bani Mudlaj. Tiba-tiba datanglah sesorang dari Bani Mudlaj yang langsung berdiri di
hadapan mereka yang sedang duduk-duduk. Ia berkata,”Hai Suraqah, sesungguhnya aku tadi
telah melihat titik hitam di daerah pantai. Aku yakin bahwa titik hitam tersebut Muhammad
dan sahabatnya”.
Setelah diam sesaat diantara  kaumnya , Suraqah bangkit, lau is menagih kudanya dan
langsung memacu kudanya ke arah pantai sehingga ia dekat dengan Rasulullah dan
sahabatnya, Abu Bakar. Akan tetapi tatkala ia mendekat, ternyata kaki depan kudanya
terperosok hingga ia terjatuh. Ia menaiki kembali mengejar Rasulullah saw hingga ia sempat
mendengarkan bacaan Al-Qur’an Rasulullah saw. Rasulullah saw tidak pernah menengok
kebelakang, tetapi sahabat Abu Bakar sering menengok kebelakang. Kaki depan kuda
Suraqah masuk ke dalam pasir hingga batas lututnya, Suraqah terjungkal jatuh. Lalu ia
kembali menghardik kudanya supaya bangkit, tetapi ketika kaki depan kudanya hendak
tercabut dari pasir, tiba-tiba keluarlah dari dalamnya debu yang pekat sekali hingga
membumbung ke langit. Debu tampak bagaikan asap. Kini mengertilah Suraqah bahwa
pekerjaanya itu sia-sia belaka, bahkan kini perasaan takut merayap kedalamnya dirinya.
Segera ia berseru meminta perlindungan Rasulullah saw dan sahabat Abu Bakar. Mereka
menghentikan kendarannya hingga Suraqah datang kepada mereka. Suraqah merasa yakin
bahwa perkara yang dibawa oleh Rasulullah ini pasti akan mengalami kemenangan. Lalu
Suraqah menawarkan bekal dan harta bendanya kepada mereka berdua, tetapi keduanya tidak
mau mengambil sesuatu apapun daripadanya, bahkan mereka berdua berkata, “Sekarang
pergilah engkau dari kami.”Tetapi sebelum Suraqah pergi,terlebih dahulu ia meminta surat
jaminan keamanan dari dirinya. Maka Rasulullah saw memerintahkan Abu Bakar untuk
menuliskannya. Dengan demikian, selesailah peristiwa tersebut yang menandakan besarnya
perhatiann Allah terhadap Rasul-Nya.
Sejak penduduk Madinah mendengar berita tentang keluarnya Rasulullah saw dari Mekkah
untuk bergabung dengan mereka, mereka selalu keluar menuju ke daerah Harrah, yaitu suatu
daerah yang penuh dengan batu hitam. Bila sudah tengah malam mereka kembali ke rumah
masing-masing. Pada suatu hari, mereka pulang ke rumah masing-masing. Tatkala mereka
baru sampai,kerumah masing-masing tiba-tiba seorang Yahudi yang pada saat itu sedang
menaiki sebuah bukit karena ingin melihat kedatangan Rasullullah saw dan sahabatnya dari
kejahuan, terkadang tampak dan terkadang tidak karena tertutup oleh fatamorgana. Kemudian
orang Yahudi itu berseru sekuat suaranya, “Hai orang Arab semuanya, keberuntungan kalian
yang sedang kalian tunggu-tunggu  telah datang.” Mereka bergegas mengambil senjata
masing-masing, lalu berangkat ke daerah Harrah menyambut kedatangan Rasulullah saw.

