Anda di halaman 1dari 3

NARASI PERANG HUNAIN

          


       
         
       
        
            

25. Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai Para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan
(ingatlah) peperangan Hunain, Yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), Maka jumlah
yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang Luas itu telah terasa sempit olehmu,
kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.
26. kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah
menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang- orang yang
kafir, dan Demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.
27. sesudah itu Allah menerima taubat dari orang-orang yang dikehendakiNya. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.

A. Latar Belakang Perang

Perang Hunain terjadi pada bulan syawal tahun 8 H. Perang ini dilatarbelakangi ketika Hawazin mengetahui
kaum muslimin telah berhasil membuka Makkah dan membersihkannya dari kesyirikan. Mereka khawatir pasukan
Muhammad akan menyerang mereka, maka mereka berpikir untuk menyerang kaum muslimin lebih dulu dan
menyiapkan segala yang dibutuhkan. Malik bin 'Auf al-Nashriy mengumpulkan orang-orang Hawazin dan Tsaqif. Dia
berjalan membawa pasukannya hingga tiba di Lembah Hunain. Malik bin ‘Auf berhasil mengumpulkan pasukan
sejumlah 25.000 pasukan, termasuk di dalamnya anak-anak dan wanita. Mereka juga membawa harta dan binatang
ternak yang sangat banyak. Berita ini sampai ke telinga kaum muslimin setelah 15 hari dari penaklukan Makkah dan
mereka segera bersiap-siap menghadapi kabilah Hawazin dan Tsaqif. 

