Anda di halaman 1dari 240

Bismillahirrahmanirrahim.

Ada cerita bersambung yg bagus dan disarankan utk selalu diulang2 oleh para ulama, yaitu tentang
sejarah Rasulullah.

Semoga kita bisa mengambil hikmah dari perjalanan hidup dan dakwah manusia teragung dimuka
bumi ini.

Wallahualam.

KISAH RASULULLAH ‫*سلم و عليه هللا صل‬

BAGIAN 1 ( PENDAHULUAN )

JAZIRAH ARAB

Jazirah Arab itu sebenarnya tidak hanya terdiri atas gurun pasir. Ada banyak tanah subur yang telah
dihuni sejak lama. Tanah-tanah subur itu terutama terletak di daerah pantai, seperti Yaman,
Yamamah, Hadramaut, dan Ahsa. Di bagian tengah Jazirah Arab ada sebuah wilayah subur lain
bernama Najd. Wilayah ini dikenal sebagai tempat asal kuda Arab yang termahsyur di mana-mana.

Najd dan Yamamah juga terkenal sebagai penghasil gandum. Demikian banyak gandum yang
dihasilkan sehingga konon mampu memenuhi kebutuhan seluruh penduduk Jazirah Arab yang ketika
Nabi Muhammad dilahirkan berjumlah sekitar 10 juta- 12 juta jiwa.

Di kota Madinah terdapat bukit -bukit yang baik untuk ditanami. Sementara itu, kota Thaif terkenal
karena buah-buahannya.

Di luar daerah-daerah subur, Jazirah Arab dipenuhi gunung dan bukit-bukit batu yang besar. Tidak ada
sungai mengalir. Suhu udaranya sangat panas. Karenanya, penduduk Arab umumnya suka
mengembara. Mereka suka berpindah ke tempat mana saja yang dapat memenuhi keperluan hidup
sehari-hari berserta hewan-hewan ternak mereka.

UNTA

Unta adalah kendaraan yang sangat diandalkan penduduk gurun pasir. Ia dapat mengarungi gurun
selama 17 hari tanpa minum. Walaupun pelan, jika dipacu unta dapat menempuh jarak sampai 300
km dalam sehari. Unta mau melahap ranting dan rumput pahit yang di jauhi kambing. Unta juga mau
minum air berlumpur dan mengubahnya menjadi susu bermutu tinggi yang dapat digunakan sebagai
obat tetes mata. Dagingnya dimakan, bulunya dibuat tali, kulitnya dapat menjadi aneka alat, mulai
dari sandal sampai atap dan perisai perang. Air seninya menjadi sampo pencuci rambut. Kukunya
dibakar dan diulek menjadi tepung untuk obat luka atau adonan kue. Kotorannya dapat dipakai
sebagai bahan bakar. Unta adalah karunia Allah untuk penduduk gurun pasir.
LETAK MEKAH

Di Kota Mekah inilah terletak Ka'bah, Baitullah. Ke arah Ka'bahlah seluruh Muslim di dunia
menghadapkan diri jika sedang shalat. Di kota Mekah inilah nabi Muhammad ‫وسلم عليه هللا صلى‬,
dilahirkan.

Kota Mekah adalah sebuah lembah yang tidak begitu luas, di tengah lautan pasir. Bukit-bukit
mengurung lembah ini rapat-rapat. Begitu rapatnya sehingga cuma ada tiga jalan untuk keluar dan
masuk Mekah. Jalan pertama menuju ke Yaman, jalan ke dua menuju ke Laut Merah, dan jalan ketiga
adalah jalan menuju Palestina.

Ribuan tahun yang lalu, Lembah Mekah hanyalah sebuah tempat persinggahan rombongan kafilah,
baik yang datang dari Yaman menuju Palestina maupun sebaliknya, yang datang dari Palestina menuju
Yaman. Nabi Ismail lah yang pertama kali membuat Mekah menjadi sebuah kota.

PAKAIAN ORANG ARAB

Penduduk asli Jazirah Arab adalah suku Badui. Pakaian mereka longgar, hangat pada musim dingin,
dan sejuk pada musim panas. Pakaian ini menjaga kulit dari sengatan matahari serta angin kering.

Pada zaman para nabi, pakaian ini terdiri atas dua helai. Satu helai melilit tubuh dari bawah ketiak.
Satu helai lagi adalah sebuah jubah panjang sampai kaki dan terbuat dari bulu domba atau unta.
Warnanya krem dengan lurik tegak berwarna hitam, biru, coklat atau putih.

Pakaian wanitanya panjang menyapu tanah dan sangat longgar. Selendang melilit pinggang, jubahnya
berlurik merah, kuning, hitam atau biru. Cadarnya berwarna hitam atau putih. Tudung kepala
berwarna merah, putih, atau cokelat melindungi mata, telinga, dan hidung dari debu dan badai pasir.

BADUI

Suku Badui adalah penduduk asli Jazirah Arab. Mereka adalah prajurit pengelana yang tangguh. Tinggi
mereka sedang, tapi kekar, cekatan, dan kuat menderita dalam alam yang keras. Jika ada anggota
keluarga yang tewas, para lelaki Badui akan segera membalas pembunuhnya. Mereka berani dalam
bertempur dan sabar dalam kekalahan.

Meski demikian, orang Badui terkenal ramah, senang memberi, dan sangat menghormati tamu.
Mereka juga tenang, sabar, dan tidak cepat marah. Orang Badui juga sangat mengagumi keindahan
syair. Jiwa orang orang Badui mudah terpanggil pada kebenaran. Mereka adalah orang orang
sederhana. Mereka duduk di lantai dengan wadah makanan di lutut. Dengan demikian, tidak bisa
dibedakan mana majikan dan mana bawahan.

Sahabat fillahku, kepada orang-orang inilah Nabi Muhammad ‫وسلم عليه هللا صلى‬, diutus. Berkat
bimbingan Nabi Muhammadlah orang orang Badui dari padang pasir yang sunyi ini mampu
mengguncang dunia. Merekalah yang akhirnya menyebarkan agama Islam ke seluruh dunia.
Merekalah yang membangun umat Islam menjadi umat yang besar dan dihormati.

Namun, jauh sebelum menyebar ke penjuru bumi, perjalanan umat Islam di Jazirah Arab dimulai oleh
kisah Nabi Ibrahim ِ‫ال َسالَمِ َعلَيْه‬.

Beliau adalah nenek moyang Nabi Muhammad ‫وسلم عليه هللا صلى‬.
KISAH RASULULLAH ‫*سلم و عليه هللا صل‬

BAGIAN 2

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬
*Nenek Moyang Nabi Muhammad ‫* وسلم عليه هللا صلى‬

Salah seorang nenek moyang Nabi Muhammad bernama Hasyim bin Abdul Manaf. Ia adalah pemuka
masyarakat dan orang yang berkecukupan. Masyarakat Mekah mematuhi dan menghormatinya.

"Wahai penduduk Mekah, aku membagi perjalanan kalian menurut musim. Jika musim dingin tiba,
pergilah berdagang ke Yaman yang hangat. Jika musim panas, giliran kalian pergi ke Syam yang sejuk!"
demikian keputusan Hasyim.

Hasyim tambah disayangi penduduk Mekah karena pada suatu musim kemarau yang mencekam, ia
pernah membawa persediaan makanan dari tempat yang jauh. Padahal, saat itu makanan amat sulit
didapat.

"Terima kasih, wahai Hasyim! Engkau menolong kami dengan pemberian makanan ini!" seru
penduduk Mekah.

Di bawah kepemimpinan Hasyim, Mekah berkembang menjadi pusat perdagangan yang makmur.
Pasar-pasar didirikan sebagai tempat berniaga kafilah-kafilah dagang yang datang dan pergi silih
berganti, baik pada musim panas maupun pada musim dingin. Demikian pandainya penduduk Mekah
berdagang, sampai-sampai tidak ada pihak lain yang mampu menyaingi mereka.

Akan tetapi, di samping kemajuan yang besar itu, masyarakat Arab juga mengalami kemunduran luar
biasa. Itulah sebabnya mereka dijuluki masyarakat jahiliah alias masyarakat yang diliputi kebodohan.
Itulah juga sebabnya sampai Allah mengutus rasul terakhir-Nya di tempat ini.

PEMBAGIAN URUSAN

Beberapa jabatan pemerintahan di Mekah di antaranya:

Hijabah : Pemegang kunci Ka'bah,

Siqayah : Penyedia air dan makanan buat para peziarah,

Rifadah : Mengatur pembagian dana dari orang kaya untuk fakir miskin,

Qiyadah : Mengatur urusan peperangan.

PERCAYA TAKHAYUL

"Oh, tidak! Burung itu terbang ke kiri! Aku pasti akan tertimpa sial!" umpat seseorang, orang itu
kebetulan melihat seekor burung yang terbang di atas kepalanya berbelok ke arah kiri. Sepanjang hari
itu, dia jadi murung karena yakin bahwa dia bernasib sial walaupun belum tahu kesialan macam apa
yang akan menimpanya.

Orang-orang Arab pada masa jahiliyah amat percaya pada takhayul. Contohnya, mereka percaya jika
burung yang mereka lihat terbang ke kiri, nasib sial akan menimpa mereka. Sebaliknya jika burung
kebetulan terbang ke kanan, nasib baik akan datang. Kepercayaan semacam ini disebut At Tathayyur
Selain itu, mereka percaya bahwa jika seseorang mati, rohnya akan menjadi burung. Mereka juga
percaya bahwa di dalam perut manusia ada ular. Ular inilah yang menggigit di dalam perut sehingga
orang merasa lapar.

"Lihat cincin tembagaku ini", kata seorang kepada temannya dengan bangga, "Cincin ini adalah
pemberian seorang dukun kepadaku. Tidak sia sia aku memberinya uang banyak agar membuatkan
cincin ini. Jangan coba-coba menantangku berkelahi sekarang. Berkat cincin ini, aku merasa jauh lebih
kuat!".

Masih banyak kebodohan serupa yang mereka perlihatkan. Mereka juga amat taat menyembah
berhala-berhala berbentuk patung. Jika mereka meminta pertolongan kepada berhala, tidak segan-
segan mereka mengorbankan binatang ternak dan mengoleskan darahnya di tubuh berhala. Bahkan
mereka terkadang sampai hati mengorbankan anak- anaknya sendiri demi mengharap keridhaan
berhala.

Selain melakukan kebodohan-kebodohan itu, mereka masih melakukan banyak sekali hal hal yang
merusak.

AWAL MULA PENYEMBAHAN BERHALA

Awal mula penyembahan berhala di Mekkah, ketika seorang bernama Amar bin Luhay membawa
berhala besar bernama Hubal yang dibelinya dari daerah Syam. Di Mekkah, berhala Hubal ditaruh di
Ka'bah dan disuruhnya orang orang datang menyembahnya.

Menjelang menaklukkan Mekkah oleh Nabi Muhammad saw. Ka'bah dipenuhi oleh tiga ratus enam
puluh berhala yang terbuat dari batu, kayu, perak, bahkan emas.

GEMAR MABUK DAN BERJUDI

Bangsa Arab pada masa itu sangat gemar meminum arak. Hampir semua orang adalah peminum
kecuali beberapa saja yang tidak.

Para pelayan datang membawakan baki dan botol-botol minuman. Orang orang datang berkumpul
sambil tertawa.

Para penari datang disambut tepukan dan sorak sorai. Ketika minuman mulai membuat mereka
mabuk, seseorang kembali berseru, "Bawakan alat alat judi kemari!"

Orang pun membawakan alat-alat judi berupa bilah-bilah kayu dan sebuah kantung kulit. Beberapa
ekor unta dipotong, yang kalah berjudi harus membayar unta-unta tersebut. Selain berjudi dengan
memotong unta, mereka juga berjudi dengan bermacam macam cara.

Demikianlah minum sambil berjudi adalah kebiasaan yang amat digemari oleh bangsa Arab saat itu.
Bahkan, setelah Nabi Muhammad SAW mengajarkan Islam, masih banyak pemeluk baru agama Islam
yang masih suka meminum arak sampai turunlah perintah Allah yang berangsur-angsur
mengharamkan orang meminum minuman keras.
BARM

Judi memotong unta adalah judi yang paling digemari orang Arab Jahiliyah. Bilah-bilah kayu dikocok
dalam kantung dan dibagikan. Orang yang mendapat undi kosong dinyatakan kalah dan harus
membayar unta yang dipotong. Daging unta kemudian dibagikan kepada fakir miskin. Orang yang tidak
suka berjudi semacam ini dipandang sebagai seorang kikir, yang biasa disebut barm

KISAH RASULULLAH ‫*سلم و عليه هللا صل‬

BAGIAN 3

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

PERAMPOK KEJAM DAN TIDAK SOPAN

Mencuri dan merampok saat itu adalah hal yang biasa. Hanya sebagian kecil saja orang yang tidak
pernah melakukannya. Perampok pun bukan cuma mengincar harta dan benda, tetapi juga orang yang
dirampok. Perampok biasa menjadikan orang orang yang telah dirampoknya menjadi tawanan dan
budak belian.

Saat itu perilaku bangsa Arab amat kejam, sampai melewati batas perikemanusiaan. Anak-anak
perempuannya sendiri mereka bunuh. Ada yang dikubur hidup hidup ke dalam tanah, ada pula yang
ditaruh dalam tong dan diluncurkan dari tempat yang tinggi. Mereka malu jika mempunyai anak
perempuan.

Mereka juga suka menyiksa binatang. Jika seseorang mati, keluarganya mengikat unta diatas kuburan
dan tidak memberikan makan serta minum sampai si unta mati. Mereka beranggapan unta itu kelak
akan menjadi tunggangan si mati.

Musuh yang tertangkap diperlakukan sangat kejam. Mereka biasa mengikat musuh pada seekor kuda
dan membiarkan kuda tersebut berlari sehingga orang yang diikat itu mati terseret-seret. Telinga atau
hidung musuh yang kalah dijadikan kalung, serta tengkorak nya dijadikan tempat minum arak.

Orang jahiliyah juga tidak mengenal sopan santun, Mereka biasa berkeliling Ka'bah tanpa memakai
pakaian.

Begitulah kebiasaan Orang Orang Arab saat itu.

Mereka adalah bangsa yang maju perdagangannya, pandai membuat perkakas, membuat obat, ahli
astronomi, serta mahir bersyair. Namun mereka juga mempunyai kebiasaan buruk.

MEMAKAN BANGKAI BINATANG

Dalam urusan makan dan minum pun tidak ada yang dilarang. Segala macam binatang boleh dimakan.
Binatang yang sudah mati pun disayat dagingnya, dibakar, dan dimakan. Mereka juga suka meminum
darah, binatang, dan makanan darah yang dibekukan.
MUTHALIB

Suatu hari, Hasyim pergi berdagang menuju Syam. Ketika melewati Yatsrib, (di kemudian hari disebut
Madinah), Hasyim melihat seorang wanita baik-baik dan terpandang.

"Siapakah wanita itu?" tanya Hasyim kepada orang-orang Yatsrib.

"Dia adalah Salma binti Amr."

"Suaminya telah tiada. Kini dia seorang janda."

Mendengar itu, Hasyim melamar Salma dan Salma pun menerimanya. Mereka lalu menikah. Hasyim
tinggal di Yatsrib beberapa lama. Ketika Salma mengandung, Hasyim melanjutkan perniagaannya.
Namun, itulah kali terakhir Salma melihat suaminya karena Hasyim tidak pernah kembali lagi. Ia
meninggal dunia di Palestina.

Salma melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian diberi nama Syaibah. Sementara itu,
sepeninggal Hasyim, kedudukannya sebagai pemuka masyarakat Mekah dipegang oleh adik Hasyim
yang bernama Al Muthalib.

Al Muthalib juga seorang laki-laki terpandang yang dicintai penduduk Mekkah. Orang-orang Quraisy
menjulukinya dengan sebutan Al Fayyadh yang berarti Sang Dermawan.

Suatu hari, dia mendengar bahwa Syaibah, keponakannya yang tinggal di Yatsrib, sedang tumbuh
remaja.

"Aku harus menemuinya," pikir Al Muthalib,

"dia adalah anak kakakku. Dulu ayahnya adalah pemuka Mekah, maka dia harus pulang untuk
melanjutkan kekuasaan ayahnya menggantikan aku."

Ketika Al Muthalib bertemu Syaibah di Yatsrib, dia tersentak,

"Anak ini benar-benar mirip Hasyim."

"Mari Nak, ikut Paman ke Mekah," peluk Al Muthalib.

"Tetapi, jika ibu tidak mengizinkan pergi, aku akan tetap tinggal di sini," jawab Syaibah

SYAIBAH

Nama Syaibah diberikan karena ada rambut putih (uban) di kepalanya sejak dia kecil. Selain Syaibah,
Hasyim telah memiliki empat putra dan lima putri yang tinggal di Mekkah.

ABDUL MUTHALIB

"Tidak. Aku tidak akan membiarkannya pergi" jawab Salma.

"Dia buah hatiku satu-satunya. Wajahnya lah yang senantiasa mengingatkan aku akan wajah
ayahnya".

"Aku juga menyayangi Hasyim", jawab Al Muthalib,


"bukan cuma aku, tetapi penduduk kota Mekah juga menyayanginya. mereka pasti akan senang sekali
menyambut kedatangan putra Hasyim. Begitu melihat wajah anak ini, rasa sayangku timbul
kepadanya. Seolah-olah aku melihat Hasyim hidup kembali dan berdiri di hadapanku.

Izinkan aku membawanya pergi. Sesungguhnya Mekah adalah kerajaan ayahnya dan Mekah adalah
tanah suci yang di cintai oleh seluruh bangsa Arab. Tidakkah pantas putramu pergi ke sana dan
melanjutkan pemerintahan ayahnya?".

Salma memandang Syaibah dengan mata berkaca-kaca. Hatinya ingin agar putra satu-satunya itu
tetap tinggal di sisinya. Namun, ia tahu masa depan Syaibah bukan di Yatsrib, melainkan di Mekkah.
Akhirnya, ia pun mengangguk, "Baiklah, kuizinkan ia pergi."

Dengan amat gembira, Al Muthalib mengajak keponakannya itu pulang. Syaibah duduk membonceng
unta di belakang pamannya.

Ketika mereka tiba di Mekkah, orang-orang menyangka bahwa anak yang duduk di belakang Al
Muthalib adalah budaknya.

"Abdul Muthalib (Budak Al Muthalib)! Abdul Muthalib!" panggil mereka kepada Syaibah.

"Celaka kalian! Dia bukan budakku, dia anak saudaraku, Hasyim!"

Namun, orang-orang telanjur menyebutnya demikian sehingga akhirnya nama Syaibah pun
terlupakan. Setelah itu, dia dikenal dengan nama Abdul Muthalib. Dia kelak menjadi kakek Nabi
Muhammad ‫ﷺ‬.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 4

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

HARTA ABDUL MUTHALIB

Setelah tumbuh dewasa, Abdul Muthalib pun menjadi seorang pemuka Mekah sebagaimana Hasyim,
bapaknya.

Sementera itu, ketika Hasyim meninggal, hartanya dikuasai oleh Naufal, adiknya yang terkecil.

Setelah dewasa, Abdul Muthalib hendak meminta harta ayahnya, tetapi Naufal menolak. Abdul
Muthalib pun meminta bantuan kerabat ibunya yang tinggal di Yatsrib. Orang-orang Yatsrib
mengirimkan 80 pasukan berkuda. Naufal pun ketakutan dan menyerahkan harta Hasyim kepada
Abdul Muthalib

Pada zaman pemerintahannya, Abdul Muthalib melakukan sebuah perbuatan yang akan dikenang
orang sepanjang zaman.
SUMBER AIR MEKAH

Abdul Muthalib adalah pengurus air dan makanan bagi tamu-tamu yang datang ke Mekah. Setelah
ratusan tahun Sumur Zamzam tertimbun, air harus didatangkan dari beberapa sumur yang terpencar-
pencar di sekitar Mekah.

MENGGALI SUMUR ZAMZAM

Saat itu, Sumur Zamzam telah terkubur dan dilupakan orang selama ratusan tahun. Namun, Abdul
Muthalib tidak pernah lupa pada sejarah Mekah, bahwa dulu pernah ada mata air yang menghidupi
Mekah, mata air yang memancar keluar oleh kaki Ismail.

"Aku harus menemukannya!" pikir Abdul Muthalib. "Aku harus menemukan kembali Sumur Zamzam
yang telah dilupakan orang! Apalagi aku bertugas menyediakan air dan makanan bagi penduduk
Mekah."

Pikiran seperti itu tidak pernah hilang dari benaknya, "Aku harus menemukannya! Aku harus
menemukannya!"

Setelah itu, Abdul Muthalib mengambil tembilang (alat untuk menggali bertangkai panjang) dan
memanggil putra satu-satunya, "Harits, temani ayah mencari dan menggali kembali Sumur Zamzam!"

Harits mengangguk. Kemudian, mereka mulai mencari di mana dulu letak Mata Air Zamzam berada.
Setelah beberapa kali mencoba menggali di beberapa tempat, Sumur Zamzam tidak juga ditemukan.

"Ayah, mungkin Sumur Zamzam memang telah hilang," kata Harits.

"Tidak Nak, Ayah yakin Sumur itu masih ada! Kita harus menemukannya! Orang-orang Mekah akan
hidup lebih baik jika Sumur Zamzam ada di tengah kita!"

Dengan gigih keduanya pun terus mencari sumur Zam-Zam.

Orang-orang Quraisy, penduduk asli Mekah, melihat perbuatan mereka dengan heran.

"Mengapa engkau masih terus menggali, Abdul Muthalib? Bukankah dulu nenek moyang kita, Mudzaz
bin Amr pernah menggalinya, tapi tidak berhasil?"

Abdul Muthalib menaruh tembilangnya dan duduk.

Ya, ratusan tahun yang lalu Mudzaz bin Amr mertua Nabi Ismail ‫ ااسالم عليه‬pernah mencoba menggali
Zamzam tapi tidak berhasil.

Padahal, saat itu Mudzaz telah mempersembahkan sesaji berupa pedang dan pelana berpangkal emas
agar Sumur Zamzam ditemukan.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 5

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

BERNADZAR

Abdul Muthalib bernadzar, "Kalau saja aku mempunyai 10 anak laki-laki, kemudian setelah semuanya
dewasa, aku tidak memperoleh anak lagi seperti ketika sedang menggali Sumur Zamzam, maka salah
seorang diantara 10 anak itu akan kusembelih di Ka'bah sebagai kurban untuk Tuhan."

Ternyata takdir memang menentukan demikian. Abdul Muthalib akhirnya mendapat 10 orang anak
laki-laki. Setelah semua anak berangkat dewasa, ia tidak memperoleh anak. Dipanggilnya kesepuluh
orang anak itu, termasuk si bungsu Abdullah yang amat disayangi dan dicintainya.

"Aku pernah bernadzar untuk menyembelih salah seorang di antara kalian jika Tuhan memberiku 10
orang anak laki-laki."

Kesepuluh anaknya terdiam. Mereka memahami persoalan itu. Mereka juga melihat kebingungan
yang luar biasa di mata ayah mereka yang berkaca-kaca.

"Namun, aku tidak bisa menentukan siapa di antara kalian yang harus kusembelih. Oleh karena, aku
berniat memanggil juru qidh untuk menentukannya."

Di hadapan patung dewa tertinggi Ka'bah, juru qidh (Nanak panah) meminta setiap anak menulis
namanya masing-masing di atas qidh. Kemudian, ia mengocok anak panah tersebut di hadapan
berhala Hubal. Nama anak yang keluar adalah Abdullah.

Melihat itu, serentak orang orang Quraisy datang dan melarangnya melakukan perbuatan itu.

"Batalkan keinginanmu, Abdul Muthalib! Mohon ampunlah kepada Hubal supaya kamu bisa
membatalkan nadzarmu!"

Sanggupkah Abdul Muthalib menyembelih anak kesayangannya, apalagi tidak ada orang yang
menyetujui niatnya itu?

MENEMUKAN ZAMZAM

Malam harinya, dengan tubuh lelah, Abdul Muthalib tertidur. Tiba-tiba, dalam tidur, dia bermimpi
mendengar suara yang bergema berulang-ulang, "Temukan Sumur Zamzam itu, wahai Abdul
Muthalib! Temukan Sumur Zamzam! Temukan!"

Abdul Muthalib terbangun dengan keyakinan dan semangat baru. Esoknya, dia mengajak Harits
menggali dan menggali lebih giat.

Rasa heran orang-orang Quraisy yang melihatnya berubah menjadi tawa.

"Kasihan Abdul Muthalib, mungkin dia sudah kehilangan akal sehatnya!" kata mereka satu sama lain.

Suatu saat, ketika mereka sedang menggali di antara berhala Isaf dan Na'ila, air membersit.
"Air! Harits! Lihat, ada air!" seru Abdul Muthalib saking kagetnya.

"Ayo kita gali terus, Ayah! Ayo gali terus!"

Ketika mereka menggali lebih dalam, tampaklah pedang-pedang dan pelana emas yang pernah ditaruh
oleh Mudzaz bin Amr dahulu. Melihat penemuan itu, orang-orang Quraisy datang berbondong-
bondong.

"Abdul Muthalib, mari kita berbagi air dan harta emas itu!" pinta mereka.

"Tidak! Tetapi, marilah kita mengadu nasib di antara aku dan kamu sekalian dengan permainan qidh
(anak panah). Dua anak panah buat Ka'bah, dua buat aku, dan dua buat kamu. Kalau anak panah itu
keluar, dia mendapat bagian. Kalau tidak, dia tidak mendapat apa-apa."

Usul ini disetujui. Juru qidh mengundinya di tengah-tengah berhala di depan Ka'bah. Ternyata, anak
panah Quraisy tidak ada yang keluar. Pemenangnya adalah Abdul Muthalib dan Ka'bah. Oleh karena
itu, Abdul Muthalib dapat meneruskan tugasnya mengurus air dan keperluan para tamu Mekah
setelah Sumur Zamzam memancar kembali.

Mengingat beratnya tugas itu. Abdul Muthalib sangat ingin agar dia mempunyai banyak anak laki-laki
yang dapat membantunya.

PEDANG DAN PELANA EMAS

Abdul Muthalib memasang pedang-pedang itu di pintu Ka'bah, sedangkan pelana-pelana emas ditaruh
di dalam rumah suci itu sebagai perhiasan.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 6

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

TEBUSAN SERATUS UNTA

Dengan mem"baja"kan hati, Abdul Muthalib menuntun Abdullah menuju sebuah tempat di dekat
sumur Zamzam yang terletak di antara dua berhala Isaf dan Na'ila. Di tempat itulah biasanya orang
orang Mekah melakukan pengurbanan hewan untuk dewa-dewa mereka. Namun, masyarakat
semakin keras menghalangi Abdul Muthalib melakukan niatnya. Akhirnya, kekerasan hatinya pun
luluh.

"Baiklah, tetapi apa yang harus kulakukan agar berhala tetap berkenan kepadaku?"

"Kalau penebusannya dapat dilakukan dengan harta kita, kita tebuslah," kata Mughirah bin Abdullah
dari suku Makhzum.

Setelah diadakan perundingan, mereka sepakat menemui seorang dukun di Yatsrib.

"Berapa tebusan kalian?" tanya dukun wanita itu.

"Sepuluh ekor unta."

"Kembalilah ke negeri kalian. Sediakan tebusan 10 ekor unta. Kemudian undi antara unta dan anak
itu. Jika yang keluar nama anakmu, tambahlah jumlah untanya, kemudian undi lagi sampai nama unta
yang keluar."

Mereka pulang dengan lega dan segera mengundi dengan anak panah. Ternyata yang keluar adalah
nama Abdullah. Mereka menambahkan tebusan unta dan mengundi lagi. Ternyata, lagi lagi nama
Abdullah yang keluar. Demikianlah, Abdul Muthalib menambah dan menambah terus jumlah unta.
Ketika jumlah unta sudah mencapai 100 ekor, barulah nama unta yang keluar.

"Dewa sudah berkenan," seru orang orang.

"Tidak," bantah Abdul Muthalib. "Harus dilakukan sampai 3 kali."

Akhirnya, setelah 3 kali dikocok, yang keluar adalah nama unta. 100 ekor unta itu pun disembelih dan
dibiarkan begitu saja tanpa disentuh manusia dan hewan karena mereka beranggapan bahwa unta itu
untuk dewa.

KETURUNAN DUA ORANG YANG DISEMBELIH

Diriwayatkan dari Rasulullah bahwa beliau bersabda,

"Aku adalah anak dua orang yang disembelih."

Yang dimaksud oleh beliau adalah Nabi Ismail nenek moyangnya, dan Abdullah ayahnya.
SI PENGUASA YAMAN

Saat Abdul Muthalib memimpin Mekah, ada sebuah peristiwa dahsyat. Kejadian ini bermula dari
Yaman, sebuah negeri yang terletak jauh di sebelah selatan Mekah. Saat itu, Yaman diperintah oleh
seorang penguasa bernama Abrahah Al Asyram.

"Aku tidak habis pikir, mengapa setiap tahun seluruh bangsa Arab datang ke tanah Mekah?" seru
Abrahah kepada para menterinya.

"Paduka tahu, di sana ada sebuah bangunan bernama Ka'bah. Bangunan tua itu begitu disucikan oleh
penduduk Jazirah Arab sehingga mereka tidak dapat berpaling darinya. Ke sanalah mereka pergi
beribadah menyembah para dewa sepanjang tahun," jawab salah seorang menteri.

"Apa istimewanya bangunan tua yang terbuat dari batu kasar itu? Aku ingin negeri kita, Yaman,
mempunyai sebuah rumah suci yang akan membuat bangunan tua di Mekah itu menjadi tidak berarti
lagi dan dilupakan orang!"

"Namun, apa mungkin kita bisa membuat rumah suci baru yang bisa menandingi Ka'bah?"

"Mengapa tidak? Buat sebuah gereja yang sangat indah! Hiasi dengan perlengkapan paling mewah
yang kita miliki! Gerbang emas, jendela perak, lantai pualam yang berkilau!

Semuanya! Kerahkan seluruh ahli bangunan! Aku ingin gereja itu selesai dalam waktu singkat!"

Tidak lama kemudian, berdirilah sebuah gereja seindah yang diinginkan Abrahah. Sang Penguasa
Yaman itu mengunjunginya dengan rasa puas.

"Lihat, tidak lama lagi, seluruh orang Arab akan datang ke sini!"

kata Abrahah kepada bawahannya,

"bahkan orang orang Mekah akan melupakan rumah tua mereka begitu melihat bangunan seindah
ini!"

BENDUNGAN MA'RIB

Penduduk asli Yaman adalah kaum Saba. Sebelum datangnya Islam, negeri Yaman telah terkenal
dengan kemajuan teknologi bangunannya. Salah satu bangunan yang amat terkenal adalah
Bendungan Raksasa Ma'rib. Ketika bangunan ini jebol, banjir besar melanda daerah sekitarnya
sehingga para penduduk terpaksa pindah ke negeri lain.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 7

PENYERBUAN

Ternyata, apa yang diharapkan Abrahah tidak terjadi. Orang-orang Arab sudah sangat mencintai
rumah purba Ka'bah sehingga mereka tidak dapat berpaling ke rumah suci yang lain, betapa pun
indahnya bangunan itu dibuat. Orang-orang Arab merasa ziarah mereka tidak sah jika tidak
mengunjungi Ka'bah. Bahkan, penduduk Yaman sendiri tidak mengindahkan rumah suci baru itu.
Seperti biasa, mereka tetap berbondong-bondong berziarah ke Mekah.

"Tidak ada jalan lain!" geram Abrahah.

"Gerakkan pasukan gajah kita! Serbu dan hancurkan Ka'bah! Aku sendiri yang akan memimpin! Jika
bangunan tua itu hancur dan rata dengan tanah, orang orang Arab tidak akan punya pilihan lain selain
datang ke tempat kita!"

Sang Penguasa Yaman memang ditakuti orang karena pasukan gajah yang dimilikinya. Abrahah sendiri
naik di atas gajah yang paling besar dan kuat.

"Maju!" perintahnya.

Terompet pun membahana dan bumi seolah-olah pecah oleh gemuruh pasukan yang maju ke medan
perang.

Mendengar keberangkatan pasukan ini untuk menghancurkan Ka'bah, penduduk Jazirah Arab
terkejut. Walaupun tahu pasukan Abrahah begitu kuat, jiwa kepahlawanan orang-orang Arab
menjulang tinggi di hadapan musuh.

Dzu Nafar, seorang bangsawan Arab, mengerahkan masyarakatnya untuk menahan gerak maju
Abrahah. Akan tetapi, ia dikalahkan dan ditawan.

Nufail bin Habib Al Khath'ami memimpin pasukan Kabilah Syahran dan Nahis. Namun, ia juga
dikalahkan dan dijadikan penunjuk jalan pasukan Abrahah.

AL QULLAYUS

Al Qullayus adalah nama gereja yang dibangun Abrahah agar orang tidak lagi pergi ziarah ke Mekah,
tetapi ke gereja ini. Mengetahui maksud Abrahah ini, bangsa Arab marah karena kecintaan mereka
pada Ka'bah sudah mendarah daging.

Sementara itu, seseorang dari suku Kinani malah pergi memasuki Al Qullayus dan membuat kerusakan
di dalamnya. Peristiwa inilah yang memicu Abrahah untuk menghancurkan Ka'bah.

Sikap Penduduk Mekah

"Kita lawan mereka, Abdul Muthalib! Berikan peringatan kepada setiap orang untuk bertempur!"
Orang-orang Quraisy di Mekah panik. Mereka meminta pendapat Abdul Muthalib untuk bertempur.
Abdul Muthalib tahu, sekeras apa pun mereka melawan, semuanya akan sia-sia. Pasukan Mekah akan
ditaklukkan. Karena itu, ia menjawab dengan bijak,

"Tidak, kita tidak akan mampu. Seorang utusan Abrahah telah tiba dan menyampaikan keterangan
bahwa Abrahah tidak akan memerangi kita. Abrahah hanya ingin menghancurkan Ka'bah. Kita akan
selamat jika tidak menghalanginya. Aku sarankan semua orang pergi mengungsi ke gunung-gunung di
sekeliling kota."

Abdul Muthalib kemudian mendatangi markas Abrahah bersama beberapa orang pemuka Mekah.

"Kembalikan unta-unta kami yang dirampas pasukanmu," kata Abdul Muthalib kepada Abrahah.

"Akan kukembalikan unta-unta itu! Apakah ada hal lain yang engkau minta?" tanya Abrahah.

"Urungkan niatmu untuk menghancurkan Ka'bah. Jika engkau mau, kami akan berikan sepertiga harta
dari daerah Tihama yang subur."

Abrahah menggeleng, "Tidak."

"Kalau begitu, kami serahkan pengamanan Ka'bah kepada Tuhan pemilik Ka'bah!" jawab Abdul
Muthalib, lalu dia pergi.

Kini kota Mekah kosong. Penduduknya telah mengungsi. Jalan lebar terbuka bagi Abrahah untuk
menghancurkan Ka'bah yang letaknya sudah di depan mata.

Tidak ada yang mampu menghalangi kekuatan sebesar itu

CATATAN

ABRAHAH AL ASYRAM

Abrahah Al Asyram bukanlah penduduk asli Yaman. Ia datang dari negeri Habasyah di Afrika, kemudian
menduduki Yaman.

70.000 pasukan Habasyah yang dipimpin Aryath berhasil mengalahkan Yaman. Akan tetapi, Aryath
kemudian dibunuh oleh Abrahah. Sejak itulah Abrahah memerintah Yaman.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 8

KEHANCURAN ABRAHAH

Allåhlah yang melindungi rumah suci-Nya. Ketika pasukan Abrahah bergerak mendekat, gajah Abrahah
berhenti. Sekeras apa pun Abrahah memukulinya, gajah itu tetap duduk tenang, bahkan akhirnya
berusaha berjalan lagi ke arah Yaman.

"Maju! Maju! Apa yang terjadi padamu?" bentak Abrahah pada tunggangannya.

"Dalam berbagai medan pertempuran, belum pernah kamu mengecewakan aku seperti ini! Kamu
bahkan tampak ketakutan! Ada apa sebenarnya?"

"Paduka! Ada yang datang dari arah laut!" teriak seorang prajurit sambil menunjuk-nunjuk panik.

Saat itulah, dari arah laut, Allah mengirim kawanan burung yang kepakan sayapnya menutupi sinar
matahari seperti iringan awan mendung yang bergerak cepat. Burung-burung itu menjatuhkan batu-
batu menyala ke arah pasukan gajah. Dengan panik setiap orang berusaha menyelamatkan diri, tetapi
sia-sia. Semua orang, termasuk Abrahah, mati.

Peristiwa ini Allah abadikan dalam surat Al Fil :

ِ‫ل َكيْفَِ َترَِ أَ َل ْم‬ َِ ‫ا ْلفيلِ بأَصْ حَ ابِ رَ ُّب‬


َِ ‫ك َف َع‬
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah?

Surah Al-Fil (105:1)

ِ‫ل أَلَ ْم‬


ِْ ‫َتضْ ليلِ في َك ْيدَه ِْم َيجْ َع‬
Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka´bah) itu sia-sia?

Surah Al-Fil (105:2)

َِ ْ‫ل َطيْرً ا َعلَيْه ِْم َوأَر‬


ِ‫س َل‬ َِ ‫أَبَابي‬
dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong,

Surah Al-Fil (105:3)

ِ‫سجيلِ منِْ بحجَ ارَ ةِ َترْ ميه ْم‬


yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,

Surah Al-Fil (105:4)


ِ‫مَأْكولِ َك َعصْ فِ َفجَ َِعلَه ْم‬
lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).

Surah Al-Fil (105:5)

WABAH PENYAKIT

Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang dibawa burung itu adalah kuman kuman wabah penyakit
cacar. Dalam beberapa hari saja seluruh pasukan mati dengan tubuh rusak seperti daun dimakan ulat.

Abrahah berhasil kembali ke Yaman, tetapi tidak lama setelah itu ia pun mati seperti pasukannya.

KEMBALI KE MEKAH

Abdullah bin Abdul Muthalib tidak jadi disembelih karena telah ditebus ayahnya dengan 100 ekor
unta.

Abdullah adalah pemuda yang berwajah tampan. Kegagahan parasnya banyak menarik perhatian
gadis-gadis Mekah. Apalagi setelah mereka tahu bahwa nyawa Abdullah telah ditebus dengan 100
ekor unta, suatu jumlah yang luar biasa yang tidak pernah dialami seorang pun sebelumnya. Walaupun
banyak gadis yang berusaha menggodanya, kesopanan Abdullah tetap terjaga.

GADIS YANG MEMINANG

Setelah penebusan Abdullah, Abdul Muthalib menggandeng tangan putranya menuju rumah Wahb
bin Abdul Manaf. Wahb mempunyai seorang putri bernama Aminah. Abdul Muthalib sudah sepakat
dengan Wahb untuk menikahkan putra-putri mereka.

Namun, di tengah jalan, seorang gadis cantik menegur Abdullah, "Engkau akan pergi ke mana, wahai
Abdullah?"

"Aku akan pergi bersama ayahku."

Tanpa memedulikan Abdul Muthalib, gadis itu berkata, "Kulihat engkau memang dituntun ayahmu,
tak ubahnya seperti seekor unta yang akan disembelih. Demi engkau, aku akan menerimamu jika
engkau mau menikahi diriku sekarang juga."

Abdullah terperangah. Ia menatap gadis itu dengan gugup.

"Siapakah gadis ini? Pikir Abdullah, "dilihat dari pakaiannya yang dipenuhi perhiasan mahal, ia pasti
seorang gadis bangsawan. Matanya yang hitam memancarkan sinar yang teduh seperti yang biasa
dimiliki gadis-gadis berperangai lemah lembut dan penuh kasih sayang. Apa yang harus kukatakan
kepadanya?"

Ketika Abdullah menoleh kepada ayahnya, dilihatnya Abdul Muthalib memberi isyarat agar Abdullah
terus melangkah dan tidak menggubris sang gadis .
"Aku bersama ayahku." Aku tak kuasa menolak kehendaknya dan berpisah dengannya.

Abdullah kembali berjalan bersama ayahnya. Hatinya dipenuhi rasa iba dan simpati kepada gadis yang
ditinggalkannya.

Hari itu juga, Abdul Muthalib datang ke rumah Wahb bin Abdul Manaf. Mereka sepakat menjodohkan
Abdullah dengan Aminah.

Keesokan harinya, Abdullah bertemu lagi dengan gadis yang kemarin. Abdullah menyapanya,
"Mengapa engkau tidak menyapaku seperti kemarin?"

Gadis itu menjawab dengan ketus, "Sinar berseri-seri yang kemarin kulihat pada wajahmu sudah tidak
ada lagi. Karena itu, sekarang aku sudah tidak membutuhkanmu!"

SINAR KENABIAN

Sinar berseri-seri yang dilihat sang gadis pada wajah Abdullah menurut sebagian ahli sejarah adalah
sinar kenabian yang akan diturunkan Abdullah kepada putranya.

Ketika Abdullah sudah dijodohkan dengan Aminah, maka gadis itu sudah tidak bisa lagi berharap akan
memiliki putra yang kelak menjadi nabi.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 9

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

PERNIKAHAN ABDULLAH DENGAN AMINAH

Allah sudah menentukan bahwa jodoh yang paling tepat untuk Abdullah adalah Aminah binti Wahb.
Aminah adalah gadis yang paling baik keturunan dan kedudukannya di kalangan suku Quraisy.

Musim semi tahun 570 Masehi pun tiba. Batang-batang gandum di Yaman tumbuh menjulang tinggi.
Dedaunan kurma di kota Tha'if kembali bersemi. Sementara itu, padang-padang rumput dipenuhi
harum bunga-bunga yang tumbuh di kebun-kebun.

Bagi penduduk Mekah, musim semi adalah tanda kebebasan dan dimulainya lagi perdagangan musim
panas ke Syria. Abdullah pun berniat pergi musim ini.

"Kanda, sebenarnya hatiku sangat berat melepas kepergianmu. Entah mengapa hatiku diliputi
kekhawatiran dan kegelisahan. Aku bahkan berharap dapat menemukan suatu alasan untuk menahan
kepergianmu," keluh Aminah kepada suaminya.

Abdullah tersenyum menentramkan, "Hatiku pun terasa tertinggal di sini, Dinda. Aku tahu begitu
besar rasa sayangmu kepadaku sehingga engkau berharap dapat terus berada di sisiku."

"Bukan cuma itu, damai rasanya berada di sampingmu, Kanda."


Abdullah mengangguk, "Tetapi Dinda, kini di dalam perutmu ada bayi kita. Kau tahu aku adalah
pemuda tak berada. Saat ini, kita hanya mempunyai lima ekor kambing perah. Selain itu, tak ada lagi
kekayaan yang dapat menghidupi kita berdua selain sedikit kurma dan daging kering. Karena itu, inilah
saatnya bagiku untuk pergi berniaga dan menambah penghasilan kita."

Aminah terpaksa mengangguk menerima kenyataan itu. Ia memandang kepergian Abdullah dengan
sendu, seolah itu adalah detik-detik terakhir ia dapat melihat wajah suaminya.

HAMZAH BIN ABDUL MUTHALIB

Pada hari pernikahan Abdullah dengan Aminah, Abdul Muthalib pun menikahi sepupunya yang
bernama Hala. Dari perkawinan ini, lahirlah Hamzah, paman Rasulullah yang seusia dengan beliau.

ABDULLAH MENINGGAL

Bersama kafilah dagang, Abdullah tiba di Gaza. Kemudian, dalam perjalanan pulang, ia singgah di
Yatsrib. Di sana, ia tinggal bersama saudara-saudara ibunya. Namun, ketika kawan-kawannya dari
Mekah hendak mengajaknya pulang, Abdullah jatuh sakit.

"Rasanya, aku takkan kuat menempuh perjalanan pulang," kata Abdullah kepada kawan-kawannya.
"Kalian berangkatlah dan sampaikan pesan kepada ayahku bahwa aku jatuh sakit."

Kawan-kawannya mengangguk, "Akan kami sampaikan pesanmu. Baik-baiklah engkau di sini."

Kafilah Mekah pun beranjak pulang. Ketika tiba di rumah, mereka menyampaikan pesan Abdullah
kepada Abdul Muthalib.

"Harits!" panggil Abdul Muthalib kepada putra sulungnya. "Pergilah ke Yatsrib. Lihatlah keadaan
adikmu. Jika sudah sembuh, jemputlah ia pulang."

Harits pun segera berangkat. Ketika tiba di rumah paman-pamannya di Yatsrib, yang ditemuinya
adalah wajah-wajah duka.

"Abdullah telah meninggal," kata mereka kepadanya, "mari, kami antar engkau ke pusaranya."

Harits pun menyampaikan berita sedih itu ke Mekah. Melelehlah air mata di pipi Abdul Muthalib.
Namun, kesedihan yang paling berat dirasakan oleh Aminah. Apalagi di saat itu ia tengah menantikan
kelahiran bayinya.

"Selamat jalan, Kanda," isak Aminah, "hilanglah seluruh kebahagiaan hidupku bersamamu. Kini,
tinggallah aku yang hidup untuk membesarkan bayi kita."

Tidak lama lagi, bayi Aminah akan lahir. Bayi yang kelak ditakdirkan Allah menjadi orang besar yang
mengubah jalannya sejarah dunia.

PENINGGALAN ABDULLAH

Saat meninggal, Abdullah meninggalkan lima ekor unta, sekelompok ternak kambing, dan seorang
budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kelak menjadi pengasuh Rasulullah. Nama aslinya
adalah Barokah. Ia berasal dari Habasyah.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 10

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

KELAHIRAN MUHAMMAD ‫وسلم عليه هللا صلى‬

Pada hari Senin pagi tanggal 12 Rabiul Awwal pada tahun yang sama dengan penyerbuan Abrahah
(tahun gajah), Aminah melahirkan seorang bayi laki-laki. Saat itu bertepatan dengan bulan Agustus
tahun 570 Masehi. (Sebagian pendapat mengatakan bahwa Aminah melahirkan pada tanggal 20 atau
21 April tahun 571 Masehi).

Aminah mengutus seseorang sambil berkata, "Pergilah kepada Abdul Muthalib dan katakan,
'Sesungguhnya telah lahir bayi untukmu. Oleh karena itu, datang dan lihatlah '."

Abdul Muthalib bergegas datang. Ketika mengambil bayi itu dari pelukan Aminah, dadanya
bergemuruh dipenuhi rasa sayang.

"Kehadiranmu mengingatkan aku kepada ayahmu. Sungguh, di hatiku kini dirimu hadir sebagai
pengganti Abdullah."

Dengan penuh rasa syukur, orangtua itu menggendong cucunya berthawaf, mengelilingi Ka'bah. Kali
ini tidak kepada berhala, tetapi kepada Allah. Abdul Muthalib berdoa dan bersyukur.

"Aku memberimu nama Muhammad," kata Abdul Muthalib.

Muhammad berarti terpuji, sebuah nama yang tidak umum di kalangan masyarakat Arab, tetapi cukup
dikenal.

Kemudian, ia memerintahkan orang untuk menyembelih unta dan mengundang makan masyarakat
Quraisy.

"Siapa nama putra Abdullah, cucumu itu?" tanya seseorang kepada Abdul Muthalib.

"Muhammad."

"Mengapa tidak engkau beri nama dengan nama nenek moyang kita?"

"Kuinginkan ia menjadi orang yang terpuji, bagi Tuhan di langit dan bagi makhluk-Nya di bumi," jawab
Abdul Muthalib.

CAHAYA AMINAH

Ketika Aminah mengandung Nabi Muhammad, ia melihat seberkas sinar keluar dari perutnya dan
dengan sinar tersebut ia melihat istana-istana Busra di Syam.

Saat itu di kalangan bangsawan Arab sudah berlaku tradisi yang baik, yakni mereka mencari wanita-
wanita desa yang bisa menyusui anak-anaknya.
Anak-anak disusukan di pedalaman agar terhindar dari penyakit, memiliki tubuh yang kuat dan agar
dapat belajar bahasa Arab yang murni di daerah pedesaan.

Tidak lama kemudian ke Mekah datanglah serombongan wanita dari kabilah bani Sa'ad mencari bayi
untuk disusui. Di antara mereka ada seorang ibu bernama Halimah binti Abu Dzu'aib.

"Suamiku," Panggil Halimah "tahun ini sungguh tahun kering tak ada tersisa sedikit pun hasil panen di
kampung halaman kita. Lihat unta tua kita tidak lagi menghasilkan susu sehingga anak-anak menangis
pada malam hari karena lapar."

"Semoga kita mendapat bayi seorang bangsawan kaya yang dapat memberi kita upah yang layak untuk
menanggulangi kesengsaraan ini," jawab sang suami.

Namun harapan mereka tak terkabul, hampir semua bayi bangsawan kaya telah diambil oleh teman-
teman serombongan mereka. Hanya ada satu bayi dalam gendongan ibunya yang mereka temui.

"Namanya Muhammad" kata Aminah kepada pasangan tersebut "ia anak yatim tinggal aku dan
kakeknya yang merawatnya." Halimah dan suaminya, Al-Harits bin Abdul Uzza saling berpandangan.

Mereka enggan menerima anak yatim karena tidak ada Ayah yang dapat memberi mereka upah yang
layak. Pasangan tersebut menggeleng dan pergi mencari bayi lain, Aminah memandangi bayi dalam
dekapannya dengan sendu. Setiap wanita Bani Saad yang mendapat tawaran untuk menyusui
Muhammad, selalu menolaknya karena anak yatim.

TSUWAIBAH

Sebelum kedatangan para wanita Bani sa'ad, Muhammad disusui Tsuwaibah budak perempuan Abu
Lahab.

Hanya beberapa hari Muhammad disusui oleh Tsuwaibah.

Akan tetapi, di kemudian hari, di sepanjang hidupnya Muhammad selalu memperlakukan Tsuwaibah
dengan baik.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 11

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

HALIMAH

Ketika Halimah dan Harits kembali ke rombongan, mereka melihat semua kawan mereka telah
mendapatkan bayi untuk dibawa pulang dan disusui.

Melihat itu, Halimah berkata kepada suaminya,

"Demi Allah, aku tak ingin mereka melihatku pulang tanpa membawa bayi. Demi Allah, aku akan pergi
kepada anak yatim itu dan mengambilnya."

"Tidak salah kalau engkau mau melakukannya. Semoga Allah memberi kita keberkahan melalui anak
yatim tersebut."

Akhirnya Halimah dan suaminya kembali menemui Aminah dan membawa Muhammad ke dusun
mereka. Aminah melepas bayinya itu dengan perasaan lega bercampur sedih. Lega karena akhirnya
ada yang mengasuh Muhammad, sedih karena harus berpisah dengannya selama dua tahun ke depan.

"Pergilah, Nak. Ibu menunggumu di sini," bisik Aminah dengan pipi yang hangat dialiri air mata.

Tatkala menggendong Muhammad, Halimah keheranan, "Aku tidak merasa repot membawanya,
seakan-akan tidak bertambah beban."

Kemudian, Halimah menyusui Muhammad.

"Lihat, bayi ini menyusu dengan lahap," kata Halimah kepada suaminya.

Setelah menyusui Muhammad, Halimah menyusui bayinya sendiri. Bayi itu juga menyusu dengan
lahap. Setelah itu, Muhammad dan bayi Halimah tertidur dengan lelap.

"Anak kita tidur dengan lelap," bisik Halimah kepada suaminya, "padahal, sebelumnya kita hampir
tidak bisa tidur karena ia rewel terus sepanjang malam."

Malam itu, keduanya bertambah heran karena unta tua mereka ternyata kini menghasilkan susu.

"Engkau tahu, Halimah. Sebelum ini unta tua kita tidak menghasilkan susu setetes pun," gumam
Harits.

Suami istri itu meminum air susu unta sampai kenyang.

"Malam ini benar-benar malam yang indah, " kata Halimah kepada Harits, "bayi kita tertidur lelap dan
kita pun bisa beristirahat dengan perut kenyang."

"Demi Allah, tahukah engkau Halimah, engkau telah mengambil anak yang penuh berkah."

"Demi Allah, aku pun berharap demikian."


KEBANGGAAN RASULULLAH

Lingkungan di Bani Sa'ad benar-benar sangat murni. Kelak Rasulullah pun dapat berkata dengan
bangga, "Aku adalah keturunan Arab yang paling tulen. Sebab aku anak suku Quraisy yang menyusui
di Bani Sa'ad bin Bakr."

ِ‫محَ مَّد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

KEBERKAHAN

Keberkahan yang dibawa Muhammad kecil tidak berhenti sampai di situ.

Ketika dalam perjalanan kembali ke dusun Bani Sa'ad, terjadi hal yang mengherankan.

"Suamiku, tidakkah engkau melihat hal yang aneh pada keledai tungganganku?" tanya Halimah.

"Saat kita pergi, keledai ini berjalan pelan sekali," Harits menanggapi, "tetapi, kini ia dapat berjalan
cepat seolah tak kenal lelah. Padahal, beban yang dibawanya cukup berat."

Keledai itu berjalan cukup cepat sehingga bisa menyusul dan melewati rombongan wanita Bani Sa'ad
lainnya yang telah berjalan lebih dulu.

"Halimah putri Abu Dhu'aibi!" panggil para wanita itu keheranan, "tunggulah kami! Bukankah ini
keledai yang engkau tunggangi saat kita pergi?"

"Demi Allah, begitulah," balas Halimah, "ini memang keledaiku yang dulu."

"Demi Allah, keledaimu itu kini bertambah perkasa!"

Ketika tiba di rumah, Halimah dan Harits tambah terkejut.

"Sepetak tanah kita!" bisik Halimah tak percaya.

"Sepetak tanah kita ini jadi begitu hijau dan subur! Padahal, saat kita berangkat, tak ada sepetak tanah
pun yang lebih gersang dari ini!"

"Domba-domba juga!" seru Harits, "domba domba kita jadi gemuk dan susunya penuh. Kini kita dapat
memerah dan meminum susu mereka setiap hari."

Begitulah keberkahan yang mereka terima selama mengasuh Muhammad. Namun, dua tahun pun
berlalu, kini tiba saatnya mengembalikan Muhammad kepada ibunya.
KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

BAGIAN 12

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

MUHAMMAD KEMBALI KE DUSUN

Halimah dan suaminya mengembalikan Muhammad kepada Aminah. Alangkah bahagianya Aminah
bertemu lagi dengan putra tunggalnya itu.

"Lihat! Kini engkau tumbuh menjadi anak yang tegap dan sehat!" ujar Aminah.

Aminah memandang Halimah dan suaminya dengan mata berbinar-binar penuh rasa terimakasih,"
Kalian telah merawat Muhammad dengan baik, bagaimana aku harus berterimakasih?"

Halimah dan suaminya berpandangan dengan gelisah. Sebenarnya mereka merasa berat berpisah
dengan Muhammad. Mereka amat menyayangi anak itu. Selain itu, sejak Muhammad datang,
kehidupan mereka dipenuhi keberkahan.

"Kami cuma berharap andaikan saja engkau sudi membiarkan anak ini tetap bersama kami hingga
menjadi besar. Sebab, aku khawatir ia terserang penyakit menular yang kudengar kini sedang
mewabah di Mekah," pinta Halimah.

Aminah menyadari bahwa yang mereka pinta dan katakan ada benarnya, tetapi hatinya bimbang
karena hampir tak sanggup berpisah lagi dengan putranya. Ketika, Abdul Muthalib datang. Bangga
sekali ia melihat pertumbuhan cucunya yang begitu bagus di daerah pedalaman, maka ia berkata:

"Aku ingin Muhammad kembali ke Dusun Bani Sa'ad sampai ia berusia lima tahun," kata Abdul
Muthalib, "agar ia di situ belajar berkata-kata dan telinganya terbiasa mendengarkan bahasa Arab
yang murni dengan fasih pula."

Aminah mengerti bahwa ia harus kembali melepas Muhammad demi masa depan putranya sendiri.

"Beri aku waktu beberapa hari bersama putraku, setelah itu bolehlah kalian membawanya kembali,"
kata Aminah.

Akhirnya, Muhammad pun dibawa kembali ke dusun Bani Sa'ad. Namun, di sana ia mengalami sebuah
peristiwa yang sangat mengguncangkan.

ِ‫محَ مَّد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

PEMBELAHAN DADA

Peristiwa itu terjadi tidak lama setelah keluarga Halimah kembali ke pedalaman. Saat itu umur
Muhammad belum lagi genap tiga tahun.

Hari itu, Muhammad kecil ikut menggembalakan kambing bersama saudara-saudaranya. Tiba-tiba
salah seorang putra Halimah datang berlari-lari sambil menangis.

"Ada apa?" Tanya Halimah dan suaminya panik.


"Saudaraku yang dari Quraisy itu! Dia diambil oleh seorang laki-laki berbaju putih. Dia dibaringkan.
Perutnya dibelah sambil dibalik-balikkan!"

Halimah dan Harits segera berlari mencari Muhammad. Mereka menemukan anak itu sedang sendiri.
Wajah Muhammad pucat pasi. Halimah dan suaminya memperhatikan wajah Muhammad baik-baik.

"Apa yang terjadi padamu, Nak?" tanya mereka.

"Aku didatangi oleh seorang laki-laki berpakaian putih. Aku dibaringkan lalu perutku dibedah. Mereka
mencari sesuatu di dalamnya. Aku tak tahu apa yang mereka cari."

Tanpa bertanya lagi Halimah segera membawa Muhammad pulang. Hatinya dipenuhi kecemasan.

"Aku takut Muhammad didatangi dan digoda oleh jin" kata Halimah kepada suaminya.

"Lebih baik kita membawanya kembali ke Mekah," jawab Harits

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 13

ِ‫محَ مَّد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

PERCAKAPAN DENGAN AMINAH

Karena kejadian itu, Halimah kembali ke Mekah dan menyerahkan Muhammad kepada ibunya.
Aminah menerima kedatangan mereka dengan rasa heran,

"Mengapa engkau mengantarkannya kepadaku, wahai ibu susuan? Padahal sebelumnya engkau
meminta ia tinggal denganmu?"

"Ya," jawab Halimah,

"Allah telah membesarkan Muhammad. Aku sudah menyelesaikan apa yang menjadi tugasku. Aku
merasa takut karena ada banyak kejadian terjadi padanya. Jadi, ia aku kembalikan kepadamu seperti
yang engkau inginkan."

"Sebenarnya, apa yang terjadi?" tanya Aminah, "berkatalah dengan benar kepadaku."

Halimah terdiam sejenak, lalu bercerita dengan rasa berat, "Ada dua orang berbaju putih
membawanya ke puncak bukit. Mereka membelah dan mengeluarkan sesuatu dari dalam dadanya."

Setelah berkata demikian, Halimah mengangkat wajahnya memandang Aminah, tetapi ia terkejut
melihat wajah Aminah demikian tenang.

"Apakah engkau takut setanlah yang mengganggunya?" tanya Aminah.

Halimah mengangguk,

"Itulah sebenarnya yang membuatku khawatir sehingga cepat-cepat mengembalikannya kepadamu."


Aminah menarik napas.

"Demi Allah," katanya,

"Setan tidak akan mendapatkan jalan untuk masuk ke dalam jiwa Muhammad. Sesungguhnya, anakku
akan menjadi orang besar di kemudian hari. Ketika aku mengandungnya, aku melihat sinar keluar dari
perutku. Dengan sinar tersebut aku bisa melihat istana-istana Busra di Syam menjadi terang-
benderang.

Demi Allah, aku belum pernah melihat orang mengandung yang lebih ringan dan lebih mudah seperti
yang kurasakan. Ketika aku melahirkannya, ia meletakkan tangannya di tanah dan kepalanya
menghadap ke langit."

Halimah mendengar semua itu dengan takjub. Aminah menyentuh tangan Halimah dan berkata
lembut,

"Biarkan ia bersamamu dan pulanglah dengan tenang."

Muhammad kecil pun kembali dibawa pulang. Namun, lagi-lagi terjadi sebuah peristiwa yang akhirnya
membuat Halimah benar-benar kawatir dan mengembalikan Muhammad kepada ibunya.

ِ‫محَ مَّد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

ORANG-ORANG HABASYAH

"Kak, tunggu!" seru Muhammad sambil berlari menuruni bukit. Saat itu, usia Muhammad sudah 5
tahun. Ia sedang berlari mengejar saudara-saudaranya, yaitu anak-anak Halimah. Mereka sedang
menggembala kambing.

"Ayo Muhammad kejar kami kalau bisa!" ujar Syaima, anak perempuan sulung Halimah sambil
tertawa.

Anak-anak itu terus bermain. Diam-diam, ada beberapa orang Nasrani dari Habasyah sedang
memerhatikan mereka.

"Lihat, Kak! Itu Ibu datang!" seru Muhammad.

Anak-anak menoleh. Mereka memekik senang melihat Halimah datang menjemput.

Namun, wajah Halimah tampak khawatir. Ia mencurigai beberapa bayangan yang sedang mengintai
sambil berbisik-bisik di kejauhan. Hatinya makin berdebar ketika orang-orang Habasyah itu datang
mendekat. Tanpa memedulikan dirinya, mereka langsung mendekati Muhammad.

"Paman mau apa?" tanya Muhammad.

"Berbaliklah, Nak! Kami ingin melihat punggungmu!" perintah salah seorang dari mereka.

Muhammad membalikkan badan, lalu orang-orang Habasyah itu saling pandang dengan wajah
terkejut. Tanpa berkata apa-apa lagi, mereka berbalik ke tempat semula dan kembali berunding
berbisik-bisik.

"Kalian bermainlah lagi, Ibu akan mencari tahu apa yang mereka bicarakan!" kata Halimah kepada
Muhammad dan saudara-saudaranya.
Diam-diam, Halimah mendekati tempat orang-orang Habasyah itu berada dan terkejut mendengar
apa yang mereka katakan,

"Kita harus merampas anak ini dan membawanya kepada raja di negeri kita. Kita telah mengetahui
seluk beluk tentang dia! Ada tanda di punggungnya yang meramalkan anak ini kelak akan menjadi
orang besar."

Diam-diam, Halimah menjauh,

"Aku harus melarikan Muhammad dari mereka sekarang juga!"

TANDA-TANDA RASUL TERAKHIR PADA INJIL

Orang-orang Nasrani Habasyah itu tahu bahwa seorang Rasul terakhir akan dibangkitkan dan mereka
diperintahkan mengikutinya seperti yang tertera pada Injil di bagian Kitab Ulangan (18): 15-22,

"Bahwa seorang Nabi di antara kamu, dari antara segala saudaramu dan yang seperti aku ini, yaitu
akan dibangkitkan oleh Tuhan Allah-mu bagi kamu, maka dia haruslah kamu dengar."

ِ‫محَ مَّد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

MUHAMMAD MENGHILANG

Halimah cepat-cepat mengajak Muhammad pergi, namun dari kejauhan orang-orang Habasyah itu
terlihat bergegas mengikuti mereka. Untunglah Halimah mengenal daerah itu dengan baik, sehingga
mereka bisa melepaskan diri dari kejaran orang-orang Habasyah walaupun dengan susah payah.

Tidak berapa lama kemudian, Halimah berkemas menyiapkan Muhammad untuk segera kembali ke
Mekah.

Sedih sekali Muhammad harus berpisah dengan saudara-saudaranya. Syaima, Unaisah, dan Abdullah.

"Muhammad, jangan lupakan kami ya?" pinta Syaima dengan mata berkaca-kaca.

Muhammad mengangguk sambil memeluk mereka satu persatu. Kemudian, berangkatlah


Muhammad meninggalkan dusun Bani Sa'ad dengan semua kenangan indah yang tidak akan pernah
hilang dari benaknya seumur hidup.

Halimah mengelus kepala Muhammad penuh sayang,

"Bergembiralah, Muhammad. Engkau akan berjumpa dengan ibu dan kakekmu."

Mekah pada malam hari sangat ramai ketika mereka tiba. Saat melalui kerumunan orang itulah,
Muhammad terpisah dan hilang. Halimah kebingungan. Ia takut orang-orang Habasyah itu diam-diam
masih mengikuti mereka dan mengambil kesempatan ini untuk menculik Muhammad.

Sambil menangis, Halimah mendatangi Abdul Muthalib, "Sungguh, pada malam ini, aku datang dengan
Muhammad, namun ketika aku melewati Mekah Atas, ia menghilang dariku. Demi Allah, aku tidak
tahu di mana kini ia berada."
Setelah memerintahkan orang untuk mencari, Abdul Muthalib berdiri di samping Ka'bah, lalu berdoa
kepada Allah agar Dia mengembalikan Muhammad kepadanya.

ِ‫محَ مَّد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

KISAH RASULULLAH

BAGIAN 14

ِ‫محَ مَّد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

BERTEMU KAKEK DAN IBUNDA

Tidak lama kemudian, datanglah seseorang bernama Waraqah bin Naufal dan seorang temannya dari
Quraisy. Keduanya menyerahkan Muhammad kepada Abdul Muthalib,

"Ini anakmu, kami menemukannya di Mekah Atas."

Alangkah lega dan gembiranya Abdul Muthalib.

"Cucuku!" katanya sambil mendekap Muhammad.

Abdul Muthalib memperhatikan cucunya dengan wajah berseri-seri, "Apakah kamu mau kakek ajak
menunggangi unta yang hebat?"

"Mau. Tetapi, mana untanya kek?"

Sambil tertawa, orang tua itu mengangkat Muhammad dan mendudukkannya di atas bahu.

"Kau kini telah menduduki untanya, Nak! Ha....ha....ha...."

"Wah, unta hebatnya kok sudah tua ya Kek?"

"Biar tua, tapi ini unta yang hebat, cucuku! Lihat unta ini mampu mengajakmu berthawaf mengelilingi
Ka'bah."

Abdul Muthalib membawa Muhammad berthawaf di Kabah. Setelah itu ia memintakan perlindungan
Tuhan untuk cucunya itu dan mendoakannya.

"Mari kita menemui ibumu sekarang," ajak Abdul Muthalib.

Alangkah senangnya anak dan ibu itu ketika mereka saling bertemu. Walaupun demikian, tersisip
kesedihan di hati Muhammad ketika ia melepas Halimah As Sa'diyah, ibu susu yang selama ini telah
merawatnya dengan limpahan kasih yang demikian besar.

"Selamat tinggal Muhammad. Jadilah orang besar seperti yang pernah dikatakan ibumu," kata
Halimah sambil beranjak pergi.

Sampai dewasa, Muhammad tidak pernah memutuskan tali silaturahim dengan ibu susunya itu.
GEMBALA KAMBING

Mulai dari hidupnya di Bani Sa'ad sampai masa kecilnya di Mekah, hidup Nabi Muhammad dilalui
sebagai seorang gembala.

WARAQAH BIN NAUFAL

Waraqah bin Naufal adalah paman Khodijah

(kelak menjadi istri Muhammad).

Waraqah bin Naufal tidak menyukai berhala. Ia tetap mengikuti ajaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail,
menjadi hamba Allah yang setia.

Ia tidak meminum minuman keras dan tidak berjudi. Ia bermurah hati terhadap orang orang miskin
yang membutuhkan pertolongannya.

DI BAWAH ASUHAN KAKEK

Sejak itu, Abdul Muthalib bertindak sebagai pengasuh cucunya. Ia mengasuh Muhammad dengan
sungguh-sungguh dan mencurahkan segala kasih sayangnya.

Abdul Muthalib adalah pemimpin seluruh Quraisy dan seluruh Mekah. Untuk dia, diletakkan
hamparan khusus tempatnya duduk di bawah naungan Ka'bah. Anak-anak beliau, paman-paman
Muhammad, tidak ada yang berani duduk di tempat itu. Mereka duduk di sekeliling hamparan itu
sebagai penghormatan kepada ayah mereka.

Suatu saat, Muhammad kecil yang montok itu duduk di atas hamparan tersebut. Serentak paman-
paman beliau langsung memegang dan menahan Muhammad agar tidak duduk di atas hamparan.
Namun, ketika Abdul Muthalib datang dan melihat kejadian tersebut, berkata:

"Biarkan anakku itu," katanya, "Demi Allah, sesungguhnya dia akan memiliki kedudukan yang agung."