II.               Kondisi Madinah Sebelum Kedatangan Nabi Muhammad SAW


Kota Madinah sekarang ini berada di wilayah kekuasaan pemerintahan Kerajaan Arab
Saudi, terletak sekitar 160 km dari Laut Merah dan pada jarak kurang lebih 350 km sebelah
utara dari kota makkah. Kondisi tanah kota Madinah dikenal subur. Di sana terdapat oase-
oase untuk tanah pertanian, oleh karena itu penduduk kota ini memiliki usaha pertanian,
selain berdagang dan beternak. Usaha pertanian ini menghasilkan sayur-sayuran dan buah-
buahan. Tentunya kondisi Madinah berbeda dengan kondisi Makkah yang tandus dan
gersang. Sebelum Nabi hijrah Kota Madinah disebut dengan Yastrip. Penamaan Madinah
secara bahasa mempunyai akar kata yang sama dengan “tamaddun” yang berarti peradaban.
Kondisi masyarakat Yastrip sebelum Islam dating terdiri atas dua suku bangsa, yaitu
bangsa Arab dan bangsa Yahudi. Bangsa Arab yang tinggal di Yastrip terdiri atas penduduk
setempat dan pendatang dari Arab Selatan yang pindah ke Yastrip karena pecahnya
bendungan Ma’arib.
Persoalan yang dihadapi masyarakat Yastrip waktu itu adalah tidak adanya kepemimpinan
yang membawahi semua suku Yastrip. Hanya ada pemimpin-pemimpin suku yang saling
berebut pengaruh. Akibatnya, perang antar-suku pun sering terjadi.

III.           Strategi Dakwah Nabi Muhammad SAW Di Madinah


A.    Perjanjian Aqabah
Peristiwa Hijrahnya kaum muslim Makkah ke Madinah, selain kondisi dalam masyarakat
Makkah yang sangat keras terhadap dakwah Islam, juga disebabkan oleh perjanjian penting
yang sudah disepakati, yaitu “Perjanjian Aqabah” yang berlansung dua kali di Bukit
‘Aqabah’ yang disebut dengan “Baiatul ‘Aqabah I dan II”.
Perjanjian Aqabah I terjadi pada tahun ke dua belas kenabian. Pada saat itu dua belas
orang laki-laki dan seorang perempuan dari suku Khazraj dan Aus Madinah datang pada
Rasulullah di Makkah. Mereka menyatakan diri masuk Islam, mereka berjanji bahwa “Kami
tidak akan mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kami tidak akan mencuri, berzina
atau membunuh anak-anak kami, tidak akan ada fitnah memfitnah, dan tidak akan
mendurhakai Muhammad dengan sesuatu yang tidak kami ingini”. Orang-orang Madinah
yang masuk Islam itu dengan mudah karena sudah pernah mendengar ajaran Taurat dari
kaum Yahudi, yaitu tentang hari kebangkitan, balasan terhadap perbuatan manusia, dan nabi
yang terakhir.
Perjanjian Aqabah II berlangsung satu tahun kemudian. Pada saat itu ada 73 orang dari
suku Khazraj menghadap Rasulullah, kali ini mereka menyarankan agar Rasulullah hijrah ke
Madinah.
Baiatul Aqabah II berisi kesanggupan mereka untuk masuk Islam dan kemudian berjanji :
1.      Akan selalu mendengar dan menaati Nabi Muhammad saw;
2.      Menafkahkan harta, baik dalam keadaan mudah maupun sulit;
3.      Melakukan amar makruf nahi mungkar;
4.      Tetap tabah menghadapi celaan kaum kafir;
5.      Melindungi Nabi Muhammad saw, dan menjamin keamanan beliau sebagaimana membela
dan melindungi keluarga mereka sendiri hingga titik darah penghabisan.

