Di era Madinah ketika Rasulullah SAW dan para sahabatnya telah hijrah
meninggalkan Makkah, orang-orang yang membenci dan memusuhi islam juga
bertambah. Tidak hanya orang mushrikin Quraysh, di Madinah ada kelompok
Yahudi dan kaum munafik yang begitu berambisi untuk menghancurkan islam,
namun usaha demi usaha yang mereka lakukan gagal. Kaum muslimin
memenangkan peperangan demi peperangan yang terjadi baik yang besar maupun
kecil kecuali perang Uhud, mulai peperangan pertama, yakni perang Badar,
perang Khandak atau Ahzab yang terjadi pada bulan Syawal tahun ke-4 H sampai
perang Bani Lahyan yang terjadi pada bulan Jumadil Awal tahun ke-6 H.
Kini tibalah Allah SWT menghendaki agama islam lebih kokoh lagi
setelah kian lama kaum muslimin terdidik dan terlatih menghadapi segala
kesukaran dan rintangan. Allah menghendaki cara lain untuk menundukkan
manusia-manusia keras kepala kepada kebenaran dan kekuasaan-Nya. Allah
menghendaki agar kaum mukmin memperlihatkan kekuatan nyata yang dapat
menggetarkan kaum mushrikin Makkah, kota itu harus berada di bawah naungan
islam dan baitullah harus segera disucikan dan dibersihakan dari patung-patung
berhala dan segala macam kepercayaan jahiliyyah yang membelenggu kota suci
itu. Untuk kesemuanya itu Allah menciptakan sebab dan sarana, sebab itu adalah
Perjanjian Hudaibiyah.
Melihat kondisi tersebut, kaum Qurais pun mulai ragu untuk mengambil
inisiatif penyerangan. Mereka akhirnya mengutus beberapa orang dari
kalangannya yaitu Budail Ibnu Warqa dan Hulais Ahabisy untuk menanyakan
maksud sebenarnya menuju kota Mekkah. Nabi Muhammad SAW menjawab
bahwa tujuan sebenarnya hanyalah untuk melaksanakan ibadah haji umrah dan
bukan untuk memerangi mereka.
Namun, pihak Qurais tidak percaya begitu saja. Mereka pun kembali
mengirimkan utusanya untuk bertemu Rasulullah, yaitu Urwah Ibnu Mas’ud Al-
Thaqafi. Laporan Urwah, seseorang yang cukup disegani di masyarakatnya, pun
tidak ditanggapi. Para pemuka kaum Qurais menyuruh sekitar 40 warganya keluar
pada malam hari untuk melempari kemah Rasulullah dan rombongannya.
Sebelum mereka melancarkan aksinya, pihak Nabi Muhammad SAW sudah
mengetahuinya dan mereka tertangkap basah lalu digiring ke hadapan Nabi. Nabi
pun memaafkan dan melepaskan semuanya tanpa tinggal seorangpun.
Nabi Muhammad SAW mengambil langkah positif dengan mengutus
Usman Bin Affan kepada pemuka kaum Qurais. Perundingan tersebut akhirnya
menghasilkan kesimpulan bahwa hanya memperbolehkan Usman bin Affan untuk
melaksanakan ibadah umrah. Perdebatan panjang dan waktu yang cukup lama
tersebut menyebabkan munculnya desas-desus bahwa Usman telah dibunuh secara
muslihat.
Sumpah setia ini pun sampai ke pihak Qurais dan menggetarkan hati
mereka. Mereka segera mengadakan sidang darurat untuk mencari cara
menghadapi ancaman kaum Muslimin. Kaum Qurais sejatinya mengalami
kejatuhan mental karena mereka masih trauma dengan kekalahan mereka pada
Perang Badar. Pada Perang Badar, kaum muslimin dapat mengalahkan kaum
Qurais walaupun dengan pasukan yang jauh lebih sedikit.
Seiring berjalannya waktu, hasil dari perjanjian ini pun mulai terlihat.
Sejarah Perjanjian Hudaibiyah ibarat suatu kemenangan nyata bagi kaum
Muslimin dan perjuangan Islam. Terdapat beberapa hal yang sangat penting dari
hasil Perjanjian Hudaibiyah yakni sebagai berikut: