Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH DAKWAH NABI MUHAMMAD PERIODE

MADINAH

disusun oleh :

NURUL HUZAIFAH
ANNISA RAMADHANI
NUZULUL QORIMAH
ELSA RAHMITA
RANGGA RESTU
HAFIS ALFARIZI
CARRY AZWAN
M.IHSAN
Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah:

Proses dakwah Rasulullah SAW di Madinah terbagi dalam tiga tahapan, yaitu masa
rintangan, masa perdamaian, dan masa kemenangan.
1. Tahapan masa penuh rintangan, baik dari dalam kota Madinah atau dari luar kota Madinah.
Tahapan ini dimulai dari awal tahun Hijriyah sampai perjanjian Hudaibiyah pada tahun 6 H.

2. Tahapan masa perdamaian, dimulai dengan perdamaian dengan para pemimpin paganisme
yang diakhiri Fathul Makkah pada bulan Ramadhan 8 H dengan ditandai adanya
korespondensi dengan para raja di jazirah Arab.

3. Tahap masa kemenangan, dimulai dengan banyaknya manusia


berbondong-bondong masuk Islam dari berbagai kabilah hingga wafatnya Rasulullah SAW.

Substansi dakwah di Madinah yaitu dengan mendirikan pemerintahan Islam, menerapkan


hukum-hukum Islam secara sempurna/kaffah, menyebarkan dakwah Islam, dan konsolidasi
daulat Islam yang didasarkan pada aqidah Islam.

Tantangannya adalah adanya gangguan stabilitas dari pihak dalam, yaitu adanya
pengkhianatan kaum munafik dari luar, seperti kaum Quraisy, bangsa Yahudi, dan Romawi
serta koalisi musuh-musuh Islam yang menyerang opini verbal maupun aksi fisik.

Strategi dakwah Rasulullah SAW periode Madinah adalah: mendirikan masjid, membuat
perjanjian, peperangan, korespondensi, penerapan sendi-sendi hukum Islam dan akhlakul
karimah.

1
Rasulullah SAW dalam berdakwah menerapkan strategi yang sangat tepat, baik yang
berkaitan dengan bil hal maupun bil qaul sehingga dalam waktu yang singkat seluruh jazirah
Arab sudah masuk dalam kekuasaan Islam. Strategi rinci yang dilakukan oleh Rasulullah
SAW periode Madinah adalah sebagai berikut:

1. Dakwah dengan Mendirikan Masjid

Masjid menjadi peranan yang sangat penting dalam menyatukan umat Islam dan
menyusun kekuatan ketika membangun daulat Islam atas dasar semangat tauhid.
Rasulullah SAW membuat benteng moral berupa semangat jihad. Oleh karena itu, di
awal dakwah dimana umat Islam belum banyak jumlahnya, mereka rela berkorban dan
meninggalkan kesenangan dunia demi tegaknya Islam. Di masjid juga umat Islam
diajarkan pokok tauhid dan syariat Islam, selain itu juga masjid digunakan sebagai tempat
bermusyawarah untuk menyelesaikan berbagai konflik internal.

2. Dakwah dengan Membuat Perjanjian

Perjanjian antara Kaum Muhajirin dan Kaum Anshar, terjadi pada waktu tahun pertama
Hijriyah, berlokasi di kota Madinah.

Isi perjanjiannya sebagai berikut:


1. Kaum Muhajirin dan Kaum Anshar adalah satu umat.
2. Kaum Muhajirin harus bekerja sama dengan kaum Anshar.
3. Apabila terjadi perselisihan antara Kaum Muhajirin dan Kaum Anshar, maka perkara
tersebut dikembalikan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.

Piagam Madinah, terjadi pada waktu tahun pertma Hijriyah, berlokasi di kota Madinah.

2
Isi piagam tersebut adalah sebagai berikut:

1. Umat Yahudi dan umat Islam bebas melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya.
2. Umat Yahudi dan umat Islam harus saling bekerja sama dalam bidang keamanan.
3. Apabila ada perselisihan yang dikhawatirkan menimbulkan perpecahan, maka
solusinya diserahkan kepada Allah dan Rasul-Nya.
4. Orang Quraisy tidak boleh ditolong dan dilindungi.
5. Perjanjian ini tidak boleh dilanggar.

