Anda di halaman 1dari 14

PERANG KHANDAQ

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran


Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Oleh
Kelompok 7 :
1. Amru Rosyidi (03)
2. Freddy Fajar W.S. (15)
3. Melani Dyah P. (20)
4. Natasya Putri M. (23)
5. Syahrul Reza D. (32)

KELAS X MIPA 5

Guru Pengajar :
Pak Didik

SMA N 1 NGLAMES
Kabupaten Madiun
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peristiwa ini terjadi pada tahun 5 H/627 M, Penduduk daerah Hijaz dan
Najed bersepakat untuk Nabi Saw dibantu dengan Bani Quraizhah dari kalangan
Yahudi. Mereka semua mengumpulkan seluruh pasukan yang mereka mampu.
Terkumpullah sekitar sepuluh ribu orang dan mereka berangkat ke Madinah.
Tatkala, Nabi Saw mendengar hal itu, mereka pun menggali parit mengelilingi
Madinah. Kaum muslimin pun pergi menuju parit (bersiap-siap di sekitar parit).
Kaum musyrikin pun datang dan terkejut melihat strategi yang dilakukan oleh
kaum muslimin. Mereka pun tinggal mengepung Madinah pada beberapa hari.
Dan parit tersebut telah menghalangi mereka dari berkonfrontasi dengan
pasukan. Akan tetapi, tetap ada pertempuran kecil dengan panah antarperorangan
dari pasukan berkuda. Lalu, Allah Swt pun menakdirkan beberapa sebab yang
menhinakan kaum musyrikin. Mereka pun kembali ke rumah mereka dengan
tangan-tangan hampa, keinginan mereka tidak tercapai. Kemudian, Rasulullah
Saw menyelesaikan urusan beliau dengan Bani Quraizhah yang ikut campur
tangan membantu Quraisy dengan hasutan mereka untuk menghancurkan
Madinah serta bantuan mereka secara fisik dan pembatalan perjanjian mereka
dengan Nabi Saw. Rasulullah pun mengepung mereka. Hukum mereka pun
diserahkan kepada Sa’ad bin Mu’adz. Sa’ad bin Mu’adz pun memberikan
hukuman kepada mereka dengan hukum bunuh kepada orang-orang yang
mampu berperang sedang anak-anaknya ditawan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sebab terjadinya perang khandaq ?


2. Bagaimana kisah dari perang khandaq ?
3. Apa saja hikmah dibalik perang khandaq ?
4. Apa kesan-kesan dari perang khandaq ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sebab Terjadinya Perang Khandaq


Perang besar ketiga kaum Muslim adalah perang Khandaq atau dikenal dengan
sebutan perang Al-Ahzab yang terjadi pada bulan Syawal tahun kelima Hijriyah.
Tempatnya Di sekitar kota Madinah, teristimewa di bagian utara penyebabnya
peperangan Ahzab (golongan-golongan) sebagai ditunjukkan oleh namanya itu adalah
gabungan dari golongan-golongan yang berkumpul dari sana sini, dengan maksud
hendak menumpas Islam dan Muslimin.[1] Perang tersebut merupakan peristiwa yang
sangat penting dalam sejarah islam. Sebab, perang Khandaq menjadi penentu kelanjutan
masa depan agama islam. Dalam perang Khandaq, kaum Muslim mendapatkan berbagai
cobaan yang sangat hebat. Hal ini digambarkan secara gamblang dalam ayat berikut :