B.   MENDIRIKAN MASJID
Mendirikan masjid, hal ini merupakan usaha pertama nabi yang sangat penting dalam
pembinaan masyarakat yaitu sebagai tempat beribadah kepada Allah, tempat Rasulullah
manyampaikan ajaran-ajaran beliau dari wahyu Allah yang baru diterima. Masjid ini juga
tempat para sahabat bermusyawarah atau menanyakan suatu masalah kepada Rasululah dan
juga berfungsi sebagai tempat menerima tamu dari negeri lain. Masjid yang pertama kali di
bangun oleh Nabi adalah Masjid Nabawi. Kemudian umat islam turut-turut membangun
beberapa masjid Jumu’ah (tempat pertama Rasulullah melaksanakan shalat jumat), Masjid
Gamamah (tempat pertama kali dilaksanakan shalat hari raya Islam), Masjid Bani Quraizah,
Masjid Salman, Masjid Ali.
C.   UKHUWAH ISLAMIYAH
Para penduduk kota Madinah telah mendengar bahwa Rasulullah akan hadir dan menetap
di kota mereka. Para penduduk menyambut kehadiran Rasulullah dengan riang gembira.
Penduduk Madinah yang menyambut kehadiran Rasulullah disebut sebagai kaum Anshar,
sedang kaum Muslimin yang hijrah dari Makkah ke Madinah disebut kaum Muhajirin.
Meskipun kaum Anshar mengetahui bahwa sebagiankaum Muhajirin tidak membawa
harta bendanya ketika berhijrah, kaum Anshar tetap bersedia berbagi tempat tinggal,
pekerjaan, dan pakaian. Bahkan, Rasulullah menyatakan bahwa kaum Anshar dan kaum
Muhajirin saling mewarisi. Dasar persaudaraan yang di bangun oleh Rasulullah adalah
Ukhuwah Islamiyah, yaitu persaudaraan yang didasarkan pada kesamaan suku. Para sahabat
yang dipersaudarakan, antara lain :
a.       Abu Bakar as-Siddiq dengan Kharijah Bin Zuhair;
b.      Umar Bin Khitab dengan Itban bin Malik;
c.       Utsman bin Affan dengan Aus bin Tsabit;
d.      Zubair bin Awwam dengan Salamah bin Salamah;
e.       Salman al-Farisi dengan Abu Darda’.
Tujuan mempersaudarakan mereka adalah agar satu sama lain saling tolong menolong,
yang mampu menolong yang kekurangan, serta untuk menyelapkan rasa asing pada diri
sahabat-sahabat Muhajirin di kota Madinah.

E.   MELETAKAN DASAR-DASAR NEGARA


Selanjutnya Nabi saw. merumuskan piagam yang berlaku bagi seluruh kaum Muslimin dan
orang-orang Yahudi. Piagam inilah yang oleh Ibnu Hisyam disebut sebagai undang-undang
dasar negara dan pemerintahan Islam yang pertama. Isinya mencakup tentang
perikemanusiaan, keadilan sosial, toleransi beragama, gotong royong untuk kebaikan
masyarakat, dan lain-lain. Saripatinya adalah sebagai berikut:
  Kesatuan umat Islam, tanpa mengenal perbedaan.
  Persamaan hak dan kewajiban.
  Gotong royong dalam segala hal yang tidak termasuk kezaliman, dosa, dan permusuhan.
  Kompak dalam menentukan hubungan dengan orang-orang yang memusuhi umat.
  Membangun suatu masyarakat dalam suatu sistem yang sebaik-baiknya, selurusnya dan
sekokoh-kokohnya.
  Melawan orang-orang yang memusuhi negara dan membangkang, tanpa boleh memberikan
bantuan kepada mereka.
  Melindungi setiap orang yang ingin hidup berdampingan dengan kaum Muslimin dan tidak
boleh berbuat zalim atau aniaya terhadapnya.
  Umat yang di luar Islam bebas melaksanakan agamanya. Mereka tidak boleh dipaksa masuk
Islam dan tidak boleh diganggu harta bendanya.
  Umat yang di luar Islam harus ambil bagian dalam membiayai negara, sebagaimana umat Islam
sendiri.
  Umat non Muslim harus membantu dan ikut memikul biaya negara dalam keadaan terancam.
  Umat yang di luar Islam, harus saling membantu dengan umat Islam dalam melindungi negara
dan ancaman musuh.
  Negara melindungi semua warga negara, baik yang Muslim maupun bukan Muslim.
  Umat Islam dan bukan Islam tidak boleh melindungi musuh negara dan orang-orang yang
membantu musuh negara itu.
  Apabila suatu perdamaian akan membawa kebaikan bagi masyarakat, maka semua warga
negara baik Muslim maupun bukan Muslim, harus rela menerima perdamaian.
  Seorang warga negara tidak dapat dihukum karena kesalahan orang lain. Hukuman yang
mengenai seseorang yang dimaksud, hanya boleh dikenakan kepada diri pelaku sendiri dan
keluarganya.
  Warga negara bebas keluar masuk wilayah negara sejauh tidak merugikan negara.
  Setiap warga negara tidak boleh melindungi orang yang berbuat salah atau berbuat zalim.
  Ikatan sesama anggota masyarakat didasarkan atas prinsip tolong-menolong untuk kebaikan
dan ketakwaan, tidak atas dosa dan permusuhan.