Perjanjian Hudaibiyah, terjadi pada waktu tahun ke-enam Hijriyah pada tanggal 1
Zulqaidah, berlokasi di Hudaibiyah.
Perjanjian Hudaibiyah dilatar belakangi sekitar 1.500 kaum muslimin akan
melakukan ibadah haji di kota Makkah. Karena dihalang-halangi oleh kaum kafir
Quraisy, maka umat Islam mengirimkan Usman bin Affan R.A untuk menjelaskan
maksud kedatangan umat Islam ke kota Makkah, sementara dari pihak kafir Quraisy
diwakili oleh Suhail bin Umar.

Isi Perjanjian Hudaibiyah:

1. Rasulullah SAW dan kaum muslimin kembali ke Madinah dan baru boleh kembali ke
Makkah ditahun berikutnya.
2. Gencatan senjata selama 10 tahun.
3. Pihak yang ingin bergabung dengan Nabi Muhammad SAW diperbolehkan, begitupun
sebaliknya.
4. Siapa pun dari kaum Quraisy yang bergabuing dengan Rasulullah SAW tanpa izin
dari wali harus dikembalikan, sedangkan umat Islam yang ingin bergabung dengan
Kafir Quraisy tidak boleh dikembalikan.

Hikmah dari perjanjian Hudaibiyah yaitu adanya pengakuan terhadap eksistensi umat
Islam, adanya kebebasan bagi umat Islam untuk memasuki kota Makkah setelah tahun kedua
perjanjian Hudaibiyah, dan adanya pembuktian keimanan.

3
3. Dakwah ketika terjadi Peperangan

Perang Badar, terjadi di tahun pertama Hijriyah pada tanggal 17 Ramadhan, berlokasi di
Sumur Badar. Perang Badar dilatarbelakangi eksistensi umat Islam yang terancam dan adanya
izin untuk berperang, yaitu turunnya Q.S. Al- Hajj(22): 39.
Perang tersebut melibatkan 950 tentara kafir Quraisy berhadapan dengan 314 tentara
Islam dengan hasil akhir peperangan adalah kemenangan umat Islam dengan tewasnya 70
orang kafir Quraisy dan menawan 70 orang lainnya, sementara dipihak muslimin 14 orang
yang tewas jihad.

Perang Uhud, terjadi di tahun ketiga Hijriyah pada bulan Sya’ban, berlokasi di Bukit Uhud.
Perang tersebut dilatarbelakangi kekalahan kafir Quraisy dalam perang Badar. Perang
tersebut melibatkan 3.000 tentara kafir Quraisy berhadapan dengan 1.000 tentara Islam,
namun di tengah perjalanan sepertiga tentara Islam membelot di bawah pimpinan Abdullah
bin Ubay. Hasil akhir dari peperangan tersebut adalah pada mulanya umat Islam memperoleh
kemenagan, akan tetapi karena pasukan pemanah tidak mematuhi instruksi Rasulullah SAW
maka umat Islam menderita kekalahan dengan gugurnya 70 syuhada, di antaranya Hamzah
bin Abdul Muthalib yang merupakan paman Rasulullah SAW.

Perang Khandaq/Perang Ahzab, terjadi di tahun kelima Hijriyah pada Bulan Syawal
berlokasi di sekitar Madinah. Perang tersebut dilatarbelakangi konspirasi umat Yahudi Bani
Nazir, Bani Quraizah, dan kafir Quraisy untuk menghancurkan pemerintaha Islam.
Perang khandak melibatkan 10.000 tentara kafir Quraisy lengkap dengan pasukan infanteri
pimpinan Khalid bin Walid berhadapan dengan 300 tentara Islam. Dalam perang ini
Rasulullah memerintahkan untuk bertahan di dalam kota Madinah. Atas saran Salman
Al-Farisi, maka dibuatlah parit di sekeliling kota Madinah.

