Anda di halaman 1dari 42

PEMANFAAT AN TEKNOLOGI INFORMASI

BAGI PERPUSTAKAAN SEKOLAH

MAKALAH

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas dalam pelatihan jardiknas

Disusun Oleh :

RUSYANTI, S.Pd.

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
SMP N 1 GEMUH
Jl. Karanganyar No. 07 (0294) 382486  51356 Gemuh – Kendal Email : smp1gmh@yahoo.co.id Website : www.smp1-gmh.sch.id

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................................... 1


Daftar isi .................................................................................................................... 2
Pendahuluan .............................................................................................................. 3
BAB I : TENTANG DIGITALISASI PERPUSTAKAAN ................................ 5
1.1. Perpustakaan Digital Dan Tukar-Menukar Informasi ................. 6
1.2. GDL Network Dan Indonesia DLN............................................. 7

BAB II : PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI BAGI


PUSTAKAWAN.................................................................................... 9
2.1. Perpustakaan Digital Dan Tukar-Menukar Informasi ................. 10
2.2. Teknologi Informasi Dan Pemasaran............................... 11
2.3. Gambaran Umum Perpustakaan Sekolah ........................ 12
BAB III : PEMANFAATAN TEKNOLOGI JARINGAN INTRANET,
EKSTRANET DAN INTERNET DI PERPUSTAKAAN ................... 16
3.1. Jenis Pemanfaatan Intranet .......................................................... 16
3.2. Komponen Pembentuk Intranet ................................................... 16
3.3. Internet ........................................................................................ 17
3.4. Internet: Strategi Penggunaannya Di Perpustakaan ..................... 18
BAB IV : MANAJEMEN PERPUSTAKAAN DIGITAL.................................... 20
4.1. Manajemen Perpustakaan Konvensional .................................... 20
4.2. Peran dan Fungsi Perpustakaan .................................................. 22
4.3. Perpustakaan Ideal ....................................................................... 25
4.4. Perpustakaan Sebagai Pusat Pengembangan Membaca .............. 26
4.5. Managemen Perpustakaan Digital ............................................... 28
4.6. Perpustakaan Digital ................................................................... 30
4.7. Digitasi Perpustakaan .................................................................. 32
4.8. Prinsip-Prinsip Pengembangan Perpustakaan Digital ................. 33
4.9. Rencana Pendigitasian ................................................................ 35
4.10. Sistem Berbasis Komputer di Perpustakaan ............................... 36

2
4.11. Sistem Informasi Manajemen ..................................................... 37
BAB V : KESIMPULAN .................................................................................. 40
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 42

3
PENDAHULUAN

Teknologi Informasi yang dilukiskan sebagai perpaduan antara teknologi komputer dan
teknologi komunikasi telah mempengaruhi cara hidup kita. Teknologi ini mengubah cara kita
berkomunikasi dengan orang lain, dengan diri kita sendiri dan dengan dunia. Daya komputer,
yang merupakan pusat dari teknologi ini memiliki kemampuan menyimpan informasi dalam
jumlah besar di dalam ruang fisik yang termasuk kecil dipadukan dengan kemampuan
menyampaikan sumberdaya tersebut melalui peralatan komunikasi atau jaringan.

Dewasa ini teknologi informasi memadukan informasi yang disimpan dalam bentuk dokumen
dengan informasi yang dapat dilihat pada layar monitor yang terdiri dari kata, angka, diagram
dan gambar. Model komunikasi dapat dilakukan melalui sambungan langsung (menggunakan
berbagai jenis kabel) atau melalui penyiaran (broadcast). Informasi yang disajikan tidak saja
dalam bentuk statis tetapi juga dinamis. Pengguna dapat berinteraksi dengan informasi tersebut
dan dapat mengubahnya atau memberikan respons atau jawaban.

Perpustakaan yang secara tradisional merupakan sumberdaya utama produk informasi yang
sebahagian besar dalam bentuk tercetak, tidak luput dari pengaruh teknologi ini. Perubahan peran
teknologi informasi memperluas peran perpustakaan tradisional melampaui koleksi buku dan
pelayanan berbasis cetak yang menjadi citranya hingga kini. Perpustakaan modern dewasa ini
menyediakan spektrum menyeluruh produk dan pelayanan informasi, baik yang berbasis cetak
maupun elektronik.

Suatu kenyataan di negara kita bahwa perpustakaan kurang berkembang dengan baik, baik
jumlah maupun mutu pelayanannya. Jumlah perpustakaan yang ada belum mampu menjangkau
semua masyarakat. Perpustakaan yang sudah ada pada umumnya kurang berdaya untuk
meningkatkan mutu pelayanannya, sehingga sulit untuk berkembang mengikuti perkembangan
kebutuhan masyarakat. Keadaan perpustakaan kita terkesan terbelakang dibandingkan dengan
perkembangan di bidang lainnya.

Kondisi seperti itu diperkirakan penyebab utamanya rendahnya mutu sumberdaya manusia
perpustakaan. Para manajer puncak perpustakaan dan pustakawan mungkin kurang peka

4
terhadap perkembangan yang terjadi di sekitarnya, termasuk perkembangan di bidang teknologi
informasi. Mereka sibuk dengan rutinitas yang dapat mematikan kreativitas dan daya innovasi
mereka, sehingga mereka tidak mampu mencari terobosan (breakthrough) untuk meningkatkan
pelayanan perpustakaan. Ketidakmampuan tersebut menyebabkan ketidakberdayaan
perpustakaan untuk memenuhi keinginan masyarakat. Dan pada akhirnya bermuara pada
ketidakberhasilan perpustakaan untuk memberdayakan masyarakat.

Salah satu aspek penting dalam manajemen perpustakaan adalah pemasaran produk dan
pelayanannya. Lembaga induk perpustakaan yang biasanya juga sebagai penyedia dana, meminta
perpustakaan untuk membuktikan bahwa dana yang diberikan telah dimanfaatkan secara efektif
dan efisien. Statistik penggunaan sumberdaya perpustakaan merupakan senjata, setidaknya untuk
mempertahankan jumlah dana yang diterima, dan seharusnya dapat pula dijual kembali untuk
mendapatkan jumlah dana yang lebih besar baik kepada lembaga induknya maupun kepada
donor.

Pemanfaatan teknologi informasi untuk memasarkan produk perpustakaan telah digunakan


secara luas terutama di negara yang lebih maju. Penyediaan katalog talian (online) yang dapat
diakses tidak saja di dalam perpustakaan tetapi juga dari luar gedung perpustakaan merupakan
salah satu contoh nyata yang dapat meningkatkan penggunaan sumberdaya yang dimiliki oleh
perpustakaan. Dengan penyediaan fasilitas seperti itu, kesan masyarakat tentang perpustakaan
dapat berubah sehingga mereka lebih tertarik untuk menggunakannya.

Teknologi informasi dan pemasaran perpustakaan adalah dua hal yang akan diuraikan dan dicoba
dipadukan dalam tulisan ini. Tujuannya adalah terutama untuk menggugah dan memotivasi para
pustakawan agar lebih terbuka terhadap perkembangan lingkungannya khususnya dalam bidang
teknologi informasi dan pemasaran, dan kemudian diharapkan mampu mengaplikasikannya
dalam perpustakaan.

5
BAB I

TENTANG DIGITALISASI PERPUSTAKAAN

Bukan hal yang berlebihan jika dikatakan bahwa informasi merupakan salah satu
kebutuhan yang termasuk penting dalam kehidupan kita. Laju perkembangan informasi sendiri
ditentukan oleh dua hal, yaitu pengelolaan yang baik dan kegiatan tukar-menukar informasi.
Kita seringkali mendengar bahwa perpustakaan adalah tempat untuk mendapatkan informasi
dalam berbagai macam bentuk media, dapat berupa tercetak misalnya buku, jurnal, reprint, dan
sebagainya; bahkan dalam bentuk elektronik seperti audio ataupun audio visual. Tidak hanya
disimpan begitu saja, informasi itupun diolah sedemikian rupa agar mudah dalam menyimpan
dan menemukannya kembali pada saat dibutuhkan.

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, internet dan elektronika, ternyata


perpustakaan tidak lagi hanya berupa ruangan yang di dalamnya tersimpan sekian judul buku,
tetapi kini ada yang disebut sebagai Digital Library, atau Perpustakaan Digital. Menurut
Wawang S. Sukarya (2001), perpustakaan digital adalah sebuah sistem yang memiliki berbagai
pelayanan dan obyek informasi yang mendukung pemakai yang menggunakan informasi tersebut
melalui perangkat digital atau elektronik. Obyek informasi dapat berupa ketersediaan yang
langsung, misalnya dalam bentuk elektronik, atau tidak langsung yaitu masih berupa buku,
namun dalam menata datanya sudah dalam format elektronik .
Ganesha Digital Library (GDL) ITB merupakan salah satu perintis perpustakaan digital di
Bandung, bahkan mungkin di Indonesia yang telah diluncurkan di Bandung pada tanggal 3
Oktober 2000. GDL ITB dikembangkan oleh KMRG (Knowledge Management Research
Group), CNRG (Computer Network Research Group) dan Perpustakaan Pusat ITB. Perpustakaan
digital tidak memerlukan ruangan yang besar sebagaimana halnya perpustakaan konvensional.
Menurut Ismail Fahmi, ketua KMRG, sebuah komputer pribadi (PC) atau bahkan sebuah laptop
dapat dijadikan perpustakaan digital.

6
1.1 Perpustakaan Digital Dan Tukar-Menukar Informasi

Telah diketahui secara umum bahwa di dalam perpustakaan sekian judul buku tidak
ditumpuk begitu saja, tetapi diatur sedemikian rupa. Biasanya dikelompokkan menurut
bidang tertentu, dengan sistem penomoran tertentu. Koleksi perpustakaan tersebut selain
koleksi referen yang tidak dapat dipinjamkan, adapula yang dapat dipinjamkan kepada
pengguna. Dengan adanya pelayanan peminjaman buku, maka penyebaran informasi pun
terjadi. Hanya saja penyebaran informasi ini masih dalam lingkup yang sangat terbatas,
karena seringkali tidak setiap orang terutama yang berasal dari luar instansi tempat
perpustakaan tersebut bernaung, mendapat kesempatan yang sama untuk meminjam. Jika
informasi yang dibutuhkan terletak di kota lain, waktu dan biayapun menjadi salah satu
faktor yang menghambat.