Dasar-dasar tersebut ditunjang oleh dua kekuatan. Kekuatan spiritual yang meliputi
keimanan seluruh anggota masyarakat kepada Allah, keimanan akan pengawasan dan
penlindungan-Nya bagi orang yang baik dan konsekuen, dan Kekuatan material yaitu
kepemimpinan negara yang tercerminkan oleh Nabi Muhammad saw.
F. SEJARAH DAKWAH NABI MUHAMMAD SELAMA 23 TAHUN DI
MEKKAH DAN DI MADINAH
Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul Allah saat ia berusia 40 tahun. Ini
bertepatan dengan turunnya wahyu pertama kepada Rasulullah melalui malaikat Jibril di Gua
Hira.

Usai mendapatkan wahyu, Rasulullah bimbang dan mengalami pergulatan batin yang hebat.
Kemudian Rasulullah bertemu Waraqah dalam perjalanannya menuju Ka’bah.

Waraqah yang telah mendengarkan cerita serupa dari Siti Khadijah kemudian meyakinkan
Rasulullah. Ia yakin bahwa Nabi Muhammad adalah nabi yang diutus Allah untuk
menyempurnakan agama dan akhlak umat. Akhirnya Rasulullah memantapkan hatinya untuk
berdakwah sampai akhir hayat.

Bagaimana sejarah dakwah Rasulullah dan perjuangannya memerangi Kafir Quraisy? Simak
ulasan berikut agar lebih memahaminya.

Alquran, Wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah melalui malaikat Jibril. Foto: pixabay

zoom-in-white

Perbesar

Alquran, Wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah melalui malaikat Jibril. Foto: pixabay

Sejarah Dakwah Nabi Muhammad SAW

Perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW tentu jauh dari kata mulus. Banyak rintangan dan
cobaan yang dilalui Rasulullah selama berdakwah. Bahkan penolakan berupa hinaan dan
celaan dari Kafir Quraisy kerap beliau dapatkan.

Waraqah bahkan mengingatkan Rasulullah untuk berhati-hati. Ia berkata: "Pastilah kau


(Muhammad) akan didustakan orang, akan disiksa, akan diusir dan akan diperangi. Kalau
sampai pada waktu itu aku masih hidup, pasti aku akan membela yang di pihak Allah dengan
pembelaan yang sudah diketahui-Nya pula,"

Namun semua itu dilalui Rasulullah dengan sabar dan tawakkal. Rasulullah berdakwah
selama 23 tahun sampai akhir hayatnya.

Dari 23 tahun masa kerasulannya, 13 tahun dihabiskan Rasulullah dengan berdakwah di kota
kelahirannya, Mekah. Sedangkan 10 tahun sisanya dihabiskan dengan berdakwah di Kota
Madinah.

Dalam tiga tahun awal masa dakwahnya di Mekah, Rasulullah berdakwah dengan cara
sembunyi-sembunyi. Ia mendakwahi beberapa orang terdekatnya yang diyakini bisa
merahasiakan pesan yang dibawanya.
Adapun mereka yang pertama masuk Islam pada periode ini adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq,
Umar bin Khathab, Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin ‘Ubaidillah, Az-
Zubair bin Al-Awwam, Abudurrahman bin Auf, Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarrah, Sa’ad bin Abi
Waqqash, dan Said bin Zaid. Orang-orang ini kemudian mendapat julukan As-sabiqun Al-
awwalun, yaitu orang-orang yang pertama masuk Islam.

Alquran, Wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah melalui malaikat Jibril. Foto: freepik

zoom-in-white

Perbesar

Alquran, Wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah melalui malaikat Jibril. Foto: freepik

Nabi muhammad terus melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi, sampai kemudian


turun wahyu Allah SWT, Surat Al-Hijr ayat 94.

َ‫فَٱصْ َد ْع بِ َما تُْؤ َم ُر َوَأ ْع ِرضْ ع َِن ْٱل ُم ْش ِر ِكين‬

Faṣda' bimā tu`maru wa a'riḍ 'anil-musyrikīn

Artinya: Maka sampaikanlah olehmu (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.