Kemudian, Abdul Muthalib duduk di atas hamparan tersebut sambil memangku Muhammad. Dielus-
elusnya punggung Muhammad penuh sayang. Abdul Muthalib bergembira dengan apa yang dilakukan
cucunya itu.

Lebih-lebih lagi, kecintaan kakek kepada cucunya itu timbul ketika Aminah kemudian berniat
membawa Muhammad ke Yatsrib untuk diperkenalkan kepada saudara-saudara ibunya dari keluarga
Najjar.

Perjalanan ini juga bertujuan menengok makam Abdullah, ayah Muhammad. Sudah lama Aminah
memendam keinginan untuk menengok makam suami tercintanya itu. Kini, ia akan berangkat dengan
ditemani putranya seorang.
AMINAH WAFAT

Dalam perjalanan itu, Aminah membawa Ummu Aiman, budak perempuan peninggalan Abdullah.
Sesampainya di Yatsrib, mereka disambut oleh saudara-saudara Aminah. Kepada Muhammad
diperlihatkan rumah tempat ayahnya meninggal dulu serta tempat ia dikuburkan.

Itu adalah saat pertama Muhammad benar-benar merasa dirinya sebagai anak yatim. Apalagi ia
mendengar ibunya bercerita panjang lebar tentang sang ayah tercinta yang setelah beberapa waktu
tinggal bersama-sama, kemudian meninggal dunia.

(Di kemudian hari, setelah hijrah, pernah juga Rasulullah SAW menceritakan kepada sahabat-
sahabatnya tentang kisah perjalanan masa kecil beliau ke Yatsrib yang saat itu telah berubah nama
menjadi Madinah.

Beliau amat terkenang dengan perjalanan bersama ibunya itu, kisah perjalanan penuh cinta pada
Madinah, kisah penuh duka pada orang yang ditinggalkan keluarganya.)

Sesudah cukup sebulan tinggal di Madinah, mereka pun bersiap pulang. Mereka berjalan dengan
menggunakan dua ekor unta yang mereka bawa dari Mekah.

Akan tetapi, di tengah perjalanan, di sebuah tempat bernama Abwa*), Aminah menderita sakit hingga
kemudian meninggal di tempat itu.

"Ibu! Ibu!" panggil Muhammad kepada ibunya yang sudah wafat.

Dalam pelukan Ummu Aiman, dengan air mata meleleh, Muhammad menyaksikan tubuh ibunya
dikuburkan di tempat itu.

Pada usia enam tahun. Muhammad SAW telah menjadi seorang anak yatim piatu.

ِ‫محَ مَّد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

) *ABWA

Abwa adalah sebuah dusun yang terletak di antara Madinah dengan Juhfa. Jaraknya 37 km dari
Madinah
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 15

ِ‫محَ مَّد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

ABDUL MUTHALIB WAFAT

Muhammad dibawa pulang oleh Ummu Aiman. Ia pulang sambil menangis hatinya pilu karena kini
sebatang kara. Muhammad makin merasa kehilangan. Ia menjalani takdir sebagai seorang anak yatim-
piatu. Terasa olehnya hidup yang makin sunyi dan semakin sedih.

Baru beberapa hari yang lalu, ia mendengar dari ibunya cerita keluhan duka kehilangan ayahandanya
semasa ia dalam kandungan.

Kini, ia melihat sendiri di hadapannya, ibunya pergi untuk tidak kembali lagi, sebagaimana ayahnya
dulu. Muhammad yang masih kecil itu kini memikul beban hidup yang berat, sebagai seorang yatim-
piatu.

Ketika tiba di Mekah, Abdul Muthalib menyambut kedatangan cucunya itu dengan rasa iba yang
dalam. Kecintaan Abdul Muthalib pun semakin bertambah kepada Muhammad.

Rasa duka Muhammad mungkin agak ringan apabila kakeknya, Abdul Muthalib, dapat hidup lebih
lama lagi. Namun, Allah ‫تعال و سبحانه‬

sudah menentukan lain.

Pada usia 80 tahun, sang kakek pun meninggal dunia. Saat itu, Muhammad berusia delapan tahun. Ia
mengiringi jenazah kakeknya ke kubur sambil berlinangan air mata.

Kenangan sedih sebagai anak yatim-piatu membekas begitu dalam pada diri Rasulullah, sehingga di
dalam Al Quran pun disebutkan ketika Allah mengingatkan Rasulullah ‫ ﷺ‬akan nikmat yang
dianugerahkan kepadanya di tengah kesedihan itu,

ِ‫ك أَ َل ْم‬
َِ ‫َف َآوىِ يَتيمًا يَج ْد‬
Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?

Surah Ad-Duha (93:6)

ِ‫ك‬ ًِّ ‫َف َهدَىِ ض‬


َ ‫َال َو َوجَ َد‬
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.

Surah Ad-Duha (93:7)


KELUARGA UMAYYAH

Kematian Abdul Muthalib merupakan pukulan yang berat bagi keluarga Hasyim. Tidak ada anak-anak
Abdul Muthalib yang memiliki keteguhan hati, kewibawaan, pandangan tajam, terhormat, dan
berpengaruh di kalangan Arab seperti dirinya.

Kemudian keluarga Umayyah tampil ke depan mengambil tampuk pimpinan yang memang sejak dulu
mereka idam-idamkan, tanpa menghiraukan ancaman yang datang dari keluarga Hasyim.

ِ‫محَ مَّد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

DIASUH ABU THALIB

Sebelum wafat, Abdul Muthalib menunjuk salah seorang anaknya untuk mengasuh Muhammad. Ia
tidak menunjuk Abbas yang kaya, namun agak kikir. Ia juga tidak menunjuk Harist, putranya yang
tertua karena Harist adalah orang yang tidak mampu.

Abdul Muthalib menunjuk Abu Thalib untuk mengasuh Muhammad karena sekalipun miskin, Abu
Thalib memiliki perasaan yang halus dan paling terhormat di kalangan Quraisy.

Abu Thalib juga amat menyayangi kemenakannya itu. Budi pekerti Muhammad yang luhur, cerdas,
suka berbakti, dan baik hati, sangat menyenangkan Abu Thalib. Ia bahkan lebih mendahulukan
kepentingan Muhammad daripada anak-anaknya sendiri.

Begitu pun sebaliknya, Muhammad amat mencintai pamannya. Ia tahu pamannya memiliki banyak
anak kecil dan hidup dalam kemiskinan. Namun demikian, pamannya tidak pernah berhutang kepada
orang lain. Abu Thalib lebih suka bekerja keras memeras keringat untuk menafkahi keluarganya.
Karena itulah, tanpa ragu, Muhammad ikut bekerja seperti anak-anak Abu Thalib yang lain. Ia ikut
membantu pekerjaan keluarga Abu Thalib, menggembalakan kambing, dan mencari rumput.

Abu Thalib merasa bahwa Muhammad kelak akan menjadi orang yang bersih hatinya dan dijauhkan
dari dosa. Ia yakin, jika mengajak Muhammad berdoa, Tuhan akan mengabulkan permohonannya.
Seperti yang dilakukannya ketika orang-orang Quraisy berseru "Wahai Abu Thalib, lembah sedang
kekeringan dan kemiskinan melanda. Marilah berdoa meminta hujan".

Maka, Abu Thalib keluar bersama Muhammad. Ia menempelkan punggung Muhammad ke dinding
Ka'bah dan berdoa. Kemudian, mendung pun datang dari segala penjuru, lalu menurunkan hujan yang
sangat deras hingga tanah di lembah-lembah dan di ladang menjadi gembur.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 16

ِ‫محَ مَّد آلِ َعلَِى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

MENGIKUTI PAMAN

Hati Muhammad kecil merasa pengap dengan kehidupan di Mekah. Setiap hari, dilihatnya anak-anak
fakir miskin seusianya bekerja bersama-sama dengan bertelanjang tanpa rasa malu.

Muhammad juga melihat setiap malam pintu rumah orang-orang kaya tertutup rapat. Di dalam,
mereka berpesta pora, menyaksikan para penari, dan bermabuk-mabukan sampai pagi sambil dijaga
oleh para budak. Padahal, di tempat lain, ia melihat orang-orang berjuang mencari rezeki antara hidup
dan mati.

Muhammad sering sekali melintas di depan gubuk-gubuk reyot dan rumah-rumah kumuh. Pintu-pintu
mereka juga tertutup rapat, tetapi di dalamnya tinggal orang-orang yang hidup menderita. Orang-
orang itu jika tidak memiki bahan makanan, besok atau lusa terpaksa menggadaikan anak gadis, istri
atau ibunya untuk dikumpulkan menjadi budak para saudagar demi melepaskan diri dari lilitan hutang.

Di depan gubuk-gubuk itu, Muhammad melihat para pemuda berkumpul. Pikiran mereka dipenuhi
impian tentang datangnya mukjizat yang akan mampu membebaskan Mekah dari kebiadaban. Para
pemuda itu berkumpul mengelilingi seorang laki-laki yang bercerita tentang legenda-legenda indah
orang-orang terdahulu yang berjuang melawan raja yang sewenang-wenang.

Suatu saat, pada usia Muhammad 12 tahun, Abu Thalib berniat pergi berdagang ke Syam untuk
mencari nafkah.

"Ajaklah aku, Paman!" pinta Muhammad

"Tetapi, perjalanan padang pasir begitu sulit dan jauh! Aku tidak tega mengajak anak sekecilmu
menempuh kesulitan sedemikian berat!".

Saat itu, hanya Abu Thalib tempat Muhammad berlindung. Ia merasa amat kesepian jika harus
menghadapi kehidupan Mekah seorang diri, tanpa ada paman di sampingnya.

"Kepada siapakah Paman akan meninggalkan aku seorang diri apabila Paman pergi nanti?" tanya
Muhammad begitu mengiba.

Abu Thalib sangat terharu,

"Demi Allah, aku pasti membawanya pergi. Ia tidak boleh berpisah denganku dan aku tidak boleh
berpisah dengannya selama-lamanya."

LIHB SI PERAMAL

Orang-orang Quraisy sering mendatangi Lihb dengan membawa anak-anaknya untuk diramal.

Suatu hari, Lihb melihat Muhammad.


"Kemarilah, hai anak muda!" serunya. Namun, Abu Thalib segera menyembunyikan Muhammad dan
membawanya pergi hingga Lihb berteriak-teriak,

"Celakalah kalian, bawa ke sini anak muda yang aku lihat tadi! Demi Allah, anak ini akan menjadi orang
besar di kemudian hari!"

ِ‫محَ مَّد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

JAMUAN BUHAIRA

Berangkatlah rombongan kafilah Quraisy menuju ke Syam 1). Ketika tiba di Busra, mereka melewati
rumah ibadah seorang pendeta Nasrani bernama Buhaira. Ia adalah pendeta yang pandai. Di rumah
ibadahnya, selalu ada pendeta dan umat Nasrani yang menuntut ilmu kepada Buhaira.

Biasanya, Buhaira tidak pernah menggubris rombongan Quraisy yang setiap tahun melintas di tempat
itu. Namun, kali ini ada yang berubah pada diri Buhaira. Ketika rombongan Quraisy, termasuk Abu
Thalib dan Muhammad, singgah di dekat rumah ibadahnya, Buhaira memerintahkan para
pembantunya untuk membuat masakan yang banyak.

Buhaira berbuat begitu karena dari jendela rumah ibadahnya, ia melihat hal yang aneh pada
rombongan Quraisy. Ada awan kecil yang bergerak pelan mengikuti ke mana pun kafilah pergi. Ada
sesuatu atau seorang di dalam kafilah yang dilindungi awan itu dari terik matahari.

Buhaira bergegas mendatangi kafilah yang tengah beristirahat di bawah pepohonan rindang dan
berkata

"Hai orang-orang Quraisy, sungguh aku telah membuat makanan untuk kalian. Aku ingin kalian semua,
anak kecil, orang dewasa, budak, dan orang merdeka, singgah di rumahku"

Salah seorang Quraisy bertanya,

"Demi Allah, hai Buhaira, alangkah istimewanya apa yang engkau perbuat kepada kami hari ini.
Padahal, kami sering melewati tempat mu ini. Apa yang sebenarnya terjadi padamu?"

"Engkau benar," jawab Buhaira,

"dulu aku memang seperti yang engkau katakan. Namun, kalian, semuanya, adalah tamuku kali ini dan
aku ingin menjamu kalian. Aku telah membuat makanan dan kalian semuanya harus ikut makan."

Dengan senang hati, rombongan Quraisy pun masuk ke rumah Buhaira untuk memenuhi
undangannya. Hanya saja, Muhammad tidak ikut karena ia masih kecil. Ia ditugaskan menjaga
perbekalan kafilah. _

1) NEGERI SYAM

Abu Thalib berangkat tahun 582 Masehi ke negeri Syam.

Syam saat itu adalah sebuah negeri yang wilayahnya (sekarang) meliputi Syria, Yordania, dan
Palestina.

Syam berada di bawah pemerintahan Romawi Timur


KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 17

ِ‫محَ مَّد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

PERCAKAPAN BUHAIRA

Akan tetapi, segera saja Buhaira merasakan ada sesuatu yang kurang dari rombongan Quraisy itu.
Maka, ia kembali mengulangi permintaannya,

"Hai Orang-orang Quraisy, jangan sampai ada yang tidak makan makananku ini."

Salah seorang Quraisy berkata,

"Hai Buhaira, tidak ada seorang pun tertinggal yang layak datang kepadamu, kecuali anak muda yang
paling kecil di antara kami. Ia berada di tempat perbekalan rombongan."

Buhaira menggeleng-geleng kepala,

"Kalian jangan seperti itu. Panggil dia untuk makan bersama kalian!."

Orang-orang Quraisy merasa malu. Salah seorang dari mereka bahkan berkata,

"Demi Lata dan Uzza, adalah aib dari kami kalau putra Abdullah bin Abdul Muthalib tidak ikut makan
bersama kami."

Setelah Muhammad dipanggil, Buhaira memeluknya dan mendudukkannya bersama rombongan


Quraisy yang lain. Sambil menyaksikan tamu-tamunya makan, sebenarnya mata Buhaira tertuju
kepada Muhammad dengan seksama. Dari hasil pengamatannya itulah, Buhaira mengambil
kesimpulan dalam hati, "Anak ini mempunyai sifat-sifat kenabian."

Jamuan selesai. Sambil mengucapkan terimakasih, rombongan Quraisy pun membubarkan diri
menuju tempat perkemahan mereka untuk beristirahat.

Namun, Buhaira tidak membiarkan Muhammad pergi. Diajaknya anak itu untuk duduk dan bicara.

"Hai anak muda," panggil Buhaira,

"dengan menyebut nama Lata dan Uzza, aku akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepadamu dan
engkau harus menjawabnya."

Wajah Muhammad tampak berubah dan ia menjawab,

"Jangan bertanya tentang apa pun kepadaku sambil menyebut nama Lata dan Uzza. Demi Allah, tidak
ada yang sangat aku benci melainkan keduanya."

Buhaira tersenyum dan mengulangi permintaannya, "Baiklah, kalau begitu aku akan bertanya
kepadamu dengan menyebut nama Allah dan engkau harus menjawab pertanyaanku."

Wajah Muhammad berubah cerah dan ia mengangguk,

"Tanyakan kepadaku apa saja yang ingin engkau tanyakan."

ِ‫محَ مَّد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬
SARAN BUHAIRA KEPADA ABU THALIB

Buhaira menanyakan banyak sekali hal kepada Muhammad, tentang tidur Muhammad, tentang
postur tubuh Muhammad, dan banyak lagi hal lainnya.

Muhammad menjawab semua itu dan semua jawaban itu sesuai benar dengan perkiraan Buhaira.
Kemudian, Buhaira melihat punggung Muhammad dan mendapati tanda kenabian di antara kedua
bahu Muhammad. Tanda kenabian itu seperti bekas orang berbekam.

Setelah itu, Buhaira mendekati Abu Thalib dan bertanya kepada nya, ''apakah anak muda ini anakmu?
''

''Iya, dia anakku." Jawab Abu Thalib

Buhaira menggeleng.

"Tidak, dia bukan anakmu. Anak muda ini tidak pantas mempunyai ayah yang masih hidup"

Abu Thalib agak tercengang, lalu dia pun mengangguk.

"Kau benar. Dia bukan anakku, dia anak saudaraku"

Buhaira mengangguk-angguk puas lalu bertanya lagi.

"Apa yang dikerjakan ayahnya?"

"Ayahnya telah meninggal dunia ketika dia masih berada dalam kandungan ibunya "

"Engkau benar" kata Buhaira menghela nafas dalam-dalam. Kemudian, sambil berbisik, dia
menyampaikan sebuah saran dengan sangat sungguh-sungguh.

"Sekarang, dengar saranku baik-baik. Bawa anak saudara mu ini ke negeri asalmu sekarang juga! Jaga
dia dari orang-orang Yahudi! Demi Allah, jika mereka melihat padanya seperti apa yang aku lihat,
mereka pasti akan membunuhnya. sesungguhnya, akan terjadi sesuatu yang besar pada diri anak
saudaramu ini. Karena itu, segera bawa pulang dia ke negeri asalmu!"

Abu Thalib tampak ketakutan dengan peringatan itu. Dia yakin bahwa apa yang dikatakan Buhaira itu
benar. Maka dari itu, segera setelah urusan perdagangannya selesai, Abu Thalib segera membawa
Muhammad pulang. Sesulit apa pun beban hidupnya, Abu Thalib tidak pernah lagi pergi berdagang ke
tempat jauh demi melindungi keponakannya itu.

BUSHRA (KOTA DI MANA BUHAIRA TINGGAL)

Jalur yang dilewati kafilah Abu Thalib adalah jalan kafilah Barat yang menyusuri Laut Merah, Madyan,
Wadi Al Qurra, Hijir, dan Kota Bushra.

Kota Bushra atau Bostra telah lama didirikan Romawi sebagai ibu kota wilayah Hauran, untuk
menahan serbuan Badui pedalaman.

Di kota ini, Romawi memusatkan pasukan dan mengumpulkan pajak dari para kafilah.

Bagi kafilah sendiri, Bostra adalah pusat perdagangan paling ramai sebelum tiba di Syria yang terletak
lebih ke Utara.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 18

ِ‫علَى صَلِ اَللَّه َّم‬


َِ ِ‫محَ مَّد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّد‬

PERLINDUNGAN ALLAH

Abu Thalib segera melaksanakan apa yg disarankan oleh Buhaira, karena peringatan itu memang
beralasan.

Segera, setelah Abu Thalib dan Muhammad meninggalkan rumah Buhaira, datanglah 3 orang ahli kitab
bernama Zurair, Daris, dan Tammam kepada Buhaira. Ketiganya menyandang senjata di pinggang.
Mereka bertanya kepada Buhaira apakah ia juga melihat seorang anak dengan ciri-ciri seperti ini dan
itu.

Buhaira tahu bahwa mereka mencari Muhammad. Rupanya, ketiga orang ini juga telah mendengar
tentang Muhammad. Buhaira memandang senjata2 yang mereka bawa dengan perasaan ngeri.

Buhaira tahu mereka mencari Muhammad dengan maksud membunuhnya. Oleh karena itu, Buhaira
berusaha memberikan perlindungan kepada Muhammad.

Tidak henti-hentinya Buhaira menasihati ketiga tamunya akan adanya kekuasaan Allah. Diingatkannya
bahwa bagaimanapun usaha mereka, mereka tidak akan mampu mendekati Muhammad untuk
membunuhnya.

Akhirnya, ketiganya pun melihat kebenaran dalam perkataan Buhaira. Batallah niat mereka untuk
mengejar dan membunuh Muhammad, kemudian berlalulah mereka dari hadapan Buhaira.

Allah menjaga Muhammad dari kejahatan dan kotoran-kotoran jahiliyah. Allah membimbing
Muhammad tumbuh menjadi orang yang paling ksatria, paling baik akhlaknya, paling mulia asal-
usulnya, paling baik pergaulannya, paling agung sikap santunnya, paling murni kejujurannya, paling
jauh dari keburukan dan akhlak yang mengotori kaum lelaki sehingga semua orang menjulukinya "Al
Amin" karena Allah mengumpulkan sifat-sifat itu pada diri Muhammad.

Kelak setelah menjadi Rasul, Muhammad bercerita tentang perlindungan Allah kepadanya sejak masa
kecil dari segala bentuk kejahiliyahan. Rasulullah bersabda,

"Pada masa kecilku, aku bersama anak-anak kecil Quraisy mengangkut batu untuk satu permainan
yang biasa dilakukan anak-anak. Semua dari kami melepas baju untuk alas di atas pundak (sebagai
ganjalan) untuk memikul batu.

"Aku maju dan mundur bersama mereka. Namun, tiba-tiba seseorang yang belum pernah aku lihat
sebelumnya menamparku dengan tamparan yang amat menyakitkan. Ia berkata, 'Kenakan
pakaianmu!' Kemudian, aku mengambil pakaianku dan memakainya. Setelah itu, aku memikul batu di
atas pundakku dengan tetap mengenakan pakaian dan tidak seperti teman temanku."
MEMBANTU PAMAN

Muhammad juga pernah menjadi gembala sewaan, untuk membantu Abu Thalib yang hidup dalam
kemiskinan

Perang Fijar

Sebagai seorang remaja yang tumbuh di lingkungan Jazirah Arab. Muhammad juga mengalami
perang. Perang itu disebut Perang Fijar.

Saat peperangan dimulai, Umur Muhammad memasuki lima belas tahun.

Perang itu sendiri disebabkan sebuah pembunuhan.

Barradz bin Qois dari Bani Kinanah membunuh Urwa Ar-Rahhal bin Utba dari Bani Hawazin, hanya
karena Barradz jengkel ketika Urwa dipilih untuk memimpin kafilah dagang Nu'man bin Mundhir yang
kaya.

Diam diam , Barradz mengikuti kafilah Urwa dari belakang dan membunuh Urwa.

Padahal ketika itu adalah bulan suci, bulan yang tidak diperkenankan bagi siapa pun untuk
menumpahkan darah.

Karena Quraisy pelindung Barradz, Bani Hawazin mengumumkan perang terhadap Quraisy untuk
membalas kematian Urwa. Perang pun pecah pada bulan suci. Selama empat tahun berturut-turut,
kedua belah pihak saling menyerang.

Dalam pertempuran itu, awalnya Muhammad bertugas memunguti anak panah lawan yang
berjatuhan dan memberikannya kepada paman-pamannya. Namun, pada tahun-tahun berikutnya, dia
juga meluncurkan panah ke arah lawan untuk melindungi paman-pamannya.

Perang pun berakhir dengan perdamaian ala pedalaman: pihak yang menderita lebih sedikit korban
manusianya harus membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sejumlah selisih kelebihan korban.
Dalam hal ini, pihak Quraisy yang lebih sedikit menderita korban harus membayar kelebihan korban
sebanyak dua puluh orang Hawazin.

BARRADZ BIN QOIS

Barradz bin Qois, si penyebab Perang Fijar, adalah seorang pemabuk.

Karena merusak citra sukunya, dia diusir dan mendapat naungan suku lain. Namun di sana, dia juga
mabuk berat dan membuat onar kemudian diusir lagi.

Akhirnya, Harb bin Muawiyah, ayah Abu Sofyan, menampungnya walaupun hampir saja Barradz bin
Qois diusir lagi, karena terus berbuat onar.

Dikarenakan perlindungan Harb dari Quraisy inilah, Bani Hawazin menyerang Quraisy ketika Barradz
bin Qois membunuh Urwa bin Utba.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 19

"Allahummasalli'ala Muhammad"

HILFUL FUDHUL

Selain mengikuti peperangan, Muhammad yang masih remaja juga mengikuti sebuah perjanjian yang
amat baik. Perjanjian itu kelak dikenal dengan nama Hilful Fudhul.

Perjanjian ini bertujuan untuk melindungi hak-hak para pedagang asing yang sering kali terdzalimi.
Pencetus perjanjian ini adalah protes seorang pedagang asing dari Yaman.

Saat itu, Ash bin Wa'il, seorang saudagar Mekah, tidak mau membayar utang kepada si pedagang.
Pedagang itu lalu menggubah syair dan membacakannya di depan umum.

Syair ini amat menggugah perasaan para pemuka Quraisy. Mereka khawatir apabila dibiarkan terus,
para pedagang Asing tidak mau lagi memasuki Mekah. Apalagi Perang Fijar mengakibatkan mulai
terjadinya perpecahan di pihak Quraisy.

Sepeninggal Abdul Munthalib, orang-orang Quraisy dari keluarga yang lain sudah mulai berani
mencoba menentang kekuasaan pemerintahan Quraisy. Maka dari itu, atas usulan Zubair bin Abdul
Munthalib, seorang paman Muhammad, orang-orang Quraisy dari keluarga Hasyim, Zuhra, Taim
berkumpul. Mereka bersepakat dan berjanji atas nama Tuhan Maha Pembalas bahwa Tuhan akan
berada di pihak yang terdzalimi, sampai orang itu tertolong.

Pertemuan ini sendiri berlangsung di rumah Abdullah bin Jud'an At Taimi yang megah. Perjanjian Hilful
Fudhul ini menjamin perlindungan terhadap hak-hak orang lemah. Muhammad ikut menyaksikan
perjanjian dan amat menyukainya.

Di kemudian hari, setelah diutus menjadi seorang Rosullullah, Muhammad bersabda: " Aku tidak suka
mengganti perjanjian yang kuhadiri di rumah Ibn Jud'an itu dengan jenis unta yang baik. Kalau
sekarang aku diajak, pasti akan kutolak"

BESARNYA DIYAT

Diyat adalah pembayaran ganti rugi.

Untuk kematian/wajah cacat total ganti ruginya sebanyak 100 ekor unta. Satu kaki/tangan/mata jadi
buta diganti dg 50 ekor unta.

Jika wajah cacat total, nilai gantinya 100 unta.

Luka sampai menembus otak, 33 ekor unta.

Cacat kelopak mata, 25 ekor unta.

Satu jari hilang/tulang retak, 15 ekor unta.

Luka sampai tulang kelihatan, 10 ekor unta.


Satu gigi copot, 5 ekor unta.

Demikian seterusnya dalam ketetapan yang rinci.

MENGGEMBALAKAN KAMBING

Muhammad melewati masa remajanya dengan menggembalakan kambing. Beliau pernah berkata
kepada para sahabatnya,

"Musa diutus, dia menggembala kambing. Daud diutus, dia menggembala kambing. Aku diutus juga
menggembala kambing keluargaku di Ajyad."

Sambil menggembala, pikiran Muhammad menerawang,

"Siapa yang menciptakan bintang-bintang yang begitu kemilau? Siapa yang membuat udara untuk
kuhirup? Siapa yang membuat jantungku berdetak? Siapa yang membuat matahari mengejar bulan
dan bulan mengejar matahari?"

Ribuan pertanyaan seperti itu membuat Muhammad selalu sibuk berpikir. Hal itu membuat akhlak
beliau terjaga demikian baik dari perbuatan buruk yang sering terjadi di Mekah.

Pada saat itu, orang menyembah patung di mana-mana, laki-laki dan perempuan yang bukan suami
istri sering pergi berduaan, orang-orang melakukan thawaf tanpa busana, pesta mabuk-mabukan
setiap malam, dan masih banyak keburukan lain.

Meski demikian, pernah juga Muhammad ingin pergi ke kota untuk melihat sebuah pesta pernikahan

"Tolong jaga kambing-kambingku," pinta Muhammad kepada seorang teman gembalanya.

"Baiklah, memang sudah giliranmu yang pergi bersenang-senang," kata teman Muhammad.

"Selama ini, kami selalu ada di padang gembala seperti seorang pertapa."

Muhammad pun pergi memasuki Mekah.

Di ujung kota, ia melihat ada sebuah pesta pernikahan yang dipenuhi berbagai hiburan dan musik.

Namun, belum sempat Muhammad tiba dirumah itu, tubuhnya tiba tiba disergap keletihan.
Muhammad duduk bersandar di dinding dan tertidur lelap sampai pagi. Ia tidak sempat melihat
tontonan di pesta sedikit pun.

Esok harinya, Muhammad datang lagi ke Mekah dengan maksud yang sama. Kali ini, sebelum ia tiba
di tempat pesta, telinganya mendengar musik indah yang turun dari langit, musik yang jauh lebih indah
daripada semua musik di dunia ini. Musik itu membuai Muhammad dan ia pun kembali tertidur.

Sejak itu, Muhammad tidak lagi berminat untuk melihat pertunjukan musik di pesta. Agar terhindar
dari kenakalan yang sering dibuat para pemuda seusianya.

Akhlak Muhammad yang demikian baik selagi muda membuatnya disayang dan dipercaya semua
orang hingga ia pun dijuluki Al Amin, artinya "Yang Dipercaya".
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 20

KHADIJAH

Namanya Khadijah binti Khuwalid. Sosoknya cantik dan anggun. Setelah ayah dan ibunya meninggal,
saudara-saudara Khadijah saling membagi harta kekayaan peninggalan orangtuanya. Namun,
Khadijah sadar bahwa kekayaan dapat membuat orang hidup menganggur dan berfoya-foya.

Dia dikaruniai kecerdasan yang luar biasa dan kekuatan sikap untuk mengatasi godaan harta. Maka
dari itu, Khadijah pun memutuskan untuk membangun kekayaannya sendiri berbekal warisan
orangtuanya.

Tidak lama kemudian, Khadijah telah membuktikan bahwa kalau pun tidak mendapat harta warisan,
dia mampu mendapatkan kekayaan itu dari hasil jerih payahnya sendiri.

Dengan harta yang diperolehnya, Khadijah membantu orang-orang miskin, janda, anak-anak yatim,
dan orang-orang cacat. Jika ada seorang gadis yang tidak mampu, Khadijah menikahkan dan memberi
mas kawinnya. Khadijah lembut dan ramah. Walau menjadi pemimpin tertinggi dalam menjalankan
bisnis keluarga sepeninggal Ayahnya, dia juga mau menerima saran-saran orang lain. Khadijah tidak
menyukai adanya jarak hubungan antara atasan dan bawahan. Dia menganggap bawahan sebagai
rekan kerja yang pantas dihormati.

Khadijah sendiri selalu tinggal di rumah. Karena itu, biasanya dia minta bantuan seorang agen, jika
sebuah kafilah sedang dipersiapkan untuk pergi ke luar negeri. Orang yang dimintai bantuan itu
bertanggungjawab membawa barang-barang dagangannya untuk dijual ke pasar-pasar asing. Khadijah
sangat teliti memilih seorang agen. Dia juga sangat lihai merencanakan waktu keberangkatan kafilah
dan tempat tujuannya sebab barang akan terjual dengan cepat pada waktu dan tempat yang tepat.

Begitu suksesnya Khadijah sebagai seorang saudagar, sampai-sampai jika sebuah kafilah Quraisy
berangkat dari Mekah, bisa dipastikan lebih dari separuhnya adalah harta perdagangan milik Khadijah.
Dia seperti mempunyai sentuhan emas. Diibaratkan jika dia menyentuh debu, debu ini akan berubah
menjadi "emas". Karena itu penduduk Mekah menjulukinya "Ratu Quraisy" atau "Ratu Mekah".

Kalau hanya kekayaan yang menjadi ukuran, tentu Allah tidak akan menjadikan Khadijah (kelak)
sebagai istri seorang rosul. Pasti ada sifat lain yang lebih utama yang membuatnya sepadan dengan
Muhammad

CATATAN

Sebuah kafilah dagang pada masa itu ibarat kampung bergerak. Hewan beban berjumlah 1000 sampai
2500 ekor dan diiringi seratus sampai tiga ratus orang. Kafilah perlu organisasi yang baik, biaya besar,
dan keberanian yang cukup. Jika ada perampok, seluruh anggota kafilah harus berani menyabung
nyawa untuk mempertahankan harta yang dibawanya.
WANITA SUCI

Khadijah mempunyai seorang paman bernama Waraqah bin Naufal. Waraqah adalah sanak saudara
Khadijah yang paling tua. Dia Sangat mengutuk kebiasaan bangsa Arab Jahiliah yang menyembah
berhala sehingga menyimpang jauh dari apa yang diajarkan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Waraqah
sendiri adalah hamba Allah yang setia dan lurus. Dia tidak pernah meminum minuman keras dan
berjudi. Dia murah hati terhadap orang-orang miskin yang membutuhkan pertolongannya.

Khadijah sangat terpengaruh pemikiran Waraqah bin Naufal. Khadijah juga sangat membenci berhala
dan patung-patung sesembahan.

Bersama beberapa keluarganya, Khadijah adalah pengikut setia ajaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.

Jika mendengar ada seorang anak perempuan akan dikubur hidup-hidup. Waraqah dan Khadijah akan
segera menemui sang Ayah dan mencegah perbuatannya. Jika kemiskinan yang menjadi alasan
rencana pembunuhan itu, Khadijah dan Waraqah akan membeli anak itu dan membesarkannya
seperti anak kandung sendiri.

Sering kali beberapa waktu setelah itu, ayah si anak menyesali perbuatannya dan mengambil putrinya
kembali. Waraqah dan Khadijah akan memastikan dulu bahwa anak itu akan diasuh dengan benar dan
disayangi, setelah itu barulah dia mengizinkan sang Ayah membawa pulang anaknya kembali.

Budi pekerti Khadijah yang agung, santun, lembut dan penuh keteladanan ini membuat semua orang
menjulukinya juga sebagai Khadijah At Thahirah atau Khadijah yang suci.

Pertama kalinya dalam bangsa Arab seorang wanita dijuluki demikian, padahal orang Arab pada masa
jahiliah itu sangat mengagungkan laki-laki dan merendahkan wanita.

CATATAN

Selain Khadijah, ada pula beberapa saudagar wanita terkenal.

Di antaranya adalah:

~ Hindun, istri Abu Sofyan dan

~ Asma binti Mukharribah, ibu Abu Jahl.

Para Saudagar wanita ini biasanya juga menjual keperluan wanita, seperti pakaian, parfum, perhiasan
emas dan perak, permata dan obat-obatan. Barang-barang ini tidak memerlukan banyak ruang, ringan
dan laku keras di mana-mana.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 21

Allhumma shalli'ala Muhammad

PEMBICARAAN ABU THALIB

Pada musim semi tahun 595 Masehi, para pedagang Mekah kembali mulai menyusun kafilah
perdagangan musim panas mereka, untuk membawa barang dagangan ke Syria. Khadijah juga sedang
mempersiapkan barang dagangannya, tetapi ia belum menemukan seseorang untuk menjadi
pemimpin kafilahnya. Beberapa nama diusulkan orang, namun, tidak satu pun yang berkenan di
hatinya.

Mendengar itu, Abu Thalib mendatangi Khadijah dan menawarkan kepadanya Muhammad,
keponakannya yang baru berusia 25 tahun, untuk menjadi agen Khadijah. Abu Thalib tahu bahwa
Muhammad belum cukup berpengalaman, tetapi ia sangat yakin bahwa Muhammad lebih dari
sekadar mampu.

Sebagaimana penduduk Mekah yang lain, Khadijah pun telah mendengar nama Muhammad. Satu hal
yang Khadijah yakin adalah kejujuran Muhammad. Bukankah orang Mekah menjulukinya "Al Amin"
atau "Orang yang bisa dipercaya". Maka, Khadijah menyetujui tawaran Abu Thalib. Bahkan ia hendak
memberi imbalan dua kali lipat kepada Muhammad dari yang biasa diberikan kepada orang lain. Oleh
karena itu, Abu Thalib pulang dengan gembira.

Segera saja Abu Thalib dan Muhammad menemui Khadijah yang kemudian menerangkan tentang
seluk beluk perdagangan. Otak Muhammad yang cerdas bekerja dengan tangkas. Ia segera memahami
semuanya. Tidak satu penjelasan pun yang ia minta untuk diterangkan ulang.

Maka, kafilah pun disiapkan dengan suara riuh rendah. Khadijah menyertakan seorang pembantu laki-
lakinya yang terpercaya, Maisarah, untuk mendampingi Muhammad di perjalanan. Diantar Abu Thalib
dan paman-pamannya yang lain, Muhammad datang pada hari yang telah ditentukan. Mereka
disambut seorang paman Khadijah yang sedang menanti mereka dengan surat-surat perdagangan.

Pemimpin kafilah membunyikan tanda dan semuanya segera berangkat. Pada musim panas, kafilah
Mekah berangkat menjelang senja dan terus berjalan pada malam hari. Mereka beristirahat pada
siang hari karena perjalanan siang akan sangat melelahkan semua orang.

Maka, berangkatlah Muhammad menempuh jalur yang pernah ditempuh bersama pamannya 13
tahun yang lalu.

IMBALAN UNTUK MUHAMMAD

Imbalan yang diberikan Khadijah untuk seorang agen adalah dua ekor unta. Akan tetapi, Abu Thalib
minta empat ekor unta. Maka, Khadijah pun menjawab,

"Kalau permintaan itu bagi orang yang jauh dan tidak kusukai saja akan kukabulkan, apalagi buat orang
yang dekat dan kusukai."
BERDAGANG KE SYAM

Dalam perjalanan, Muhammad mengenali bahwa Maisarah adalah teman yang baik. Dengan senang
hati, Maisarah menunjukkan dan menceritakan sejarah berbagai tempat menarik yang mereka lewati.
Muhammad juga menemui bahwa anggota kafilah yang lain sangat ramah dan akrab terhadapnya.

Setelah satu bulan berjalan, tibalah mereka di Syria.

Setelah beristirahat beberapa hari, mulailah para pedagang menuju ke pasar. Walaupun ini adalah
pengalaman pertama. Muhammad sama sekali tidak bingung dengan tugasnya. Maisarah tercengang
melihat kelihaian Muhammad mengambil keputusan, pikirannya yang tajam, serta kejujurannya.
Semua barang yang mereka bawa laku terjual dengan jumlah keuntungan yang belum pernah
didapatkan Khadijah sebelum itu.

Setelah itu, Muhammad membeli barang-barang berkualitas yang akan dibawa pulang ke Mekah
untuk dijual dengan harga tinggi.

Di Syria, setiap orang yang berjumpa dengan Muhammad pasti sangat terkesan olehnya. Penampilan
Muhammad sangat memesona, ramah, dan sangat besar perhatiannya pada setiap orang. Di tengah-
tengah kesibukan itu, Maisarah melihat bahwa Muhammad selalu memanfaatkan setiap waktu
senggang untuk menyendiri dan berpikir. Ini benar-benar tidak lazim bagi Maisarah. Ia tidak menyadari
bahwa tuan mudanya ini memang sangat terbiasa meluangkan waktu untuk memikirkan nasib umat
manusia.

Muhammad juga amat heran melihat perpecahan berbagai kelompok Nasrani di Syria. Setiap masing-
masing dari mereka memiliki jalan dan pendapat sendiri padahal seharusnya mereka bergabung dalam
satu kelompok. Manakah yang paling benar dari semuanya itu. Pikiran-pikiran seperti ini membuat
mata Muhammad selalu terbuka pada saat orang-orang lain terlelap tidur.

Akhirnya, waktu untuk pulang pun tiba. Oleh-oleh untuk handai tolan pun dibeli dan semua barang
dikemas. Waktu pulang adalah waktu yang paling menggembirakan karena mereka akan berjumpa
lagi dengan orang-orang tercinta di kampung halaman. Mereka tidak sabar lagi mendengar tawa ria
anak-anak mereka saat kembali nanti dan mereka sadar jika waktu itu tiba, tidak akan kuat lagi mereka
menahan air mata.

HARI JUM'AT

Hari Jum'at pada zaman jahiliyah adalah hari bersuka ria di seluruh jazirah. Semua orang sibuk di pasar.

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa, pernah terjadi, khutbah Jum'at Rasulullah hampir terganggu,
karena saat itu datang kafilah membawa barang dagangan.

Pada hari Jum'at, semangat berdagang mengaliri darah semua orang pada saat itu.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 22

PERASAAN KHADIJAH

Setelah beberapa bulan, kafilah Mekah pun datang kembali. Di tempat perhentian Marr Al Zahran,
sehari perjalanan dari Mekah, para agen biasanya mendahului datang ke Mekah untuk memberi
laporan perdagangan. Muhammad pun demikian. Ia lebih dulu tiba di Mekah. Namun, sebelum
bertemu Khadijah, ia berthåwaf dulu tujuh keliling mengelilingi Ka'bah.

Dari atas balkonnya yang megah, Khadijah bergegas datang menyambut dan Muhammad pun
melaporkan hasil penjualan, barang yang dibeli, serta berbagai pengalaman kecil dalam perjalanan.
Saat itu, Khadijah sudah sangat terkesan dengan hasil yang diperoleh Muhammad, tetapi itu belum
seberapa. Setelah Muhammad pulang, Maisaråh menceritakan sendiri kesan-kesannya terhadap
Muhammad.

"Sungguh, belum pernah aku melihat pemuda yang demikian sempurna memandang masa depan.
Keputusan-keputusannya selalu tepat dan perkiraannya tidak pernah salah. Ia juga sangat jujur dan
sopan," demikian sebagian kisah Maisaråh.

Khadijah betul-betul sangat terkesan dengan agen barunya itu. Waraqah bin Naufal pun datang dan
mendengar sendiri kisah Maisarah tentang Muhammad. Ada hal yang aneh pada diri Maisarah.
Biasanya, ia sangat menekankan laporannya pada masalah-masalah bisnis. Akan tetapi, kini persoalan
dagang seolah-olah menjadi hal kecil. Yang dibicarakan Maisarah kali ini hanya tentang Muhammad,
Muhammad, dan Muhammad. Padahal, keuntungan yang mereka dapat kali ini benar-benar luar
biasa. Jika dikatakan bahwa Khadijah memiliki "Sentuhan Emas", tepatlah apabila Muhammad disebut
memiliki "Sentuhan penuh berkah".

Ketika Waraqah telah mendengar semua itu, ia tenggelam dalam pemikiran yang sungguh-sungguh.
Setelah cukup lama berdiam diri, ia berkata kepada Khadijah,

"Mendengar darimu dan dari Maisarah mengenai Muhammad dan juga dari apa yang kulihat sendiri,
aku berpendapat bahwa ia memiliki semua sifat dan kemampuan sebagai seorang utusan Allah.
Mungkin dialah yang ditakdirkan untuk menjadi salah seorang di antara para rasul pada masa yang
akan datang."

PERNIKAHAN AGUNG

Khadijah memiliki teman seorang wanita bangsawan bernama Nafisah binti Munyah. Nafisah tahu
setelah suami kedua Khadijah meninggal, banyak bangsawan Quraisy yang melamarnya, namun
Khadijah menolak. Nafisah tahu bahwa Khadijah takut semua lamaran itu hanya bertujuan mengincar
hartanya. Lebih dari itu, Nafisah juga tahu bahwa yang diinginkan Khadijah adalah seorang laki-laki
berakhlak agung. Nafisah juga tahu bahwa ada satu laki-laki yang seperti itu di Mekah, ia adalah
Muhammad.

Karena itulah, begitu Khadijah membuka diri kepadanya tentang Muhammad, Nafisah tidak terkejut
lagi. Khadijah meminta Nafisah mencari jalan untuk mengetahui bagaimana pandangan Muhammad
tentang dirinya. Maka, ketika Muhammad dalam perjalanan pulang dari Ka'bah, Nafisah
menghentikannya. Nafisah pun bertanya,
"Wahai Muhammad, Anda telah menjadi seorang pemuda. Banyak lelaki yang lebih muda dari Anda
telah menikah dan beberapa di antaranya bahkan telah mempunyai anak. Mengapa Anda tidak
menikah?"

"Aku belum mampu menikah, ya Nafisah. Aku belum mempunyai kekayaan yang cukup untuk
menikah."

"Apa jawaban Anda jika ada seorang wanita yang cantik, kaya, dan terhormat mau menikah dengan
Anda walaupun Anda belum mampu?"

Muhammad balik bertanya dengan sedikit terperangah,

"Siapakah wanita itu?"

Nafisah tersenyum, "Wanita itu adalah Khadijah putri Khuwailid."

Alis Muhammad tambah terangkat,

"Khadijah? Bagaimana mungkin Khadijah mau menikah denganku? Bukankah Anda tahu bahwa
banyak bangsawan kaya raya dan kepala-kepala suku di Arab ini yang telah melamarnya dan ia telah
menolak mereka semua?"

"Jika Anda mau menikahinya, katakan saja dan serahkan semuanya kepadaku. Aku akan mengurus
semuanya."

Ketika itu Abu Thalib menyetujuinya, Muhammad pun mengiyakan Nafisah. Maka, pernikahan pun
dilangsungkan.

Sebagai pengantin, Muhammad datang didampingi paman-pamannya yang ikut berbahagia.

PERAWAKAN MUHAMMAD

Jarang ada pernikahan dilangsungkan demikian agung. Dalam acara itu, semua pemimpin Quraisy dan
pembesar Mekah diundang. Mempelai laki-laki menunggang kuda yang gagah diiringi para pemuda
Bani Hasyim yang menghunus pedang. Sementara itu, kaum wanita Bani Hasyim berjalan lebih dulu
dan telah diterima di rumah mempelai wanita.

Rumah Khadijah yang megah saat itu telah diterangi cahaya lilin dalam lampion-lampion yang
digantung dengan rantai-rantai emas. Setiap lampion terdiri atas 7 batang lilin.

Semua pembantu Khadijah diberi seragam khusus untuk menyambut para tamu yang datang
menjelang sore hari. Kamar pengantin benar-benar istimewa. Kain sutera dan brokat digantung begitu
serasi. Lantainya tertutup karpet putih dan diharumi dupa dari guci perak.

Khadijah sendiri begitu anggun hingga tampak bercahaya seperti matahari terbit. Ia mengenakan
pakaian pengantin yang sangat indah dan jarang ada duanya saat itu. Abu Thalib adalah wakil
mempelai laki-laki dalam memberi sambutan, sedangkan Waraqah bin Naufal adalah wakil pengantin
wanita.
Tidak ada laki-laki segagah Muhammad. Paras wajahnya tampan dan indah. Perawakannya sedang,
tidak terlampau tinggi, juga tidak pendek. Rambutnya hitam sekali dan bergelombang. Dahinya lebar
dan rata di atas sepasang alis yang lengkung, lebat dan bertaut. Sepasang matanya lebar dan hitam,
di tepi putih matanya agak kemerahan, tampak lebih menarik dan kuat. Pandangannya tajam dengan
bulu mata yang hitam pekat. Hidungnya halus dengan barisan gigi yang bercelah-celah.

Cambangnya lebar, berleher jenjang, dan indah. Dadanya lebar dengan kedua bahu yang bidang.
Warna kulitnya terang dan jernih dengan kedua telapak tangan dan kaki yang tebal. Jika berjalan,
badannya agak condong ke depan, melangkah cepat-cepat, dan pasti. Air mukanya membayangkan
renungan dan penuh pikiran, pandangan matanya menunjukkan kewibawaan, membuat orang patuh
kepadanya.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 23

Sifat Muhammad

Muhammad telah mendapat karunia Allah dengan pernikahan ini. Dari seorang pemuda tidak kaya,
Allah telah mengangkatnya menjadi laki-laki berkedudukan tinggi dengan harta yang mencukupi.

Seluruh penduduk Mekah memandang pernikahan ini dengan gembira dan penuh rasa hormat. Semua
undangan yang hadir berharap bahwa dari pasangan yang sangat ideal ini kelak lahir keturunan yang
akan mengharumkan nama Quraisy.

Para sesepuh dari kedua keluarga tahu bahwa Khadijah akan mendukung suaminya dengan kasih
sayang dan harta berlimpah. Sebaliknya, mereka juga berharap bahwa Muhammad yang bijak dan
cerdas akan membimbing istrinya menuju kebahagiaan hidup.

Kehidupan berlanjut dan keikutsertaan suami istri itu dalam pergaulan yang baik dengan masyarakat
membuat orang semakin menghormati mereka. Walau telah mendapat kehormatan demikian itu,
Muhammad tetaplah seorang yang rendah hati. Itu adalah sifatnya yang menonjol. Jika ada yang
mengajaknya berbicara, tidak peduli siapa pun itu, ia akan mendengarkan dengan penuh perhatian
tanpa menoleh kepada orang lain. Tidak saja mendengarkan dengan hati-hati, Muhammad bahkan
memutar badannya untuk menghadap orang yang mengajaknya berbicara.

Semua orang tahu bahwa bicara Muhammad sedikit. Ia justru lebih banyak mendengarkan
pembicaraan orang lain. Selain bicara, Muhammad bukanlah orang yang tidak bisa diajak bergurau. Ia
sering juga membuat humor dan mengajak orang lain tertawa, tetapi apa yang ia katakan dalam
bergurau sekali pun adalah sesuatu yang benar.

Orang menyukai Muhammad yang apabila tertawa, tidak pernah sampai terlihat gerahamnya. Apabila
marah, tidak pernah sampai tampak kemarahannya. Orang tahu ia marah hanya dari keringat yang
tiba-tiba muncul di keningnya. Muhammad selalu menahan marah dan tidak menampakkannya
keluar.

Orang-orang menyayangi Muhammad karena ia lapang dada, berkemauan baik, dan menghargai
orang lain. Ia bijaksana, murah hati, dan sangat mudah bergaul dengan siapa saja. Namun, dibalik
semua kelembutan itu, ia mempunyai tujuan yang pasti, berkemauan keras, tegas, dan tidak pernah
ragu-ragu dalam tujuannya. Sifat-sifat demikian berpadu dalam dirinya sehingga menimbulkan rasa
hormat yang dalam bagi orang-orang yang bergaul dengan Muhammad.

MAHAR PERNIKAHAN

"Saksikanlah para hadirin," kata Waraqah bin Naufal dengan suara agak keras. "Saksikanlah bahwa
aku menikahkan Khadijah dengan Muhammad, dengan mas kawin senilai 12 ekor unta betina."

KAMBING SEDEKAH

Setelah upacara resmi pernikahan selesai, Muhammad memerintahkan agar seekor kambing
disembelih di depan pintu rumah Khadijah dan membagikan dagingnya kepada fakir miskin. Itu belum
termasuk para undangan yang menghadiri jamuan pada malam harinya.

Jadi, selain diundang jamuan makan, fakir miskin pun dapat membawa pulang ke rumah beberapa
kantung daging.

BAQUM SI PEDAGANG ROMAWI

Muhammad bukankah orang yang suka berpangku tangan, tetapi aktif bergaul dalam masyarakat.
Suatu hari terjadilah sebuah peristiwa yang membuat nama Muhammad menjadi semakin harum.
Peristiwa itu didahului oleh banjir besar yang melanda Mekah. Bukit-bukit di sekitar Mekah tanpa
ampun menumpahkan air hujan yang jarang turun itu ke kota yang tepat berada di bawah. Banjir itu
menyebabkan dinding Ka'bah yang memang sudah lapuk jadi retak dan terancam runtuh.

Sebenarnya, sebelum banjir tiba, sudah ada gagasan untuk memperbaiki Ka'bah, tetapi orang-orang
takut apabila Tuhan Ka'bah marah. Setelah banjir, tidak bisa dielakkan lagi bahwa dinding Ka'bah harus
diperbaiki dan ditinggikan.

Sudah menjadi takdir Allah bahwa waktu itu juga tersiar berita ada sebuah kapal Romawi terdampar
di laut Merah, dekat dengan pelabuhan Syu'aibah. Kapten kapal Romawi itu adalah seorang Nasrani
yang berasal dari Mesir. Baqum, namanya.

Orang-orang Mekah mengutus Walid bin Mughirah dan serombongan orang untuk membeli kapal itu,
membongkar kayu kayunya, dan mengangkutnya untuk membangun kembali Ka'bah. Baqum pun
akhirnya dikontrak sebagai ahli kayu.

Pada mulanya, tidak seorang pun berani membongkar dinding Ka'bah walau sedikit, karena takut
dikutuk Tuhan. Mungkin mereka masih ingat dengan jelas apa yang menimpa Abrahah dan pasukan
gajahnya saat ingin menghancurkan Ka'bah.

Akan tetapi, akhirnya, Walid bin Mughirah memberanikan diri merombak sudut bangunan bagian
selatan. Setelah itu, ia menunggu sampai besok. Ketika pagi tiba dan ia tidak juga dikutuk, mereka pun
mulai melakukan pembenahan Ka'bah.
KISAH RASULULLAH SAW

Allahumma shalli'ala Muhammad

Bagian 24

MEMBANGUN KA'BAH

Dalam pengerjaan Ka'bah orang-orang Quraisy dibagi menjadi empat bagian. Setiap kabilah masing-
masing mendapat pekerjaan satu sudut yang harus dirombak dan dibangun kembali.

Pemugaran Ka'bah dimulai dengan memindahkan patung Hubal dan patung kecil lainnya. Setelah itu,
pekerjaan dilanjutkan dengan membersihkan pelataran dan membongkar dinding serta fondasi.
Muhammad ikut terlibat dalam pekerjaan yang berlangsung berhari-hari itu.

Ada sebuah batu fondasi berwarna hijau yang tidak bisa dibongkar dengan cara apa pun. Karena itu,
batu itu mereka biarkan. Selanjutnya, didatangkanlah batu-batu granit biru dari bukit sekitarnya.
Sebuah bahan pencampur semen bernama bitumen yang didatangkan dari Syria pun mulai digunakan.

Pemugaran Ka'bah ini sebenarnya lebih menyerupai perbaikan hasil karya Nabi Ibrahim dan Nabi
Ismail.

Pondasi Ka'bah ditinggikan sampai empat hasta ditambah satu jengkal atau sekitar dua meter.
Dalamnya diuruk tanah menjadi lantai yang sulit dicapai air apabila banjir datang kembali. Bersamaan
dengan itu, pintu di sisi timur laut pun diangkat setinggi pondasi. Dinding dinaikkan sampai 18 hasta.
Saat itulah Ka'bah mulai diberi atap bekas kapal yang kandas itu. Sebuah tangga untuk naik turun juga
disiapkan. Kini Ka'bah bebas dari banjir. Isinya terlindungi dari hujan, panas dan tangan jahil pencuri.

Pembangunan berjalan lancar sesuai dengan rencana sampai dinding tembok mencapai tinggi satu
setengah meter dan tiba saatnya batu hitam, Hajar Aswad, ditempatkan kembali ke tempatnya semula
di sudut timur.

Karena ini merupakan upacara suci penuh kehormatan, berebut lah setiap kabilah untuk
melaksanakannya. Kabilah Abdu Dar merasa lebih berhak daripada Kabilah lain sehingga kedua
kelompok saling beradu mulut sampai suasana menjadi semakin panas.

Di tengah keadaan itu, muncul Abu Umayyah bin Al Mughirah. Ia adalah orangtua yang dihormati dan
dipatuhi. Ia pun mengajukan sebuah usul yang disetujui oleh semua pihak, "Serahkanlah putusan ini
di tangan orang yang pertama kali memasuki pintu Shafa."

HAJAR ASWAD

Ternyata yang datang pertama kali dari pintu Shafa adalah Muhammad. Orang-orang pun bersorak
lega.

"Ini dia Al Amin" seru mereka.

"Dia adalah orang yang bisa dipercaya. Kami yakin dia bisa memecahkan persoalan ini. Kami akan
menerima putusannya."
Orang-orang Quraisy pun menceritakan persoalan yang mereka alami. Muhammad yang saat itu
belum berumur 30 tahun, memandang mereka dengan matanya yang teduh dan bijaksana.
Muhammad melihat berkobarnya api permusuhan pada mata setiap orang dari masing-masing kabilah
Quraisy. Keadaan ini benar-benar genting. Kalau salah mengambil keputusan, akan terjadi
pertumpahan darah di antara kabilah-kabilah itu.

Muhammad berpikir sejenak, lalu dia berkata,

"tolong bawakan sehelai kain."

Kain pun segera diberikan. Muhammad mengambil dan menghamparkan kain itu. Dia lalu mendekati
Hajar Aswad. Diangkatnya batu hitam itu dan diletakkan di tengah-tengah.

"Hendaknya, setiap ketua kabilah memegang ujung kain ini," kata beliau lagi

Kemudian, para ketua kabilah memegang ujung kain dan bersama-sama mengangkat Hajar Aswad. Di
tempat Hajar Aswad semula berada. Muhammad mengangkat dan meletakkannya kembali.

Semua pihak merasa amat puas dengan keputusan Muhammad yang adil itu. Demikianlah, pada waktu
muda. Rasulullah telah menjadi orang yang cerdas dan bijaksana.

PUTRA PUTRI MUHAMMAD

Khadijah adalah wanita teladan yang terbaik. Beliau wanita yang penuh kasih, setia, dan menyerahkan
seluruh hidupnya untuk suami tercinta. Khadijah juga wanita yang subur. Setelah lima belas tahun
berumah tangga, Khadijah melahirkan enam orang anak. Mereka adalah:

Ruqayyah, Zainab, Ummi Kultsum, Fatimah, Qasim dan Abdullah.

Namun, Qasim dan Abdullah wafat ketika masih bayi, sedangkan keempat anak perempuan yang lain
tetap hidup hingga dewasa. Kita dapat membayangkan betapa sedihnya Muhammad dan Khadijah
kehilangan kedua putra mereka.

Ketika pulang ke rumah dan duduk di samping Khadijah, Muhammad sering melihat kesedihan di
wajah istrinya itu. Saat itu, mempunyai anak laki-laki bagi masyarakat jahiliah adalah hal yang amat
penting dan dianggap sebagai sebuah kebanggaan. Sebaliknya, mempunyai anak perempuan adalah
hal yang amat memalukan, bahkan banyak orang yang memilih mengubur bayi perempuannya hidup-
hidup dari pada membesarkannya.

Tentu saja Muhammad dan Khadijah tidak merasa malu memiliki anak-anak perempuan. Mereka
menyayangi semua anak mereka tanpa pilih kasih. Apalagi putri bungsu mereka, Fatimah, yang saat
itu masih berusia lima tahun, anak cantik yang sedang lucu-lucunya. Hanya saja kehilangan dua anak
laki-laki yang masih bayi merupakan derita yang berat bagi orangtua mana pun.

KEKAYAAN TERBESAR

Rasulullah pernah berkata bahwa kekayaan terbesar adalah istri yang salehah. Khadijah adalah
kekayaan terbesar Rasulullah pada saat-saat paling sulit dalam hidup beliau.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Allahumma shalli'ala Muhammad

BAGIAN 25

RUMAH TANGGA MUHAMMAD SAW

Muhammad selalu membuat suasana rumahnya menjadi hidup dengan canda dan keramahan. Beliau
suka berkelakar kepada siapa pun. Bukan hanya kepada istri dan putri-putrinya, beliau juga amat
ramah kepada pembantunya.

Sejak muda, Rasulullah amat gemar memakai parfum. Bau wewangian itu akan membuat orang-orang
di sekitar beliau merasa senang. Rasulullah tidak menyukai baju berwarna merah. Beliau lebih suka
baju berwarna lurik atau putih. Rasulullah juga gemar memakai surban dengan salah satu ujungnya
menggelantung antara pundak.

Beliau tidak pernah menggunakan baju yang seluruhnya terbuat dari sutera.

Kemudian datanglah satu orang yang amat Rasulullah sayangi. Begitu sayangnya sampai beliau
mengangkatnya sebagai anak.

ZAID BIN HARITSAH

Suatu hari, keponakan Khadijah yang bernama Hakim bin Hizam membawa seorang budak laki-laki
bernama Zaid bin Haritsah. Zaid dibawa ke rumah Khadijah dalam keadaan mengenaskan. Lehernya
dibelenggu sehingga ia terpaksa merangkak seperti seekor kuda. Bunda Khadijah membeli Zaid dan
memperlakukannya dengan baik.

Muhammad amat menyukai Zaid. Apalagi ketika Zaid bercerita bahwa ia dijadikan budak dengan cara
diculik.

Lima belas tahun yang lalu, Zaid kecil sedang berjalan pulang bersama ibunya ketika datang para
perampok gurun. Zaid disergap dan dibawa lari. Sejak itulah ia hidup sebagai seorang budak yang
diperjualbelikan ke sana kemari. Nasiblah yang membawanya bertemu dengan Rasulullah, orang yang
amat Zaid cintai.

Melihat Muhammad amat menyayangi Zaid, Khadijah memberikan Zaid kepada suaminya itu.
Khadijah yang bijaksana mengerti bahwa suaminya menganggap Zaid seolah sebagai pengganti Qasim
dan Abdullah yang telah tiada. Muhammad segera memerdekakan Zaid. Namun, secara tidak terduga,
datanglah Haritsah, ayah Zaid.

Haritsah telah bertahun-tahun mencari Zaid sejak anaknya itu menghilang. Haritsah amat menyayangi
dan merindukan Zaid sehingga ia membuat puisi kesedihan tentang anaknya itu. Zaid pun amat
menyayangi ayahnya.

"Silakan membawa Zaid pulang," kata Muhammad kepada Haritsah. "Tetapi, seandainya Zaid memilih
tetap bersama saya, saya tidak akan menolaknya."
Ternyata, Zaid lebih memilih tinggal bersama Muhammad. Muhammad amat bahagia sehingga
mengangkat Zaid sebagai putra beliau. Sejak saat itu, Zaid sering dipanggil Zaid bin Muhammad.

Di kemudian hari, Allah melarang anak angkat mewarisi harta ayah angkatnya yang telah wafat. Harta
seorang ayah tetaplah menjadi hak anak kandung, bukan anak angkat. Maha adil Allah Yang Agung.

Gua Hira

"Berhala berhala yang bernama Hubal, Lata dan Uzza itu tidak pernah menciptakan seekor lalat sekali
pun, bagaimana mungkin mereka akan mendatangkan kebaikan bagi manusia?" demikian pikir
Muhammad.

"Siapakah yang berada di balik semua ini? Siapa yang berada di balik luasnya langit dan tebaran
bintang? Siapa yang berada di balik padang pasir yang panas terbakar kilauan matahari? Siapa
pencipta langit yang jernih dan indah, langit yang bermandi cahaya bulan dan bintang yang begitu
lembut, begitu sejuk? Siapa pembuat ombak yang berdebur dan penggali laut yang begitu dalam?
Siapa yang berada di balik semua keindahan ini?"

Demikianlah Muhammad tidak mencari kebenaran dalam kisah-kisah lama atau tulisan para pendeta.
Ia mencari kebenaran lewat alam. Ia mengasingkan dirinya dari keramaian dan pergi ke Gua Hira.

"Betapa sia-sianya hidup manusia, waktu terus berlalu, sementara jiwa-jiwa rusak karena dikuasai
khayal tentang berhala-berhala yang mampu melakukan ini dan itu. Betapa sia-sianya hidup manusia
karena tertipu dengan segala macam kemewahan yang tiada berguna.'"

Beliau mengasingkan diri seperti itu beberapa hari setiap bulan dan sepanjang bulan Ramadhan.
Semakin lama, jiwanya semakin matang dan semakin terisi penuh. Sampai suatu ketika, saat usia
Muhammad menginjak 40 tahun, datanglah seseorang yang bukan dari dunia ini menemui beliau di
Gua Hira. Muhammad yang pemberani dan tenang itu amat terkejut melihatnya.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Allahumma shalli'ala Muhammad

BAGIAN 26

DIANGKAT MENJADI UTUSAN ALLAH

Makhluk yang datang itu adalah Malaikat Jibril. Ia datang membangunkan Muhammad yang sedang
tidur karena kelelahan. Jibril berkata kepada Muhammad, "Iqra (Bacalah)!"

Dengan hati yang masih rasa terkejut, Muhammad menjawab, "Apa yang harus saya baca."

Kemudian Malaikat Jibril mendekap sehingga Muhammad merasa lemas. Jibril melepaskan
dekapannya, lalu berkata lagi, "Bacalah!"

Kejadian itu berulang sampai tiga kali. Kemudian, setelah Muhammad berkata, "Apa yang harus saya
baca?" barulah Jibril membacakan Surat Al 'Alaq ayat pertama hingga ayat kelima:

ِ‫ك باسْ مِ ا ْقرَ ْأ‬


َِ ‫َخلَقَِ الَّذي رَ ب‬
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,

Surah Al-'Alaq (96:1)

َِ‫َعلَقِ منِْ ْاْل ْنسَانَِ َخلَق‬


Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

Surah Al-'Alaq (96:2)

ِ‫ك ا ْقرَ ْأ‬


َِ ‫ْاْلَ ْكرَ مِ وَ رَ ُّب‬
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,

Surah Al-'Alaq (96:3)

‫با ْل َقلَمِ َعلَّ َِم الَّذي‬


Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,

Surah Al-'Alaq (96:4)

ِ‫َيعْ لَ ِْم لَ ِْم َِما ْاْل ْنسَانَِ َعلَّ َم‬


Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Surah Al-'Alaq (96:5)


Setelah mengucapkan ayat-ayat itu, Malaikat Jibril pun pergi meninggalkan Muhammad yang hatinya
terhujam oleh firman Allah tadi.

Muhammad mendadak tersentak sadar. Beliau terbangun dari ketakutan sambil bertanya-tanya
dalam hati, "Siapa gerangan yang kulihat tadi? Apakah aku telah diganggu jin?"

Beliau menoleh ke kiri dan ke kanan, tetapi tidak ada siapa pun. Muhammad diam sebentar dengan
tubuh gemetar. Beliau lalu lari ke luar gua, menyusuri celah-celah gunung sambil mengulang
pertanyaan dalam hati, "Siapa gerangan yang menyuruhku membaca tadi?"

Mendadak, Muhammad mendengar namanya dipanggil. Panggilan tersebut terasa dahsyat sekali.
Beliau memandang ke cakrawala dan melihat malaikat dalam bentuk manusia. Muhammad tertegun
ketakutan dan terpaku di tempatnya. Ia memalingkan wajah, tetapi di seluruh cakrawala, ke mana pun
beliau memandang rupa malaikat yang indah itu tidak juga berlalu.

KETULUSAN KHADIJAH

Di rumah, Khadijah tiba-tiba merasa khawatir dengan nasib suaminya. Beliau mengutus orang untuk
mencari suaminya itu, tetapi tidak berhasil menemukannya.

Sementara itu, setelah rupa malaikat menghilang, Muhammad berjalan pulang dengan hati yang
sudah di penuhi wahyu Allah. Dengan jantung yang terus berdenyut keras dan hati berdebar
ketakutan, beliau pulang ke rumah.

"Selimuti aku," pinta Muhammad kepada Khadijah.

Khadijah segera menyelimuti suaminya yang menggigil kedinginan seperti terkena demam. Setelah
rasa takutnya mereda, beliau memandang Khadijah dengan tatapan mata meminta kekuatan dan
perlindungan.

"Khadijah, kenapa aku?" kata Muhammad.

Kemudian, Muhammad menceritakan semua yang telah terjadi. Beliau juga berkata bahwa ia takut
semua itu bukan datang dari Allah, melainkan gangguan jin.

"Wahai putra pamanku," jawab Khadijah penuh sayang, "bergembiralah dan tabahkan hatimu. Demi
Dia yang memegang hidup Khadijah, aku berharap kiranya engkau akan menjadi nabi atas umat ini.
Sama sekali Allah takkan mencemoohkanmu sebab engkaulah yang mempererat tali kekeluargaan dan
jujur dalam berkata-kata. Engkau selalu mau memikul beban orang lain dan menghormati tamu serta
menolong mereka yang dalam kesulitan atas jalan yang benar."

Kata-kata Khadijah itu menuangkan rasa damai dan tenteram ke dalam hati suaminya yang sedang
gelisah. Khadijah benar-benar yakin bahwa suaminya itu bukan diganggu jin. Beliau malah
memandang suaminya itu dengan penuh rasa hormat.

Muhammad pun segera tenang kembali. Beliau memandang Khadijah dengan penuh kasih dan rasa
terimakasih.

Tiba tiba, sekujur tubuhnya terasa amat letih dan beliau pun tertidur lelap.
Sejak saat itu, berakhirlah kehidupan tentang seorang Muhammad. Mulai saat itu, kehidupan penuh
perjuangan keras dan pahit akan dilaluinya sebagai seorang Rasulullah, utusan Allah.

KABAR DARI WARAQAH BIN NAUFAL

Khadijah menatap suaminya yang tertidur pulas itu. Dilihatnya kembali suaminya yang tertidur dengan
nyenyak dan tenang sekali. Khadijah membayangkan apa yang baru saja dituturkan suaminya. Firman
Allah dan Malaikat yang indah. Luar biasa!