‫;;;وب‬
;ُ ُ‫ت ْآلقُل‬ َ ‫ت آألَب‬
ِ ‫ْص;;; ُر َوبَلَ َغ‬ ِ ‫أس;;;فَ َل ِم ْن ُك ْم َوإِ ْذ َزا َغ‬ ْ َ‫إِ ْذ َج;;;آ ُءو ُك ْم ِّم ْن ف‬
ْ ‫;;;وقِ ُك ْم َو ِم ْن‬
‫واز ْل َزاالً َش ِددًا‬
ِ ُ‫ون َو ُز ْل ِزل‬َ ُ‫ك آ ْبتُلِ َى ْآل ُم ْؤ ِمن‬ ُّ ِ‫ون بِآهلل‬
َ ِ‫آلظنُونَآ هُنَال‬ َ ُّ‫اج َر َوتَظُن‬ِ َ‫ْآل َحن‬
“(yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak
tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan. Dan,
kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka. Di situlah
diuji orang-orang mukmin dan diguncangkan (hatinya) dengan guncangan yang
sangat”. (QS. Al-Ahzab [33]:10-11)
Dari ayat tersebut, dapat kita lihat dengan jelas betapa dahsyat cobaan yang
menimpa kaum muslim. Namun, berbagai cobaan tersebut merupakan ujian dari Allah
Swt bagi kaum muslim. Adapun penyebab utama terjadinya perang Khandaq adalah
hasutan kaum Yahudi. Sebagian pemuka Yahudi Bani Nadhir dan Bani Wa’il datang
kepada bangsa Quraisy di Makkah. Mereka mengajak kaum Quraisy untuk memerangi
Rasulullah Saw. Sebelumnya, orang-orang Yahudi telah mencoba untuk berhadapan
dengan kaum muslim. Akan tetapi, mereka tidak mampu menandingi kekuatan kaum
muslim. Maka, utusan kaum Yahudi itu membujuk kaum Quraisy dengan berbagai cara.
Orang-orang yahudi berkata, “kami akan bersama-sama dengan kalian, sehingga kita
dapat menumpaskan Muhammad.”[2]
Ucapan kaum Yahudi tersebut membuat hati bangsa Quraisy senang dan mereka segera
mengadakan persiapan untuk berperang. Kemudian, utusan Yahudi itu pergi ke Bani
Ghatafan untuk menghasut mereka agar bersedia memerangi Rasulullah Saw. Utusan
kaum Yahudi pergi mengelilingi seluruh kabilah bangsa Arab dan mengajukan rencana
penyerbuan kota Madinah yang telah di sepakati oleh kaum Quraisy. Hasutan yang di
lancarkan oleh orang-orang Yahudi telah menghasilkan perjanjian angkatan perang
bersama antara kaum Yahudi, Quraisy, dan Bani Ghatafan dalam satu kekuatan.
Adapun perjanjian yang telah disepakati oleh tiga kelompok tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Kaum Yahudi diwajibkan menyerahkan seluruh hasil kurma Khaibar selama
setahun penuh.
2. Kaum Quraisy keluar dengan pasukannya sebanyak empat ribu orang.
3. Bani Ghatafan keluar dengan pasukannya sebanyak enam ribu orang.
4. Pimpinan tertinggi dipegang oleh Abu Sufyan bin Harb.
Itulah perjanjian yang terjadi antara kaum Yahudi, Quraisy, dan Bani Ghatafan.
Menurut keinginan kaum Quraisy, peperangan Ahzab ini adalah sebagai usaha terakhir
untuk menyelesaikan “sengketa” antara Makkah dan Madinah, sesudah berlangsung
sekian tahun lamanya. Karena itu, Abu Sufyan mengumpulkan segenap kekuatan yang
dapat di kumpulkannya.dan melakukan segala macam tipu daya, dengan penghargaan
agar usaha yang terakhir ini memberi hasil yang gemilang.
Bukan kaum Quraisy sendiri yang menceburkan diri ke medan perang, orang-orang
Yahudi yang gigih dan degil itu juga ikut. Mereka datang dari Khaibar untuk bersekutu
dan menambah kekuatan kaum Quraisy. Selain dari kedua kekuatan yang telah
bersekutu ini, ada golongan-golongan lain, terdiri atas Bani Salim, Bani Asad,
Ghatafan, Bani Murrah, dan Asyja yang menambah kekuatan lawan kaum Muslimin.
Kejadian inilah yang pertama kali dalam sejarah, tanah Arab mempersaksikan lasykar
yang berjumlah lebih dari sepuluh ribu memanggul senjata menyerbu kota Madinah.[3]
Rencana peperangan pun mulai disusun. Ketika Rasulullah Saw mendengar berita akan
terjadinya penyerbuan terhadap kota Madinah dan gabungan pasukan sekutu untuk
memerangi kaum muslimin, beliau menyuruh kaum muslim untuk mengadakan
persiapan perang. Dan, diputuskan pula untuk mengadakan pertahanan di kota Madinah.
Saat itu, jumlah tentara muslim hanya terkumpul sebanyak tiga ribu orang. Dalam
kesempatan itulah, Salman Al-Farisi mengisyaratkan agar membuat parit di sekitar kota
Madinah.
Salman berkata, “ya Rasulullah, dahulu ketika kami di Parsi, jika takut akan serbuan
tentara kuda, maka kami akan menggali parit di sekitar kami.” Pendapat salman tersebut
diterima baik oleh Rasulullah Saw, dan dengan segera beliau memerintahkan para
sahabatnya untuk menggali parit di sebelah barat daya Madinah, tempat yang di
perkirakan sebagai tempat masuknya musuh. Kemudian, Rasulullah Saw membagi
tugas penggalian parit, setiap sepuluh orang sahabat ditugaskan untuk menggali sepuluh
hasta. Panjang parit itu kira-kira lima ribu hasta, dalamnya sepuluh hasta, dan lebarnya
sembilan hasta.Setelah parit selesai dibuat, maka tugas pasukan muslim selanjutnya
adalah menunggu penyerbuan oleh tiga kelompok sekutu musuh.[4]
Beberapa orang dari lasykar Quraisy mencoba mempertaruhkan nyawa terjun hendak
menyeberangi parit, tetapi tidak dapat, karena kaum Muslimin menjaganya dengan kuat
dan gigih. Seorang pahlawan Quraisy namanya Amr dapat ditewaskan oleh Ali, yang
seorang lagi yaitu Ikrimah ibnu Abu Jahil mencoba pula hendak menyebrangi parit,
tetapi dihalangi oleh Ali dan dikepunnya, karena itu Ikrimah terpaksa kembali,
melarikan diri.[5]