Nabi Muhammad kemudian melakukan dakwahnya secara terang-terangan. Beliau memulai


dakwahnya dari Bani Hasyim, keluarga terdekatnya. Namun hanya Ali Bin Abi Thalib saja
yang mau masuk Islam dan pamannya, Abu Thalib, bersedia membelanya walaupun ia belum
mau mengucapkan syahadat.

Banyak Kafir Quraisy yang menentang ajaran Nabi Muhammad SAW, termasuk paman Nabi
sendiri yaitu Abu Lahab. Mereka melakukan segala cara untuk menolak ajaran yang dibawa
Rasulullah. Bahkan mereka berencana untuk membunuh Nabi Muhammad SAW.

Hingga akhirnya turun perintah Allah untuk hijrah ke Negeri Habasyah, di mana ada Raja
yang adil di sana. Raja itu disebut-sebut tidak akan membiarkan rakyatnya ditindas dan
dianiaya. Namun kemudian turun lagi perintah dari Allah untuk hijrah ke Kota Madinah.

Kemudian Rasulullah beserta para sahabatnya hijrah ke Madinah dan membangun Masjid
Quba. Masjid ini dijadikan sebagai tempat sholat dan tempat menyusun tugas-tugas dakwah.
Pembangunan Masjid Quba berjalan dengan lancar dan Nabi Muhammad pun turut
mengulurkan tangan dalam menyelesaikan pembangunannya.

Rasulullah berdakwah sampai akhir hayatnya. Hingga akhirnya Rasulullah wafat pada hari
Senin, 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriyah di usianya yang ke-63 tahun. Semua perjuangan
Rasulullah telah membawa Islam dari jaman jahiliyah menuju peradaban Islam yang cerah.
G. NASIHAT UMAR BIN KHATTAB YANG KAMU PERLU KETAHUI
Nasihat emas Umar bin Khattab Islam menjadi berkembang semakin pesat pada masa
kepemimpinan Umar hingga tersebar ke mana-mana. Meskipun beliau sudah meninggal
namun ternyata nasihat-nasihatnya masih terus ada dan terabadikan bahkan sampai sekarang.
Berikut ini nasihat-nasihat emas dari Umar bin Khattab yang dapat direnungkan dan
diamalkan dalam hidup. 1. Aku tidak khawatir doaku tidak dikabulkan, tapi yang aku
takutkan aku tidak diberikan hidayah lagi untuk berdoa. 2. Aku tidak mempedulikan atas
keadaan susah atau senang karena aku tidak tahu manakan diantara keduanya yang lebih baik
untukku. 3. Sesungguhnya kita adalah kaum yang dimuliakan oleh Allah dengan Islam, maka
janganlah kita mencari kemulian dengan selainnya. 4. Orang yang mencintai sesuatu, dia
akan menyibukan diri dengan apa yang dicintainya. 5. Aku mengamati semua sahabat, dan
tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang
semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku
merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik
daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rizki
yang lebih baik daripada sabar. 6. Barangsiapa yang menjaga kehormatan orang lain, pasti
kehormatan dirinya akan dijaga. 7. Jika engkau menemukan cela pada seseorang dan engkah
hendak mencacinya, maka cacilah dirimu terlebih dahulu karena celamu lebih banyak
darinya. 8. Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah Allah karena tidak ada seorang
manusia pun yang lebih banyak memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain
Allah. 9. Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiaplah untuk mati. Karena jika
engkau tidak siap untuk mati, engkau akan rugi. 10.Tidak ada artinya Islam tanpa jamaah dan
tidak ada artinya jamaah tanpa pemimpin dan tidak ada artinya pemimpin tanpa ketaatan.
Itulah penjelasan tentang Umar bin Khattab mulai dari menjadi khalifah kedua, dijuluki
sebagai Amirul Mukminin m, kisahnya hingga nasihat-nasihat emasnya yang sampai
sekarang masih digunakan. Semoga dengan tulisan ini kamu yang membacanya menjadi lebih
paham dan dapat mengambil hikmah baik dari sosok Umar bin Khattab
H. KISAH UMAR BIN KHATTAB MENJADI KHALIFAH
Usai Khilafah Abu Bakar ash-Shiddiq RA memerintah dan memimpin Islam selama dua
tahun lamanya, Abu Bakar RA jatuh sakit.