"Semoga kekasihku ini memang akan menjadi seorang nabi untuk menuntun umat ini keluar dari
kegelapan," demikian pikir Khadijah.

Saat berpikir demikian, senyumnya mengembang. Namun, senyum itu segera menghilang, berganti
rasa takut memenuhi hati tatkala dibayangkan nasib yang bakal menimpa suaminya itu apabila orang-
orang ramai menentangnya.

Demikianlah, pikiran bahagia dan sedih terus berganti-ganti dalam benak Khadijah. Akhirnya, beliau
memutuskan untuk menceritakan hal ini kepada seseorang bijak yang dipercayanya.

Khadijah pun pergi menemui pamannya, Waraqah bin Naufal, seorang pendeta Nasrani yang jujur,
dan menceritakan semua yang didengarnya dari suaminya.

Waraqah bertafakur sejenak, lalu berkata, "Mahasuci Ia, Mahasuci. Demi Dia yang memegang hidup
Waraqah. Khadijah, percayalah, suamimu telah menerima 'namus besar' 1) seperti yang pernah
diterima Musa. Sungguh, dia adalah nabi umat ini. Katakan kepadanya supaya tetap tabah."

Khadijah pulang. Dilihatnya suaminya masih tertidur. Dipandanginya suaminya itu dengan rasa kasih
dan penuh ikhlas, bercampur harap dan cemas. Tiba-tiba, tubuh suaminya menggigil, napasnya
terlihat sesak dengan keringat memenuhi wajah.

_______

1) NAMUS BESAR

Namus besar yang dimaksud Waraqah bin Naufal berasal dari bahasa Yunani, noms, artinya kitab
undang-undang atau kitab suci yang diwahyukan. Namus bukan istilah dalam Al Qur'an.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Allahumma shalli'ala Muhammad

BAGIAN 27

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

ORANG YANG BERSELIMUT

Muhammad SAW yang kini telah menjadi Rasulullah terbangun karena mendengar Malaikat Jibril
membawakan wahyu kepadanya,

‫ا ْلمدَّثرِ أَ ُّيهَا يَا‬


Hai orang yang berkemul (berselimut), (QS: Al-Muddassir 74:1)

ِ‫َفأ َِْنذرِْ ق ْم‬


bangunlah, lalu berilah peringatan! (74:2)

َ ‫َف َكبرِْ َورَ َّب‬


ِ‫ك‬
dan Tuhanmu agungkanlah! (74:3)

َ ‫َف َطهرِْ َوثيَا َب‬


ِ‫ك‬
dan pakaianmu bersihkanlah, (74:4)

ِ‫َفاهْ جرِْ َوالرُّ جْ َز‬


dan perbuatan dosa tinggalkanlah, (74:5)

ِ‫َتسْ َت ْكثرِ َتمْننِْ َو َل‬


dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. (74:6)

َ ‫َفاصْ برِْ َولرَ ب‬


ِ‫ك‬
Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. (74:7)

Khadijah memandang Rasulullah dengan kasih yang bertambah besar. Beliau perlahan mendekati
suaminya. Khadijah dengan lembut memintanya agar kembali tidur.
"Waktu tidur dan istirahat sudah tidak ada lagi, Khadijah," demikian jawab Rasulullah.

"Jibril membawa perintah supaya aku memberi peringatan kepada umat manusia, mengajak mereka,
dan supaya mereka beribadah hanya kepada Allah. Namun, siapa yang akan kuajak? Siapa pula yang
akan mendengarkan?"

Khadijah cepat cepat menentramkan hati suaminya. Diceritakannya apa yang tadi dikatakan Waraqah.
Dengan penuh semangat, Khadijah menyatakan diri sebagai orang yang mengimani Rasulullah.

Dengan demikian, tercatat dalam sejarah bahwa orang pertama yang memeluk Islam adalah Khadijah.

Untuk lebih menentramkan Rasulullah, Khadijah meminta suaminya memberitahu dirinya apabila
malaikat datang.

Kemudian Jibril memang datang, namun hanya Rasulullah yang dapat melihatnya. Khadijah
mendudukkan Rasulullah di pangkuan sebelah kiri, lalu ke pangkuan sebelah kanan. Malaikat Jibril
masih terlihat oleh Rasulullah. Namun, ketika Khadijah melepas penutup wajahnya, Rasulullah melihat
Sang Malaikat menghilang.

Dari kejadian itu, Bunda Khadijah merasa yakin bahwa yang datang itu benar-benar malaikat, bukan
jin.

BERTEMU WARAQAH

Tidak lama kemudian, Rasulullah bertemu dengan Waraqah bin Naufal. Saat itu, Rasulullah sedang
melaksanakan thawaf. Sesudah Rasulullah menceritakan keadaannya, Waraqah berkata, "Demi Dia
yang memegang hidup Waraqah, engkau adalah nabi atas umat ini. Engkau telah menerima Namus
Besar seperti yang pernah disampaikan kepada Musa. Pastilah kau akan didustakan, disiksa, diusir,
dan diperangi orang. Kalau sampai pada waktu itu aku masih hidup, pasti aku akan membela yang di
pihak Allah dengan pembelaan yang sudah diketahui-Nya pula."

Kemudian, Waraqah mendekat dan mencium ubun-ubun Rasulullah.

Kini Rasulullah memalingkan wajah ke sekitarnya, melihat orang-orang yang menyembah patung-
patung batu. Orang-orang ini juga menjalankan riba dan memakan harta anak yatim. Mereka jelas-
jelas berada dalam kesesatan. Kepada orang orang inilah Rasulullah diperintahkan untuk menyeru
agar mereka menghentikan perbuatan perbuatan itu.

Namun, apakah mereka mau berhenti begitu saja? Orang orang Quraisy itu benar-benar amat kuat
dalam memegang keyakinan mereka.

Orang orang itu bahkan siap berperang dan mati untuk mempertahankan keyakinan mereka. Untuk
itu, Rasulullah memerlukan datangnya wahyu penuntun lagi.

Namun, wahyu yang dinanti Rasulullah ternyata tidak juga turun. Jibril tidak pernah datang lagi untuk
waktu yang lama. Rasulullah merasa amat terasing. Rasa takutnya kembali muncul. Beliau takut jika
Allah melupakan bahkan tidak menyukainya. Rasulullah kembali pergi ke bukit dan menyendiri lagi di
Gua Hira. Ingin rasanya beliau membumbung tinggi dengan sepenuh jiwa, menghadap Allah, dan
bertanya mengapa dirinya seolah ditinggalkan.
Apa gunanya hidup ini kalau harapan besar Rasulullah untuk menuntun umat ternyata menjadi kering.
Rasulullah saat itu, benar benar hampir merasa putus asa.

SURAT ADH DHUHA

Tiba-tiba, wahyu itu turun:

ِ‫َوالضُّحَ ى‬
Demi waktu matahari sepenggalahan naik,

Surah Ad-Duha (93:1)

ِ‫َسجَ ىِ إ َذا َواللَّيْل‬


dan demi malam apabila telah sunyi (gelap), (93:2)

َِ ‫َقلَىِ َومَا رَ ُّب‬


َِ ‫ك َو َّد َع‬
‫ك مَا‬
Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu. (93:3)

ِ‫ك َخيْرِ َولَ ْْلخرَ ة‬


َِ َ‫ْاْلولَىِ منَِ ل‬
Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan). (93:4)

َِ‫ك َولَس َْوف‬ َِ ‫َف َترْ ضَىِ رَ ُّب‬


َِ ‫ك يعْ طي‬
Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas. (93:5)

ِ‫ك أَلَ ْم‬


َِ ‫َف َآوىِ يَتيمًا يَج ْد‬
Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu? (93:6)

ِ‫ك‬ ًِّ ‫َف َهدَىِ ض‬


َ ‫َال َو َوجَ َد‬
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. (93:7)

ِ‫ك‬ ِ ً ‫َفأ َ ْغ َنىِ عَائ‬


َ ‫ال َو َوجَ َد‬
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. (93:8)
‫ال ا ْليَتي َِم َفأَمَّا‬
ِ َ ‫َت ْقهَرِْ َف‬
Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.

(93:9)

‫ل َوأَمَّا‬
َِ ‫سائ‬ ِ َ ‫َت ْنهَرِْ َف‬
َِّ ‫ال ال‬
Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya.

(93:10)

‫ك بنعْ مَةِ َوأَمَّا‬ ِْ ‫َفحَ د‬


َِ ‫ث رَ ب‬
Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan. (93:11)

Rasa cemas dan takut di hati Rasulullah kini hilang sudah. Betapa damainya firman Allah itu terasa di
hati beliau. Rasulullah harus menjauhi setiap perbuatan mungkar dan membersihkan pakaian. Beliau
harus mengajak orang mengingat Allah. Beliau harus tabah menghadapi gangguan, tidak boleh
menolak orang yang meminta bantuan, dan berlaku lembut kepada anak yatim.

Allah juga mengingatkan bahwa Rasulullah yatim, lalu Allah melindunginya lewat asuhan kakeknya,
Abdul Muthalib, dan pamannya, Abu Thalib.

Dulu, Rasulullah hidup miskin, lalu Allah memberinya kekayaan. Allah pula yang telah menyandingkan
beliau dengan Khadijah, yang menjadi kawan semasa muda, kawan semasa beliau ber-tahannuts,
kawan yang penuh cinta kasih, yang memberi nasihat dengan rasa kasih sayang.

Allah telah mendapati Rasulullah tidak tahu jalan, lalu diberi-Nya beliau petunjuk kenabian. Cukuplah
semua itu. Hendaklah mulai sekarang, Rasulullah mengajak orang kepada kebenaran, sedapat
mungkin, sekuat mungkin
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬
BAGIAN 28

SHALAT

Shalat adalah satu di antara ibadah pertama yang diajarkan Allah kepada Rasulullah ‫ﷺ‬. Suatu saat,
ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬dan Khadijah sedang melaksanakan shalat, datanglah Ali bin Abu Thalib. Ali yang
saat itu masih anak-anak, tertegun melihat Rasulullah ‫ ﷺ‬dan Khadijah rukuk, sujud, serta membaca
ayat-ayat Al Qur'an.

"Kepada siapa kalian sujud?" tanya Ali ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬dan Khadijah selesai shalat.

"Kami sujud kepada Allah," jawab Rasulullah, "Allah telah mengutusku dan memerintahkan aku
mengajak manusia menyembah Allah."

Kemudian, Rasulullah ‫ ﷺ‬mengajak sepupunya itu untuk beribadah kepada Allah semata serta
meninggalkan berhala-berhala semacam Lata dan Uzza. Rasulullah pun membacakan beberapa ayat
Al Qur'an yang membuat Ali bin Abu Thalib terpesona karena ayat-ayat itu demikian indah.

Ali meminta waktu untuk berunding dengan ayahnya terlebih dahulu. Semalaman itu, Ali merasa
gelisah.

Esoknya, ia memberitahukan kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬dan Khadijah bahwa ia akan mengikuti mereka
berdua, tidak perlu meminta pendapat ayahnya, Abu Thalib.

"Allah menjadikan saya tanpa saya perlu berunding dulu dengan Abu Thalib," demikian kata Ali, "apa
gunanya saya harus berunding dengan dia untuk menyembah Allah?"

Jadi, Ali adalah anak pertama yang memeluk Islam. Kemudian, Zaid bin Haritsah, bekas budak yang
ikut Rasulullah ‫ﷺ‬, ikut masuk Islam juga.

Sampai di situ, Islam masih terbatas pada keluarga Rasulullah: istri beliau, sepupu beliau, serta bekas
budak yang ikut beliau. Apa yang harus beliau lakukan untuk menyebarkan Islam lebih luas lagi? Beliau
tahu betul betapa kerasnya dan betapa kuatnya orang-orang Quraisy menyembah berhala yang
diwarisi dari nenek moyang mereka.

Walau demikian, Islam ini harus disebarkan, betapa pun kerasnya perlawanan orang.

KEISLAMAN ABU BAKAR

Abu Bakar bin Abu Quhafa dari kabilah bani Taim adalah teman akrab Rasulullah ‫ ﷺ‬sejak zaman
sebelum Rasulullah diangkat menjadi utusan Allah. Rasulullah amat menyukai sahabatnya itu karena
Abu Bakar adalah orang yang bersih, jujur, dan dapat dipercaya.

Suatu hari, Abu Bakar mendengar desas-desus tentang Rasulullah ‫ﷺ‬. Beliau segera keluar mencari
sahabatnya itu. Ketika mereka bertemu, Abu Bakar bertanya kepada Rasulullah,
"Wahai Abu Qasim (salah satu panggilan Rasulullah), ada apa denganmu? Kini engkau tidak lagi terlihat
di majelis kaummu dan kudengar orang-orang menuduh, bahwa engkau telah berkata buruk tentang
nenek moyangmu dan masih banyak lagi yang mereka katakan."

"Sesungguhnya, aku adalah utusan Allah," sabda Rasulullah ‫ﷺ‬,

"Allah mengutusku untuk menyampaikan risalah-Nya. Sekarang, aku mengajak kamu kepada agama
Allah dengan keyakinan yang benar. Demi Allah, sesungguhnya, apa yang kusampaikan adalah
kebenaran. Wahai Abu Bakar, aku mengajak kamu untuk menyembah Allah yang Maha Esa, yang tidak
ada sekutu bagi-Nya, dan janganlah menyembah kepada selain-Nya, dan untuk selamanya kamu taat
kepada-Nya."

Rasulullah ‫ ﷺ‬memperdengarkan beberapa ayat Al Qur'an. Selesai Rasulullah berbicara, Abu Bakar
langsung memeluk Islam. Melihat keislaman sahabatnya itu, Rasulullah amat gembira. Tidak seorang
pun yang ada di antara dua gunung di Mekah yang kegembiraannya melebihi kegembiraan Rasulullah
saat itu.

Abu Bakar segera mengumumkan keislamannya itu kepada teman-temannya. Beliau juga mengajak
mereka mengikuti Rasulullah.

Dalam waktu singkat, Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Sa'ad bin Abu
Waqash pun menemui Rasulullah dan masuk Islam.

KEISLAMAN UTSMAN BIN AFFAN

Utsman bin Affan menuturkan sendiri tentang keislamannya:

"Aku datang kepada bibiku Urwah binti Abdul Muthalib untuk menjenguknya karena ia sakit. Tidak
lama kemudian, Rasulullah ‫ ﷺ‬datang ke tempat itu juga dan aku perhatikan beliau. Waktu itu, tampak
jelas kebesarannya. Beliau pun menghampiri aku dan berkata,

"Wahai Utsman, mengapa kau memerhatikan aku begitu rupa?"

"Aku menjawab, 'Aku merasa kagum terhadap engkau dan terhadap kedudukan engkau di antara
kami. Aku juga kagum dengan apa yang dibicarakan orang-orang mengenai dirimu."

Utsman melanjutkan, "Kemudian, Rasulullah mengucapkan kalimat 'Laa illaha illallah'. Demi Allah,
mendengar kalimat itu, aku langsung bergetar. Kemudian, Rasulullah membacakan ayat,

‫ توعَدونَِ َومَا ر ْزقك ِْم ال َّسمَاءِ َوفي‬٢٢

ِ‫ل لَحَ قِ إ َّنهِ َو ْاْلَرْ ضِ ال َّسمَاءِ َف َورَ ب‬


َِ ‫ َت ْنطقونَِ أَ َّنك ِْم مَا م ْث‬٢٣

"Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu. Maka, demi Tuhan
langit dan bumi, sungguh, apa yang dijanjikan itu pasti terjadi seperti apa yang kamu ucapkan."

(Adz Dzariyat, 51: 22-23).


Kemudian, Rasulullah ‫ ﷺ‬berdiri dan pergi keluar. Aku pun mengikuti beliau dari belakang. Kemudian,
aku menghadap beliau dan aku masuk Islam."

PENGORBANAN SEORANG ISTRI

Khadijah yang berasal dari kalangan bangsawan Mekah, sadar betul bahwa suaminya kelak akan
dibenci oleh orang-orang kafir. Beliau berjuang di sisi suaminya, memilih Islam, dan menjadi pengikut
pertama.

Khadijah menukar segala harta miliknya dengan kejayaan Islam yang tidak pernah beliau nikmati.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 29

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

KAUM MUSLIMIN AWAL

Mengetahui betapa kerasnya kebencian orang-orang Quraisy, kaum Muslimin permulaan


(Assaabiquunal Awaluun), melaksanakan ibadah mereka secara sembunyi-sembunyi. Jika hendak
shalat mereka pergi ke celah-celah gunung di Mekah. Keadaan ini berlangsung selama tiga tahun
berturut-turut. Sementara itu, sedikit demi sedikit Islam semakin meluas. Firman Allah yang turun satu
demi satu semakin memperkuat keyakinan kaum Muslimin.

Ada satu hal yang membuat dakwah Islam berkembang, yaitu keteladan Rasulullah ‫ﷺ‬, yang beliau
contohkan dengan sangat baik. Beliau adalah orang yang penuh bakti dan penuh kasih sayang. Beliau
juga sangat rendah hati sekaligus gagah berani. Tutur kata beliau lembut dan selalu berlaku adil. Hak
setiap orang pasti ditunaikan sebagaimana mestinya. Perlakuan Rasulullah ‫ ﷺ‬terhadap orang-orang
yang lemah, yatim piatu, orang sengsara, dan orang miskin adalah perlakuan yang penuh kasih, lembut
dan sayang.

Pada malam hari beliau tidak cepat tidur, Beliau bertahajud dan membaca wahyu yang disampaikan
Allah padanya. Beliau selalu merenung tentang nasib umatnya. Beliau juga merenungkan betapa luar
biasanya penciptaan langit, bumi dan segala isinya. Seluruh permohonannya dihadapkan kepada
Allah. Hal-hal seperti itu membuat orang-orang yang sudah beriman semakin bertambah cintanya
kepada Islam dan semakin kukuh keimanannya. Mereka sudah berketetapan hati meninggalkan
sesembahan nenek moyang mereka dan tidak takut siksaan orang-orang kafir yang membencinya.

Kalau orang lain telah Rasulullah ‫ ﷺ‬dakwahi bagaimana dengan keluarga beliau? Apakah beliau juga
berdakwah kepada paman-paman beliau yang sebagiannya merupakan para pembesar Quraisy yang
disegani? Apa yang mereka lakukan ketika mereka tahu bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬mengajak meninggalkan
sesembahan berhala yang telah begitu lama diwariskan oleh nenek moyang mereka.
JAMUAN MAKAN UNTUK KERABAT

Tidak ada yang lebih dicintai Rasulullah ‫ ﷺ‬daripada kaum kerabatnya sendiri. Setelah tiga tahun,
turunlah firman Allah yang memerintahkan agar beliau berdakwah kepada kerabatnya.

َِ ‫ْاْلَ ْقرَ بينَِ عَشيرَ َت‬


ِْ‫ك َوأَ ْنذر‬
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,

Surah Asy-Syu'ara' (26:214)

ْ ‫ك َو‬
ِْ‫اخفض‬ َِ ‫ا ْلم ْؤمنينَِ منَِ ا َّت َب َع‬
َِ َ‫ك لمَنِ جَ َناح‬
dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.

Surah Asy-Syu'ara' (26:215)

ِْ‫ك َفإن‬
َِ ‫ص ْو‬ ِْ ‫َتعْ مَلونَِ ممَّا بَريءِ إني َفق‬
َ ‫ل َع‬
Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap
apa yang kamu kerjakan;

Surah Asy-Syu'ara' (26:216)

ِ‫الرَّ حيمِ ا ْلعَزيزِ َعلَى َو َت َو َّك ْل‬


Dan bertawakkallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang,

Surah Asy-Syu'ara' (26:217)

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengundang makan keluarga besar beliau. Mereka pun datang,

"Muhammad beri aku arak!" seru seorang paman beliau yang bernama Zubair.

Namun Rasulullah SAW hanya menyuguhkan susu. Setelah mereka makan, Rasulullah ‫ ﷺ‬berdiri dan
berkata,

"Saya tidak melihat ada seorang manusia di kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke tengah-
tengah masyarakat lebih baik dari yang saya bawakan kepada kamu sekalian ini. Kubawakan kepada
kamu dunia dan akhirat yang terbaik. Allah telah menyuruhku mengajak kamu sekalian. Siapa di antara
kamu yang mau mendukungku?"

Setelah sesaat terpesona, semua orang menggerutu dan bangkit hendak pulang. Namun mereka
kembali terperangah ketika Ali bin Abu Thalib yang masih remaja bangkit seraya berseru lantang,

"Rasulullah saya akan membantumu! Saya adalah lawan siapa saja yang engkau tentang!"

Rasulullah ‫ ﷺ‬menepuk bahu Ali sambil berkata kepada yang lain,


"Inilah saudara saya, pembantu, dan pengganti saya. Ikuti dan patuhilah dia!"

Mendadak tawa hadirin meledak. Seseorang berkata kepada Abu Thalib,

"Ia memerintahkan engkau supaya mendengar dan mematuhi anakmu sendiri"

Kemudian, semua orang bubar begitu saja. Tidak seorang pun di antara para undangan yang tertawa
terbahak-bahak itu menyadari bahwa di antara mereka akan ditebas Ali memang bersungguh-sungguh
dengan kata-katanya itu.

WALID BIN MUGHIRAH

Pada awal kenabian, ada seorang bernama Walid bin Mughirah. Ia mempunyai dua sahabat yang
merupakan penyair hebat. Dengan syair-syairnya, mereka berusaha menjelek-jelekkan Rasulullah
SAW. Dengan syair, Walid mempengaruhi orang banyak dengan dua sahabat penyairnya.

PENDUDUK MEKAH TIDAK HIRAU

Meski ajaran Rasulullah ‫ ﷺ‬meluas dengan cepat, penduduk Mekah masih berhati-hati dan tidak terlalu
hirau. Mereka menduga ajakan Rasulullah ‫ ﷺ‬akan hilang dengan sendirinya dan orang akan kembali
menyembah kepercayaan nenek moyang mereka. Yang akhirnya, yang menang pasti Hubal, Latta dan
Uza pikir mereka, tidak sadar bahwa keimanan murni yang diajarkan Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak dapat
dikalahkan.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 30

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

SERUAN DARI BUKIT SHAFA

Rasulullah ‫ ﷺ‬menaiki Bukit Shafa. Kemudian dengan suara lantang, beliau memanggil-manggil,

"Wahai orang-orang Quraisy! Wahai orang-orang Quraisy!"

Penduduk Mekah yang sibuk dengan urusannya terkejut dan menoleh.

"Muhammad berseru dari atas Shafa!" seru mereka.

Seketika, orang-orang datang berduyun sambil bertanya-tanya khawatir,

"Ada apa?"

Rasulullah SAW memandang kerumunan orang di bawah yang menatapnya dengan wajah penuh
tanda tanya.

"Bagaimana pendapat kalian kalau kuberi tahu bahwa di balik-bukit ini ada pasukan berkuda yang siap
menyerbu. Percayakah kamu kepadaku?"

tanya Rasulullah ‫ﷺ‬.

"Kami percaya!" jawab orang-orang yang di berkerumun itu.

"Kami tidak akan meragukan kata-katamu. Tidak pernah kami mendengar engkau berdusta."

Rasulullah ‫ ﷺ‬menarik napas dan menyampaikan seruannya,

"Aku mengingatkan kalian sebelum datang siksa yang amat berat! Wahai orang-orang Quraisy, Allah
memerintahkan aku untuk memberi peringatan kepada kalian bahwa yang terbaik bagi kehidupan
dunia dan akhirat adalah mengucapkan kalimat 'Laa ilaaha illallaah Muhammadurrasulullah."

Sejenak orang-orang tampak terpesona. Namun, Abu Lahab yang juga hadir di situ, dengan cepat naik
darah. Ia berseru keras-keras mencaci Rasulullah ‫ﷺ‬,

"Celaka engkau, Muhammad! Binasa dan celakalah seluruh hari-harimu! Hanya untuk omong kosong
itukah kamu mengumpulkan kami?"

Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak berkata apa-apa dihina sekeras itu. Beliau hanya menatap tajam wajah Abu Lahab.
Setelah teriakan Abu Lahab itu, orang-orang Quraisy seperti disadarkan dari rasa terpesonanya.
Mereka bubar dengan bermacam tingkah. Ada yang mengerutkan kening, ada yang berbisik-bisik, ada
yang melirik Rasulullah SAW sambil tersenyum mencibir.

Hinaan Abu Lahab itu tidak dibiarkan Allah.Turunlah firman yang mengutuk perbuatan itu.
TURUNNYA SURAT AL-LAHAB

Allah berfirman: mengutuk Abu Lahab


ْ ‫َو َتبَِّ لَهَبِ أَبي َيدَا َتب‬
ِ‫َّت‬
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.

Surah Al-Lahab (111:1)

‫َكسَبَِ َومَا مَالهِ َع ْنهِ أَ ْغ َنىِ مَا‬


Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.

Surah Al-Lahab (111:2)

ِ‫لَهَبِ َذاتَِ َنارً ا َس َيصْ لَى‬


Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.

Surah Al-Lahab (111:3)

ِ‫ا ْلحَ َطبِ حَ مَّالَ َِة َوا ْمرَ أَته‬


Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar.

Surah Al-Lahab (111:4)

‫َمسَدِ منِْ حَ بْلِ جيدهَا في‬


Yang di lehernya ada tali dari sabut.

Surah Al-Lahab (111:5)

Wahai Abu Lahab, sekarang apa yang akan engkau katakan? Dengarlah, keponakanmu Muhammad
tidak akan pernah lagi bungkam terhadap orang yang menentangnya. Keponakanmu Muhammad
tidak akan pernah lagi menerima caci maki dan hinaan dari siapa pun sekali pun dari pamannya sendiri.
Jika caci maki itu ditujukan pada ajaran Allah yang dibawanya. Keponakanmu Muhammad bahkan siap
terjun ke medan laga untuk menghadapi orang-orang yang sombong dan congkak seperti dirimu.

Wahai Abu Lahab dengarkanlah! Dengarkanlah firman Allah yang baru turun itu! Bukankah firman itu
seperti gelegar petir yang menyambar dirimu?

Dirimulah yang binasa, Abu Lahab! Seluruh hari-harimulah yang binasa! Binasalah kedua tanganmu
dan sungguh engkau akan benar-benar binasa!
ABU LAHAB

Nama asli Abu Lahab adalah Abdul Uzza. Abu Lahab artinya si "Umpan Api".

Bisa dibayangkan betapa sakitnya hati Rasulullah ‫ ﷺ‬dihina Abu Lahab. Abu Lahab adalah paman
Rasulullah ‫ﷺ‬.

Lebih dari itu Rasulullah SAW menikahkan kedua putrinya, Ruqayyah dan Ummu Kultsum dengan ke
dua putra Abu Lahab, Utbah dan Utaibah.

UMMU JAMIL

Selain Abu Lahab, ada seorang lagi yang amat murka dengan turunnya Surat Al Lahab. Dia adalah
Ummu Jamil, istri Abu Lahab. Begitu mendengar bunyi Surat Al Lahab yang disampaikan orang
kepadanya, hati Ummu Jamil menggelegak marah. Ia keluar rumah dan berjalan ke sana kemari
mencari sasaran pelampaisan kemarahan. Tidak lama kemudian, ia bertemu dengan Abu Bakar.
Amarahnya naik ke ubun ubun.

"Apa maksud temanmu melantunkan syair tentang diriku?" bentak Ummu Jamil kepada Abu Bakar.

Abu Bakar mengerti bahwa yang dimaksud Ummu Jamil adalah Rasulullah. Sebenarnya, saat itu
Rasulullah ada di sisi Abu Bakar, tetapi Allah menutupi beliau dari pandangan Ummu Jamil.

"Demi Allah, temanku itu tidak pandai bersyair!" sanggah Abu Bakar.

"Bukankah temanmu itu mengatakan bahwa di leherku ada tali dari sabut yang dipintal?"

Ummu Jamil meraba-raba lehernya. Di leher itu, ada untaian kalung yang amat indah. Ia
mempertontonkan perhiasannya itu kepada Abu Bakar sampai Abu Bakar merasa jengah dan
memalingkan wajahnya.

"Inilah tali sabut yang dimaksud temanmu itu?" ejek Ummu Jamil sambil tersenyum. "Tidakkah ini
merupakan tali sabut paling indah di dunia?"

Ummu Jamil kemudian berlenggak-lenggok genit sambil mempermainkan kalungnya. Ia tertawa


dengan congkak. Abu Bakar tidak membalas, beliau cuma memejamkan mata.

Melihat Abu Bakar yang tetap tenang, Ummu Jamil melengos pergi sambil mengomel,

"Semua orang Quraisy tahu bahwa aku adalah putri kebanggaan mereka!"

Ummu Jamil adalah wanita yang sangat cantik. Ummu Jamil berarti "Ibu Kecantikan". Namun, seperti
suaminya, Ummu Jamil sangat membenci Rasulullah dan kaum Muslimin. Begitu bencinya sampai ia
menyuruh budak-budaknya melemparkan kotoran dan batu kepada Rasulullah setiap kali beliau
lewat.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 31

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

MINTA MUKJIZAT

Bersungguh-sungguh atau hanya sekedar mengejek, orang-orang Quraisy sering meminta mukjizat
kepada Rasulullah.

"Kalau Tuhanmu bisa menurunkan mukjizat, kami pasti akan beriman kepadamu!" demikian seru salah
seorang dari mereka kepada Rasulullah.

"Muhammad! Kalau engkau benar benar Rasulullah, mintalah Tuhan agar menyulap Bukit Shafa dan
Marwa menjadi bukit-bukit emas!" seru yang lain.

"Ya, itu benar! Tetapi kalau Tuhanmu tidak sanggup membuat bukit emas, cobalah turunkan ayat-ayat
Allah itu dalam sebuah kitab yang diturunkan langsung dari langit! Itu pun sudah akan membuat kami
beriman!"

Rasulullah tidak menanggapi permintaan-permintaan aneh itu. Melihat Rasulullah yang tetap diam
dan tenang, orang-orang Quraisy jadi semakin kesal. Dari waktu ke waktu, sering di muka umum dan
disaksikan orang banyak, mereka mengajukan permintaan-permintaan lain yang lebih mustahil.

"Muhammad, kami dengar engkau sering membicarakan Jibril. Mengapa engkau tidak menampakkan
Jibril di hadapan kami agar kami yakin?"

"Muhammad, kalau Tuhammu memang sehebat yang engkau katakan, mintalah Ia menghidupkan
orangtua-orangtua kami yang sudah mati!"

"Muhammad, katamu engkau membawa agama kasih sayang buat seluruh alam! Kalau begitu,
mintalah Tuhanmu agar memunculkan mata air yang lebih sedap dari sumur Zamzam! Bukankah
engkau tahu bahwa penduduk Mekah sangat memerlukan air?"

"Ya, setidaknya mintalah Tuhanmu melenyapkan bukit-bukit yang mengurung Mekah agar kota ini
dapat mudah dicapai orang dari arah mana pun!"

JAWABAN UNTUK KAUM QURAISY

Allah sendirilah yang menjawab permintaan-permintaan itu melalui firman-Nya:

ِ‫ل ق ْل‬ ِ َ ِ‫ل َن ْفعًا ل َن ْفسي أَمْلك‬


ِ َ ‫ض ًّرا َو‬ َِّ ۚ ِْ‫ل أََِنا إنِْ ۚ السُّوءِ َمسَّنيَِ َومَا ا ْل َخيْرِ منَِ َلسْ َت ْك َثرْ تِ ا ْل َغيْبَِ أَعْ لَمِ ك ْنتِ َولَو‬
َِّ ‫هللا َشا َِء مَا إ‬
َ ‫ل‬ َِّ ‫َوبَشيرِ َنذيرِ إ‬
ِ‫ي ْؤمنونَِ ل َق ْوم‬
Katakanlah: Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak
kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah
aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak
lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.

Surah Al-A'raf (7:188)


Melalui ayat ini, Allah menyuruh Rasulullah mengatakan, "Wahai orang Quraisy, aku hanyalah seorang
pemberi peringatan. Bukankah aku tidak meminta kepadamu hal-hal di luar kemampuan akal?
Mengapa kamu justru memintaku menunjukkan hal-hal yang tidak masuk akal?

"Wahai orang Quraisy, bukankah Al Qur'an itu sendiri merupakan sebuah mukjizat? Kemudian,
mengapa kamu masih meminta mukjizat yang lain? Apakah jika mukjizat itu benar-benar diturunkan,
kamu akan beriman kepadaku? Bukankah jika mukjizat itu turun, kamu akan mengatakan bahwa aku
hanyalah seorang penyihir yang mengada-ada?

"Wahai orang Quraisy, kalau kamu tidak mau menyembah Allah dan tetap menyembah berhala,
mengapa tidak kamu minta saja mukjizat-mukjizat tadi kepada para berhala itu? Bukankah kamu tahu
bahwa berhala-berhala itu tidak dapat mendatangkan kebajikan? Bukankah mereka tidak bergerak,
tidak hidup, dan hanya terbuat dari batu dan kayu? Bukankah mereka tidak dapat membela diri jika
ada orang yang datang dan menghancurkannya?

Demikianlah, Rasulullah menjawab dengan kata-kata yang tidak dapat lagi dibantah kebenarannya.
Namun, apakah orang-orang kafir itu seketika mau menerima Islam? Tidak, mereka bahkan melakukan
hal-hal lain untuk menyingkirkan Rasulullah.

AMMARAH BIN WALID

Sekali pun tidak memeluk Islam, Abu Thalib adalah pelindung Rasulullah. Jika ada orang yang
membahayakan Rasulullah, Abu Thalib dan kabilahnya siap membelanya sampai titik darah
penghabisan. Tidak ada musuh Rasulullah yang berani membunuh beliau tanpa menghadapi Abu
Thalib dan kabilahnya. Karena mengetahui kokohnya perlindungan Abu Thalib ini, para pemuka
Quraisy mendatangi orangtua itu di rumahnya.

"Abu Thalib," demikian mereka mengajak bicara,

"keponakanmu itu sudah memaki berhala-berhala kita, mencaci agama kita, dan menganggap sesat
nenek moyang kita. Engkau harus menghentikan dia sekarang. Jika tidak, biarlah kami yang akan
menghadapinya. Kalau kamu melindunginya juga, biar kabilah-kabilah kami yang akan menghadapi
kabilahmu."

Abu Thalib menghela napas berat,

"Demi Tuhan Ka'bah, biar seluruh Mekah menghalangi jalanku, aku akan tetap melindungi
kemenakanku itu."

Para pemimpin Quraisy itu saling berpandangan, lalu pergi tanpa berkata apa-apa. Bagaimanapun,
mereka belum sanggup menghadapi perang saudara yang akan menghancurkan kota Mekah. Mereka
memutar akal dan menemukan muslihat lain.

Para pemimpin Quraisy itu kembali mendatangi Abu Thalib sambil membawa serta Ammarah bin
Walid. Ia adalah pemuda Quraisy yang gagah perkasa dan paling tampan wajahnya.

"Ambillah dia! Jadikan dia sebagai anak. Ia jadi milikmu. Namun, serahkanlah keponakanmu yang
menyalahi agama kita dan agama nenek moyang kita, yang memecah belah persatuan kita itu untuk
kami bunuh!"
"Bagaimana, Abu Thalib? Bukankah ini pertukaran yang adil? Seorang laki-laki ditukar pula dengan
seorang laki-laki!"

Wajah Abu Thalib berubah murka. Dengan mata menyala, ditatapinya para bangsawan itu satu demi
satu.

"Betapa buruknya tawaran kalian kepadaku ini!" geram Abu Thalib.

"Bayangkan, kalian memberikan anakmu kepadaku untuk aku beri makan, sedangkan aku harus
menyerahkan anakku untuk kalian bunuh! Demi Tuhan Ka'bah, ini adalah hal yang tidak boleh terjadi
buat selamanya!"

Abu Thalib adalah pemimpin kabilah Bani Hasyim. Kini Bani Hasyim terpecah dua. Kaum miskinnya
membela Abu Thalib, sedang kaum kayanya membela Abu Lahab.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 32

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

DAHSYATNYA IMAN

Abu Thalib memanggil Rasulullah dan berkata,

"Muhammad, orang-orang Quraisy kembali datang padaku dan mengatakan, 'Wahai Abu Thalib,
engkau adalah orang terhormat dan terpandang di kalangan kami. Oleh karena itu, kami meminta
baik-baik kepadamu untuk menghentikan keponakanmu itu, tetapi tidak juga engkau lakukan.
Ingatlah, kami tidak akan tinggal diam terhadap orang yang memaki nenek moyang kita, tidak
menghargai harapan-harapan kita, dan mencela berhala-berhala kita. Suruh diam dia atau kami lawan
dia hingga salah satu pihak nanti binasa! ' "

Abu Thalib memandang wajah keponakannya lekat-lekat, hampir seperti memohon, lalu katanya,

"Jagalah Aku, Nak. Jaga juga dirimu. Jangan Aku dibebani dengan hal-hal yang tidak dapat kupikul. "

Rasullullah tertegun. Beliau tahu, pamannya seolah sudah tidak berdaya lagi membelanya. Pamannya
hendak meninggalkan dan melepasnya. Sementara itu, kaum muslimin masih lemah dan belum
mampu membela diri. Namun, semua diserahkan pada kehendak Allah. Rasullullah bertekad untuk
terus berdakwah. Lebih baik mati membawa iman daripada menyerah atau ragu-ragu.

Oleh karena itu, dengan seluruh kekuatan jiwa, Rasulullah berkata,

"Paman, demi Allah, kalau pun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan
kiriku agar aku meninggalkan tugas ini, sungguh tidak akan kutinggalkan. Biar nanti Allah yang akan
membuktikan apakah kemenangan itu ada di tanganku atau aku binasa karenanya."

Begitulah kedahsyatan iman Rasulullah. Abu Thalib sampai tertegun dan gemetar mendengar tekad
keponakannya itu. Rasulullah pergi sambil menitikkan airmata, tetapi Abu Thalib memanggilnya
kembali sambil berkata,

"Anakku katakanlah sekehendakmu. Aku tidak akan menyerahkan engkau apa pun yang terjadi."

UTSMAN DAN RUQAYYAH

Sore itu, Rasulullah pulang ke rumah dengan hati yang sangat sedih. Seharian, beliau melihat para
pengikutnya disiksa.

Betapa berat penderitaan orang-orang Muslim saat itu. Khadijah menghampiri suaminya tercinta.
Dihibur dan dikuatkannya kembali diri Rasulullah .

Tiba-tiba, pintu terbuka. Ruqayyah, putri kedua Rasulullah, tiba-tiba masuk sambil menangis.
Ruqayyah mendekap pangkuan ibunya sambil menangis tersedu-sedu.

"Ada apa, sayang?" tanya Khadijah begitu lembut, menutupi kekhawatirannya sendiri akan berita
buruk yang dibawa putrinya itu.
"Suamiku menceraikan aku, Bunda," isak Ruqayyah. "Ayah mertuaku, Abu Lahab, menyuruh suamiku
menceraikan aku dan suamiku menurut. Ia dijanjikan akan dinikahkan kembali dengan putri
bangsawan."

Rasulullah dan Khadijah saling bertatapan sedih. Sudah sekejam itu Abu Lahab bertindak untuk
menyakiti Rasulullah dan keluarganya.

"Ummu Jamil, ibu mertuaku, merobek-robek bajuku," lanjut Ruqayyah pilu. "Abu Lahab memukuliku.
Abu Lahab, Ummu Jamil, dan suamiku, Utbah, bersumpah tidak akan menerima lagi kehadiranku
selama ayah masih tetap mendakwahkan Islam."

Seberapa pun tabahnya Khadijah, akhirnya air matanya menitik juga melihat putrinya yang kini
menjadi orang terusir. Dengan lembut, Rasulullah memeluk putrinya itu dan menghapus air mata di
pipinya.

"Aku lebih sayang Ayah dan Bunda daripada siapa pun di dunia ini," bisik Ruqayyah kepada Rasulullah.

Dengan hati pilu, Rasulullah pergi menemui Abu Bakar. Rasulullah menceritakan kejadian yang
menimpa Ruqayyah.

"Ya Rasulullah," kata Abu Bakar dengan lembut.

"Sebenarnya, dari dulu, Utsman bin Affan sudah menaruh hati pada Ruqayyah, tetapi Utbah
mendahuluinya. Utsman sangat menyesal tidak dapat menyunting putri Anda."

Mendengar penuturan Abu Bakar, Rasulullah pun kemudian menikahkan Utsman dengan Ruqayyah.
Untuk sementara, berakhir satu kesedihan.

Masih banyak lagi cobaan dan ujian lain yang akan mendera Rasulullah, keluarga, dan para
sahabatnya.

DURI-DURI DI JALAN

Gangguan Ummu Jamil dan Abu Lahab semakin menjadi jadi. Setiap kali Rasulullah ‫ ﷺ‬berjalan untuk
menemui para pengikutnya, setiap itu pula beliau menemukan duri-duri bertebaran di jalan. Perlahan
dan berhati-hati, Rasulullah ‫ ﷺ‬melangkah agar duri tidak menembus kakinya. Namun, hampir setiap
kali pula dalam keadaan itu, kotoran dan batu melayang ke arah beliau.

Suara tawa melengking terdengar jika Rasulullah ‫ ﷺ‬tengah sibuk menghindari lemparan batu dan
kotoran. Sambil menghapus kotoran yang melekat di pakaian, Rasulullah menoleh ke arah suara tawa.
Ummu Jamil dan Abu Lahab kelihatan begitu menikmati penderitaan Rasulullah ‫ﷺ‬. Ummu Jamil
berpakaian mencolok dan selalu menatap Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan tatapan menghina

"Lihat!" lengking Ummu Jamil,

"Inilah Muhammad, anak gembel yang berani membawa agama baru! Agama yang dikiranya dapat
menyamakan kedudukan para bangsawan dan budak!"

Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak berkata apa-apa untuk membalas. Beliau hanya balik menatap dengan tatapan yang
tajam.
"Percuma kamu banyak berkata, istriku! Telinganya sudah tuli!" Sembur Abu Lahab. "Hai, para budak!
Lanjutkan kesenangan kalian!”

Seketika itu juga, budak-budak kuat bertubuh besar milik Abu Lahab dan Ummu Jamil kembali
melempari Rasullulah ‫ ﷺ‬dengan batu, kotoran, dan pasir. Diperlakukan seperti itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak
membalas sedikit pun. Beliau hanya menghindar, menahan sakit, seraya bersabar dan terus bersabar.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 33

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

BILAL BIN RABBAH

Beberapa pengikut Rasulullah yang pertama berasal dari kalangan miskin dan lemah. Ajaran Islam
yang melarang penindasan membuat banyak budak dengan segera menjadi seorang Muslim. Namun,
jika tuan mereka tahu akan hal ini, para budak itu dipaksa harus memilih:

kembali menyembah berhala atau disiksa habis-habisan.

"Lemparkan dia dan baringkan tubuhnya di atas pasir!" raung Umayyah bin Khalaf Al Juhmi. Rupanya,
ia sangat murka mengetahui seorang budaknya, Bilal bin Rabbah, menjadi pengikut Rasulullah. Lebih
murka lagi ia ketika tahu bahwa Bilal, si pemuda hitam itu, lebih memilih menghadapi siksa dan
membangkang kehendaknya daripada harus keluar dari agama barunya itu.

Orang-orang suruhan Umayyah membuka seluruh baju Bilal. Kemudian, budak malang itu
ditelentangkan di atas padang pasir yang panasnya begitu menyengat saat matahari berada di atas
kepala.

"Budak jelek, engkau akan diperlakukan seperti ini hingga engkau mati atau engkau mengingkari
Muhammad dan kembali menyembah Lata dan Uzza!".

Menghadapi ancaman itu, Bilal hanya berkata,

"Ahad! Ahad!" ("Maha Esa Allah! Maha Esa Allah! ")

Suara cambuk memerihkan telinga ketika Bilal disiksa, "Ahad! Ahad!"

"Letakkan batu besar di atas dadanya!" raung Umayyah.

Bilal merasa dadanya hampir remuk dan terasa sesak sekali, sehingga nyaris ia tidak dapat lagi
bernapas atau pun bersuara, tetapi ia tetap melantunkan kalimat juangngya. "Ahad! Ahad! Ahad!"

Ibu Bilal, Hamamah, juga disiksa tuannya. Menurut suatu riwayat, ia gugur dalam penyiksaan itu dan
wafat sebagai syuhada.

(Dalam riwayat yang lain, Hamamah, dimerdekakan Rasulullah).


KHALID BIN SA'ID

Seperti Bilal, Khalid bin Sa'id termasuk orang-orang pertama yang beriman. Khalid adalah orang ke
kelima yang masuk Islam. Ia bermimpi akan jatuh ke jurang api, tapi diselamatkan oleh seseorang yang
ternyata ia adalah Rasulullah SAW.

SIKSAAN DEMI SIKSAAN

Setelah melihat Umayyah menyiksa Bilal sedemikian kejam, para pemilik budak dan pembesar Quraisy
yang lain ikut menyiksa para budak mereka yang ketahuan memeluk agama Islam. Beragam siksaan
sangat kejam ditimpakan kepada para pemeluk Islam pertama itu.

"Hukuman apa yang harus kutimpakan kepada budak pembangkang ini, Tuan?" Tanya algojo.

Sang Tuan tersenyum sinis, "Cambuk dia sampai tanganmu tidak mampu lagi!"

Algojo melaksanakan tugasnya dengan patuh. Suara lecutan cambuk disertai erangan orang terdengar
dari detik ke detik. Setiap lecutan membuat rasa sakit lebih perih dari lecutan sebelumnya. Sebagian
orang yang kuat bertahan hingga pingsan. Sebagian yang lain gugur karena tidak kuat menahan derita.

Lebih dari itu, ternyata bukan hanya cambuk yang bicara.

"Buka pakaiannya!" perintah seorang bangsawan kepada tukang pukulnya.

Beberapa budak Muslim yang malang itu segera saja menjadi tidak berbaju.

"Pakaikan mereka pakaian besi yang ketat menempel di kulit!" seringai sang bangsawan.

Para tukang pukul segera menurut.

"Sekarang, bakar baju besi yang telah dikenakan itu!" seru bangsawan dengan buas.

Jerit kesakitan budak-budak Muslim itu amat memilukan karena baju besi yang dibakar itu
menghanguskan seluruh kulit tubuh mereka.

UMMU UBAIS DAN ZINNIRAH

Ummu Ubais dan Zinnirah adalah dua perempuan Muslim yang disiksa sampai jadi buta. Orang-orang
Quraisy mengejek dengan mengatakan bahwa kebutaan itu disebabkan mereka dikutuk berhala.

Akan tetapi, dengan izin Allah, keduanya kemudian dapat melihat lagi sehingga orang-orang Muslim
dapat membalas ejekan orang-orang kafir.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 34

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

SYAHIDAH PERTAMA

Sabar, demikian sabda Rasulullah ‫ﷺ‬, setiap kali para pengikutnya mengadukan penderitaan mereka.
Saat itu memang tidak ada lagi yang dapat diperbuat selain sabar sampai mati. Sabar yang demikian
membuat para pemeluk Muslim pertama sanggup menanggung derita siksa di luar batas kemampuan
fisik manusia.

Khabbab bin Al Arat pernah meminta agar Rasulullah ‫ ﷺ‬berdo'a kepada Allah dalam menghadapi
penindasan ini. Mendengar ini, Rasulullah duduk dengan wajah merah padam seraya bersabda,

"Sungguh telah terjadi sebelum kamu, ada orang yang disisir badannya dengan sisir besi hingga
dagingnya mengelupas dan terlihat tulang-tulangnya. Akan tetapi, ia tetap teguh memegang
keyakinannya. Allah ِ‫ َتعَالَى وَِ س ْبحَ ا َنه‬akan menyempurnakan urusan ini sampai seorang penunggang kuda
berjalan dari Shan'a ke Hadramaut dan ia tidak takut kecuali kepada Allah. Ingatlah, serigala akan tetap
ada di tengah-tengah gembalaan, hanya saja kalian lengah."

Sumayyah adalah ibu Ammar bin Yasir. Beserta suami dan anaknya, Sumayyah disiksa karena
mengikuti ajaran Rasulullah. Ia diseret di jalan-jalan Kota Mekah, lalu dilempar ke padang pasir.

"Pukuli dia! Pukuli dia sekuat-kuatnya!" Perintah Abu Jahal.

Sumayyah pun dipukuli sampai pingsan. Kejadian ini dilakukan berulang-ulang selama berhari-hari.
Namun, semakin sakit tubuhnya, iman Sumayyah malah semakin tinggi.

"Engkau mengikuti Muhammad karena tertarik pada ketampanannya!" ejek Abu Jahal.

"Tidak," geleng Sumayyah,

"Aku mengikuti Rasulullah karena percaya pada apa yang beliau sampaikan. Aku mengikuti Rasulullah
karena beliau mengajarkan ada Tuhan yang lebih patut disembah daripada berhala-berhala kalian!"

Akhirnya, kesabaran Abu Jahal pun habis. Dia mengambil tombak dan menusuk Sumayyah.

Sumayyah tercatat dalam sejarah sebagai perempuan muslim pertama yang syahid (syahidah) karena
membela Islam.

Surga Untuk Keluarga Yasir

Ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬menyaksikan Yasir, Sumayyah dan putra Yasir yang bernama Ammar disiksa habis-
habisan, beliau bersabda, "Sabar wahai keluarga Yasir, tempat yang telah dijanjikan bagi kalian adalah
surga."
PENEBUSAN

Melihat saudara-saudara baru mereka disiksa demikian kejam, Abu Bakar, Utsman bin Affan, dan
semua orang kaya yang beriman segera bertindak. Abu Bakar mendatangi Umayyah bin Khalaf yang
sedang menyiksa Bilal.

"Bebaskan dia," pinta Abu Bakar.

"Tidak!" Cibir Umayyah.

"Engkau dan temanmu telah meracuni pikirannya! Justru aku yang minta kamu menghentikan
pengaruh jahatmu terhadap budakku ini!"

Abu Bakar merasa bahwa hati Umayyah tidak mungkin dibujuk lagi, maka dia segera mengajukan
penawaran.

"Kubeli Bilal darimu! Lihat, ini lima uqiyah emas! Ambil uang itu, dan berikan Bilal kepadaku!"

Dengan seringai penuh kemenangan, Umayyah menyambar uang-uang emas itu.

"Wahai Abu Bakar! Andaikata engkau menawar satu uqiyah saja, sudah tentu aku menjualnya! Dia
sudah tidak berharga lagi bagiku!"

Wajah Abu Bakar memerah, bukan karena marah, melainkan karena dipenuhi rasa bahagia bisa
menolong saudaranya yang tertindas.

"Jangan hanya lima uqiyah" ujar Abu Bakar sepenuh hatinya, "Andaikan engkau menjual seratus
uqiyah pun, aku akan tetap membelinya!"

Kini giliran wajah Umayyah yang memerah. Terbayang keuntungan yang akan didapatnya seandainya
ia menawar lebih tinggi lagi.

Abu Bakar yang baik hati kemudian membebaskan Bilal. Tidak berhenti sampai di situ, beliau pun terus
menggunakan hartanya untuk membebaskan lima kaum muslimin lain yang tengah disiksa. Budak
terakhir yang dibebaskan adalah budak milik Umar bin Khattab.

Orang-orang Quraisy mengejek Abu Bakar, "Alangkah sia-sianya Abu Bakar itu! Dia membuang-buang
uang untuk membebaskan orang!"

Namun, semangat Abu Bakar justru membakar kaum muslimin lain untuk turut berusaha keras
membebaskan saudara-saudara mereka.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 35

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

DARUL ARQAM

Waktu terus berjalan. Kegigihan dakwah Rasulullah ‫ ﷺ‬mulai berbuah, sedikit demi sedikit, para
pemeluk Islam mulai bertambah. Rumah Rasulullah yang kecil itu mulai terasa sempit.

"Ya Rasulullah, alangkah baiknya jika kita memindahkan tempat pertemuan ke rumahku," usul Arqam.
"Rumahku cukup luas untuk menampung jumlah kita yang sudah puluhan orang. Lagi pula, letaknya
ada di puncak bukit. Orang-orang jahat tidak mudah mencapai tempat itu untuk mengganggu kita."

Rasulullah pun setuju. Oleh karena itu, pertemuan setiap malam pun pindah ke rumah Arqam.
Sebagian pemeluk Islam waktu itu adalah orang-orang lemah: para budak, buruh, orang miskin,
perempuan-perempuan fakir, serta orang tertindas lain. Sisanya adalah golongan orang terpelajar dan
pedagang kaya.

Sebenarnya, kebanyakan pedagang mulanya agak ragu.

"Bagaimana jika nanti ajaran baru ini menutup Mekah dari rombongan saudagar dari tempat-tempat
lain? Kalau demikian yang terjadi, kita akan bangkrut." Ujar seorang pedagang.

Namun, keraguan itu ditepis Rasulullah. Islam tidak akan menutup Mekah. Islam juga tidak akan
mengubah musim ziarah ketika justru banyak pedagang mancanegara berdatangan ke Mekah. Islam
tidak melarang semua itu.

Hal yang dilarang adalah:

1. Menyembah berhala
2. Menyerahkan persembahan dan korban kepada bangsawan Quraisy
3. Bertelanjang ketika thawaf di Ka'bah
4. Menyelenggarakan pelacuran
5. Mengeluarkan kata-kata kotor dan tindakan buruk lain saat melaksanakan ziarah

RENCANA PARA PEMUDA QURAISY

Setelah mendengar penjelasan Rasulullah, para pedagang pun merasa lega. Kebanyakan mereka
bukan pedagang budak dan tidak menarik untung dari korban yang dipersembahkan untuk
bangsawan-bangsawan Quraisy. Iman mereka pun semakin kuat.

Melihat Islam semakin dicintai para pengikutnya, para pembesar Quraisy pun menyusun rencana
lain...

"Apa yang harus kita lakukan?" teriak seorang pemuka Quraisy. "Abu Bakar dan teman-temannya
terus membebaskan budak-budak kita! Tidak ada jalan lain, bunuh budak-budak itu agar yang lain
ketakutan!"
"Tidak," geleng Abu Jahal lemah. "Sumayyah telah kubunuh, tapi itu tidak membuat yang lain takut.
Cari saja cara yang lain!"

Seorang pemuka Quraisy berdiri cepat, "Pukuli Muhammad sampai remuk! Dengan demikian,
wibawanya akan hancur dan pengikutnya pun bubar ketakutan!"

"Namun, keluarga Muhammad dari Bani Hasyim akan membelanya!" lengking yang lain.

"Siapa? Abu Thalib sudah terlalu tua! Yang harus kita takuti dari Bani Hasyim adalah Hamzah! Namun,
engkau lihat sendiri, Hamzah sibuk berfoya-foya sendiri! Ia tidak peduli pada nasib keponakannya itu!
Pilihlah dua orang yang paling ditakuti di Mekah untuk melaksanakan tugas ini!"

Sejenak, orang-orang terdiam sambil memandang berkeliling. Kemudian, seorang dari mereka
menunjukkan jarinya kepada pemuda bertubuh tinggi besar, "Engkau, Umar bin Khattab! Engkau dan
Abu Jahal! Tidak ada orang lain yang berani melawan kalau kalian memukuli Muhammad!"

Orang-orang berseru "setuju."

"Sabar," tiba-tiba seseorang berseru, "langkah awal bukanlah serangan fisik! Hancurkan dulu
wibawanya! Ku usulkan agar kita suruh para budak melempari Muhammad dan meneriakinya sebagai
pembohong, orang gila, dan tukang sihir!"

Usul itu disetujui. Mulai hari itu, setiap Rasulullah melewati jalan-jalan di Mekah, para budak, para
wanita yang nasibnya justru sedang diperjuangkan Rasulullah, meneriaki beliau, "Pembohong besar!
Orang gila! Tukang sihir!"

Suara mereka keras dan tajam layaknya orang sedang mengusir kucing yang masuk dapur. Kemudian,
apa yang terjadi jika Abu Jahal atau Umar mulai memukuli Rasulullah

KUDA JANTAN

Saat itu merupakan masa yang berat bagi Rasulullah. Beliau pergi ke sebuah tempat yang teduh,
berbaring di atas batu, dan berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. Tidak ada yang lebih
menyakitkan dibanding cacian dan celaan dari orang-orang yang justru sedang diperjuangkan
Rasulullah mati-matian.

Sementara itu, di depan Ka'bah, Abu Jahal berkoar di depan teman temannya, "Aku bersumpah untuk
menghantam kepala Muhammad dengan sebuah batu ketika dia sedang sujud kepada Tuhannya!"

Beberapa orang bersorak memberi semangat, sedangkan yang lain saling pandang dengan terkejut.
Itu adalah sebuah tindakan kejam yang dapat menimbulkan kematian. Jika Muhammad meninggal,
Bani Hasyim pasti akan menuntut balas dan Mekah akan terpecah oleh perang saudara. Namun, Abu
Jahal telah mengucapkan sumpah yang tidak dapat ditarik lagi tanpa mencoreng mukanya sendiri.
Oleh karena itu, mereka memilih untuk mengamati apa yang terjadi dengan dada berdebar-debar.

Kesempatan yang ditunggu Abu Jahal pun tiba. Saat itu, Rasulullah sedang shalat di depan Ka'bah.
Ketika beliau sujud, Abu Jahal dengan cepat melangkah mendekat. Kedua tanganya yang
menggenggam batu terangkat tinggi-tinggi, matanya menyala buas.

Namun, ketika batu akan dihujamkan sekuat tenaga, mendadak Abu Jahal berbalik pergi. Batu di
tangannya lepas dan wajahnya pucat ketakutan.

"Ada apa?" semua teman- temannya bertanya kebingungan.


Dengan napas tersendat-sendat, Abu Jahal berkata, "Demi Tuhan, di depanku tadi berdiri seekor kuda
jantan. Belum pernah aku menyaksikan seekor kuda jantan serupa itu. Kepala, tengkuk, dan giginya
sungguh mengerikan. Aku yakin dia akan menelanku seandainya batu tadi kuhantamkan!"

Abu Jahal pergi cepat-cepat untuk menenangkan diri.

Orang-orang memandang Rasulullah dengan heran dan takjub. Sementara itu, Rasulullah tetap
melanjutkan shalat dengan khusyuk. Wajah beliau begitu teduh dan tenteram.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 36

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

SINGA PADANG PASIR

Orang-orang terus menertawakan Rasulullah setiap kali lewat. "Pembohong besar! Orang gila! Tukang
sihir!"

Abu Jahal terus menyemangati orang-orang yang mengejek sambil kerap kali melontarkan caci maki
juga.

Rasulullah mendadak berhenti melangkah. Beliau berpaling dengan tenang menghadap Abu Jahal,
dengan sorot matanya tajam. Abu Jahal berhenti dan terdiam. Dengan wajah sayu penuh belas
kasihan, Rasulullah memandang orang-orang kecil yang mengejeknya. Seketika, sorak-sorai pun
mereda. Semua orang yang berada di sekitar tempat itu terpesona melihat keadaan Rasulullah. Baru
kali ini mereka seolah disadarkan, betapa menyakitkannya ejekan mereka itu diterima Rasulullah.

Sorot mata Rasulullah seolah berkata, "Mengapa kalian mengejekku? Bukankah aku sedang berjuang
menyelamatkan kalian dari kekejaman bangsa Quraisy dengan membawa Islam yang mulia?
Seandainya kalian tahu, ejekan Abu Jahal itu tidak begitu menyakitkan dibanding kata-kata kalian,
sebab kepada kalianlah Allah meyuruhku menebar kasih sayang."

Tanpa sepatah kata pun, Rasulullah berlalu. Orang-orang bubar dengan membawa perasaan masing-
masing. Tatapan Rasulullah tadi sangat berkesan di hati seorang budak perempuan. Ketika budak itu
berjalan pulang, ia melihat Hamzah bin Abdul Muthalib datang.

Hamzah adalah paman Nabi, usia mereka hampir sebaya. Dari kecil, Rasulullah dan Hamzah
dibesarkan bersama, bermain bersama, dan menjadi sahabat karib. Karena itulah Hamzah begitu
menyayangi Rasulullah.

Hamzah berjalan gagah dan bangga memasuki Mekah. Ia betul-betul laki-laki perkasa dengan
perawakan tinggi dan kekar. Dengan wajah angkuh, Hamzah melangkah sambil menyandang
busurnya. Ia habis berburu.

Orang-orang yang melihatnya pun berbisik kagum. Namun, budak perempuan tadi merasa ada yang
janggal, mengapa orang segagah ini tidak membela Muhammad, keponakannya sendiri?

Mengapa ia bisa setenang itu?

Tahukah ia bahwa Muhammad keponakannya, dicaci maki orang?


Muhammad dihina pemimpin kabilah lain yang menjadi saingan Bani Hasyim!

Pantaskah ia disebut sebagai pemuda perkasa yang pantang menyerah pada lawan, sedangkan ia tidak
berbuat apa pun ketika seorang keluarga Bani Hasyim dicaci maki orang?

Dengan dada hampir meluap, budak perempuan itu menegur Hamzah, "Tuan, tidak tahukah Anda apa
yang menimpa kemenakanmu itu?"

Hamzah berhenti dan budak perempuan itu menceritakan apa yang dilihatnya. Dalam sekejap saja,
wajah Hamzah memerah. Tanpa berkata apa pun, ia berbalik menuju Ka'bah dengan langkah
bergegas. Ia mencari Abu Jahal.

KEBIMBANGAN HAMZAH

Di depan Ka'bah, Abu Jahal bercerita kepada beberapa temannya, "Puas rasanya melihat Muhammad
dicaci begitu banyak orang", ujar Abu Jahal, "Kalau kuberi semangat sedikit lagi, bukan tidak mungkin
mereka akan memukulinya."

Teman-temannya terlihat ikut bersemangat. Beberapa orang mulai ikut bicara, tetapi mendadak
semuanya terdiam dan memandang ke satu arah. Abu Jahal ikut menoleh dan seketika
kerongkongannya tercekat. Hamzah bin Abdul Muthalib, sang pahlawan Bani Hasyim, menjulang di
belakangnya dengan mata menyala tanpa ampun.

"Beraninya engkau mencaci maki Muhammad, padahal aku telah memeluk agamanya? Coba lakukan
penghinaanmu kepadaku jika engkau benar-benar jantan!"

Setelah berkata begitu, Hamzah melayangkan busurnya. Bunyinya mendecit, cepat , dan keras
sehingga kepala Abu Jahal pun terluka.

Beberapa teman Abu Jahal serempak berdiri. Tampaknya, perkelahian tidak terhindarkan lagi. Ketika
Abu Jahal melihat ini, ia mengangkat tangan untuk mencegah teman temannya. Abu Jahal yakin,
dalam keadaan seperti itu, Hamzah tidak akan ragu-ragu membunuh orang.

Dengan napas tersengal, Abu Jahal memegangi kepalanya. Ia berkata sambil menahan marah, "Kita
tinggalkan saja dia! Aku memang telah mencaci maki kemenakannya."

Mereka pun pergi dengan geram dan murung. Namun, hati Hamzah belum lagi lega. Ia pulang dengan
bimbang, "Mengapa begitu mudah kutinggalkan agama nenek moyangku?"

Setelah melewati malam yang gelisah, Hamzah akhirnya berdoa, "Ya Tuhan, jika Muhammad benar,
teguhkanlah hatiku. Jika Muhammad salah, jauhkanlah aku darinya!"

Hamzah menemui Rasulullah dengan sedih dan menceritakan semua kegelisahan hatinya. Rasulullah
lalu membacakan beberapa ayat Al Qur'an.

Perlahan, hati Hamzah dipenuhi rasa tenang, haru, dan kagum. Dengan bulat hati, ia pun berkata,

"Aku menyaksikan bahwa engkau itu sungguh benar, maka itu tampakkanlah agamamu, hai anak
saudaraku!"

Bukan main bersyukurnya Rasulullah. Kini, Islam telah memiliki benteng yang kuat dalam menghadapi
kekerasan Quraisy. Hamzah memeluk Islam pada akhir tahun ke enam kenabian (nubuwwah).
Orang-orang Quraisy tidak putus asa, Mereka mempunyai cara lain untuk menekan perjuangan
Rasulullah.

SINGA ALLAH DAN SINGA RASUL-NYA

Kemudian seluruh kegagahan Hamzah dibaktikannya untuk membela Allah dan agama-Nya, sehingga
Rasulullah memberi Hamzah julukan istimewa, Singa Allah dan Singa Rasulullah. Hamzah adalah
komandan Sariyah yang pertama.

Sariyah adalah pasukan Muslim yang berangkat tanpa disertai Rasulullah.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 37

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

TAWARAN UTBAH BIN RABI'AH

"Sesak dadaku melihat Muhammad dan para pengikutnya!" teriak seorang pembesar Quraisy. "Setiap
hari mereka semakin kuat!" geram yang lain. "Semua gangguan dan siksaan kita seolah tidak
berpengaruh apa-apa. Sangat mengherankan!" gerutu yang lain menggelengkan kepala.

Ketika suasana bertambah panas, Utbah bin Rabi'ah berdiri. Semua orang memandangnya dan
menunggu.

"Kalau jalan kekerasan tidak membuahkan hasil, sudah saatnya kita mencoba cara lain, " kata Utbah
bin Rabi'ah.

Suaranya pelan dan tenang.

"Kalau kalian setuju, aku akan bicara dengan Muhammad dan menawarkan beberapa hal menarik
kepadanya. Apakah kalian setuju?"

Setelah terdiam sejenak, akhirnya orang orang Quraisy itu pun setuju.

"Coba laksanakan usulmu! Kami bersedia memberi apa saja asal Muhammad mau bungkam!" kata
mereka.

Utbah bin Rabi'ah pun menemui Rasulullah.

"Anakku," katanya lembut,

"engkau adalah orang terhormat. Namun kini, engkau membawa soal besar sehingga masyarakat kita
tercerai-berai. Sekarang dengarlah, kami menawarkan kepadamu beberapa hal, mungkin sebagiannya
bisa engkau terima. Anakku, kalau yang engkau inginkan adalah harta, kami siap mengumpulkan dan
memberikan harta kami sehingga engkau akan menjadi seorang paling kaya. Kalau engkau ingin
kedudukan, akan kami angkat engkau sebagai pemimpin kami sehingga kami tidak akan mengambil
keputusan tanpa persetujuanmu. Kalau engkau ingin menjadi raja, akan kami nobatkan engkau
menjadi raja kami. Jika engkau diserang penyakit yang tidak dapat engkau sembuhkan sendiri, akan
kami biayai pengobatannya dengan harta kami sampai engkau sembuh."

Rasulullah terdiam sejenak. Utbah bin Rabi'ah merasa kata katanya yang berbunga itu seolah
menguap tanpa jejak ke udara.

SURAT FUSHILAT

Rasulullah lalu membaca ayat-ayat Al Qur'an Surat Fushilat mulai dari ayat pertama:

ِ‫الرَّ حيمِ ال َّرحْ منِ هللاِ بسْ م‬


Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

(1). ‫حم‬

Haa Miim. (Haa Miim) hanya Allah saja yang mengetahui arti dan maksudnya.

(2). ِ‫الرَّ حيمِ ال َّرحْ َمنِ منَِ َت ْنزيل‬

Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

ِْ َ‫َيعْ لَمونَِ ل َق ْومِ عَرَ ب ًّيا قرْ آ ًنا آيَاتهِ فصل‬


(3). ِ‫ت ك َتاب‬

Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui,

(4). ‫ل َفه ِْم أَ ْك َثره ِْم َفأَعْ رَ ضَِ َو َنذيرً ا بَشيرً ا‬


ِ َ َِ‫َيسْ مَعون‬

yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling
(daripadanya); maka mereka tidak (mau) mendengarkan.

(5). ‫ل حجَ ابِ َو َبيْنكَِ َبيْن َنا َومنِْ َو ْقرِ آ َذان َنا وَ في إلَيْهِ َت ْدعو َنا ممَّا أَك َّنةِ في قلوب َنا وَ َقالوا‬
ِْ ‫عَاملونَِ إ َّن َنا َفاعْ َم‬

Mereka berkata: "Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami
kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding, maka lakukanlah
(sesuai kehendak kamu); sesungguhnya kami akan melakukan (sesuai kehendak kami)".