4
Hasil akhir dari peperangan tersebut, pengepungan tentara sekutu hampir
selama sebulan membuat mereka lelah dan kehabisan logistik dan adanya
perpecahan di kalangan mereka sendiri juga adanya pertolongan Allah SWT
berupa angin kencang yang memporakporandakan kekuatan tentara sekutu
sehingga mereka akhirnya meninggalkan kota Madinah.
Perang dengan Bani Quraizah, terjadi di tahun kelima Hijriyah, berlokasi di
sekitar Madinah. Perang tersebut dilatarbelakangi pengkhianatan Bani Quraizah
yang membantu kafir Quraisy dalam perang Khandak/Ahzab. Hasil akhir dari
perang tersebut adalah keluarnya Bani Quraizah dari kota Madinah.

Perang Khaibar, terjadi di tahun ketujuh Hijriyah, berlokasi di Khaibar.


Khaibar merupakan pusat dari pemberontak Yahudi yang selama ini
mengadakan penyerangan terhadap pemerintahan Islam di Madinah, sehingga
terjadilah perang tersebut sekitar 1.400 tentara Islam di bawah pimpinan Ali bin Abi
Thalib menyerang Khaibar. Hasil akhir peperangan, Khaibar menyerah dan tunduk
pada kekuasaan Islam.

Perang Mu’tah, terjadi di tahun kedelapan Hijriyah bulan Jumadil Awwal,


berlokasi di desa Mu’tah. Perang Mu’tah dilatarbelakangi orang-orang
Ghasanah (Romawi) membunuh dai-dai yang datang dari Syam, di antaranya
Al-Haris bin Umar, adanya ancaman Raja Ghasanah yang bernama Haris Al-
Gassan yang akan menyerang kota Madinah. Rasulullah SAW memerintahkan
3.000 pasukan untuk menyerang Ghasanah, tetapi di Mu’tah dihadang oleh
200.000 tentara Romawi. Hasil akhir dari peperangan tersebut tentara Islam
kehilangan tiga komandannya, yaitu Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib serta
Abdullah bin Rawahah. Komandan perang diambil alih oleh Khalid bin Walid dengan
menggunakan strategi tertentu Khalid bin Walid memutuskan untuk mundur,
sementara tentara Romawi sudah dalam kondisi lemah sehingga tidak mengadakan
pengejaran. Meski umat Islam tidak memperoleh kemenangan, namun pamor Islam
semakin bersinar ke negara-negara di luar Islam.

5
Fathu Makkah, terjadi di tahun kedelapan Hijriyah tanggal 10 Ramadhan,
berlokasi di Makkah. Latar belakang Fathu Makkah adalah pelanggaran
perjanjian Hudaibiyah dengan diserangnya Bani Khuza’ah (sekutu Islam) oleh Bani
Bakr (sekutu Quraisy). Rasulullah SAW membawa 10.000 pasukan untuk
menyerang Makkah sebagai reaksi atas pelanggaran perjanjian Hudaibiyah. Hasil
akhir, takluknya kota Makkah tanpa perlawanan dan dihancurkannya
berhala-berhala di sekitar Ka’bah.

Perang Hunain, terjadi di tahun kedelapan Hijriyah Bulan Syawal, berlokasi di


Hunain. Latar belakang perang Hunain, Bani Hawazin dan Saqib tidak rela
jatuhnya kota Makkah dan menyatakan perang kepada umat Islam. Bani
Hawazin dan Sabiq membawa seluruh kekuatannya untuk melawan 12.000
tentara Islam. Hasil akhir dari peperangan tersebut, dengan susah payah umat Islam
memperoleh kemenagan dengan menawan 600 orang, 40.000 domba, dan 4.000
uang perak.

Perang Tabuk, terjadi di tahun Kesembilan Hijriyah, berlokasi di Tabuk.


Karena rasa takut sebagai negara super power, kerajaan Romawi mengadakan
invasi ke wilayah Islam dipimpin Kaisar Heraklius. Raslullah SAW mengirimkan
pasukannya untuk mencegah invasi pasukan Romawi walupun saat itu pasukan
Islam dalam keadaan masa paceklik. Hasil akhir peperangan tersebut, tidak terjadi
peperangan karena tentara Romawi gentar menghadapi tentara Islam yang
memiliki semangat tinggi. Banyak wilayah-wilayah Romawi jatuh ke dalam
kekuasan Islam.