Kondisi Abu Bakar RA yang sakit membuat Umar bin Khattab merasa khawatir bila tidak
menemukan pengganti Abu Bakar RA secepatnya.

Akhirnya, Umar RA bermusyawarah dengan para sahabat guna mempertimbangkan siapa


yang pantas menggantikan Abu Bakar RA menjadi khalifah.

Usai Khilafah Abu Bakar ash-Shiddiq RA memerintah dan memimpin Islam selama dua
tahun lamanya, Abu Bakar RA jatuh sakit.

Kondisi Abu Bakar RA yang sakit membuat Umar bin Khattab merasa khawatir bila tidak
menemukan pengganti Abu Bakar RA secepatnya.

Akhirnya, Umar RA bermusyawarah dengan para sahabat guna mempertimbangkan siapa


yang pantas menggantikan Abu Bakar RA menjadi khalifah.

Abu Bakar RA mengungkapkan beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh seorang khalifah.
Berdasarkan masukan-masukan yang diterima, Abu Bakar RA kemudian memilih Umar bin
Khattab untuk menggantikannya menjadi khalifah.

Abu Bakar RA pun lalu membuat bai'at yang berisi penunjukan Umar bin Khattab sebagai
penggantinya dan dengan demikian, orang-orang mukmin harus patuh terhadapnya.

Umar RA dijadikan khalifah dengan dibai'at pada bulan Jumada al-Akhirah tahun 13
Hijriyah, tetapi Az-Zuhri mengatakan bahwa Umar bin Khattab diangkat menjadi khalifah
pada hari kematian Abu Bakar, tepatnya delapan hari sebelum bulan Jumada al-Akhirah.

Selama masa Umar bin Khattab menjadi khalifah menggantikan Abu Bakar ash-Shiddiq,
Umar RA menghadapi banyak sekali persoalan yang menantinya.

Abu Bakar RA mengungkapkan beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh seorang khalifah.
Berdasarkan masukan-masukan yang diterima, Abu Bakar RA kemudian memilih Umar bin
Khattab untuk menggantikannya menjadi khalifah.

Abu Bakar RA pun lalu membuat bai'at yang berisi penunjukan Umar bin Khattab sebagai
penggantinya dan dengan demikian, orang-orang mukmin harus patuh terhadapnya.
Umar RA dijadikan khalifah dengan dibai'at pada bulan Jumada al-Akhirah tahun 13
Hijriyah, tetapi Az-Zuhri mengatakan bahwa Umar bin Khattab diangkat menjadi khalifah
pada hari kematian Abu Bakar, tepatnya delapan hari sebelum bulan Jumada al-Akhirah.

Selama masa Umar bin Khattab menjadi khalifah menggantikan Abu Bakar ash-Shiddiq,
Umar RA menghadapi banyak sekali persoalan yang menantinya. Misalnya, perang dan
perdamaian, banyak masyarakat yang tidak mau membayar zakat, dan masalah sosial lainnya.

Permasalahan- permasalahan yang muncul pada masa itu berkaitan dengan keberagaman
bangsa Arab dan perluasan wilayah kekuasaan Islam.

Meski demikian, masa pemerintahan Umar bin Khattab merupakan masa yang gemilang bagi
perkembangan dan kemajuan agama Islam.

Ada banyak sekali prestasi yang telah diraih pada masa itu, seperti dalam bidang perluasan
wilayah, penataan administrasi negara, bidang perekonomian, keamanan dan ketertiban
masyarakat, dan sebagainya.

Bahkan ada yang mengatakan bahwa Umar bin Khattab adalah sebagai pendiri Negara Islam.

Penyebutan Umar bin Khattab sebagai pendiri negara Islam tidak dikaitkan antara pendirian
sebuah negara dengan kekhalifahan. Akan tetapi, tujuan utama dari pendirian Islam adalah
untuk memperkuat akidah, bukan memperluas wilayah semata.

Umar bin Khattab menjadi khalifah selama sepuluh tahun, yaitu pada tahun 634-644 Masehi.
Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak pada saat ia akan
memimpin sholat Subuh.

Fairuz adalah salah seorang warga Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar
bin Khattab.

Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi oleh dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap
Umar RA. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara
digdaya. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 Masehi.

Anda mungkin juga menyukai