Di dunia ini, tidak ada satupun perpustakaan yang sangat lengkap koleksinya, maka
kerjasama antar perpustakaan atau terbentuknya suatu jaringan informasi merupakan suatu
kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Mengenai kerjasama antar perpustakaan, terdapat
suatu pelayanan interlibrary loans, yaitu peminjaman antar perpustakaan sebagai salah satu
wujud kerjasama antar perpustakaan. Dengan interlibrary loans ini kebutuhan informasi
seorang pengguna dari suatu perpustakaan A dapat terpenuhi, walaupun informasi yang
dibutuhkannya tidak dimiliki oleh perpustakaan tersebut. Dengan adanya layanan tersebut,
perpustakaan A dapat meminjam koleksi yang dimaksud ke perpustakaan B.
Bentuk kerjasama perpustakaan lainnya misalnya kerjasama dalam pengadaan koleksi.
Kerjasama ini merupakan jalan keluar bagi perpustakaan yang mempunyai dana yang sangat
minim untuk pengembangan koleksi perpustakaannya. Ada pula kerjasama pengolahan,
kerjasama penyediaan fasilitas, kerjasama penyusunan katalog induk dan sebagainya.
Adapun mengenai jaringan informasi, ternyata pada 20 tahun silam, yaitu tepatnya pada
tanggal 22-24 Juli 1971 di Bandung telah diselenggarakan suatu workshop yang berjudul
“Workshop jaringan dokumentasi dan informasi ilmiah untuk Indonesia”. Dalam workshop
itu diputuskan perlu adanya sistem jaringan informasi (Information Network) dan
dokumentasi ilmiah. Keputusan lainnya adalah ditunjuknya Pusat Dokumentasi Ilmiah
Nasional (PDIN-LIPI) sebagai pusat informasi dan dokumentasi bidang ilmu pengetahuan
teknologi (Basuki,1991; Sudarsono, 2001).

7
Menurut Sulistyo Basuki (1991), jaringan Informasi adalah suatu sistem terpadu dari
badan-badan yang bergerak dalam bidang pengolahan informasi, seperti perpustakaan, pusat
dokumentasi, pusat analisis informasi, dan pusat informasi dengan tujuan menyediakan
pemasukan data yang relevan tanpa memperhatikan bentuk maupun asal data untuk
keperluan masyarakat pemakai.

Dengan merujuk pada definisi jaringan informasi, maka perpustakaan digital


memiliki peluang untuk pengembangan jaringan informasi yang relatif lebih baik dari
jaringan informasi yang pernah ada sebelumnya. Selain itu, dengan perpustakaan digital
dapat lebih memungkinkan terwujudnya kerjasama antar perpustakaan secara lebih luas.
Bahkan dengan perpustakaan digital siapapun dari tempat manapun akan dapat lebih mudah
untuk mengetahui koleksi yang dimiliki oleh suatu perpustakaan yang jauh dari jangkauan
tempat tinggalnya. Adapun dengan terbentuknya jaringan kerjasama antar perpustakaan
digital akan lebih memungkinkan lagi terwujudnya penyebaran dan pemanfaatan informasi
secara lebih luas, yang pada gilirannya akan mempengaruhi laju perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi pada suatu masyarakat.

1.2 Gdl Network Dan Indonesia Dln

Baru-baru ini tepatnya pada tanggal 6 Juni 2001 yang lalu di Bandung, telah
diluncurkan jaringan perpustakaan digital nasional yang bernama Indonesia Digital Library
Network (IndonesiaDLN), dengan Ganesha Digital Library (GDL) Network sebagai salah
satu sub jaringannya. IndonesiaDLN merupakan suatu sarana tukar menukar ilmu
pengetahuan, yang meliputi berbagai instansi; berbagai tingkat pendidikan dari mulai play
group sampai perguruan tinggi; berbagai lembaga penelitian, dan sebagainya. Pembentukan
jaringan informasi ini didasari pada filosofi saling berbagi ilmu pengetahuan untuk seluruh
umat manusia. Salah satu hal yang menarik dari IndonesiaDLN adalah jaringan ini tidak
terbatas pada gabungan lembaga atau institusi saja, tetapi secara individu pun dapat
bergabung pada jaringan ini, bahkan warnet pun dapat bergabung.
GDL Network sebagai sub jaringan IndonesiaDLN terdiri atas server-server perpustakaan
digital yang menggunakan perangkat lunak GDL. Perangkat lunak GDL ini merupakan
perangkat lunak perpustakaan digital berbasis web pertama di Indonesia yang didistribusikan
sebagai open-source dan free-software bersyarat (Fahmi, 2001). Dengan kata lain, perangkat

8
lunak ini dapat digunakan oleh siapapun secara gratis (tidak dikenakan biaya pembelian),
dengan syarat yang bersangkutan sepakat untuk berbagi ilmu pengetahuan yang dikelolanya
dengan menggunakan perangkat lunak GDL, kepada seluruh bangsa Indonesia melalui
jaringan IndonesiaDLN.

Perangkat lunak GDL dikemas dalam tiga edisi, yang memungkinkan suatu institusi,
individu, ataupun warnet dapat tergabung dalam GDL Network. GDL institution edition
merupakan perpustakaan digital untuk organisasi atau institusi, seperti perguruan tinggi,
lembaga riset, LSM, pemerintahan, bisnis dan lain-lain. Di dalamnya dikelola ilmu
pengetahuan yang dimiliki oleh anggota institusi yang bersangkutan.
GDL personal edition ditujukan bagi individu yang memiliki koleksi informasi yang cukup
banyak, baik hasil karyanya sendiri maupun koleksi dari berbagai sumber, sedangkan GDL
warnet edition membawa misi untuk menjadikan warnet (warung internet) sebagai
perpustakaan digital yang akan mendekatkan informasi kepada masyarakat di sekitarnya.

9
BAB II

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI


BAGI PUSTAKAWAN

Creth (1996) mengatakan bahwa teknologi informasi telah menciptakan informasi dengan
mutu interaktif dan ekspansif yang tidak dialami sebelumnya, kemudian menjadikan informasi
sebagai suatu komoditi utama. Informasi tidak lagi bersifat statis, tetapi secara terus- menerus
dapat bertambah, nilainya berkembang sebagai data orisinal, pesan atau idenya semakin meluas.
Disamping itu, kecepatan dan sambungan jaringan telah membuka saluran komunikasi di dalam
organisasi dan selanjutnya menyeberangi batas organisasi dan seterusnya menyediakan suatu
komunikasi seketika (real time) di antara manusia di seluruh dunia.

Disamping itu, teknologi informasi telah menciptakan suatu rasa penting dan membuka peluang
baru untuk mengembangkan produk dan penyampaian pelayanan. Pada saat yang bersamaan,
pengaruh teknologi informasi dalam proses komunikasi menantang asumsi dasar tentang struktur
organisasi, hubungan kerja, dan sifat dan mutu pelayanan.

Beberapa ciri lingkungan informasi sekarang dan yang tumbuh, dimana pustakawan harus
berperan, termasuk:

• akses terhadap berbagai informasi


• kecepatan yang meningkat dalam pemerolehan informasi
• kekompleksan yang lebih besar dalam mencari, menganalisis dan menghubungkan
informasi
• teknologi yang berubah terus-menerus
• rendahnya standardisasi perangkat keras dan lunak
• belajar terus-menerus bagi pengguna dan staf perpustakaan
• investasi dana yang besar untuk teknologi

Kenyataan bahwa apapun label yang digunakan untuk menggambarkan keadaan lingkungan
sekarang, seperti information age, global information village, pustakawan harus mencari jalan

10
agar tetap tanggap secara efektif dan innovatif terhadap suatu lansekap yang beragam dalam
memenuhi harapan pengguna. Ini diperlukan agar pustakawan dan perpustakaan mampu tetap
berkembang dan survive di dalam institusi mereka.

Pustakawan harus melihat dirinya sendiri dan perpustakaannya sebagai jembatan


penyedia pada masa lalu dan gerbang ke masa depan. Mereka harus membentuk kemitraan,
koalisi dan koneksi baik secara teknologi, pribadi maupun secara organisasi, untuk memastikan
suatu peran sentral pada abad keduapuluhsatu.

2.1 Automasi Perpustakaan

Komputer, sebagai sentral dari teknologi informasi, saat ini lebih produktif kira-kira 32 kali
(3.200 persen) dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu, dan memberikan indikasi akan
berkembang menjadi 32 kali lipat lebih produktif pada dekade yang akan datang. Untuk
mengetahui perkembangan pemanfaatan komputer di bidang perpustakaan, kita selanjutnya
akan melihat fase perkembangan automasi perpustakaan. Marquardt (1996:1) membagi
perkembangan fungsi automasi perpustakaan ke dalam dua fase.

Sistem Sirkulasi, Pengatalogan, dan Pengadaan. Penggunaan komputer untuk pengawasan


sirkulasi (circulation control) telah menggantikan kegiatan manual memfile kartu-kartu buku
(check-out cards), perhitungan denda, dan pembuatan surat tagihan untuk buku yang
terlambat dikembalikan. Kegiatan pengawasan sirkulasi pada dasarnya mirip dengan
pengawasan persediaan (inventory control).

Pada tahun 1970an, kegiatan pembuatan kartu katalog dalam Pengatalogan dipercepat
dengan menggunakan bantuan komputer. Dari satu entri katalog tentang sebuah judul yang
telah dimasukkan ke dalam komputer dapat dihasilkan satu set atau lebih kartu katalog yang
diperlukan. Kemudian pada tahun 1980an katalog talian (online catalog) menggantikan
kartu-kartu katalog beserta kabinetnya di beberapa perpustakaan.

Sistem pengadaan terautomasi membantu pembuatan daftar buku-buku dan serial yang akan
dibeli atau dilanggan, termasuk menghitung harga dan untuk pengecekan penerimaan. Sistem
ini tergolong sederhana dibandingkan dengan sistem pengatalogan.

11
Dalam fase kedua, berbagai innovasi baru telah memperluas daya dan cakupan temu-balik
informasi. Dalam lingkungan yang lebih kaya, lebih bervariasi dan kompleks, telah
dihasilkan sejumlah produk yang dapat ditelusur melalui teknik penelusuran yang lebih
canggih. Katalog Akses Umum Talian (KAUT) atau Online Public Access Catalog (OPAC)
menawarkan lebih banyak titik akses (access points) dari yang biasa ditawarkan oleh katalog
kartu. Disamping akses melalui pengarang, judul dan subjek, KAUT menawarkan misalnya
akses melalui nomor panggil (call number) dan penerbit, ditambah dengan logika Boolean,
dan batasan penelusuran oleh bahasa atau format dokumen.

Dengan meningkatnya permintaan terhadap artikel-artikel jurnal yang tidak dimiliki oleh
perpustakaan dan meningkatnya permintaan pelayanan antar perpustakaan (interlibrary loan)
telah menghasilkan hadirnya berbagai pangkalan data bibliografis dalam CD-ROM. Saat ini
banyak pangkalan data yang sama dapat diakses melalui Internet. Ada empat altenatif untuk
mengakses CD-ROM yaitu: local mainframes, stand-alone CD-ROM, local area network,
atau Internet. Disamping itu, katalog perpustakaan lain dapat pula diakses dalam Internet,
melalui Gophers atau World Wide Web (WWW).

