Oleh
Kelompok 7 :
1. Amru Rosyidi (03)
2. Freddy Fajar W.S. (15)
3. Melani Dyah P. (20)
4. Natasya Putri M. (23)
5. Syahrul Reza D. (32)
KELAS X MIPA 5
Guru Pengajar :
Pak Didik
SMA N 1 NGLAMES
Kabupaten Madiun
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peristiwa ini terjadi pada tahun 5 H/627 M, Penduduk daerah Hijaz dan
Najed bersepakat untuk Nabi Saw dibantu dengan Bani Quraizhah dari kalangan
Yahudi. Mereka semua mengumpulkan seluruh pasukan yang mereka mampu.
Terkumpullah sekitar sepuluh ribu orang dan mereka berangkat ke Madinah.
Tatkala, Nabi Saw mendengar hal itu, mereka pun menggali parit mengelilingi
Madinah. Kaum muslimin pun pergi menuju parit (bersiap-siap di sekitar parit).
Kaum musyrikin pun datang dan terkejut melihat strategi yang dilakukan oleh
kaum muslimin. Mereka pun tinggal mengepung Madinah pada beberapa hari.
Dan parit tersebut telah menghalangi mereka dari berkonfrontasi dengan
pasukan. Akan tetapi, tetap ada pertempuran kecil dengan panah antarperorangan
dari pasukan berkuda. Lalu, Allah Swt pun menakdirkan beberapa sebab yang
menhinakan kaum musyrikin. Mereka pun kembali ke rumah mereka dengan
tangan-tangan hampa, keinginan mereka tidak tercapai. Kemudian, Rasulullah
Saw menyelesaikan urusan beliau dengan Bani Quraizhah yang ikut campur
tangan membantu Quraisy dengan hasutan mereka untuk menghancurkan
Madinah serta bantuan mereka secara fisik dan pembatalan perjanjian mereka
dengan Nabi Saw. Rasulullah pun mengepung mereka. Hukum mereka pun
diserahkan kepada Sa’ad bin Mu’adz. Sa’ad bin Mu’adz pun memberikan
hukuman kepada mereka dengan hukum bunuh kepada orang-orang yang
mampu berperang sedang anak-anaknya ditawan.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
;;;وب
;ُ ُت ْآلقُل َ ت آألَب
ِ ْص;;; ُر َوبَلَ َغ ِ أس;;;فَ َل ِم ْن ُك ْم َوإِ ْذ َزا َغ ْ َإِ ْذ َج;;;آ ُءو ُك ْم ِّم ْن ف
ْ ;;;وقِ ُك ْم َو ِم ْن
واز ْل َزاالً َش ِددًا
ِ ُون َو ُز ْل ِزلَ ُك آ ْبتُلِ َى ْآل ُم ْؤ ِمن ُّ ِون بِآهلل
َ ِآلظنُونَآ هُنَال َ ُّاج َر َوتَظُنِ َْآل َحن
“(yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak
tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan. Dan,
kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka. Di situlah
diuji orang-orang mukmin dan diguncangkan (hatinya) dengan guncangan yang
sangat”. (QS. Al-Ahzab [33]:10-11)
Dari ayat tersebut, dapat kita lihat dengan jelas betapa dahsyat cobaan yang
menimpa kaum muslim. Namun, berbagai cobaan tersebut merupakan ujian dari Allah
Swt bagi kaum muslim. Adapun penyebab utama terjadinya perang Khandaq adalah
hasutan kaum Yahudi. Sebagian pemuka Yahudi Bani Nadhir dan Bani Wa’il datang
kepada bangsa Quraisy di Makkah. Mereka mengajak kaum Quraisy untuk memerangi
Rasulullah Saw. Sebelumnya, orang-orang Yahudi telah mencoba untuk berhadapan
dengan kaum muslim. Akan tetapi, mereka tidak mampu menandingi kekuatan kaum
muslim. Maka, utusan kaum Yahudi itu membujuk kaum Quraisy dengan berbagai cara.
Orang-orang yahudi berkata, “kami akan bersama-sama dengan kalian, sehingga kita
dapat menumpaskan Muhammad.”[2]
Ucapan kaum Yahudi tersebut membuat hati bangsa Quraisy senang dan mereka segera
mengadakan persiapan untuk berperang. Kemudian, utusan Yahudi itu pergi ke Bani
Ghatafan untuk menghasut mereka agar bersedia memerangi Rasulullah Saw. Utusan
kaum Yahudi pergi mengelilingi seluruh kabilah bangsa Arab dan mengajukan rencana
penyerbuan kota Madinah yang telah di sepakati oleh kaum Quraisy. Hasutan yang di
lancarkan oleh orang-orang Yahudi telah menghasilkan perjanjian angkatan perang
bersama antara kaum Yahudi, Quraisy, dan Bani Ghatafan dalam satu kekuatan.