Rasulullah terus membacakan ayat-ayat lanjutannya yang menuturkan tentang Rasulullah hanyalah
seorang pemberi peringatan, tentang gunung-gunung yang kokoh, tentang penciptaan langit dan
tujuh lapisannya, tentang azab petir yang menimpa kaum Tsamud, tentang ngerinya nasib kaum kafir
yang menolak wahyu dari Allah.
Ayat-ayat itu begitu memesona Utbah sampai ia lupa pada apa yang ia tawarkan kepada Rasulullah.
Hatinya semakin hanyut, larut, dan...

"Cukuplah Muhammad. Cukuplah sekian saja!" seru Utbah. Ia diam sejenak, lalu kemudian bertanya
lagi,

"Apakah engkau dapat menjawab selain yang tadi engkau baca?"

"Tidak".

Utbah terpana.

"Jadi, inilah Muhammad," pikirnya.

"Laki laki ini bukanlah orang yang ingin memiliki gunungan harta, kedudukan, kerajaan, dan sama
sekali bukan orang sakit. Ia hanyalah orang yang ingin mempertahankan tugasnya dengan baik sekali
dan ia tadi mengucapkan kata kata penuh mukjizat..."

Begitulah, akhirnya Utbah bin Rabi'ah kembali dengan tangan hampa. Para pembesar Quraisy pun
kecewa karena Rasulullah menolak tawaran mereka. Kemudian, penganiayaan dan siksaan terhadap
kaum Muslimin pun berlanjut dan semakin ganas.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 38

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

KE HABASYAH

Gangguan terhadap kaum Muslimin semakin berat dari hari ke hari. Bahkan, beberapa orang gugur
karena disiksa terlalu keras. Berdasarkan wahyu dari Allah, Rasulullah pun memerintahkan agar
mereka berhijrah.

"Wahai Rasulullah, ke mana kami akan pergi?"

Rasulullah menasehati agar mereka pergi ke Habasyah yang rakyatnya menganut agama Kristen.

"Tempat itu diperintah oleh seorang raja dan tidak ada orang yang dianiaya di situ. Itu bumi yang jujur,
sampai nanti Allah membukakan jalan buat kita semua," demikian sabda Rasulullah.

Mematuhi perintah Rasulullah, berangkatlah rombongan pertama kaum Muslimin ke Habasyah pada
bulan Rajab, tahun ke lima kenabian. Rombongan itu terdiri atas 12 orang pria dan 4 perempuan.
Dengan sembunyi-sembunyi, mereka meninggalkan Mekah, menyeberangi laut ke benua Afrika, dan
tiba di pantai Habasyah. Seperti yang dikatakan Rasulullah, Najasyi, Raja Habasyah itu, memberi
mereka perlindungan dan tempat yang baik.

Kelak, ketika mendengar bahwa orang Quraisy tidak lagi menyiksa kaum Muslimin, mereka kembali
pulang. Namun, ternyata berita itu tidak benar.

Di Mekah, keadaan justru semakin buruk bagi kaum Muslimin. Mereka pun berangkat kembali ke
Habasyah, kali ini dengan jumlah rombongan yang lebih besar, terdiri atas 83 orang pria dan 18 wanita
dipimpin oleh Ja'far bin Abu Thalib.

HABASYAH

Saat itu Habasyah adalah negara yang meliputi bagian selatan Mesir, Erytrea, Ethiopia, dan Sudan.
Habasyah artinya 'persekutuan'. Dahulu Habasyah bersekutu dengan kerajaan Saba atau Himyar.
Kaum Muslimin berangkat dari Teluk Syu'aibah, sebelah selatan Jeddah.

AMARAH UMAR

Umar bin Khattab duduk termenung di rumahnya. Di seluruh Mekah, tidak ada seorang pun yang
mampu melunakkan hati Umar. Ia begitu cepat naik pitam dan garang. Ia tidak pernah luluh oleh
rayuan gadis-gadis penghibur setiap kali ia mendatangi para penjual khamr.

Ia tidak pula pernah terbujuk ikut bergabung dengan para pejalan malam yang suka bergerombol di
pelataran rumah sambil mendengarkan para penabuh rebana.

Segalanya tidak mampu melembutkan kekerasan hatinya yang suka bertindak garang dan
menakutkan.
Namun kini, ia tengah duduk termenung sendiri.

"Hamzah, apa yang terjadi padamu? Engkau menaklukkan dan mempermalukan Abu Jahal, temanmu
sendiri! Apa yang membuatmu jadi seperti ini? Bahkan, engkau berani meninggalkan agama nenek
moyang kita dan bergabung dengan Muhammad! Ini jelas akan membuat pengikut agama baru ini jadi
sombong dan besar kepala!

Hamzah, bukankah engkau, Abu Jahal, Khalid bin Walid dan aku telah bersama membuat Quraisy jadi
suku paling disegani? Semua itu berkat kerja keras dan keuletan kita berempat. Suku-suku yang lain
iri kepada Quraisy karena Quraisy memiliki kita. Ini semua gara-gara Muhammad! Hamzah tidak lagi
mau minum-minum bersamaku. Betapa sepinya malam-malam tanpa Hamzah!"

"Muhammad, engkau membuat pusing kepala orang-orang miskin, para budak, buruh kasar, dan para
perempuan lemah! Engkau membuat mereka berani menentang para majikan! Apa yang engkau
sampaikan pasti sebuah sihir.

Muhammad, tegakah engkau melihat para pengikut mu pergi meninggalkan tanah air nya ke Habasyah
yang begitu jauh?

Ini benar-benar keterlaluan! Aku harus membunuh Muhammad sekarang juga! Meski aku harus
berhadapan dengan Hamzah, aku akan membunuhmu dan membuat Mekah kembali seperti dulu!"

Setelah berpikir begitu, Umar bin Khattab mencabut pedangnya. Amarahnya dengan cepat naik ke
ubun-ubun. Dengan langkah-langkah yang tidak bisa dirintangi, Umar berjalan cepat menuju Darul
Arqam. Matanya mengandung api dan pedangnya membara! Tidak seorang pun bisa menghalangi
Umar jika ia sudah bertekat dengan sunguh-sunguh!

DUKA UMAR

Ummu Abdillah adalah seorang perempuan tua. Ia juga tetangga Umar bin Khattab. Setelah ia
sekeluarga memeluk Islam, Umar suka mengganggunya. Padahal sebelum itu, Umar cukup hormat
dan bahkan menyayanginya.

Saat itu, Ummu Abdillah tengah membereskan barang-barang untuk dibawa hijrah ke Habasyah. Tiba-
tiba, hatinya berdebar. Ia melihat Umar bin Khattab melangkah dengan pedang terhunus! Karena tidak
ada waktu lagi untuk lari ke dalam rumah, Ummu Abdillah bersembunyi di balik barang-barangnya.
Hatinya berdebar tidak karuan. Tanpa sadar, ia menahan napas ketika Umar semakin mendekat.

Akan tetapi, Umar melihatnya dan berhenti.

"Jadi engkau benar benar akan berangkat, wahai Ummu Abdillah?"

Ummu Abdillah keluar dari tempat persembunyiannya. Ia heran karena suara Umar tidak terdengar
marah seperti biasanya.

"Ya, demi Allah. Engkau telah menyakitiku dan menindasku. Aku akan benar-benar pergi ke bumi Allah
hingga Allah memberikan jalan keluar bagiku," sahut Ummu Abdillah.

Sesaat, Umar tampak merenung, "Ini dia tetanggaku, mereka akan pergi juga meninggalkan Mekah."
Umar berpaling, menatap wajah tua Ummu Abdillah dan berkata dalam hati, "Begitu jauh jalan yang
akan ditempuh orang tua ini, begitu sedikit barang yang bisa dibawanya."

Akhirnya Umar melangkah pergi sambil berkata parau, "Semoga Allah senantiasa menyertaimu."

Ummu Abdillah terpana. Belum pernah Umar berlaku selembut ini sejak mereka memeluk Islam.

"Tidakkah engkau melihat kelemahlembutan dan kedukaan Umar terhadap kita?" tanya Ummu
Abdillah kepada putranya.

"Apakah Ibu berharap ia akan memeluk Islam?" tanya sang putra. "Dia tidak akan pernah memeluk
Islam sebelum keledai bapaknya juga masuk Islam!"

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 39

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

BERITA UNTUK UMAR

Umar melanjutkan langkahnya menuju Darul Arqam.

"Sudah jelas, Muhammad-lah yang menyebabkan semua kesengsaraan ini! Aku harus membunuhnya
agar Mekah kembali damai dan tenang. Mengenai Hamzah, aku akan bertarung dengannya. Aku yang
mati atau Hamzah yang mati, itu tidak terlalu membuatku risau."

Tiba-tiba, lamunannya buyar ketika Nu'aim bin Abdullah menegurnya, "Hendak kemana, wahai putra
Khattab?"

"Aku akan menemui Muhammad! Dia yang menukar agama nenek moyang kita. Dia yang memecah
belah masyarakat Quraisy. Dia memiliki banyak angan-angan bodoh. Dia yang mencaci tuhan-tuhan
kita. Untuk semua kesalahannya itu, aku akan menebas lehernya!"

"Demi Allah, engkau telah tertipu oleh dirimu sendiri, wahai Umar! Apakah tindakanmu membunuh
Muhammad akan dibiarkan saja oleh Bani Abdi Manaf? Tidakkah lebih baik engkau pulang dan
mengurusi keluarga mu sendiri?"

Umar berhenti melangkah dan bertanya tajam, "Keluarga ku yang mana?"

"Saudara sepupumu sendiri, Sa'id bin Zaid bin Ammar dan istrinya yang tak lain adalah adik
perempuanmu, Fathimah binti Khattab. Mereka telah mengikuti ajaran Muhammad, urusi saja mereka
dulu!"

Umar segera membalikkan badan dan melangkah cepat menuju ke rumah adiknya.

"Kalau itu benar, aku akan bertindak pada Sa'id bin Zaid seperti yang pernah dilakukan oleh ayahku
yang garang. Al Khattab, kepada ayah Sa'id, Zaid bin Ammar! Berani-beraninya dia memeluk Islam,
sedangkan dia tahu aku membenci agama itu!"
Dengan keras, Umar bin Khattab menggedor pintu rumah Sa'id bin Zaid dan Fatimah. Suaranya
berdentum-dentum keras mengejutkan siapa saja yang ada di dalam rumah. Sudah bisa diduga, kali
ini akan jatuh lagi korban dalam penganiayaan yang menimpa kaum Muslimin.

AMUK UMAR BIN KHATTAB

Di dalam rumah, Sa'id dan Fathimah binti Khattab sedang mengikuti ayat Al Qur'an yang dibacakan
oleh Khabbab bin Al Arat. Begitu pintu berguncang diketuk Umar, Sa'id dan Fathimah segera
menyembunyikan Khabbab. Fathimah segera menyembunyikan lembaran-lembaran yang tadi mereka
baca di bawah pahanya.

Sa'id membuka pintu dan Umar bergegas masuk.

"Suara apa yang baru kudengar itu?" bentak Umar.

" Tidak.... kami tidak mendengar suara apa pun tadi "

Seketika amarah Umar bin Khattab meledak, "Kudengar kalian telah mengikuti ajaran Muhammad!"

Belum sepatah kata pun keluar dari mulut kedua suami istri itu, pedang Umar sudah terayun dan
gagangnya mengenai Sa'id hingga ia jatuh terjerembab di lantai dan luka. Melihat suaminya berdarah,
Fathimah bangkit berusaha melerai, tetapi tangan Umar cepat sekali menampar wajahnya.

Fathimah jatuh di samping suaminya dengan darah mengucur dari wajahnya.

Meski garang, Umar terkenal lembut dan penyayang kepada keluarganya sendiri. Melihat darah
Fathimah, Umar tertegun.

"Fathimah berdarah," pikirnya, "Mengapa aku bisa sampai begitu? Aku menyayangi adikku itu
sepenuh hati, bahkan lebih mirip rasa sayang antara ayah kepada putrinya!"

Fathimah yang lembut dan biasanya selalu patuh kepada Umar, kali ini mengangkat wajah, menentang
langsung paras kakaknya itu.

"Baiklah," seru Fathimah

"lakukanlah apa saja yang engkau kehendaki!"

Fathimah sudah siap menghadapi berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Ia siap disiksa oleh
kakaknya sendiri yang dari kecil begitu menyayanginya, ia bahkan siap untuk mati. Kedua tangannya
terentang, seolah siap menerima tikaman pedang Umar ke dadanya.

AL QUR'AN BUKAN MANTRA SYAIR

Suatu malam, Umar bin Khattab diam-diam mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬membaca Al Qur'an pada malam
hari, Umar terpesona. Namun, ia berkata dalam hati, "Ah, ini pasti ucapan seorang penyair". Bisik hati
Umar.

Saat itu Rasulullah ‫ ﷺ‬membaca surah Al Haqqah ayat 41,


ِ ً ‫ت ْؤمنونَِ مَا َقل‬
‫يال ۚ َشاعرِ ب َق ْولِ هوَِ َومَا‬
"Dan Al Quran itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya."

Kembali, Umar bin Khattab diam-diam datang ke rumah Rasulullah pada tengah malam dan
mendengar Rasulullah membaca Al Qur'an. Umar berkata dalam hati, "Kalau ini bukan ucapan tukang
tenung, ini pasti ucapan Muhammad, bukan Firman Tuhan."

Namun, sesegera itu juga, Rasulullah membaca Surah Al Haqqah ayat 43:

ِ‫ا ْلعَالَمينَِ رَ بِ منِْ َت ْنزيل‬


"Ia (Al Qur'an) adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan seluruh alam."
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 40

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

SURAT THOHAA

Akan tetapi, Umar tidak bisa melawan rasa sayang kepada adiknya. Amarahnya padam seperti api
terguyur hujan. Ia duduk, diam dalam penyesalan. Ditatapnya wajah adiknya dalam-dalam, disesalinya
luka akibat tamparannya tadi.

"Perlihatkan lembaran-lembaran tadi yang kalian baca agar aku tahu apa yang Muhammad bawa,"
pinta Umar.

"Kami khawatir engkau merampas lembaran-lembaran itu."

"Tidak perlu takut, perlihatkanlah. Aku bersumpah akan mengembalikannya."

Saat itu, timbul harapan di hati Fatimah agar kakaknya memeluk Islam.

"Kakak engkau adalah penyembah berhala, karena itu engkau kotor. Sesungguhnya, lembaran ini tidak
boleh disentuh kecuali orang yang suci."

Tanpa berkata lagi, Umar berdiri lalu mandi. Setelah itu ia kembali dan membaca lembaran-lembaran
yang berisi surat Thohaa.

‫طه‬
Thaahaa.

‫ك أَ ْن َز ْل َنا مَا‬
َِ ‫ل َت ْش َقىِ ا ْلقرْ آنَِ َعلَ ْي‬
Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah;

ِ‫ي َْخ َشىِ لمَنِْ َت ْذكرَ ًِة إ َّل‬


tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah),

ً ‫َاواتِ ْاْلَرْ ضَِ َخلَقَِ ممَّنِْ َت ْنز‬


ِ‫يال‬ َ ‫اِْلعلَى َوال َّسم‬
yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi.

ِ‫اسْ َتوَ ىِ ا ْل َعرْ شِ َعلَى الرَّ حْ َمن‬


(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas ´Arsy.
َ ‫الثرَ ىِ َتحْ تَِ َومَا َب ْي َنهمَا َومَا ْاْلَرْ ضِ في َومَا ال َّسم‬
ِ‫َاواتِ في مَا لَه‬ َّ

Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya
dan semua yang di bawah tanah.

ِْ‫َوأَ ْخ َفى السرَِّ َيعْ لَمِ َفإ َّنهِ با ْل َق ْولِ َتجْ هَرِْ َوإن‬
Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih
tersembunyi.

َّ ‫ل‬
ِ‫هللا‬ َِّ ‫ا ْلحسْ َنىِ ْاْلَسْ مَاءِ لَهِ ۚ هوَِ إ‬
ِ َ ‫ل إلَ َِه‬
Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai al asmaaul
husna (nama-nama yang baik),

Umar terus membaca sebagian besar lembaran-lembaran tadi, lalu berhenti. Tangannya terkulai.
Matanya sayu.

Dikembalikannya lembaran-lembaran tadi ke tangan Fatimah. Dengan rasa heran dan penuh harap,
Fatimah memerhatikan wajah kakaknya.

Kemudian di dengarnya Umar mendesah. "Alangkah bagus dan agung kata-kata ini."

Seolah mendadak matahari yang terang benderang muncul dari balik awan. Khattab bin Al Arat segera
keluar dari persembunyiannya.

"Wahai Umar!" serunya meluap-luap, "aku sungguh berharap mudah-mudahan Allah


mengistimewakan dirimu. Kemarin kudengar Rasulullah berdoa, "Ya Allah! kuatkanlah Islam dari dua
Umar, Abu Jahal bin 'Amr bin Hisyam atau Umar bin Khattab!"

Mendengar itu, Umar segera bangkit dan bergegas menuju Darul Arqam. Namun, tangannya masih
menghunus pedang dan wajahnya seperti singa padang pasir yang siap bertarung.

KEISLAMAN UMAR BIN KHATTAB

Berdentum-dentum pintu Darul Arqam diketuk Umar. Sebelum membuka pintu, seorang sahabat
mengintip keluar dan terkejut, seperti baru mengalami mimpi buruk.

"Pengetuk pintu adalah Umar bin Khattab!" desisnya panik kepada Rasulullah dan orang-orang di
dalam, "Dia datang dengan pedang terhunus!"

Hamzah bin Abdul Muthalib berdiri dan berkata tenang. "Biarkan saja dia masuk. Jika dia datang
dengan maksud baik, kita sambut dengan baik. Namun, jika dia datang dengan maksud jahat, kita
bunuh saja dia dengan pedangnya"

Setelah berkata begitu, tangan Hamzah bergerak meraba gagang pedangnya. Suasana tambah
mencekam ketika pintu dibuka. Namun, Umar tidak juga masuk, ia tetap berdiri dengan sikap garang
di depan pintu.
Melihat itu, Rasulullah pun berdiri dan berjalan cepat menghampiri Umar. Dengan kecepatan yang
bahkan tidak terduga oleh Umar sendiri, tangan Rasulullah yang mulia bergerak dan mencengkeram
leher baju Umar dengan kuat.

Dengan suara tegas yang tidak bisa dibantah, Rasulullah berkata,

"Wahai Umar! Dengan maksud apa engkau datang? Demi Allah, aku tidak akan melihat engkau
berhenti dengan sikap dan tindakanmu terhadap kami hingga Allah menurunkan bencana untukmu"

Kerongkongan Umar tersekat karena begitu terkejut. Kesombongannya runtuh, bahkan rasa takut
menguasai dirinya. Dengan suara lirih ia berkata "Wahai Rasulullah....... "

Semua orang di Darul Arqam tercengang. Mereka lebih tercengang lagi mendengar Umar bin Khattab,
sang Singa Quraisy, melanjutkan kata-katanya,

"Aku datang kepadamu untuk beriman kepada Allah dan Utusan-Nya"

Rasulullah melepaskan cengkeramannya dan berkata penuh rasa syukur, "Subhanallah ....."

Takbir Hamzah membahana. Pada bulan Dzulhijjah tahun keenam kenabian itu, Umar bin Khattab,
Sahabat berperang dan teman minumnya, menjadi saudara seiman. Hati mereka terikat dalam tali
yang tidak bisa putus lagi sampai ke akhirat. Dengan kegembiraan yang tiada tara, Rasulullah
mengusap dada Umar agar sahabat barunya itu tetap dalam keimanan.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 41

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

BERDAKWAH TERANG-TERANGAN

Keesokan harinya, Umar mengingat-ingat siapa yang paling keras memusuhi Rasulullah. Jawabannya
pun langsung ditemukan, "Abu Jahal!" Tanpa membuang waktu, Umar pergi mengetuk pintu rumah
Abu Jahal. Abu Jahal keluar dan menyambut Umar,

"Selamat datang, wahai kemenakanku! Kabar apakah gerangan yang engkau bawa?"

"Aku datang untuk memberitahukan kepadamu bahwa aku telah memercayai ajaran-ajaran
Muhammad!"

Wajah Abu Jahal pucat. Sambil membanting pintu, ia berseru lantang,

"Mudah-mudahan tuhan mengutukmu. Alangkah buruknya kabar yang engkau bawa!"

Tidak berhenti sampai disitu, di sepanjang jalan, Umar memberi tahu setiap orang bahwa ia telah
memeluk Islam.

Setelah itu, Umar pergi ke Ka'bah dan mengumumkan keislamannya. Rasa takut bercampur benci
semakin membengkak di hati orang-orang Quraisy yang masih kafir.

Setelah masuk Islam, Umar bertanya,


"Wahai Rasulullah, bukankah kita berada di atas kebenaran mati maupun hidup?"

Ketika Rasulullah membenarkannya dengan tegas, Umar meminta agar Rasulullah dan kaum Muslimin
keluar secara terang-terangan. Rasulullah menyetujui hal itu. Beliau dan umatnya pun keluar ke jalan-
jalan Kota Mekah dalam dua barisan menuju Masjidil Haram. Barisan sebelah kanan Rasulullah
dipimpin oleh Hamzah dan barisan di sebelah kiri dipimpin oleh Umar bin Khattab.

Sejak itulah Umar digelari Al Faruq (sang pembeda kebenaran dan kebathilan).

ISLAM MENGAJARKAN KEBAIKAN

Islam kemudian menjadi bahan diskusi hangat di Kota Mekah. Mereka yang penasaran terus bertanya
kepada temannya yang Muslim. Sementara itu, mereka yang benci tidak henti-hentinya menjelekkan
agama ini.

"Apa yang diajarkan agama baru ini? Katakan kepadaku, Sobat. Biar aku paham mengapa kamu begitu
mudah meninggalkan agama nenek moyang kita," kata seseorang kepada sahabatnya.

"Engkau tahu bahwa hidupku sangat sulit," jawab teman Muslimnya,

"setiap kali kulihat orang-orang kaya mengendarai kuda-kuda istimewa, mengenakan pakaian mewah,
dan memasuki rumah megah, aku jadi bertanya, untuk apa sebenarnya Tuhan menciptakan aku ini?
Aku tidak bisa menikmati hidup kecuali bekerja keras untuk makan sehari-hari. Aku tidak tahu setelah
aku mati akan ke mana aku pergi. Sungguh sulit rasanya menjadi orang yang berharga dan mulia."

Sang muslim menoleh dan melihat wajah temannya itu tampak bersungguh-sungguh.

"Namun kemudian, Islam datang dan mengajarkan bahwa kemuliaan bukan terletak pada tumpukan
emas dan perak kita, akan tetapi pada sebanyak apa kebaikan yang telah kita buat. Islam tidak
melarang perdagangan dan orang menjadi kaya, tetapi Islam mengajarkan bahwa nilai cinta kasih,
persaudaraan, tolong-menolong, dan kebersamaan berada jauh di atas nilai setumpuk harta.

Tahukah engkau, setelah datangnya Islam, aku merasa menjadi yang lebih berarti daripada
sebelumnya."

Sang teman mengangguk-angguk.

"Lebih dari itu," lanjut si Muslim,

"Islam mengenalkan aku kepada siapa sebenarnya Pencipta alam yang patut disembah: bukan berhala
yang tidak bisa apa-apa, melainkan Allah.

Melalui Rasulullah, Allah menurunkan perkataan-Nya buat kita. Coba dengarkan beberapa ayat
berikut ini. Engkau akan tahu bahwa tidak seorang penyair pun yang mampu menandingi keindahan
bahasanya apalagi kebenaran isinya."

Kemudian, beberapa ayat Al Qur'an mengalun dari mulut si Muslim dan langsung menembus hati
temannya yang kini kian larut dan kian dekat pada kebenaran.
KESAKSIAN MUSUH

Bahkan para musuh Rasulullah pun tidak dapat mengingkari kejujuran Rasulullah.

Tirmidzi meriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib bahwa Abu Jahal pernah berkata kepada Rasulullah,

"Sesungguhnya kami tidak mendustakanmu, tapi kami mendustakan apa yang engkau bawa."

UTUSAN QURAISY

Apa yang terjadi dengan Muslim yang berhijrah ke Habasyah.

"Kita tidak bisa membiarkan mereka berlindung di Habasyah!" Seru seseorang pembesar Quraisy.

"Dengan perlindungan yang diberikan Raja Najasyi, aku khawatir mereka akan bertambah kuat dan
membahayakan kita!"

"Kirim utusan kepada Najasyi!" Sambut pembesar yang lain,

"bujuk dia, katakan apa saja agar dia memulangkan para pengikut Muhammad SAW itu!"

Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabi'ah diutus menemui Raja Habasyah, Najasyi. Tiba di Habasyah,
mereka mempersembahkan hadiah-hadiah berharga untuk raja dan para pembesarnya.

"Paduka Raja," kata mereka, "kaum Muslim yang datang ke negeri Paduka ini adalah budak-budak
kami yang tidak punya malu. Mereka meninggalkan agama bangsanya dan tidak pula menganut agama
Paduka. Mereka membawa agama yang mereka ciptakan sendiri yang tidak kami kenal dan tidak juga
Paduka kenal. Kami diutus kepada Paduka oleh pemimpin-pemimpin masyarakat mereka, oleh
orangtua-orangtua mereka, paman mereka, dan keluarga mereka sendiri, agar Paduka sudi
mengembalikan orang-orang itu kepada kami. Kami lebih mengetahui betapa orang-orang itu
mencemarkan dan memaki-maki tuhan-tuhan kami.

Sebenarnya, kedua utusan tersebut telah menyogok para pembesar istana untuk membantu
meyakinkan raja. Namun, Najasyi adalah raja yang bijaksana. Dia sama sekali tidak terpengaruh
hadiah-hadiah yang dibawa kedua utusan Quraisyi. Dia tidak mau mengusir kaum Muslimin kembali
sebelum ia mendengar sendiri apa alasan mereka pergi meninggalkan Mekah.

"Bawa para pengungsi itu ke hadapanku!" perintah Najasyi.

Seluruh kaum Muslimin menghadap, Raja bertanya, Agama apa ini yang sampai membuat Tuan-Tuan
meninggalkan masyarakat Tuan sendiri, tetapi tidak juga Tuan-Tuan menganut agamaku atau agama
lain?"
KISAH RASULULLAH SAW

BAGIAN 42

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

JAWABAN KAUM MUSLIMIN

Saat itu, yang menjadi juru bicara kaum Muslimin adalah sepupu Rasulullah yang amat tampan, Ja'far
bin Abu Thalib.

"Paduka Raja," Ucap Ja'far penuh hormat,

"ketika itu, kami masyarakat yang bodoh, kami menyembah berhala, bangkai pun kami makan, segala
kejahatan kami lakukan, memutuskan hubungan dengan kerabat, dengan tetangga pun kami tidak
baik, yang kuat menindas yang lemah.

Demikian keadaan kami sampai Tuhan mengutus seorang utusan-Nya dari kalangan kami yang sudah
kami kenal asal-usulnya. Dia jujur, dapat dipercaya, dan bersih pula.

Dia mengajak kami menyembah Allah Yang Mahatunggal, meninggalkan batu-batu dan patung-patung
yang selama ini kami dan nenek moyang kami menyembah.

Dia menganjurkan kami untuk tidak berdusta, untuk berperilaku jujur, mengadakan hubungan baik
dengan keluarga dan tetangga, menyudahi pertumpahan darah, serta menghentikan perbuatan
terlarang lainnya.

Dia melarang kami melakukan segala kejahatan dan menggunakan kata-kata dusta, melarang
memakan harta anak yatim, dan melarang mencemarkan perempuan-perempuan bersih.

Dia minta kami menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Selanjutnya, disuruhnya kami
melakukan shalat, zakat, dan shaum (lalu Ja'far menyebut beberapa ketentuan Islam).

Kami pun membenarkannya. Kami turut segala yang diperintahkan Allah. Lalu, yang kami sembah
hanya Allah Yang Mahatunggal, tidak menyekutukan-Nya dengan apa dan siapa pun juga.

Segala yang diharamkan kami jauhi dan yang dihalalkan kami lakukan. Oleh karena itulah, masyarakat
kami memusuhi kami, menyiksa kami, dan menghasut kami, dan supaya kami meninggalkan agama
kami dan kembali menyembah berhala supaya kami membenarkan segala keburukan yang pernah
kami lakukan dulu.

Oleh karena mereka memaksa kami, menganiaya kami, menekan kami, dan menghalang-halangi kami
dari agama kami, maka kami pun keluar, pergi ke negeri Tuan ini. Tuan jugalah yang menjadi pilihan
kami. Senang sekali kami berada di dekat Tuan, dengan harapan, di sini tidak akan ada penganiayaan."

Najasyi mendengarkan penuh dengan kesungguhan, lalu katanya, "Adakah ajaran Tuhan yang
dibawanya itu yang dapat Tuan-tuan bacakan kepada kami?"

SURAT MARYAM

"Ya," jawab Ja'far.

Lalu, ia membaca surat Maryam, ayat 29-33:


ْ َ‫صَب ًّيا ا ْل َِمهْدِ في َكانَِ مَنِْ ن َكلمِ َكيْفَِ َقالوا ۚ إلَيْهِ َفأ َ َشار‬
ِ‫ت‬
maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: Bagaimana kami akan berbicara dengan
anak kecil yang masih di dalam ayunan?

Surah Maryam (19:29)

َِّ َِ‫َنب ًّيا َوجَ َعلَني ا ْلك َتابَِ آ َتاني‬


ِ‫هللا َعبْدِ إني َقا َل‬
Berkata Isa: Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku
seorang nabi,

Surah Maryam (19:30)

‫الز َكاةِ بالص ََّالةِ َوأَ ْوصَاني ك ْنتِ مَا أَيْنَِ مبَارَ ًكا َوجَ َعلَني‬
َّ ‫حَ ًّيا دمْتِ مَا َو‬

dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan
kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;

Surah Maryam (19:31)

‫َشق ًّيا جَ بَّارً ا َيجْ َع ْلني َولَ ِْم ب َوالدَتي َو َب ًّرا‬


dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.

Surah Maryam (19:32)

ِ‫حَ ًّيا أ ْب َعثِ َوي َْو َِم أَموتِ َوي َْو َِم ول ْدتِ ي َْو َِم َعلَيَِّ َوالس ََّالم‬
Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal
dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.

Surah Maryam (19:33)

Ayat-ayat Al-Qur'an itu membenarkan kitab Injil. Semua pemuka istana dibuat terkejut. Mereka
berkata,

"Itu kata-kata yang keluar dari sumber yang mengeluarkan kata-kata Isa Al Masih."

Penuh haru, Najasyi membenarkan para pembesar istananya,

"Kata- kata ini dan yang dibawa oleh Musa, keluar dari sumber cahaya yang sama."

Najasyi berpaling kepada kedua utusan Quraisy,

"Pergilah. Kami takkan menyerahkan mereka kepada Tuan-Tuan!"


Kaum Muslimin saling berpandangan penuh syukur. Sementara itu, Amr bin Ash dan Abdullah bin
Rabi'ah berjalan keluar istana dengan wajah murung.

"Tidak bisa begini," keluh Abdullah.

"Tidak bisa kita jauh-jauh datang kesini untuk kemudian pulang dengan tangan hampa dan terhina."

Amr bin Ash, yang terkenal lihai dalam bersiasat, merenung sejenak.

"Rasanya, aku masih punya siasat lain," katanya. "Namun, biar kita kembali esok hari. Biarkan para
pengikut Muhammad itu merasa senang. Besok, akan kita kejutkan mereka dengan pertanyaan yang
akan kita ajukan kepada Najasyi."

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 43

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

KAUM MUSLIMIN MENANG

Siasat para utusan Quraisy itu sederhana saja.

"Paduka" kata mereka kepada Najasyi keesokan harinya, sesungguhnya kaum Muslimin menuduh keji
terhadap Isa anak Maryam."

Mendengar itu, Najasyi terkejut. Dia langsung memanggil Ja'far dan teman-temannya.

"Benarkah kalian menuduh Isa anak Maryam dengan tuduhan yang jelek?" tanya Najasyi.

Ja'far kembali menjawab dengan tenang. "Tentang dia, pendapat adalah seperti yang dikatakan Nabi
kami. "Dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Ruh-Nya dan firman-Nya yang disampaikan perawan
Maryam. "

Najasyi turun dari singgasananya dengan mata berbinar gembira. Dia mengambil sebuah tongkat dan
membuat garis lurus diatas tanah.

"Antara agama Tuan-Tuan dan agama kami," katanya penuh gembira bercampur haru, "sebenarnya
tidak lebih dari garis ini."

Nyata bagi Najasyi bahwa kaum Muslimin mengakui Nabi Isa, mengenal adanya Kristen, dan
menyembah Allah.

Kedua utusan Quraisy pun pulang dengan tangan hampa. Tidak ada celah bagi tuduhan atau siasat
yang mereka lancarkan. Kenyataan pahit ini akan segera sampai kepada para pemuka Quraisy di
Mekah.

Setelah itu kaum Muslimin tinggal di Habasyah dengan perasaan aman dan tentram.
SEMPAT KEMBALI

Kaum muslimin yang berhijrah ke Habasyah sempat kembali ke mekah karena mendengar berita
bahwa orang Quraisy sudah tidak terlalu keras memusuhi Rasulullah dan pengikutnya. Namun, ketika
mengetahui bahwa orang Quraisy malah bersikap semakin keras, mereka kembali berhijrah ke
Habasyah.

AJAKAN SALING MENYEMBAH TUHAN

Di Mekah, para pembesar Quraisy, Abu Jahal bin Hisyam, Abu Sufyan bin Harb, Abu Lahab, Utbah bin
Rabi'ah, Walid bin Mughirah, dan Ummayah bin Khalaf mengundang Rasulullah ke pertemuan mereka.
Sejenak, hati Rasulullah penuh harapan, mungkin lewat pertemuan hari ini mereka akan tersentuh
oleh Islam.

Alangkah kecewanya Rasulullah ketika lagi-lagi yang mereka tawarkan kepadanya adalah soal harta
dan kekuasaan. Beliau diam sejenak, lalu berkata,

"Apa yang kalian katakan sama sekali tidak pernah terlintas dalam lubuk hatiku. Aku datang memenuhi
ajakan kalian untuk mengadakan perundingan. Tidak ada maksud sama sekali untuk mencari harta
kekayaan, tidak pula kemuliaan, dan kekuasaan.

Allah telah mengutus diriku sebagai utusan bagi kalian semua. Jika kalian mau menerima ajaran-ajaran
yang kubawa, hal itu merupakan keberuntungan kalian di dunia dan di akhirat. Jika kalian semua
menolak, aku akan bersabar hingga Allah memutuskan persoalan yang terjadi di antara aku dan
kalian."

Para pembesar Quraisy itu mengerutkan kening. Lagi-lagi Muhammad bicara tentang Tuhannya. Salah
seorang di antara mereka pun akhirnya bicara,

"Marilah antara kami dan engkau mengadakan kerja sama dalam persoalan ketuhanan ini. Jika yang
kami sembah lebih baik daripada yang kamu sembah, kami akan memperoleh keuntungan darinya.
Jika yang engkau sembah lebih baik daripada yang kami sembah, engkau akan memperoleh
keuntungan darinya."

Orang itu menarik napas sejenak, lalu melanjutkan lagi,

"Maka, engkau harus menyembah tuhan-tuhan kami dan menjalankan perintah-perintahnya. Kami
akan menyembah Tuhanmu dan menjalankan perintah-Nya."

Rasulullah tidak menunggu sejenak pun untuk menanggapi. Beliau mengutip sebuah ayat Al Qur'an
(surah Al-Kafirun),

ِ‫َتعْ بدونَِ مَا أَعْ بدِ َل‬


Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.

Surah Al-Kafirun (109:2)


ِ‫أَعْ بدِ مَا عَابدونَِ أَ ْنت ِْم َو َل‬
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.

Surah Al-Kafirun (109:3)

ِ‫َعب َْدت ِْم مَا عَابدِ أَ َنا َو َل‬


Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,

Surah Al-Kafirun (109:4)

ِ‫أَعْ بدِ مَا عَابدونَِ أَ ْنت ِْم َو َل‬


dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.

Surah Al-Kafirun (109:5)

ِ‫دينِ َوليَِ دينك ِْم لَك ْم‬


Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.

Surah Al-Kafirun (109:6)

Perundingan pun buntu. Para pembesar Quraisy itu merasa tidak ada jalan lagi untuk melakukan
perubahan. Mereka merasa harus mengambil tindakan keras! Begitu kerasnya sampai Muhammad
dan pengikutnya akan meminta ampun kepada mereka!

PEMBOIKOTAN

"Kalian bayangkan!" seru seorang pemuka Quraisy kepada yang lainnya. "Jumlah pengikut
Muhammad kian bertambah! Budak-budak kita telah berani mengangkat muka di hadapan tuan-
tuannya sebab mereka dilindungi para pengikut Muhammad yang kaya raya! Jika kita menyiksa budak
itu, pasti datang salah seorang pengikut Muhammad yang tanpa berat hati akan membebaskan
mereka!"

"Itu yang membuatku khawatir!" sahut yang lain,

"bayangkan jika jumlah budak yang dibebaskan itu makin banyak dan mereka diberi senjata, kita pasti
akan kewalahan menghadapinya!"

Pembesar yang lain terdiam. Mereka mengakui ancaman besar itu.

"Sejak Hamzah dan Umar mengikuti Muhammad, kita benar-benar kekurangan kekuatan," keluh
seseorang.
Kata-kata itu menyakitkan dan membuka luka lama. Bagi para pembesar itu, puluhan budak yang
masuk Islam tidak sebanding dengan keislaman seorang Hamzah atau Umar.

"Muhammad tidak akan berdaya kalau keluarganya dari Bani Hasyim tidak melindunginya!" geram
seseorang.

"Ya, Bani Hasyim pun belum semuanya jadi pengikut Muhammad, mereka harus menerima akibatnya!
Kita boikot mereka semua! Jangan beri mereka kesempatan untuk mencari nafkah! Kita buat mereka
semua miskin dan sengsara!"

Seruan itu disambut ramai oleh para pembesar. Akhirnya, mereka mengeluarkan sebuah
pengumuman yang mereka tulis di atas sebuah lembaran. Isinya melarang seluruh manusia menjalin
hubungan pernikahan dan jual beli dengan Bani Hasyim. Lembaran itu mereka gantungkan di dinding
Ka'bah.

Keesokan harinya, penduduk Mekah menjadi gempar. Keputusan ini akan membuat Bani Hasyim
terkucil, kelaparan dan tertekan.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 44

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

DERITA PEMBOIKOTAN

Pemboikotan kecil-kecilan terhadap kaum Muslimin sebenarnya telah lama dijalankan. Kalau ada
seseorang saudagar menjadi Muslim, Abu Jahal akan mengatakan, "Akan kami boikot barang-
barangmu dan mengubahmu sampai jadi pengemis."

Rasulullah ‫ﷺ‬, Bani Hasyim dan kaum Muslimin diasingkan ke dalam Syi'ib, benteng kecil milik Abu
Thalib. Kaum Quraisy menegaskan bahwa jika Bani Hasyim menyerahkan Rasulullah ‫ﷺ‬, pemboikotan
kepada mereka akan dicabut. Namun, bukannya merasa takut, Bani Hasyim malah semakin setia
kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬yang merupakan anggota keluarga mereka.

Pemboikotan ini berjalan tiga tahun lamanya. Selama itu, hanya musim haji saja Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para
pengikutnya bebas berdakwah keluar Syi'ib. Itu pun selalu diikuti Abu Lahab sambil mengolok-olok
Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan kata-kata kasar. Pada musim haji itu, Mekah ramai didatangi para peziarah dari
pelosok jazirah.

Akibat adanya pelarangan hubungan dagang, saat itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak dapat membeli makanan yang
cukup. Pada waktu-waktu yang sulit, mereka sering terpaksa makan daun-daunan dan kulit-kulit
pohon yang tipis. Anak-anak menangis pada malam hari karena kelaparan. Semetara itu, orang-orang
dewasa mengganjal perutnya dengan batu agar tidak masuk angin.

Perbuatan kejam itu juga menimbulkan rasa kasihan sebagian orang Quraisy. Apalagi yang memiliki
hubungan saudara dengan Bani Hasyim. Orang-orang itu sering dengan berbagai cara menolong
keluarga mereka di dalam Syi'ib.
Suatu ketika Abu Jahal sedang meronda di sekitar Syi'ib, memergoki Hakim bin Hisyam bin Khuwailid
dan budak laki-lakinya berusaha meyelundupkan gamdum dan makanan lain untuk bibinya yang tidak
lain Khadijah istri Rasulullah ‫ﷺ‬.

Tanpa ampun, Abu Jahal memukuli budak laki-laki itu dan merampas karung gandumnya.

"Aku bersumpah....!" teriak Abu Jahal terengah-engah sambil terus memukul. "Aku bersumpah tidak
seorang pun dapat menyelundupkan makanan kepada Muhammad!"

Pada saat itu, Al Bakhtari datang sambil berseru kepada Abu Jahal. " Hei makanan ini tadinya milik
bibinya. Bibinya lalu mengirimkan kepadanya, mengapa engkau melarangnya mengantarkan makanan
tersebut kepada bibinya lagi?"

Kemudian keduanya berkelahi Abu Jahal terluka karena dipukul dengan tulang unta.

SYI'IB ABU THALIB

Syi'ib Abu Thalib, tempat kaum muslimin digiring, dikurung dan dijaga, dikelilingi dinding batu tinggi
yang tidak dapat dipanjat. Letaknya di Bukit Abu Qubays, sebelah timur Mekah. Pintu masuknya
berupa celah sempit dengan tinggi kurang dari dua meter yang hanya dapat dimasuki unta dengan
susah payah.

DERITA DI PENGASINGAN

"Ibuuu aku lapar,"...tangis seorang anak di dalam Syi'ib.

"Besok ya nak! Besok kita dapat kiriman makanan," jawab ibunya.

"Tidak mau, aku mau makan sekaraaaang....." Karena tidak kuat menahan perutnya yang perih, anak
itu menangis dan menjerit-jerit.

Tangis dan jerit anak-anak terdengar hampir setiap malam dari dalam Syi'ib. Sebagian penduduk
Mekah mulai tidak tega melihat penderitaan Bani Hasyim, tetapi mereka takut untuk membantu.

Ada empat ratus orang keluarga Bani Hasyim yang bertahan di dalam Syi'ib. Kehidupan mereka begitu
keras dan penuh dengan kekurangan, tetapi tidak satupun yang berniat mengkhianati Rasulullah ‫ﷺ‬.
Padahal, tidak semua anggota keluarga telah memeluk agama Islam, termasuk Abu Thalib, sang
pemimpin Bani Hasyim.

Kehadiran Rasulullah ‫ ﷺ‬di tengah-tengah mereka sudah cukup membuat mereka lupa akan segala
kecemasan dan membuat mereka selalu berbahagia. Mereka mengerti bahwa Allah telah memilih
mereka untuk melindungi utusan-Nya dari semua musuh. Bagi Bani Hasyim, itu sebuah kehormatan
yang membuat mereka tidak mau menukar Rasulullah dengan apa pun, bahkan dengan sebuah
kerajaan sekali pun. Mereka bahkan menjalankan tahun-tahun pengasingan yang pahit itu dengan
rasa bangga.

Tidak satu pun dari empat ratus orang itu berniat untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Padahal,
mereka tidak tahu kapan pengasingan itu akan berakhir. Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan
demi bulan dijalani dengan penuh harapan. Mereka semua sudah bertekad mengikuti Rasulullah ‫ﷺ‬
kemana pun. Mereka lebih suka menjadi tawanan dari pada bebas tanpa Rasulullah. Bagi mereka,
hidup tanpa Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah hidup yang tidak layak di jalani.
Selama masa-masa sulit itu, ada sosok penting selain Rasulullah ‫ ﷺ‬yang menjadi sosok teladan bagi
semua penghuni Syi'ib, bagaimana mereka harus menjalani hidup dengan penuh ketabahan.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 45

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

KETABAHAN KHADIJAH

Khadijah-lah yang menjadi teladan bagi semua orang pada saat-saat sulit itu. Beliau adalah keturunan
bangsawan dan dibesarkan dalam lingkungan yang mewah. Namun, ketika harus meninggalkan
rumahnya yang luas dan tinggal di lembah yang sempit. Khadijah sama sekali tidak menunjukkan
keengganan. Beliau mengumpulkan segala kekuatan, keberanian, kemampuan, serta bangkit penuh
semangat.

Pada saat-saat itu, air adalah hadiah yang sangat berharga. Khadijah memberikan kepada Ali bin Abu
Thalib keping-keping emas untuk membeli air yang kemudian beliau bagikan secara merata kepada
semua yang membutuhkan.

Khadijah adalah bidadari pelindung bagi kaumnya. Beliau amat memerhatikan nasib anak-anak,
keluarga Bani Hasyim. Setiap kali ada bahan makanan yang berhasil di dapatkan, Khadijah mengatur
agar anak-anak mendapatkannya lebih dahulu daripada orang dewasa. Setelah itu, beliau
mendahulukan kepentingan para orang tua dibandingkan kepentingannya sendiri.

Khadijah selalu menjadikan sabar dan shalat sebagai sumber kekuatannya. Beliau memohon
pertolongan Allah setiap saat. Ketika berdoa, Khadijah tidak hanya mendapatkan pertolongan, tetapi
juga keberanian, kekuatan, kedamaian, ketenangan dan kepuasan.

Selama tiga tahun di pengasingan itu, kekayaan Khadijah yang berlimpah itu habis. Sebagian besar
harta itu digunakan untuk membeli air. Beliau amat berbahagia karena dapat menggunakan
kekayaannya itu untuk menyelamatkan hamba Allah yang paling mulia, Muhammad ‫ ﷺ‬dan
keluarganya.

Beliau menganggap semua itu adalah sebuah kehormatan, sehingga sangat mensyukurinya.

Di tengah-tengah bencana dan kesusahan itu, Khadijah tetap tegar dalam keimanan. Hal itulah yang
menjadi sumber kekuatan yang tidak tergoyahkan bagi orang-orang di sekitar beliau. Khadijah selalu
berhubungan dengan Allah lewat shalat. Shalat adalah rahasia keberanian beliau. Perilaku beliau yang
tenang dan lembut menjadi pendorong (kekuatan) bagi seluruh anggota Bani Hasyim di tengah-tengah
kesulitan itu.

PERHIASAN TERINDAH DI DUNIA

Islam sangat memuliakan kaum wanita. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:

"Seindah-indahnya perhiasan di muka bumi ini adalah wanita sholihah."

Hikmahnya "Wanita adalah tiang sebuah bangsa. Apabila wanitanya baik, baik pulalah suatu bangsa.
Namun, apabila wanitanya jelek, jelek pulalah bangsa itu."
HARTA ABU BAKAR

Ketika masuk Islam, Abu Bakar memiliki harta sebanyak 50.000 dirham. Beliau membebaskan tujuh
budak dengan 400 dirham per orang. Jadi, uang beliau terpakai sebanyak 2.800 dirham, sebagian besar
sisanya dipergunakan untuk mempertahankan hidup bersama kaum muslimin di dalam Syi'ib

THUFAIL AD DAUSI

Di tengah-tengah kesulitan itu, Rasulullah yang tidak pernah menyerah, sedikit demi sedikit terus
mendapatkan kemenangan. Suatu hari, datanglah seorang bangsawan dan penyair cendekia dari luar
Mekah, bernama Thufail Ad Dausi. Seketika itu juga, orang-orang Quraisy memberinya peringatan,

"Hati-hati terhadap Muhammad, jangan dengar kata-katanya. Dia telah memecah belah orang dengan
keluarganya. Kami takut jika kamu mendengarnya, kaum kamu juga akan terpecah-belah. Hati-hati
dan jangan sekali-kali mendengarkannya!"

Diperingatkan seperti itu, membuat Thufail penasaran.

"Namun, aku adalah cendikiawan dan penyair. Aku dapat mengenal mana yang baik dan mana yang
buruk. Apa salahnya kalau aku mendengarkan sendiri apa yang akan dikatakan orang itu? Jika ternyata
baik akan aku terima, kalau buruk akan kutinggalkan."

Setelah berfikir begitu, Thufail Ad Dausi mengikuti Rasulullah sampai ke rumahnya.

"Tuan benarkah Anda seperti dituduhkan orang?" tanya Thufail,

"Apa yang Anda bawa dan Anda sampaikan kepada mereka?"

Rasulullah menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dan membacakan ayat-ayat Al-Qur'an. Hati Thufail
segera luluh dan dia pun memeluk Islam. Ketika kemudian ia kembali kepada kaumnya, sebagian
mereka langsung memeluk Islam, sebagian yang lain tampak ragu.

Selain Thufail ada dua puluh orang yang diutus masyarakat beragama Nasrani untuk mencari tahu
tentang Rasulullah. Begitu bertemu dan berbincang dengan beliau, mereka langsung menyambut,
menerima, dan beriman kepada beliau.

Orang-orang Quraisy menjadi geram dan memaki-maki mereka.

"Kalian ini utusan yang gagal! Kalian disuruh oleh masyarakat seagamamu mencari berita tentang
orang itu. Sebelum kamu kenal benar-benar siapa dia, agama kamu sudah kamu tinggalkan dan lalu
percaya saja apa yang dikatakannya."

ABU SUFYAN, ABU JAHAL, DAN AKHNAS

Melihat orang-orang di luar Mekah seperti Thufail Ad Dausi dan orang-orang Nasrani memeluk Islam,
para Pembesar Quraisy yang paling gigih memusuhi Rasulullah pun jadi bertanya-tanya,

"Benarkah yang dibawa Muhammad itu benar?"


Diam-diam Abu Sufyan pergi pada suatu malam mendekati kediaman Rasulullah. Dia tahu Rasulullah
selalu bangun malam dan membaca Alquran. Saat Abu Sufyan mendengar ayat-ayat Alquran
dibacakan, begitu tenang dan damai hatinya. Suara Rasulullah yang merdu menggema di kalbunya.

Fajar pun tiba dan Abu Sufyan bergegas pulang. Namun saat itu, dia memergoki Abu Jahal juga sedang
mendengarkan bacaan Rasulullah. Mereka saling pandang tanpa mampu berkata, lewatlah Akhnas bin
Syariq. Rupanya, Akhnas pun diam-diam pergi mendengarkan Rasulullah membaca Alquran. Mereka
bertiga pun saling menyalahkan.

"Kejadian ini tidak boleh terulang lagi," ujar salah satu dari mereka.

"Jika masyarakat kita tahu, kedudukan kita akan lemah dan mereka akan berpihak kepada
Muhammad."

Ketiganya pun berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan itu.

Namun, pada malam berikutnya, mereka terbawa perasaannya masing-masing seperti kemarin. Tanpa
dapat menolak bisikan hati, mereka kembali ke tempat semalam dan mendengarkan ayat Alquran
dibacakan. Hampir Fajar, mereka mereka bertemu dan saling menyalahkan laki.

Perbuatan itu terulang lagi pada malam ketiga. Ketika mereka saling bertemu pada waktu fajar,
kembali mereka saling tuduh.

Rasa takut kemudian timbul di hati masing-masing. Mereka takut kehilangan kedudukan jika
masyarakatnya memeluk Islam. Rasa takut inilah yang membuat mereka berteguh hati untuk
membuang jauh-jauh perasaan tenang dan damai yang mereka rasakan saat mendengar bacaan
Alquran.

Setelah itu, tidak seorang pun dari mereka yang kembali ke rumah Rasulullah pada tengah malam
untuk mendengarkan beliau secara diam-diam.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 46

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

MENGEJEK AL QUR'AN

َ ‫ل َخيْرِ أَ َذل‬
ِ‫ك‬ ِ ً ‫الزقُّومِ َشجَ رَ ةِ أَ ِْم نز‬
َّ

(Makanan surga) itukah hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum.

Surah As-Saffat (37:62)

َّ ‫ل‬
‫لظالمينَِ فِْت َن ًِة جَ َع ْل َناهَا إ َّنا‬
Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi orang-orang yang zalim.

Surah As-Saffat (37:63)

‫ا ْلجَ حيمِ أَصْ لِ في َت ْخرجِ َشجَ رَ ةِ إ َّنهَا‬


Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang ke luar dari dasar neraka yang menyala.

Surah As-Saffat (37:64)

‫ال َّشيَاطينِ رءوسِ َكأ َ َّنهِ َط ْلعهَا‬


mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan.

Surah As-Saffat (37:65)

Surat Ash-shaffat ayat 62-65 menjelaskan tentang makanan orang di neraka berupa buah zaqqum.

Abu Jahal mengatakan bahwa pohon zaqqum itu tentunya seperti kurma Yatsrib yang dapat kamu
santap.

Kemudian, Allah menghina Abu Jahal dalam Surat Ad-Dukhan ayat 43 - 49 .

َِّ‫ال َّز ُّقومِ َشجَ رَ تَِ إن‬


Sesungguhnya pohon zaqqum itu,

Surah Ad-Dukhan (44:43)


ِ‫اْلَثيمِ َطعَام‬
ِْ
makanan orang yang banyak berdosa.

Surah Ad-Dukhan (44:44)

ِ‫ا ْلبطونِ في ي َْغلي َكا ْلمهْل‬


(Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut,

Surah Ad-Dukhan (44:45)

ِ‫ا ْلحَ ميمِ َك َغ ْلي‬


seperti mendidihnya air yang amat panas.

Surah Ad-Dukhan (44:46)

ِ‫ا ْلجَ حيمِ َس َواءِ إلَىِ َفاعْ تلوهِ خذوه‬


Peganglah dia kemudian seretlah dia ke tengah-tengah neraka.

Surah Ad-Dukhan (44:47)

ِ‫ا ْلحَ ميمِ َع َذابِ منِْ رَ ْأسهِ َف ْوقَِ صبُّوا ث َّم‬


Kemudian tuangkanlah di atas kepalanya siksaan (dari) air yang amat panas.

Surah Ad-Dukhan (44:48)

َِ ‫ا ْل َكريمِ ا ْلعَزيزِ أَ ْنتَِ إ َّن‬


ِ‫ك ذ ْق‬
Rasakanlah, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi mulia.

Surah Ad-Dukhan (44:49)

ABDULLAH BIN UMMI MAKTUM

Seorang buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum bertanya,

"Ada seseorang bernama Muhammad yang membawa ajaran baru?" Temannya mengiyakan.

"Ajaran yang mengajak meyembah Tuhan Yang Mahatinggi?" tanya Abdullah bin Ummi Maktum lagi.

"Benar"

"Tuhan itu tidak bisa diraba seperti berhala?"


"Betul, Abdullah bin Ummi Maktum. Begitulah yang diajarkannya."

Abdullah bin Ummi Maktum termenung sambil menggosok-gosok ujung jemari tangannya.

"Tuhan yang tidak bisa diraba?" Pikir Abdullah bin Ummi Maktum,

"padahal ujung jariku ini sudah mengenal betul berhala-berhala. Aku bahkan bisa membedakan Latta
dan Uzza dengan memegang hidung mereka. Seandainya aku bisa bertemu sendiri dengan
Muhammad!"

Dipenuhi rasa ingin tahu yang besar, Abdullah bin Ummi Maktum menemui Rasulullah. Sayang sekali,
saat itu Rasulullah sedang menyampaikan ayat-ayat Al Qur'an kepada Walid bin Mughirah. Ia adalah
seorang pembesar Quraisy yang sangat diharapkan keislamanannya.

Akan tetapi, Abdullah bin Ummi Maktum tidak mengetahui kehadiran Walid, karena buta, dia terus
mendesak, mendesak dan mendesak Rasulullah agar saat itu juga menerangkan tentang Islam
kepadanya.

Karena tidak tahan didesak terus, sedangkan beliau sedang mendakwahi seorang tokoh penting,
Rasulullah membuang wajah beliau.

Saat itu, firman Allah turun untuk menegur beliau,

(QS 'Abasa, 80 ayat 1-6)

َِ‫َو َت َولَّىِ َعبَس‬


Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,

Surah 'Abasa (80:1)

ِْ‫ْاْلَعْ مَىِ جَ اءَهِ أَن‬


karena telah datang seorang buta kepadanya.

Surah 'Abasa (80:2)

َِ ‫ي ََّز َّكىِ لَ َعلَّهِ ي ْدري‬


‫ك َومَا‬
Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),

Surah 'Abasa (80:3)

‫الذ ْكرَ ىِ َف َت ْن َف َعهِ ي ََّذ َّكرِ أَ ِْو‬


atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?

Surah 'Abasa (80:4)


‫اسْ َت ْغ َنىِ مَنِ أَمَّا‬
Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup,

Surah 'Abasa (80:5)

َِ‫صدَّىِ لَهِ َفأ َ ْنت‬


َ ‫َت‬
maka kamu melayaninya.

Surah 'Abasa (80:6)

Demikianlah, Allah sangat menjaga utusan-Nya dari kesalahan, bahkan untuk kesalahan sekecil itu.
Apalagi Rasulullah adalah orang yang sangat halus perasaanya sehingga jika akan merugikan orang
miskin atau orang lemah, beliau merasa takut.

KARENA DENGKI

Kebanyakan para pembesar Quraisy tidak mau mengikuti Nabi bukan karena lebih yakin dengan
berhala, melainkan lebih karena dengki, mengapa Muhammad diangkat menjadi Nabi, bukan mereka?

Walid bin Mughirah berkata, "Wahyu didatangkan kepada Muhammad bukan kepadaku, padahal aku
kepala dan pemimpin Quraisy, juga tidak kepada Abu Mas'ud Amr bin Umair Ats Tsaqafi sebagai
pemimpin Tsaqif. Kami adalah pembesar-pembesar dua kota."

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬


BAGIAN 47

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

HISYAM BIN AMR

Hisyam bin Amr berjalan bolak-balik di depan rumahnya sambil menggerutu, "Tiga tahun sudah Bani
Hasyim diasingkan! Padahal, mereka masih bersaudara dengan suku-suku Quraisy yang lain. Ada yang
sebagai sepupu, ipar, paman, bibi.

Kalau saja tidak ada aku dan beberapa orang lain yang suka menyelundupkan makanan dengan diam-
diam, Bani Hasyim tentu sudah kelaparan! Sudah saatnya aku harus berbuat sesuatu!"

Dengan tekad demikian, Hisyam bin Amr pergi menemui sahabatnya, Zuhair bin Umayyah. Zuhair
adalah adalah anggota bani Makhzum, tapi bibinya adalah Atikah binti Abdul Muthalib dari Bani
Hasyim.

"Zuhair," tegur Hisyam,

"Aku heran engkau masih bisa tenang menikmati makanan, pakaian, dan lainnya, padahal engkau tahu
keluarga ibumu dikurung sedemikian rupa hingga tidak boleh berhubungan dengan orang lain, tidak
boleh berjual beli, tidak boleh saling menikahkan! Aku bersumpah kalau mereka itu keluargaku dari
pihak ibuku, keluarga Abdul Hakam bin Hisyam, lalu diajak untuk mengasingkan mereka, tentu aku
tolak mentah-mentah!"

Zuhair terperangah,

"Sebetulnya sudah lama sekali persoalan ini meresahkan hatiku," kata Zuhair kemudian.

"Jadi apa lagi yang engkau tunggu?" tanya Hisyam.

Keduanya pun sepakat untuk bersama-sama membatalkan piagam kejam itu. Namun, itu tidak cukup.
Mereka harus mendapat dukungan juga dari yang lain.

Kemudian, secara rahasia malam itu juga mereka menemui Mut'im bin Adi dari Bani Naufal, Abu Al
Bakhtary bin Hisyam, dan Zam'a bin Aswad dari Bani Asad. Kelima orang itu membulatkan tekad untuk
membatalkan piagam yang telah tiga tahun dipasang di dinding Ka'bah.

MEROBEK PIAGAM

Esok harinya, Zuhair mengelingi Ka'bah tujuh kali seraya berseru, "Hai penduduk Mekah! Kamu
sekalian enak-enak makan dan berpakaian, padahal Bani Hasyim binasa, tidak bisa membeli atau
menjual sesuatu pun! Demi Allah, saya tidak akan duduk sebelum piagam yang kejam ini dirobek!"

Ketika itu, Abu Jahal berada tidak jauh dari tempat Zuhair, dengan cepat, datang menghampiri sambil
berteriak,

"Engkau pendusta! Demi Allah, piagam itu tidak boleh dirobek!"

"Jika Zuhair engkau sebut pendusta, engkau jauh lebih pendusta!" balas Zam'a bin Aswad,
"Sebenarnya dulu pun saat piagam itu ditulis, kami tidak rela!"

"Zam'a benar!" dukung Abu Al Bakhtary,

"dulu kami tidak rela terhadap penulisan piagam itu dan kami pun tidak ikut menetapkannya!"

"Zam'a dan Abu Al Bakhtary benar!" sahut Mut'im bin Adi,

"dan siapa yang berkata selain itu dialah sang pendusta.

"Kami menyatakan kepada Allah untuk membebaskan diri dari piagam itu dan apa yang tertulis di
dalamnya!"

Mata Abu Jahal berkilat-kilat dan bahunya gemetar menahan marah.

"Kalian pasti sudah bersekongkol tadi malam!" tuduhnya.

"Kalian diam-diam berkumpul ditempat tersembunyi dan memutuskan untuk mengingkari piagam
bersama ini!"

Perang mulut hampir memuncak ketika Abu Thalib yang ketika dari tadi diam di pojok, berjalan
mendatangi mereka. Sikapnya yang tenang membuat orang-orang yang sedang bertengkar terdiam.

Mereka memandang Abu Thalib dan menanti yang akan dikatakan pemimpin Bani Hasyim itu.

"Semalam Muhammad menyampaikan sebuah pesan kepadaku mengenai piagam itu, "demikian kata
Abu Thalib.

RAYAP YANG DIUTUS ALLAH

"Muhammad menyampaikan kepadaku bahwa Allah telah mengutus rayap untuk memusnahkan
piagam itu", lanjut Abu Thalib dengan tenang.

Orang-orang itu saling pandang dengan rasa heran bercampur takjub. Benarkah kabar ini?

Abu Thalib cepat berkata lagi,

"Jika kemenakan ku itu berbohong, kita biarkan apa yang ada di antara kalian dan dia. Biarlah kami
menanggung pengasingan selamanya. Namun jika Muhammad benar, kalian harus berhenti
memboikot dan berbuat semena-mena terhadap kami."

Tampak sekali Abu Thalib sangat yakin dengan perkataannya sehingga bersedia menanggung boikot
sampai mati jika perkataan Rasulullah tidak benar.

Semua orang terdiam. Mereka terharu sekaligus mengagumi rasa saling percaya dan kesetiaan yang
demikian tinggi antara Abu Thalib dan Rasulullah.

"Baiklah, engkau adil," kata mereka,

"kami terima perkataanmu tadi, Abu Thalib."

Berbondong-bondong, mereka pergi ke Ka'bah dan menemui bahwa yang dikatakan Rasulullah
memang benar. Rayap telah memakan isi piagam itu, kecuali sebagian kecil yang bertuliskan "Bismika
allahumma (Dengan nama-Mu ya Allah)."
Demikianlah, akhirnya piagam itu dibatalkan. Rasulullah dan keluarganya kini bisa kembali berada di
tengah-tengah masyarakat seperti semula.

Apakah kini Rasulullah dan para pengikutnya bisa bernafas lebih lega? Apalagi adanya kekuasaan Allah
melalui rayap, mungkinkah hati orang-orang musyrik berubah? Ternyata sama sekali tidak! Justru
kekufuran mereka semakin menjadi-jadi. Mereka itu seperti yang tercantum dalam firman Allah:

ِْ‫مسْ َتمرِ سحْ رِ َويَقولوا يعْ رضوا آي ًَِة يَرَ ْوا َوإن‬
Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan
berkata: (Ini adalah) sihir yang terus menerus.

Surah Al-Qamar (54:2)

BULAN-BULAN SUCI

Ada empat bulan suci dalam setahun ketika Rasulullah dan kaum Muslimin dibebaskan dari
pemboikotan. Bulan-bulan suci itu adalah bulan pertama, Muharram (saat diharamkannya kekerasan),
lalu bulan ketujuh, Rajab (yang dihormati), kemudian bulan kesebelas, Dzulqa'dah (bulan damai),
terakhir bulan kedua belas Dzuhijjah (bulan haji).

TETAP BERDAKWAH

Bulan-bulan suci (Muharram, Rajab Dzulqa'dah, Dzulhijjah) itulah dimanfaatkan Rasulullah untuk
semakin giat berdakwah selama pemboikotan.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 48

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬
KETEGARAN TIADA BANDING

Suatu ketika, di tengah jalan, Rasulullah berpapasan dengan Umayyah bin Khalaf. Umayyah bin Khalaf
adalah seorang pemuda berperangai buruk. Ia suka bermusuhan dan tidak punya rasa takut kepada
siapa pun. Sekali pun Umar bin Khatthab dan Hamzah bin Abdul Muthalib telah bergabung dengan
pasukan kaum Muslimin. Umayyah menganggap enteng-enteng saja. Dia bahkan telah sesumbar akan
membunuh Rasulullah dengan tangannya sendiri.

Oleh karena itu, ketika berpapasan dengan Rasulullah, Umayyah langsung menggertak sambil
menunjuk kuda yang dituntunnya, "Aku beri makan kuda ini, tidak lain adalah untuk membunuhmu!"

Rasulullah menatap Umayyah dengan tajam sambil membalas cepat, "Tidak, justru akulah yang akan
membunuhmu dengan izin Allah."

Kini Rasulullah tidak segan lagi menjawab setiap ejekan dan ancaman orang-orang Quraisy. Beliau
semakin gencar dan tekun berdakwah tanpa memperdulikan resikonya lagi. Keberanian Rasulullah ini
meruntuhkan wibawa musuh-musuh beliau yang selama ini selalu membangga-banggakan diri.

Masyarakat kecil perlahan mulai terpengaruh dengan keberanian Rasulullah ini. Mereka merasa, jika
bergabung dengan kaum Muslimin, mereka tidak akan diejek dan disakiti semena-mena lagi.
Kekukuhan hati Rasulullah dalam menghadapi bahaya merambah ke hati orang-orang yang tertindas.

Suatu hari, seorang pria asing menjerit, "Wahai orang-orang Quraisy! Adakah orang yang bersedia
menolong diriku? Hakku dirampas oleh Amr bin Hisyam (Abu Jahal)! Aku adalah pendatang dan telah
dilakukan sewenang-wenang!"

Siapa orang Quraisy yang berani menantang keganasan Abu Jahal untuk menolong laki-laki malang
ini?

KEBERANIAN RASULULLAH

Memang tidak ada yang berani! Tidak seorang pun! Namun, mereka menyarankan kepada laki-laki
asing itu,

"Carilah Muhammad dan minta tolong kepadanya."

Walau menyarankan begitu, hampir semua orang yakin, Rasulullah akan mampu melakukannya.
Semua tahu bahwa Abu Jahal adalah musuh Rasulullah yang paling jahat dan beringas.

"Ada apa, Saudara? Apa yang bisa kubantu?" Demikian sapa Rasulullah ketika orang asing itu datang.

"Tuan, aku adalah orang asing di sini. Amr bin Hisyam tidak mau membayar unta yang dibeli dariku!"

Rasulullah mengajak lelaki itu ke rumah Abu Jahal. Melihat mereka, orang-orang tertawa gaduh.
Mereka yakin Muhammad tidak akan punya cukup keberanian untuk menghadapi Abu Jahal.
Muhammad pasti akan mengecewakan laki-laki asing itu. Mereka bersiap-siap melontarkan ejekan
paling menyakitkan untuk meruntuhkan wibawa Rasulullah di hadapan para pengikutnya.
Ketika Rasulullah dan orang asing itu tiba di rumah Abu Jahal, ia sedang berada ditengah-tengah budak
dan para penunggang kudanya. Tiba-tiba pintu diketuk dengan keras. Wajah Abu Jahal memerah
menahan marah,

"Siapa yang berani mengetuk pintuku sekeras itu? Tidak tahu dia kalau aku sedang bersama
bawahanku! Dengan mudah, mereka bisa kusuruh melumatkan orang itu!"