Saat ini arsitektur sistem perpustakaan mencakup semua sistem pengadaan, pengatalogan,
katalog talian, pengawasan sirkulasi, pengawasan serial di dalam suatu sistem terintegrasi
(integrated library system). Sistem ini dapat dianalogkan dengan sistem hiburan rumah
(home entertainment) yang seluruhnya terdapat di dalam satu kabinet. Sistem
kerumahtanggaan perpustakaan (library housekeeping) ini kemudian konfigurasinya
berkembang dengan menggabungkan berbagai komponen perangkat keras dan lunak. Dengan
perkembangan teknologi jaringan, sistem ini kemudian dapat dihubungkan ke perpustakaan
lain, ke jaringan lokal (LAN), dan ke Internet.

2.2 Teknologi Informasi Dan Pemasaran

Automasi perpustakaan, baik secara modular maupun terpadu, merupakan dasar dari
pemanfaatan teknologi informasi untuk pemasaran perpustakaan. Dalam uraian sebelumnya
telah disebutkan bahwa bagaimana suatu sistem katalog talian dengan mudah dapat
dihubungkan ke jaringan lain yang jangkauannya lebih luas termasuk Internet. Penyediaan
KAUT untuk dapat diakses dari beberapa terminal (workstations) di dalam dan dari luar
perpustakaan sudah merupakan pemasaran bagi perpustakaan. Disamping KAUT

12
menawarkan berbagai kelebihan seperti keragaman titik akses dan kecepatan, sistem ini juga
secara psikologis akan mengubah kesan pengguna terhadap perpustakaan.

Melalui terminal yang sama pengguna juga dapat mengetahui berbagai jenis
informasi yang berkaitan dengan perpustakaan antara lain buku-buku baru dalam minggu
atau bulan terakhir, status buku, dan informasi tentang berbagai pelayanan sebagai pengganti
seleberan atau brosur. Daftar Perolehan Tambahan (accessions list) yang biasanya diterbitkan
oleh perpustakaan setiap bulan dapat dimuat dalam sistem. Status buku-buku, apakah sedang
dipinjam atau tersedia di rak merupakan fasilitas yang dapat ditambahkan dalam KAUT.
Informasi tentang berbagai jenis pelayanan yang ditawarkan yang biasanya dimuat dalam
berbagai selebaran atau brosur, juga dapat dimuat dalam sistem. Semuanya dapat dijadikan
sebagai pilihan menu yang dapat diakses oleh masyarakat.

Komunikasi dengan pelanggan suatu produk/pelayanan dapat dilakukan melalui


jaringan komputer. Pelanggan misalnya dapat diminta tanggapannya tentang suatu
produk/pelayanan yang ditawarkan oleh perpustakaan. Mereka juga dapat memesan atau
meminta pengiriman informasi yang mereka perlukan melalui jaringan. Dan bahkan rekaman
informasi yang sudah dalam bentuk elektronik dapat ditransfer langsung kepada pelanggan
melalui suatu jaringan

2.3 Gambaran Umum Perpustakaan Sekolah

Sebuah perpustakaan sekolah, pada hakekatnya adalah sebuah unit kerja yang bertugas
memberikan layanan bacaan dan informasi kepada masyarakat sekolah agar proses kegiatan
belajar mengajar di sekolah yang bersangkutan dapat berjalan dengan baik.
Idealnya perpustakaan sekolah memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
a. Ruangan atau gedung
Yang berfungsi untuk menampung bahan pustaka, juga berfungsi sebagai tempat layanan
kepada pengguna perpustakaan.
b. Bahan pustaka
Berfungsi sebagai sumber belajar dan media informasi yang akan dilayankan kepada
pengguna.
c. Tenaga pengelola
Merupakan pelaksana layanan dan penanggungjawab semua kegiatan di perpustakaan

13
d. Perabot dan perlengkapan
Berfungsi untuk menampung dan memajang bahan pustaka yang akan dilayankan.
Sedangkan perlengkapan diperlukan untuk mendukung berbagai kegiatan yang berkaitan
dengan layanan perpustakaan.
e. Keuangan
Untuk mendanai berbagai kegiatan perpustakaan. Meskipun hampir sebagian besar
perpustakaan sekolah di Indonesia belum memenuhi secara lengkap unsur-unsur tersebut,
tetapi perkembangannya terus mengalami kemajuan.
Harus disadari bahwa perkembangan sebuah perpustakaan sekolah tidak bisa hanya
diserahkan kepada pengelolanya saja. Berbagai pihak yang terkait ikut menentukan
perkembangan sebuah perpustakaan sekolah. Dan pada saat ini, perhatian berbagai pihak,
baik pemerintah, swasta, maupun perorangan yang memiliki kepedulian terhadap
perkembangan perpustakaan semakin besar.
Disadari atau tidak, perpustakaan sekolah memiliki manfaat sebagai berikut :
1. Perpustakaan sekolah dapat menimbulkan kecintaan murid-murid terhadap membaca.
2. Perpustakaan sekolah dapat memperkaya pengalaman belajar muridmurid.
3. Perpustakaan sekolah dapat menanamkan kebiasaan membaca.
4. Perpustakaan sekolah dapat mempercepat penguasaan teknik membaca.
5. Perpustakaan sekolah dapat melatih murid-murid ke arah tanggung jawab.
6. Perpustakaan sekolah dapat memperlancar muridmurid dalam menyelesaikan tugas-tugas
sekolah.
7. Perpustakan sekolah dapat membantu guruguru menemukan sumber-sumber pengajaran.
8. Perpustakaan sekolah dapat membantu muridmurid, guru-guru, dan anggota staf sekolah
dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tetapi, perlu diingat bahwa, untuk menciptakan perpustakaan dengan manfaat seperti
tersebut diatas, sebuah perpustakaan sekolah perlu melakukan kegiatan yang menunjang
seperti :
1. Pengadaan bahan pustaka secara teratur dan terus menerus.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa bahan pustaka merupakan media informasi
dan media layanan yang akan disampaikan kepada pengguna. Untuk itu diperlukan bahan
pustaka yang selalu up to date dan bisa mengikuti perkembangan teknologi dan ilmu
pengetahuan.

14
2. Pengolahan bahan pustaka
Perpustakaan bukan gudang buku oleh karena itu bahan pustaka yang ada perlu diolah
berdasarkan sistem yang ada, agar pengguna dapat dengan mudah mengakses dan
memanfaatkannya,
3. Layanan perpustakaan
Karena merupakan sebuah unit kerja, maka perpustakaan perlu melakukan kegiatan yang
intinya adalah mendayagunakan koleksi bahan pustaka yang dimilikinya.

Inti dari semua kegiatan perpustakaan adalah pendayagunaan koleksinya. Tanpa adanya
pemanfaatan koleksi bahan pustaka secara maksimal, keberadaan sebuah perpustakaan
menjadi kurang berarti. Pendayagunaan koleksi perpustakaan bisa dilakukan dengan berbagai
cara. Salah satu caranya adalah dengan bantuan teknologi informasi yang akhir akhir ini
berkembang sangat pesat

15
BAB III

PEMANFAATAN TEKNOLOGI JARINGAN INTRANET, EKSTRANET


DAN INTERNET DI PERPUSTAKAAN

Intranet merupakan sebuah jaringan yag dibangun berdasarkan teknologi internet yang
didalam nya terdapat basis arsitektur berupa aplikasi web dan teknoogi komunikas data. Intranet
juga menggunakan protokol TCP/IP. Protokol ini memungkikan suatu komputer mengirimdan
memberi alamat data ke komputer lain sekaligus memastikan pengiriman data sampai tujuan
dengan tanpa kurang apa pun. Intranet berkembang pesat di Amerika – Netscape (13/11/1995)
melaporkan bahwa sebagian besar penjualan server ke perusahaan di amerika di gunakan untuk
intranet. Di Indonesia intranet telah digunakan oleh beberapa perusahaan walaupun, terbatas
pada perusahaan komputer, dan indstri besar lainnya.

contoh: gambar pemanfaatan intranet untuk automasi perpustakaan

Terus bagaimana intranet apakah di pakai di perpustakaan juga ? intranet bisa juga di
pakai di perpustakaan contohnya perpustakaan fakultas kedokteran UGM memakai fasilitas
intranet supaya sebuah jurnal on line hanya bisa di lihat atau didownload di perpustakaan
tersebut karena memakai IP adress yang didaftarkan sebuah situs penyedia jurnal kedokteran
online yang sudah diberi firewall ( firewall adalah sebuah perangkat lunak/keras yang mengatur

16
akses seseorang kedalam intranet atau akses user di dalam jaringan lokal ke jaringan luar) lokal
yang terhubung ke jaringan internet, untuk melindungi aset sistem informasi dari serangan pihak
luar.

Hal ini menjadikan intranet benar-benar berdiri secara independen. Hal lain yang
membedakan internet dengan intranet adalah dari sisi penggunaannya. Aplikasi dan informasi
intranet ditujukan bagi kalangan dalam suatu organisasi itu sendiri sementara informasi di suatu
situs internet ditujukan bagi kalangan umum.

3.1 Jenis Pemanfaatan Intranet

Penggunaan intranet sebetulnya tergantung dari bentuk organisasi penggunannya.


Apakah suatu toko, perusahaan multinasional, sutu instansi perpustakaan atau departemen
lainnya. Dengan memahami kerja organisasi tersebut maka mempermudah model disain
intranet yang kan digunakan.

Dalam suatu institusi perpustakaan intranet banyak digunakan untuk:

1. OPAC (online public catalouge) atau katalog online yang dapat diakses di seluruh
raungan perpustakaan yang terhubung dengan jaringan
2. membrikan pelayanan yang maksimal kepada pengguna, contohnya jurnal kedok
teran online medica hanya bisa di akses di perpustakaan kedokteran.
3. informasi sistem service, dan lain-lain.
4. Sistem sirkulasi online

3.2 Komponen Pembentuk Intranet

Komponen pembentuk intranet pada dasarnya sama dengan komponen pembentuk internet,
seperti:

1. aplikasi browser ( internet exploler, opra, mozilla firefox, netscape)


2. komputer server
3. perangkat jaringan
4. protokol TCP/IP
5. bahasa pemrograman (html, php, mysql , dll)

17
6. komputer client
7. perangkat bantu pengembang

yang perlu ditambahkan dalam intranet apabila sebagianinformasi organisasi tersebut ingin
diekspose agar dapat di akses jaringan luar (internet) adalah firewall dan router (intranet ini
akan menjadi ekstranet).