Adapun perjanjian yang telah disepakati oleh tiga kelompok tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Kaum Yahudi diwajibkan menyerahkan seluruh hasil kurma Khaibar selama
setahun penuh.
2. Kaum Quraisy keluar dengan pasukannya sebanyak empat ribu orang.
3. Bani Ghatafan keluar dengan pasukannya sebanyak enam ribu orang.
4. Pimpinan tertinggi dipegang oleh Abu Sufyan bin Harb.
Itulah perjanjian yang terjadi antara kaum Yahudi, Quraisy, dan Bani Ghatafan.
Menurut keinginan kaum Quraisy, peperangan Ahzab ini adalah sebagai usaha terakhir
untuk menyelesaikan “sengketa” antara Makkah dan Madinah, sesudah berlangsung
sekian tahun lamanya. Karena itu, Abu Sufyan mengumpulkan segenap kekuatan yang
dapat di kumpulkannya.dan melakukan segala macam tipu daya, dengan penghargaan
agar usaha yang terakhir ini memberi hasil yang gemilang.
Bukan kaum Quraisy sendiri yang menceburkan diri ke medan perang, orang-orang
Yahudi yang gigih dan degil itu juga ikut. Mereka datang dari Khaibar untuk bersekutu
dan menambah kekuatan kaum Quraisy. Selain dari kedua kekuatan yang telah
bersekutu ini, ada golongan-golongan lain, terdiri atas Bani Salim, Bani Asad,
Ghatafan, Bani Murrah, dan Asyja yang menambah kekuatan lawan kaum Muslimin.
Kejadian inilah yang pertama kali dalam sejarah, tanah Arab mempersaksikan lasykar
yang berjumlah lebih dari sepuluh ribu memanggul senjata menyerbu kota Madinah.[3]
Rencana peperangan pun mulai disusun. Ketika Rasulullah Saw mendengar berita akan
terjadinya penyerbuan terhadap kota Madinah dan gabungan pasukan sekutu untuk
memerangi kaum muslimin, beliau menyuruh kaum muslim untuk mengadakan
persiapan perang. Dan, diputuskan pula untuk mengadakan pertahanan di kota Madinah.
Saat itu, jumlah tentara muslim hanya terkumpul sebanyak tiga ribu orang. Dalam
kesempatan itulah, Salman Al-Farisi mengisyaratkan agar membuat parit di sekitar kota
Madinah.
Salman berkata, “ya Rasulullah, dahulu ketika kami di Parsi, jika takut akan serbuan
tentara kuda, maka kami akan menggali parit di sekitar kami.” Pendapat salman tersebut
diterima baik oleh Rasulullah Saw, dan dengan segera beliau memerintahkan para
sahabatnya untuk menggali parit di sebelah barat daya Madinah, tempat yang di
perkirakan sebagai tempat masuknya musuh. Kemudian, Rasulullah Saw membagi
tugas penggalian parit, setiap sepuluh orang sahabat ditugaskan untuk menggali sepuluh
hasta. Panjang parit itu kira-kira lima ribu hasta, dalamnya sepuluh hasta, dan lebarnya
sembilan hasta.Setelah parit selesai dibuat, maka tugas pasukan muslim selanjutnya
adalah menunggu penyerbuan oleh tiga kelompok sekutu musuh.[4]
Beberapa orang dari lasykar Quraisy mencoba mempertaruhkan nyawa terjun hendak
menyeberangi parit, tetapi tidak dapat, karena kaum Muslimin menjaganya dengan kuat
dan gigih. Seorang pahlawan Quraisy namanya Amr dapat ditewaskan oleh Ali, yang
seorang lagi yaitu Ikrimah ibnu Abu Jahil mencoba pula hendak menyebrangi parit,
tetapi dihalangi oleh Ali dan dikepunnya, karena itu Ikrimah terpaksa kembali,
melarikan diri.[5]
ْ ُت القُل
ُ;;;وب ِ ْص;;;ار َُوبَلَ َغ ِ ;;;وقِ ُك ْم َو ِم ْن اَ ْس;;;فَ َل ِم ْن ُك ْم َواِ ْذ َزا َغ
َ ت االَب ْ َاِ ْذ َج;;;آ ُء ْو ُك ْم ِّم ْن ف
).اج َر (األحزاب ِ َلحنَ ْا
“yaitu tatkala musuh-musuh itu menyerang kamu dari sebelah atas lembah dan dari
sebelah bawah, dan tatkala matamu tiada berkisar lagi dari musuh-musuhmu itu,