Abu Jahal membuka pintu dan terkejut melihat Rasulullah di depannya. Saat itu wajah Rasulullah
tampak sangat penuh percaya diri. Hati beliau sudah bulat untuk membela orang yang teraniaya ini.

Abu Jahal tidak berkata sepatah kata pun. Ia masuk ke rumah dan keluar lagi untuk membayar
pembelian unta laki-laki asing itu.

Orang asing itu sangat berterimakasih kepada Rasulullah. Ia segera pergi dan bercerita kepada orang-
orang di sekitar Ka'bah. Mau tidak mau, keberanian Rasulullah ini menimbulkan rasa kagum di hati
mereka. Mereka yang tadi sudah siap mengejek pun membubarkan diri dengan perasaan bercampur
aduk, kesal, geram, tetapi sekaligus hormat dan kagum.

LAKI-LAKI DARI SUKU GHIFAR

Kabar tentang ajaran Islam sudah mulai menyebar ke seluruh pelosok Jazirah Arabia. Suatu hari,
datanglah seorang laki-laki berwajah ramah dan bijaksana. Abu Thalib melihatnya, lalu menegur,
"Sepertinya Anda laki-laki asing?"

"Betul, namaku Abu Dzar dari suku Ghifar."

Sebelum datang sendiri, Abu Dzar mengutus seorang saudaranya untuk mencari tahu tentang
Rasulullah. Sesudah melihat apa yang dilakukan Rasulullah, saudara Abu Dzar melaporkan,

"Demi Allah, aku telah melihat orang menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari keburukan."

Karena belum puas dengan berita itu, Abu Dzar pun datang ke Mekah. Ali bin Abu Thalib mengajak
Abu Dzar bermalam di rumahnya. Esok harinya, Ali bertanya kepada Abu Dzar,

"Jika Anda tidak berkeberatan bercerita, apa yang mendorong Anda datang ke negeri ini?"

"Kalau Anda berjanji untuk merahasiakannya, aku akan menceritakannya."

Ali mengangguk.

Kemudian, Abu Dzar berkata,

"Di kampungku, kami mendengar tentang seseorang yang bernama Muhammad. Orang mengatakan
bahwa ia membawa ajaran baru. Aku ingin menemuinya. Namun, aku tahu pemerintah Quraisy akan
menindak setiap orang asing yang sengaja menemuinya."

"Ikuti saya," bisik Ali bin Abu Thalib, masuklah ke tempat saya masuk. Jika saya melihat orang yang
saya khawatirkan akan mengganggu keselamatan Tuan, saya akan merapat ke tembok dan Tuan
silahkan berjalan terus."

Malam itu juga, Abu Dzar bertemu Rasulullah.


"Hatiku sangat pedih melihat orang-orang kaya yang congkak, budak-budak yang sengsara, kaum
perempuan yang tertindas, kaum miskin yang tidak mampu berbuat apa-apa. Apa yang Islam tawarkan
untuk mengatasi semua ini?" tanya Abu Dzar.

Rasulullah menjawab semua pertanyaan itu sampai Abu Dzar merasa sangat puas. Saat itu juga, Abu
Dzar menyatakan keimanannya dengan semangat menggelora.

Ketika Abu Dzar berpamitan, Rasulullah berpesan.

"Wahai Abu Dzar, kembalilah ke masyarakatmu. Kabarkanlah kepada mereka ajaran Islam, dan
rahasiakanlah pertemuan kita ini dari penduduk Mekah karena aku khawatir mereka akan
mengganggu keselamatanmu."

Abu Dzar malah pergi ke Ka'bah dan berseru-seru mengajak orang masuk Islam.

Anjuran bersabar kepada Abu Dzar

Suatu hari, Rasulullah bertanya kepada Abu Dzar,

"Wahai Abu Dzar, bagaimana pendapatmu jika menjumpai para pembesar yang mengambil barang
upeti untuk mereka pribadi?"

Jawab Abu Dzar,

"Demi yang telah mengutus Anda dengan kebenaran, akan saya tebas mereka dengan pedang saya!"

Sabda Rasulullah,

"Maukah kamu aku beri jalan yang lebih baik dari itu? Yaitu bersabarlah sampai kamu menemuiku."
KISAH RASULULLAH SAW

BAGIAN 49

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

ABU THALIB SAKIT KERAS

Beberapa bulan setelah piagam dihapus, Rasulullah kembali mengalami ujian besar. Kali ini bukan
penyiksaan dari pihakUntuk lawan, melainkan berupa kehilangan orang yang beliau cintai.

Karena sudah lanjut usia dan menderita kehidupan berat di pengasingan selama tiga tahun, Abu Thalib
jatuh sakit. Saat itu usianya sudah delapan puluh tahun. Mengetahui Abu Thalib sakit keras, orang-
orang Quraisy khawatir akan terjadi perang antara kaum Quraisy dan Rasulullah beserta para
pengikutnya. Apalagi dipihak Rasulullah ada Hamzah dan Umar yang terkenal garang dan keras.
Selama ini, Abu Thalib selalu bisa menjadi penengah kedua belah pihak.

Para pemuka Quraisy menemui Abu Thalib dipembaringan dan berkata,

"Abu Thalib, engkau adalah keluarga kami juga. Sekarang ini, keadaan antara kami dan kemenakanmu
sudah sangat mencemaskan kami. Panggilah dia. Kami dan dia akan saling memberi dan menerima.
Biarlah dia dengan agamanya dan kami dengan agama kami pula".

Rasulullah Kemudian datang. Mengetahui maksud kedatangan mereka, Rasulullah bersabda,

"Sepatah kata saja saya minta yang akan membuat mereka merajai semua orang Arab dan bukan
Arab."

"Katakanlah, demi ayahmu," kata Abu Jahal,

"sepuluh kata sekali pun silahkan!"

Rasulullah bersabda,

"Katakan, tidak ada ada Tuhan selain Allah dan tinggalkan segala penyembahan selain Allah."

"Muhammad," seru mereka,

"maksudmu tuhan-tuhan itu dijadikan satu saja?"

Para Pembesar Quraisy Saling pandang dengan kecewa menghadapi keteguhan Rasulullah.

"Pulanglah," kata mereka satu sama lain,

"orang Ini tidak akan memberikan apa-apa seperti yang kamu kehendaki. Pergilah Kalian!"

ABU THALIB WAFAT

Rasulullah duduk di sisi pembaringan pamannya. Dengan sedih, ditatapnya wajah bijaksana orang tua
itu. Hati Rasulullah dipenuhi rasa duka, tidak hanya karena melihat sakit sebelum maut yang diderita
Abu Thalib, tetapi juga karena sampai saat itu, pamannya belum juga membuka hatinya kepada Islam.
Rasulullah menggenggam tangan pamannya dengan lembut. Inilah Abu Thalib yang dulu mengajaknya
berdagang ke Syam karena tidak tega berpisah dengannya. Inilah pamannya yang dulu merawatnya
penuh kasih sayang, bahkan mencintainya melebihi kecintaan kepada anak-anaknya sendiri. Inilah
Abu Thalib yang membuka jalan pertemuannya dengan Khadijah dan mendorongnya menjadi
pemimpin kafilah dagang Khadijah. Inilah Abu Thalib yang selalu menjadi pelindungnya sejak dirinya
menjadi yatim sampai menjadi utusan Allah.

Abu Thalib membuka matanya yang sayu dan memandang Rasulullah, "Demi Allah, wahai anak
saudaraku, aku tidak melihatmu menawarkan sesuatu yang berat kepada para pemuka kaummu."

Sejenak timbul harapan Rasulullah akan keislaman pamannya itu,

"Wahai pamanku, ucapkanlah satu kalimat maka dengan kalimat tersebut engkau berhak mendapat
syafaatku pada Hari Kiamat."

Akan tetapi, Abu Thalib tetap enggan menerima ajakan tersebut. Kemudian wafatlah ia. Kini, hilang
sudah seorang pelindung Rasulullah. Mulai saat ini, Rasulullah harus menghadapi semuanya sendiri.

Kata-Kata Terakhir Abu Thalib

Ketika Rasulullah mengajak Abu Thalib mengucapkan syahadat pada saat-saat terakhirnya, Abu Thalib
berkata,

"Kalau saja aku tidak khawatir nasib keluargaku akan dianiaya setelah kepergianku dan kaum Quraisy
bakal mengatakan, bahwa aku berucap karena gentar menghadapi sakaratul maut, aku tentu
mengucapkannya. Kalau pun kuucapkan, itu sekadar menyenangkan hatimu."

KHADIJAH WAFAT

Seusai penguburan Abu Thalib, Rasulullah kembali ke rumah dan menemukan Khadijah jatuh sakit.
Rasulullah menggenggam tangan Khadijah yang kini terasa panas. Dari hari ke hari, wajah Khadijah
semakin pucat dan gemetar, Rasulullah amat terharu. Pada saat-saat seperti ini, istrinya itu tetap
berusaha menguatkan hatinya. Seolah-olah Khadijah tahu bahwa perjuangan suaminya masih sangat
panjang dan berliku, sedangkan perjuangannya sendiri sudah mencapai titik akhir.

Akhirnya saat perpisahan sepasang suami istri yang mulia itu pun tiba. Hanya beberapa hari setelah
Abu Thalib meninggal, Khadijah pun wafat dengan tenang.

Dalam beberapa hari saja, Rasulullah kehilangan dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya,
paman yang mengasuh dan melindunginya serta istri yang setia mendampingi dalam menempuh
semua suka dan duka, terutama setelah beliau diangkat menjadi Rasul selama sepuluh tahun terakhir
kehidupan mereka. Masa-masa duka ini dikenal dengan nama 'Amul Huzni (tahun kesedihan).

Saat itu, seolah-olah semua kegembiraan di hati Rasulullah pudar. Indahnya kehidupan seolah-olah
ikut terkubur bersama jasad dua orang kesayangan itu. Rasulullah tertunduk di samping pusara
Khadijah. Air mata beliau mengalir tanpa tertahan.

Beliau ingat, betapa besar penderitaan pamannya dan kesengsaraan yang dipikul istrinya saat mereka
bertindak melindungi beliau. Rasanya, hidup Khadijah lebih banyak dilalui dengan menanggung begitu
berat beban perjuangan dibanding menikmati manisnya kehidupan.
Keluarga dan sahabat merasakan betul kesedihan Rasulullah. Sekuat tenaga, mereka berusaha
menghibur Rasulullah. Inilah saat-saat ketika para pengikut, yang biasanya dihibur dan dikuatkan
hatinya oleh Rasulullah, berganti menghibur dan menguatkan hati Rasulullah. Sungguh pada saat yang
mengharukan, tetap ada keindahan yang tampak dalam persaudaraan mereka.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 50

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

KENANGAN AKAN KHADIJAH

Kenangan akan Khadijah tetap hidup di hati Rasulullah sampai beliau wafat. Rasulullah ingat
pernikahan mereka yang penuh berkah. Itulah satu-satunya pernikahan di dunia ini yang dipenuhi
berkah surga dan dunia sekaligus.

Saat pernikahan itu, Khadijah mengadakan jamuan buat semua orang, mulai dari yang paling kaya
sampai yang paling miskin. Bangsa Arab yang saat itu hanya mengenal air putih, dalam walimah
pernikahan Rasulullah dan Khadijah, disuguhi minuman segar sari buah dan sirup mawar.

Selama beberapa hari, semua orang, baik tua maupun muda, makan di rumah Khadijah. Kepada orang-
orang miskin, Khadijah memberikan beberapa keping uang emas dan perak serta pakaian. Kepada
para janda, Khadijah menyumbangkan kebutuhan hidup yang belum pernah mereka rasakan
sebelumnya.

Rasulullah juga terkenang saat setelah menikah, Khadijah tidak lagi tertarik pada perdagangan serta
kesuksesan yang diraihnya. Pernikahan telah mengganti perhatian Khadijah. Beliau telah
mendapatkan Muhammad Al Musthafa sebagai hartanya yang paling berharga di dunia ini. Begitu
Khadijah menjadi istri Rasulullah semua perak, emas, dan berlian kehilangan harga di matanya.
Rasullullah menjadi satu-satunya yang Khadijah sayangi, perhatikan, dan cintai. Beliau mengabdikan
diri sepenuhnya pada kehidupan Rasulullah.

Saat-saat didampingi Khadijah boleh dikatakan merupakan sat-saat yang sangat membahagiakan
Rasulullah. Dari rahim Khadijah-lah lahir dua orang putra dan empat orang putri Rasulullah, termasuk
puteri terkecil mereka Fatimah Az Zahra, yang menjadi cahaya mata ayahnya.

Tidak ada laki-laki lain yang cocok mendampingi Khadijah selain Rasulullah. Begitu serasinya mereka
sampai ada ahli sejarah yang menduga bahwa seandainya Khadijah tidak bertemu Rasulullah dalam
hidupnya, kemungkinan besar Khadijah tidak akan menikah sampai akhir hidupnya, karena bukanlah
kekayaan, ketampanan, dan keturunan yang menarik hati Khadijah, melainkan keluhuran budi yang
mampu meluluhkan hatinya. Itulah yang ada dalam diri Rasulullah.

RUMAH DI SURGA

Dalam Shahih Al Bukhari, Abu Hurairah berkata, Jibril mendatangi rumah Rasulullah seraya berkata,
"Wahai Rasulullah, inilah yang datang Khadijah sambil membawa bejana yang di dalamnya ada lauk
atau makanan atau minuman. Jika ia datang, sampaikan salam padanya dari Rabb-nya dan sampaikan
kabar kepadanya tentang sebuah rumah di Surga yang di dalamnya tidak ada hiruk-pikuk dan
keletihan."

KHADIJAH WANITA SEMPURNA

Sebelum kedatangan Islam, Khadijah dijuluki Ratu Mekah. Namun, ketika cahaya Islam terbit, Allah
memberi beliau kedudukan sebagai ibu kaum beriman (ummulmukminin). Saat itu, sebagian kaum
Muslimin adalah orang-orang miskin. Mereka tidak bisa mencari nafkah, karena orang-orang kafirlah
yang menguasai perdagangan. Orang-orang itu tidak memberikan kesempatan bagi kaum Muslimin
untuk bekerja. Pada saat itu, kaum Muslimin bisa terhindar dari kelaparan berkat bantuan Khadijah.

Khadijah juga memberi mereka tempat tinggal. Khadijah menggunakan begitu banyak uangnya untuk
orang-orang Muslim di Mekah yang miskin akibat boikot orang-orang musyrik. Pertolongan Khadijah
telah mematahkan tujuan orang-orang musyrik untuk menarik para pengikut Rasulullah yang miskin
pada kekafiran lagi.

Khadijah tidak pernah menyisakan sampai uang terakhir yang dimilikinya demi kesejahteraan para
pemeluk Islam. Cinta Khadijah kepada mereka tidak berbeda dengan cinta ibu kepada anaknya. Kalian
tahu, seorang ibu rela mengorbankan nyawanya sendiri demi keselamatan anak-anaknya. Seorang ibu
bisa merasakan lapar, namun jika anak-anaknya kelaparan, ia akan mengutamakan anak-anaknya
lebih dulu. Ia akan memberikan jatah makannya untuk anak-anaknya dan rela menahan lapar. Bahkan
jika anak-anaknya merasa kenyang dan senang, itu sudah cukup membuat seorang ibu juga merasa
senang dan kenyang sehingga ia lupa rasa lapar yang dideritanya sendiri. Cinta seorang ibu tidak
mengenal syarat. Cinta seorang ibu penuh perlindungan dan penuh kasih.

Dengan keluhuran budi istrinya yang begitu agung sangat wajar jika Rasulullah merasa amat berduka
ketika Khadijah wafat.

RASULULLAH AMAT MENCINTAI KHADIJAH

Begitu besarnya cinta Rasulullah kepada Khadijah sampai beliau bersabda, "Demi Allah! Allah tidak
menggantikan Khadijah dengan seorang yang lebih baik. Ia telah beriman kepadaku pada saat orang-
orang mengingkari risalahku. Ia percaya kepadaku pada saat orang-orang nendustaiku. Ia telah
mengorbankan hartanya padahal orang lain tidak mau melakukannya, dan Allah telah melimpahkan
karunia bagiku anak-anak melalui Khadijah.

SETELAH ABU THALIB TIADA

Ketika ibunya wafat, Fatimah Az Zahra baru berusia tiga tahun. Anak perempuan yang matanya masih
basah karena baru kehilangan ibunya itu kini melihat ayahnya dihina orang sejadi-jadinya. Para
tetangga mereka seperti Hakam bin Ash, Uqbah bin Abu Muith, Adi bin Hamra, dan Abu Lahab sangat
sering melempar batu ketika ayahnya sedang shalat. Bahkan tidak cuma batu, tetapi juga jeroan
kambing. Jeroan kambing itu pernah mereka melemparkan ke dalam panci masakan Rasulullah yang
siap disajikan.
Kejadian paling ringan yang pernah menimpa Rasulullah adalah ketika seorang Quraisy pandir
mencegatnya di jalan dan secara tiba-tiba menyiramkan tanah ke atas kepala beliau. Rasulullah tidak
membalas hinaan itu. Beliau pulang ke rumah dengan kepala yang penuh tanah.

Di rumah, Fatimah membersihkan kepala ayahnya sambil menangis.

Tidak ada yang lebih pilu rasanya hati seorang ayah dibanding mendengar tangis anaknya. Apalagi
yang menangis ini adalah anak perempuan yang baru saja ditinggal mati ibunya. Hampir kaku rasanya
Rasulullah karena begitu pilu, bahkan beliau hampir saja ikut menangis.

Muhammad adalah ayah yang bijaksana dan penuh kasih sayang pada putri-putrinya. Tak ada lagi yang
beliau lakukan menghadapi tangis pilu putrinya selain memohon pertolongan kepada Allah dengan
keimanan sepenuh hati.

"Jangan menangis, putriku," begitu yang Rasulullah bisikkan kepada Fatimah sambil menghapus air
matanya,

"sesungguhnya Allah akan melindungi ayahmu."

Rasulullah kemudian berkata,

"Sebelum wafat Abu Thalib, orang-orang Quraisy itu tidak seberapa menggangguku."

Apa yang kemudian beliau lakukan untuk melepaskan diri dari tekanan Quraisy yang semakin menjadi-
jadi?

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 51
ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

TINDAKAN BENGIS ABU LAHAB

Sepeninggal Abu Thalib, Abu Lahab terpilih sebagai ketua Bani Hasyim. Segera setelah ia terpilih, Abu
Lahab menyatakan melepas perlindungan terhadap diri Rasulullah dengan memberikan pengumuman
secara terbuka di Pasar Ukazh dan di Ka'bah. Ini adalah tindakan yang amat kejam, sampai Rasulullah
sempat minta perlindungan dari keluarga selain Bani Hasyim.

Bani Hasyim adalah satu di antara sekian banyak kabilah. Pemimpin sebuah kabilah dipilih karena
bijak, berani, dan tegas. Pemimpin kabilah menduduki kedudukan terhormat. Pemimpin kabilah
biasanya dipilih setelah berusia 40 tahun.

Dalam pertempuran, kaum muda berjuang di garis depan melindungi pemimpin kabilah dan sesepuh
di garis belakang.

Cara Rasulullah Berdakwah

Ada 6 cara yang dilakukan Rasulullah untuk berdakwah:

1. Mengumpulkan orang.

2. Mendatangi tempat-tempat pertemuan dan keramaian.

3. Mendatangi kota-kota lain.

4. Menugasi setiap muslim untuk berdakwah.

5. Menugasi muslim pilihan untuk mengajar.

6. Mengirimkan surat dan utusan kepada para raja dan pemimpin.

THA'IF

Rasulullah berdakwah ke Tha'if pada tahun 10 kenabian (akhir Mei 619). Tha'if terletak 100 kilometer
sebelah Tenggara Mekah. Tha'if adalah kota pegunungan dengan ketinggian hampir 2.000 meter
diatas permukaan laut. Tha'if adalah kota dagang dengan hasil bumi dan perkebunan buah seperti
anggur.

Rasulullah mencoba mengalihkan dakwah langsung keluar Kota Mekah. Bersama Zaid bin Haritsah,
Rasulullah pergi ke kota Tha'if. Tiba di kota itu, Rasulullah menemui tiga orang pembesar kota dan
menawarkan Islam kepada mereka. Apa tanggapan mereka?

"Bahkan akan kusobek-sobek selubung Ka'bah untuk membuktikan bahwa demikian tidak percayanya
aku padamu!" ujar seseorang.

Mendengar temannya bicara seperti itu, yang lain tersenyum mengejek sambil berkata,

"Apakah Tuhan tidak mendapatkan orang yang lebih baik daripada kamu? Kalau engkau seorang nabi,
pastilah engkau terlalu mulia untuk menjadi teman bicaraku. Kalau bukan, maka engkau terlalu rendah
kulayani."
Rasulullah meminta tiga pembesar Tha'if yaitu Mas'ud, Abdu Yalail, dan Habib, tidak mengumumkan
kepada masyarakat penolakan mereka terhadap beliau. Akan tetapi, ketiga pembesar itu tidak
mengabulkan permintaan Rasulullah. Mereka malah menghasut agar para pemuda mengolok-olok
Rasulullah.

Mereka keluar dan berteriak kepada orang banyak,

"Wahai penduduk Tha'if! Lihat orang ini! Ia mencoba mengganti para berhala kita dengan satu Tuhan
baru yang tidak terlihat!"

Para pemuda mulai datang bergerombol dengan wajah memerah karena murka.

"Orang ini rupanya berniat menipu dan membodohi kalian! Apa yang akan kalian perbuat?"

"Usir dia!"

"Jangan cuma diusir, lempar dia dengan batu agar jera dan tidak berani membawa kegilaannya
kemari!"

Kemudian, mulailah para pemuda melempari Rasulullah dengan batu. Melihat hal itu, orang-orang
kaya tidak mau ketinggalan. Mereka menyuruh budak-budaknya,

"Hei, tunggu apalagi? Ambil batu dan lempari dia! Sekaranglah saatnya kalian bersenang-senang!"

Rasulullah dan Zaid berlari di sepanjang jalan ke luar Kota Tha'if. Mereka diikuti hujan batu disertai
gemuruh caci maki dan cemooh gerombolan pemuda dan budak. Batu-batu terbang berbunyi debag-
debug menghantam seluruh tubuh Rasulullah meski sudah dilindungi Zaid. Darah suci Rasulullah
berceceran di sepanjang jalan.

DOA RASULULLLAH

Setelah jauh keluar dari kota, gerombolan orang yang mengejar Rasulullah pun membubarkan diri
dengan senyum puas dan mengejek. Saat itu Rasulullah bertemu dengan seorang istri pembesar Tha'if
dari Bani Jumah yang sedang lewat. Perempuan itu memandang Rasulullah dengan rasa kasihan
bercampur heran.

"Lihatlah, apa yang ditimpakan kepada kami oleh rakyat suamimu," sabda Rasulullah.

Mendengar orang Tha'iflah yang menganiaya beliau, perempuan itu berlalu dengan perasaan takut
jika diketahui orang bahwa ia menunjukkan belas kasihan kepada Rasulullah.

Untuk melepas lelah dan membasuh luka, Rasulullah dan Zaid berlindung di sebuah kebun anggur
milik Utbah dan Syaibah. Keduanya anak Rabi'ah, seorang pembesar Quraisy. Saat itu, keluarga Rabi'ah
memerhatikan Rasulullah dari jauh, tetapi mereka tidak berbuat apa pun.

Setelah napasnya kembali normal, Rasulullah mengangkat kepala dan menengadah ke langit. Beliau
memanjatkan doa yang amat mengharukan.

"Allahuma ya Allah, kepada-Mu juga aku mengadukan kelemahanku, kurangnya kemampuanku, serta
kehinaanku di hadapan manusia."

"Oh Tuhan Maha Pengasih, Maha Penyayang, Engkaulah Pelindungku."


"Kepada siapa hendak Engkau serahkan aku? Kepada orang jauh yang berwajah muram, kepadaku,
atau kepada musuh yang akan menguasai diriku?"

"Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli, karena sungguh luas kenikmatan yang
Engkau limpahkan kepadaku."

"Aku berlindung kepada nur wajah-Mu yang menyinari kegelapan, dunia, dan akhirat."

"Janganlah kemurkaan-Mu menimpa aku."

"Kepada-Mu lah aku menghamba sampai Engkau puas sesuai kehendak-Mu. Tiada yang lebih kuat dan
kuasa dari pada-Mu."

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 52

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَِى صَلِ اَللَّه َّم‬
DI KEBUN ANGGUR

Melihat penderitaan yang begitu buruk dialami Rasulullah, Utbah dan Syaibah merasa iba. Mereka
menyuruh seorang budak mereka untuk memberikan buah anggur kepada Rasulullah.

Rasulullah menjulurkan tangan untuk memgambil anggur seraya mengucap, "Bismillah."

Budak itu terkejut keheranan mendengar ucapan itu.

"Kata-kata itu tidak pernah diucapkan oleh penduduk negeri ini." ujarnya.

Kemudian, Rasulullah bertanya kepada sang budak siapa namanya dan dari negeri mana dia berasal,
serta apa agamanya.

"Namaku Addas, aku berasal dari Niniveh di Mesopotamia. Aku beragama Nasrani."

Rasulullah kemudian berkata lagi, "Dari negeri baik-baik, Yunus bin Matta."

Dengan rasa heran yang lebih besar daripada sebelumnya, Addas bertanya, "Darimana Tuan tahu
nama Yunus bin Matta?"

"Dia saudaraku," jawab Rasulullah, "dia seorang nabi dan aku juga seorang nabi."

Mendengar itu, hati Addas dipenuhi rasa haru yang menyengat. Tanpa berkata apa-apa lagi, dia
mencium kepala, tangan, dan kaki Rasulullah.

Utbah dan Syaibah memerhatikan hal itu dengan heran.

"Lihat, ia merusak budakmu," kata Syaibah.

Ketika Addas kembali, mereka bertanya dengan marah,

"Mengapa pula engkau cium kepala, tangan, dan kaki orang itu?"

"Itulah laki-laki yang paling baik di negeri ini," jawab Addas.

"Ia mengatakan sesuatu yang hanya diketahui oleh para nabi."

Utbah dan Syaibah saling pandang sebelum berkata dengan keras,

"Addas, jangan sampai orang itu memalingkan engkau dari agamamu. Agamamu itu lebih baik
daripada agamanya."

SAAT PALING GETIR

Jibril dan Malaikat Penjaga Gunung, menawarkan diri untuk menghancurkan Tha'if. Namun, Rasulullah
menolak, beliau bahkan mendoakan kebaikan bagi penduduk Tha'if.

KEMBALI KE MEKAH
Setelah Abu Thalib meninggal, Abu Lahab lah yang terpilih sebagai pemimpin kabilah Bani Hasyim. Abu
Lahab langsung mengumumkan kepada khalayak bahwa Bani Hasyim kini tidak lagi melindungi
Rasulullah. Hal itu berarti Rasulullah boleh dianiaya, bahkan sampai dibunuh oleh siapa pun tidak akan
ada yang menuntut balas kematiannya.

Dalam perjalanan kembali ke Mekah, keadaan Nabi yang tanpa perlindungan ini merisaukan Zaid. Zaid
pun bertanya,

"Wahai Rasulullah, apa yang akan kita lakukan jika kita kembali ke Mekah tanpa perlindungan? Aku
khawatir jika orang akan berbuat sewenang-wenang kepada Anda."

Rasulullah menatap Zaid dengan pandangan menghibur sambil berkata dengan keyakinan penuh,

"Allah akan melindungi agama dan Rasul-NYA."

Tiba-tiba di luar Mekah, melalui seorang penduduk, Rasulullah menghubungi Al Akhnas bin Syariq
untuk menanyakan apakah ia mau memberi perlindungan. Namun, Al Akhnas menolak.

Rasulullah kemudian menghubungi Suhail bin Amr dari Bani Amr bin Lu'ay, tetapi ia juga menolak.

Akhirnya Al Muth'im bin Adi bersedia memberi perlindungan.

Esok paginya, Al Muth'im menuju Ka'bah dan memgumumkan perlindungannya. Abu Lahab datang
dan memprotes dengan ejekan,

"Kamu memberi perlindungan atau menjadi pengikutnya?"

"Kami memberi perlindungan kepada orang yang seharusnya engkau lindungi", jawab Al Muth'im.

Suatu hari, Rasulullah pergi ke Ka'bah, Abu Jahal melihatnya dan berseru kepada sekumpulan orang
Quraisy dengan nada menghina,

"Wahai keturunan Abdu Manaf, inilah Nabi kalian."

Menanggapi olokan itu, Utbah bin Rabi'ah berkata,

"Peduli apa pula engkau, apakah kita ini mempunyai seorang nabi atau raja?"

Rasulullah mendekati keduanya dan berkata,

"Wahai Utbah, demi Allah ucapanmu adalah tanggunganmu sendiri. Sementara untukmu, Abu Jahal,
nasib jelek akan menimpamu sehingga kelak engkau akan sedikit tertawa dan banyak menangis."

SAAT PENUH PERJUANGAN

Setelah Abu Thalib meninggal ruang gerak dakwah Rasulullah di Mekah semakin sempit. Beliau pun
mencoba mengalihkan dakwah Islam ke suku-suku Arab lain yang sering berdatangan ke Mekah pada
bulan-bulan haji.

Setiap hari Rasulullah mengunjungi perkemahan Badui, setiap kali itu pula Abu Lahab mengikuti
beliau. Setelah beliau beranjak pergi, Abu Lahab mendekat dan berkata,

"Orang yang tadi hanya ingin menukar kepercayaan Anda kepada Latta dan Uzza, serta jin-jin sekutu
Anda, dengan agama sesat yang dibawanya."
Seorang pemuka kabilah Badui pernah bertanya kepada Rasulullah,

"Kalau kami jadi pengikutmu dan Tuhan memberimu kemenangan menghadapi lawanmu, apakah
kami akan berkuasa setelah Anda?"

Rasulullah menjawab,

"Kekuasaan adalah pemberian Allah ketika Ia menghendaki."

Dengan muka masam, pemimpin kabilah itu berkata ketus,

"Dugaan saya, Anda ini mengharap kami melindungi Anda dari orang Badui dengan dada kami, lalu
kalau Anda menang orang lain akan memetik untung! Tidak, terima kasih."

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 53

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

AISYAH DAN SAUDAH

Walau keadaan semakin berat, Rasulullah tetap berjuang dengan gigih. Namun demikian, semakin
gigih pula suku-suku pengembara Arab menolak beliau.

Pada saat penuh perjuangan itulah, Rasulullah menikah dengan Aisyah, putri Abu Bakar. Pernikahan
itu bertujuan mempererat tali persaudaraan dengan para pendukung Islam yang setia. Tali
persaudaraan yang erat itu sangat penting pada saat-saat sulit seperti itu.

Pernikahan Rasulullah dengan Aisyah merupakan penghargaan setingi-tingginya bagi Abu Bakar, ayah
Aisyah sekaligus sahabat Rasulullah. Pernikahan ini merupakan suatu bentuk kemenangan dalam
persaudaraan yang penuh cinta kasih antara Abu Bakar dan Rasulullah sejak masa sebelum diangkat
menjadi Rasul.

Sebelumnya Rasulullah menikahi Saudah. Saat itu Saudah telah menjadi janda setelah suaminya
meninggal di Habasyah. Tujuan pernikahan itu adalah untuk menolong Saudah yang hampir hidup
terlunta-lunta setelah suaminya wafat. Saudah adalah wanita yang pertama dinikahi Rasulullah
sepeninggal Khadijah.

Setelah berduka ditinggal Abu Thalib dan Khadijah, kesukaran yang dihadapi Rasulullah bertambah
dengan semakin kerasnya orang Quraisy memusuhi beliau. Pada saat itulah, Allah menghibur
Rasulullah dengan sebuah perjalanan luar biasa yang tidak pernah kita temui lagi kedasyatannya
dalam sejarah.

ISRA'

Pada suatu malam yang hening, Malaikat Jibril mendatangi Rasulullah. Wajahnya putih berseri dan
berkilau seperti salju. Demikian heningnya saat itu sampai tidak terdengar suara burung malam,
gemericik air, dan siulan angin.
"Hai orang yang sedang tidur, bangunlah!" sapa Malaikat Jibril.

Rasulullah bangun. Saat itu, beliau sedang tidur di rumah sepupunya, Ummu Hani binti Abu Thalib.

Jibril membawa Buraq kehadapan Rasulullah. Buraq adalah hewan yang bentuknya lebih kecil dari
kuda tapi lebih besar dari keledai dengan sayap dikedua sisi tubuhnya. Warnanya putih. Setiap kali ia
melangkah, jauhnya sama dengan jarak pandang.

Setelah Rasulullah naik ke punggungnya. Buraq pun meluncur seperti anak panah, sedangkan Jibril
terbang mengiringi dalam jarak yang dekat sekali. Mereka terbang melintasi padang-padang pasir
menuju ke utara.

IFRIT

Dalam perjalanan Isra', satu Ifrit mengejar Rasulullah sambil membawa obor. Ifrit adalah bangsa jin
yang amat jahat. Jibril mengajarkan sebuah doa kepada Rasulullah yang membuat obor Ifrit padam
dan Ifrit tersungkur jatuh.

Akhirnya Rasulullah tiba di Baitul Maqdis, Yerusalem, Palestina. Di atas Baitul Maqdis Rasulullah
bertemu Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Isa. Ketiga nabi mulia itu ditemani nabi-nabi lain.
Rasulullah kemudian memimpin shalat semua nabi dan rasul itu.

Selesai shalat, dibawakan kehadapan Rasulullah tiga buah bejana. Satu berisi khamr, satu berisi air,
dan satu lagi berisi susu.

MI'RAJ

Rasulullah mendengar sebuah suara berkata, "Kalau ia memgambil air, ia akan tenggelam dan begitu
juga umatnya. Kalau ia mengambil khamr, ia akan tersesat dan begitu pula umatnya. Kalau dia
mengambil susu, ia akan dibimbing dan begitu juga umatnya."

Oleh karena itu, Rasulullah mengambil bejana berisi susu dan meminumnya dengan menyebut nama
Allah. Jibril pun berkata kepada Rasulullah, "Anda telah diberkati dan begitu pula umat Anda,
Muhammad."

Setelah itu, beliau dibawa naik sampai ke langit. Tangga dipancangkan di atas batu Yaqub.

Mi'raj berarti tangga. Saat naik ke langit, Rasulullah meniti Mi'raj, bukan lagi menaiki Buraq. Buraq
menunggu di bawah ditambatkan di pintu Baitul Maqdis. Oleh Jibril, tangga ini diletakkan di atas batu
besar dan ujungnya terus menjulang sampai ke langit.

Dengan tangga itu, Rasulullah naik ke atas langit berlapis tujuh. Setiap tingkatan langit di jaga oleh
malaikat agar tidak ada setan yang bisa mencuri-dengar rahasia-rahasia langit.

Di langit pertama, Rasulullah melihat semua malaikat tersenyum, kecuali satu saja. Rasulullah
bertanya kepada Jibril, lalu Jibril menjawab bahwa itu adalah Malik, malaikat penjaga neraka,
Rasulullah bertanya lagi kepada Jibril,

"Bisakah engkau memerintahkannya untuk memperlihatkan neraka?"


"Malik, perlihatkan neraka kepada Muhammad."

Lalu Malik mengangkat penutup neraka dan api berkobar tinggi sampai Rasulullah mengira bahwa ia
akan membakar segalanya.

ILLIYYIN DAN SIJJIN

Illiyyin adalah nama suatu tempat di surga tertinggi. Sementara itu, Sijjin adalah tempat yang terletak
di bawah Neraka Jahanam.

Rasulullah meminta agar Jibril memerintahkan Malik mengendalikan kobaran api yang sangat dasyat
itu. Malaikat Malik pun melakukannya dan menutup kembali pintu neraka.

Setelah itu, Rasulullah melihat seorang laki-laki sedang duduk melihat roh-roh manusia yang lewat
dihadapannya. Jika roh itu baik, ia akan mengucapkan selamat seraya berkata,

"Roh yang baik dari tubuh yang baik."

Jika yang lewat itu roh yang buruk, wajah laki-laki itu jadi keruh sambil berkata,

"Huh! Roh yang jelek dari tubuh yang jelek!"

"Siapa laki-laki itu, wahai Jibril?" tanya Rasulullah.

Jibril menjelaskan bahwa itu adalah Nabi Adam yang sedang menilai roh keturunannya. Roh orang
yang beriman membuat Nabi Adam gembira, sedangkan roh orang kafir dan murtad membuat beliau
kesal dan murung.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 54

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬
KE LANGIT BERIKUTNYA

Rasulullah melanjutkan perjalanannya bersama Jibril. Beliau melihat orang-orang berbibir seperti bibir
unta. Di mulut mereka ada potongan api berbentuk batu yang mereka telan lalu keluar lagi lewat
duburnya, kemudian ditelan lagi begitu seterusnya.

"Siapakah mereka ini?" Rasulullah bertanya-tanya.

"Mereka adalah para pendosa yang memakan harta anak yatim."

Setelah itu, beliau melihat orang-orang seperti keluarga Fir'aun. Perut mereka membesar, sedangkan
serombongan unta-unta gila menginjak-injak perut mereka di neraka. Orang-orang itu tidak mampu
lagi menghindar.

"Siapakah orang-orang ini?" tanya Rasulullah.

"Orang-orang itu adalah para pemakan riba. Mereka biasa meminjamkan uang kepada orang lain,
tetapi meminta uang pinjaman itu dikembalikan dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan uang
yang dipinjam."

Setelah itu, Rasulullah melihat orang-orang yang di hadapan mereka ada dua jenis daging, satu empuk
dan lezat, sedang yang satu lagi kesat dan busuk. Akan tetapi, orang-orang itu memakan daging yang
busuk.

"Siapakah mereka ini?" kembali Rasulullah bertanya.

Dijelaskan kepada beliau bahwa orang-orang itu menelantarkan istrinya dan mendekati perempuan
lain yang tidak halal.

Dalam perjalanan berikutnya, Rasulullah dibawa ke langit kedua. Beliau berjumpa dengan Nabi Isa dan
Nabi Yahya (Putra Nabi Zakaria). Keduanya adalah saudara sepupu dari garis ibu.

Di langit ketiga, beliau berjumpa dengan seorang nabi yang wajahnya begitu tampan seperti bulan
purnama.

Itu adalah Nabi Yusuf.

Di langit keempat, Rasulullah bertemu dengan Nabi Idris yang telah dimuliakan Allah dengan diangkat
dari dunia ke tempat yang tinggi.

Di langit kelima, Rasulullah bertemu Nabi Harun (putra Imran). Nabi Harun adalah nabi yang dikasihi
kaumnya.

"Belum pernah saya bertemu orang segagah dia," demikian sabda Rasulullah tentang Nabi Harun.

MENERIMA PERINTAH SHALAT

Di langit keenam, Rasulullah bertemu dengan Nabi Musa.


Lalu, di langit ketujuh, beliau bertemu dengan seorang laki-laki yang sedang duduk di atas singgasana
gerbang surga (Baitul Makmur). Setiap hari, 70 ribu malaikat masuk lewat gerbang itu dan tidak keluar
lagi sampai Hari Kebangkitan.

"Belum pernah saya melihat orang yang lebih menyerupai saya,"

Laki-laki itu ayah saya, Nabi Ibrahim.

Kemudian, ia membawa saya ke surga dan disitu saya melihat seorang gadis berbibir merah gelap, dan
saya tanyakan dia, milik siapa ia sebab ia begitu gembira ketika berjumpa dengan saya, dan jawabnya,

"Saya milik Zaid bin Haritsah."

Kemudian Rasulullah dibawa ke hadapan Arasy sehingga bertemu Allah. Segalanya tidak dapat
dilukiskan dengan lidah dan di luar jangkauan daya otak manusia. Bertemu dengan Allah Yang Maha
Agung membuat Rasulullah merasakan kesejukan sampai ke tulang punggungnya. Kemudian, rasa
tenang dan damai membanjiri perasaan beliau, begitu terasa nikmat. Pada saat itulah, Rasulullah,
Allah memerintahkan agar setiap Muslim melakukan shalat lima puluh kali sehari semalam.

Begitu Rasulullah turun dari Arasy, beliau bertemu Nabi Musa yang berkata,

"Bagaimana engkau mengharap pengikut-pengikutmu akan melakukan shalat lima puluh kali setiap
hari? Sebelum engkau, aku sudah punya pengalaman, sudah kucoba terhadap Bani Israil sekuat daya.
Percayalah dan kembalilah kepada Allah, minta supaya dikurangi jumlah shalat itu."

Kemudian Rasulullah kembali menemui Allah. Kemudian jumlah shalat dikurangi jadi empat puluh kali
setiap hari.

Namun, Nabi Musa menganggap masih di luar kemampuan orang. Dia sarankannya lagi Rasulullah
kembali meminta keringanan. Demikianlah, beberapa kali Rasulullah bolak-balik menemui Allah
sampai akhirnya jumlah shalat ditetapkan menjadi lima kali sehari semalam.

Kemudian, Rasulullah kembali ke Bumi dengan menuruni tangga. Buraq pun membawa Rasulullah
kembali ke Mekah.

MENGABARKAN ISRA MI'RAJ

Menjelang fajar Rasulullah membangunkan Ummu Hani dan keluarganya.

"Oh Ummu Hani," sabda Rasulullah,

"seperti engkau maklum, semalam aku shalat malam terakhir bersama kamu. Kemudian aku ke Baitul
Maqdis dan shalat di sana. Baru saja, saat ini, kita shalat subuh bersama."

Rasulullah kemudian bangkit, meninggalkan Ummu Hani yang masih terperangah. Ummu Hani tahu
beliau akan keluar dan mengabarkan Isra' dan Mi'raj kepada orang banyak. Rasulullah berdiri dan
berjalan ke pintu begitu cepat seolah-olah tidak sabar lagi untuk mengabarkan perjalanan ini. Padahal,
beliau tahu apa akan dikatakan orang Quraisy yang selama ini memusuhinya. Namun, semangat
Rasulullah tidak terhalangi oleh hal-hal semacam itu.

Rasa khawatir Ummu Hani menggunung seketika. Begitu cepatnya langkah Rasul sehingga Ummu Hani
terpaksa menarik jubah Rasul dengan tergesa-gesa.
"Ya Rasulullah, jangan mengatakannya pada khalayak ramai. Nanti mereka menuduh engkau berdusta
dan mereka akan menghinamu."

Rasulullah tersenyum menentramkan, "Demi Allah, saya akan tetap mengatakannya."

Ummu Hani tidak bisa berkata apa-apa lagi melihat tekad Rasulullah yang sudah demikian kuat. Ketika
Rasulullah pergi, dilihatnya beliau dengan pandangan khawatir. Ummu Hani segera memanggil
seorang hamba sahayanya, seorang perempuan dari Habasyah.

"Pergilah, ikuti Rasulullah dan dengar yang dikatakan kaumnya terhadap beliau."

Hamba sahaya itu pun bergegas pergi.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 55

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

QURAISY GEMPAR

Saat itu, di dekat Ka'bah telah berkumpul para pembesar Quraisy. Mereka melihat Rasululllah, Abu
Jahal bertanya dengan congkak,

"Hai Muhammad! Adakah engkau mendapat suatu perkara baru lagi?"

"Ya, aku baru mendapat suatu perkara yang baru."

"Apa itu? Ceritakanlah," Abu Jahal bersiap mengejek.

"Semalam aku pergi ke Baitul Maqdis."

Senyum Abu Jahal melebar,

"Ke Baitul Maqdis dan pagi-pagi begini sudah kembali tiba disini?"

"Ya, semalam aku pergi di Baitul Maqdis."

Abu Jahal tertawa sambil menggeleng-geleng heran,

"Apakah kamu berani menyatakan hal ini di muka kaumku? Kalau memang berani, saya akan
memanggil mereka. Ceritakanlah kepada mereka hal yang telah kamu katakan kepadaku tadi!"

"Baik panggil mereka kemari," tegas Rasulullah.

Seketika itu juga, Abu Jahal pergi memanggil semua pembesar Quraisy dan orang-orang biasa.

Dalam waktu singkat, semua orang berduyun-duyun ke hadapan Rasulullah.

"Hai Muhammad!" Seru Abu Jahal.

"Katakanlah kepada kaumku sekarang seperti yang kamu katakan tadi kepadaku!"
Rasulullah pun bersabda,

"Semalam saya pergi ke Baitul Maqdis."

Orang-orang terperangah. Semua orang yang hadir disitu bersikap seolah-olah kurang jelas
mendengar kata-kata Rasulullah.

"Pergi kemana, Muhammad?"

"Semalam saya pergi ke Baitul Maqdis."

Seketika itu, gemparlah suasana. Suara tawa dan cemooh menggemuruh. Mengalahkan suara-suara
itu Abu Jahal berteriak,

"Muhammad itu memang selalu mengada-ada dengan ucapannya!"

Olok-olok makin terdengar riuh. Ada yang mengejek. Ada yang tertawa. Ada yang bertepuk tangan.

Bagi bangsa Arab, tepuk tangan adalah bukan tanda semangat. Tepuk tangan atau menaruh tangan
diatas kepala adalah tanda mengejek dan hinaan bagi seseorang yang kata-katanya dianggap tidak
bisa dipercaya.

Orang-orang itu memanggil Abu Bakar. Mereka ingin tahu yang akan dikatakan Abu Bakar, orang yang
selama ini begitu kukuh kepercayaannya kepada Rasulullah.

ABU BAKAR MEMBENARKAN CERITA RASULULLAH

"Kalian berdusta," kata Abu Bakar kepada orang-orang yang datang kepadanya.

"Sungguh, Muhammad kini berada di Ka'bah sedang berbicara dengan orang banyak."

"Kalaupun itu yang dikatakannya," kata Abu Bakar,

"Tentu dia bicara yang sebenarnya. Dia mengatakan kepadaku bahwa ada berita dari Tuhan, dari langit
ke bumi pada waktu malam atau siang aku percaya. Padahal tadi itu lebih mengherankan daripada
berita sekarang ini."

Abu Bakar kemudian mendatangi Rasulullah. Saat itu, orang-orang Quraisy sedang meminta Rasulullah
menggambarkan bentuk Baitul Maqdis. Mereka tahu, Rasulullah belum pernah satu kali pun
berkunjung ke tempat itu. Sementara itu, beberapa orang dari mereka telah terbiasa berdagang
sampai ke Syam dan melewati Baitul Maqdis berkali-kali. Abu Bakar adalah salah seorang yang pernah
berdagang ke sana.

Mendengar Rasulullah begitu tepat menggambarkan keadaan Baitul Maqdis, Abu Bakar berkata di
hadapan semua orang,

"Rasulullah, saya percaya!"

Bahkan, orang-orang kafir sekali pun menggeleng-geleng kepala, heran bercampur kagum mendengar
kata-kata Abu Bakar. Mereka menghormati kesetiaan dan tingginya rasa percaya Abu Bakar kepada
Rasulullah.
Rasulullah sendiri sangat gembira mendengar perkataan Abu Bakar. Padahal saat itu, semua orang
dihadapannya tengah bertanya-tanya, mengejek, dan mencaci. Bahkan yang lebih menyakitkan,
beberapa orang yang sudah memeluk Islam kembali murtad karena tidak percaya dengan apa yang
Rasulullah sampaikan.

Sejak saat itu Rasulullah memberi julukan kehormatan dan kesayangan "As-Shiddiq" kepada Abu
Bakar. Artinya adalah "yang tulus hati", "yang sangat jujur."

BUKTI DARI KAFILAH

Merasa belum cukup mendengar betapa tepat gambaran Rasulullah tentang Baitul Maqdis, orang-
orang Quraisy meminta bukti yang lain.

Rasulullah mengatakan, bahwa dalam perjalanan, beliau melewati beberapa kafilah yang sedang
dalam perjalanan menuju Mekah atau ke arah Syam. Rasulullah mengatakan bahwa di salah satu
kafilah, seekor unta terjerembab karena terkejut oleh kehadiran Buraq. Rasulullah juga mengatakan
tempat kafilah itu berada.

"Saya melanjutkan perjalanan," demikian sabda Rasulullah,

"sampai tiba di Dhajanan, melewati sebuah kafilah bani fulan. Kutemukan mereka semua sedang
tertidur. Mereka mempunyai sebuah guci yang tertutup. Saya membuka tutupnya dan meminum air
itu lalu menutupnya kembali."

Sudah menjadi kebiasaan kafilah Arab untuk menyediakan guci minum yang bisa dinikmati oleh siapa
pun tanpa perlu izin lagi. Bahkan biasanya yang disediakan adalah susu.

"Sebagai bukti kafilah itu sekarang sedang menuruni dataran tinggi Baydha di celah Tan'im. Kafilah itu
dipimpin seekor unta berwarna kelabu dengan muatan dua kantong, yang satu hitam dan yang lain
belang."

Orang-orang kemudian bergegas menuju celah itu. Mereka menemukan bahwa unta pertama yang
mereka jumpai sedang memimpin kafilah memang persis seperti yang digambarkan Rasulullah.

Orang-orang juga bertanya kepada anggota kafilah itu tentang guci air.

"Ketika kami bangun pada pagi hari tadi, guci itu masih tertutup, tetapi isinya kosong. Padahal
semalam guci itu penuh berisi air," jawab anggota kafilah.

Orang-orang saling berpandangan mengakui yang Rasulullah katakan. Terlebih lagi setelah itu, mereka
bertanya pada rombongan kafilah lain tentang unta yang terjerembab.

"Kami memang terkejut mendengar sesuatu seperti apa yang bergerak cepat di langit. Sesuatu itu
membuat seekor unta kami terkejut dan terjerembab."

Demikian bukti-bukti kebenaran Isra' Mi'raj sudah begitu kuat. Namun, orang-orang seperti Abu Jahal
tidak bisa berubah menjadi orang beriman.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 56

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

RINTANGAN DARI ABU LAHAB

Selain terus-menerus berdakwah kepada orang-orang Mekah, Rasulullah juga menyampaikan ajaran
Islam kepada orang-orang yang datang ke Mekah. Bangsa Arab berkumpul di Mekah pada pekan-
pekan tertentu beberapa kali dalam setahun, misalnya di Pasar Ukazh, yang diadakan selama bulan
Syawal, kemudian Pasar Mujannah, yang berlangsung setelah bulan Syawal selama dua puluh hari.

Jika Rasulullah tahu ada rombongan datang, Beliau segera pergi mendatangi mereka sambil berkata,

"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah memerintahkan kamu sekalian supaya menyembah
kepada-NYA dan janganlah kamu menyekutukan Dia dengan sesuatu."

"Wahai sekalian manusia ucapkanlah olehmu, Tiada Tuhan melainkan Allah, supaya kamu
berbahagia!"

Namun, di mana pun Rasulullah datang pasti di belakang beliau Abu Lahab datang mengikuti sambil
berseru keras-keras,

"Hai sekalian manusia, sesungguhnya orang ini memerintahkan kamu sekalian supaya meninggalkan
agama orangtua-orangtuamu terdahulu! Hai sekalian manusia, janganlah kamu dengarkan perkataan
orang ini karena dia itu pendusta!"

Bahkan sesekali jika marahnya sudah memuncak, Abu Lahab melempar kepala Rasulullah dari
belakang dengan batu!

Akibat tindakan Abu Lahab ini, sangat sedikit orang yang mau menerima seruan Islam. Orang-orang
Islam pun bahkan belum berani menunjukkan keislamannya secara terang-terangan. Kebanyakan
orang mencaci, mencemooh, mengusir, dan mendustakan Rasulullah.

Akan tetapi, beliau tidak pernah berputus asa. Beliau terus berdakwah semakin gencar dan semakin
bersemangat. Berkat kegigihan yang luar biasa inilah, Allah mulai menunjukkan tanda-tanda
kemenangan dari sebuah kota bernama Yatsrib.

UTBAH BIN RABI'AH

Selain Abu Lahab, salah seorang yang memusuhi Rasulullah adalah Utbah bin Rabi'ah. Namun, Utbah
lebih lembut. Utbah memberi Rasulullah anggur ketika beliau diusir dari Tha'if.

ORANG-ORANG YATSRIB

(Suatu saat kelak, Rasululllah mengubah nama Yatsrib menjadi Madinah). Orang-orang Yatsrib
termasuk rombongan orang Arab yang sering datang ke Mekah. Mereka terpecah menjadi dua
golongan orang Aus dan orang Khazraj.
Kedua suku ini saling berperang satu sama lain selama 120 tahun. Suatu saat kaum Aus menang. Pada
saat lain, orang Khazraj yang mengalahkan Aus.

Suatu malam di Bukit Aqabah, Mina, Rasulullah bertemu dengan enam orang Khazraj. Mula-mula
beliau mengajukan pertanyaan, kemudian orang-orang itu menjawab dengan sopan. Kemudian
Rasulullah memperkenalkan diri dan bertanya,

"Bagaimana keadaan kalian di Yatsrib?"

Sesudah itu beliau mengajak mereka duduk bersama dan memenuhi ajakan itu dengan penuh rasa
ingin tahu. Sesudah saling bertanya, Rasulullah mengajak mereka ke tempat yang sunyi, sedikit jauh
dari penglihatan orang. Di tempat itu, Rasulullah membacakan ayat-ayat Al-Qur'an. Keenam orang
Khazraj itu mengerti dan tertarik segala apa yang beliau serukan.

Setelah Rasulullah yakin dengan kesungguhan orang-orang ini, beliau mengajak berpindah tempat lagi
ke bawah Bukit Aqabah. Tempat itu benar-benar terlindung dari jangkauan penglihatan orang. Di
tempat aman itulah, Rasulullah mengajak mereka mendukung kenabian beliau. Rasulullah meminta
agar mereka ikut menyebarkan ajaran Islam di kota asal mereka, Yatsrib.

Orang-orang itu minta waktu untuk berunding.

"Rupanya ini adalah jalan yang diberikan Tuhan," demikian salah satu dari mereka berkata,

"Aku sudah bosan berperang dengan Aus, mudah-mudahan ajaran Islam ini akan menyatukan kita dan
Aus dalam perdamaian."

Setelah selesai, mereka menyatakan percaya dan sungguh-sungguh mendukung penyebaran Islam di
Yatsrib. Rasulullah kemudian menasihati agar mereka seiya sekata, tolong-menolong, dan bantu-
membantu dalam menjalankan tugas mulia ini.

BAIAT AQABAH PERTAMA

Keenam orang itu kembali ke Yatsrib dan menyerukan Islam kepada seluruh penduduknya.

"Muhammad adalah nabi terakhir utusan Tuhan yang didustakan kaumnya sendiri," demikian kata
mereka.

Segera saja nama Rasulullah menjadi terkenal di kalangan penduduk Yatsrib.

Pada musim haji berikutnya, lima dari enam orang itu kembali ke Mekah bersama tujuh orang rekan
mereka. Dua berasal dari Aus dan sepuluh orang berasal dari Khazraj. Mereka menemui Rasulullah di
Bukit Aqabah. Saat itu, sudah dua belas tahun lamanya Rasulullah menyebarkan Islam.

Setelah Rasulullah membacakan ayat-ayat Al-Qur'an mereka menyatakan percaya akan seruan beliau.
Rasulullah pun kemudian membaiat (sumpah setia) mereka.

Inilah yang terkenal sebagai Baiat Aqabah pertama.

Dalam baiat ini, Rasulullah mengajak mereka bersumpah untuk:

1. Menyembah Allah dan tidak menyekutukan-NYA

2. Tidak mencuri
3. Tidak bergaul dengan wanita yang belum dinikahi

4. Tidak membunuh anak-anak, seperti yang saat itu banyak terjadi

5. Tidak berdusta dan tidak membuat kedustaan

6. Tidak menolak perkara yang baik

7. Hendaknya selalu mengikuti Rasulullah, baik saat senang maupun susah

8. Hendaknya selalu mengikuti Rasulullah, baik terpaksa maupun sukarela

9. Jangan begitu saja merebut suatu perkara kecuali Allah memberikan bukti tanda-tanda kekafiran
kepada orang yang mengerjakannya

10. Hendaklah mengatakan kebenaran di mana pun berada dan tidak takut akan celaan orang

Sebagai penutup, Rasulullah bersabda,

"Hendaklah kalian menepati janji-janji ini, kelak kalian akan menerima balasan Allah berupa surga.
Namun, jika ada yang menyalahi janji ini, aku serahkan urusannya kepada Allah semata."

UCAPAN BAIAT

Ucapan baiat atau sumpah setia ini sebenarnya adalah menjulurkan tangan kanan ke depan telapak
tangan menghadap keatas, sedangkan pembaiat menjabat dengan posisi tangan disebelah atas.

Baiat Aqabah yang pertama dikenal dengan nama baiat wanita sebab Rasulullah belum meminta
mereka membela beliau dengan berperang.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 57

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

PENGIRIMAN MUSH'AB BIN UMAIR

Setelah baiat terlaksana dengan sempurna, semua orang kembali ke perkemahan masing-masing
sambil menyimpan kejadian itu baik-baik di dalam hati.

Musim haji pun segera selesai. Ketika rombongan Muslim Yatsrib berangkat pulang. Rasulullah
menyertakan seorang duta pertama. Tugas duta ini adalah mengajarkan syariat Islam dan
pengetahuan agama kepada kaum Muslimin. Selain itu, ia juga berkewajiban menyebarkan ajaran
Islam kepada orang-orang yang masih menyembah berhala.

Rasulullah memilih Mush'ab bin Umair untuk melaksanakan tugas ini. Mush'ab termasuk pemeluk
Islam pertama dan terpercaya dalam pengetahuan tentang hukum-hukum Allah, bacaan Al-Qur'an,
serta ketaatannya.
Setelah sahabat Rasulullah itu datang, semakin banyak orang Yatsrib memeluk Islam. Seiring dengan
itu, persatuan Aus dan Khazraj semakin kuat sampai akhirnya hilanglah rasa permusuhan di hati
mereka masing-masing.

JUM'AT PERTAMA

Melihat Islam berkembang demikian pesat, orang-orang Yahudi Yastrib amat khawatir. Mereka takut
agamanya lenyap terdesak oleh Islam. Oleh karena itu, setiap hari Sabtu mereka berkumpul di suatu
tempat dan mengadakan keramaian untuk menunjukkan keagungan agama mereka.

Ketika mendengar hal ini, Rasulullah memerintahkan Umair untuk mengumpulkan kaum Muslimin
setiap hari Jum'at untuk mengerjakan shalat dua rakaat berjamah. Mush'ab segera mengumpulkan
kaum Muslimin di Hazmun-Nabit.

Itulah shalat jum'at pertama dalam sejarah Islam. Shalat pertama itu diikuti oleh empat puluh orang.

ABDURRAHMAN BIN AUF

Rasulullah juga pernah memerintahkan Abdurrahman bin Auf secara diam-diam pergi ke daerah
Damatul Jandal untuk berdakwah. Selama tiga hari, Abdurrahman bin Auf berdakwah sampai akhirnya
pemimpin mereka Al Ashbag pun masuk Islam.

BAIAT AQABAH KEDUA

Satu tahun berikutnya, jumlah jama'ah haji dari Yatsrib lebih banyak, termasuk dalam rombongan itu
tujuh puluh lima muslim. Dua di antaranya kaum perempuan.

Saat itu tahun 622 Masehi, tiga belas tahun sudah Rasulullah berdakwah dengan lemah lembut,
mengalah terhadap segala siksaan, serta menanggung semua kesakitan dengan kesabaran dan
pengorbanan.

Tidak selamanya Allah mengajarkan umat-NYA untuk terus mengalah. Suatu saat pukulan harus
dibalas pukulan, serangan pun harus dibalas serangan. Dengan tujuan inilah Rasulullah mengadakan
pertemuan dengan ketujuh puluh lima Muslim itu.

Mereka bersepakat bertemu tengah malam di bukit Aqabah pada hari-hari tasyriq. Hari Tasyriq adalah
tiga hari berturut-turut setelah hari Raya Qurban (Idhul Adha).

Kali ini mereka tidak bertemu di kaki bukit, tetapi di puncaknya. Semua orang mendaki lereng-lereng
Aqabah yang curam, termasuk kedua Muslimah tersebut. Saat itu, Rasulullah disertai pamannya,
Abbas bin Abdul Muthalib. Abbas menyadari bahwa pertemuan ini dapat berakibat perang terhadap
orang yang memusuhi keponakannya.

"Saudara-saudara dari Khazraj," demikian Abbas berkata, "posisi Muhammad di tengah-tengah kami
sudah diketahui bersama. Kami dan mereka yang sepaham dengannya telah melindunginya dari
gangguan masyarakat kami sendiri. Dia adalah orang yang terhormat di kalangan masyarakatnya dan
mempunyai kekuatan di negerinya sendiri. Namun, dia ingin bergabung dengan Tuan-Tuan juga. Jadi,
kalau memang Tuan-Tuan merasa dapat menepati janji seperti yang Tuan-Tuan berikan kepadanya
dan dapat melindungi dari mereka yang menentangnya, silahkan Tuan-Tuan laksanakan. Akan tetapi
kalau Tuan-Tuan akan menyerahkan dia dan membiarkannya terlantar sesudah berada di tempat
Tuan-Tuan, dari sekarang lebih baik tinggalkan saja."

Orang-orang Yatsrib pun menjawab, "Sudah kami dengar yang Tuan katakan. Sekarang silahkan
Rasulullah bicara. Kemukakanlah yang Tuan senangi dan disenangi Allah."

Setelah membaca ayat Al-Qur'an dan memberi semangat Islam, Rasulullah bersabda,

"Saya minta ikrar Tuan-Tuan untuk membela saya seperti membela istri-istri dan anak-anak Tuan-Tuan
sendiri."

KESETIAAN KAUM ANSHAR

Saad bin Ubadah, seorang pemimpin Anshar berkata kepada Rasulullah,

"Hanya kepada kamilah Rasulullah menghendaki sesuatu. Demi jiwaku yang ada ditangan-NYA,
andaikan engkau menyuruh agar kami menceburkan diri ke dalam samudra, tentulah kami akan
melakukannya."

DIALOG SEBELUM IKRAR

Seorang pemuka masyarakat yang tertua disitu, Al Bara' bin Ma'rur, berkata,

"Rasulullah, kami sudah berikrar. Kami adalah orang peperangan dan ahli bertempur yang sudah kami
warisi dari leluhur kami."

Namun, sebelum Al Bara' selesai bicara, Abu Haitham bin Tayyihan menyela,

"Rasulullah, kami memutuskan perjanjian dengan orang-orang Yahudi. Namun, apa jadinya kalau apa
yang kami lakukan ini lalu kelak Allah memberikan kemenangan kepada Tuan, apakah Tuan akan
kembali kepada masyarakat Tuan dan meninggalkan kami?"

RASULULLAH TERSENYUM DAN BERKATA,

"Tidak, saya sehidup semati dengan Tuan-Tuan. Tuan-Tuan adalah saya dan saya adalah Tuan-Tuan.
Saya akan memerangi siapa saja yang Tuan-Tuan perangi dan saya akan berdamai dengan siapa saja
yang Tuan-Tuan ajak berdamai."

Tatkala mereka siap berikrar, Abbas bin Ubadah menyela,

"Saudara-saudara dari Khazraj, untuk apakah kalian memberikan ikrar kepada orang ini? Kamu
menyatakan ikrar dengan dia untuk melakukan perang terhadap yang hitam dan yang merah (perang
habis-habisan melawan siapa pun). Kalau Tuan-Tuan merasa bahwa jika harta benda Tuan-Tuan binasa
dan para pemuka Tuan-Tuan terbunuh, Tuan-Tuan hendak menyerahkan dia kepada musuh, lebih baik
dari sekarang tinggalkan saja dia. Kalau pun itu yang Tuan-Tuan lakukan, ini adalah perbuatan hina
dunia dan akhirat.
Sebaliknya, jika Tuan-Tuan dapat menepati seperti yang Tuan-Tuan berikan kepadanya itu, sekali pun
harta benda Tuan-Tuan habis dan para pemimpin Tuan-Tuan terbunuh, silahkan saja Tuan-Tuan
terima dia. Itulah suatu perbuatan yang baik, dunia dan akhirat."

Orang-orang pun menjawab,

"Akan kami terima, sekali pun harta benda kami habis dan bangsawan kami terbunuh. Namun,
Rasulullah, kalau dapat kami tepati semua ini, apa yang akan kami peroleh?"

Rasulullah menjawab dengan tenang dan pasti, "Surga."

KEPRIBADIAN YANG MENGAGUMKAN

Kesetiaan kaum Anshar pada saat baiat menunjukkan begitu dalamnya kepercayaan yang tertanam
dalam hati mereka kepada Rasulullah. Rasulullah memiliki kepribadian yang daya pesonanya tidak
dapat dijangkau kedalamannya. Siapa pun yang bergaul dengan beliau, pasti akan luluh dalam pesona
itu.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 58

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

IKRAR

Mereka mengulurkan tangan kepada Rasulullah dan berikrar. Inilah yang tercatat dalam sejarah
sebagai Baiat Aqabah kedua. Dalam Ikrar kedua ini, mereka berkata,

"Kami berikrar mendengar dan setia pada waktu suka dan duka, pada waktu bahagia dan sengsara,
kami hanya akan berkata yang benar di mana saja kami berada, dan kami tidak takut kritik siapa pun
atas jalan Allah ini."

Rasulullah menjabat tangan para lelaki, tetapi tidak menyentuh tangan wanita. Setelah itu, beliau
berkata,

"Pilihlah dua belas orang pemimpin dari kalangan Tuan-Tuan yang akan menjadi penanggung jawab
masyarakatnya."
Mereka lalu memilih sembilan orang Khazraj dan tiga orang Aus. Kepada para pemimpin itu, Rasulullah
berkata,

"Tuan-Tuan adalah penanggung jawab masyarakat seperti pertanggungjawaban pengikut-pengikut Isa


binti Maryam. Terhadap masyarakat saya, sayalah yang bertanggung jawab."

Peristiwa ini selesai tengah malam di celah Gunung Aqabah, jauh dari masyarakat ramai. Saat
itu,mereka berharap hanya Allah saja yang mengetahui urusan mereka. Namun, ternyata ada orang
lain yang kebetulan sedang lewat dan merasa curiga dengan suara-suara dari puncak bukit. Orang itu
memanjati lereng gunung dan menyaksikan baiat Aqabah kaum Muslimin.

KETENTUAN PERANG

Salah satu isi penting ikrar Aqabah kedua ini adalah dicantumkannya ketentuan tentang perang. Pihak
Anshar berjanji akan membela Rasulullah sekali pun harus berperang dan mengorbankan jiwa. Semua
itu dilakukan kaum Anshar tanpa pamrih sama sekali tidak mengharapkan apa pun dari Rasul kecuali
keridhaan Allah.

QURAISY TERKEJUT

Orang yang mengintai peristiwa ikrar tadi berteriak, memberi tahu penduduk Quraisy yang tinggal di
Mina, tidak jauh dari Aqobah

"Muhammad dan orang-orang yang pindah agama itu sudah berkumpul! Mereka akan memerangi
kamu!"

Walau cuma mendengar selintas, orang itu mengetahui maksud kaum Muslimin. Dengan berteriak
keras-keras, ia bermaksud mengacaukan baiat kaum Muslimin. Orang itu berharap kaum Muslimin
jadi takut, gelisah, dan membatalkan perjanjian mereka dengan Rasulullah.

Namun, tekad kaum Muslimin sudah tidak lagi tergoyahkan. Bahkan, dengan semangat menyala,
Abbas bin Ubadah berkata kepada Rasulullah,

"Demi Allah yang telah mengutus Tuan atas dasar kebenaran, kalau sekiranya Tuan berkenan,
penduduk Mina itu besok akan kami habiskan dengan pedang kami!"

Rasulullah menjawab, "Kami tidak diperintahkan untuk itu. Kembalilah ke kemah Tuan-Tuan."

Dengan cepat dan diam-diam, kaum Muslimin kembali ke kemah mereka dan tidur sampai pagi,
seolah-olah tidak pernah terjadi apa pun.

Akan tetapi, pagi itu, orang Quraisy sudah mengetahui berita adanya ikrar. Mereka benar-benar
sangat terkejut. Para pemuka Quraisy berkumpul dengan cepat dan segera bertindak. Mereka
mendatangi para pemimpin rombongan Aus dan Khazraj.