3.3 Internet

Intercenneted network atau lebih dikenal dengan sebutan


internet adalah sebuah sistem komuniasi global yang
menghubungkan komputer-komputer dan jaringan-
jaringan komputer di seluruh dunia. Setiap komputer dan
jaringan terhubung secara langsug maupun tidak
langsung ke beberapa jalur utama yang disebut internet
backbone dan dibedakan satu dengan yang lain
menggunakan unique name yang bisa disebut alamat IP
32 bit. Contoh 202.133.81.6

Cara koneksi internet :

1. mendaftarkan diri ke ISP (internet service provider)


2. lewat modem dial up (telepon)
3. dengan GPRS melalusi ponsel

Perbedaan intranet dengan internet dan ekstranet:

Intranet (adalah sebuah jaringan koputer berbasis protokol TCP/IP seperti internet, hanya
saja digunakan dalam internal perusahaan atau kantor dengan aplikasi berbasis web dan
teknologi komunikasi data seperti internet ( bahkan warung internet (warnet) dapat
dikategorikan sebagai intranet). Ekstranet (jika sebuah badan usaha atau bisnis
mengekspose sebagian dari internal jaringan ke komunitas di luar). Internet (merupakan
komunikasi jaringan komunikasi global yang menghubungkan seluruh komputer di dunia
meskipun beda sistem oprasi dan mesin)

18
3.4 Internet: Strategi Penggunaannya Di Perpustakaan

Internet menawarkan alternatif baru dalam pemerolehan informasi dan sekaligus


penyebarluasan informasi. Jika sebelumnya, informasi berbasis cetak merupakan primadona
perpustakaan tradisional, sekarang tersedia format baru dalam bentuk digital melalui Web.
Koleksi bahan digital yang ditransmisikan secara elektronik dan disebut perpustakaan digital,
keberadaannya semakin penting dalam pemenuhan kebutuhan informasi pengguna.

Pengunaan Internet di suatu perpustakaan dapat dibedakan ke dalam dua jenis.

Pertama, penyediaan akses yaitu penyediaan sarana dan prasarana dimana


pustakawan dan pengguna perpustakaan dapat menggunakan Internet. Dalam hal ini,
perpustakaan menyediakan sejumlah komputer sebagai terminal yang terhubung ke Internet.
Penyediaan layanan akses ini bertujuan untuk memungkinkan sivitas akademika dapat
memperoleh informasi yang bersumber dari Web, yang diperlukan untuk mendukung
kegiatan proses belajar-mengajar dan penelitian. Kegiatan ini pada dasarnya sama dengan
penyediaan bahan pustaka cetak yang merupakan kegiatan rutin suatu perpustakaan
tradisional.

Pengguna dapat melakukan sendiri penelusuran, atau dengan memesan bahan yang
mereka perlukan kepada pustakawan. Dalam kaitan ini, pengetahuan dan pengalaman
pustakawan dalam penelusuran menjadi sangat penting karena dapat meningkatkan efisiensi
pustakawan dan pengguna. Pustakawan sesuai dengan peran dasarnya, dalam menyediakan
akses Internet dapat bertindak sebagai pembimbing terutama bagi pengguna baru, konsultan
seperti layaknya fungsi pustakawan referens, pengawas untuk penggunaan yang tidak
produktif, penelusur berdasarkan pesanan pengguna, diseminator untuk penyebarluasan
informasi tentang bahan Web, dan organisator untuk mengorganisasikan bahan-bahan Web.

Kedua, publikasi elektronik yaitu kegiatan untuk mempublikasikan berbagai


informasi tentang dan oleh perpustakaan. Dalam hal ini, perpustakaan memiliki dan
memelihara sendiri suatu situs Web. Penerbitan Web bertujuan untuk mempublikasikan
berbagai informasi tentang perpustakaan dan kegiatannya. Kegiatan ini pada dasarnya sama

19
dengan publikasi berbagai selebaran, brosur, pamflet panduan perpustakaan, daftar perolehan
baru, katalog dalam berbagai jenis, dan sebagainya yang biasanya dilakukan oleh sebuah
perpustakaan, serta kegiatan publikasi lainnya. Dalam kaitan ini, perpustakaan bertindak
sebagai penerbit.

Situs perpustakaan memberi peluang baru bagi pustakawan untuk melakukan sesuatu
yang sebelumnya tergolong sulit untuk dilakukan. Peluang tersebut diantaranya adalah
menerbitkan karya khas sekolah atau perguruan tinggi yang tidak diterbitkan tetapi
didokumentasikan di perpustakaan sebagai deposit sekolah atau perguruan tinggi. Karya
tersebut antara lain adalah bahan-bahan oleh dan tentang sekolah atau perguruan tinggi,
termasuk diantaranya laporan penelitian, karya tulis, makalah seminar, simposium, bahan-
bahan kuliah, dan publikasi sekolah atau perguruan tinggi lainnya. Kegiatan lainnya yang
dimungkinkan adalah pelayanan perpanjangan pinjaman sebagai alternatif perpanjangan
melalui telepon, konsultasi antara pengguna dengan pustakawan referens, penyediaan
hubungan ke sumberdaya Web lain, penerbitan buletin, dan sebagainya.

20
BAB IV

MANAJEMEN PERPUSTAKAAN DIGITAL

4.1 Manajemen Perpustakaan Konvensional

Masalah utama yang di hadapi bangsa kita, khususnya dalam bidang pendidikan
dalam menghadapi era globalisasi (terutama pasar global) adalah rendahnya tingkat kualitas
sumberdaya manusia. Kecenderungan ini menuntut kita agar lebih proaktif dalam
meningkatkan profesionalime tenaga kerja dalam bidang pendidikan (pustakawan). Hanya
dengan tingkat kemampuan profesionalisme yang handal, dapat mempengaruhi budaya
pendidikan dari menejemen sumberdaya manusia yang tradisonal menuju menejemen yang
lebih modern.

Pengembangan dan peningkatan mutu profesionalitas di Indonesia bukanlah


persoalan mudah dan jangka pendek, melainkan persoalan pelik dan jangka penjang. Oleh
karena itu, baik SDM perpustakaan maupun masyarakat dan pemerintah harus bersinergi dan
berkomitmen untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu profesionalitas SDM
perpustakaan. Hal ini harus dilakukan secara berkelanjutan, tidak boleh hanya sekali jadi,
karena profesionalitas terus berkembang, tidak pernah mengenal kata berhenti. Salah satu
upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia adalah pengembangan minat baca
dan kebiasaan membaca. Perpustakaan diharapkan sebagai pusat kegiatan pengembangan
minat baca dan kebiasaan membaca. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya
manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif,
efektif dan efisien dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing
dalam menjalani era globalisasi tersebut dengan cara manajemen perpustakaan dengan baik.
Kaitannya dengan manajemen, dahulu kala manajemen digunakan dalam istilah bisnis, akan
tetapi dewasa ini kata manajemen seringkali digunakan dalam istilah pendidikan (manajemen
pendidikan). Dari sini saya ingin menguraikan manajemen sekolah yang lebih sempit (baca
perpustakaan).
Kata manajemen telah menjadi kosakata bahasa Indonesia dan telah menjadi bahan
pencaturan sehari-hari. Banyak orang yang menyatakannya dalam makna yang tepat tapi

21
banyak pula orang yang menyatakannya tanpa tahu makna apa sebenarnya kata manajemen
tersebut. Secara ringkas dapat dikatakan manajemen adalah ilmu dan seni meramu
sumberdaya organisasi sehingga bisa dicapai hasil yang semaksimal mungkin.
Manajemen disebut sebagai ilmu, sebab manajemen memang bisa dipelajari, diteliti, dan
dilakukan secara ilmiah. Hanya saja gaya seseorang dalam melakukan manajemen tidak sama
dengan orang lain, misalnya: resep rawon, sate, pecel, dan sebagainya pasti mengandung
bahan-bahan sehingga masakan tersebut bisa disebut rawon, sate atau pecel. Akan tetapi
rawon nguling akan berbeda dengan rawon masakan kita sendiri. Itulah barangkali yang
disebut dengan manajemen sebagai suatu seni.

Dalam kaitannya dengan perpustakaan, maka bisa dikatakan bahwa manajemen


perpustakaan yang dilakukan oleh sebuah lembaga akan berbeda dengan lembaga yang lain,
namun tetap ada ciri-ciri utama yang sama yang bisa membuat manajemen perpustakaan
berhasil. Kelemahan umum kita dalam mengelola organisasi adalah terlalu banyak seninya
dibanding dengan ilmunya, sehingga gaya manajemen yang dilakukan bersifat mencoba-coba
(trial and eror).

Kelemahan kedua, adalah penerapan manajemen “gotong royong” artinya semua


orang melakukan semua pekerjaan, tidak ada pembagian kerja yang tegas dan jelas, sehingga
proses manajemen tidak berlangsung secara efektif dan efisien. Bahkan sering terjadi
benturan antara satu unit dengan unit lainnya, sehingga menyebabkan pendayagunaan
sumberdaya organisasi tidak secara sinergis dan banyak pemborosan. Dalam hal ini yang
terjadi adalah sama-sama bekerja, tetapi bukan kerjasama.

Kelemahan ketiga adalah gaya manajemen “tukang cukur”, yaitu satu orang
melakukan semua pekerjaan, mulai dari membuka kios, menyapu, memotong rambut,
menutup kios, dan mengelola keuangan sekaligus. Dalam organisasi banyak orang yang
“merasa” dirinya mampu dalam segala hal (ngabehi) dan tidak memberikan porsi pekerjaan
kepada orang lain. Akibatnya organisasi yang semestinya dapat menjalankan beban
pekerjaan yang lebih banyak, justru tidak dapat melakukan pekerjaan karena tersentralisasi di
tangan beberapa orang saja, sedang yang lain justru kurang pekerjaan.
Kelemahan lain adalah manajemen “sungkanisme”, yaitu suatu manajemen yang tidak
asertif. Budaya sungkan (segan) menegur kesalahan teman dan budaya marah kalau ditegur

22
teman membuat organisasi berjalan kesana-kemari tak tentu arah, sehingga tak bisa mencapai
tujuan yang dikehendaki.

Atas dasar kelemahan-kelemahan umum (termasuk dalam mengelola perpustakaan)


tersebut diatas, marilah kita bahas bersama “sekilas tentang manajemen perpustakaan”.
Memanage atau mengelola perpustakaan artinya mengatur agar seluruh potensi perpustakaan
berfungsi secara optimal dalam mendukung tercapainya tujuan perpustakaan. Jadi kepala
perpustakaan mengatur agar konsumen dan staf lainnya mau bekerja secara optimal, dengan
mendayagunakan sarana/prasarana yang dimiliki serta potensi masyarakat demi mendukung
ketercapaian tujuan perpustakaan.

Agar manajemen suatu organisasi bisa berjalan dengan berhasil, paling tidak ada 4
(empat) unsur pokok manajemen yang harus dilakukan, yaitu: (1) perencanaan/ planning; (2)
organisasian/ organizing; (3) pelaksanaan/ actuating; dan (4) pengendalian/ controlling.
Keempat unsur tersebut sering disingkat POAC, yaitu singkatan dari Planning, Organizing,
Actuating, dan Controlling.