B. Kisah Perang Khandaq


Peristiwa ini terjadi pada tahun 5 H/627 H. Pasukan muslim berjumlah tiga ribu orang
dibawah komando Nabi Muhammad Saw, dan pasukan sekutu berjumlah sepuluh ribu
orang dibawah komando Abu Sufyan. Peperangan ini terjadi karena hasutan beberapa
orang yahudi yang tidak puas dengan keputusan Nabi Muhammad Saw. Mereka
mengajak orang-orang kafir Quraisy bersatu memerangi Nabi Muhammad Saw. Untuk
membalas kekalahan pada perang Badar, kafir Quraisy pun menerima tawaran tersebut.
Setelah berhasil memengaruhi kaum kafir Quraisy, orang-orang Yahudi juga mengajak
kabilah lain, yaitu Ghatafan. Mereka pun menyambut ajakan orang-orang Yahudi untuk
memerangi Muhammad Saw. Kabilah Ghatafan dijanjikan harta rampasan perang dan
pertanian di Khaibar jika memperoleh kemenangan. Karena pasukan ini terdiri dari atas
gabungan beberapa kekuatan, pasukan ini disebut Ahzab (sekutu/gabungan).[6]
Suatu ketika bangsa Yahudi bekerja sama dengan kaum kafir Quraisy untuk
mngalahkan kaum muslim. Kedudukan Nabi Muhammad Saw dan pengikutnya yang
saat itu berada di Madinah sudah sangat kuat, sehingga mereka perlu bekerja sama
untuk mengalahkannya. Maka, disusunlah suatu rencana bahwa mereka akan
menyerang kaum muslim yang ada di Madinah, dengan kekuatan pasukan sejumlah
sepuluh ribu prajurit, mereka siap menghancurkan Rasulullah Saw dan seluruh
pengikutnya.[7]
Berita itu sampai kepada Rasulullah Saw yang segera mengumpulkan seluruh
sahabatnya untuk berunding mencari cara menahan serangan tersebut. Beliau ingin
mempertahankan kota Madinah agar tidak dikuasai oleh kaum kafir. Berbagai saran pun
dilontarkan oleh orang-orang terbaik beliau. Namun, tidak ada satu pun yang dapat
memuaskan hati beliau. Akhirnya, Salman Al-Farisi mengusulkan untuk membuat parit
yang sangat dalam dan lebar di sekeliling kota Madinah agar pasukan kaum kafir tidak
dapat memasuki kota Madinah.[8]
Dalam hal ini Salman berkata “wahai Rasulullah, dulu jika kami, orang-orang persia
sedang dikepung musuh, kami membuat parit di sekitar kami” ini merupakan langkah
yang sangat bijaksana yang sebelumnya tidak pernah dikenal bangsa Arab. Rasulullah
segera melaksanakan rencana itu.
Karena Madinah dikelilingi oleh gunung,tanah-tanah kasar yang berbatuan, dan kebun-
kebun kurma disegala sudutnya kecuali bagian utara pasukan musuh sebanyak itu tentu
akan menyerbu Madinah dari arah utara. Untuk itu parit digali pada bagian ini. Kaum
muslimin terus-menerus menggali parit tanpa henti sepanjang siang, sedangkan pada
sore harinya mereka pulang kerumah menemui keluarga, hingga penggalian parit
menjadi sempurna.[9]
Ternyata, usulan tersebut disetujui. Tanpa mengulur waktu, mereka segera menggali
parit di sekeliling Madinah. Parit itu begitu dalam dan sangat lebar, sehingga akan
sangat sulit bagi tentara musuh untuk melewatinya. Proses penggalian parit itu begitu
sulit dan sangat terburu-buru. Sebab, mereka khawatir pasukan musuh segera datang
menyerang. Oleh karena itu, setiap orang ikut membantu menggali, termasuk
Rasulullah Saw. Siang malam mereka terus menggali tanpa lelah, sehingga parit itu
akhirnya selesai sebelum tentara musuh menyerang.
Ribuan prajurit musuh akhirnya tiba. Mereka datang dengan peralatan perang yang
sangat lengkap dan siap menghancurkan kaum muslimin di Madinah. Genderang perang
telah di tabuh. Senjata pun sudah terhunus di tangan masing-masing tentara, mereka pun
berteriak mendekati kota Madinah. Namun, alangkah terkejutnya mereka ketika melihat
parit yang sangat dalam dan lebar menghalangi langkah mereka. Setiap mereka berputar
ke arah lain, mereka tidak menemukan satu pun jalan yang bisa digunakan untuk
memasuki Madinah. Semua terhalang oleh parit yang sangat dalam. Sementara itu,
pasukan muslim sudah bersiap siaga di seberang parit. Setiap tentara kafir Quraisy
mencoba menerobos masuk ke parit, mereka langsung menyerangnya tanpa ampun.
Anak panah berterbangan menghujam mereka hingga akhirnya mereka harus mundur
kembali. Begitu seterusnya, sungguh suatu peperangan yang sangat melelahkan.