"Apa yang terjadi? Kami dengar tadi malam kalian menjanjikan sesuatu kepada Muhammad!" ujar
pemimpin Quraisy setengah menuduh.

Tidak semua rombongan Aus dan Khazraj adalah Muslim. Kebetulan para pemimpin rombongan
adalah mereka yang belum beriman.
"Tidak! Kalian pasti salah! Tidak seorang pun dari rombongan kami keluar perkemahan tadi malam!"
bantah para pemimpin rombongan dari Yatsrib itu.

Tadi malam, kaum Muslimin memang bergerak diam-diam. Mereka tidak memberi tahu anggota
rombongan yang belum beriman tentang perjanjian mereka dengan Rasulullah. Akhirnya, orang-orang
Quraisy kembali dengan hati ragu. Sementara itu, dengan tenang, anggota rombongan dari Yatsrib
berkemas dan berangkat pulang.

HIJRAH

Kaum Anshar atau 'para penolong', demikianlah Rasulullah menjuluki para sahabat barunya dari kota
Yatsrib.

Sebelum kaum Anshar datang, rasanya dakwah Islam akan berputar di sekitar Mekah saja. Padahal,
seluruh penduduk Mekah sudah diancam habis-habisan oleh para pemimpin Quraisy agar tidak
menjadi pengikut Rasulullah. Di mata orang Quraisy, tiba-tiba saja Islam sudah menjadi kuat nun jauh
di Yatsrib sana dan itu di luar jangkauan mereka.

Tanpa membuang waktu lagi, Rasulullah memerintahkan para sahabatnya menyusul kaum Anshar ke
Yatsrib. Dengan sangat cerdik, beliau memerintahkan kaum Muslimin hijrah dengan berpencar-pencar
dan diam-diam agar tidak menimbulkan kepanikan Quraisy.

Mulailah mereka berhijrah sendiri-sendiri dalam kelompok-kelompok kecil. Cara seperti itu berbeda
dengan yang dilakukan Nabi Musa yang membawa kaumnya berhijrah dalan kelompok besar
sekaligus. Ketika orang Quraisy tahu, mereka mulai panik.

"Tahan mereka yang mencoba mengungsi itu! Kurung orang yang mencoba pergi!" perintah seorang
pemimpin.

"Mengapa tidak kita bunuh saja?" seru yang lain.

"Apa kamu sudah tidak waras? Kalau kita bunuh, kabilahnya akan menuntut balas!

Quraisy akan dipecah dalam perang saudara! Itu sudah pasti akan menguntungkan Muhammad!
Tidak, tidak ada yang di bunuh. Bujuk saja supaya mereka kembali kepada sesembahan lama. Iming-
imingi dengan harta kalau perlu. Jika tidak mau juga, siksa dengan keras!"

Demikian keras orang Quraisy bertindak, sampai-sampai ada istri yang dipisahkan dari suaminya. Kalau
istrinya orang Quraisy, ia tidak boleh ikut suaminya hijrah. Jika tidak menurut, wanita itu akan mereka
kurung.

Semua itu rela dijalani kaum Muslimin. Mereka rela berpisah dari keluarga bahkan meninggalkan harta
untuk berhijrah demi kebebasan menyembah Allah.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 59
ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬
UMAR DAN HAMZAH HIJRAH

Akhirnya berangkatlah kaum Muslimin secara berangsur-angsur.

Yang tinggal di Mekah saat itu hanyalah Rasulullah, Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, Hamzah, Umar bin
Khattab, dan beberapa gelintir orang yang tidak menemukan cara untuk meloloskan diri. Ketika Abu
Bakar meminta izin untuk berhijrah, Rasulullah menjawab, "Jangan tergesa-gesa, mungkin saja Allah
memerintahkan aku berhijrah dengan disertai seorang kawan."

Akhirnya, Hamzah pun berangkat bersama beberapa orang. Namun, beda dengan saudara-saudara
Muslimnya yang berangkat dengan sembunyi-sembunyi. Hamzah bin Abdul Mutthalib berangkat
terang-terangan sambil menyandang pedang. Sorot matanya seolah-olah berkata,

"Siapa pun yang berani mencegahku pergi, akan menghadapi tebasan pedang!"

Melihat sorot mata itu, tidak seorang Quraisy pun yang berani bertanya-tanya.

Setelah itu, Umar bin Khattab pun menyusul. Ia pergi bersama beberapa orang lemah dan miskin yang
tidak mungkin dibiarkan pergi jika dikawal seorang pelindung yang disegani Quraisy.

Sambil menyandang pedang, meletakkan busurnya di pinggang. Umar bin Khattab pergi melewati
Ka'bah. Tangannya menggenggam anak-anak panah. Di hadapan para pembesar Quraisy yang sedang
duduk-duduk disitu, ia berkata,

"Siapa di antara kalian yang ingin ibunya merasakan kematian anaknya, yang ingin anaknya menjadi
yatim, dan istrinya menjadi janda, temuilah aku di belakang lembah ini."

Namun, tidak seorang pun beranjak memenuhi tantangan itu. Melihat tantangannya tidak terjawab,
Umar bin Khattab melompat ke atas kuda dan pergi memimpin rombongan hijrah. Kepergiannya
diikuti tatapan penuh rasa takut sekaligus benci orang-orang yang memusuhi Islam.

Kini, tinggallah Rasulullah, Abu Bakar, dan Ali bin Abu Thalib yang belum berhijrah. Melihat Rasulullah
sendirian, para pemuka Quraisy merencanakan sesuatu yang jahat untuk mencelakakan beliau.

QURAISY MENGINCAR RASULULLAH

Pada sebuah pertemuan bernama Darun Nadwah, para pemimpin Quraisy berkumpul untuk
menentukan sikap terhadap Rasulullah.

"Sudah berkali-kali kita membicarakan kepergian Muhammad dan pengikutnya ke Yatsrib, tetapi
sampai saat ini tidak ada satu pun tindakan yang bisa kita lakukan!" ujar seseorang.

"Betul, padahal persoalan ini begitu gawat buat kita. Sadarilah oleh kalian, jika Muhammad dan
pengikutnya berkumpul di Yatsrib, suatu saat bisa saja mereka datang ke sini untuk menyerang kita!"

"Dan kafilah-kafilah dagang kita!" jerit yang lain. "Kafilah-kafilah dagang kita harus melalui daerah
pinggiran Yatsrib untuk bisa sampai ke Syam! Apa jadinya jika perdagangan kita mereka tutup? Kita
akan kelaparan dan menderita! Persis seperti kita mengurung Muhammad dan keluarganya selama
beberapa tahun di Syi'ib Abu Thalib!"
Semua orang bergidik ngeri membayangkan kemungkinan itu. Sejenak tidak seorang pun tahu harus
berkata apa. Sampai akhirnya, seseorang memecahkan keheningan,

"Kita harus segera bertindak! Kemukakan usul kalian tentang apa yang harus kita lakukan!"

"Masukkan dia dalam kurungan besi dan tutup pintunya rapat-rapat, kemudian kita awasi biar dia
mengalami nasib seperti penyair-penyair semacamnya sebelum dia, seperti Zuhair dan Nabighah!"

Namun pendapat ini tidak mendapat dukungan yang lain.

"Kita usir dia! Buang saja dia keluar Mekah!"

Namun, nanti dia bisa bergabung dengan pengikutnya di Yatsrib!"

Akhirnya mereka menyetujui usul Abu Jahal yang sangat kejam,

"kita ambil seorang anak muda yang tangguh dan terpandang dari setiap suku. Kemudian suruh
mereka menusuk Muhammad secara bersama-sama dengan pedang-pedang yang telah diasah
setajam mungkin. Bani Abdu Manaf dan Bani Hasyim tidak akan bisa membalas kematian Muhammad
karena seluruh suku di sini terlibat pembunuhan itu! Paling-paling kita hanya harus membayar ganti
rugi yang bisa kita tanggung bersama-sama!"

PERSIAPAN HIJRAH RASULULLAH

Pada hari dilaksanakannya rapat untuk membunuh Rasulullah. Jibril turun dan menyampaikan firman
Allah yang membongkar rencana Quraisy tersebut. Setelah itu, Jibril berkata,

"Ya Rasulullah! Jangan Anda tidur malam ini di atas tempat tidur yang biasa, sesungguhnya Allah
menyuruh Anda agar berangkat hijrah ke Yatsrib."

Jibril juga menyampaikan bahwa kawan hijrah Rasulullah adalah Abu Bakar. Setelah mendengar
perintah tersebut, tanpa membuang waktu lagi, Rasulullah pergi ke rumah Abu Bakar.

Saat itu, tengah hari. Panas matahari terasa membakar kepala. Rasulullah berjalan sambil menutup
muka dan kepala. Begitu tiba di depan rumah Abu Bakar, beliau segera memanggil-manggil
sahabatnya itu.

ABU BAKAR TERKEJUT,

"Rasulullah sampai memerlukan datang di tengah panas yang amat menyengat begini, pasti ada
sesuatu yang penting."

Tergesa-gesa Abu Bakar keluar menyambut Rasulullah dan menyilakan beliau masuk. Rasulullah
duduk dan berkata,

"Allah telah mengizinkan aku keluar dan hijrah."


Dengan hati berdebar dan penuh harap, Abu Bakar bertanya,

"Berkawan dengan ..... saya ya Rasulullah?"

Rasulullah tersenyum, " Ya dengan izin Allah."

Saat itu juga, Abu Bakar menangis karena begitu bahagia. Sudah berbulan-bulan lamanya ia berharap
agar Allah memberinya kehormatan untuk menemani hijrah Rasulullah. Saat ini, impiannya itu
menjadi kenyataan.

Abu Bakar bangkit dan menunjukkan dua ekor unta yang sangat bagus,

"Ya Rasulullah ambillah salah satu dari kedua ekor unta ini untuk kendaraan Tuan."

Rasulullah kemudian memilih seekor unta dan beliau namakan Al-Qushwa. Abu Bakar segera
berkemas. Beliau memerintahkan kedua putrinya, yaitu Aisyah dan Asma, untuk membantu
menyiapkan bekal.

Rasulullah cepat-cepat kembali ke rumah dan memanggil Ali bin Abi Thalib. Beliau berpesan agar Ali
mengembalikan semua barang orang-orang yang sebelumnya dititipkan kepada Rasulullah.

PEMANDU

Rasulullah dan Abu Bakar menyewa seorang pemandu atau penunjuk jalan bernama Abdullah bin
Uraiqith. Ia termasuk orang Quraisy yang tinggal di luar kota Mekah. Ia hafal benar jalan-jalan dan
situasi di daerah itu. Ia masih seorang musyrik, tetapi dapat dipercaya.

DAYA TAHAN RASULULLAH

Hijrah menandai berakhirnya periode Mekah dalam dakwah Rasulullah. Selama 13 tahun berdakwah
di Mekah, Rasulullah telah menunjukkan daya tahan, kesabaran, dan ketabahan yang luar biasa. Beliau
menerima semua perlakuan buruk orang kafir selama bertahun-tahun tanpa amarah, apalagi hingga
patah semangat.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 60

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

DIKEPUNG

Abu Bakar berpesan kepada putranya, Abdullah, agar setiap hari mendengarkan rencana-rencana
Quraisy saat mereka tahu Rasulullah telah berangkat hijrah:

"Abdullah, setiap petang pergilah ke Gua Tsur tempat Rasulullah dan aku bersembunyi. Ajaklah
adikmu, Asma. Suruh ia membawa makanan untuk kami."
Abu Bakar juga menugasi pembantunya, Amir bin Fuhaira, agar menggembalakan kambing-
kambingnya di dekat Gua Tsur selama Rasulullah dan Abu Bakar sembunyi di situ. Amir bertugas
memerah susu kambing untuk minum Rasulullah dan Abu Bakar, sekaligus memberi peringatan jika
orang-orang Quraisy itu mendekat.

Malam pun tiba, Rasulullah telah besiap-siap. Beliau meminta Ali bin Abu Thalib untuk tidur di atas
tempat tidur beliau dan menggunakan selimut yang biasa beliau kenakan.

Kemudian, datanglah para pembunuh ke rumah Rasulullah. Mereka adalah para pemuda kekar yang
berasal dari berbagai kabilah. Pembunuh-pembunuh itu bersenjata lengkap dan mengepung rumah
Rasulullah dari segala penjuru: depan, belakang, dan samping. Disertai para ketua kabilah, jumlah
semuanya hampir seratus orang. Tampaknya tidak ada celah sedikit pun untuk meloloskan diri.

Menurut sebuah riwayat, salah seorang dari mereka mengintai ke dalam rumah Rasulullah dengan
memanjat. Konon, setiap kali ia memanjat, terdengarlah suara tangis seorang anak perempuan. Orang
itu pun segera turun. Begitulah yang terjadi berkali-kali.

Menurut adat kesopanan Quraisy, terhinalah seorang ksatria yang memasuki rumah orang yang akan
dibunuhnya dan hinalah seorang ksatria yang sampai merusak keamanan seorang perempuan. Anak
perempuan tadi adalah seorang keluarga Rasulullah yang terbangun dari tidurnya.

Demikianlah, para pembunuh terus berusaha mengintai untuk memastikan apakah Rasulullah masih
berada di rumah atau tidak. Ketika melihat Ali bin Abu Thalib yang tidur dengan berselimut, mereka
menyangka itu adalah Rasulullah. Dengan demikian, tenanglah mereka.

RASULULLAH MELOLOSKAN DIRI

Ketika saatnya tiba, Rasulullah keluar rumah dengan sangat perlahan. Beliau mengambil segenggam
pasir dan menaburkannya ke kepala para pengepung sambil membaca doa. Dengan pertolongan Allah,
para pengepung itu tidak dapat melihat Rasulullah ke luar rumah. Bahkan semuanya jadi mengantuk
dan tertidur. Rasulullah pun pergi.

Tidak lama kemudian, Abu Bakar datang. Setelah tahu apa yang terjadi, Abu Bakar segera menyusul
Rasulullah dan berhasil menemui beliau di tengah perjalanan menuju Gua Tsur. Pagi hampir tiba ketika
tiba-tiba muncul seorang laki-laki tua yang tidak seorang pun pernah melihatnya. Orang tua itu
berseru nyaring untuk membangunkan para pengepung, "Hai orang banyak! Kamu semua di sini
sedang menunggu apa? Mengapa kalian tertidur demikian pulas?"

"Kami sedang menunggu Muhammad! Bukankah ia masih tidur di dalam!"

Orang itu menggeleng-geleng,

"Kasihan .... kasihan .... kasihan sekali kalian! Muhammad sudah pergi dari tadi setelah menaburkan
pasir di kepala kalian!"

Para pemuda gagah itu bangkit, sambil membersihkan pasir di kepala mereka,

"Aduh, pasir di kepala kita! Sungguh keterlaluan! Keterlaluan!"

Salah seorang dengan gemas menggedor-gedor pintu rumah Rasulullah. "Muhammad! Muhammad!
Muhammad!"
Mereka kemudian menyerbu masuk dengan pedang terhunus. Hanya dalam waktu beberapa detik,
mereka mengelilingi tempat tidur Rasulullah.

Dengan kasar, selimut ditarik dan pedang-pedang terangkat siap untuk dihujamkan. Namun, Ali bin
Abu Thalib yang tidur di tempat Rasulullah itu segera melompat bangun dan siap menghadapi maut.

Wajah para pemuda itu membeku pucat melihat bukan Rasulullah yang berbaring.

"Mana Muhammad?" hardik mereka kasar.

"Aku tidak tahu!" jawab Ali bin Abu Thalib.

Para pemuda itu kemudian menggiring Ali bin Abu Thalib ke dekat Ka'bah. Di sana mereka memukul,
menendang, dan menampar wajah beliau. Namun, Ali lebih baik mati daripada mengatakan di mana
Rasulullah berada. Dengan putus asa, mereka pun melepaskan Ali bin Abu Thalib yang telah bertahan
demikian berani.

DI GUA TSUR

Saat itu Rasulullah dan Abu Bakar tiba di Gua Tsur. Selama berjalan, Abu Bakar sebentar-sebentar
melangkah di muka Rasulullah, lalu disamping, kemudian pindah ke belakang. Demikian berulang-
ulang.

"Abu Bakar, saya tidak mengerti perbuatanmu ini?" ucap Rasulullah.

"Ya Rasulullah, saya takut kita diikuti pengintai. Untuk mengelabuhi mereka, saya berpindah-pindah
berjalan di dekat Anda."

Saat itu Rasulullah berjalan dengan kaki telanjang. Padahal beliau tidak biasa berjalan tanpa alas kaki.
Akibatnya, kaki Rasulullah dipenuhi luka. Tiba di Gua Tsur, Abu Bakar meminta Rasulullah menunggu
sebentar di luar. Abu Bakar tahu Gua Tsur banyak dihuni binatang-binatang liar, buas, dan berbisa
seperti ular dan kalajengking. Tidak seorang manusia pun berani masuk ke dalamnya.

Abu Bakar pun masuk dan membersihkan gua tanpa menghiraukan bahaya yang mengancam. Ia
merobek pakaiannya secarik demi secarik untuk menutup semua lubang yang terlihat. Setelah itu,
dengan pakaian terkoyak-koyak, ia menyingkirkan batu-batu. Mendadak seekor ular yang
bersembunyi di balik bebatuan itu menggigit kakinya dengan keras. Sakit sekali bekas gigitan itu
seperti hendak meledakkan kepalanya. Namun, Abu Bakar menahan rasa sakit itu dan terus bekerja
tanpa bersuara.

Setelah selesai, Rasulullah pun masuk. Demikian lelahnya beliau hingga tertidur dengan meletakkan
kepala di pangkuan Abu Bakar. Saat itu, rasa sakit bekas gigitan ular semakin terasa menyengat
sampai-sampai air mata Abu Bakar menetes-netes. Setitik air mata itu menetes di muka Rasulullah.
Beliau bangun dengan terkejut.

"Mengapa engkau menangis wahai Abu Bakar?"

"Saya digigit ular, ya Rasulullah."

"Oh, mengapa tidak engkau katakan dari tadi?"

"Saya takut membangunkan engkau."


Rasulullah memeriksa luka Abu Bakar dan mengusapnya. Seketika itu juga, bengkak dan rasa sakitnya
lenyap. Kemudian, Rasulullah bertanya,

"Kemana pakaianmu?"

Abu Bakar menceritakan semua yang terjadi. Rasulullah terharu. Beliau pun berdoa, "Ya Allah,
letakkan Abu Bakar kelak pada hari Kiamat pada derajatku!"

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 61

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

MEMBURU RASULULLAH

Di Mekah, musyrikin Quraisy tampak panik. Para pembesar berkumpul sepagi mungkin. Dengan
segera, pasukan berkuda disebar ke beberapa perkampungan seputar Mekah, untuk mencari
Rasulullah.

"Mengapa Muhammad bisa lolos? Bukankah kita telah mengepung begitu rapat sampai tidak seekor
ular gurun pun dapat lolos?" teriak seorang pembesar.

Semua orang terdiam. Mereka berusaha mencari jawabannya. Namun, tidak seorang pun bisa
menjelaskan apa yang terjadi.

"Sudahlah, itu tidak penting!" akhirnya seseorang berseru.

"Sekarang yang paling mendesak adalah menemukan Muhammad secepat mungkin! Ada yang punya
usul?"

"Panggil pencari jejak paling ahli! Suruh dia melacak jejak Muhammad!"
Usul itu segera dijalankan. Pencari jejak yang amat ahli itu mengikuti jejak yang ditinggalkan
Rasulullah. Pasukan bersenjata lengkap mengikuti di belakangnya dengan wajah tidak sabar. Sebagian
besar dari mereka adalah para pemuda yang semalam ditugaskan menyergap Rasulullah.

Setelah bekerja dengan teliti, pencari jejak itu menarik napas sambil menggeleng, "Jejaknya sudah
terhapus oleh orang yang lalu lalang tadi pagi!"

"Gawat!" gemas seseorang. "Apa kau punya usul lain, pencari jejak?"

"Siapa sahabatnya? Kita bisa bertanya kepada sahabat Muhammad yang paling dekat!"

Orang Quraisy saling pandang dan serempak bergumam, "Abu Bakar!"

Dipimpin Abu Jahal, pasukan pencari itu tiba di rumah Abu Bakar. Asma binti Abu Bakarlah yang keluar
membukakan pintu.

"Di mana ayahmu?" bentak Abu Jahal.

"Dia pergi dan saya tidak tahu ke mana perginya," jawab Asma dengan berani.

"Jangan berdusta! Katakan ke mana perginya?"

"Saya tidak tahu! Di rumah hanya ada ibu dan saudari saya."

"Ah, terlalu!" sambil bersungut, Abu Jahal menampar wajah Asma keras-keras.

Sarang Laba-Laba

Ketika mereka keluar kota dan menjajaki beberapa jalan, sang pencari jejak menemukan jejak
mencurigakan. Kemudian, satu kelompok pasukan berkuda mengikuti jejak itu sampai tiba di kaki
Gunung Tsur. Namun, di situ jejak terputus. Mereka kebingungan.

"Ke mana arah kita? Ke kanan atau ke kiri?" tanya komandan pasukan. "Apakah Muhammad masuk
ke dalam gua itu atau terus mendaki ke puncak?"

"Aku tidak tahu," geleng si Pencari Jejak.

Namun, lewatlah seorang gembala dan mereka menanyainya.

"Mungkin saja mereka ke dalam gua itu," jawab sang gembala.

"Tapi aku tidak melihat ada orang yang menuju ke sana."

Di dalam gua, keringat dingin Abu Bakar keluar, ketika mendengarnya,

"Bagaimana kalau mereka sampai masuk ke dalam sini? Bukan keselamtanku yang aku khawatirkan,
melainkan keselamatan Rasulullah!" kata Abu Bakar dalam hati.

Beberapa pemuda naik dan melongok-longok ke mulut gua. Jantung Abu Bakar hampir lepas. Ia
berbisik, "Ya Rasulullah, kalau ada yang menengok ke bawah, pasti kita akan terlihat."

Rasulullah menjawab mantap, "jangan takut Abu Bakar, sesungguhnya Allah bersama kita."

Para pemuda itu turun, kembali ke pasukannya.

"Mengapa kalian tidak masuk ke dalam gua?" tanya komandan mereka dingin.
"Gua itu tertutup sarang laba-laba! Tidak mungkin Muhammad masuk ke dalam tanpa merusaknya!"

"Lagi pula ada dua ekor merpati hutan bersarang tepat di mulut gua!" lapor yang lain. "Jika
Muhammad masuk ke dalam, sarang itu juga pasti akan rusak."

Komandan pasukan mengalihkan mukanya ke arah lain sambil menghela napas, "Baiklah, naik
kudamu! Kita cari ke arah lain!" Pasukan pun menjauh.

Sarang laba-laba dan burung merpati yang menutupi gua itu adalah pertolongan yang diberikan Allah.
Padahal sebelum Rasulullah dan Abu Bakar masuk, tidak ada laba-laba dan burung merpati yang
bersarang.

Selain laba-laba dan burung merpati, di mulut gua juga mendadak tumbuh sebatang pohon yang
menghalangi sebagian jalan masuk.

Di dalam, Abu Bakar menarik napas lega. Keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya semakin
bertambah kuat.

PERJUANGAN ANAK MUDA

Abdullah bin Abu Bakar dan saudarinya, Asma binti Abu Bakar, masih muda ketika mereka membantu
hijrah Rasulullah dan ayah mereka. Abdullah bertugas mencari berita di tengah kaum Quraisy,
sedangkan Asma mengirimkan makanan ke gua. Itulah ciri khas para pemuda Muslim sepanjang
zaman. Mereka tidak hanya tekun beribadah ritual, tetapi juga mengerahkan seluruh kesanggupanya
untuk berjuang.

MENENTERAMKAN KAKEK

Abu Quhafah adalah ayah Abu Bakar. Dia buta. Setelah Abu Bakar hijrah, Abu Quhafah mendatangi
Asma. Sang kakek khawatir Abu Bakar tidak meninggalkan sepeser pun untuk putrinya.

Memang demikian, karena Abu Bakar membawa semua uangnya untuk perjuangan Islam di Madinah.

Asma membungkus batu dan berkata, Ayah telah meninggalkan banyak uang untuk kami. Abu
Quhafah meraba batu itu dan hatinya tentram karena ia menyangka Abu Bakar meman

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 62

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

MENUJU YATSRIB

Tiga hari tiga malam lamanya, Rasulullah dan Abu Bakar tinggal di Gua Tsur. Selama tiga hari itu pula,
musyrikin Quraisy kelabakan. Abdullah bin Abu Bakar menjalankan tugasnya dengan sangat baik.
Setiap hari ia memata-matai pembicaraan orang Quraisy dan menyampaikan ke Gua Tsur ketika
petang tiba. Asma binti Abu Bakar setiap sore mengantarkan makanan bersama Abdullah. Sementara
itu, Amir bin Fuhairah yang menggembalakan kambing di luar Gua Tsur selalu memerah susu kambing
agar Rasulullah dan Abu Bakar tidak kehausan sekaligus memberi tahu jika ada orang yang mendekat.
Ketiga orang itu menjalankan tugasnya dengan tenang sehingga tidak satu pun orang Quraisy yang
mencurigai gerak-gerik mereka.

Setelah tiga hari, kepanikan di kota Mekah sudah agak mereda. Saat itu lah Rasulullah dan Abu Bakar
berangkat ke Madinah. Mereka diiringi Abdullah bin Uraiqith, seorang penunjuk jalan yang saat itu
masih kafir. Ketika akan berangkat, ternyata tidak ada tali yang dapat digunakan untuk
menggantungkan makanan dan minuman di pelana unta. Asma memecahkan masalah itu. Dengan
sigap ia merobek sabuknya menjadi dua helai kain panjang. Sejak saat itu, Asma dikenal dengan
Dzatun Nithaqain (yang bersabuk dua).

Dengan cerdik Rasulullah memilih jalan yang sulit dan tidak bisa dilalui orang. Beliau memilih jalan
memutar ke tepi laut. Mereka berusaha secepatnya menjauhi Mekah dan menghindari daerah
pemukiman.

Di Mekah orang ribut mendengar sebuah pengumuman yang sangat menarik,

"Siapa pun yang dapat menemukan Muhammad dan membawanya sampai ke Mekah, akan mendapat
hadiah 100 ekor unta."

Dengan cepat, berita itu menyebar sampai ke dusun-dusun yang jauh. Suraqah bin Malik, kepala
kabilah Bani Mudlij, turut mendengar berita itu.

Suatu saat, ia didatangi seorang anggota kabilahnya yang datang tergopoh-gopoh.

"Tuan, tadi saya melihat dari jauh ada beberapa unta lewat di tepi pantai. Mungkin itulah
Muhammad!"

"Bukan, itu orang lain!" kata Suraqah.

Namun, setelah berkata begitu, Suraqah cepat-cepat pulang dan mengambil senjata lengkap. Ia pacu
kudanya ke arah yang ditunjukkan orang tadi.

Ternyata yang di buru Suraqah memang benar rombongan Rasulullah.

SURAQAH BIN MALIK

Dengan cepat, Suraqah telah berada di belakang rombongan Rasulullah. Abu Bakar yang selalu
waspada menoleh dan melihat musuh mendekat,

"Ya Rasulullah, ada orang mengejar kita! Kita tentu akan tertangkap!"

Namun, Rasulullah tetap tenang. Tanpa menoleh ke belakang, beliau bersabda,

"Tenanglah sahabatku, jangan bersusah hati. Sesungguhnya Allah bersama kita."

Kemudian, Rasulullah berdoa, "Ya Allah, cukupkanlah kami akan dia (Suraqah) sekehendak Engkau."

Saat itu juga, kuda Suraqah tergelincir dan penunggangnya terpelanting. Suraqah terdiam sejenak. Ia
merasa ada yang tidak beres. Suraqah pun memaksa kudanya bangkit dan mengejar lagi.
Dengan keras kepala, Suraqah memaksa berdiri kudanya yang hampir tidak mampu bangkit. Ia lalu
kembali mengejar. Untuk ketiga kalinya, namun Suraqah terjatuh lagi. Saat itu hilanglah niat jahat
dalam hatinya. Ia memanggil-manggil Rasulullah.

Beliau pun berhenti dan membiarkan Suraqah mendekat.

"Maafkan saya, beribu-ribu maaf!" kata Suraqah.

"Jangan engkau balas perbuatan saya, wahai Muhammad! Berilah saya sebuah surat jaminan bahwa
engkau tidak akan membalas saya saat engkau dan agamamu kelak telah menguasai seluruh jazirah
Arab."

Rasulullah tersenyum dan mengabulkannya.

"Tahukah Anda bahwa orang-orang Quraisy menjanjikan 100 ekor unta bagi siapa pun yang dapat
membawa Anda kembali" ucap Suraqah.

Rasulullah kembali tersenyum menyejukkan hati.

Dengan penuh semangat, Suraqah menawarkan bekal dan peralatan untuk perjalanan jauh. Namun,
Rasulullah menolaknya dengan halus. Beliau hanya berpesan agar Suraqah merahasiakan pertemuan
ini.

Sebelum kembali berangkat, Rasulullah bersabda,

"Ya Suraqah, suatu saat kelak engkau akan berpakaian dan memakai perhiasan, gelang, serta emas
yang biasa di pakai raja-raja Persia."

Dengan hati dipenuhi rasa bahagia, Suraqah memandang wajah Rasulullah yang pergi menjauh.

MEMERAH SUSU

Tidak lama kemudian, rombongan Rasulullah melewati kemah seorang ibu yang bernama Ummu
Ma'bad. Mereka pun berhenti untuk membeli kurma, daging, dan susu. Tempat seperti itu memang
biasa menyediakan perbekalan untuk para musyafir yang lewat. Namun sayang, apa yang mereka
inginkan ternyata sudah habis. Ummu Ma'bad yang baik hati merasa iba.

"Demi Allah, seandainya ada sesuatu yang Tuan-Tuan butuhkan, silahkan mengambilnya,Tuan-Tuan
tidak perlu membayar."

Rasulullah melihat kambing kurus dan bertanya,

"Bagaimana keadaan kambing itu, Ummu Ma'bad? Apakah ia bisa mengeluarkan susu?"

"Kambing itu adalah kambing yang sakit-sakitan Tuan. Ia sama sekali tidak menghasilkan susu."

"Apakah engkau memperkenankan saya memerah susunya? tanya Rasulullah lagi.

"Silahkan jika memang Tuan mengira ia dapat menghasilkan susu."

Dengan izin Allah, kambing sakit-sakitan itu menghasilkan susu ketika Rasulullah memerahnya. Susu
itu beliau berikan kepada Abu Bakar, lalu Abdullah bin Uraiqith, dan terakhir untuk beliau sendiri.
Sesudah itu, beliau memerahkan susu untuk Ummu Ma'bad. Dan, beliau memerahkan segelas lagi
untuk suami Ummu Ma'bad.

"Ambillah ini satu gelas buat Abu Ma'bad jika nanti ia datang."

Setelah itu, Rasulullah dan rombongannya pun meneruskan perjalanan. Sesudah matahari terbenam,
datanglah Abu Ma'bad. Melihat segelas susu telah disediakan untuknya, ia keheranan dan bertanya
pada istrinya, dari mana segelas susu ini Ummu Ma'bad?"

"Ini dari kambing kita yang sakit-sakitan."

Kemudian Ummu Ma'bad bercerita panjang lebar. Abu Ma'bad segera keluar dan memerah susu
kambing yang kurus itu.

Ternyata sejak saat itu sampai mati kambing kurus itu selalu menghasilkan banyak susu.

Abu Ma'bad berkata kepada istrinya,

"Sungguh, saya bercita-cita apabila kelak saya dapat berjumpa dengan orang yang kau ceritakan itu,
saya hendak menjadi pengikut dan sahabatnya."

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 63

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

BURAIDAH

Tidak hanya Suraqah bin Malik yang mengincar hadiah seratus ekor unta. Pemimpin Kabilah Banu
Sahmin yang bernama Buraidah bin Al Hasib Al Aslami juga keluar mencari beliau. Ia memimpin tujuh
puluh orang prajurit dan menyusuri jalan-jalan ke arah Yatsrib. Di suatu tempat, tiba-tiba saja secara
kebetulan mereka bertemu rombongan Rasulullah.

"Kepung!" perintah Buraidah. Beberapa detik kemudian, tujuh puluh pedang, tombak, dan panah
mengurung Rasulullah dan memaksa beliau berhenti. Buraidah menegur Rasulullah. Beliau pun
menjawabnya. Kemudian, sebelum Buraidah sempat bertanya lagi, Rasulullah mendahuluinya, "Siapa
Anda?"

"Saya Buraidah bin Al Hasib."

Dengan tenang Rasulullah berkata kepada Abu Bakar, "Mudah-mudahan suasana mencekam ini
kembali menjadi lebih baik."
Kemudian, beliau memandang kembali Buraidah dan bertanya, "Dari keturunan siapa Anda?"

"Dari desa Aslam, keturunan Sahmin."

Kembali Rasulullah memalingkan wajahnya ke Abu Bakar dan berkata, "Kita telah selamat dan keluar
dari jangkauan panah mereka."

"Siapakah engkau?" Kali ini Buraidah yang bertanya.

"Saya Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib."

Dengan kehendak Allah, saat itu juga Buraidah mengucapkan dua kalimat syahadat dan memeluk
Islam.

Melihat pemimpin mereka memeluk Islam, tujuh puluh orang pasukan pengepung pun mengikuti
jejaknya.

Setelah itu, Buraidah dan pasukannya mengawal rombongan Rasulullah sampai keluar dari wilayah
mereka.

Dalam situasi diburu dan dikejar pun, Rasulullah tetap mampu mengumpulkan pengikut, berkat
ketenangan, kekuatan iman, dan pertolongan Allah.

PENYEBARAN ISLAM DI YATSRIB

Pesatnya perkembangan Islam di Yatsrib tidak lepas dari jasa Mush'ab bin Umair yang diutus
Rasulullah ke Yatsrib untuk mengajarkan Islam. Mush'ab yang cerdas dan berhati lembut mampu
membuat orang yang memusuhinya menjadi kawan.

Berikut ini adalah salah satu kisah kecemerlangan dakwah Mush'ab bin Umair.

Jauh sebelum Rasulullah dan kaum Muslimin Mekah berhijrah, di Yatsrib, Mush'ab bin Umair sedang
mengajarkan Islam kepada sekelompok orang di kebun Bani Zafar. Sa'ad bin Muadz tidak senang
mendengar berita ini. Ia lalu mendatangi Usaid bin Hudhair. Kedua orang ini adalah para pemimpin
kaumnya.

"Usaid temui orang Mekah itu. Dia datang ke daerah kita dan mengajarkan agama baru kepada orang-
orang kita. Agama itu bisa membuat orang lemah dan miskin bangkit melawan kita."

Mendengar itu, Usaid pergi menjinjing tombak ke kebun Bani Zafar. Ditegurnya Mush'ab bin Umair
dengan tombak teracung. Namun, Mush'ab berkata tenang, "Maukah kau duduk dulu dan
mendengarkan? Kalau kau tidak menyukainya, aku bersedia pergi dari sini."

Usaid berpikir sejenak, "Baiklah, itu cukup adil."

Kemudian, ia duduk dan mendengarkan Mush'ab. Semakin lama, hati Usaid makin tertarik. Akhirnya,
ia memeluk Islam saat itu juga. Setelah itu, ia menemui Sa'ad bin Muadz.

"Apa? Jadi sekarang justru engkau ikut memeluk agama baru itu?" teriak Sa'ad marah.

Ia pun bergegas menemui Mush'ab sambil menyandang pedangnya. Namun, apa yang terjadi pada
Usaid, terjadi pula pada Sa'ad. Begitu mendengar penjelasan Mush'ab tentang Islam, ia begitu tertarik
sehingga menjadi Muslim saat itu juga.
Setelah itu, tanpa membuang waktu, ia pergi menemui kaumnya dan berseru, "Hai Banu Abdul Asyhal,
apa yang kalian ketahui tentang diriku?"

"Engkau adalah pemimpin kami, yang paling dekat dengan kami, engkau punya pendapat dan
pengalaman yang terpuji."

Maka kata-katamu, baik wanita maupun pria, bagiku adalah suci selama kalian beriman kepada Allah
dan utusan-Nya," demikian seru Sa'ad bin Muadz.

Sejak saat itu, seluruh suku Abdul Asysal memeluk Islam.

AMR BIN JAMUH

Keberanian kaum Muslimin di Yatsrib benar-benar di luar dugaan kaum Muslimin di Mekah. Para
pemuda di sana dengan sangat berani mempermainkan berhala-berhala orang-orang yang masih
musyrik.

Amr bin Jamuh adalah seorang bangsawan dari Banu Salamah. Ia mempunyai sebuah berhala bernama
Manat yang terbuat dari kayu. Setelah itu para pemuda dari Banu Salamah masuk Islam, diam-diam
mereka mengambil Manat pada malam hari dan memasukkan berhala kayu itu ke dalam lubang penuh
lumpur.

"Manat! Kemana Tuhanku itu?" seru Amr bin Jamuh. Pagi-pagi sekali, ia sudah datang ke tempat
penyembahan dan kebingungan mencari Manat yang hilang. Setelah mencari kesana kemari, ia
menemukan Manat tersuruk di tempat yang sangat kotor.

Amr segera mengambil, mencuci, dan membersihkan tuhannya itu sampai bersih dan meletakkannya
lagi di tempat semula.

"Siapa yang berani mengganggu Manat, akan kutebas lehernya!" ancam Amr bin Jamuh kepada orang-
orang disekitarnya.

Namun, pada malam harinya para pemuda Muslim kembali mengambil dan memasukkan Manat ke
lubang yang kotor dan berlumpur. Sambil menuduh-nuduh dan memgancam-ancam, Amr bin Jamuh
kembali mencuci dan membersihkan tuhannya.

Begitulah terjadi berkali-kali sampai akhirnya rasa kesal Amr bin Jamuh berbalik pada Manat. Amr
mengalungkan pedang pada Manat sambil berkata pada tuhannya itu, "Kalau kau memang berguna,
bertahanlah! Kusertakan pedang ini bersamamu!"

Keesokan harinya, Amr sudah kembali kehilangan Manat. Ia menemukan tuhannya itu di dalam sumur
bersama bangkai seekor anjing. Sementara itu, pedangnya hilang.

"Mengapa kau tidak membela dirimu? Mengapa kau biarkan dirimu terhina?" keluh Amr tidak
berdaya.

Beberapa orang pemuka masyarakat yang sudah memeluk Islam mendekati Amr dan memgajaknya
berbicara. Saat itu, sadarlah Amr bin Jamuh betapa sesatnya ia selama ini. Setelah itu, tanpa ragu lagi
ia memeluk Islam dan menjadi Muslim yang taat.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 64

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

Rasulullah Tiba di Quba

Kaum Muslimin di Yatsrib sudah mendengar bahwa Rasulullah telah meninggalkan Mekah. Oleh sebab
itu mereka menanti-nanti dan berharap-harap kedatangan beliau. Bahkan beberapa dari mereka pergi
ke Quba, suatu kampung yang letaknya beberapa mil dari Yatsrib untuk menyambut Rasulullah.

Setiap pagi mereka pergi bersama-sama ke tempat itu. Jika sampai siang Rasulullah belum datang,
mereka pergi dan berteduh sebentar di tempat lain. Ketika petang tiba, dan Rasulullah belum juga
tiba, mereka pulang ke Yatsrib. Begitu terus setiap hari.

Rasulullah dan rombongan memang masih agak jauh dari Yatsrib. Suatu hari ketika panas matahari
tengah begitu terik, Rasulullah tiba di Quba. Saat itu, penduduk Quba juga sudah banyak yang
memeluk Islam. Mereka juga tengah menanti-nanti kedatangan Rasulullah. Namun, tidak seorang pun
yang sudah mengenal wajah Rasulullah dan Abu Bakar. Oleh sebab itu, ketika beliau dan Abu Bakar
berteduh di bawah pohon kurma, tidak seorang pun yang datang menyambut. Sampai akhirnya,
lewatlah seorang Yahudi yang mengetahui Rasulullah dan Abu Bakar yang tengah berteduh itu. Yahudi
itu segera naik ke tempat yang tinggi dan berteriak sekeras-kerasnya,

"Hai orang-orang Arab! Itulah orang yang kamu harap-harap dan kamu nanti-nanti kedatangannya! Ia
telah berada di sini! Ia telah datang!"

Demikian teriak orang Yahudi itu berulang-ulang. Orang-orang Quba datang berduyun-duyun ke
tempat Rasulullah berteduh. Ketika tiba, mereka memberi hormat kepada Abu Bakar. Melihat itu, Abu
Bakar segera membuka selendangnya dan meneduhi Rasulullah. Barulah orang-orang sadar bahwa
mereka telah salah menyalami orang.

Orang-orang meminta Rasulullah beristirahat selama beberapa hari di Quba. Rasulullah pun
mengabulkan permintaan itu. Beliau tinggal di rumah seorang sahabat Anshar bernama Kaltsum bin
Hadam.

KERINDUAN PADA RASULULLAH

Banyak penduduk Muslim Yatsrib yang belum melihat Nabi Muhammad. Kerinduan akan sosok
Rasulullah melambung saat menanti kedatangan beliau. Mereka ingin bertemu laki-laki yang telah
menderita jiwa dan raga dalam berjuang, terusir dari kampung halaman, tetapi tetap bersemangat,
percaya diri, kokoh, berhati tulus, dan terus berdakwah, tanpa pernah berhenti.

HIJRAH ALI BIN ABU THALIB

Bagaimana dengan Ali bin Abu Thalib, sesuai dengan pesan Rasulullah, setelah mengembalikan
barang-barang titipan kepada pemiliknya, Ali bin Abu Thalib berangkat hijrah. Ali pergi mengawal
keluarga Rasulullah dan keluarga Abu Bakar. Mereka adalah Fatimah, Ummu Kultsum, Saudah, Ummu
Aiman dan anaknya, Usamah. Selain itu juga turut istri Abu Bakar, Ummu Ruman dan anak-anaknya,
Aisyah, Asma, dan Abdullah. Juga ada orang-orang Muslim lain yang lemah dan tidak berdaya.

Terbayang dengan jelas betapa beratnya tugas Ali bin Abu Thalib saat berhijrah. Apalagi mereka semua
kekurangan, sehingga Ali bin Abu Thalib harus berjalan kaki menempuh jarak lebih dari 400 kilometer
di tengah padang pasir itu.

Selama perjalanan, mereka berhenti dan bersembunyi pada siang hari untuk menghindari kejaran
pasukan Quraisy. Jika malam tiba, barulah mereka berangkat dan meneruskan perjalanan.

Akhirnya, tibalah rombongan hijrah Ali bin Abu Thalib di Quba. Di sana, mereka berjumpa dengan
Rasulullah yang masih berada di tempat itu.

Begitu jauh dan beratnya perjalanan, kaki Ali bin Abu Thalib membengkak dan dipenuhi luka di sana-
sini.

Rasulullah merasa sangat iba kepada sepupunya ini. Beliau berdoa kepada Allah memohon agar Allah
berkenan menyembuhkan semua luka di kaki Ali dan memulihkan kekuatannya seperti sedia kala.

Dengan kedua tangan beliau yang mulia itu, Rasulullah mengusap kaki Ali bin Abu Thalib.
Alhamdulillah, segera saja pulihlah semua luka, kempislah bengkak, dan lenyaplah semua rasa sakit
dari kaki Ali bin Abu Thalib.

Saat Ali bin Abu Thalib dan orang-orang yang dikawalnya tiba di Quba, Rasulullah telah berhenti di
sana selama lebih dari sepuluh hari. Dalam sepuluh hari itu, beliau dan para sahabat yang lain telah
membangun sebuah masjid. Itulah masjid pertama dalam sejarah Islam. Di dalam Al Qur'an, Allah
menyebut masjid itu dengan nama Masjid Taqwa. Sampai kini, masjid itu dikenal sebagai Masjid Quba.

MASJID QUBA

Rasulullah adalah orang pertama yang meletakkan batu untuk mendirikan Masjid Quba. Setelah itu,
beliau menyuruh Abu Bakar lalu Umar bin Khattab dan setelahnya Utsman bin Affan. Ammar bin Yasir
adalah orang yang pertama kali membangun temboknya. Kemudian, para sahabat Muhajirin dan
Anshar membangunnya bersama-sama.

Begitu masjid selesai kaum Muslimin di Quba menyangka Rasulullah akan tinggal di Quba lebih lama
lagi. Namun, Allah memerintahkan Rasulullah untuk berangkat ke Yatsrib. Begitu mengetahui hal itu,
dengan wajah sedih, Kaum Muslimin Quba mendatangi Rasulullah dan bertanya pelan,

"Ya Rasulullah apakah Tuan memang menghendaki rumah yang lebih baik daripada rumah kami?"

Rasulullah mengerti betapa besar rasa sayang kaum Muslimin Quba terhadap dirinya. Beliau pun
menjawab dengan kata-kata yang sangat halus,

"Oh tidak begitu, Allah memerintahkan saya berangkat ke Yatsrib. Karenanya, hendaklah Tuan-Tuan
membiarkan unta saya terus melanjutkan perjalanan."

Sebelum berangkat, Rasulullah berdiri di Masjid Quba. Para sahabat berkumpul dihadapan beliau.
Rasulullah bertanya kepada mereka,
"Apakah Anda sekalian orang-orang beriman?"

Semuanya terdiam, tidak seorang pun yang berani menjawab. Kemudian, Rasulullah bertanya lagi,

"Apakah Anda sekalian orang-orang yang beriman?"

Kembali semua orang terdiam kecuali Umar bin Khattab. Saat itu Umar menjawab,

"Ya Rasulullah, sesungguhnya mereka semua orang-orang beriman dan saya termasuk salah seorang
dari mereka."

Rasulullah bertanya lagi,

"Apakah anda sekalian percaya pada keputusan Allah?"

Kali ini semuanya menjawab, "Ya."

"Apakah Anda sekalian bersabar akan malapetaka yang menimpa?"

"Ya, ya Rasulullah."

"Dan apakah Anda sekalian bersyukur saat mendapat kebahagiaan?" "Bersyukur saat mendapat
kebahagiaan?"

"Ya, kami bersyukur ya Rasulullah."

"Demi Tuhan, kalau begitu Anda sekalian orang-orang beriman."

Mengapa Masjid Dibangun Lebih Dulu?

Masyarakat Islam tidak akan tegak jika tidak ada masjid. Oleh karena itu, perbedaan pangkat,
kekayaan, kedudukan, dan lainnya akan terhapus jika umat Islam selalu bertemu setiap hari di masjid
untuk menyembah Allah. Masjid juga merupakan tempat berkumpulnya kaum Muslimin untuk
mempelajari syariat Allah.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 65

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

SHALAT JUM'AT PERTAMA

Rasulullah berangkat dari Quba pada Jum'at pagi. Beliau diiringi para sahabat Muhajirin dan Anshar.
Sebagian berkendaraan, sebagian lagi berjalan kaki. Ketika waktu shalat Jum'at tiba, Rasulullah tengah
melewati Wadi Ranuna. Tempat itu dekat dengan perkampungan Bani Amr bin Auf. Rasulullah
berhenti dan mendirikan shalat Jum'at bersama para sahabatnya. Itulah shalat Jum'at pertama yang
didirikan Rasulullah.

Dalam shalat itu, Rasulullah berkhutbah,

"Wahai seluruh manusia hendaklah kalian mengerjakan amal kebaikan demi kalian sendiri. Sungguh
kalian mengetahui, demi Allah, sesungguhnya akan datang suatu hari ketika salah satu dari kalian
dikejutkan oleh suara gemuruh, sehingga ia akan melupakan harta apa pun yang dimilikinya. Pada hari
itu, Allah akan berfirman kepadanya langsung tanpa ada yang menerjemahkan dan menghalang-
halangi. Firman-Nya, "Tidaklah telah datang seorang Rasul kepadamu lalu ia menyampaikan ajaran
kepadamu dan Aku telah memberikan harta kepadamu serta Aku telah memberikan banyak karunia
kepadamu. Namun, semua itu kamu gunakan untuk dirimu sendiri."

"Saat itu, ia akan melihat ke kanan dan ke kiri, tetapi tidak melihat apa pun. Namun, ketika melihat ke
muka, ia akan menatap Neraka Jahanam. Siapa pun yang dapat menjaga wajahnya dari bahaya api
neraka, walaupun dengan separuh kurma, hendaklah ia banyak menyebut kalimat thayyibah karena
kalimat thayyibah itu adalah sesuatu yang indah yang akan diberi balasan sampai tujuh ratus kali lipat.
Keselamatan dan rahmat Allah serta barokah-Nya semoga dilimpahkan atas kamu dan atas
Rasulullah."

Pada saat shalat Jum'at itu, Rasulullah berkhutbah setelah shalat didirikan. Baru pada kemudian hari,
Rasulullah mengubah cara itu sehingga khutbah dilakukan sebelum shalat Jum'at dilakukan.

Rasulullah pun melanjutkan perjalanan. Setiap kali melewati sebuah perkampungan, orang-orang
selalu berebut menawarkan tempat bersinggah dan beristirahat kepada beliau. Namun, selalu
mengulang jawaban yang sama,

"Biarkanlah unta ini berjalan, sesungguhnya ia diperintah Allah agar berhenti ditempat yang
dikehendaki-Nya."

TIBA DI MADINAH

Kota Yatsrib dipenuhi bermacam perhiasan indah untuk menyambut kedatangan Rasulullah. Ketika
beliau tiba, seluruh kaum Muslimin perempuan dan laki-laki, anak-anak dan budak belian, keluar
rumah untuk menyambut kedatangan Rasulullah yang telah lama mereka nantikan.

Anak-anak lelaki dan para budak laki-laki ramai-ramai berbaris di jalan seraya bersorak,

"Telah datang Muhammad! Telah datang Rasulullah! Ya Muhammad! Ya Rasulullah!"

Para pemuda dan laki-laki dewasa menghunus pedang dan tombak sebagai tanda siap mati membela
Rasulullah.

Kaum Muslimin yang mengiringi Rasulullah dari Quba berseru bersama,

"Telah datang Nabi Allah! Telah datang Nabi Allah! Telah datang Nabi Allah!"

Sementara itu, anak-anak perempuan naik ke atas rumah seraya bersama membaca syair,

"Kami anak-anak perempuan keturunan Najjar, hai orang yang cinta bertetangga dengan Nabi
Muhammad!

Mendengar sambutan yang begitu hangat dan penuh sayang itu, Rasulullah bertanya,

"Apakah kalian semua cinta kepadaku?"

"Ya, sudah tentu ya Rasulullah!" jawab semuanya.

Dengan hati bergetar penuh kasih, Rasulullah bersabda,

"Allah mengetahui bahwa hatiku sangat mencintai kalian semua."


MUHAJIRIN YANG PERTAMA

Abu Salamah bin Abdul Asad adalah Muhajirin yang pertama tiba di Madinah. Setelah itu, menyusul
Amir bin Rabi'ah bersama istrinya, Laila binti Abi Hasymah. Beliaulah wanita Muhajirin yang pertama
tiba di Madinah.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 66

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

TEMPAT RASULULLAH MENGINAP

Semua keluarga di Yatsrib berebut menawarkan diri menjadi tuan rumah kepada Rasulullah.
Semuanya ingin agar Rasulullah bersedia tinggal di lingkungan mereka. Rasulullah mengetahui bahwa
jika ia menentukan pilihan, keluarga yang tidak terpilih akan malu dan kecewa. Karena itu, beliau
memasrahkan pilihan itu kepada Allah. Dengan halus, beliau berkata kepada semua kepala keluarga,

"Biarkanlah untaku ini berjalan karena ia diperintah oleh Allah dan akan berhenti ditempat yang Allah
kehendaki."

Kaum Muslimin mengikuti Al Qushwa yang berjalan perlahan-lahan. Di suatu tempat milik dua orang
anak yatim, unta Rasulullah itu berhenti dan merebahkan perutnya ke pasir. Rasulullah mengajak Al
Qushwa berjalan lagi. Namun, tidak lama kemudian, ia kembali ke tempat semula dan merebahkan
perutnya lagi ke pasir.

"Inilah tempat kediamanku, in syaa Allah," demikian sabda Rasulullah. Kemudian, beliau berdoa
empat kali,

"Ya Allah, semoga Engkau menempatkan aku di tempat kediaman yang diberkahi dan Engkaulah
sebaik-baik yang memberi tempat kediaman."

Rasulullah membeli tanah dari kedua anak yatim tersebut.


Rasulullah turun dan bertanya,

"Di mana rumah saudaraku yang paling dekat dari sini?"

Dengan penuh gembira,

"Abu Ayyub segera menjawab, "Saya, ya Rasulullah! Itu rumah saya!"

Rasulullah tersenyum dan berkata,

"Baiklah Abu Ayyub, jika Anda berkenan, aku akan tinggal di rumah Anda untuk sementara waktu.
Silahkan sediakan tempat untukku."

Abu Ayyub tergopoh-gopoh memasuki rumahnya karena begitu gembira. Disiapkannya tempat untuk
Rasulullah serapi mumgkin. Kemudian, ia kembali menghadap Rasulullah dan berkata,

"Ya Rasulullah, sungguh saya sudah menyediakan tempat beristirahat bagi Tuan. Dengan berkah Allah,
silahkan berdiri dan masuk ke dalam."

GENTONG PECAH

Rasulullah tinggal di rumah Abu Ayyub. Abu Ayyub ingin Rasulullah tinggal di lantai atas, tetapi Rasul
menolak. Suatu ketika gentong Abu Ayyub pecah dan airnya tumpah. Abu Ayyub dan istrinya segera
menggunakan selimut satu-satunya untuk menyerap air agar tidak menetes ke tempat tinggal
Rasulullah. Setelah itu, Abu Ayyub mendesak Rasulullah agar tinggal di atas. Akhirnya Rasulullah pun
bersedia tinggal di atas.

MENDIRIKAN MASJID

Tujuh bulan lamanya, Rasulullah dan keluarganya tinggal di rumah Abu Ayyub. Selama itu, Abu Ayyub,
Sa'ad bin Ubadah, As'ad bin Zurarah, dan yang lainya mengirim makanan untuk keluarga Rasulullah
secukup-cukupnya. Setiap pagi dan petang, Ummu Ayyub memasak makanan dan tidak mereka makan
sebelum terlebih dahulu mereka sajikan kepada Rasulullah dan keluarganya. Demikianlah budi Abu
Ayyub dan keluarganya kepada Rasulullah.

Rasulullah tinggal di rumah Abu Ayyub sampai beliau mendirikan masjid dan rumah sendiri. Ketika
akan mendirikan masjid, Rasulullah memgumpulkan Bani Najjar yang menjadi pemilik tanah ditempat
itu.

"Wahai Bani Najjar," demikian sabda Rasulullah,

"hendaklah kalian tawarkan harga kebun-kebun ini kepadaku karena aku akan membelinya."

"Ya Rasulullah, kami tidak akan menghargai kebun-kebun itu karena mengharap ridha Allah saja."

Namun, Rasulullah tetap meminta mereka memberikan harga walaupun

rendah. Akhirnya, Abu Bakar membayar harganya sebesar sepuluh dinar.


Setelah itu, bersama para sahabat, Rasulullah membenahi tanah itu, membersihkan pohon, dan
membongkar serta memindahkan kuburan yang sudah rusak. Setelah itu barulah mendirikan masjid.

Rasulullah meletakkan batu pertama, lalu beliau meminta Abu Bakar meletakkan batu selanjutnya,
kemudian beliau menyuruh Umar bin Khattab, setelah itu Utsman bin Affan, dan terakhir Ali bin Abu
Thalib. Beliau bersabda,

"Mereka itulah khalifah-khalifah setelah aku."

Setelah itu, semua orang bekerja keras dengan gembira dan penuh semangat. Sambil bekerja,
Rasulullah bersyair,

"Ya Allah sesungguhnya pahala itu pahala akhirat,

maka kasihilah sahabat-sahabat Anshar dan Muhajirin."

Para sahabat menjawab syair Rasulullah,

"Jika kami duduk termenung, padahal Nabi bekerja,

yang demikian itu sungguh perbuatan yang tidak pantas."

Batu diangkat, diletakkan, disusun, dan disisipkan sampai akhirnya masjid pun selesai. Pagarnya dari
batu dan tanah, tiangnya dari batang-batang kurma, atapnya pelepah kurma. Kiblatnya menghadap
ke Baitul Maqdis. Ketika itu, Ka'bah belum menjadi kiblat.

Di sisi masjid, didirikan dua buah kamar untuk tempat tinggal Rasulullah dan keluarganya. Sungguh,
sebuah masjid sederhana yang penuh berkah.

WARNA MASJID

Umar bin Khattab pernah berkata tentang bagaimana sebuah masjid dibangun. Kata beliau,

"Lindungilah orang-orang dari tampias hujan. Janganlah kalian mewarnai (dinding masjid) dengan
warna merah atau kuning sehingga dapat menimbulkan fitnah."
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 67

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

NAMA YATSRIB MENJADI MADINAH

Yatsrib berasal dari nama Yatsrib bin Mahlail. Ia adalah keturunan raja-raja Amaliqah yang dahulu
pernah berkuasa di kota itu. Setelah Rasulullah hijrah, beliau mengganti nama Yatsrib menjadi
Madinah.

Cuaca di Kota Madinah sangat kering. Pada musim dingin suhunya sangat rendah dan pada musim
panas suhunya jauh lebih panas dari pada Mekah. Banyak sahabat Muhajirin yang tidak kuat dengan
cuaca tersebut dan jatuh sakit. Mereka dilanda demam tinggi yang melemahkan tubuh. Abu Bakar,
Bilal, dan Amir bin Fuhairah termasuk yang jatuh sakit.

Saat sakit, Abu Bakar sering berkata,

".....mati itu lebih dekat dari pada tali sepatu kita."

Sementara itu, Bilal tidak suka berkata apa-apa jika sedang sakit. Namun, ketika sakitnya hilang, ia
sering menangis karena merindukan Mekah sambil berkata,

"Apakah aku dapat berjalan malam hari di lembah yang di sekelilingku ada pohon-pohon idzkir dan
jalil (nama pohon yang banyak terdapat di Mekah). Dan apakah pada suatu hari aku dapat sampai lagi
ke tempat air Majinnah dan apakah dapat terlihat lagi olehku Gunung Syamah dan Gunung Thafil (dua
buah gunung dekat Mekah)."

Akan halnya dengan Amir bin Fuhairah, jika menderita demam tinggi sering bersyair,

"Sungguh aku mendapati mati sebelum merasakannya...."


Rasulullah amat prihatin dengan sakit beberapa orang sahabat akibat cuaca panas tersebut. Beliau
juga mendengar keluhan-keluhan mereka. Karena itu, Rasulullah pun berdoa kepada Allah,

"Ya Allah, berikanlah kami rasa cinta pada Kota Madinah sebesar rasa cinta kami pada Mekah, atau
bahkan lebih! Ya Allah, berilah berkah pada pekerjaan kami untuk mencari nafkah, sehatkanlah Kota
Madinah ini untuk kami, dan pindahkanlah panasnya ke tempat lain yang Engkau kehendaki."

Allah mengabulkan doa Rasulullah itu dan memindahkan panas Kota Madinah ke Dusun Juhfah yang
letaknya 82 mil dari Madinah.

Selain berdoa dan mengatasi masalah cuaca, Rasulullah pun melakukan hal lain yang sangat indah
agar kaum Muhajirin yang berasal dari Mekah tumbuh rasa cintanya pada Madinah.

TABARRUK

Tabarruk adalah mengaharapkan berkah.

Suatu ketika, saat Rasulullah tidur, datanglah Ummu Sulaim. Melihat keringat Rasulullah yang sangat
harum menetes, Ummu Sulaim menadahnya. Tidak lama kemudian, Rasulullah bangun dan bertanya,

"Apa yang sedang kamu lakukan, wahai Ummu Sulaim?"

Ummu Sulaim menjawab,

"Kami mengharap berkahnya untuk anak-anak kecil kami,"

Rasulullah kemudian berkata, "Engkau benar."

SALING BERSAUDARA

Suatu hari, Rasulullah mengumpulkan para sahabat Muhajirin dan Anshar. Di hadapan mereka, beliau
bersabda,

"Hendaklah kalian bersaudara dalam agama Allah dua orang - dua orang."

Para sahabat saling pandang. Beberapa di anatara mereka tersenyum. Kemudian, Rasulullah bersabda,

"Hamzah bin Abdul Muthalib, singa Allah dan singa Rasul-Nya, bersaudara dengan Zaid bin Haritsah,
putra angkat Rasulullah."

Kemudian Rasulullah menyebut nama-nama sahabat lain yang saling dipersaudarakan. Seorang
Muhajirin dipersaudarakan dengan seorang dari Anshar. Tercatat dalam sejarah, ada seratus orang
yang saling dipersaudarakan. Lima puluh dari Anshar dan lima puluh dari Mihajirin.

Tujuan Rasulullah mempersaudarakan para sahabatnya adalah untuk menghilangkan rasa asing dalam
diri sahabat Muhajirin di Kota Madinah. Selama itu, persaudaraan ini ditujukan untuk menunjukkan
bahwa semua orang Islam bersaudara. Selain itu, juga agar setiap Muslim menjadi saling menolong
yang kuat menolong yang lemah, yang mampu menolong yang kekurangan.
Buah persaudaraan ini akan dirasakan terus selama tahun-tahun sulit yang kelak ditempuh Rasulullah
dan para sahabatnya di Madinah. Ternyata, kalangan Anshar memperlihatkan sikap ramah yang luar
biasa kepada saudara-saudara Muhajirin mereka.

Sudah sejak semula golongan Anshar menyambut gembira kaum Mihajirin. Mereka begitu mengerti
bahwa kaum Muhajirin meninggalkan segala yang mereka miliki, termasuk harta benda dan seluruh
kekayaan di Mekah. Sebagian besar dari mereka memasuki Madinah dengan perut lapar tanpa ada
lagi yang dapat dimakan. Apalagi mereka memang bukan orang berada dan berkecukupan.

Tentu saja sebagai kaum yang berbudi, kaum Muhajirin tidak begitu saja terlena dengan bantuan
saudara-saudara Anshar mereka. Kaum Muhajirin berusaha melakukan banyak pekerjaan agar mereka
bisa kembali mandiri secepatnya.

PERSAUDARAAN SEJATI

Aqidah Islamiyah adalah dasar persaudaraan sejati. Tidak mungkin dua orang yang berlainan agama
bisa bersaudara seerat dua orang yang sama agamanya. Rasulullah menghimpun hati para sahabatnya
begitu dekat, sehingga tidak ada perbedaan di antara mereka kecuali ketakwaan dan amal shalih.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 68

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

BERTANI DAN BERDAGANG

Pada awal kehidupan mereka di Madinah, kaum Muhajirin benar-benar mengalami masa yang sulit.
Sampai suatu hari, pernah paman Rasulullah, Hamzah bin Abdul Muthalib, datang kepada beliau
dengan perut lapar sambil bertanya kalau-kalau Rasulullah punya sesuatu untuk dimakan.

Berdagang adalah salah satu pekerjaan yang banyak dikuasai kaum Muhajirin. Abdurrahman bi Auf
yang sudah dipersaudarakan Rasulullah dengan Sa'ad bin Rabi pernah ditawari Sa'ad separuh
hartanya. Namun, Abdurrahman menolak pemberian itu. Ia hanya minta ditinjukkan jalan ke pasar. Di
sana, mulailah Abdurrahman berdagang mentega dan keju. Dalam waktu tidak terlalu lama, berkat
kepandaiannya berdagang, Abdurrahman bin Auf berhasil meraih kekayaannya kembali. Dapat pula ia
menikahi dan memberikan mas kawin kepada seorang Muslimah dari Madinah. Sesudah itu,
Abdurrahman bin Auf pun memiliki kafilah-kafilah yang pulang dan pergi membawa barang
perdagangan.

Selain Abdurrahman, banyak pula kaum Muhajirin yang melakukan pekerjaan serupa. Begitu
pandainya penduduk Mekah berdagang sampai orang mengatakan bahwa dengan perdagangan,
orang Mekah dapat mengubah pasir menjadi emas.

Sementara itu, kaum Muhajirin yang lain, seperti Abu Dzar, Umar, dan Ali bin Abu Thalib memilih
pekerjaan sebagai petani. Keluarga-keluarga mereka terjun menggarap tanah milik orang-orang
Anshar bersama pemiliknya. Selain mereka, ada pula kaum Muhajirin yang tetap mengalami kesulitan
hidup. Sungguh pun begitu, mereka tidak mau menjadi beban orang lain. Mereka membanting tulang
melakukan pekerjaan apa pun yang halal.
Ada lagi segolongan orang Arab yang datang ke Madinah dan menyatakan masuk Islam. Namun,
keadaan mereka amat miskin dan serba kekurangan sampai ada yang tidak mempunyai tempat
tinggal. Rasulullah menyediakan tempat tinggal untuk mereka di selasar masjid yang di sebut shuffah.
Mereka yang tinggal di tempat itu di sebut ahli Shuffah. Belanja mereka diberikan oleh kaum Muslimin
yang berkecukupan, baik dari kaum Muhajirin maupun dari kaum Anshar.

Di Madinah kaum Muslimin sudah mengerjakan shalat lima waktu. Namun, dengan jumlah yang
semakin banyak, sulitlah semua orang tahu bahwa waktu shalat telah tiba.

RIWAYAT ADZAN

"Kita gunakan saja bendera, ya Rasulullah," usul seorang sahabat.

"Bendera tidak membangunkan orang tidur, gunakan saja terompet," usul yang lain.

"Terompet mungkin terlalu keras, bagaimana dengan lonceng?" tambah sesorang.

"Mungkin tidak perlu semua itu, cukuplah menyuruh seseorang berseru, 'Ash Shalah!" usul sahabat
yang lain.

Rasulullah pun menyetujui usul terakhir ini. Lalu beliau bersabda, "Ya Bilal, bangunlah dan panggillah
orang dengan 'Ash Shalah!"

Maka, apabila waktu shalat tiba, Bilal pun berseru-seru, "Ash shalatu jami'ah! Shalatlah berjamaah!
Shalatlah berjamaah!"

Sampai suatu malam, Abdullah bin Zaid yang berada dalam keadaan setengah tertidur melihat seorang
laki-laki membawa genta. Abdullah ingin membelinya untuk memanggil shalat.

Orang itu berkata,

"Akan kutunjukkan yang lebih baik daripada itu. Berserulah Allahu Akbar! Allahu Akbar! Asyhadu allaa
ilaaha illallah! Asyhadu allaa ilaaha illallah! Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah! Asyhadu anna
Muhammadar Rasulullah! Hayya 'alasshalah! Hayya 'alasshalah! Hayya 'alal falah! Hayya 'alal falah!
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Laa ilaaha illallah!"

Kemudian, orang tersebut berdiri ke tempat yang agak jauh dan mengajarkan bacaan iqamat.
Keesokan harinya, Abdullah bin Zaid mengabarkan mimpinya kepada Rasulullah. Dengan wajah
berseri, Rasulullah bersabda,

"Itu mimpi yang benar, Insya Allah. Pergilah engkau menemui Bilal karena Bilal itu suaranya lebih tinggi
dan lebih panjang. Ajarkanlah Bilal segala apa yang diucapkan orang dalam mimpimu itu. Hendaklah
Bilal memanggil orang shalat dengan cara demikian itu!"

Bilal pun kemudian mengumandangkan adzan dan iqamat seperti yang diajarkan Abdullah bin Zaid
kepadanya. Mendengar Bilal, Umar bin Khattab datang tergopoh-gopoh menemui Rasulullah sambil
berkata,

"Ya Rasulullah! Demi Zat yang telah mengutus engkau dengan benar, sungguh semalam saya telah
bermimpi bertemu seseorang dan berseru sebagaimana yang diucapkan Bilal."

Rasulullah pun bersabda,


"Segala puji bagi Allah, demikian itulah yang lebih tetap."

SEORANG LAKI-LAKI PENDUDUK SYURGA

Semakin lama, Bilal semakin dekat di hati Rasulullah, yang kemudian menyatakan Bilal sebagai seorang
laki-laki penduduk surga. Akan tetapi, sikap Bilal tidak berubah. Ia tetap seorang yang mulia, besar
hati, dan selalu memandang dirinya tidak lebih dari seorang Habasyah yang pernah menjadi budak
belian.