4.2 Peran dan Fungsi Perpustakaan

Perpustakaan bertujuan memberi bantuan bahan pustaka yang diperlukan oleh para pemakai.
Tujuan perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut: (1) agar timbul kecintaan terhadap
membaca, memupuk kesadaran membaca dan menanamkan kebiasaan membaca, (2)
membimbing dan mempercepat penguasaan teknik membaca, (3) memperluas dan
memperdalam pengalaman belajar, (4) membantu perkembangan percapakan bahasa dan
daya pikir murid, (5) dapat menggunakan dan memelihara bahan pustaka secara baik, (6)
memberikan dasar-dasar kemampuan penelusuran informasi, dan (7) memberikan dasar-
dasar kemampuan ke arah studi sendiri.

Selain itu, tujuan perpustakaan sekolah juga untuk menunjang proses kegiatan belajar
mengajar di sekolah yang bersangkutan. perpustakaan sekolah memiliki peran penting dalam
memacu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Dengan demikian perpustakaan sekolah
merupakan suatu unit kerja dari sebuah lembaga persekolahan yang berupa tempat
menyimpan koleksi bahan pustaka penunjang proses pendidikan yang diatur secara
sistematis. tujuannya adalah untuk digunakan secara berkesinambungan sebagai sumber

23
informasi untuk mengembangkan dan memperdalam pengetahuan baik oleh guru, siswa
maupun warga sekolah.

Keberadaan perpustakaan sekolah juga memiliki manfaat. Secara rinci manfaat perpustakaan
sekolah, baik yang diselenggarakan di tingkat sekolah dasar, menengah, maupun perguruan
tinggi sebagaimana dikemukakan oleh Bafadal, adalah sebagai berikut.

1. Perpustakaan sekolah dapat menimbulkan kecintaan murid-murid terhadap membaca.


2. Perpustakaan sekolah dapat memperkaya pengalaman belajar murid-murid.
3. Perpustakaan sekolah dapat menanamkan kebiasaan membaca.
4. Perpustakaan sekolah dapat mempercepat penguasaan teknik membaca.
5. Perpustakaan sekolah dapat melatih murid-murid ke arah tanggung jawab.
6. Perpustakaan sekolah dapat memperlancar murid-murid dalam menyelesaikan tugas-
tugas sekolah.
7. Perpustakan sekolah dapat membantu guru-guru menemukan sumber-sumber pengajaran.
8. Perpustakaan sekolah dapat membantu murid-murid, guru-guru, dan anggota staf sekolah
dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Jika dikaitkan dengan segi pelayanan, perpustakaan tidak hanya terbatas di ruangan atau
gedung saja, tetapi juga pelayanan sampai pada tingkat kelas. Secara umum tujuan
perpustakaan sebagai fungsi pelayanan adalah sebagai berikut:

• Memupuk kegemaran dan kebiasaan membaca.


• Membantu mengembangkan ketrampilan berbahasa baik bahasa sendri maupun
bahasa lainnya.
• Membantu anak didik mengembangkan minat, bakat, serta kegemaran
• Membantu anak didik agar dapat menggunaan dan memanfaatkan bahan-bahan
pustaka secara baik.
• Membimbing anak didik untuk belajar bagaimana menggunakan dan memanfaatkan
perpustakaan secara efektif dan efisien terutama dalam menelusuri bahan pustaka
yang diinginkan.

Sedangkan menurut Andoyo, tujuan perpustakaan sekolah adalah membantu


meningkatkan pengetahuan, ketrampilan serta nilai dan sikap hidup siswa dan guru dalam

24
rangka meningkatkan mutu pendidikan. Sumpeno, menyatakan bahwa fungsi
perpustakaan adalah sebagai berikut: (1) fungsi informasi, (2) fungsi pendidikan, (3)
fungsi administrasi, (4) fungsi rekreatif, (5) fungsi sosial, dan (6) fungsi riset.
Perpustakaan sekolah menyediakan berbagai informasi yang meliputi bahan tercetak,
terekam maupun koleksi lainnya agar siswa dapat:

1. Mengambil berbagai ide dari buku yang ditulis oleh para ahli dari berbagai bidang
ilmu.
2. Menumbuhkan rasa percaya diri dalam menyerap informasi dalam berbagai bidang
serta mempunyai kesempatan untuk dapat memilih informasi yang layak yang sesuai
dengan kebutuhannya.
3. Memperoleh kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi yang tersedia di
peprustakaan dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.
4. Memperoleh informasi yang tersedia di perpustakaan untuk memmecahkan masalah
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Pendapat serupa juga dikemukan oleh Darmono, bahwa perpustakaan sekolah sangat
diperlukan keberadaannya dengan pertimbangan sebagai berikut:

• Perpustakaan merupakan sumber belajar.


• Merupakan salah satu komponen sistem instruksional.
• Sumber untuk penunjang peningkatan kualitas dan pembelajaran
• Sebagai laboratorium belajar yang memungkinkan peserta didik dapat
mempertajam dan memperluas kemampuan untuk membaca, menulis, berpikir
dan berkomunikasi.

Dalam kaitannya dengan sumber belajar, maka perpustakaan merupakan salah satu dari
beberapa sumber belajar yang ada di lingkungan sekolah. Secara organisatoris
persekolahan, perpustakaan cenderung berada di bawah koordinasi pusat suber belajar
(PSB) yang dikoordinatori oleh koordinator PSB. Namun demikian, ada juga
perpustakaan sekolah yang secara langsung berada di bawah kepala sekolah sebagai
badan otonom dan bertanggungjawab langsung kepada kepala sekolah.
Model yang kedua di atas, umumnya dikembangkan oleh sekolah yang mengerti dan
sadar betul akan pentingnya peran dan fungsi perpustakaan. Mengingat, dengan berada

25
dibawah komando langsung pemegang kebijakan di tingkat satuan pendidikan sehingga
secara operasional manajemen lebih baik, penambahan koleksi, dan pengembangan
perpustakaan jauh lebih terarah daripada berada di bawah koordinasi Pusat Sumber
Belajar (PSB). Namun demikian, kedua model di atas tidak terjadi perbedaan yang
menyolok, baik dari segi aktifitas maupun pengembangannya, dengan catatan bahwa
perpustakaan harus dikelola secara proporsional dan sistem manajerial yang handal.

4.3 Perpustakaan Ideal

Perpustakaan adalah suatu unit kerja dari suatu badan atau lembaga tertentu yang mengelola
bahan-bahan pustaka, baik berupa buku-buku maupun bukan berupa buku (non book
material) yang diatur secara sistematis menurut aturan tertentu sehingga dapat digunakan
sebagai sumber informasi oleh setiap pemakainya. Sedangkan Soetopo (2002), mengatakan
perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang diselenggarakan di sekolah yang bermaksud
menunjang program belajar mengajar di lembaga pendidikan formal. Perpustakaan adalah
suatu unit kerja yang menyelenggarakan pengumpulan, penyimpanan dan pemeliharaan
berbagai jenis bahan pustaka, dikelola secara sistematis untuk digunakan sebagai informasi
bagi pemakai perpustakaan.

Sebagai salah satu unsur penunjang dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan di sekolah
adalah perpustakaan sekolah. Perpustakaan adalah salah satu lembaga pendidikan non formal
merupakan pusat informasi, sumber ilmu pengetahuan dan teknologi, rekreasi serta
pelestarian khasanah budaya bangsa. Banyak sekolah yang masih belum mempunyai
perpustakaan dan ada sebagaian yang kondisinya sangat menyedihkan. Perkembangan
perpustakaan belum optimal dikarenakan faktor dana, membaca belum membudaya di
kalangan masyarakat Indonesia serta tenaga perpustakaan yang kurang kompeten di
bidangnya. Namun demikian, harus diakui bahwa profesi pustakawan belum sepenuhnya
diakui oleh masyarakat karena mereka secara langsung belum mendapatkan manfaat dan jasa
dari pustakawan secara optimal. Kebijakan pemerintah tersebut tidak diiringi pengawasan
terhadap kinerja pustakawan, sehingga berdampak pada kinerja, mutu dan kualitas pustakwan
semakin berkurang dan cenderung menurun. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu upaya
peningkatan mutu dan kualitas pustakawan dengan jalan mengadakan seminar, diskusi,
pelatihan, dan pendidikan bagi pustakawan. Pembinaan dan pengembangan sumber daya

26
Manusia (pustakawan) sebagai upaya untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan
perpustakaan untuk saling tukar informasi serta pengembangan kemampuan dan kreatifitas
antara para peserta. Disamping itu pembinaan ini juga dimaksudkan untuk menciptakan
kesamaan pandang akan pentingnya fungsi perpustakaan. Diantara fungsi perpustakaan
adalah sebagai penyimpan, pendidikan, penelitian, informasi, dan rekreasi kultural.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia adalah pengembangan
minat baca dan kebiasaan membaca. Perpustakaan diharapkan sebagai pusat kegiatan
pengembangan minat baca dan kebiasaan membaca, sehingga semakin disadari bahwa
masyarakat gemar membaca (reading society) merupakan persyaratan dalam mewujudkan
masyarakat gemar belajar (learning society) yang merupakan salah satu ciri masyarakat maju
dan beradab. Menurut Soetopo, perpustakaan yang ideal harus memenuhi pedoman-pedoman
diantaranya adalah lokasi, tata ruang, administrasi, pelayanan terhadap anggotanya dan
koleksi buku-buku perpustakaan. Sedangkan menurut Rachmananta, perpustakaan dikatakan
ideal apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

• Berani memantapkan keberadaan lembaga perpustakaan sesuai dengan jenisnya


• Selalu meningkatkan mutu melalui pelatihan-pelatihan bagi tenaga pustakawan
• Melakukan promosi dan menyelenggarakan jaringan kerja sama baik dalam negeri
maupun luar negeri
• Melakukan upaya-upaya pengembangan dan pembinaan perpustakaan terus menerus dari
segi sistem menejemen dan teknis operasional.

Standar perpustakaan sekolah sangat berhubungan erat dengan keadaan sekolah yang
memiliki program pendidikan dan pengajaran. Setiap negara menentukan syarat-sayarat
ataupun patokan yang dijadikan dasar dalam pelaksanaan kegiatan perpustakaan.

4.4 Perpustakaan Sebagai Pusat Pengembangan Membaca

Salah satu upaya pengembangan minat dan kegemaran membaca adalah dengan adanya
distribusi buku. buku merupakan salah satu syarat mutlak yang diperlukan untuk
pengembangan program ini, khususnya bagi anak-anak kecil yang tentunya belum begitu
banyak mengenal teknologi informasi. Artinya, bahwa fungsi buku memberikan tempat
tersendiri bagi perkembangan anak.hal inilah yang kemudian berimplikasi pada semakin

27
maraknya industri perbukuan/penerbit di Indonesia secara khusus dan dunia perbukuan
secara global.
Industri perbukuan yang dikemukakakan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bapak
Wardiman Djojonegoro yang dikutip oleh Paembonan, bahwa ada 4 (empat) pilar utama
yang ada dalam industri perbukuan. 4 pilar utama tersebut, yaitu: (1) pengarang, (2) penerbit
(maupun percetakan), (3) distributor, dan (4) konsumen.

Konsumen
Industri Perbukuan
Penerbit
Distributor
Pengarang

Gambar Empat pilar utama dalam industri perbukuan

Berangkat dari keempat pilar tersebut kemudian dielaborasi menjadi beberapa varian yang
mendukung perkembangan industri perbukuan. Pertama, pengarang merupakan pilar utama
yang harus ada dalam penggalakkan industri perbukuan. Penggalakkan upaya pengembangan
dan perkembangan perbukuan nasional diharapkan adanya adanya pengarang/penulis
berbakat dan hasil karya yang berupa buku-buku yang berkualitas, jurnal, dan semisalnya.
Sehingga memberi peluang kepada penulis-penulis ataupun pengarang-pengarang untuk
mengembangkan potensinya.
Kedua, selain adanya pengarang juga dibutuhkan adanya penerbit yang bersinergi dengan
pengarang. Pengarang menghasilkan karya, sedangkan penerbit berfungs menerbitkan hasil
karya pengarang. Namun tidak dapat dinafikan, sulitnya pengarag menembus ketatnya
persaingan dalam menerbitkan karya, mengindikasikan bahwa hanya karya-karya bermutu
dan berkualitas sajalah yang layak terbit. Sehingga, dibutuhkan suatu wahana untuk
memuluskan hasil karya anak bangsa ini misalnya ditelorkannya kebijakan pemerintah
menerbitkan karya tersebut walaupun hanya sekedar sebagai prototif buku-buku “drop-
dropan” dari pemerintah dengan catatan karya tersebut sesuai dengan budaya, corak, dan
kebutuhan sekolah penerima.
Ketiga, distributor ini merupakan kepanjangan tangan dari penerbit dan pengarang untuk
mendistribusikan hasil terbitan penerbit yang bersangkutan. Dan keempat, adalah konsumen

28
yang menjadi objek dalam pengembangan dan perkembangan industri perbukuan. Konsumen
membeli buku-buku yang mereka perlukan. Jika anak sudah dbiasakan membaca di usia dini,
maka sudah barang tentu ide besar Wardiman Djojonegoro akan menjadi sebuah kenyataan.

4.5 Managemen Perpustakaan Digital

Perpustakaan sekolah mempunyai tanggungjawab yang besar terhadap peningkatan dan


pengembangan minat dan kegemaran membaca, baik itu untuk peserta didik ataupun guru
maupun karyawan yang menginginkan informasi dari perpustakaan. Hal ini dilatari oleh
peran dan fungsi perpustakaan sebagai pusat pengembangan minat baca.
Perkembangan informasi global semakin tampak dirasakan oleh masyarakat, baik dalam
kebutuhan barang, layanan maupun jasa. Kebutuhan akan layanan yang prima tentunya
membutuhkan suatu manajemen dan perangkat yang berkelas. Dan salah satu alternatif yang
saat ini lagi menjadi komoditi publik adalah berkembangnya penggunaan teknologi informasi
yang bersinergi dengan operasional manajemen perpustakaan.
Teknologi informasi mampu menyalurkan data dalam jumlah sangat besar dan waktu sangat
cepat berupa data berbentuk suara, gambar, dan teks, atau data dalam multimedia. Erat
kaitannya dengan hubungan kerja sama yang saling dapat memanfaatkan sumber daya tadi,
maka terhadap adanya pendapat bahwa pusat studi harus didukung oleh perpustakaan yang
djadikan sebagai pusat pengembangan, hal tersebut dapat diartikaN sebagai sekolah tidak
harus mempunyai perpustakaan sendiri di mana sekolah berada.
Hal tersebut yang dikemukakan di muka tidak lebih karena jamannya sudah lain, mengingat
jaman sekarang juga disebut dengan “The Age of Networked Intelligence”, yang dibackup
oleh jaringan informasi modern sehingga segala urusan dapat dilakukan tanpa harus berada
ditempat kegiatan dilaksanakan

Selain menggagas tentang kemungkinan pengembangannya ke depan, maka untuk


menghindari kemungkinan terjadinya salah tafsir terhadap kemungkinan-kemungkinan itu
sejak sekarang telah diantisipasi beberapa alternatif antara lain yang terkait dengan
keberadaan perpustakaan. Sudah selayaknya kalau ada pihak yang mendapat manfaat, pihak
itu juga harus membantu kelangsungan keberadaannya. Seperti untuk melakksanakan fungsi
pusat studi, perpustakaan ini tidak dapat bekerja sendiri, atau mengandalkan kekuatan
sendiri. Karena itu jalinan kerjasama antara berbagai pihak secara sinergis merupakan

29
keharusan, terlebih lagi dalam rangka berbagi pemanfaatan sumber daya. Karena itu
masyarakat ilmu pengetahuan dunia juga diharapkan akan memberikan bantuan terhadap
keberadaannya. Dengan demikian, maka himbauan kepada semua fihak untuk memberikan
dukungan dan bantuan, bukan saja pada tahap pembangunannya tetapi juga pada tahap
operasi seterusnya, menjadi sangat memenuhi syarat-syarat kepatutan perpustakaan secara
universal.
Beberapa hal yang mendasari pemikiran tentang perlunya dilakukannya digitasi perpustakaan
adalah sebagai berikut:

• Perkembangan teknologi informasi di Komputer semakin membuka peluang-peluang


baru bagi pengembangan teknologi informasi perpustakaan yang murah dan mudah
diimplementasikan oleh perpustakaan di Indonesia. Oleh karena itu, saat ini teknologi
informasi sudah menjadi keharusan bagi perpustakaan di Indonesia, terlebih untuk
mengahadapi tuntutan kebutuhan bangsa Indonesia sebuah masyarakat yang berbasis
pengetahuan - terhadap informasi di masa mendatang.
• Perpustakaan sebagai lembaga edukatif, informatif, preservatif dan rekreatif yang
diterjemahkan sebagai bagian aktifitas ilmiah, tempat penelitian, tempat pencarian
data/informasi yang otentik, tempat menyimpan, tempat penyelenggaraan seminar dan
diskusi ilmiah, tempat rekreasi edukatif, dan kontemplatif bagi masyarakat luas. Maka
perlu didukung dengan sistem teknologi informasi masa kini dan masa yang akan datang
yang sesuai kebutuhan untuk mengakomodir aktifitas tersebut, sehingga informasi dari
seluruh koleksi yang ada dapat diakses oleh berbagai pihak yang membutuhkannya dari
dalam maupun luar negeri.
• Dengan fasilitas digitasi perpustakaan, maka koleksi-koleksi yang ada dapat
dibaca/dimanfaatkan oleh masyarakat luas baik di Indonesia, maupun dunia internasional.
• Volume pekerjaan perpustakaan yang akan mengelola puluhan ribu hingga ratusan ribu,
bahkan bisa jutaan koleksi, dengan layanan mencakup masyarakat sekolah (peserta didik,
tenaga kependidikan, dan masyarakat luas), sehingga perlu didukung dengan sistem
otomasi yang futuristik (punya jangkauan kedepan), sehingga selalu dapat
mempertahanan layanan yang prima.
• Saat ini sudah banyak perpustakaan, khususnya di perguruan tinggi dengan kemampuan
dan inisiatifnya sendiri telah merintis pengembangan teknologi informasi dengan

30
mendigitasi perpustakaan (digital library) dan library automation yang saat ini sudah
mampu membuat Jaringan Perpustakaan Digital Nasional (Indonesian Digital Library
Network).
• Awal adanya perpustakaan digital di Indonesia adalah eksperimen sekelompok orang di
perpustakaan pusat Institut Teknologi Bandung (ITB). Mereka memprakarsai Jaringan
Perpustakaan Digital Indonesia bekerja sama dengan Computer Network Research Group
(CNRG) dan Knowledge Management Research Group (KMRG). Proyek ini
dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi, menumbuhkan semangat
berbagi pengetahuan antar pendidikan tinggi dan lembaga penelitian melalui
pengembangan jaringan nasional perpustakaan. Proyek kecil ini kemudian mendapat
sambutan positif dari berbagai pihak sehingga marak. Perpustakaan yang beralamat di
www.indonesiadln.org itu melibatkan seratus lembaga lebih untuk menjadi mitra dalam
penyebaran pengetahuan berupa koleksi file digital melalui jaringan internet. Para
anggota, di antaranya Litbang Depkes, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM),
Magister Manajemen (MM ITB), Institut Agama Islam Negeri (IAIN), Universitas
Cendrawasih (Uncen), Papua, Universitas Tadulako (Untan), Sulawesi Tengah, dan
Universitas Yarsi, Jakarta, aktif melakukan tukar-menukar data.

4.6 Perpustakaan Digital

Perpustakaan Digital adalah sebuah sistem yang memiliki berbagai layanan dan obyek
informasi yang mendukung akses obyek informasi tesebut melalui perangkat digital. Layanan
ini diharapkan dapat mempermudah pencarian informasi di dalam koleksi obyek informasi
seperti dokumen, gambar dan database dalam format digital dengan cepat, tepat, dan akurat.

Menurut Widayawan, beberapa istilah yang digunakan untuk mengungkapkan konsep


perpustakaan digital seperti perpustakan elektronik, perpustakaan maya, perpustakaan hyper,
dan perpustakaan tanpa dinding. Pada dasarnya, perpustakaan digital itu sama saja dengan
perpustakaan biasa, hanya saja memakai prosedur kerja berbasis komputer dan sumber
informasinya digital.

31
Jaringan informasi semacam internet memberikan kesempatan luas untuk mengakses
lembaga yang menyediakan informasi. Jaringan ini berfungsi sebagai perpustakaan yang
dinamakan perpustakaan tanpa dinding.

Perpustakaan digital itu tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan sumber-sumber lain
dan pelayanan informasinya terbuka bagi pengguna di seluruh dunia. Koleksi perpustakaan
digital tidaklah terbatas pada dokumen elektronik pengganti bentuk cetak saja, ruang lingkup
koleksinya malah sampai pada artefak digital yang tidak bisa digantikan dalam bentuk
tercetak. Koleksi menekankan pada isi informasi, jenisnya dari dokumen tradisional sampai
hasil penelusuran. Perpustakaan ini melayani mesin, manajer informasi, dan pemakai
informasi. Semuanya ini demi mendukung manajemen koleksi, menyimpan, pelayanan
bantuan penelusuran informasi.

Gagasan perpustakaan digital ini diikuti Kantor Kementerian Riset dan Teknologi dengan
program Perpustakaan Digital yang diarahkan memberi kemudahan akses dokumentasi data
ilmiah dan teknologi dalam bentuk digital secara terpadu dan lebih dinamis. Upaya ini
dilaksanakan untuk mendokumentasikan berbagai produk intelektual seperti tesis, disertasi,
laporan penelitian, dan juga publikasi kebijakan. Kelompok sasaran program ini adalah unit
dokumentasi dan informasi skala kecil yang ada di kalangan institusi pemerintah, dan juga
difokuskan pada lembaga pemerintah dan swasta yang mempunyai informasi spesifik seperti
kebun raya, kebun binatang, dan museum.