Dengan perasaan jengkel, mereka berteriak-teriak mengatakan bahwa berlindung di
balik parit seperti itu adalah perbuatan pengecut yang belum pernah dilakukan orang
Arab. Karena merasa tidak bisa menyeberangi parit, pasukan Quraisy dan sekutunya
mendirikan kemah di sekitar parit. Di pihak lain, Muhammad berangkat bersama tiga
ribu pasukan muslim lalu berkemah di bukit Sal di dekat parit yang menjadi pembatas
antara mereka dan pihak musuh. Di tempat itulah Nabi mendirikan kemahnya yang
berwarna merah. Kaum Quraisy dan kabilah-kabilah Arab lain merasa tidak mungkin
menerobos parit itu.[10]
Orang-orang musyrik hanya bisa berputar-putar di dekat parit dengan kemarahan yang
menggelegak. Mereka harus mencari-cari titik lemah yang bisa dimanfaatkan. Orang-
orang Muslim terus-menerus mengawasi gerakan musuh yang berputar-putar di
seberang parit sambil melemparkan anak panah agar mereka tidak sampai mendekati
parit bila mereka nekat akan menyeberang atau menimbunnya dengan tanah lalu
menjadikannya sebagai jalur penyeberangan.[11]
Dalam usaha melakukan serangan dengan melepaskan anak panah tersebut, Sa’ad bin
Mu’adz juga terkena hujaman anak panah hingga memutuskan urat lengannya. Yang
melepaskan anak panah hingga mengenainya adalah seorang laki-laki dari Quraisy yang
bernama Habban bin Qais bin Al-Ariqah. Saat itu pula Sa’ad memanjatkan do’a, “ya
Allah, engkau tahu bahwa tak seorang pun yang lebih kau cintai daripada berjihad
karena-Mu, melawan orang-orang yang mendustakan Rasul-Mu dan yang telah
mengusirnya. Ya Allah, aku mengira engkau telah mengentikan peperangan antara kami
dan mereka. Jika memang engkau masih menyisakan sedikit peperangan melawan
orang-orang Quraisy, berikanlah sisa kehidupan kepadaku untuk mengahapi mereka,
agar aku bisa memerangi mereka karena-Mu. Jika memang engkau sudah menghentikan
peperangan, kobarkanlahlah lagi peperangan itu agar aku bisa mati dalam peperangan”.
pada akhir doanya dia berkata, “janganlah engkau mematikan aku hingga aku merasa
senang setelah memerangi Bani Quraizhah”.[12]
Dalam perang ini tidak terjadi baku hantam karena kedua pasukan di pisahkan oleh parit
pertahanan. Yang terjadi hanya perang tanding antara beberapa orang kafir dan muslim.
Dalam perang tanding itu, Ali bin Abu Thalib berhasil membunuh Amr bin Abdul
Wudd bin Abi Qais. Umat islam terkepung oleh pasukan sekutu selama satu bulan
meski pun tanpa kontak senjata yang berarti. Kesengsaraan ini bertambah ketika Bani
Quraizhah membatalkan perjanjian dengan Nabi Muhammad Saw. Atas bujukan
Huyyay bin Akhtab. Dengan membelotnya Bani Quraizhah, akan menghambat suplai
makanan bagi kaum muslim.[13]
Pada saat orang-orang Muslim menghadapi situasi perang yang amat keras ini, ular-ular
berbisa yang biasa dilakukan konspirasi dan berkhianat sedang menggeliat di dalam
lubangnya, siap menyemburkan bisanya ke tubuh orang-orang Muslim. Tokoh penjahat
Bani Nadhir (Huyai bin Akhthab) datang ke perkampungan Bani Quraizhah. Dia
menemui Ka’ab bin Asad Al-Qurazhi, pemimpin Bani Quraizhah, sekutu dan rekannya.
Padahal, dia sudah membuat perjanjian dengan Rasulullah Saw untuk tidak menolong
siapapun yang hendak memerangi beliau.[14]
Pasukan muslim yang tidak memiliki pasukan sebanyak pasukan kafir sudah
menerapkan cara berperang yang jitu. Mereka bisa menahan serangan dengan perlahan-
lahan, tanpa perlu berhadapan langsung dengan ribuan pasukan kafir yang siap
menghancurkan Madinah. Peperangan ini berlangsung selama tiga minggu tanpa henti.
Siang dan malam, kaum Quraisy selalu berusaha untuk menerobos dan kaum muslimin
selalu menggagalkannya. Rasa lelah pun mendera kaum muslim, apabila kaum Quraisy
dapat melakukan serangan secara bergantian, kaum muslim hanya bisa mengandalkan
prajurit-prajurit yang ada. Semua itu sudah menguras tenaga dan pikiran mereka.
Melihat hal tersebut, Rasulullah Saw merasa iba dan bangga atas keteguhan dan
ketakwaan mereka. Namun, kekuatan itu ada batasnya. beliau khawatir pada saat