B. Kronologi Perang
Rasululah bergerak dengan membawa 10.000 pasukan yang baru menaklukkan Makkah ditambah 2.000
pasukan dari orang Quraisy yang baru masuk Islam di Makkah. Pasukan ini adalah pasukan terbesar yang pernah
dipimpin Rasulullah. Dengan banyaknya pasukan ini, banyak sahabat yang berbangga diri. Mereka yakin bahwa
dengan banyaknya pasukan ini mereka akan menang. Berita ini sampai di telinga Rasulullah sehingga menyebabkan
beliau sedih. Kaum muslimin telah melakukan kecerobohan dengan berjalan sangat lambat karena merasa jumlah
yang banyak akan menang.
Mereka tiba di lembah Hunain sore hari, kemudian berencana istirahat di sana hingga menjelang fajar. Akan
tetapi, di ujung akhir malam,  pasukan bergerak, sementara Rasul yang menunggang bagal putihnya berada di
barisan akhir pasukan. Pasukan bergerak menuruni lembah dan tidak merasakan adanya ancaman. Namun, di tengah
keheningan itu, tiba-tiba kabilah-kabilah musuh menyerang mereka.  Malik bin 'Auf  telah memberi komando kaum
prianya untuk menyerang kaum muslimin secara mendadak. Serangan dilancarkan dengan sangat kejam. Kaum
muslimin dihujani anak panah. Mereka dalam kegelapan waktu fajar  tidak merasakan apa-apa kecuali hujan anak
panah yang menimpa mereka dari semua arah. Khalid bin Walid terkena serangan panah dan tumbang seketika.
Mereka panik dan bingung karena serangan yang munculnya secara tiba-tiba. Keadaan mereka kacau dan menjadi
tumpang.
Pasukan Muslimin mengalami goncangan yang sangat berat. Mereka mundur dalam posisi terus  terserang
dan meninggalkan medan tanpa menunggu komando apa pun. Tidak ada yang tersisa dan tetap bertahan di medan
kecuali Rasulullah dan 'Abbas serta sekelompok kecil pasukan. Sisa-sisa pasukan yang masih bertahan untuk
menemani Rasul terus melakukan perlawanan. Mereka tetap bertahan di tengah kepungan serangan musuh. Rasul
berdiri di tengah lingkaran kecil para sahabatnya dari kalangan Muhajirin dan Ansor serta Ahlu Bait (keluarga Rasul).
Di tengah penjagaan ketat di tengah  segelintir para sahabatnya yang masih memberikan perlawanan sambil
bertahan, beliau memanggil-manggil kaum muslimin yang lari.
Mereka segera kembali ke induk pasukan dan terjun ke lautan peperangan dan menghangatkan diri dengan
apinya dalam keberanian yang tinggi dan jarang ditemui. Mereka berkumpul di seputar Rasul. Jumlah pasukan
lambat laun semakin bertambah. Mereka memasuki medan laga dan meladeni perang tanding,   melawan musuh,
dan  memanggang diri di tungku api peperangan. Melihat sambutan ini, Rasul bertambah tenang. Beliau mengambil
segenggam pasir, lalu melemparkannya ke wajah musuh seraya mengucapkan, "Syaahatil Wujuuh/Amat buruklah
wajah-wajah (kalian)!"
Kaum muslimin terus merangsek  ke tengah medan  dengan menganggap kematian di jalan Allah adalah
kenikmatan. Peperangan semakin dahsyat sehingga Hawazin dan Tsaqif yakin bahwa mereka berada di tengah-
tengah kebinasaan. Maka, mereka pun melarikan diri dalam keadaan kalah tanpa menunggu waktu. Harta benda dan
wanita-wanita mereka ditinggalkan di belakang menjadi harta rampasan perang (ghanimah) kaum muslimin. Pasukan
kaum muslimin berusaha memburu mereka dan berhasil menawan mereka dalam jumlah yang cukup besar.
Kaum muslimin memperolah harta ghanimah yang banyak. Jika dihitung menurut ukuran saat ini,  jumlahnya
22.000 unta, 40.000 kambing, dan 4.000 ons perak. Gadis-gadis dan wanita-wanita Hawazin yang tertawan ada 6.000
orang. Mereka diboyong ke Wadi Ji'ranah (lembah Ji'ranah) sebagai tawanan.
Rasulullah meninggalkan ghanimah dan para tawanan ini di Ji'ranah, kemudian dilanjutkan untuk
mengepung Thaif, tempat perlindungan Malik bin 'Auf setelah kekalahannya di Hunaian. Rasul memerintahkan agar
kepungan semakin diperketat. Namun, Thaif bagi Bani Tsaqif adalah kota yang memiliki benteng yang kuat. Mereka
melempari kaum muslimin dengan lembing dan anak panah. Dengan demikian, kaum muslimin gagal memasuki
Tha'if. Rasulullah memutuskan kembali dari Tha'if menuju Makkah dan singgah di Ji'ranah, tempat penyimpanan
harta ghanimah dan tawanan mereka.
Malik bin 'Auf datang menyusul  tempat persinggahan Rasul karena beliau telah berjanji kepadanya bahwa
jika Malik datang kepada Rasul dalam keadaan muslim, maka beliau mengembalikan harta dan keluarganya serta
menambahnya 1.000 unta. Malik datang dengan menyatakan keislamannya. Dia mengambil apa yang dijanjikan
Rasul. Hal itu menyebabkan para sahabat khawatir bagian ghanimah mereka akan berkurang jika Rasul tetap
memberikannya kepada orang  Hawazin itu. Oleh Karena itu, mereka menuntut ghanimah segera dibagikan. Mereka
saling berbisik-bisik membicarakan persoalan harta ghanimah sehingga bisik-bisik itu sampai terdengar Rasul.
Rasul mengumpulkan kaum anshar, kemudian Rasul berbicara kepada mereka "Hai orang-orang Ansor," sapa
Rasul, "ucapan-ucapan kalian telah sampai kepadaku. Kalian telah menemukan hal yang baru dalam diri kalian
karena aku. Bukankah aku telah mendatangi kalian dalam keadaan  tersesat lalu Allah memberi kalian hidayah,
dalam keadaan kekurangan lalu Allah mengayakan kalian, dan dalam keadaan saling bermusuhan lalu Allah
mempersatukan hati kalian." "Benar, Allah dan Rasul-Nya lebih memberi keamanan dan lebih utama," jawab mereka
serempak.
Rasulullah kemudian melanjutkan sabdanya, "Demi Allah, seandainya kalian menghendaki, pasti kalian akan
mengatakan, membenarkan, dan membenarkan! Engkau datang kepada kami dalam keadaan dibohongi, lalu kami
membernarkanmu, dalam keadaan terlonta-lonta lalu kami menolongmu, dalam keadaan terbuang lalu kami
memberi perlinungan kepadamu, dan dalam keadaan kekurangan lalu kami memberi kecukupan kepadamu. Hai
kaum Ansor, apakah kalian menemukan dalam diri kalian kelunakan pada dunia yang saya harus menyatukan kalian
dengannya menjadi suatu kaum agar selamat dan saya menyerahkan kalian pada Islam kalian. Hai orang-orang
Ansor, apakah kalian tidak ridha terhadap orang-orang yang pergi dengan kambing-kambing dan unta, sementara
kalian kembali pada kendaraan kalian dengan Rasulullah? Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya,
seandainya tidak ada hijrah, pasti saya menjadi orang di antara kaum Ansor. Seandainya orang-orang berjalan ke
suatu bukit dan orang-orang Ansor ke bukit yang lain, pasti saya berjalan di bukit kaum Ansor. Ya Allah, rahamatilah
kaum Ansor, anak-anak kaum Ansor, anak-anak dari anak-anak kaum Ansor ..." Belum habis pidato Rasul ini, kaum
Ansor menangis dengan tangis yang keras dan menyayat hati hingga air mata mereka membasahi janggut-janggut
mereka. "Kami lebih ridha dengan Rasulullah sebagai bagian (kami)," jawab mereka dengan air mata yang masih
membasah. Kemudian mereka kembali ke kemah-kemah dan kendaraan mereka.

Anda mungkin juga menyukai