Sayangnya, pertumbuhan perpustakaan digital masih dilakukan dengan trial and error,
sehingga timbul kesan pemborosan dan kesia-siaan. Keadaan seperti ini sebenarnya bisa
dikurangi sehingga menekan biaya dan waktu yang tidak perlu, antara lain dengan survei dan
studi banding yang kuat. Kajian yang jeli pada ketersambungan dan aksesibilitas yang erat
kaitannya dengan infrastruktur informasi akan menghindarkan kita dari kerugian karena
investasi besar sia-sia.

Lahirnya perpustakaan digital di Indonesia ini disambut baik para pengelola informasi atau
pustakawan. Kebanyakan pustakawan terbuka terhadap perubahan teknologi, tetapi juga
masih mengingat fungsi tradisional mereka, yaitu membantu orang untuk mencari informasi,
baik dalam bentuk digital atau tercetak.

32
Sosialisasi program perpustakaan digital terhadap para anggota jaringan dan para pengguna
itu penting. Dalam hal ini, perlu peningkatan kesadaran akan fungsi utama mereka, yaitu
memberikan kemudahan akses pengguna terhadap informasi. Untuk mempermudah akses,
pustakawan perlu mendorong pengguna perpustakaan digital untuk melek informasi
(information literate). Pengguna perpustakaan yang seperti ini adalah mereka yang sadar
kapan memerlukan informasi dan mampu menemukan informasi, mengevaluasinya, dan
menggunakan informasi yang dibutuhkannya itu secara efektif dan beretika

4.7 Digitasi Perpustakaan

Pada tahap pembangunan dan pemberdayaan perpustakaan, perhatian diarahkan pada


penyelesaian bangunan fisik, penyediaan sarana lainnya seperti utilities, jaringan informasi,
pengisian dengan isi materi koleksi. Pada tahap pengembangan perpustakaan secara umum,
termasuk pengembangan fungsi dan program kegiatan, serta pengembangan koleksi terus
menerus.
Untuk kategori operasi, fokusnya makin diberikan pada pengembangan organisasi pengelola,
pengembangan sistem operasi perpustakaan, pelaksanaan pemberian pelayanan, pembuatan
program-program baru, upaya untuk makin mandiri dengan mengurangi ketergantungan pada
sumbangan, serta mobilisasi dana dan sumber daya baik secara berkala maupun permanen.
Semua penjelasan ini adalah untuk meyakinkan semua pihak bahwa rangkaian pekerjaan
yang harus dilakukan ke depan adalah masih sangat panjang karena itu harus dilakukan
dengan sebaik-baiknya melaldigital sinergisitas peran dan fungsi semua pihak. Untuk inilah,
himbauan dukungan dan bantuan itu disampaikan.

Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melayani 1 orang pengguna jasa perpustakaan dalam
pelayanan sirkulasi kurang lebih 3 sampai dengan 5 menit. Sedangkan, apabila menggunakan
sistem komputer dibutuhkan waktu kurang dari 30 detik. Hal ini mengindikasikan bahwa
perpustakaan yang masih menggunakan sistem konvensional kurang optimal dalam hal
pelayanan. Salah satu jawaban atas permasalahan tersebut adalah adanya suatu aplikasi
program perpustakaan yang serba komputer (perpustakaan digital).
Digitasi perpustakaan merupakan salah satu jawaban terhadap pelayanan sirkulasi dan
pelayanan informasi yang selama ini dikeluhkan masyarakat pengguna jasa perpustakaan.
Hal ini tentunya dapat mengeliminir image negatif terhadap perpustakaan beralih fungsi

33
menjadi tempat nongkrong, gosip, dan sebagainya dan bukan tidak dapat memainkan
perannya yang signifikan sebagai bagian dalam dunia informasi, baik yang bersifat ilmiah,
edukatif, rekreatif, ataupun fungsi-fungsi lainnya.
Beberapa keunggulan perpustakaan digital diantaranya adalah sebagai berikut: (1) long
distance service, (2) akses yang mudah, (3) murah (cost efective), (4) pemeliharaan koleksi
secara digital, (5) jawaban yang tuntas, (6) jaringan global.
Keuntungan lain dari peran perpustakaan digital adalah: (1) Manfaat perpustakaan digital
diantaranya, (2) sebagai sumber pengetahuan, (3) media penyebaran pengetahuan, (4) untuk
penyimpanan (repository), (5) untuk perawatan/preservasi, (6) media promosi/etalase hasil
karya civitas akademika, dan (7) mencegah duplikasi dan plagiat.
Perpustakaan digital secara ekonomis lebih menguntungkan dibandingkan dengan
perpustakaan tradisional. Chapman dan Kenney (1996), mengemukakan empat alasan yaitu:
institusi dapat berbagi koleksi digital, koleksi digital dapat mengurangi kebutuhan terhadap
bahan cetak pada tingkat lokal, penggunaannya akan meningkatkan akses elektronik, dan
nilai jangka panjang koleksi digital akan mengurangi biaya berkaitan dengan pemeliharaan
dan penyampaiannya. Di sisi lain, Internet sebagai media dimana bahan digital tersedia,
standar dan teknologinya akan terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Perpustakaan yang mengembangkan perpustakaan digital apabila infrastruktur dan peralatan
yang diperlukan sudah tersedia. Lankah selanjutnya, pustakawan harus mampu
mengidentifikasi sumberdaya yang tersedia di dalam sekolah terutama sumberdaya manusia
yang dapat dijadikan mitra dalam pengembangan. Kolaborasi sebagai hubungan formal
dalam proses pengembangan mulai dari formulasi ide, perancangan, pengujian produk hingga
implementasi adalah sangat penting.

4.8 .Prinsip-Prinsip Pengembangan Perpustakaan Digital

Dalam digitasi perpustakaan, ada 2 prinsip dasar pengembangan yang menjadi isu sentral
dalam pengembangan digital library. Prinsip-prinsip tersebut yaitu: (1) koleksinya meliputi
materi dari berbagai sumber, (2) pemakai harus disajikan suatu pandangan homogen dan
beragam sumber. Dari pandangan di atas kemudian dielaborasi menjadi empat isu strategis
yang berkaitan dengan pengembangan dan pendayagunaan perpustakaan di lingkungan
sekolah seperti berikut ini :

34
1. Penyediaan sarana layanan merupakan suatu keharusan untuk mendorong
peningkatan pemanfaatan Komputer yang pada gilirannya bermuara pada peningkatan
kualitas dan produktivitas warga sekolah.
2. Publikasi dengan perpustakaan digital mampu mendorong peningkatan kualitas karya
yang dihasilkan oleh warga sekolah.
3. Penyediaan infrastruktur Komputer di dalam sekolah mampu meningkatkan efisiensi
penyediaan layanan.
4. Kolaborasi antara bahan pustaka dan perpustakaan sesuai dengan fungsinya masing-
masing mampu dikembangkan dengan pelayanan informasi berbasis Web yang sesuai
dengan harapan warga sekolah.
5. Berdasarkan isu strategis seperti yang dikemukakan di atas dapat dirumuskan strategi
pengembangan perpustakaan digital. Setiap perpustakaan memiliki strategi
pengembangan yang berbeda satu sama lain, tergantung pada kondisi awal masing-
masing perpustakaan. Belajar dari pengalaman perpustakaan lain akan dapat
membantu dalam perumusan strategi yang sesuai dengan kondisi masing-masing
perpustakaan.

Beberapa faktor yang berpengaruh dalam perumusan strategi tersebut antara lain adalah:
(a) berapa besar perpustakaan digital yang akan dibangun; (b) pustaka apa saja yang
menjadi kebutuhan akses di dalam sekolah; (c) komponen apa saja yang akan dibutuhkan;
(d) siapa saja praktisi yang mempunyai keahlian, (e) pengguna, (f) pengembang, (g)
tenaga teknis yang akan disertakan dalam pengembangan; dan (h) fungsi-fungsi apa saja
yang dapat didukung secara lokal atau apa saja yang harus dipasok oleh pemasok.

Dalam sistem digitasi perpustakaan (digital library system) dipersyaratkan berbagai unsur
yang mendukung dan saling berkaitan satu dengan yang lainnya sebagaimana ditulis oleh
Arif (2003) dalam makalahnya yang berjudul konsep dan perencanaan dalam automasi
perpustakaan. Unsur-unsur yang dimaksud adah sebagai berikut: (1) Pengguna (user), (2)
Perangkat keras (hardware), (3) Perangkat lunak (software), (4) Data, (5) Network/LAN,
dan (6) Manual/prosedur penjelasan.

35
4.9 Rencana Pendigitasian

Rencana pengembangan Perpustakaan digital harus dinyatakan secara jelas dan detail.
Rencana tersebut menjadi dasar pijakan untuk melakukan seluruh kegiatan rutin
perpustakaan. Salah satu ciri rencana yang baik adalah bila rencana itu dirumuskan di dalam
visi dan misi Perpustakaan. Visi dan misi perpustakaan harus relevan dengan visi dan misi
sekolah. Tujuan, sasaran, dan strategi pun harus dinyatakan secara jelas dan detail di dalam
rencana strategis perpustakaan (telah dibahas pada bagian perencanaan perpustakaan).
Selanjutnya, rencana perpustakaan yang baik harus mampu mencerminkan kebutuhan dari
seluruh stakeholder perpustakaan. Secara sederharna, stakeholder perpustakaan dapat
dikelompokkan ke dalam tiga kelompok :

a. Personal atau kelompok yang mempengaruhi arah pengembangan perpustakaan (kepala


sekolah atau yayasan bila sekolah tersebut swasta)
b. Pengelola perpustakaan, yakni yang melakukan pekerjaan atau tugas-tugas perpustakaan
c. Personal atau kelompok yang menggunakan perpustakaan dan layanannya (siswa, guru,
karyawan, dan masyarakat).