pasukannya kelelahan, musuh akan menyerang kembali. Maka, beliau pun mengajak
mereka untuk memohon pertolongan dan perlindungan demi keselamatan mereka agar
masa depan islam tetap dapat dipertahankan.[15]
Karena terlalu sibuk menghalau orang-orang musyrik yang berusaha menyeberang parit,
beberapa shalat fardhu tidak sempat dikerjakan Rasulullah Saw dan kaum Muslimin. Di
dalam Ash-Shahihain disebutkan dari jabir bahwa Umar Bin Khatab muncul pada
waktu perang khandaq. Lalu dia terus-menerus mengolok-olok orang-orang kafir
Quraisy. Dia berkata, “wahai Rasulullah Saw hampir saja aku lupa tidak mengerjakan
shalat (asar), padahal matahari hampir terbenam”. Beliau menjawab, “aku pun belum
mengerjakannya”. Kemudian kami turun membawa alat pembuat tepung. Beliau wudhu
dan begitu juga kami. Beliau shalat asar setelah matahari terbenam. Setelah itu langsung
disusul dengan shalat Maghrib. Nabi Saw merasa menyesal karena tidak bisa
menunaikan beberapa shalat. Bahkan, beliau mendoakan kebinasaan bagi orang-orang
musyrik. Karena gara-gara merekalah shalat beliau tidak sempat dilaksanakan. Di dalam
riwayat Al Bukhari dari Ali dari Nabi Saw, beliau bersabda pada waktu perang
khandaq, “semoga Allah memenuhi rumah dan kuburan mereka dengan api,
sebagaimana mereka telah membuat kita sibuk dan tidak sempat mendirikan shalat Asar
hingga matahari terbenam”. Di dalam Musnad Ahmad dan Asy-Syafi’i disebutkan
bahwa orang-orang musyrik itu membuat mereka sibuk hingga tak sempat mendirikan
shalat Zuhur,Asar,Maghrib dan Isya’. Lalu beliau mengerjakan semua shalat itu secara
sekaligus. An-Nawawi mengatakan, “cara mengompromikan dua riwayat yang berbeda
ini, bahwa perang khandaq berjalan selama beberapa hari, jamak yang pertama
(Maghrib dan Isya’) dilakukan pada satu kesempatan, sedangkan jamak yang kedua
(Zuhur,Asar,Maghrib,Isya’) dilakukan pada kesempatan lain lagi”.[16]
Lama juga Ahzab mengepung kota Madinah tanpa mendapat hasil, akhirnya banyaklah
desas desus yang terjadi dalam barisan sekutu. Mereka datang ke tempat itu untuk
menindas dan menumpas kaum Muslimin. Sementara itu angin besar berembus dengan
derasnya, diikuti oleh hujan yang amat lebar .[17] sehingga membuat semua prajurit
kedua pasukan menggigil kedinginan. Malam pun turun dengan gelapnya, sehingga
mereka tidak bisa melihat keadaan di sekitarnya. Mereka tidak bisa melihat satu sama
lain. Bahkan, tidak ada sedikit pun penerangan yang bisa dinyalakan. Angin
memadamkan setiap api yang dinyalakan. Mereka tidak dapat bergerak dalam dingin
dan gelapnya malam.
Maka terjadilah keretakan dalam kumpulan pasukan sekutu dan keluarlah bermacam-
macam perintah yang bertentangan satu sama lain. Di antara mereka timbul persaingan
dan ketegangan. Abu Sufyan menganggap dirinya sebagai panglima tertinggi tentara
sekutu itu. Tetapi kewibawaan apa yang ada padanya, jika ia belagak membawahi
pahlawan-pahlawan Quraisy yang ternama ini ? seperti Thulaihah ibnu Khuwailid,
Uyainah ibnu Hishn, Al Haris ibnu ‘Auf dan panglima-panglima lain yang mengambil
bagian dalam peperangan itu, memimpin kelompoknya masing-masing. Hampir saja
timbul perselisihan, teristimewa diantara mereka yang tidak mempunyai kepentingan
yang sesungguhnya dalam peperangan ini. Menurut kenyataan hanya Quraisy dan
orang-orang yahudilah yang sebenarnya mempunyai hasrat untuk menindas dan
menumpas islam di Madinah. [18]
Huyai ibnu Ahtab telah melihat tanda bahwa pepecahan mungkin terjadi dalam barisan
Al Ahzab itu. Ia ingin supaya kaum Muslimin secepatnya dapat dipukul hancur. Maka
didatanginya Ka’ab ibnu Asad pemimpin Bani Quraizhah, untuk membujuknya supaya
menggabungkan diri dan mengambil kesempatan terakhir menghancurkan kaum
Muslimin. Dikatakannya sekali ini kaum Muslimin tak dapat dihancurkan, niscaya
mereka akan bertambah kuat. Bujukan Huyai ini diterima oleh Ka’ab, maka
dikhianatinya perjanjian yang telah dibuatnya dengan Rasulullah. Amat besarlah cobaan
yang menimpa kaum Muslimin dewasa itu.
Tuhan sendiri telah menggambarkan cobaan itu dalam Firman-Nya :