6
4. Dakwah dengan Korespondensi
Salah satu dakwah Rasulullah SAW adalah dengan mengirimkan surat kepada
raja-raja dan penguasa-penguasa di jazirah Arab dan sekitarnya menyeru
mereka untuk masuk Islam dan kepada mereka diterangkan tentang prinsip-
prinsip dan dasar-dasar Islam. Ada yang akhirnya memeluk Islam, seperti Raja
Habasyah dari Oman dan ada juga yang mengakui Islam, namun tidak
memeluknya, seperti Mukaukis, Gubernur Romawi di Mesir, Kaisar Heraklius
dari Romawi dan raja Yamamah, dan ada juga yang menentang Islam, seperti Kisra
dari Persia atau Raja Damaskus.

5. Dakwah dengan Penerapan Sendi-sendi Islam

Setelah Rasulullah SAW membangun masyarakat Islam periode Madinah,


turunlah ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum. Tahun kedua Hijriyah,
turunlah ayat yang berkaitan dengan perintah puasa, perintah mengeluarkan zakat,
perpindahan kiblat, perintah shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Tahun ketiga
Hijriyah, turunlah ayat-ayat yang berkaitan dengan larangan minuman Khamer.
Tahun kelima Hiriyah, turunlah ayat-ayat yang memerintahkan untuk berhaji dan
menutup aurat bagi wanita serta ayat-ayat yang berkaitan dengan jual-beli,
pernikahan, mawaris, jinayah, dan lain-lain.

6. Dakwah dengan Akhlakul Karimah

Rasulullah SAW adalah Uswatun Hasanah(teladan yang baik), tidak berlebihan


jika senjata beliau ketika berdakwah adalah dengan akhlaknya yang mulia.

Faktor-faktor Sosial yang mempengaruhi dakwah Rasulullah SAW di Madinah

7
Sebelum Islam datang, Madinah bernama Yatsrib dan memiliki masyarakat yang
heterogen dan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1. Kaum muslimin yang setia kepada Rasulullah SAW (kaum Muhajirin dan
Kaum Anshar
2. Kelompok musyrik yang kebanyak tidak membenci Islam dan banyak yang
akhirnya masuk Islam. Namun ada pula yang membelot, seperti Abdullah bin
Ubay, seorang Munafik yang membelot ketika terjadi perang Uhud.
3. Kelompok Yahudi yang telah berbaur dengan orang Arab, namun tetap fanatik
dengan ajarannya. Mereka membenci Islam meski sudah melihat tanda
kenabian pada Rasulullah SAW. Kelompok ini terjadi menjadi tiga, yaitu:
a. Bani Qainuqa, tinggal di bagian dalam kota Madinah.
b. Bani Nazir, Kabilah paling vokal terhadap Islam.
c. Bani Quraizah, tinggal di tepi kota Madinah.

Selama 23 tahun, Rasulullah SAW berdakwah yang pada akhirnya seluruh jazirah
Arab mengakui kebenaran Islam. Yang menjadi daya tarik dari dakwah tersebut
adalah:
Semangat persaudaraan yang berdasarkan ikatan aqidah.
Adanya sistem keadilan yang diterapkan tanpa perbedaan.
Kehidupan sederhana yang dicontohkan oleh para penguasa/pemimpin.
Persamaan derajat yang diukur dari tingkat ketakwaannya.
Strategi dakwah Rasulullah SAW periode Madinah dapat diambil pelajaran bagi
seorang muslim ketika berdakwah di antaranya sebagai berikut:
Tidak berputus asa dalam mengajak orang untuk berbuat baik, karena tugas manusia
adalah berikhtiar.
Menjadikan dakwah sebagai bagian dari kehidupan seorang muslim di mana saja dan
kapan saja waktunya.
Selalu memiliki harapan untuk kemajuan umat Islam pada masa mendatang.
Selalu mengambil pelajaran dari keberhasilan dakwah Rasulullah SAW.
Meningkatkan kualitas diri, baik akademis maupun spiritual agar menjadi generasi
terbaik pada masanya.

Anda mungkin juga menyukai