PERJANJIAN DENGAN KAUM YAHUDI

Sejak dari dulu Madinah bukan hanya dihuni oleh orang-orang Arab saja, melainkan juga kaum Yahudi.
Ada tiga keluarga besar Yahudi yang menetap di Madinah. Bani Quraizhah, Bani Nadhir, dan Bani
Qainuqa. Orang-orang Arab yang tinggal di Madinah dari suku Aus dan suku Khazraj pernah saling
bermusuhan selama puluhan tahun. Setiap suku dipengaruhi oleh orang-orang Yahudi. Namun, ketika
Islam datang mempersaudarakan mereka, lenyaplah rasa permusuhan itu untuk selamanya. Sejak saat
itu, kaum Yahudi kehilangan pengaruh mereka atas orang Arab di Madinah.

Semakin hari, semakin gemilang dan majulah kaum Muslimin. Hal itu tidak diterima dengan rela oleh
kaum Yahudi. Mereka pun mendirikan persatuan sendiri untuk menghalangi kemajuan Islam. Melihat
gelagat tidak baik ini, Rasulullah pun mengirimkan surat perjanjian kepada orang Yahudi.

Isinya kurang lebih sebagai berikut :

1. Janganlah kaum Yahudi dan Muslimin saling mendengki.


2. Janganlah kaum Yahudi dan Muslimin saling membenci.
3. Hendaklah kaum Yahudi dan Muslimin hidup bersama satu bangsa.
4. Hendaklah kaum Yahudi dan Muslimin mengerjakan ajarannya masing-masing dan tidak saling
mengganggu.
5. Jika kaum Yahudi di serang musuh dari luar, Muslimin wajib membantunya.
6. Jika kaum Muslimin yang diserang, Yahudi wajib datang membantu.
7. Jika Kota Madinah diserang dari luar, kaum Yahudi dan Muslimin harus mempertahankannya
bersama-sama.

Pada bagian akhir perjanjian disepakati bahwa apabila timbul perselisihan antara kedua belah pihak,
Rasulullah akan menjadi hakimnya.

Demikian dalam perjanjian ini tercantum kebebasan beragama, keselamatan harta benda, dan
kebebasan mengutarakan pendapat. Kota Madinah dan sekitarnya menjadi tempat yang terhormat
bagi seluruh penduduk karena penghuninya saling menghormati dan saling membela.

Perjanjian ini menunjukkan bahwa Rasulullah adalah pemimpin yang sangat cerdas. Perjanjian ini
belum pernah dilakukan oleh rasul-rasul terdahulu.

SUKA MENIPU DAN BERKHIANAT


Perjanjian antara kaum Muslimin dan Yahudi ini kemudian dirusak oleh tabiat kaum Yahudi yang suka
menipu dan berkhianat. Makanya kaum Yahudi tidak senang dengan isi perjanjian yang telah
disepakati tersebut, lalu mereka melanggarnya dengan berbagai penipuan dan pengkhianatan.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 69

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

MENIKAH DENGAN AISYAH

Suasana damai dan tentram menyelimuti Kota Madinah. Pada saat itulah Rasulullah yang sudah
menikahi Aisyah binti Abu Bakar di Mekah, merayakan pernikahan beliau tersebut. Ketika itu, Aisyah
sudah menjelang remaja. Beliau adalah seorang gadis yang lemah lembut dengan air muka yang manis
dan sangat disukai banyak orang karena pandai bergaul. Pernikahan ini membuat persahabatan
Rasulullah dengan Abu Bakar Ash Shiddiq semakin erat.

Setelah menikah, Aisyah berpindah dari rumah ayahnya ke rumah Rasulullah di samping masjid. Tidak
terkira rasa bahagia Aisyah. Ia melihat pada diri Rasulullah ada sesuatu yang lain dibandingkan
kebanyakan orang.

"Rasulullah adalah suami sekaligus ayahku," demikian pikir Aisyah dalam hati.

"Beliau adalah suami yang penuh cinta kasih tapi juga tidak berkeberatan ikut bermain-main
bersamaku. Subhanallah, beliau benar-benar manusia yang luar biasa. Aku benar-benar mencintainya
setulus hatiku untuk selamanya, dari dunia sampai akhirat kelak."

Setelah menikah dengan Aisyah yang cerdas dan periang, beban pikiran Rasulullah terkurangi.
Mengurus umat satu kota penuh memerlukan konsentrasi yang amat tinggi hingga menyebabkan rasa
lelah yang luar biasa. Namun, jika beliau pulang ke rumah dan bertemu Aisyah, segala lelah dan beban
berat terasa hilang. Canda, senyum, dan bakti Aisyah menumbuhkan rasa riang dan semangat baru
dalam hati Rasulullah. Tidak terkira besarnya kasih sayang Rasulullah kepada Aisyah.
Suasana hati Rasulullah yang tenteram mengimbas luas kepada penduduk Madinah. Mereka
merasakan kehidupan bersama Rasulullah jauh lebih baik daripada kehidupan mereka dahulu.
Mungkin saat ini sebagian orang justru dalam keadaan lebih miskin dari dahulu. Akan tetapi,
ketenangan dan kebahagiaan hidup bersama Islam jauh lebih mahal daripada apa pun, tidak akan
terbeli oleh seberapa besar pun harta yang dapat dikumpulkan.

Maka dari itu, kaum Muslimin pun melaksanakan tugas-tugas agama dengan penuh semangat.
Mereka mulai menunaikan zakat dan mengerjakan shaum. Sedikit demi sedikit, ajaran Islam mulai
menemukan kekuatannya.

UMMU ABDILLAH

Untuk menghibur Aisyah dari kesedihan karena tidak memiliki putra dan agar istri tercintanya itu
merasa diperhatikan dan disayang, Rasulullah mengizinkan Aisyah mengangkat putra saudarinya,
Asma binti Abu Bakar. Keponakan Aisyah itu bernama Abdillah sehingga Aisyah dikenal orang dengan
panggilan Ummu Abdillah.

AKHLAQ DAN BUDI PEKERTI RASULULLAH

Rasulullah mengajarkan bahwa kehidupan dalam Islam itu dilandasi oleh rasa persaudaraan. Beliau
bahkan mengatakan bahwa tidak sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai saudaranya seperti
mencintai dirinya sendiri.

Seseorang bertanya kepada Rasulullah,

"Perbuatan apakah yang baik dalam Islam?"

Beliau menjawab,

"Sudi memberi makan dan memberi salam kepada orang yang engkau kenal dan yang tidak engkau
kenal."

Rasulullah menjadikan dirinya teladan tertinggi bagi setiap Muslim. Beliau amat rendah hati dan tidak
mau diagung-agungkan walaupun beliau adalah manusia terbaik.

Beliau bersabda,

"Jangan memujaku seperti orang-orang Nasrani yang memuja anak Maryam. Aku adalah hamba Allah.
Sebut saja aku hamba Allah dan utusan-Nya."

Pernah suatu ketika, beliau mengunjungi para sahabat yang sedang berkumpul. Serempak mereka
berdiri menyambutnya seperti layaknya orang lain menyambut orang yang mereka hormati. Namun,
Rasulullah tidak menyukai hal itu. Beliau bersabda,

"Jangan kamu berdiri seperti orang-orang asing yang mau saling diagungkan."

Setiap kali mengunjungi para sahabatnya, Rasulullah tidak pernah memilih-milih tempat duduk. Beliau
duduk begitu saja di mana pun ada tempat luang. Ia bergurau dengan para sahabat, bergaul erat
dengan mereka, diajaknya mereka berbincang-bincang. Jika para sahabat kebetulan disertai anak-
anak mereka, Rasulullah mengajak anak-anak itu bermain-main. Kemudian, didudukkannya anak-anak
itu dipangkuan beliau.

Rasulullah tidak pernah menolak undangan. Beliau selalu datang apabila diundang, baik oleh orang
merdeka, budak sahaya, maupun orang miskin.

Dikunjunginya orang yang sakit walaupun letaknya jauh di ujung kota. Orang yang datang minta maaf
selalu beliau maafkan. Beliau selalu yang memulai memberi salam kepada orang yang dijumpai. Beliau
pasti selalu yang lebih dulu mengulurkan tangan menjabat sahabat-sahabatnya.

Tidak akan pernah lagi kita menjumpai seorang pemimpin yang begitu lembut dan begitu menyayangi
rakyatnya, pemimpin yang hidup sederhana seperti kebanyakan rakyatnya, pemimpin yang mampu
memberi nasihat dan teladan, pemimpin yang selalu siap memberi dan mendapat tempat di lubuk
hati terdalam setiap orang yang mengenalnya.

ِ‫رَ حيمِ رَ ءوفِ با ْلم ْؤمنينَِ َعلَيْك ِْم حَ ريصِ عَن ُّت ِْم مَا َعلَيْهِ عَزيزِ أَ ْنفسك ِْم منِْ رَ سولِ جَ اءَك ِْم لَ َق ْد‬
Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan
yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keislaman) bagimu, penyantun dan
penyayang terhadap orang-orang yang beriman.

Surah At-Taubah (9:128)

SHALAT RASULULLAH

Shalat Rasulullah adalah shalat yang paling indah dibanding semua sahabatnya. Beliau melakukan
shalat seakan sedang berjumpa dengan orang yang paling ia sayangi sehingga sulit rasanya untuk
berpisah. Shalat beliau seakan-akan merupakan suatu pertemuan terakhir dengan orang yang
dicintainya. Shalat beliau begitu khusyuk, seolah-olah beliau sedang bercakap-cakap dan memandang
Allah.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 70

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

RASA SAYANG RASULULLAH

Rasulullah adalah orang yang paling penyayang. Apabila beliau tahu ada orang yang sedang
menunggu, padahal beliau sedang shalat, beliau percepat shalat itu dan beliau tanya apa
keperluannya. Sesudah beliau memenuhi keperluan orang tadi, beliau lanjutkan kembali ibadahnya.

Dalam rumah tangga, Rasulullah ikut memikul beban keluarga. Beliau ikut mencari pakaian, menambal
baju yang berlubang, serta memerah susu kambing. Beliau juga membetulkan sendiri sepatunya yang
rusak. Beliau penuhi sendiri semua keperluan beliau, mulai mengambil minum sampai mengurus unta.

Beliau duduk dan makan bersama dengan para pembantu dan mengurus keperluan orang yang lemah,
menderita, dan miskin. Apalagi melihat ada orang yang membutuhkan sesuatu, beliau dan
keluarganya mengalah, sekali pun beliau saat itu juga dalam kekurangan. Tidak ada sesuatu yang
disimpan untuk esok, bahkan kelak ketika beliau wafat. Baju besi beliau sedang tergadai di tangan
seorang Yahudi karena beliau memerlukan uang untuk belanja keluarga.

Beliau sangat baik hati, mudah tersenyum, dan selalu memenuhi janji. Suatu ketika ada delegasi dari
Raja Najasyi dari Habasyah datang berkunjung. Beliau sendiri yang melayani mereka. Para sahabat
datang menegur, "Wahai Rasulullah, sudah cukuplah, bukankah ada orang lain untuk
mengerjakannya?"

"Mereka sangat menghormati sahabat-sahabat kita ketika berhijrah ke tempat mereka," jawab
Rasulullah. "Saya ingin membalas sendiri kebaikan mereka."

Begitu setianya beliau sehingga selalu ada yang menyebut nama Khadijah, kenangan indah muncul
bagai pelangi menghiasi hati beliau. Suatu ketika, ada seorang wanita datang. Beliau menyambutnya
begitu gembira dan beliau tanyai wanita itu baik-baik. Ketika wanita itu sudah pergi, beliau berkata,
"Ketika masih ada Khadijah, ia suka mengunjungi kami. Mengingat hubungan baik masa lampau adalah
termasuk iman."

Begitu halus perasaan Rasulullah, begitu lembut hatinya, sampai beliau biarkan cucunya bermain-
main dengannya ketika beliau sedang shalat. Bahkan beliau shalat dengan membawa Umamah, cucu
beliau dari Zainab. Umamah beliau taruh di atas bahu. Saat beliau sujud, beliau letakkan Umamah,
jika beliau berdiri, Umamah ditaruh lagi keatas bahunya.

RASULULLAH MENYAYANGI BINATANG

Kebaikan dan kasih sayang Rasulullah tidak terbatas kepada sesama manusia saja, tetapi juga kepada
binatang. Suatu ketika, beliau pernah bangun dan membukakan pintu untuk seekor kucing yang
sedang berlindung di tempat itu. Beliau juga pernah merawat seekor ayam jantan yang sedang sakit-
sakitan.

Rasulullah juga mengelus-elus seekor kuda penuh rasa sayang dengan lengan baju beliau. Suatu
ketika, dilihatnya Aisyah menaiki seekor unta. Aisyah merasa sukar mengendalikan unta yang agak
bandel itu sehingga Aisyah menarik-narik tali kekang dengan tidak sabar. Kemudian, Rasulullah
mendekat dan menegur lembut,

"Hendaknya engkau berlaku lemah lembut, ya Aisyah."

Meskipun demikian, kasih sayang, kelembutan, dan rasa persaudaraan yang Rasulullah ajarkan bukan
berarti menunjukkan kelemahan. Rasa kasih sayang dan kelembutan selalu harus bersama sikap yang
adil. Rasulullah mengajarkan bahwa tanpa keadilan, persaudaraan sejati tidak mungkin ada.

Sabda beliau,

"Barang siapa menyerang kamu, seranglah dengan seimbang, seperti mereka menyerang kamu."

Pada saat lain, Rasulullah juga berkata,

"Hukum qishas (membalas perbuatan dengan seimbang, misalnya pembunuh yang terbukti bersalah
harus dibalas dibunuh pula) berarti kelangsungan hidup bagi kamu, hai orang-orang yang mengerti."

Jadi, kasih sayang yang diajarkan Rasulullah juga mengandung unsur kekuatan. Oleh sebab itu, seorang
Muslim bisa bersikap lemah lembut sekaligus tegas jika memang diperlukan. Jika seseorang tidak
dapat bersikap tegas, ia akan menjadi bulan-bulanan orang-orang berhati jahat.
Rasulullah mengajarkan bahwa jiwa seorang Muslim harus kuat, tidak mengenal kata menyerah
kecuali kepada Allah. Seorang Muslim yang taat kepada Allah tidak merasa lemah apabila menghadapi
rintangan.

MENAGKAP BURUNG UNTUK PERMAINAN

Dalam hadist riwayat Nasa'i dan Ibnu Hibban, Rasulullah bersabda,

"Barang siapa menangkap seekor burung hanya untuk bermain-main, kelak pada hari kiamat, burung
itu akan mengadu kepada Allah, "Wahai Tuhanku, orang itu telah membunuh aku untuk mainan
belaka, tidak untuk mengambil manfaat dariku."

KESEHARIAN RASULULLAH

Rasulullah mengajarkan kepada kita bahwa, tidak boleh ada rasa takut dalam hati seorang Muslim,
kecuali jika ia melakukan perbuatan maksiat dan dosa. Jiwa itu tidak akan menjadi kuat jika berada
dalam kekuasaan orang lain. Karena itulah, Rasulullah mengajak para sahabatnya berhijrah ke
Madinah.

Jiwa akan jadi lemah jika sudah dikuasai oleh hawa nafsu. Nafsu akan harta, kendaraan, pakaian,
makanan, dan banyak lagi. Jika seseorang sudah mencintai harta dunia seperti itu, kekuatan rohaninya
melemah dan tidak lagi mampu berjuang, beribadah, serta berbakti layaknya seorang Muslim sejati.

Rasulullah adalah contoh yang sangat ideal dalam mengendalikan hawa nafsu. Jiwa Rasulullah sudah
begitu kuat sehingga tidak begitu peduli jika segala yang dimilikinya akan habis akibat beliau sangat
suka memberi kepada orang lain. Sampai-sampai, ada orang yang berkata,

"Dalam memberi, Rasulullah seperti sudah tidak takut kekurangan."

Rasulullah mengajarkan agar kitalah yang menguasai kehidupan dunia, bukan kehidupan dunia yang
menguasai kita. Beliau tidak menganjurkan kita agar hidup miskin, tetapi hidup sederhana dan tidak
berlebihan.

Alas tidur Rasulullah bukanlah kasur yang empuk, melainkan hanya terdiri atas kulit yang dilapisi serat.
Tidak pernah beliau makan sampai kenyang. Beliau selalu menyudahi makannya sebelum kenyang.
Tidak pernah Rasulullah makan roti dari tepung gandum dua hari berturut-turut. Sebagian besar
makanan beliau adalah bubur.

Pada hari lain, Rasul makan kurma. Jarang sekali beliau dan keluarganya dapat makan roti sop (roti
yang dibasahi kuah kaldu dan daging). Bahkan sering sekali beliau harus menahan lapar. Beliau pernah
mengganjal perutnya dengan batu yang dikaitkan dengan ikat pinggangnya agar rasa laparnya
tertahan.

Namun, bukan berarti Rasulullah berpantang makan makanan enak. Beliau dikenal suka sekali makan
kaki kambing muda, labu, madu, dan manisan walupun amat jarang beliau dapatkan. Begitulah cara
Rasulullah mengendalikan diri terhadap makanan.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 71

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

KESEDERHANAAN RASULULLAH

Kesederhanaan Rasulullah dalam berpakaian sama dengan kesederhanaan beliau dalam hal makanan.
Suatu hari, ada seorang wanita memberikan sehelai pakaian kepada beliau. Kebetulan saat itu beliau
memang memerlukan pakaian. Namun, kemudian datang seorang laki-laki yang meminta pakaian itu.
Tanpa berpikir panjang lagi, Rasulullah pun memberikan pakaian itu.

Pakaian beliau biasanya terdiri atas sebuah baju dalam dan baju luar yang terbuat dari wol, katun,
atau sebangsa serat. Sesekali, beliau tidak menolak pakaian agak mewah yang dibuat dari tenunan
Yaman jika ada acara yang menghendaki demikian. Alas kaki yang digunakan Rasulullah juga amat
sederhana. Tidak pernah beliau menggunakan sepatu kecuali hadiah dari Najasy.

Sungguh pun begitu, bukan berarti beliau menyiksa diri dengan semua kesederhanaan itu. Beliau
hanya mengendalikan dan menjaga diri agar tidak berlebih-lebihan.

Allah berfirman,

‫رَز ْق َناك ِْم مَا َطيبَاتِ منِْ كلوا ۚ َوال َّس ْلوَ ىِ ا ْلمَنَِّ َعلَيْكمِ َوأَ ْن َز ْل َنا ا ْل َغمَا َِم َعلَيْكمِ َو َظلَّ ْل َنا‬
َ ۚ ‫َظلمونَِ أَ ْنفسَه ِْم َكانوا َولَكنِْ َظلَمو َنا َومَا‬
ْ ‫ي‬

Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu manna dan salwa. Makanlah dari
makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah mereka menganiaya Kami;
akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.

Surah Al-Baqarah (2:57)

‫ك فيمَا َوا ْب َت ِغ‬ َِّ َِ‫ل ۚ ْاْلخرَ َِة الدَّار‬


َِ ‫هللا آ َتا‬ َِ ‫هللا أَحْ سَنَِ َكمَا َوأَحْ سنِْ ۚ ال ُّد ْنيَا منَِ َنصي َب‬
ِ َ ‫ك َت ْنسَِ َو‬ َِّ ‫ك‬ َِ ‫هللاَ إنَِّ ۚ ْاْلَرْ ضِ في ا ْل َفسَا َِد َتبْغِ َو‬
َِ ‫ل ۚ إلَ ْي‬ َِّ ‫ل‬َِ
ُِّ‫الم ْفسدينَِ يحب‬ ْ

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan
di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Surah Al-Qasas (28:77)

Suatu ketika, Ali bin Abi Thalib bertanya tentang sunnah Rasulullah. Rasulullah pun menjawab,

"Makrifat (mendekatkan diri kepada Allah) adalah modalku, akal pikiran adalah sumber agamaku,
cinta adalah dasar hidupku, rindu adalah kendaraanku, berzikir kepada Allah adalah kawan dekatku,
keteguhan adalah perbendaharaanku, duka adalah kawanku, ilmu adalah senjataku, ketabahan adalah
pakaianku, kerelaan adalah sasaranku, fakir adalah kebanggaanku, menahan diri adalah pekerjaanku,
keyakinan adalah makananku, kejujuran adalah perantaraku, ketaatan adalah ukuranku, berjihad
adalah perangaiku, dan hiburanku adalah shalat."

RANTAI EMAS

Suatu ketika Rasulullah melihat Fathimah Az-Zahra, putrinya, sedang memakai rantai emas. Rasulullah
bersabda,

"Fathimah, gembirakah jika orang berkata, Di tangan putri Rasulullah ada seikat rantai dari api
neraka?"

Fathimah kemudian menjual rantai itu dan uangnya digunakan untuk membebaskan seorang budak.
Rasulullah pun berkata,

"Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan Fathimah dari api neraka."

RASULULLAH BELAJAR BERTANI

Rasulullah tidak menempatkan dirinya sebagai seorang raja, meskipun banyak orang Anshar
menginginkannnya. Seorang raja biasanya tinggal menikmati uang dan makanan. Tidak demikian
dengan Rasulullah. Beliau mewajibkan bagi dirinya sendiri bekerja agar bisa makan. Beliau ikut belajar
bertani, padahal saat itu usianya sudah di atas 53 tahun. Apalagi seperti kebanyakan orang Mekah,
bertani adalah suatu pekerjaan baru yang masih asing bagi beliau.

Rasulullah juga menganjurkan agar kaum pria meringankan beban pekerjaan kaum wanita. Demikian
pula sebaliknya, beliau juga mempersilahkan kaum wanita yang tidak sedang sibuk dengan urusan
rumah tangga, untuk turut membantu pria bekerja. Maka, banyaklah kaum wanita yang bekerja,
termasuk mereka yang di Mekah dulu terbiasa hidup berkecukupan di balik dinding rumahnya.

Asma binti Abu Bakar adalah contoh Muslimah yang bekerja dengan tangannya sendiri. Ia tidak peduli
meski ayahnya adalah saudagar kaya yang sukses. Abu Bakar membawa seluruh kekayaannya saat
berhijrah, tetapi beliau infakkan semuanya untuk memberikan santunan kepada mereka yang tidak
mampu bekerja.

Rasulullah segera menghimbau sahabat-sahabatnya yang mampu untuk mengikuti jejak Abu Bakar.
Tidak pantas rasanya jika ada Muslim berpakaian mewah, sedangkan saudaranya keluar rumah
dengan bajunya compang-camping. Malu rasanya jika ada Muslim kenyang memakan daging dan roti,
sedangkan saudara-saudaranya hanya mampu memakan kurma basah.

Kesejahteraan kaum Muslimin pun meningkat dengan pasti. Apalagi setelah Rasulullah meminta para
saudagar kaya dari Muhajirin dan Anshar membeli tanah-tanah kosong untuk dijadikan lahan
pertanian. Maka, sejumlah besar kaum Muhajirin pun mendapat lahan pekerjaan. Akibatnya, hasil
panen meningkat dan membanjiri pasar-pasar Madinah. Dengan cepat kaum Muhajirin sudah tidak
lagi menjadi beban saudara-saudara Anshar mereka.

Namun, ada kalangan yang tidak menyukai perubahan ini.


"Jika dibiarkan begini, orang-orang miskin itu akan meremehkan kita! Bayangkan, Muhammad
mengajarkan bahwa dalam tiap harta orang kaya ada hak orang miskin! Enak betul mereka!" demikian
kata salah seorang yang tidak suka itu

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 72

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

ORANG YAHUDI KHAWATIR

Mereka yang tidak suka itu adalah orang-orang Yahudi. Padahal, suasana damai di Madinah sejak
Rasulullah datang sangatlah menguntungkan perdagangan kaum Yahudi. Namun, orang-orang Yahudi
tidak rela melihat kaum Muslimin bertambah sejahtera dan Islam semakin menguat. Dakwah Islam
sulit sekali menembus kalangan Yahudi karena kaum Yahudi tidak mengakui adanya seorang nabi yang
bukan dari bangsa mereka. Itulah ajaran mereka.

Begitu pun, seandainya saja para pemimpin Yahudi sudah menghalangi dakwah Rasulullah, tentu
banyak umat mereka yang memeluk Islam. Di antara segelintir yang berislam itu adalah seorang rabbi
(pendeta Yahudi) yang bernama Abdullah bin Salam.

Setelah memeluk Islam, Abdullah bin Salam pun mengajak keluarganya untuk turut serta. Usahanya
berhasil. Seluruh keluarga Abdullah bin Salam bersama-sama memeluk Islam. Namun, Abdullah bin
Salam masih merahasiakan keislamannya kepada teman-teman Yahudinya.

"Ya Rasulullah, saya khawatir kaumku akan menghinaku dan merendahkan aku jika mereka tahu aku
masuk Islam," demikian kata Abdullah kepada Rasulullah,

"sudikah kiranya Anda menanyakan tentang saya kepada kaum saya."

Rasulullah pun mengabulkan permintaan itu. Beliau menanyakan kepada orang Yahudi mengenai
pendapat mereka tentang Abdullah bin Salam.

Ternyata orang-orang Yahudi berkata yang baik-baik tentang Abdullah bin Salam.

"Dia pemimpin kami, pendeta kami, dan cendekiawan kami."

Mendengar hal itu, Abdullah bin Salam pun keluar menemui kaumnya dan berkata,

"Aku telah memeluk Islam. Kalau kalian menganggapku sebagai pemimpin, pendeta, dan
cendekiawan, kalian bisa memercayaiku bahwa sungguh agama yang dibawa Rasulullah adalah agama
yang benar."

Namun, apa yang terjadi? Wajah orang-orang Yahudi pucat kehilangan darah karena begitu terkejut.
Sesaat, tidak seorang pun yang bicara. Kemudian, bukannya berpikir jernih, mereka menanggapi
Abdullah bin Salam dengan marah,

"Kamu pasti sudah dihinggapi kegilaan dengan meninggalkan agama kita."


Setelah itu, kata-kata kotor dan tidak baik mulai mereka lontarkan. Abdullah bin Salam dicaci dengan
berbagai fitnah dan diumpat dengan kata-kata yang amat kasar.

Demikianlah, sejak saat itu, kaum Yahudi mulai bersepakat untuk menghancurkan Islam.

ORANG YAHUDI KECEWA

Sebelum Rasulullah diutus, orang-orang Yahudi sudah mengetahui dari Taurat bahwa dalam waktu
dekat akan ada seorang nabi yang diangkat Allah. Namun, mereka menduga bahwa nabi itu akan lahir
dari kalangan Yahudi. Mereka suka membanggakan diri terhadap orang-orang Arab,

"Sesungguhnya hampir datang seorang nabi yang akan segera dibangkitkan. Kami akan mengikutinya
dan membantunya memerangi kalian, sebagaimana dulu kami memerangi kaum 'Ad dan 'Iram."

Namun, justru ketika nabi yang diharapkan itu datang, mereka malah ingkar, tidak mau percaya, dan
mendustakan segala apa yang telah mereka katakan dan mereka ketahui sendiri. Para pendeta Yahudi
mengejek dan menggunakan segala tipu daya untuk menghalangi seruan Rasulullah.

Beberapa ketua Yahudi mendatangi Rasulullah dan bertanya congkak,

"Hai Muhammad! Allah yang telah menciptakan segenap makhluk, lalu siapa yang menciptakan
Allah?"

Mendengar pertanyaan sekeji itu, wajah Rasulullah berubah karena menahan marah. Seketika,
turunlah Malaikat Jibril menenangkan Rasulullah seraya menyampaikan firman Allah yang pernah
diturunkan di Mekah untuk menjawab,

َِّ ِ‫أَحَ د‬
ِ‫هللا هوَِ ق ْل‬
Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa.

Surah Al-Ikhlas (112:1)

َّ ِ‫صمَد‬
ِ‫هللا‬ َّ ‫ال‬
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.

Surah Al-Ikhlas (112:2)

ِ‫يولَ ِْد َولَ ِْم يَل ِْد َل ْم‬


Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,

Surah Al-Ikhlas (112:3)

ِ‫أَحَ دِ كف ًوا لَهِ يَكنِْ َو َل ْم‬


dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.
Surah Al-Ikhlas (112:4)

Sesudah Rasulullah membaca ayat tersebut, para ketua Yahudi terdiam dan saling mengejek, ia
berkata,

"Muhammad, coba engkau sifatkan kepada kami, bagaimana Allah itu. Berapa hasta tinggi-Nya,
bagaimana lengan-Nya, bagaimana...."

Sudah tentu Rasulullah menjadi sangat marah, lebih marah daripada yang pertama. Namun, Jibril
kembali turun memadamkan rasa marah Rasulullah sambil menyampaikan firman Allah untuk
menjawab pertanyaan lancang itu,

َِّ َ‫َاواتِ ا ْلقيَامَةِ ي َْو َِم َق ْبضَتهِ جَ ميعًا َو ْاْلَرْ ضِ َق ْدرهِ ح‬


ََِّ ‫ق‬
‫هللا َقدَروا َومَا‬ ْ ‫ي ْشركونَِ َعمَّا َو َتعَالَىِ س ْبحَ ا َنهِ ۚ بيَمينهِ م‬
َ ‫َطويَّاتِ َوال َّسم‬
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi
seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya.
Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.

Surah Az-Zumar (39:67)

Ajaran Yahudi tidak pernah menarik hati orang Arab karena orang Yahudi kurang mengajarkan nilai-
nilai kesatriaan yang dijunjung tinggi orang Arab. Mereka juga sering menyembunyikan Taurat dan
tidak mau mengajarkannya kepada orang lain.

BANI ISRAIL

Dalam Al Qur'an, orang Yahudi disebut Bani Israil, artinya keturunan Israil. Israil adalah panggilan
orang untuk Nabi Ya'qub. Nabi Ya'qub-lah yang menurunkan bangsa Yahudi.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 73

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

ORANG-ORANG YAHUDI MENGEJEK RASULULLAH

Suatu saat, Rasulullah berdakwah kepada orang Yahudi. Saat itu, beliau diiringi oleh beberapa orang
sahabat. Setelah Rasulullah berseru dengan panjang lebar, orang-orang Yahudi menyangkal dan tidak
mempercayai beliau. Maka dari itu, para sahabat maju dan berkata,

"Hai kaum Yahudi, hendaklah kamu sekalian takut kepada Allah! Demi Allah, sesungguhnya beliau
adalah utusan Allah. Kamu dulu pernah menyebut-nyebut nama beliau kepada kami dan kamu dulu
pernah juga menerangkan sifat-sifat beliau ini kepada kami, tetapi mengapa sekarang kamu ingkar?"

Saat itu, seorang Yahudi bernama Wahab bin Yahudi menyahut,


"Kami sekali-kali belum pernah berkata begitu kepada kamu. Dan Allah tidak akan menurunkan kitab
lagi sesudah kitab Taurat dan tidak pula akan membangkitkan seorang utusan dan nabi lagi sesudah
nabi Musa. Perkataanmu seluruhnya bohong! Begitu juga dengan seluruh perbuatan kamu, dan
sahabatmu yang mengaku rasul itu?"

Seketika itu juga, Allah menurunkan wahyu kepada Rasulullah yang berbunyi:

َِ ْ‫ل بَشيرِ منِْ جَ ا َء َنا مَا َتقولوا أَنِْ الرُّ سلِ منَِ َف ْترَ ةِ َعلَىِ لَك ِْم يبَينِ رَ سول َنا جَ اءَك ِْم َق ِْد ا ْلك َتابِ أَه‬
‫ل يَا‬ َِّ ‫َو‬
ِ َ ‫هللا ۚ َو َنذيرِ بَشيرِ جَ اءَك ِْم َف َق ِْد ۚ َنذيرِ َو‬
ِ‫َقديرِ َشيْ ءِ كلِ َعلَى‬
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami, menjelaskan (syari´at Kami)
kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul agar kamu tidak mengatakan: Tidak ada datang
kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan.
Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.

Surah Al-Ma'idah (5:19)

Masih sangat banyak ejekan dan bantahan orang Yahudi terhadap dakwah Rasulullah beserta para
sahabatnya. Orang Yahudi mengatakan bahwa Allah itu fakir, sedangkan mereka kaya. Ada yang
meminta agar Allah menurunkan Al Qur'an dalam bentuk catatan dari langit dan minta agar Allah
memancarkan beberapa sungai di tanah Arab untuk orang Yahudi.

Dengan mengejek dan menghina, mereka menyangka bisa merendahkan Islam dan utusan-Nya.
Mereka bahkan berharap kepercayaan kaum Muslimin kepada Rasulullah dan firman Allah bisa
digoyah. Namun, Rasulullah dan para pengikutnya tetap tegar.

Kedengkian orang-orang Yahudi tidak berhenti sampai di situ. Mereka bahkan berani melakukan
perbuatan yang sangat berbahaya bagi kaum Muslimin.

MERASA LEBIH TINGGI

Keangkuhan orang Yahudi berasal dari kepercayaan mereka kepada Allah menjadikan mereka bangsa
pilihan, bangsa yang lebih tinggi dari semua bangsa lain. Sikap ini membuat orang Yahudi sangat sulit
menyatu dengan masyarakat di setiap negeri yang mereka tinggali.

YAHUDI MENGHASUT

Syas bin Qais adalah salah satu pemimpin Yahudi yang paling keras memusuhi Rasulullah. Suatu hari,
ia melewati tempat berkumpul kaum Muslimin. Hatinya panas melihat para pemuda Anshar dari suku
Aus dan Khazraj duduk bersama dalam persaudaraan yang erat. Padahal, dahulu kedua suku itu
bermusuhan.

Syas bin Qais berkata kepada kawan-kawannya ,

"Orang-orang Bani Qaila (Aus dan Khazraj) sudah bersatu. Demi Allah, kita tidak berarti apa-apa kalau
para pemuka Aus dan Khazraj telah terikat persatuan."
Kemudian Syas mengirim seorang pemuda Yahudi yang berkawan karib dengan para pemuda Anshar.
Dengan halus dan licik, pemuda Yahudi itu menyinggung-nyinggung kembali Perang Buath yang
dahsyat di masa saat itu, pihak Aus dapat mengalahkan Khazraj. Ternyata, hal itu memang
membangkitkan ingatan masa lampau yang pahit. Para pemuda Anshar dan Aus dan Khazraj lalu
bersitegang, saling membanggakan diri, dan hanyut dalam pertengkaran.

"Demi Allah! Kalau kamu mau, mari kita hidupkan kembali peperangan hebat itu!" sahut salah satu
pihak berteriak marah.

"Marilah kita lakukan! Marilah kita lakukan! Perjanjian kamu di Adh Dhahirah! Senjata! Senjata!" sahut
yang lain panas.

Dengan cepat peristiwa itu sampai ke telinga Rasulullah. Segera saja beliau pergi menemui kedua
kelompok itu bersama beberapa orang sahabat.

"Wahai kaum Muslimin! ALLAH! ALLAH!" demikian seru beliau.

"Apakah kamu menyerukan kembali ke masa jahiliah sedang saya masih ada di hadapan kamu?
Setelah Allah memberi petunjuk Islam kepadamu? Dan setelah Allah memuliakan kamu dengan
Agama ini? Dan Ia telah memutuskan dari kamu urusan-urusan jahiliah? Dan Ia telah menyelamatkan
kamu dari kekafiran? Dan Ia telah mempersatukan dan menjinakkan hati-hati kamu dengan Islam?"

Rasulullah mengingatkan mereka bahwa Islam telah mempersatukan dan membuat mereka benar-
benar bersaudara, membuat semua saling mencintai.

Lalu, luruhlah segala kemarahan. Di depan Rasulullah, mereka berpelukan sambil menangis.
Semuanya lalu beristighfar dan memohon semoga kiranya Allah mengampuni mereka.

WUJUD UKHUWAH

Ukhuwah adalah persaudaraan. Salah satu wujudnya dalam Islam adalah mengucapkan salam kepada
sesama Muslim, menengok yang sakit, menghibur orang yang tertimpa musibah, bersama menolak
kejahatan, berbagi kegembiraan, memaafkan orang yang bersalah, dan menghentikan gosip tentang
tetangga, entah gosip itu baik atau buruk.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 74

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَِى صَلِ اَللَّه َّم‬

MENGALIHKAN KIBLAT KE KA'BAH

Orang-orang Yahudi pun mendatangi Rasulullah dan berkata, "Muhammad, tentu sudah engkau
ketahui bahwa semua nabi dan rasul sebelummu pergi ke Baitul Maqdis. Di sanalah sebetulnya tempat
tinggal mereka. Jika engkau benar-benar seorang rasul, engkau pasti akan pergi ke sana, bukan?
Anggap saja Madinah ini sebagai perantara hijrah kamu dan umatmu dari Mekah ke Baitul Maqdis!"

Namun, saat itu juga Rasulullah tahu bahwa mereka berusaha melakukan tipu daya kepada beliau.
Apalagi saat itu kiblat shalat kaum Muslimin adalah Baitul Maqdis, bukan Ka'bah di Mekah.
Namun, sekali lagi, pendapat orang-orang Yahudi tadi dipecahkan oleh firman Allah yang
memerintahkan Rasulullah dan kaum Muslimin menghadap Ka'bah saat sedang shalat. Saat itu, genap
tujuh belas bulan Rasulullah berhijrah ke Madinah. Allah berfirman,

ِ‫ك َت َقلُّبَِ َنرَ ىِ َق ْد‬


َِ ‫ك ۚ ال َّسمَاءِ في َوجْ ه‬ َِ ‫َش ْطرَ هِ وجوهَك ِْم َف َولُّوا ك ْنت ِْم مَا وَ حَ يْثِ ۚ ا ْلحَ رَ امِ ا ْل َمسْ جدِ َش ْطرَِ َوجْ َه‬
َِ ‫ك َفوَ لِ ۚ َترْ ضَاهَا ق ْبلَ ًِة َفلَن َول َي َّن‬
َّ ْ َ
ۚ َِّ‫ق أ َّنهِ لَ َيعْ لَمونَِ الك َتابَِ أوتوا الذينَِ َوإن‬ ْ
ُِّ َ‫هللا َومَا ۚ رَ به ِْم منِْ الح‬ َّ
ِ ِ‫َيعْ مَلونَِ َعمَّا بغَافل‬
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan
memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di
mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi
dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil
Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka
kerjakan.

Surah Al-Baqarah (2:144)

Kaum Muslimin menyambut gembira peralihan kiblat ini. Sementara itu, orang-orang Yahudi sangat
menyesalkan keputusan ini. Sekali lagi, mereka berusaha melakukan tipu daya dengan mengatakan,

"Kami akan menjadi pengikutmu Muhammad, apabila kamu berada kembali mengubah kiblat ke arah
Baitul Maqdis!"

Kembali firman Allah turun membalas kata-kata berbisa ini:

ِ‫ل ۚ َعلَ ْيهَا َكانوا الَّتي ق ْبلَتهمِ عَنِْ َو َّله ِْم مَا ال َّناسِ منَِ ال ُّس َفهَاءِ َسيَقول‬ َِّ ِ‫مسْ َتقيمِ صرَ اطِ إلَىِ َي َشاءِ مَنِْ َيهْدي ۚ َوا ْلم َْغربِ ا ْل َم ْشرق‬
ِْ ‫لِل ق‬
Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata: Apakah yang memalingkan mereka
(umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?
Katakanlah: Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.

Surah Al-Baqarah (2:142)

ِ‫ك‬ ً ‫ل َعلَ ْيهَا ك ْنتَِ الَّتي ا ْلق ْبلَ َِة جَ َع ْل َنا َومَا ۚ َشهي ًدا َعلَيْك ِْم الرَّ سولِ َويَكونَِ ال َّناسِ َعلَى ش َهدَا َِء ل َتكونوا َوس‬
َ ‫َطا أم ًَِّة جَ َع ْل َناك ِْم َو َك َذل‬ َِّ ‫َي َّتبعِ مَنِْ ل َنعْ لَ َِم إ‬
َ ْ َ
َِ ‫ت َوإنِْ ۚ عَق َبيْهِ َعلىِ َينقلبِ ممَّنِْ الرَّ سو‬
‫ل‬ ْ َ َ ً َ َ
ِ ‫ل لكبيرَ ِة كان‬ َّ َ َّ
ِ ‫هللا هَدَ ى الذينَِ َعلى إ‬ َّ َ
ِ ۚ ‫هللا كانَِ َومَا‬ َّ َ
ِ َِ‫هللا إنَِّ ۚ إيمَانك ِْم ليضيع‬ َّ
َِ ِ‫لَرَ ءوفِ بال َّناس‬
ِ‫رَ حيم‬
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu
menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan)
kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami
mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh
(pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh
Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang kepada manusia.

Surah Al-Baqarah (2:143)


YAHUDI MENGEJEK FIRMAN ALLAH

Di tengah pertentangan yang seru antara kaum Muslimin dan Yahudi di Madinah, datanglah delegasi
Nasrani dari Najran. Mereka mengendarai enam puluh buah kendaraan. Dengan pakaian dari Yaman
yang indah, memakai cincin emas dan selendang sutera, orang-orang Nasrani itu langsung menuju ke
masjid dan mengerjakan shalat dengan menghadap ke Timur. Beberapa sahabat hendak menegur,
tetapi Rasulullah mengisyaratkan agar mereka dibiarkan.

Setelah shalat, orang-orang Nasrani menghadap Rasulullah dan memberi hadiah berupa permadani
indah yang bergambar dan beberapa buah tikar dari bulu. Rasulullah menolak permadani bergambar
dan menerima tikar dari bulu.

Sebenarnya, tujuan orang-orang Nasrani ini adalah untuk menambah keributan antara kaum Muslimin
dan orang Yahudi sehingga orang-orang Nasrani dapat diuntungkan. Begitu bertemu Rasulullah,
orang-orang Nasrani berusaha menjelaskan mengapa mereka menganggap Nabi Isa adalah anak Allah
dan mengapa mereka menyembah tiga tuhan. Satu per satu alasan itu dipatahkan Rasulullah. Bahkan,
Rasulullah berbalik mengajak mereka menyembah Allah Yang Maha Esa dan menjelaskan
kerasulannya.

Namun, walau sudah demikian jelas Rasulullah menyampaikan kebenaran, para pendeta Nasrani itu
terus bersikeras mendustakan beliau. Mereka tetap mengatakan bahwa Nabi Isa adalah putra Allah
dan Allah itu hanya salah satu dari tiga tuhan.

Akhirnya, atas perintah Allah, Rasulullah mengajak mereka ber-mubahalah dengan bersabda,

"Marilah, kami ajak anak-anak kami dan anak-anak kamu, wanita kami dan wanita kamu, diri-diri kami
dan diri-diri kamu bersama sungguh-sungguh berdoa, lalu kita jadikan laknat Allah menimpa kepada
siapa di antara kita yang berdusta."

Orang-orang Nasrani itu hendak menerima, namun Al Aqib, penasihat tertinggi mereka berkata,

"Sesungguhnya, Muhammad itu adalah nabi yang diutus dan kamu telah mengetahui itu dengan pasti.
Tidak ada suatu kaum yang ber-mubahalah dengan seorang nabi kecuali ia pasti hancur binasa."

Mendengar itu, orang-orang Nasrani memutuskan untuk menolak usul Rasulullah. Mereka memilih
untuk kembali ke Najran dengan tetap memeluk agama mereka.

SEPUPU

Orang Arab dan Yahudi (Ibrani) bisa dikatakan merupakan sepupu. Nenek moyang mereka adalah Nabi
Ibrahim. Putra sulung Nabi Ibrahim, yaitu Nabi Ismail ditempatkan di Mekah dan menjadi leluhur
orang Arab. Sementara itu, putra Nabi Ibrahim yang lain, yaitu Nabi Ishaq, menurunkan bangsa Yahudi.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 75

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

MERINDUKAN MEKAH

Dapatkah kita bayangkan perasaan kaum Muhajirin yang terusir paksa dari Mekah, tanah kelahiran
mereka sendiri. Rasa rindu akan Mekah semakin lama semakin besar. Banyak sekali hal yang membuat
kaum Muhajirin merasa demikian sebab Mekah bukan sekedar tempat lahir, melainkan juga
merupakan kota yang luar biasa.

Di Mekah terdapat Ka'bah, rumah Allah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim, tempat para penduduk dan
bahkan seluruh orang Arab berziarah. Kewajiban berziarah ke Ka'bah sudah begitu mendarah daging
dalam diri orang Arab, baik itu Muslim maupun bukan. Kewajiban suci itu tidak bisa dilepaskan begitu
saja, meski orang Quraisy pasti akan mencegah kedatangan setiap Muslim.

Selain itu, di Mekah masih tertinggal keluarga yang mereka cintai walaupun masih dalam kehidupan
syirik karena menyembah berhala. Keluarga inilah yang sudah sangat ingin mereka ajak ke dalam
kehidupan Islam. Di Mekah pula masih tertinggal harta benda dan barang perdagangan yang disita
Quraisy tatkala mereka berhijrah.

Rasa rindu kaum Muhajirin pada Mekah semakin besar karena mereka telah keluar dari kota itu akibat
tindakan keras Quraisy. Bukan menjadi adat orang-orang Mekah untuk menyerah terhadap
ketidakadilan tanpa melakukan pembalasan.

Bahkan Rasulullah sendiri tidak kuasa melupakan Mekah. Di Mekah sana terkubur jasad Khadijah,
kekasih yang sangat beliau cintai. Tidak ada negeri yang lebih beliau sayangi melebihi Mekah, tanah
tumpah darah yang menimbulkan begitu banyak kenangan.

Suatu hari, seorang lelaki datang berhijrah dari Mekah. Ia menemui Rasulullah dan Aisyah.

"Bagaimana situasi Mekah saat kau tinggalkan?" tanya Aisyah.

Laki-laki itu menggambarkan keadaan rumah-rumah, padang-padang tandus, jalan, pasar-pasar yang
hiruk pikuk, serta bunga-bunga yang tumbuh di tepi jalan menuju perbukitan. Suaranya penuh pilu
dan sedih. Kerinduan Rasulullah begitu memuncak sehingga kedua mata beliau berkaca-kaca penuh
linangan air mata.
"Cukuplah, jangan kau bangkitkan kerinduanku," demikian ucap Rasulullah.

Namun, di tengah kerinduan dan beban berat mengurus umat, Rasulullah juga dibahagiakan dengan
pernikahan putri bungsunya, Fathimah Az Zahra.

ORANG-ORANG MUNAFIK

Salah satu tokoh paling berpengaruh yang ada di Madinah adalah Abdullah bin Ubay bin Salul Al-Aufi,
salah seorang dari Bani Al-Hubla. Sebelum dan sesudahnya orang-orang Al-Aus dan Al-Khazraj tidak
pernah menjadikan Pemimpin lain selain Abdullah bin Ubay bin Salul, sampai akhirnya Islam datang.

Selain itu di Al-Aus terdapat tokoh berpengaruh lainnya yg ditaati dan dihormati kaumnya yaitu Abu
Amir Abdu Ann Bin Shaifi bin An Nu'man, beliau adalah orangtua dari sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬yang
bernama Hanzhalar Al-Ghasil. Abu Amir Bin Shaifi biasa dipanggil sebagai Pendeta oleh kaumnya.

Adapun Abdullah bin Ubay bin Salul kaumnya telah mempersiapkan mutiara sebagai mahkota untuk
disematkan padanya dan menjadikan dia Raja mereka. Maka ketika kaumnya berpaling kepada Islam,
dia menaruh dendam permusuhan kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬dan menuduh Rasul telah mengambil mahkota
kepemimpinannya.

Tatkala kaumnya masuk Islam, Abdullah bin Ubay bin Salul ikut masuk Islam namun tetap menyimpan
kemunafikan dan dendam kesumat.

Sementara Abu Amir Bin Shaifi memilih tetap pada kekafirannya, ia pergi bersama belasan kaumnya
ke Mekah dengan meninggalkan Islam dan Rasulullah ‫ﷺ‬.

Rasul bersabda

"Janganlah kalian memanggil dia Rahib (Pendeta), tetapi panggilah dia Fasiq."

Sebelum berangkat ke Mekah Abu Amir menemui Rasulullah dan bertanya,

"Agama apa yang engkau bawa?"

Rasulullah bersabda,

"Aku datang dengan agama yang lurus (hanifiyah). Agama Ibrahim."

Abu Amir berkata,

"Aku juga menganut agama Ibrahim."

Rasulullah bersabda,

"Engkau tidak menganut agama Ibrahim."

Abu Amir menjawab,

"Betul, aku menganut agama Ibrahim!"

"Wahai Muhammad, Engkau telah memasukkan hal-hal baru ke dalam agama yang lurus (hanifiyah)
yang bukan merupakan bagian darinya."

Rasulullah bersabda,
"Aku tidak pernah melakukan itu semua. Aku datang dengan agama Ibrahim dalam keadaan putih
suci."

Abu Amir berkata,

"Seorang pendusta akan Allah matikan dalam keadaan terusir, terasing, dan sendirian."

Rasulullah bersabda,

"Benar! Barangsiapa berdusta, Allah akan lakukan itu."

Demikianlah yang dilakukan musuh Allah, Abu Amir, ia beranjak ke Mekah.

ABDULLAH BIN UBAY

Abdullah Bin Ubay Bin Salul tetap terhormat pada pandangan kaumnya. Hanya saja dia selalu ragu-
ragu hingga ia dikalahkan Islam. Dan dia masuk Islam secara terpaksa.

Suatu hari, Rasulullah ‫ ﷺ‬pergi menunggang keledai bersama Usamah bin Zaid bin Haritsah, di atas
keledainya ada kain pelana yang di atasnya terdapat selimut asal Fadak yang diikat dengan serat
palem.

Rasulullah berjalan melewati Abdullah Bin Ubay Bin Salul yang sedang bernaung di bawah benteng
kecil yang bernama Muzahim.

Abdullah Bin Ubay Bin Salul sedang bersama beberapa orang dari kaumnya. Tatkala Rasulullah melihat
Abdullah Bin Ubay Bin Salul, Beliau ‫ ﷺ‬merasa malu melewatinya dengan mengendarai keledai, maka
Rasulullah turun dari keledainya, dan mengucapkan salam lalu duduk sejenak.

Rasulullah membacakan Al Quran kepada Abdullah Bin Ubay Bin Salul, dan mengajaknya kepada
agama Allah, mengingatkannya tentang Allah, memberi peringatan keras, memberi kabar gembira,
dan ancaman padanya.

Abdullah Bin Ubay Bin Salul diam seribu bahasa. Setelah Rasulullah selesai berbicara, Abdullah Bin
Ubay Bin Salul berkata,

"Wahai Muhammad sesungguhnya tidak ada orang yang lebih baik perkatannya dari perkataanmu.
Apabila yang engkau katakan itu benar, duduk sajalah di rumahmu. Siapa pun yang datang
menemuimu, bicaralah engkau kepadanya. Sedangkan orang yang tidak datang menemuimu, tidak
usahlah engkau bersusah payah datang kepadanya dan mengatakan sesuatu yang orang itu tidak
menyukainya."

Abdullah bin Rawahah yang sedang berada bersama beberapa dari kaum Muslimin berkata,

"Benar sekali, biarkan kami yang mengajaknya ke majelis-majelis, kampung dan rumah-rumah kami.
Demi Allah, inilah suatu hal yang kami sukai, sesuatu yang dengannya Allah jadikan kami mulia. Dan
Dia memberi petunjuk bagi kami padanya."

Ketika Abdullah Bin Ubay Bin Salul mendengar kaumnya menentang pendapatnya, ia bersyair:

"Kala tuanmu menjadi musuhmu.

Kau akan senantiasa hina dan lawanmu akan menjatuhkanmu.

Biasakah burung elang harus terbang tanpa sayapnya.


Jika suatu hari bulunya dicabut, ia kan jatuh."

Rasulullah beranjak dari tempat tersebut lalu pergi ke rumah Sa'ad Bin Ubadah. Ucapan Abdullah Bin
Ubay Bin Salul masih terbersit di wajah Rasulullah. Sa'ad Bin Ubadah berkata,

"Wahai Rasulullah, aku melihat sesuatu terbersit di wajahmu, apakah Engkau baru mendengar hal
yang tidak engkau sukai?"

Rasulullah bersabda,

"Betul sekali."

Sa'ad Bin Ubadah berkata,

"Wahai Rasulullah, bersikap lemah lembutlah kepada Abdullah Bin Ubay Bin Salul. Demi Allah ketika
engkau datang kepada kami, kami telah mempersiapkan mahkota yang akan kami berikan padanya
sebagai pemimpin. Ia beranggapan Engkau telah merampas mahkota kepemimpinan itu darinya."

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 76

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

SAHABAT-SAHABAT RASUL YANG SAKIT

Aisyah ‫ عنهما هللا رضي‬mengisahkan saat Rasulullah sampai di Madinah, Madinah kala itu merupakan
bumi Allah yang paling potensial untuk wabah penyakit demam. Dampaknya banyak sahabat
Rasulullah yang terjangkit sakit demam.

Allah menjaga Rasulullah ‫ ﷺ‬sehingga beliau tidak terjangkit wabah demam.

Abu bakar, Amir bin Fuhairah, dan Bilal tinggal satu rumah. Mereka semua terjangkit wabah demam.
Lalu Aisyah menjenguk mereka.

Peristiwa ini terjadi saat hijab belum diwajibkan.

Mereka bertiga diserang demam tinggi yang hanya Allah saja yang tahu.

Aisyah mendekat kepada Abu Bakar dan bertanya,

"Bagaimana kabar ayahanda?"

Abu bakar menjawab:

Semua manusia disambut ria oleh keluarganya di pagi hari.

Sementara maut lebih dekat padanya daripada tali sandalnya sendiri.

Aisyah berkata,

"Demi Allah, ayah tidak sadar akan apa yang ia katakan."


Aisyah mendekat kepada Amir bin Fuhairah, dan bertanya,

"Bagaimana kabarmu wahai Amir?"

Amir Bin Fuhairah menjawab:

Telah aku jumpai kematian sebelum mencicipinya.

Sesungguhnya kematian datang pada para pengecut dari atasnya

Setiap orang itu berjuang dengan kekuatannya

Sebagaimana sapi jantan menjaga kulitnya dengan tanduknya.

Aisyah berkata,

"Demi Allah, Amir tidak menyadari apa yang dikatakannya."

Adapun Bilal, bila demam menyerangnya, ia berbaring di emperan rumah, dengan mengangkat
suaranya sambil berkata:

Wahai, bisakah aku kembali bermalam di Fakh (tempat di luar Mekah),

Sementara di sekitarku terdapat Idzkhir (nama pohon beraroma wangi) dan Jalil (nama tumbuh-
tumbuhan),

Mampukah suatu saat aku berada di mata air Majannah?

Adakah Gunung Syamah dan Gunung Thafil terlihat olehku?

Aisyah lalu menceritakan apa yang ia dengar kepada Rasulullah.

Doa untuk Para Sahabat

Aisyah ra berkata kepada Rasulullah,

"Mereka bertiga bicara asal-asalan dan tidak sadar dengan apa yang mereka ucapkan akibat serangan
demam tinggi."

Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa sallam berdoa,

"Ya Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah sebagaimana telah Engkau jadikan kami mencintai
Mekah, atau kokohkanlah rasa cinta kami kepada Madinah. Berilah kami keberkahan di dalam mud,
dan sha' Madinah (yakni makanannya). Alihkan serangan wabahnya ke Mahyaa'h."

Mahyaa'h adalah Al-Juhfah.

Akibat serangan demam ini banyak sahabat yang mengerjakan shalat dengan cara duduk.

Rasulullah SAW keluar menemui mereka yang kala itu menunaikan shalat dengan cara duduk dan
berkata,

"Ketahuilah wahai sahabat-sahabatku bahwa shalat orang yang duduk itu pahalanya setengah shalat
orang yang berdiri."

Maka para sahabat berupaya untuk berdiri sekuat mungkin walaupun mereka demikian lemah dan
sedang sakit dengan harapan mendapatkan pahala.
PENANGGALAN HIJRAH

Rasulullah sampai di Madinah pada hari senin 12 Rabiul Awwal. Pada saat waktu Dhuha berakhir, saat
matahari tidak begitu panas.

Rasulullah sampai di Madinah saat usia beliau 53 tahun, 13 tahun setelah beliau diutus menjadi Nabi
dan Rasul.

Rasulullah tinggal di Madinah pada akhir Rabiul Awwal, Rabiul Akhir, Jumadil Ula, Jumadil Akhir, Rajab,
Sya'ban, Ramadhan, Syawal, Dzul Qa'dah, dan Dzul Hijjah.

Pada bulan-bulan inilah dan bulan Muharram tahun berikutnya Rasulullah tidak berperang melawan
kaum musyrikin.

Pada bulan Shafar, tepat setahun setelah kedatangan Rasulullah ke Madinah, beliau keluar untuk
berperang dan berjihad untuk melawan musuhnya sesuai yang Allah perintahkan, serta memerangi
orang-orang musyrik.

Rasulullah menunjuk Sa'ad Bin Ubadah sebagai penggantinya di Madinah selama beliau berada di
medan jihad.

DIIJINKAN BERPERANG

Dalam situasi genting yang dapat mengancam eksistensi kaum muslimin di Madinah di mana kaum
Quraisy tidak sadar dari kesesatannya dan sama sekali tidak mau menghentikan kejahatannya, Allah
mengizinkan kaum muslim untuk berperang. Allah berfirman,

َِ‫هللا َوإنَِّ ۚ ظلموا بأ َ َّنه ِْم ي َقا َتلونَِ للَّذينَِ أذن‬


ََِّ ِ‫لَ َقديرِ َنصْ ره ِْم َعلَى‬
Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah
dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu,

Surah Al-Hajj (22:39)

Ayat tersebut turun dalam rangkaian ayat yang menunjukkan kepada mereka bahwa izin tersebut
hanyalah untuk menyingkirkan kebatilan dan menegakkan syiar-syiar Allah.

َِ‫الز َكاَِة َوآ َتوا الص ََّالَِة أَ َقاموا ْاْلَرْ ضِ في َم َّك َّناه ِْم إنِْ الَّذين‬
َّ ‫لِل ۚ ا ْلم ْن َكرِ عَنِ َو َنه َْوا با ْل َمعْ روفِ َوأَمَروا‬
َِّ َ‫ْاْلمورِ عَاقبَةِ و‬

(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka
mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma´ruf dan mencegah dari perbuatan yang
mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.

Surah Al-Hajj (22:41)


Pendapat yang benar dan tidak ada pilihan lain bahwa izin tersebut diturunkan di Madinah, setelah
hijrah tidak di Mekah.

Sikap bijak harus diambil untuk menghadapi kondisi saat itu di mana sumber utamanya adalah
kekuatan dan kesewenang-wenangan kaum Quraisy.

Kaum muslimin harus membentangkan kekuasaan mereka pada jalur perdagangan dari Mekkah ke
Syam. Dalam hal ini Rasulullah ‫ ﷺ‬menempuh dua langkah yaitu:

Pertama mengadakan perjanjian persekutuan atau perjanjian untuk tidak melakukan permusuhan
dengan kabilah-kabilah yang berdekatan dengan jalur perdagangan itu.

Di samping itu mengadakan perjanjian persekutuan atau tidak mengadakan permusuhan dengan
kabilah Juhairah, sebelum melakukan kegiatan militer.

Kedua melakukan ekspedisi-ekspedisi secara bergantian ke jalur tersebut

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 77

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

PEPERANGAN DAN EKSPEDISI SEBELUM BADR

Untuk melaksanakan kedua langkah tersebut, kaum muslimin mulai melakukan gerakan-gerakan
militer. mereka melakukan patroli militer yang bertujuan menyingkap dan mengenal jalan-jalan yang
mengelilingi Madinah, serta jalan-jalan yang dapat mengantarkan ke Mekah, mengadakan perjanjian-
perjanjian dengan kabilah-kabilah yang berdomisili di sepanjang jalan tersebut, memberikan kesan
kepada orang-orang Yahudi dan Arab badui yang berdomisili di sekitarnya bahwa kaum muslimin telah
memiliki kekuatan dan mereka telah terbebas dari kelemahan mereka serta memperingatkan kepada
orang-orang Quraisy terhadap akibat kebohongan mereka sehingga mereka sadar dari kesesatan
mereka, dan merasakan adanya bahaya yang mengancam perekonomian mereka, agar mereka
cenderung untuk berdamai dan menghentikan keinginan mereka untuk menyerang kaum muslimin,
menghalangi jalan menuju Allah serta menyiksa kaum muslimin yang lemah di Mekah, agar kaum
muslimin pun menjadi bebas untuk menyampaikan risalah Allah di seluruh Jazirah.

Secara ringkas ihwal ekspedisi-ekspedisi itu adalah sebagai berikut :

1. Ekspedisi Saiful Bahar yaitu pada Bulan Ramadhan tahun pertama Hijriah Rasulullah ‫ ﷺ‬mengangkat
Hamzah bin Abdul Muthalib untuk memimpin ekspedisi ini, ekspedisi ini berkekuatan 30 orang yang
terdiri atas kaum Muhajirin untuk mencegah kafilah Quraisy yang datang dari Syam yang dipimpin
oleh Abu Jahal dengan kekuatan 300 Orang. Setelah sampai di Saiful Bahri di sekitar daerah Laut
Merah bertemulah pasukan kaum muslimin dengan kafilah Quraisy dan siap untuk bertempur. Namun
Majdi bin Amru al-juhani sekutu Quraisy dan kaum muslimin berjalan di tengah-tengah mereka dan
menghalangi mereka sehingga pertempuran pun tidak terjadi.

Bendera Hamzah adalah bendera pertama yang dikibarkan oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬warnanya putih dan
dibawa oleh Abu Mursyid Kinas Bin Hushain Al Ghanawi.

Setelah ekspedisi Al Kharrar terjadi, ekspedisi selanjutnya adalah:


Perang Al Abwa' atau Waddan

Perang ini terjadi pada bulan Safar tahun kedua Hijriyah atau Agustus tahun 623 M. Setelah mewalikan
urusan kota Madinah kepada Saad bin Ubadah Rasulullah ‫ ﷺ‬keluar memimpin langsung pasukan yang
berkekuatan 70 orang, khusus orang-orang Muhajirin untuk mencegah kafilah Quraisy. Setelah tiba
di Waddan, beliau tidak menjumpai pasukan Quraisy.

Dalam peperangan tersebut Beliau mengatakan perjanjian persekutuan dengan Bani Dhamrah, yang
ketika itu pemimpinnya adalah Amru bin Makhsya Adh Dhamri. Naskah perjanjian tersebut adalah
sebagai berikut

Ini adalah surat perjanjian dari Muhammad ‫ ﷺ‬kepada Bani Dhamrah, sesungguhnya harta dan diri
mereka aman dan mereka berhak mendapatkan pertolongan jika diserang. Kecuali apabila mereka
memerangi agama Allah.

Apabila Nabi ‫ ﷺ‬mengajak mereka untuk menolongnya, mereka akan menyambutnya.

Waddan terletak antara Mekah dan Madinah. Antara Waddan dan Rabigh setelah Madinah 29 mil dan
Abwa' terletak di dekat Waddan.

Inilah peperangan pertama yang diikuti oleh Rasulullah. Kepergian beliau itu selama 15 malam
benderanya berwarna putih dan pembawanya adalah Hamzah bin Abdul Mutholib.

Setelah Perang Al Abwa' atau Waddan terjadi, ekspedisi selanjutnya adalah:

PERANG BUWATH

Perang Buwath terjadi pada bulan Rabiul awal tahun kedua Hijriyah atau September 623 M. Rasulullah
‫ ﷺ‬keluar memimpin pasukan berkekuatan 200 orang dari para sahabatnya, untuk mencegah kafilah
Quraisy yang berkekuatan 100 orang di bawah pimpinan Umayyah bin Khalaf Al-Jami.

Kafilah itu membawa 2500 unta. Setibanya di Buwath di sekitar Ridhwa, beliau tidak menjumpai
kafilah.

Dalam peperangan tersebut beliau mewakilkan urusan kota Madinah kepada Saad bin Muadz.
Benderanya berwarna putih dan dibawa oleh Saad bin Abi Waqqash radliyallahu anhu.

PERANG SAWAN

Perang Sawan terjadi pada bulan Rabiul awal tahun kedua Hijriyah atau September tahun 623 M. Karz
bin Jabir Al Fihri dengan pasukannya dari kaum muslimin menyerang pinggiran kota Madinah dan
merampas beberapa binatang ternak.

Karena itu Rasulullah ‫ ﷺ‬keluar dengan para sahabatnya bersekutukan 70 orang untuk mengejar
pasukan Karz hingga tiba di lembah Safwan yang letaknya tidak jauh dari Badr. Namun beliau tidak
menjumpai Karz dan teman-temannya, lalu pulang tanpa melakukan pertempuran. Perang ini disebut
juga dengan Perang Badr pertama. Dalam perang ini urusan kota Madinah diwakilkan kepada Zaid bin
Haritsah. Benderanya berwarna putih dan dibawa oleh Ali bin Abi Tholib.

Setelah Perang Buwath dan Perang Sawan terjadi, ekspedisi selanjutnya adalah:
PERANG DZIL USYAIRAH

Perang Dzil Usyairah terjadi pada bulan Jumadil Ula dan bulan Jumadil Akhir tahun kedua Hijriyah atau
November dan Desember tahun 623 M. Rasulullah ‫ ﷺ‬keluar memimpin pasukan berkekuatan 150
(dalam riwayat lain 200) orang kaum Muhajirin. Dalam hal ini bisa tidak memaksa seorang pun untuk
ikut serta dalam peperangan tersebut.

Mereka keluar membawa 30 Onta yang dikendarai secara bergantian untuk mencegah kafilah Quraisy
yang berangkat ke Syam. Telah terdengar berita tentang keberangkatan mereka dari Mekah
membawa barang-barang dagangan kaum Quraisy. Setibanya di Dzil Usyairah, beliau tidak menjumpai
kafillah tersebut, mereka telah lolos beberapa hari sebelumnya. Kafilah inilah yang dicari sepulang
mereka dari Syam, dan menjadi penyebab terjadinya Perang Badr Kubro.

Menurut Ibnu Ishaq, Rasulullah ‫ ﷺ‬berangkat pada akhir Jumadil Ula dan kembali pada Awal Jumadil
Akhir.

(inilah yang menjadi penyebab perbedaan pendapat ahli siroh dalam menentukan bulan terjadinya
peperangan ini).

Dalam peperangan ini Rasulullah ‫ ﷺ‬mengadakan perjanjian perdamaian dengan Bani Mudlij dan
sekutunya, yaitu Bani Dhamrah.

Pada saat peperangan itu urusan kota Madinah diwakilkan kepada Abu Salamah bin Abdul Asad Al
Makhzumi. Bendera peperangan itu berwarna putih dan dibawa oleh Hamzah bin Abdul muththalib
‫عنه هللا رضي‬.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 78

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

PERANG BADAR KUBRA PEPERANGAN ISLAM PERTAMA YANG MENENTUKAN

Dua Pasukan saling Berhadapan

Setelah selesai merapikan barisan beliau mengeluarkan instruksi kepada pasukannya agar tidak
memulai peperangan sebelum menerima perintah terakhir dari beliau. Kemudian, beliau memberikan
pengarahan kepada mereka secara khusus tentang persoalan perang. Beliau berkata:

"Apabila mereka mendekati kalian, hujanilah mereka dengan panah. Janganlah kalian menghunuskan
pedang sebelum mereka mendatangi kalian."

Kemudian beliau kembali ke lembah ditemani oleh Abu Bakar secara khusus. Sa'ad bin Muadz pun
dengan kelompoknya melakukan pengawalan di pintu kemah beliau.
Adapun kaum musyrikin pada hari itu, Abu Jahal meminta keputusan, beliau mengatakan,

"Ya Allah dia telah memutuskan tali persaudaraan dan membawa sesuatu yang tidak kami kenal, maka
binasakanlah dia. Ya Allah tolonglah pada hari ini orang yang paling engkau cintai dan paling kau ridhoi
di antara kami."