ْ ُ‫ت القُل‬
ُ‫;;;وب‬ ِ ‫ْص;;;ار َُوبَلَ َغ‬ ِ ‫;;;وقِ ُك ْم َو ِم ْن اَ ْس;;;فَ َل ِم ْن ُك ْم َواِ ْذ َزا َغ‬
َ ‫ت االَب‬ ْ َ‫اِ ْذ َج;;;آ ُء ْو ُك ْم ِّم ْن ف‬
).‫اج َر (األحزاب‬ ِ َ‫لحن‬َ ‫ْا‬
“yaitu tatkala musuh-musuh itu menyerang kamu dari sebelah atas lembah dan dari
sebelah bawah, dan tatkala matamu tiada berkisar lagi dari musuh-musuhmu itu,
seolah-olah jantungmu telah naik sampai ke tenggorokan” (Al Ahzab 10 )
Di waktu kaum Muslimin sedang dalam keadaan yang amat genting dan menyedihkan
itu, terjadilah suatu peristiwa yang dapat di pandang sebagai suatu pertanda bagi
kemenangan, yaitu peristiwa Nu’aim ibnu Mas’ud. Nu’aim ibnu Mas’ud ini adalah
seorang pemimpin Arab. Dia telah memeluk agama islam, dan datang menghadap
Rasulullah untuk memberitahukan keislamannya. Ditawarkannya bahwa dia bersedia
mengerjakan apa saja yang ditugaskan kepadanya untuk ikut mengambil bagian dalam
mempertahankan dan membela kota Madinah. Rasulullah meminta kepadanya supaya ia
menyembunyikan keislamannya. Kemudian Nabi berkata kepadanya :”cobalah sebarkan
bibit perpecahan ke dalam pasukan sekutu itu, sehingga mereka meninggalkan kita
Peperangan itu adalah tipu muslihat”. Anjuran Nabi ini diterima oleh Nu’aim maka
pergilah dia menemui Bani Quraizhah. Katanya kepada Bani Quraizhah : “ sekiranya
kaum Quraisy itu karena sesuatu sebab kembali ke Makkah, kaum akan mendapat
pembalasan yang seganas-ganasnya dari kaum Muslimin, oleh karena itu, kaum harus
meminta kepastian kepada Quraisy bahwa mereka tidak akan meninggalkan dan
membiarkan kamu sendirian menghadapi kaum Muslimin. Desaklah mereka supaya
memberikan beberapa orang pemimpin mereka sebagai sandera kepada kamu”.
Kemudian Nu’aim pergi menemui Quraisy. Kepada Quraisy dikatakannya bahwa Bani
Quraizhah secara rahasia telah mengadakan perdamaian dengan Muhammad. Mereka
akan meminta beberapa orang pemimpin Quraisy sebagai sandera yang akan
diberikannya kepada Muhammad. Lalu Nu’aim mengingatkan kepada Quraisy agar
berhati-hati kepada makar dan tipu daya orang-orang Yahudi. Tidak lama kemudian
datanglah orang-orang Yahudi Bani Quraizhah kepada Quraisy, meminta agar
pemimpin-pemim[in Quraisy diberikan kepada mereka sebagai sandera. Mendengar
perkataan itu, yakinlah Quraisy akan apa yang dikatakan Nu’aim permintaan Bani
Quraizhah ini ditolak mentah-mentah oleh Quraisy. Hal ini menimbulkan kecurigaan
pada Bani Quraizhah maka yakinlah mereka bahwa Quraisy tidak berhati jujur kepada
mereka. Timbullah keretakan dan permusuhan dalam barisan orang-orang yang
bersekutu itu. Hal ini menjadi pertanda bahwa mereka akan menjumpai kegagalan. [19]
Pertolongan dari Tuhan Yang Maha Kuasa datang, yaitu pertolongan yang diceritakan
oleh al Quranul karim, dalam firman-Nya :

