Disebut perang Khandaq sebab kaum muslimin dalam perang tersebut membuat
parit untuk menahan serbuan musuh. Kata “Khandaq” berasal dari bahasa Persia
“Kandak” yang artinya “itu telah digali” dan sesuatu yang telah digali disebut parit.
Perang Khandaq disebabkan kekhawatiran kaum Yahudi dan kaum kafir Quraisy
akan eksistensi ajaran mereka. Hal ini terlihat dengan semakin bertambah jumlah
orang-orang yang masuk Islam.
Selain itu, disebutkan juga bahwa perang tersebut disebabkan kaum Ghathafan
ingin kembali menguasai perdagangan di wilayah kota Madinah. Selain itu,
keinginan untuk membalas dendam atas kekalahan dalam perang-perang
sebelumnya juga menjadi pemicu terjadinya perang tersebut.
Disebutkan juga bahwa pengusiran dan penyerangan kaum Yahudi Bani Nadhir
dari Madinah membuat para pembesar mereka menaruh dendam dengan Muslimin
di Madinah.
"Wahai orang-orang Yahudi, sesungguhnya kalian adalah ahli Kitab yang pertama
mempunyai pengetahuan tentang perselisihan kami dengan Muhammad; Apakah
agama kami yang lebih baik atau agama Muhammad?"Orang-orang Yahudi
menjawab: "Agama kalian lebih baik daripada agama Muhammad dan kalian lebih
pantas untuk mendapatkan kebenaran dari pada dia."
Total pasukan koalisi kaum kafir berjumlah 10.000 personel. Bahkan menurut
Syekh Wahbah Zuhaili menyebut jumlah mereka mencapai 15.000 personel,
sementara pasukan muslim hanya berjumlah 3.000 personel.
Mendengar kabar jumlah pasukan koalisi kaum kafir yang begitu besar dan tidak
sebanding dengan jumlah pasukan kaum muslimin tersebut, Rasululah Saw
bermusyawarah dengan para sahabatnya.
Sahabat Nabi yang berasal dari Persia tersebut mengusulkan agar menggali parit di
wilayah utara kota Madinah, yaitu daerah yang bisa menghubungkan antara kedua
ujung daerah Harran Waqim dan Harrah al-Wabrah.
Daerah ini juga merupakan satu-satunya jalan terbuka di hadapan pasukan musuh.
Sedangkan sisi lainnya sudah menjadi benteng, karena terdapat gunung-gunung
tinggi, yang dipenuhi pohon kecil, dan dikelilingi pohon-pohon kurma, sehingga
bisa menyulitkan unta dan pejalan kaki untuk melewatinya.
Adapun panjang parit itu mencapai 5.544 meter. Sedangkan lebarnya mencapai
4,62 meter dengan kedalaman mencapai 3.234 meter. Waktu pengerjaan parit
tersebut memakan waktu selama 6 hari dan ada pula yang mengatakan selama 9
hari.
Atas kejadian tersebut Rasulullah bersabda: "Adapun cahaya pertama, itu adalah
tanda bahwa Allah akan menaklukkan Yaman untukku. Sedangkan cahaya kedua.
adalah tanda aku akan menaklukkan Syam dan negeri-negeri Barat (Maghribi)
untukku. Sedang cahaya ketiga, adalah tanda aku akan menaklukkan negeri-negeri
timur.
Selain itu kemu’jizatan Nabi Muhammad Saw juga terlihat ketika Jabir bin
Abdullah menyiapkan hidangan yang hanya cukup dimakan oleh beberapa orang
saja. Akan tetapi, atas izin Allah hidangan tersebut cukup dimakan oleh 1000
orang hingga kenyang dan bahkan masih tersisa.
Rasulullah Saw bersama tiga ribu kaum muslimin keluar ke Gunung Sil'un. Di
sanalah beliau bermarkas, sedang parit membatasi mereka dengan musuh.
Ketika pasukan Quraisy dan sekutunya tiba di Madinah, mereka kaget dengan parit
yang menghalangi jalan mereka untuk memasuki kota Madinah. Mereka
menyadari bahwa strategi yang dilakukan Rasulullah dan kaum muslimin kali ini
berbeda dengan strategi yang pernah dilakukan dalam peperangan-peperangan
sebelumnya.
Berbagai upaya mereka lakukan untuk menerobos parit, namun selalu gagal. Oleh
sebab itu, selama hampir sebulan, peperangan yang terjadi hanya saling lempar
panah. Sampai pada akhirnya, beberapa tentara berkuda yang berhasil melewati
parit, di antaranya Amr bin Abdu Wadd Al Amiri. Konon Amr bin Abdu Wadd Al
Amiri ini memiliki kekuatan setara dengan 100 orang.
Badai Pasir
Setelah terjadi pengepungan selama satu bulan penuh, Nua'im bin Mas'ud dari Bani
Ghathafan yang telah memeluk Islam tanpa sepengetahuan pasukan koalisi, berkat
kecerdasannya berhasil memecah belah pasukan koalisi.
Keberuntungan yang berpihak pada kaum Muslimin tidak berakhir sampai di situ,
yakni dalam waktu bersamaan datanglah pertolongan Allah Swt berupa badai pasir
yang memporak porandakan kemah-kemah mereka, menakut-nakuti tunggangan
mereka serta memecahkan periuk-periuk mereka dan memadamkan api mereka.
،ٌ ِإ ْذ جا َء ْت ُك ْم ُجنُود،يَا َأيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُوا ْاذ ُك ُروا نِ ْع َمةَ هللاِ َعلَ ْي ُك ْم
َ فََأ ْر
ِ َو َكانَ هللاُ بِ َما تَ ْع َملُ ْونَ َب،س ْلنَا َعلَ ْي ِه ْم ِر ْيحا ً َو ُجنُوداً لَ ْم تَ َر ْوهَا
ًص ْيرا
“Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah akan nikmat Allah (yang telah
dikaruniakan) kepadamu ketika bala tentara datang kepadamu, lalu Kami
kirimkan kepada mereka angin topan dan bala tentara yang tidak dapat terlihat
olehmu. Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan.”.