seolah-olah jantungmu telah naik sampai ke tenggorokan” (Al Ahzab 10 )
Di waktu kaum Muslimin sedang dalam keadaan yang amat genting dan menyedihkan
itu, terjadilah suatu peristiwa yang dapat di pandang sebagai suatu pertanda bagi
kemenangan, yaitu peristiwa Nu’aim ibnu Mas’ud. Nu’aim ibnu Mas’ud ini adalah
seorang pemimpin Arab. Dia telah memeluk agama islam, dan datang menghadap
Rasulullah untuk memberitahukan keislamannya. Ditawarkannya bahwa dia bersedia
mengerjakan apa saja yang ditugaskan kepadanya untuk ikut mengambil bagian dalam
mempertahankan dan membela kota Madinah. Rasulullah meminta kepadanya supaya ia
menyembunyikan keislamannya. Kemudian Nabi berkata kepadanya :”cobalah sebarkan
bibit perpecahan ke dalam pasukan sekutu itu, sehingga mereka meninggalkan kita
Peperangan itu adalah tipu muslihat”. Anjuran Nabi ini diterima oleh Nu’aim maka
pergilah dia menemui Bani Quraizhah. Katanya kepada Bani Quraizhah : “ sekiranya
kaum Quraisy itu karena sesuatu sebab kembali ke Makkah, kaum akan mendapat
pembalasan yang seganas-ganasnya dari kaum Muslimin, oleh karena itu, kaum harus
meminta kepastian kepada Quraisy bahwa mereka tidak akan meninggalkan dan
membiarkan kamu sendirian menghadapi kaum Muslimin. Desaklah mereka supaya
memberikan beberapa orang pemimpin mereka sebagai sandera kepada kamu”.
Kemudian Nu’aim pergi menemui Quraisy. Kepada Quraisy dikatakannya bahwa Bani
Quraizhah secara rahasia telah mengadakan perdamaian dengan Muhammad. Mereka
akan meminta beberapa orang pemimpin Quraisy sebagai sandera yang akan
diberikannya kepada Muhammad. Lalu Nu’aim mengingatkan kepada Quraisy agar
berhati-hati kepada makar dan tipu daya orang-orang Yahudi. Tidak lama kemudian
datanglah orang-orang Yahudi Bani Quraizhah kepada Quraisy, meminta agar
pemimpin-pemim[in Quraisy diberikan kepada mereka sebagai sandera. Mendengar
perkataan itu, yakinlah Quraisy akan apa yang dikatakan Nu’aim permintaan Bani
Quraizhah ini ditolak mentah-mentah oleh Quraisy. Hal ini menimbulkan kecurigaan
pada Bani Quraizhah maka yakinlah mereka bahwa Quraisy tidak berhati jujur kepada
mereka. Timbullah keretakan dan permusuhan dalam barisan orang-orang yang
bersekutu itu. Hal ini menjadi pertanda bahwa mereka akan menjumpai kegagalan. [19]
Pertolongan dari Tuhan Yang Maha Kuasa datang, yaitu pertolongan yang diceritakan
oleh al Quranul karim, dalam firman-Nya :
واآذ ُكرُوانِ ْع َمةَآهللِ َعلَ ْي ُك ْم إِ ْذ َجآ َء ْت ُك ْم ُجنُو ٌدفَأَرْ َس ْلنَا َعلَ ْي ِه ْم ِريحًا َو ُجنُدًالَّ ْم
ْ ُيَأَيُّهَاآلَّ ِذي َْن أَ َمن
تَ َر ْوهَا
ص ْيرًا ِ َان هللاُ بِ َماتَ ْع َملُ ْو َن ب َ َو َك
“wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah akan nikmat Allah bagimu, ketika
balatentara datang hendak menyerangmu, lalu kami kirim kepada mereka angi badai
dan balatentara yang tiada kelihatan olehmu”.
Firman-Nya lagi :
َ َو َر َّدهللاُ الّ ِذي َْن َك َفر ُْو ِاب َغ ْيظِ ِه ْم َل ْم َي َنا َل ْو
َ اخيْرً َاو َك َفى هللاُ الم ُْؤ ِم ِني َْن ال ِق َتا َل َو َك
ُ!!ان هللا
َق ِو ًّيا َع ِزي ًْزا
“dan dienyahkanlah oleh Allah orang-orang kafir itu dengan penuh keberagaman
dalam dada mereka, disebabkan mereka tiada mencapai suatu kebaikanpun, dan tuhan
telah menghindarkan orang-orang yang Mukmin dari peperangan. allah itu maha kuat
lagi maha perkasa”. ( Al Ahzab 25)
Hingga firman-Nya :
D. Kesan-Kesan Peperangan
19