‫واآذ ُكرُوانِ ْع َمةَآهللِ َعلَ ْي ُك ْم إِ ْذ َجآ َء ْت ُك ْم ُجنُو ٌدفَأَرْ َس ْلنَا َعلَ ْي ِه ْم ِريحًا َو ُجنُدًالَّ ْم‬
ْ ُ‫يَأَيُّهَاآلَّ ِذي َْن أَ َمن‬
‫تَ َر ْوهَا‬
‫ص ْيرًا‬ ِ َ‫ان هللاُ بِ َماتَ ْع َملُ ْو َن ب‬ َ ‫َو َك‬
“wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah akan nikmat Allah bagimu, ketika
balatentara datang hendak menyerangmu, lalu kami kirim kepada mereka angi badai
dan balatentara yang tiada kelihatan olehmu”.
Firman-Nya lagi :

َ ‫َو َر َّدهللاُ الّ ِذي َْن َك َفر ُْو ِاب َغ ْيظِ ِه ْم َل ْم َي َنا َل ْو‬
َ ‫اخيْرً َاو َك َفى هللاُ الم ُْؤ ِم ِني َْن ال ِق َتا َل َو َك‬
ُ‫!!ان هللا‬
‫َق ِو ًّيا َع ِزي ًْزا‬
“dan dienyahkanlah oleh Allah orang-orang kafir itu dengan penuh keberagaman
dalam dada mereka, disebabkan mereka tiada mencapai suatu kebaikanpun, dan tuhan
telah menghindarkan orang-orang yang Mukmin dari peperangan. allah itu maha kuat
lagi maha perkasa”. ( Al Ahzab 25)
Hingga firman-Nya :

ٍ ! ‫!ان آهللُ َع َلى ُك! ِّل َش‬


‫ئ‬ َ ْ‫َوأَ ْو َر َث ُك ْم أَر‬
َ !‫ض ُه ْم َو ِد َي َر ُه ْم َوأمْ َو َل ُه ْم َوأرْ ضًالَّ ْم َت َطؤُ َه َاو َك‬
‫َق ِديرً ا‬
“dan dia mewariskan kepada kamu tanah-tanah,rumah-rumah dan harta benda
mereka, dan (begitu pula) tanah yang belum kamu injak, dan Allah Maha Kuasa
terhadap segala sesuatu.” (Al-Ahzab:27)[20]
Dua puluh hari lamanya mereka berperang dengan tentara kaum Muslimlin,
tetapi mereka menyerbu kota Madinah, sehingga serangan itu tidak nampak hasilnya.
Rupanya timbul perselisihan di dalam kalangan mereka sama mereka,
musyrikin,yahudi, sehingga penyerangan itu gagal, karena kehilangan persatuan
diantara mereka[21]
Angin yang dikirim Allah itu adalah angin badai yang amat deras. Angin ini
telah menumpahkan periuk-periuk mereka yang sedang terjerang, merobohkan kemah-
kemah yang mereka dirikan, dan menyebarkan debu dan pasir ke dalam mata dan
kerongkongan mereka. Pendeknya angin ini merupakan suatu tenaga raksasa yang
menghancurkan dan mematikan, yang tak dapat mereka lawan, walau bagaimana
jugapun. Mereka mengambil keputusan melarikan diri, dengan merasa gagal dan putu
asa.[22]
Pada kesempatan itu, Rasulullah Saw berbicara dengan Hudaifah yang menjadi mata-
mata kaum muslim yang diperintah oleh Rasulullah Saw untuk mengetahui keadaan
musuh. Saat itu, beliau kembali memerintahkan Hudaifah untuk mencari informasi
tentang keadaan musuh yang masih berada disekitar parit, diluar kota Madinah
Hudaifah pun mengerjakan perintah tersebut. Dalam dinginnya malam yang gelap, ia
berangkat menyusup ke tengah pasukan musuh. Suasana gelap sudah menyelamatkan
Hudaifah, sehingga ia bisa leluasa masuk ke tengah-tengah pasukan Quraisy. Allah Swt
telah memberikan pertolongan-Nya kepada kaum muslim, sehingga mata-mata mereka
dapat menyusup dengan mudahnya dan tidak terlihat. Begitu tiba di tengah-tengah
pasukan kafir, tiba-tiba Hudaifah mendengar suara yang sangat berwibawa. “wahai
kaum Quraisy, sudah tiga minggu kita berada disini dan tidak sedikit pun kita bisa
menembus pertahanan pasukan Muhammad. Mereka sudah menggali parit yang sangat
dalam dan lebar sehingga kita begitu sulit menerobos kedalam kota. Sekarang, lebih
baik kita bersiap-siap untuk pulang kembali ke Makkah!” kata Abu Sufyan dengan
lantang. Akhirnya, berita menggembirakan itu disampaikan oleh Hudaifah kepada
Rasulullah Saw dan di sambut dengan rasa gembira oleh kaum muslim.
Siang hari itu Abu Sufyan dan para pemimpin Quraisy lainnya dilanda kegelisahan luar
biasa. Mereka ingin menyerang Madinah tapi ragu-ragu, mereka ingin pulang tapi
merasa keberatan jika pasukan yang sudah terhimpun sangat banyak itu harus
bubar.ditengah-tengah embus angin yang masih kencang menerjang pasukan Quraisy
pulang membawa apa pun yang bisa mereka bawa,kemudian diikuti pasukan
Ghatafan,lalu kabilah-kabilah lainnya.[23]
Inilah akhir dari perang Khandaq, dimana pasukan muslim tampil sebagai pemenang
dalam pertempuran tersebut. Meskipun tidak sampai bertempur secara fisik, namun
pasukan Quraisy mengakui kehebatan pasukan muslim sehingga mereka menyerah dan
mundur.[24]
Setelah pasukan sekutu pulang, Muhammad kembali merenungkan peristiwa besar yang
baru saja dilalui kaum muslim. Namun, beliau berpikir bahwa bisa saja kelak kaum
Yahudi kembali berkhianat dan memicu terjadinya peristiwa mengerikan seperti
kemarin. Jadi, atas pengkhiatan itu, Bani Quraizhah harus dibeli pelajaran. ternyata
Bani Quraizhah termasuk Huyay Ibn Akhtab dari Bani Nadhir, tidak belajar dari
pengalaman. Mereka masih memaki,mengecam,dan menghina Rasulullah. Mereka
mendustakannya dan berusaha mencemarkan kehormatan istrinya, semestinya mereka
berupaya meraih hati Muhammad agar tidak menimpakan bencana yang lebih
menyakitkan dibanding yang dialami Bani Nadhir.Bani Quraizhah dikepung oleh
pasukan muslimin selama 25 hari. Akhirnya, Bani Quraizhah diusir dari Madinah. Bagi
yang terlibat dalam pemboikotan, dijatuhi hukuman mati, sedangkan wanita dan anak-
anak dijadikan tawanan. Adapun harta mereka menjadi rampasan perang.[25]