Kebutuhan seluruh stakeholder harus mampu diterjemahkan dalam rencana kerja


perpustakaan yang sebelumnya diakomodir erlebih dahulu dalam need assesment kebutuhan
(meliputi analisis situasi dan perangkat yang diperlukan), sehingga rencana kerja yang ada
dilaksanakan sesuai dengan sasaran yang ditetapkan dan memenuhi kebutuhan dan kepuasan
(stakeholder satisfication). Untuk mendukung terlaksananya rencana perpustakaan digital
tersebut, beberapa usaha yang diperlukan dapat berupa:

1. Mengembangkan rencana strategis perpustakaan. Rencana strategis adalah proses yang


berulang yang meliputi evaluasi, pembaharuan, dan verifikasi terhadap rencana strategis
yang dibuat biasanya dilakukan 5 tahun sekali. Rencana strategis itu harus
dikomunikasikan dengan seluruh staf perpustakaan dan menjamin akan adanya dukungan
penuh dalam implementasinya.
2. Menyiapkan dan menyusun draf rencana tahunan, yang biasanya dikenal dengan
perencanaan operasional. Pengelola perpustakaan kemudian mengkomunikasikannya,

36
3. emnta persetujuan kepala sekolah dan meminta restu dari komite sekolah. Penyusunan
rencana operasional tahunan harus melibatkan seluruh staf perpustakaan.
4. Menetapkan kebijakan perpustakaan (library policy decition) dan standar pelaksanaan
tugas-tugas perpustakaan dalam bentuk Standard Operating Procedure (SOP).
5. Memonitor dan mengevaluasi kinerja perpustakaan (monitoring and evaluating library
performance) selama triwulan (tiga bulan sekali).
6. Membuka kotak saran yang memungkinkan seluruh pengguna perpustakaan dapat
memberikan masukan, komentar, saran, usulan, dan kritikan terhadap penyempurnaan
program kerja perpustakaan.

4.10 Sistem Berbasis Komputer di Perpustakaan

Langkah yang diperlukan dalam pembuatan dan pengembangan software yang akan
digunakan dalam perpustakaan digital, diperlukan studi banding pada perpustakaan yang
telah menggunakan software yang serupa yang kemudian akan di setup dalam
perpustakaan kita. Studi ini sangat membantu operasional perencanaan program digitasi,
disamping memperoleh informasi pengembangan software yang digunakan oleh
perpustakaan itu, juga memperluas jaringan dengan perpustakaan yang lain. Adapun
informasi yang diperlukan dalam pengembangan sistem berbasis komputer adalah
sebagai berikut:

1. Gambaran umum tentang sistem yang akan digunakan


Sebelum mengaplikasikan program yang akan digunakan dalam mendigitasi
perpustakaan, terlebih dahulu melihat gambaran dari sistem yang akan diigunakan.
Dalam hal ini apakah sistem tersebut khusus interal perpustakaan atau
dipublikasikan melalui internet/berbasis WEB (dari software-sofware open source)
seperti yang kembangkan di beberapa perguruan tinggi maupun instansi
pemerintah.
2. Kelebihan dan kelemahan sistem yang digunakan
Dengan menggunakan analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opertunity, dan
Threat) keunggulan dan kelemahan sistem dapat teridentifikasi dengan baik.
Adapun analisis SWOT telah diuraikan pada bagian ketiga dalam buku ini, yakni
tentang manajemen perpustakaan.

37
7. Alternatif solusi yang dapat diterapkan.

Setiap kebijakan yang diambil akan berdampak pada nilai (value). Nilai yang dimaksud
bisa positif atau yang lebih tragis lagi bahwa nilai tersebut berdampak negatif pada
lembaga yang mengambil keputusan tersebut. Misalnya saja terjaadi perubahan
lingkungan kerja yang dilihat dari perspektif pelayanan pengguna, perpustakaan sekolah
harus memperkenalkan suatu pelayanan baru yang berkaitan dengan akses sumberdaya
informasi dan publikasi melalui Web (sistem yang digunakan). Layanan digital berfungsi
menyediakan fasilitas dan bimbingan penggunaan perpustakaan sekolah,
mengidentifikasi berbagai sumberdaya yang tersedia melalui sistem dan
menyebarluaskannya kepada kelompok pengguna, melakukan penelusuran atas pesanan
pengguna, dan mendigitalisasi semua koleksi perpustakaan untuk dipublikasikan melalui
sistem komputerisasi yang digunakan di perpustakaan.

1. Alokasi biaya

Alokasi biaya yang digunakan dalam penyediaan layanan digital seperti layaknya
pengenalan suatu pelayanan baru memerlukan pendanaan baik untuk investasi awal
maupun operasionalnya. Berapa besar biaya yang diperlukan adalah tergantung
pada berbagai faktor diantaranya infrastruktur dan prasarana yang tersedia, jumlah
terminal layanan akses yang akan disediakan, jenis server yang akan digunakan, dan
tenaga pengembang yang tersedia di lingkungan sekolah.
Sumber pendanaan untuk layanan digital berasal dari anggaran perpustakaan atau
anggaran sekolah yang dialokasikan untuk perpustakaan. Perpustakaan harus
mengalokasikan biaya pengadaan peralatan komputer dan peralatan pendukung
lainnya dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPBS).

4.11 Sistem Informasi Manajemen

Dalam upaya mencapai keberhasilan, para pengelola selayaknya menyadari pengaruh dari
lingkungan perpustakaan. Perpustakaan berusaha memperoleh keunggulan kompetitif
dengan mengelola arus sumber daya termasuk informasi. Sumber daya informasi
perpustakaan mencakup lebih dari sekedar informasi. Sumber daya tersebut mencakup

38
pula perangkat keras, fasilitas, perangkat lunak, data, para spesialis informasi dan para
pemakai informasi.

Kegiatan mengidentifikasi sumber daya informasi yang akan dibutuhkan perpustakaan di


masa depan, mendapatkan sumber daya tersebut, dan mengelolanya disebut perencaaan
sumber daya informasi secara strategis (strategic planning for information resources),
atau SPIR. SPIR adalah tanggung jawab semua manajer, tetapi manajer organisasi jasa
informasi (information service) memainkan peranan penting. Jabatan CIO, yaitu chief
information officer, menjadi semakin populer untuk menggambarkan manajer jasa
informasi.
Dari semua inovasi terbaru dalam penggunaan komputer, tidak ada yang dampaknya
sebesar end-user computing. IRM adalah konsep yang mengintegrasikan konsep-konsep
keunggulan kompetitif lain, CIO, IRM, SPIR dan end-user computing. Dengan demikian,
IRM memberikan kerangka kerja bagi pemanfaatan komputer yang efektif.

39
BAB V
KESIMPULAN

Istilah teknologi informasi (selanjutnya disingkat TI), sering dijumpai, baik dalam media
grafik, seperti surat kabar dan majalah, maupun media elektronik, seperti radio dan televisi.
Istilah tersebut merupakan gabungan dua istilah dasar yaitu teknologi dan informasi. Teknologi
dapat diartikan sebagai pelaksanaan ilmu, sinonim dengan ilmu terapan. Sedangkan pengertian
informasi menurut Oxfoord English Dictionary, adalah "that of which one is apprised or told;
intelligence, news". Kamus lain menyatakan bahwa, informasi adalah sesuatu yang dapat
diketahui. Namun, ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Adanya
perbedaan definisi informasi dikarenakan, pada hakekatnya, informasi tidak dapat diuraikan
(intangible), sedangkan informasi itu dijumpai dalam kegiatan sehari-hari, yang diperoleh dari
data dan dari observasi terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan melalui komunikasi. Secara
simpel, definisi TI dapat diartikan sebagai teknologi yang digunakan untuk menyimpan,
menghasilkan, mengolah, serta menyebarkan informasi. Definisi tersebut menganggap bahwa TI
tergantung pada kombinasi komputasi dan teknologi telekomunikasi berbasis mikroelektronik.

Sedangkan istilah jaringan perpustakaan, berarti suatu sistem hubungan antar perpustakaan,
yang diatur dan disusun menurut berbagai bentuk persetujuan, yang memungkinkan komunikasi
dan pengiriman secara terus menerus informasi bibliografis maupun informasi-informasi lainnya,
baik berupa bahan dokumentasi maupun ilmiah. Selain itu, jaringan perpustakaan juga
menyangkut pertukaran keahlian, menurut jenis dan tingkat yang telah disepakati. Jaringan ini
biasanya berbentuk organisasi formal, terdiri atas dua perpustakaan atau lebih, dengan tujuan
yang sama. Untuk mencapai tujuan tersebut, disyaratkan untuk menggunakan teknologi
telekomunikasi dan komputer atau TI.

Kerjasama perpustakaan dalam bentuk jaringan ini penting agar semua informasi yang tersedia
dapat dimanfaatkan bersama secara maksimal bagi pemakai. Henderson (1998:98) menyebutkan
manfaat itu antara lain: menyediakan akses yang cepat dan mudah meskipun melalui jarak jauh;
menyediakan akses pada informasi yang tak terbatas dari berbagai jenis sumber; menyediakan
informasi yang lebih mutakhir yang dapat digunakan secara fleksibel bagi pemakai sesuai
kebutuhannya; serta memudahkan format ulang dan kombinasi data dari berbagai sumber.

40
Analisis terhadap penarapan TI dalam sistem jaringan perpustakaan perguruan tinggi di
Indonesia dan kemungkinan penerapannya, menunjukkan bahwa TI memberikan kemudahan luar
biasa kepada pengguna untuk mengakses informasi lintas batas. Di sisi lain TI, juga memberikan
kemudahan bagi pengelola informasi (pustakawan) untuk mengolah, menyimpan dan
menyebarkannya. Selain itu, TI juga menjadi sarana membangun perpustakaan elektronik yang
kehadirannya tidak bisa dihindari. Dengan mensurvey beberapa perpustakaan perguruan tinggi di
Indonesia, didapatkan gambaran tentang kesiapan perpustakaan perguruan tinggi menyambut
"makhluk baru" dalam dunia informasi yaitu perpustakaan elektronik. Terbentuknya jaringan
informasi --dan perpustakaan elektronik di dalamnya-- sangat diperlukan bagi perguruan tinggi,
guna memberikan akses yang besar kepada pemakai (mahasiswa, dosen, peneliti) terhadap
perkembangan pengetahuan dari detik ke detik.

Keniscayaan untuk membentuk learning society di perguruan tinggi, salah satu caranya ialah
dengan meningkatkan kemampuan menggunakan TI, dan selalu mengikuti perkembangannya.
Bahan pustaka dalam bentuk elektronik perlu diperbanyak, agar selain memperbesar akses
terhadap informasi juga mempermudah pengelolaannya. Yang tidak kalah penting lagi adalah
dengan semua itu, meningkatlah kualitas dan citra perguruan tinggi.

41
DAFTAR PUSTAKA

• Hera Anggarawaty, Email: hera@bi.itb.ac.id, Perpustakaan Departemen Biologi,


http://digilib.bi.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbbi-gdl-grey-2004-heraanggar-229

• A. Ridwan Siregar, Program Studi Perpustakaan dan Informas,Universitas Sumatera Utara


ridwan@library.usu.ac.id, http://library.usu.ac.id/download/lib/PemanfaatanTeknologi.html

• Kang Budi Web Blog, http://kangbudhi.wordpress.com/2007/09/12/teknologi-jaringan-


intranet-ekstranet-dan-internet-di-perpustakaan/

• Sismanto, M.KPd., http://mkpd.wordpress.com/2007/05/21/sinopsis-manajemen-


perpustakaan-digital/

42

Anda mungkin juga menyukai