C. Hikmah Dibalik Perang Khandaq


Ada beberapa pelajaran atau hikmah berharga dari peristiwa perang khandaq, antara lain
1. Menghadapi pasukan besar,kuat, dan bersenjata canggih, umat islam harus berfikir
kreatif sebagai berikut :
dan tidak frontal.
2. Inovasi baru yang diperkenalkan Salman dari Iran mengharuskan umat islam
sekarang meminjam teknologi dan bantuan pengetahuan dari bangsa lain.
3. Kelompok umat islam dalam membangun parit adalah simbol semangat persatuan
di kalangan umat islam. Semangat semacam ini, sepatutnya harus dipertahankan dan di
lestarikan oleh masyarakat muslim di era modern saat ini.
4. Soloditas umat menjadikan kekuatan 10.000 tentara yang siap tempur tidak
berdaya.
5. Pengkhianat dari kaum Yahudi akhirnya dihukum, hati-hati terhadap tusukan dari
belakang.[26]

D. Kesan-Kesan Peperangan

Karena peperangan Ahzab ini kaum muslimin telah menderita berbagai


macam kesukaran. Mereka telah menderita letih dan lapar, akibat dari kepungan musuh
dan waktu yang lama. Sesudah peperangan Ahzab, taktik Rasulullah Saw berubah.
Dalam peperangan Ahzab dan peperangan sebelumnya Rasulullah memakai taktik
mempertahankan diri. Taktik mempertahankan diri ini hampir saja mengakibatkan
kehancuran kaum Muslimin. Tetapi, untuk memakai taktik menyerang Rasulullah
belum mau melakukannya, karena belum mendapat keizinan dari Allah. Rasulullah
memakai taktik baru yang dalam bidang ketentaraan terkenal dengan sebutan
“menyerang untuk membela diri (Ad Difa’ul Hujumy)”. Sekarang Nabi sudah mulai
menyerang kesatuan-kesatuan musuh, jika mereka telah berkumpul dan bersiap-siap
akan menyerang kaum Muslimin. Taktik inilah yang dilakukan kaum Muslimin dalam
peperangan yang terjadi kemudian.[27]
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
Perang Khandaq terjadi pada tahun kelima Hijriyah. Perang ini berawal dari kaum
Yahudi yang melanggar perjanjian perdamaian dengan umat Islam. Mereka bergabung
dengan kaum kafir Quraisy. Jumlah pasukan musuh seluruhnya mencapai 10.000 orang.
Sedangkan Nabi hanya dapat mengumpulkan sebanyak 2000 prajurit muslim. Sesuai
saran Salman Al-Farisi, kaum Muslimin menggali parit untuk lubang perlindungan,
sekalipun jumlah tentara musuh lima kali lipat lebih besar, namun berkat pertolongan
Allah kaum Muslimin dapat memenangkan peperangan. upaya yang dilakukan orang-
orang musyrik untuk menyeberangi parit dan upaya kaum Muslimin menahan mereka
berjalan hingga beberapa hari. Karena ada parit yang menghalangi kedua pasukan, tidak
sampai terjadi pertempuran dan adu senjata secara langsung. Peperangan terbatas hanya
dengan melepaskan anak panah. Meski demikian, ada beberapa orang dari kedua belah
pihak yang menjadi korban, yaitu enam orang dari kaum Muslimin dan sepuluh orang
kaum Musyrikin. Disamping itu ada satu atau dua orang yang terbunuh karena tebasan
pedang. dalam perang ini, 700 orang lelaki Bani Quraizhah dihukum bunuh oleh tentara
muslim karena dosa mereka yang besar sekali. Maka berakhirlah riwayat bangsa Yahudi
di Madinah. Mereka banyak yang pindah ke Syiria dan Khaibar.
II. Saran
Membaca kisah sejarah itu sangat menarik, karena merupakan peristiwa atau kejadian
penting yang dicatat dalam sejarah dan benar-benar terjadi di masa lampau.
Mempelajari kisah sejarah akan memperluas cakrawala pengetahuan kita, sehingga kita
semakin bijak dalam menyikapi hidup. Semoga, dengan membaca kisah-kisah sejarah
tersebut, kita dapat memetik hikmah dari peristiwa tersebut.

19

Anda mungkin juga menyukai