Tentang hal ini Allah berfirman:

ِْ َ‫هللا َوأَنَِّ َكثر‬


ِْ‫ت َولَوِْ َش ْي ًئا ف َئتك ِْم َع ْنك ِْم ت ْغنيَِ َولَنِْ َنع ِْد َتعودوا َوإنِْ ۚ لَك ِْم َخيْرِ َفهوَِ َت ْن َتهوا َوإنِْ ۚ ا ْل َف ْتحِ جَ اءَكمِ َف َق ِْد َتسْ َت ْفتحوا إن‬ ََِّ َِ‫ا ْلم ْؤمنينَِ مَع‬
Jika kamu (orang-orang musyrikin) mencari keputusan, maka telah datang keputusan kepadamu; dan
jika kamu berhenti; maka itulah yang lebih baik bagimu; dan jika kamu kembali, niscaya Kami kembali
(pula); dan angkatan perangmu sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sesuatu bahaya pun,
biar pun dia banyak dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang beriman.

Surah Al-Anfal (8:19)

AWAL PEMICU PERTEMPURAN

Awal pemicu pertempuran adalah Al Aswad bin Abdul Asad al Makhzumi (orang yang berperangai
buruk) keluar dengan mengatakan,

"Aku berjanji kepada Allah aku harus bisa minum dari tempat penampungan air mereka, atau aku
harus menghancurkannya, dan aku harus mati karenanya."

Ketika ia keluar ia dihadapi oleh Hamzah bin Abdul Mutholib ‫عنه هللا رضي‬. Setelah bertemu, Hamzah
segera menyabetkan pedangnya pada kaki Al Aswad, yaitu pada pertengahan betisnya ketika ia berada
di depan penampungan air.

Al-Aswad pun jatuh dan kakinya mengucurkan darah, kemudian berangkat menuju penampungan air
sambil memasukinya karena ingin memenuhi sumpahnya. Tetapi Hamzah mengulangi pukulannya
pada bagian yang lain, ketika ia berada di dalam penampungan air.

PERANG TANDING

Terbunuhnya Al Aswad merupakan pembunuhan pertama yang menyulut api pertempuran. Setelah
itu tiga orang dari pasukan Quraisy tampil ke depan semuanya dari satu keluarga yaitu Utbah dan
Saibah dua lelaki bersaudara anak Rabi'ah dan Al Walid anak Utbah.

Mereka menantang untuk perang tanding, maka untuk menghadapi mereka tampilah tiga pemuda
ansor yaitu Auf dan Muawidz, dua lelaki bersaudara anak Al Haris dan ibunya bernama Afra dan
Abdullah bin Rawahah.

Tiga orang dari pasukan musyrikin itu bertanya kepada tiga pemuda anshar itu,

"Siapa kalian?"
Mereka menjawab,

"Sekelompok orang dari kaum Anshar"

Tiga pasukan musyrikin itu berkata,

"Kami tidak butuh kalian, kami menginginkan orang-orang yang sepadan dari kaum kerabat kami
sendiri."

Juru bicara mereka kemudian berteriak,

"Hai Muhammad keluarkanlah orang-orang yang sepadan dari kaum kerabat kami sendiri."

Selanjutnya, Rasulullah ‫ ﷺ‬berkata,

"Bangkitlah hai Ubaidillah bin Al Haris, bangkitlah hai Hamzah dan bangkitlah hai Ali."

Setelah ketiganya bangkit dan menghadapi pasukan-pasukan musyrikin itu, pasukan musyrikin itu
bertanya kepada mereka,

"Siapa kalian?" Setelah dijawab mereka mengatakan,

"Kalian orang-orang yang sepadan dengan kami."

Ubaidillah orang yang tertua di antara mereka tampil berperang tanding dengan Utbah bin Rabi'ah,
Hamzah melawan Saibah dan Ali melawan Alwalid

Hamzah dan Ali tidak menemui kesulitan untuk membunuh lawannya, Utbah dan kawannya masing-
masing berhasil melukai lawannya, kemudian Ali dan Hamzah menyerang Utbah dan berhasil
membunuhnya, lalu mengangkut Ubaidah yang terputus kakinya.

Ubaidah senantiasa diam sampai mati syahid di Shafra' setelah empat atau lima hari dari Perang Badr,
dan dalam perjalanan pulang menuju Madinah.

Ali berkata bahwa ayat berikut ini turun berkenaan dengan mereka yaitu

ِ‫اخ َتصَموا َخصْ مَانِ َه َذان‬


ْ ‫َت َك َفروا َفالَّذينَِ ۚ رَ به ِْم في‬ َ ‫ا ْلحَ ميمِ رءوسهمِ َف ْوقِ منِْ ي‬
ِْ ‫صبُِّ َنارِ منِْ ثيَابِ لَه ِْم قطع‬
Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar
mengenai Tuhan mereka. Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api
neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka.

Surah Al-Hajj (22:19)


KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 79

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

SERANGAN UMUM

Perang tanding tersebut merupakan permulaan yang buruk bagi kaum musyrikin. Mereka kehilangan
tiga Pemimpin sekaligus. Maka meluaplah kemarahan mereka, kemudian menyerang kaum muslimin
secara serentak.

Adapun kaum muslimin setelah meminta pertolongan kepada Rabb mereka, mengikhlaskan niat
kepada-Nya dan merendahkan diri kepada-Nya, mereka menerima serangan dari kaum musyrikin
secara bertubi-tubi, dengan sikap bertahan. Tetapi mereka berhasil memberikan banyak kerugian
kepada kaum musyrikin. Mereka meneriakkan kata-kata "Ahad, ahad."

Rasulullah memohon pertolongan kepada Rabbnya

Rasulullah ‫ ﷺ‬sendiri sekembalinya dari mengatur barisan, beliau memohon kepada Rabbnya
pertolongan yang telah dijanjikan-Nya. Beliau berkata

"Wahai Allah, tunaikanlah apa yang telah Engkau janjikan kepada aku. Wahai Allah Sesungguhnya aku
memohon janji-Mu,"

Ketika perang berkecamuk, dia berdoa

"Ya Allah, kalau pasukan (kaum muslimin) ini sampai binasa hari ini, engkau tidak akan di sembah lagi
(oleh manusia) Wahai Allah, jika engkau menghendaki, engkau tidak di sembah lagi setelah ini."

Beliau bersungguh-sungguh dalam memohon, sehingga kain selendangnya jatuh dari pundaknya. Kain
itu kemudian disampirkan kembali oleh Abu Bakar As Siddiq ke pundak beliau seraya berkata,

"Wahai Rasulullah, cukuplah permohonanmu kepada Rabbmu." Kemudian Allah wahyukan kepada
para malaikat-nya

َِ ‫ل م ْنه ِْم َواضْ ربوا ْاْلَعْ َناقِ َف ْوقَِ َفاضْ ربوا الرُّعْ بَِ َك َفروا الَّذينَِ قلوبِ في سَأ ْلقي ۚ آمَنوا الَّذينَِ َف َثبتوا َمعَك ِْم أَني ا ْلم ََالئ َكةِ إلَى رَ ُّب‬
ِ‫ك يوحي إ ْذ‬ َِّ ‫ك‬
ِ‫َب َنان‬
(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku bersama kamu,
maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman. Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan
ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari
mereka.

Surah Al-Anfal (8:12)

Lalu Allah mewahyukan kepada Nabi-Nya, secara silih berganti, tidak sekaligus.
JUMAT 17 RAMADHAN

Seorang pemuka Quraisy bernama Utbah bin Rabi'ah tiba-tiba berpendapat bahwa berperang
sekarang tidak ada gunanya. Abu Jahal kembali mengamuk. Ia yang menjuluki Utbah sebagai penakut.
Pertengkaran itu terlihat dari jauh oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬dan pasukannya. Perlahan keyakinan mereka akan
pertolongan Allah semakin kuat.

Pendapat Utbah dibicarakan secara kilat oleh para pemuka Quraisy. Merasa malu jika mundur setelah
berhadapan, para pemimpin Quraisy memutuskan untuk maju bertempur. Apalagi saat itu pasukan
Quraisy jauh lebih banyak dengan persenjataan yang jauh lebih kuat.

Seorang penulis sejarah menyebutkan bahwa saat itu, datanglah iblis yang menyerupai wajah Suraqah
bin Malik, pemimpin Bani Mudlij, bersama puluhan anak buahnya.

Iblis berkata kepada para pemuka Quraisy,

"Jangan takut memerangi Muhammad dan para sahabatnya. Kalau kamu kalah kami akan
membantumu dari arah belakang!"

Tiba-tiba Malaikat Jibril turun dan mendatangi iblis dengan cepat. Seketika itu juga Suraqah gadungan
dan anak buahnya melarikan diri. Seorang Quraisy berteriak heran,

"hendak kemana engkau, hai Suraqah? Bukankah engkau tadi hendak membela kami?"

"Mengapa engkau sekarang hendak pergi dari sini?"

"Sudahlah," jawab iblis gusar,

"Aku melihat sesuatu yang tidak kau lihat!"

Setelah itu kedua pasukan pun saling berhadapan. Hari itu hari Jumat tanggal 17 Ramadhan. Rasulullah
bersabda,

"Demi Dia yang memegang hidup Muhammad. Setiap orang yang sekarang bertempur dengan tabah,
bertahan mati-matian, terus maju dan pantang mundur, lalu ia gugur, dan Allah akan
menempatkannya di dalam surga."

Semangat pasukan pun melambung kekuatan iman yang diberikan Allah melebihi kekuatan apa pun.
Walaupun demikian, beberapa orang pahlawan Quraisy menunjukkan keberanian mereka.

Geram akibat tidak mendapatkan air, karena sumur-sumur yang ada telah ditutup oleh kaum
muslimin, seorang pahlawan Quraisy bernama Aswad bin Abdul Asad Al makhzumi keluar dari barisan
seraya berucap,

"Aku bersumpah demi nama Tuhan. Akan ku rusak kolam-kolam mereka! Jika tidak dapat
melakukannya, lebih baik aku mati!"

Dengan tangkas Aswad berlari ke kolam kaum muslimin.

BILAL
Di dalam pertempuran sengit itu banyak sekali sesama saudara sedarah harus saling berhadapan.
Beberapa orang pasukan muslim menahan pedangnya agar tidak mengenai saudara-saudara mereka
dari pihak Quraisy. Namun beberapa pahlawan yang imannya telah begitu kuat tidak lagi peduli
dengan siapa mereka berhadapan.

Mereka menyadari, apabila mereka baru melepaskan kesempatan untuk merobohkan musuh di
hadapannya. Musuh itu bisa membunuh tentara Islam yang lain. Padahal, saudara Muslim itulah yang
seharusnya mereka bela melebihi saudara sedarah.

Umar Bin Khattab berhadapan dengan pamannya sendiri dan berhasil membunuhnya.

Ali Bin Abi Thalib berhasil membunuh beberapa orang saudaranya.

Abu Ubaidah bin Jarrah berhadapan dengan ayahnya. Abu Ubaidah mencoba mengingatkan agar
ayahnya pergi menjauh, tapi sang ayah malah berdiri menghadangnya dengan pedang terhunus.
Mereka kemudian bertarung dan Abu Ubaidah berhasil mengalahkan ayahnya sendiri.

Bilal bin Rabah menemukan bekas majikannya Umayyah bin Khalaf yang dahulu pernah menyiksanya
habis-habisan.

Bilal mendekat dengan cepat. Melihat mata Bilal yang menatapnya dengan sangat tajam, Umayyah
ketakutan. Kemudian, ia meminta perlindungan seorang sahabat Rasulullah ‫ﷺ‬. Abdurrahman bin Auf.

Di Mekah dulu Abdurrahman adalah sahabat baik Umayyah. Abdurrahman pun melindungi Umayyah
dan hendak menjadikannya tawanan perang yang sudah menyerah. Namun, Bilal memprotes sambil
berteriak,

"Saudara-saudara muslim! ini dia Umayyah bin khalaf, si Gembong kekafiran!"

Orang-orang yang dahulu pernah disiksa Umayyah berlari mendekat. Mereka memprotes tindakan
Abdurrahman bin Auf.

"Tidak akan selamat aku jika Umayyah masih hidup!" demikian tekad kuat Bilal.

Akhirnya, Umayyah menerima tantangan Bilal untuk berduel, Keduanya bertarung dengan pedang
terhunus. Bilal berhasil menusukkan pedangnya ke celah baju besi Umayyah dan mengalahkan dia.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 80

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

HAMZAH

Hamzah bin Abdul Muthalib bersama pasukannya berdiri melakukan penjagaan di dekat kolam
pasukan muslim. Kolam itu merupakan tempat penting dalam pertempuran Badar. Jika pasukan
Quraisy berhasil merebut kolam dan menghilangkan dahaga mereka, pasukan muslimlah yang akan
kehausan.

Kemudian, sepasukan berkuda Quraisy mendekat. Dua penunggang kuda terdepan berhasil ditaklukan
Hamzah. Namun, penunggang ketiga lolos dan berhasil membuka celah pertahanan untuk diterobos
para penunggang lain yang terkenal tangguh. Namun Hamzah sendiri berdiri menutup celah tersebut
dengan pedang siaga di tangan. Satu demi satu para penunggang Quraisy yang kehausan maju.
Namun, semuanya tumbang di ujung pedang Hamzah.

Setelah memukul mundur para penunggang Quraisy, Hamzah menerjunkan diri ke medan tempur
dengan niat untuk menghabisi para jagoan Quraisy yang dilihatnya. Tidak lama kemudian, Hamzah
berhasil merobohkan Handhalah Bin Abu Sufyan dan Haris bin Amir.

Tiba-tiba Naufal Bin Khuwailid berhasil menerobos ke tengah barisan pasukan muslimin. Dengan
kudanya yang menggila, ia menyerang beringas, menerjang dan menginjak-injak. Topi dan baju besi
yang dipakai Naufal sulit ditembus pedang pasukan muslim. Namun Hamzah datang dan
menyerangnya. Naufal segera menggebrak kudanya dan menyerang. Hamzah melompat ke belakang,
berputar, dan balik menyerang. Pedangnya berkelebat membelah udara. Beberapa tentara kedua
belah pihak berhenti bertempur dan memperhatikan pertarungan yang mengerikan itu. Kuda Naufal
roboh, tetapi Naufal melompat berdiri dan meneruskan pertarungan dengan ganas. Akhirnya, Hamzah
berhasil menebas leher Naufal.

ِّ َ ِ‫ اَ ْكبَر‬membahana. Selangkah demi selangkah, pasukan Quraisy mundur. Pasukan


Pekik takbir ‫هللا‬
muslim yang tanpa perisai, topi, dan baju besi mendesak barisan musuh mundur yang kebanyakan
mengenakan baju besi lengkap.

Demikian gagahnya Hamzah bertempur sampai beberapa pasukan Quraisy yang mundur saling
bertanya,

"Siapakah laki-laki yang berbulu-bulu dadanya halus dan wajahnya tertutup debu?"

"Itulah Hamzah!" sahut yang lain dengan suara tercekat.

"Dialah yang sebenarnya banyak menyerang kita," Sahut yang lain sambil terus berlari.
TEWASNYA ABU JAHAL

Melihat pasukannya mulai terdesak, Abu Jahal berusaha menata kembali barisan. Ia mendengar
seseorang berseru:

"Pasukan Muhammad cuma 300 Orang. Mereka tidak mengenakan pakaian pelindung, kecuali pedang
belaka. Namun, setiap kali ada yang terbunuh di antara mereka, pasti ada yang terbunuh di pihak kita!
Kemudian, jika dari pihak kita gugur 300 orang, kita tidak punya peluang untuk hidup! mundur!
mundur!"

Abu Jahal mengutus Ikrimah untuk mendorong barisan-barisan Quraisy agar bertahan seraya
mengingatkan bahwa merekalah para pemimpin Arab. Namun pasukan Muslim terus maju tidak
tertahankan. Dua prajurit muda muslim bahkan berhasil mendekati Abu Jahal dan menyerangnya. Abu
Jahal yang sombong dan gagah dengan senjata lengkap tak mampu mengalahkan dua pemuda itu dan
ia pun terbunuh.

Kedua prajurit muda itu Muadz Bin Afra dan Abdullah Bin Mas'ud. Mereka membawa kepala Abu Jahal
ke hadapan Rasulullah ‫ ﷺ‬seraya berkata,

"Ya Rasulullah, inilah kepala Abu Jahal si musuh Allah!"

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Allah tidak ada Tuhan selain-Nya, Allah tidak ada Tuhan selain-Nya, Allah tidak ada Tuhan selain-Nya.
Demi Allah, kalian lah yang membunuh Abu Jahal?"

Saat mereka menjawab,

" Ya."

segera Rasulullah ‫ ﷺ‬bersujud kepada Allah seraya mengucapkan,

"Segala puji bagi Allah yang benar janji-Nya dan yang telah menolong hambanya yang telah
mengalahkan tentara musuhnya."

Setelah itu, pasukan musuh mundur dalam keadaan kocar-kacir. Pasukan besar dan persenjataan
lengkap itu telah lumpuh, mundur tergesa-gesa meninggalkan benda-benda berharga di dalam
perkemahan. Hanya keselamatan diri yang kini mereka pikirkan.

Strategi yang diterapkan Rasulullah ‫ ﷺ‬terhadap pasukannya adalah bertahan di tempat tanpa bergerak
sedikit pun pada awal pertempuran. Maka untuk pertama kali dalam sejarah perangnya, orang Quraisy
melihat ada pasukan pejalan kaki yang mampu menahan gelombang-gelombang serbuan pasukan
berkuda.

Rasulullah ‫ ﷺ‬terus memerintahkan pasukannya bertahan sampai serangan musuh melemah. Setelah
itu barulah beliau yang memerintahkan serangan balasan. Lalu pasukan muslim pun maju dan tidak
memberikan kesempatan lagi kepada musuh untuk membenahi barisan.

SETELAH PERANG

Meski musuh mundur dengan tergesa-gesa, Rasulullah ‫ ﷺ‬mengutus beberapa pengintai untuk
mengikuti ekor pasukan Quraisy. Rasulullah ‫ ﷺ‬ingin benar-benar yakin bahwa mereka benar-benar
mundur ke Mekah, bukan melakukan tipu daya untuk kemudian menyerang kembali atau malah
bergerak ke arah Madinah.

Setelah mendengarkan laporan dari pasukan pengintai barulah beliau benar-benar bisa merasa tenang
karena ternyata musuh kembali ke kota mereka dengan menanggung semua beban kekalahan.

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengajak Ammar bin Yasir Melihat mayat Abu Jahal Seraya bersabda,

"Allah telah membunuh orang yang dulu membunuh ibumu."

Kemudian, Rasulullah ‫ ﷺ‬meninjau langsung bekas medan pertempuran. Beliau menemukan 14


sahabatnya gugur sebagai syahid. Sedangkan 70 orang Quraisy terbunuh, 70 lainnya menjadi tawanan
kaum muslimin. Beliau memerintahkan agar para syuhada yang gugur di kuburkan, sementara itu
mayat-mayat Quraisy dimasukkan ke dalam sebuah sumur kering lalu ditimbun batu.

Pasukan muslim kembali ke Madinah dengan membawa kemenangan gemilang. Rasulullah ‫ﷺ‬
memperhatikan raut wajah para sahabat yang berseri-seri kecuali Hudzaifah bin Utbah yang telah
membunuh ayahnya sendiri. Rasulullah ‫ ﷺ‬mendekati Hudzaifah dan bertanya,

"Barangkali saja duka menyelimuti hatimu karena kematian ayahmu?"

"Hatiku sama sekali tak merasa goyah, mengenai Ayahku atau kematiannya. Ya Rasulullah. Akan tetapi
aku mengenal pemikiran kesabaran dan keutamaannya. Aku sebenarnya sangat berharap dia akan
mendapat hidayah Allah. Setelah aku melihat kenyataan yang menimpa Ayahku, aku merasa sangat
berduka," demikian jawab Hudaifah.

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengangguk lalu menghibur hati Hudzaifah dan mendoakannya. Kemudian beliau
mendekati barisan para tawanan. Kening beliau berkerut menyaksikan sebagian sahabatnya mengikat
para tawanan dengan kuat dan menertawakan mereka.

"Hendaklah kalian memperlakukan para tawanan dengan baik, "demikian Sabda beliau.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 81

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

Masih dalam Perang Badar Kubra Peperangan Islam Pertama yang Menentukan

Meninggalnya Ruqayyah

Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta pendapat para sahabat tentang para tawanan. Umar Bin Khattab mengusulkan
agar para tawanan itu dibunuh. Sangat berbahaya jika melepaskan mereka, walau keluarganya
menebus dengan gunung harta, sebab mereka dapat kembali memerangi kaum muslimin.

Abu Bakar berpendapat lain, yang mengusulkan agar para tawanan dibiarkan ditebus keluarganya,
dengan harapan mudah-mudahan suatu saat kelak mereka mau mengikuti ajaran Islam. Lagipula uang
yang dibayarkan dapat digunakan untuk melengkapi persenjataan kaum muslimin.

Rasulullah ‫ ﷺ‬cenderung pada pendapat Abu Bakar.


Beliau berdiam sementara di luar Madinah, untuk menunggu tebusan dari pihak Quraisy. Para
tawanan pun ditebus dengan uang dan mereka kembali bebas, namun setelah itu Rasulullah ‫ﷺ‬
mendapat berita, bahwa pihak Quraisy sedang mengadakan persiapan penyerbuan dengan jumlah
pasukan yang jauh lebih besar. Sebagian besar para tawanan bergabung dengan pasukan baru itu.

Akhirnya Rasulullah ‫ ﷺ‬menyadari bahwa saran Umar lebih tepat, tidak pantas bagi seorang Rasulullah
‫ ﷺ‬mempunyai tahanan sebelum menghancurkan musuh-musuhnya di muka bumi.

Setelah itu harta rampasan perang dibagikan dengan rata kepada pasukan. Mereka pun kembali ke
Madinah, Rasulullah ‫ ﷺ‬langsung menuju masjid untuk memberitakan kemenangan serta
mengumumkan nama-nama bangsawan Quraisy yang mati. Setelah itu Rasulullah ‫ ﷺ‬pergi ke rumah
Utsman bin Affan untuk menjenguk Ruqayyah putrinya yang sudah lama terbaring sakit. Utsman bin
Affan memang diminta Rasulullah menjaga istri dan anaknya sehingga Usman tidak mengerti
pertempuran Badar. Saat Rasulullah ‫ ﷺ‬tiba, Usman malah menangis sambil memeluk Rasulullah ‫ﷺ‬,
karena ternyata Ruqayyah telah wafat ketika beliau masih di luar Madinah.

Rasulullah ‫ ﷺ‬diantar ke makam Ruqayyah, beberapa sahabat berusaha menghibur kesedihan yang
membebani dada beliau. Mereka menemani pula beliau pulang ke rumah.

Di tengah permalink pulang, seorang Yahudi memandang Rasulullah dengan sinis, sambil berkata para
bangsawan Quraisy memang tidak mempunyai keahlian dalam perang. Kalau saja kalian berperang
melawan kami, Kalian baru akan mengetahui bahwa kamilah sebenar-benarnya prajurit.

Para sahabat tidak membalas perkataan sinis itu, karena tidak tega melukai kesedihan di hati
Rasulullah ‫ﷺ‬.

Rasulullah ‫ ﷺ‬pun tidak menghiraukan ejekan dengki itu dan terus melangkah menuju rumah.

DZUN NURAINI

Setelah duka ditinggal Ruqayyah, Utsman kemudian menikahi adik Ruqayyah, Ummu Khultsum.
Ummu Khultsum juga diusir oleh kedua mertuanya, Abu Lahab dan istrinya Ummu Jamil serta
suaminya Utaibah, adik Utbah. Karena menikahi dua putri nabi inilah Utsman digelari Dzun Nuraini, 'Si
Pemilik Dua Cahaya'.

Rasulullah ‫ ﷺ‬Hampir Dikultuskan

Sudah beberapa lama putri Rasulullah, Ruqayyah terserang sakit dan tidak kunjung sembuh. Musuh-
musuh Rasulullah dari kalangan Yahudi dan orang-orang munafik mulai menyebarkan desas-desus,

"Kalau memang Muhammad itu seorang nabi, tentu ia dengan mudah bisa menyembuhkan penyakit
putrinya."

"Jangan-jangan, dia memang bukan seorang nabi, melainkan tukang sihir," timpal yang lain,

"Dulu di Mekah sihirnya berhasil memikat banyak orang, tetapi di sini ternyata tidak mempan."

Desas-desus yang beredar gencar, membuat keimanan sebagian orang mulai goyah. Orang-orang
munafik yang dipimpin Abdullah bin Ubay semakin bersemangat mengatakan ini dan itu tentang
pribadi Rasulullah. Mendengar itu, sebagian Muslim bangkit amarahnya. Mereka melawan desas-
desus itu dengan sanjungan pujian, dan pemujaan kepada Rasulullah.
"Jangankan menyembuhkan penyakit, menghidupkan orang mati pun tentu Rasullulah bisa," demikian
kata mereka.

Mendengar hal-hal seperti itu, Rasullulah ‫ ﷺ‬segera datang dan berkata, "Janganlah kalian menyanjung-
nyanjung diriku."

"Bagaimana kami tidak akan menyanjung dirimu ya Rasulullah, bukankah engkau adalah pemimpin
kami semua?"

Beliau menggeleng. Beliau kemudian berkata bahwa dirinya hanyalah manusia biasa, ia tidak dapat
menolak atau menyembuhkan penyakit apabila hal itu memang sudah dikendaki Allah. Beliau adalah
manusia yang juga dapat menangis, tertawa, kepayahan, kesegaran, tidur, marah, senang, lapar,
dahaga, makan, dan perlu pergi ke pasar seperti orang lain.

Bahkan Rasulullah sendiri menderita sakit. Seorang tabib dipanggil datang untuk melakukan
penyembuhan. Tabib itu melakukan pembekaman agar darah yang mengandung penyakit keluar.
Namun, begitu darah Rasulullah keluar, tabib yang suka menyanjung itu menjilati darah beliau. Segera
saja Rasulullah ‫ ﷺ‬melarang tabib itu dengan keras sambil berkata,

"Semua darah haram! Semua darah haram!"

Demikianlah, di satu sisi ada orang yang membenci Rasulullah, sementara disisi lain banyak orang yang
justru memuja beliau secara berlebihan.

Sehari sebelum Rasulullah ‫ ﷺ‬tiba di Madinah, berita kemenangan dibawa oleh Zaid bin Haritsah dan
Abdullah bin Rawahah dari dua jurusan yang berlainan. Kaum Muslimin segera keluar rumah dan
bergembira menyambut kemenangan besar ini.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬


BAGIAN 82

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

MEKAH TERKEJUT

Sementara itu keadaan sebaliknya menimpa Mekah, Al Haisuman bin Abdullah Al Khuza'i tergesa-gesa
memasuki Mekah. Diberitakannya kehancuran pasukan Quraisy dan bencana yang telah menimpa
para pemimpin, pembesar, dan bangsawan mereka. Mulanya orang Mekah tidak percaya, tetapi
setelah yakin bahwa Al Haisuman tidak mengigau, seluruh kota menjadi penuh dengan jerit tangis.

Abu Lahab yang tidak ikut berperang sangat terpukul mendengarkan berita mengerikan itu.

"Tidak mungkin!"

"Tidak mungkin!" demikian igaunya. Keesokan harinya, ia jatuh sakit dan menderita demam selama
tujuh hari sebelum akhirnya meninggal.

Para pemuka Quraisy pun berkumpul untuk memutuskan yang akan mereka lakukan.

"Ingat sesedih apa pun hati kita jangan menunjukkan duka cita secara berlebihan," demikian kata salah
seorang di antara mereka.

"Jika Muhammad dan teman-temannya mendengar ini, mereka akan mengejek kita habis-habisan,"

"Jangan cepat-cepat datang membawa tebusan untuk membebaskan para tawanan," usul yang lain.

"Nanti Muhammad akan meminta harga yang terlampau tinggi! Kita tunggu kesempatan baik untuk
menebus mereka."

Setelah beberapa lama barulah orang-orang Quraisy berdatangan untuk menebus para tawanan.
Salah seorang di antaranya adalah Mikraz bin Hafz. Dia datang untuk menebus Suhail bin Amir. Suhail
dikenal suka menjelek-jelekkan Rasulullah ‫ﷺ‬. Begitu mengetahui Suhail akan dibebaskan Umar Bin
Khattab menjadi sangat geram.

Ia mendatangi Rasulullah ‫ ﷺ‬sambil berkata,

"Rasulullah ijinkan saya mencabut 2 gigi seri Suhail bin Amir supaya lidahnya tidak terjulur keluar dan
tidak lagi berpidato mencercamu di mana-mana."

Namun Rasulullah ‫ ﷺ‬menjawab permintaan Umar itu dengan kata-kata yang sangat agung,

"Aku tidak akan memperlakukannya secara kejam, supaya Allah tidak memperlakukan aku demikian,
Sekali pun aku seorang nabi.

HINDUN
Seberapa pun kuatnya orang-orang Quraisy menutupi kesedihannya, luka yang dalam itu tidak
terbendung juga. Para wanita Quraisy selama sebulan penuh menangisi mayat-mayat para pejuang
mereka. Mereka menggunting rambutnya sendiri, lalu membawa kuda dan unta orang yang sudah
mati. Setelah itu mereka menangis sambil mengelilinginya.

Hampir semua wanita yang kehilangan kerabatnya berlaku demikian, kecuali Hindun binti utbah, Istri
Abu Sufyan.

Ketiga orang yang mati dalam duel sebelum pertempuran adalah orang-orang terdekat yang sangat
disayangi Hindun. Utbah bin Rabiah adalah ayahnya, Syaibah bin Rabiah adalah pamannya, dan Walid
Bin Utbah adalah kakaknya.

Belum lagi beberapa keluarganya yang lain yang juga mati dalam pertempuran. Bisa dikatakan di
antara wanita Quraisy Hindunlah yang paling banyak kehilangan sehingga pantaslah jika ia
menunjukkan duka cita lebih banyak dibanding yang lain.

Melihat Hindun tidak menangis, para wanita Quraisy keheranan. Beberapa dari mereka mendatangi
Hindun sambil bertanya,

"Kau tidak menangisi ayahmu, saudaramu, pamanmu, dan keluargamu yang lain?"

Hindun berpaling dan menatap kawan-kawannya dengan tajam. Para wanita itu terkejut mengetahui
bahwa bukan air mata yang mereka lihat di mata Hindun, melainkan api dendam yang berkobar-kobar.

Hindun menjawab dengan kata-kata keras,

"Aku menangisi mereka supaya nanti didengar oleh Muhammad dan teman-temannya sehingga
mereka bisa menyoraki kita, begitu? Dan supaya wanita-wanita Khazraj juga bisa menyoraki kita?
Tidak! Aku harus menuntut balas kepada Muhammad dan teman-temannya! Haram bagi kita
memakai minyak wangi sebelum kita dapat memerangi Muhammad."

"Sungguh kalau aku dapat mengetahui bahwa kesedihan dapat hilang dari hatiku, tentu aku menangis.
Tetapi kesedihan ini baru akan hilang, kalau mayat orang yang telah membunuh orang-orang yang
kucinta itu sudah kulihat dengan mata kepalaku sendiri!"

Setelah itu, Hindun benar-benar menjalankan sumpahnya. Ia tidak memakai minyak wangi atau
mendekati suaminya. Ia terus dan terus membakar semangat dendam orang-orang Quraisy sampai
kemudian tiba saat Perang Uhud. Abu Sufyan sendiri bersumpah tidak akan mencuci kepala dengan
air sebelum ia memerangi kembali Rasulullah.

KISAH MENANTU RASULULLAH

Salah seorang tawanan perang Badar adalah Abul Ash bin Rabi Ia adalah menantu Rasulullah. Karena
ia menikahi Putri beliau Zainab, untuk menebus suaminya, Zainab mengirimkan Seuntai kalung
peninggalan ibunya kepada Rosulullah. Ketika melihat kalung milik Khadijah itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬amat
terharu, air mata pun menetes di pipi beliau.

Melihat duka Rasulullah ‫ﷺ‬, para sahabat setuju untuk membebaskan Abul Ash bin Rabi tanpa harus
membayar tebusan. Rasulullah ‫ ﷺ‬mengembalikan kalung Khadijah kepada Abul Ash dan meminta agar
Abul Ash menceraikan Zainab.
Menurut hukum Islam, seorang wanita Mukmin memang tidak boleh menikahi laki-laki kafir. Abul Ash
menyetujui permintaan itu.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 83

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬
Ketika kembali ke Mekkah, keluarganya berkata,

"Biarlah engkau menceraikan istri mu itu, dan kami akan mencarikan bagimu gadis yang jauh lebih
cantik daripada nya".

Namun Abul Ash amat mencintai Zainab sehingga ia berkata,

"Di Suku Quraisy tidak ada gadis yang dapat menandingi istriku,"

Walau dihalang-halangi orang Quraisy, Abul Ash melepaskan Zainab ke Madinah. Di tengah jalan
beberapa orang Quraisy mengganggu unta Zainab sehingga putri Rasulullah ‫ ﷺ‬yang sedang hamil itu
jatuh. Ketika itulah Zainab mengalami keguguran kandungannya.

Beberapa waktu kemudian, Abul Ash pergi membawa barang-barang dagangan Quraisy, namun saat
tiba di dekat Madinah, sebuah pasukan patroli muslim memergokinya. Mereka pun menyita semua
barang bawaan.

Abul Ash diam-diam berlindung dalam gelapnya malam. Abul Ash masuk ke Madinah dan meminta
perlindungan kepada Zaenab. Zainab pun melindunginya.

Mengetahui hal itu kaum muslimin mengembalikan barang-barang dagangan yang dibawa Abul Ash,
dia pun segera pulang ke Mekah dan mengembalikan semua barang itu, kemudian berkata,

"Masyarakat Quraisy! Masih adakah dari kamu yang belum mengambil barangnya?"

"Tidak ada," jawab mereka.

"Engkau ternyata orang jujur dan murah hati."

Ketika itu Abul Ash pun masuk Islam dan kembali ke Madinah. Dengan bahagia Rasulullah ‫ﷺ‬
mengembalikan Zainab kepada Abul Ash sebagai seorang istri.

AL QUR'AN BERBICARA SEPUTAR PEPERANGAN

Berkenaan dengan peperangan tersebut turunlah surat Al Anfal. Surat ini merupakan "komentar Ilahi"
terhadap peperangan tersebut. Komentar tersebut sangat berbeda dengan komentar-komentar yang
dikemukakan oleh para raja dan panglima perang setelah meraih kemenangan.

Pertama, Allah mengalihkan pandangan kaum muslimin untuk melihat segala kekurangan akhlak yang
masih ada pada diri mereka dan sebagainya, agar mereka berupaya untuk menyempurnakan jiwa
mereka dan membersihkannya dari kekurangan kekurangan tersebut.
Kemudian, Allah memuji segala hal yang ada dalam kemenangan tersebut berupa Pertolongan Allah
secara ghaib kepada kaum muslimin. Hal itu dikemukakan kepada mereka agar mereka tidak
terpedaya dengan keberanian mereka, sehingga jiwa mereka menjadi sombong. Bahkan agar mereka
bertawakkal kepada Allah, menaati-Nya dan menaati Rasulullah ‫ﷺ‬.

Kemudian, Dia menjelaskan tujuan mulia yang melandasi Rasulullah ‫ ﷺ‬terjun dalam peperangan
berdarah tersebut, dan menunjukkan kepada mereka sifat-sifat dan akhlak yang dapat menyebabkan
kemenangan dalam peperangan.

Kemudian, berbicara kepada kaum musyrikin, orang-orang munafik, orang-orang Yahudi, dan para
tawanan perang. Dia menasehati mereka secara baik, dan membimbing mereka untuk tunduk kepada
kebenaran. Selanjutnya, berbicara kepada kaum muslimin seputar masalah perampasan barang dan
menetapkan prinsip-prinsip masalah tersebut kepada mereka.

Setelah itu Dia menjelaskan dan menetapkan undang-undang peperangan dan perdamaian yang
sangat mereka butuhkan setelah dakwah Islam memasuki fase tersebut, sehingga peperangan kaum
muslimin berbeda dengan peperangan orang-orang jahiliyah. Kaum muslimin memiliki kelebihan
dalam hal akhlak dan nilai dan menegaskan kepada dunia bahwa Islam bukan sekedar teori namun
juga mendidik penganutnya secara praktis di atas asas dan prinsip yang diserukan oleh-Nya.

Kemudian menetapkan beberapa ketentuan dari undang-undang negara Islam yang menjelaskan
tentang perbedaan antara kaum muslimin yang tinggal di dalam batas negara Islam dan kaum
muslimin yang tinggal di luar batas negara Islam.

Pada tahun kedua Hijriah diwajibkan Shaum Ramadhan, diwajibkan zakat fitrah dan dijelaskan nisab-
nisab zakat yang lain. Diwajibkannya zakat fitrah, serta meringankan beban yang dipikul oleh sejumlah
besar kaum Muhajirin, karena mereka adalah kaum fuqara yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya.

Di antara peristiwa yang terindah adalah hari raya pertama bagi kaum muslimin jatuh pada bulan
Syawal tahun kedua Hijriyah setelah meraih kemenangan dalam Perang Badar.

Alangkah indahnya hari raya yang membahagiakan itu, yang Allah berikan kepada mereka setelah
mereka meraih kemenangan dan kemuliaan. Alangkah indahnya pemandangan sholat Ied yang
mereka lakukan setelah mereka keluar dari rumah-rumah mereka sambil mengumandangkan takbir,
tauhid, dan Tahmid. Hati mereka penuh dengan harapan kepada Allah rindu kepada rahmat dan
keridhaan-Nya. Setelah Allah berikan berbagai nikmat kepada mereka dan didukung dengan
pertolongan-Nya. Hal itu diingatkan kepada mereka dengan firman-Nya: Quran surat

Al-Anfal (‫ )اْلنفال‬/ 8:26

َِ‫ضعَف ۡونَِ َقل ۡيلِ اَ ۡنتمِۡ ا ِۡذ ۡاذکر ۡۤۡوا و‬


ۡ ‫ن َت َخاف ۡونَِ ۡالَ ۡرضِ فی م ُّۡس َت‬
ِۡ َ‫صرهِ اَ َّيدَکمِۡ وَِ َفاوىکمِۡ ال َّناسِ َّي َت َخ َّط َفکمِ ا‬ َّ ِۡ‫َت ۡشکر ۡونَِ لَ َعلَّکم‬
ۡ ‫الطيبتِ منَِ رَ َز َقکمِۡ وَِ ب َن‬

"Dan ingatlah para Muhajirin ketika kamu masih berjumlah sedikit lagi tertindas di muka bumi (Mekah)
kamu takut orang-orang Mekah akan menculik kamu maka Allah memberikan kamu tempat menetap
(Madinah), mendukung kamu dengan pertolongan-Nya dan memberi rizki kamu dari yang baik-baik
agar kamu bersyukur.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬


BAGIAN 84

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

BERBAGAI OPERASI MILITER ANTARA BADAR DAN UHUD

Perang Badar merupakan awal pertarungan bersenjata antara kaum muslimin dan kaum musyrikin,
dan merupakan peperangan yang menentukan, kaum muslimin memperoleh kemenangan besar yang
diakui oleh seluruh orang Arab. Orang yang menyesali akibat perang tersebut adalah mereka yang
secara langsung memperoleh kerugian berat, yaitu kaum musyrikin atau orang-orang yang
memandang kemuliaan dan kemenangan kaum muslimin merupakan pukulan telak terhadap
eksistensi keagamaan dan perekonomian mereka yaitu kaum Yahudi.

Sejak kaum muslimin meraih kemenangan dalam Perang Badar dua kelompok tersebut menyimpan
amarah terhadap kaum muslimin.

َِّ‫َاوًِة ال َّناسِ أَ َش َِّد لَ َتجدَن‬


َ ‫ك ۚ َنصَارَ ىِ إ َّنا َقالوا الَّذينَِ آمَنوا للَّذينَِ م ََو َّدًِة أَ ْقرَ بَه ِْم َولَ َتجدَنَِّ ۚ أَ ْشرَ كوا َوالَّذينَِ ا ْليَهو َِد آمَنوا للَّذينَِ َعد‬
َِ ‫م ْنه ِْم بأَنَِّ َذل‬
َِ‫ل َوأَ َّنه ِْم َورهْ بَا ًنا قسيسين‬ ِ َ َِ‫يَسِْ َت ْكبرون‬
Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang
yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati
yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang
berkata: Sesungguhnya kami ini orang Nasrani. Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka
itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya
mereka tidak menyombongkan diri.

Surah Al-Ma'idah (5:82)

Di Madinah terdapat para pendukung dua kelompok tersebut, dan mereka berpura-pura masuk Islam
tatkala tidak ada tempat lagi untuk meraih kewibawaan mereka. Mereka adalah Abdullah bin Ubay
dan teman-temannya, kelompok ketiga ini lebih besar lagi kemarahannya daripada dua kelompok di
atas.

Di samping itu terdapat kelompok keempat, mereka adalah orang-orang Baduy yang tinggal di sekitar
Madinah. Masalah kekufuran dan keimaman mereka tidaklah menjadi perhatian bagi mereka, tetapi
mereka adalah para perampok dan perampas. Mereka mulai goncang karena kemenangan yang diraih
kaum muslimin. Mereka khawatir akan tegak di Madinah suatu negara yang kuat, yang akan
menghalangi mereka untuk meraih kesuksesan atau kekuatan melalui perampokan dan perampasan.
Sehingga mereka pun membenci kaum muslimin dan menjadi musuh mereka.

PERANG BANI SULAIM

Berita pertama yang disampaikan oleh utusan dari Madinah kepada Nabi ‫ ﷺ‬setelah Perang Badar
adalah Bani Sulaim. Bani Sulaim ini berasal dari kabilah Ghathafan. Mereka menggalang kekuatannya
untuk menyerang Madinah.
Nabi ‫ ﷺ‬dengan pasukan kavaleri yang berkekuatan 200 personel mendatangi kabilah tersebut di
perkampungannya. Sesampainya beliau di wilayah mereka di daerah al-Kudr, Bani Sulaim melarikan
diri dan meninggalkan 500 ekor unta. Mereka meninggalkan untanya di suatu lembah yang dikuasai
oleh pasukan Madinah.

Unta-unta tersebut diambil seperlimanya oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬. Rasulullah membagikan unta-unta
tersebut kepada para sahabatnya. Setiap orang mempunyai dua ekor onta.

Beliau juga mendapatkan seorang budak yang bernama Yasar yang kemudian dibebaskan.

Di perkampungan Bani Sulaim tersebut Nabi ‫ ﷺ‬tinggal selama tiga hari. Kemudian beliau kembali ke
Madinah.

Peperangan tersebut terjadi pada bulan Syawal tahun kedua Hijriyah 7 hari setelah pulang dari Perang
Badar. Dalam peperangan tersebut Nabi ‫ ﷺ‬menyerahkan urusan Madinah kepada Siba' bin Arfatah.

PERSEKONGKOLAN UNTUK MEMBUNUH NABI MUHAMMAD

Kekalahan kaum musyrikin dalam Perang Badar menimbulkan dampak yang mendalam. Kaum Quraisy
di Mekah menjadi marah dan mulai meluap-luap emosinya terhadap Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.

Ada dua orang tokoh Quraisy yang melakukan persekongkolan untuk membunuh nabi Muhammad ‫ﷺ‬.

Tidak beberapa lama seusai Perang Badar, Umair bin Wahab Al jami' dan Safwan Bin Umayyah duduk
bersama di sebuah batu. Umair adalah salah seorang "Syaithan" Quraisy yang selalu menyakiti Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬dan para sahabat beliau ketika masih berada di Mekkah. Sedangkan anaknya yang
bernama Wahab bin Umair menjadi tawanan Badar. Umair menyebutkan para tokoh korban perang
Badar, lalu Sofwan berkata,

"Sesungguhnya setelah kematian mereka akan datang kehidupan yang baik."

Umair berkata kepadanya,

"Sungguh, kamu benar. Demi Allah, seandainya aku tidak mempunyai tanggungan hutang, dan tidak
khawatir terlantar setelah aku mati, pasti aku akan mendatangi Muhammad dan membunuhnya. Aku
mempunyai alasan yaitu anakku yang menjadi tawanan mereka."

Safwan pun menjawab,

"Utangmu aku tanggung, aku yang akan melunasinya, dan keluargamu

bersama keluargaku selama mereka masih hidup. Hal itu tidak berat bagiku".

Umair kemudian berkata,

"Rahasiakanlah persoalan ini, Akan kulakukan,"

Selanjutnya Umair mengambil pedangnya, lalu dia berangkat ke Madinah. Ketika sudah sampai di
pintu masjid dia menderumkan untanya. Terlihat olehnya Umar Ibnul Khattab yang sedang
berbincang-bincang dengan beberapa orang dari kaum muslimin tentang kemenangan perang Badr.

Maka Umar berkata,


"Ini musuh Allah."

"Umair tidaklah datang kecuali untuk maksud jahat."

Kemudian Umar masuk mendatangi Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬seraya berkata,

"Wahai nabi Allah, Umair musuh Allah telah datang dengan menyandang pedangnya."

Nabi menjawab,

"Suruhlah masuk menemui aku."

Umar pun menemui Umair, dan sambil menarik tali pedang Umair ia berkata kepada beberapa orang
dari kaum Anshor,

"Masuklah, temui Rasulullah ‫ ﷺ‬dan duduklah di sisi beliau, serta jagalah beliau dari orang jahat ini,
karena dia perlu diwaspadai."

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 85

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَِى صَلِ اَللَّه َّم‬

Umar kemudian membawa masuk Umair kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬.


Setelah melihatnya dan Umar memegang tali pedang yang berada di lehernya, Nabi ‫ ﷺ‬berkata,

"Lepaskanlah wahai Umar, dan mendekatlah hai Umair."

Umair kemudian mendekat dan berkata,

"Selamat pagi."

Nabi ‫ ﷺ‬menjawab,

"Allah telah memuliakan kami dengan suatu penghormatan yang lebih baik dari penghormatanmu hai
Umair, yaitu dengan salam penghormatan penduduk surga."

Beliau kemudian bertanya,

"Hai Umair, ada keperluan apa kamu datang?"

Umair menjawab,

"Aku datang karena anakku menjadi tawananmu."

"Perlakukanlah ia secara baik."

Nabi ‫ ﷺ‬bertanya,

"Lalu untuk apa pedang yang ada di lehermu itu."

Umair menjawab,

"Semoga Allah memperburuk pedang tersebut. Apakah pedang ini berguna bagi kami?"

Nabi ‫ ﷺ‬berkata,

"Berkatalah secara jujur, kamu datang dalam rangka apa?"

Umair menjawab,

"Aku tidaklah datang kecuali untuk keperluan tersebut."

Nabi ‫ ﷺ‬berkata,

"Tidak, kamu dengan Safwan bin Umayyah telah duduk di sebuah batu, dan kalian telah menyebut-
nyebut tentang para korban Perang Badar dari kaum Quraisy, kemudian kamu berkata, "Seandainya
aku tidak mempunyai tanggungan hutang dan keluarga, aku akan keluar untuk membunuh
Muhammad." Kemudian Sofwan menanggung hutang dan menjamin keluargamu dengan syarat kamu
membunuhku. Allah pasti menghalangi rencanamu itu."

Umair berkata,

"Saya bersaksi bahwa Engkau adalah Rasulullah wahai Rasulullah, sebelumnya aku mendustakan
berita-berita langit yang Kau bawa kepada kami dan wahyu yang diturunkan kepadaMu. Rencanaku
ini tidak ada yang mengetahui selain aku dan Sofwan, demi Allah aku mengetahui tidak ada yang
memberitahukan padaMu kecuali Allah."

"Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan aku kepada Islam dan membawa aku ke tempat ini
kemudian mengucapkan syahadat secara benar."

Rasulullah ‫ ﷺ‬lalu berkata


"Ajarilah saudara kalian ini tentang agama, ajarkan Alquran kepadanya dan bebaskanlah
tawanannya."

Adapun Sofwan mengatakan,

"Bergembiralah dengan suatu peristiwa yang datang kepada kalian sekarang, pada hari-hari yang akan
melupakan kalian dari peristiwa Badar."

Dia bertanya tentang Umair kepada orang-orang yang berpergian, sehingga salah seorang yang
berpergian memberitahukan kepadanya tentang keislaman Umair.

Sofwan bersumpah untuk tidak berbicara kepadanya selamanya, dan tidak akan memberikan suatu
manfaat kepadanya selamanya.

Umair kembali ke Mekah dan tinggal di sana menyerukan Islam. Kemudian banyak orang yang masuk
Islam melalui dakwahnya.

PERANG BANI QAINUQA

Pada perjanjian yang lalu yang diadakan oleh Rasulullah dengan orang-orang Yahudi, telah disebutkan
bahwa beliau dan kaum muslimin sudah berusaha untuk melaksanakan isi perjanjian tersebut.

Tetapi sebaliknya orang-orang Yahudi tak ada seorang pun yang mematuhi isi perjanjian. Mereka
selalu melakukan penghianatan sehingga meresahkan kaum muslimin.

Ibnu Ishaq berkata Syas bin Qais seorang tokoh Yahudi yang sangat kufur dan sangat membenci serta
dengki kepada kaum muslimin melewati beberapa orang sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬dari kabilah Aus dan
Khazraj yang berada dalam suatu majelis yang telah menyatukan mereka.

Mereka sedang berbincang-bincang di dalam majelis tersebut. Melihat persatuan dan hubungan baik
sesama mereka di atas dasar Islam, telah membangkitkan kemarahan Syas bin Qais. Dia berkata dalam
hati,

"Para tokoh telah bersatu di negeri ini. Demi Allah, saya tidak akan bersama mereka Apabila para
tokoh mereka bersatu di negeri ini karena suatu ketetapan".

Ia kemudian menyuruh seorang pemuda Yahudi yang ikut bersamanya untuk mendatangi mereka
dengan mengatakan,

"Datanglah kepada mereka dan duduklah bersama mereka, kemudian Ingatkan akan peristiwa Bu'ats
dan peristiwa-peristiwa sebelumnya, dan alunkan kepada mereka beberapa syair yang berisi tentang
pertengkaran mereka."

Pemuda Yahudi itu pun melakukannya, maka kaum muslimin ketika itu menjadi bertengkar sampai
dua orang dari dua kabilah itu melompat ke atas suatu kendaraan lalu terjadi perang mulut. Dua
kelompok tersebut menjadi marah semuanya dan berkata,

"Telah kami lakukan janji kalian yang menyakitkan."

"Senjata, senjata."

Mereka lalu keluar mendatangi lawannya dan hampir terjadi peperangan.


Peristiwa tersebut sampai kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬lalu Beliau bersama para sahabat mendatangi mereka
seraya mengatakan,

"Wahai kaum muslimin, ingat Allah, Allah! Apakah kalian menyerahkan seruan jahiliyah sementara
aku masih di tengah-tengah kalian, setelah Allah menunjukkan kalian kepada Islam dan memuliakan
kalian dengannya, memutuskan kalian dari perkara jahiliyah, menyelamatkan kalian dari kekufuran
dan menyatukan hati kalian?"

Mendengar itu semua, akhirnya kaum muslimin pun sadar bahwa apa yang terjadi itu merupakan tipu
daya setan dari musuh mereka

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 86

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

Mereka kemudian menangis dan saling berangkulan antara kaum Aus dan kaum Khazraj, kemudian
meninggalkan tempat bersama Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan penuh ketaatan. Allah telah memadamkan dari
mereka tipu daya musuh Allah, Ibnu Qais.

Itulah, apa yang dilakukan dan diupayakan oleh Yahudi untuk menimbulkan keresahan dan
permusuhan di tengah-tengah kaum muslim, dan menghalangi jalan dakwah islam. Dalam hal ini
mereka memiliki berbagai program. Mereka menebarkan berbagai isu, beriman pada pagi hari dan
kufur di sore harinya, untuk menanamkan benih-benih keraguan di dalam hati kaum yang lemah.

Mereka mempersempit jalan-jalan kehidupan terhadap orang yang memiliki hubungan keuangan
dengan mereka. Apabila mereka mempunyai tanggungan hutang kepada orang mukmin dan tidak
dapat melunasinya mereka mengatakan sesungguhnya hutangku kepadamu hanya kubayar ketika
kamu masih berada di atas agama nenek moyangmu, apabila kamu telah keluar dari agama nenek
moyangmu tidak akan kubayar lagi.

Mereka melakukan itu sebelum Perang Uhud sekali pun mereka terikat perjanjian dengan Rasulullah
‫ﷺ‬. Rasulullah dan para sahabat tetap bersabar atas hal itu semua, agar mereka mau sadar, di samping
untuk mewujudkan keamanan di dalam negeri.

Tetapi, mereka tidak melihat bahwa Allah telah menolong orang-orang yang beriman di medan Badar
dan mereka telah memiliki kekuatan dan kewibawaan orang-orang yang jauh maupun yang dekat.
Maka mereka menyatakan kejahatan dan permusuhannya secara terang-terangan.

Orang Yahudi yang paling dengki dan paling jahat adalah saat Kaab bin Asyraf, sebagaimana halnya
Bani Qainuqa merupakan kelompok yang paling jahat di antara ketiga kelompok Yahudi. Bani Qainuqa
tinggal di dalam Madinah. Profesi mereka adalah tukang sepuh dan pembuat bejana. Dengan profesi
tersebut setiap orang dari mereka memiliki alat-alat perang. Jumlah prajurit mereka adalah 700 orang.
Mereka adalah Yahudi Madinah yang paling berani dan Yahudi pertama yang melanggar perjanjian.

Ketika Allah memberikan kemenangan kepada kaum muslimin di Badar, ulah mereka semakin brutal.
Mereka membangkitkan keributan dengan mencela dan mengganggu setiap muslim yang mendatangi
pasar mereka, sampai mereka berani mengganggu para wanita kaum muslimin.
Tatkala kejahatan mereka sudah memuncak, Rasulullah ‫ ﷺ‬mengumpulkan mereka, menasehati
mereka, dan mengajak mereka kepada kebenaran. Tetapi kejahatan dan kesombongan mereka
semakin menjadi.

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan dari jalur Ibnu Abbas ‫ عنه هللا رضي‬berkata,

"Setelah Rasulullah ‫ ﷺ‬berhasil menundukkan orang-orang Quraisy dalam Perang Badar, beliau
mengumpulkan orang-orang Yahudi di pasar Bani Qainuqa dan berkata,

"Wahai orang-orang Yahudi, masuklah kedalam Islam sebelum kalian ditimpa oleh apa yang telah
menimpa kaum Quraisy."

Mereka mengatakan,

"Hai Muhammad, Janganlah Engkau membanggakan kemenangan terhadap kaum Quraisy mereka itu
tidak mengerti ilmu peperangan. Seandainya kami yang Engkau hadapi dalam peperangan niscaya
Engkau akan mengetahui siapa sebenarnya kami. Kemudian Allah ‫ َتعَالَى‬menurunkan ayat

ِ‫ا ْلمهَادِ َوب ْئسَِ ۚ جَ َه َّن َِم إلَىِ َوتحْ َشرونَِ سَت ْغلَبونَِ َك َفروا للَّذينَِ ق ْل‬
Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring
ke dalam neraka Jahannam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya.

Surah Ali 'Imran (3:12)

َِّ ِ‫هللا ۚ ا ْل َعيْنِ رَ ْأيَِ م ْثلَيْه ِْم يَرَ ْو َنه ِْم َكافرَ ةِ َوأ ْخرَ ى‬
ِ‫هللا سَبيلِ في ت َقاتلِ ف َئةِ ۚ ا ْل َت َق َتا ف َئ َتيْنِ في آيَةِ لَك ِْم َكانَِ َق ْد‬ َِّ ‫في إنَِّ ۚ َي َشاءِ مَنِْ ب َنصْ رهِ ي َؤيدِ َو‬
َ َ
َِ ‫اْل ْبصَارِ ْلولي لع ْبرَ ًِة ذل‬
‫ك‬ َ ْ

Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur).
Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat
(seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya
siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-
orang yang mempunyai mata hati.

Surah Ali 'Imran (3:13)

Makna jawaban dari Bani Qainuqa itu merupakan pernyataan terbuka untuk berperang, tetapi Nabi
‫ ﷺ‬menahan amarahnya dan bersabar, demikian pula kaum muslimin. Mereka menunggu sampai
orang-orang Yahudi berbuat kejahatan melampau batas.

Orang-orang Yahudi dari Bani Bani Qainuqa bertambah berani. Tidak lama kemudian mereka berbuat
kerusuhan di Madinah. Mereka berusaha untuk membinasakan kaum Muslimin dan menutup celah-
celah kehidupan mereka.

Diriwayatkan oleh Ibnu Hisyam dari Abu Aun bahwasanya seorang wanita Arab datang ke pasar Bani
Qainuqa untuk menjual barang dagangannya. Dia mendatangi tukang sepuh dan duduk di sana. Tiba-
tiba beberapa orang Yahudi menginginkan wanita itu untuk membuka penutup mukanya. Tetapi
wanita itu menolak. Tanpa diketahui oleh wanita itu secara diam-diam tukang sepuh itu
menyangkutkan ujung pakaian yang menutup seluruh tubuh wanita Arab itu pada bagian
punggungnya. Ketika wanita itu berdiri terbukalah aurat bagian belakangnya.
Orang-orang Yahudi yang melihatnya tertawa terbahak-bahak. Wanita itu kemudian berteriak
meminta pertolongan. Mendengar teriakan itu salah seorang dari kaum Muslimin menyerang tukang
sepuh Yahudi itu dan membunuhnya.

Orang-orang Yahudi yang berada di tempat itu kemudian mengeroyoknya dan membunuhnya.
Peristiwa itulah yang menyebabkan terjadinya peperangan antara kaum muslimin dan orang-orang
Yahudi dari Bani Qainuqa.

Melihat peristiwa biadab yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dari Bani Qainuqa, Rasulullah hilang
kesabaran. Beliau menyerahkan urusan Madinah kepada Abu Lubabah bin Abdul Mundzir,
menyerahkan bendera kaum muslimin kepada Hamzah bin Abdul Mutholib, dan bersama tentara Allah
beliau berangkat menuju Bani Qainuqa.

Ketika Yahudi dari Bani Qainuqa melihatnya, mereka segera berlindung di dalam benteng benteng
mereka.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 87

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

Kemudian kaum muslimin mengepung mereka dengan ketat yaitu pada hari Sabtu pertengahan bulan
Syawal tahun kedua Hijrah.

Pengepungan itu berlangsung selama 15 hari sampai awal bulan Dzulqaidah. Allah timpakan rasa takut
ke dalam hati mereka.

Akhirnya mereka menyerah dan bersedia menerima hukumannya yang akan diputuskan oleh
Rasulullah ‫ ﷺ‬menyangkut budak, harta, istri, dan anak keturunan mereka.

Ketika itu Bangkitlah Abdullah bin Ubay bin Salul memainkan peran kemunafikannya. Dia mendesak
Rasulullah ‫ ﷺ‬agar memaafkan mereka, dengan mengatakan,

"Wahai Muhammad perlakukanlah para sahabatku itu dengan baik". (Mereka adalah para sekutu
kabilah Khazraj yang salah seorang pemimpin nya adalah Abdullah bin Ubay).

Permintaannya itu tidak ditanggapi oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬. Abdullah bin Ubay mengulangi permintaannya
tetapi beliau berpaling darinya, sambil memasukkan tangannya ke dalam baju besinya lalu berkata
kepadanya,

"Tinggalkan aku!" Beliau marah dan wajahnya tampak berubah, lalu berkata lagi,

"Celakalah kau, tinggalkan aku!"

Tetapi sang munafik tersebut tetap saja pada keinginannya dan berkata,

"Tidak, demi Allah aku tidak akan meninggalkan Engkau sebelum Engkau memperlakukan para
sahabatku itu dengan baik."
"400 orang tanpa perisai dan 300 orang bersenjata lengkap yang telah membelaku terhadap semua
musuh-musuhku itu, apakah Engkau habisi nyawanya dalam waktu sehari? Demi Allah aku betul-betul
menghawatirkan terjadinya bencana itu."

Rasulullah ‫ ﷺ‬memperlakukan si munafik tersebut yang baru sebulan menampakkan keislamannya


dengan memberikan perhatian kepadanya.

Dia serahkan orang-orang Yahudi itu kepadanya dengan syarat mereka harus keluar dari Madinah dan
tidak boleh hidup berdekatan dengan kota Madinah.

Mereka pun keluar menuju daerah di sekitar Syam, dan tidak lama kemudian sebagian besar dari
mereka meninggal dunia.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menerima harta kekayaan mereka. Dari harta tersebut beliau mengambil tiga keping
uang, dua baju besi, tiga pedang, tiga tombak, dan seperlima ghanimah. Orang yang bertanggung
jawab mengumpulkan ghanimah adalah Muhammad bin Maslamah.

PERANG SAWIQ

Ketika Shafwan bin Umayyah, orang-orang Yahudi, dan orang-orang munafik melakukan makar, Abu
Sufyan berfikir untuk melakukan suatu tindakan yang kecil resikonya, tetapi jelas pengaruhnya.

Ia berupaya untuk segera melakukan tindakan untuk memelihara kedudukan kaumnya, dan
menunjukkan kekuatan mereka.

Abu Sufyan bernazar tidak akan membasahi rambutnya dengan air karena junub sebelum menyerang
Muhammad. Maka ia pun keluar membawa 200 tentara untuk memenuhi nadzarnya.

Mereka tiba di suatu terusan yang menghadap ke gunung Naib, dari Madinah sekitar satu barid atau
12 mil. Tetapi ia tidak berani menyerang Madinah secara terang-terangan.

Ia melakukan suatu tindakan seperti tindakan pembajakan yaitu memasuki pinggiran Madinah secara
sembunyi-sembunyi di tengah-tengah kegelapan malam.

Dia mendatangi Huyai bin Al-Khattab dan meminta dibukakan pintu, namun Huyai tak mau dan merasa
ketakutan. Kemudian ia mendatangi Salam bin Musykam, pemimpin Bani Nadlir pada saat itu.

Setelah meminta izin ke Salam bin Musykam, Ia pun diberi izin, diberi minum khamer dan memperoleh
informasi tentang keadaan kaum muslimin pada saat ini darinya.

Kemudian pada malam itu juga Abu Sufyan keluar dan menemui para sahabatnya, lalu mengutus satu
pasukan dari mereka dan menyerang suatu tempat di pinggiran kota Madinah yang bernama Aridl.

Mereka menebang dan membakar beberapa pohon kurma dan di sana mereka membunuh seorang
lelaki Anshor dan sekutunya yang sedang berada di kebun mereka. Setelah itu mereka melarikan diri
ke Mekah.

Peristiwa tersebut sampailah ke telinga Rasulullah ‫ﷺ‬. Lalu Beliau segera mengejar Abu Sufyan dan
kawan-kawannya.
Akan tetapi, mereka segera melarikan diri dengan sangat cepat, mereka melemparkan bekal makanan
mereka yang berupa tepung (sawiq) dalam jumlah yang banyak untuk memperingan beban dan agar
dapat lari lebih cepat lagi.

Rasulullah ‫ ﷺ‬pun sampai di Qarqaratul Kadar, kemudian kembali pulang, dan kaum muslimin
membawa tepung (sawiq) yang dilemparkan oleh orang-orang kafir itu. Sehingga peristiwa ini
dinamakan dengan perang sawiq.

Peristiwa ini terjadi pada bulan Dzulqaidah tahun kedua Hijriyah dua bulan setelah peristiwa Badar.

Dalam perang ini Rasulullah menyerahkan urusan Madinah kepada Abu Lubabah bin Abdul Mundzir.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 88

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

PERANG DZI AMAR

Peperangan ini merupakan operasi militer terbesar yang dipimpin Rasulullah ‫ ﷺ‬, sebelum Perang
Badar. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram tahun ketiga Hijriah.

Faktor penyebabnya adalah intelijen Madinah menyampaikan berita kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬, bahwa ada
sekelompok besar dari bani Tsa'labah dan Maharib berkumpul untuk melancarkan serangan di
pinggiran Madinah. Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬mendorong kaum muslimin untuk keluar berperang, Kemudian
keluarlah Beliau membawa 450 tentara yang berkendaraan maupun yang berjalan kaki. Beliau
menyerahkan urusan Madinah kepada Utsman bin Affan.

Di tengah-tengah perjalanan, mereka menangkap seseorang dari Bani Tsa'labah bernama Jabbar. Ia
pun dibawa kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬. Lalu Beliau menyerukan Islam kepada-nya, dan ia pun masuk Islam.

Kemudian dibolehkan bergabung bersama Bilal dan menjadi penunjuk jalan pasukan kaum muslimin
menuju daerah musuh.

Musuh bercerai-berai di puncak-puncak gunung, ketika mendengar kedatangan pasukan kaum


Muslimin. Nabi ‫ ﷺ‬bersama pasukannya sampai di tempat berkumpulnya mereka, yaitu di Dzi Amar.

Di sana beliau tinggal selama sebulan penuh, Bulan Safar tahun ketiga Hijriah, untuk menunjukkan
kekuatan kaum muslimin kepada orang-orang Arab Badui dan agar mereka merasa takut. Setelah itu
beliau kembali ke Madinah.

PEMBUNUHAN KA'AB BIN AL ASYRAF

Ka'ab bin Al Asyraf adalah seorang Yahudi yang paling keras memusuhi Islam dan kaum muslimin,
paling keras gangguannya kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬dan menyerukan untuk memerangi beliau.

Ka'ab bin Al Asyraf berasal dari kabilah Thai' dari bani Nabhan dan ibunya dari bani Nadhir. Ia adalah
seorang yang kaya raya, di kalangan orang-orang, terkenal dengan ketampanannya dan juga seorang
penyair.

Bentengnya terletak di sebelah tenggara Madinah di belakang perkampungan Bani Nadhir.

Ketika pertama kali mendengar berita tentang kemenangan kaum muslimin dan terbunuhnya para
pemimpin Quraisy di Badar ia berkata,

"Apakah berita ini benar? Mereka itu adalah para pemimpin orang-orang Arab dan raja manusia. Demi
Allah, seandainya Muhammad dan para sahabatnya berhasil menundukkan mereka, perut bumi ini
sungguh lebih baik daripada punggungnya."

Tatkala kebenaran berita tersebut sudah dapat dipastikan, musuh Allah tersebut tergerak untuk
mencaci Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kaum Muslimin, memuji musuh-musuh kaum Muslimin, dan
membangkitkan mereka untuk memusuhi kaum Muslimin.

Ia tidak puas dengan sekedar berbuat seperti itu, sehingga ia pun mendatangi orang-orang Quraisy
dan singgah di tempat Al Muthalib Bin Abi Wada'ah ah Sahmi. Di sana ia mengalunkan syair-syair
ratapan para korban Badar dari kaum musyrikin yang dimasukkan ke dalam sebuah sumur badar.

Dengan demikian ia dapat membangkitkan kemarahan anak cucu mereka dengan kedengkian mereka
terhadap Nabi ‫ﷺ‬, serta mengajak mereka untuk memeranginya.

Ketika berada di Mekah, Ka'ab ditanya oleh Abu Sufyan dan kaum musyrikin,

"Mana yang lebih engkau sukai, agama kami atau agama Muhammad dan para sahabatnya? Dan
manakah yang benar jalan kami ataukah Muhammad dan para sahabatnya?
Ka'ab menjawab,

"Kalian lah yang lebih benar jalannya dan lebih baik.

Kemudian turunlah firman Allah ta'ala:

ِ‫الطاغوتِ با ْلجبْتِ ي ْؤمنونَِ ا ْلك َتابِ منَِ َنصيبًا أوتوا الَّذينَِ إلَى َترَِ أَلَ ْم‬
َّ ‫يال آمَنوا الَّذينَِ منَِ أَهْ َدىِ َهؤ َلءِ َك َفروا للَّذينَِ َويَقولونَِ َو‬
ِ ً ‫سَب‬
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Al kitab? Mereka percaya
kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang Kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka
itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman.

Surah An-Nisa' (4:51)

Kemudian Ka'ab kembali ke Madinah dalam keadaan demikian. Di dalam syair-syairnya mulai berani
merayu-rayu istri-istri para sahabat dan menyakiti para sahabat dengan kelancangan lidahnya yang
keras.

Ketika itulah Rasulullah ‫ ﷺ‬berkata,

"Siapakah yang bersedia membunuh Ka'ab bin Al Asyraf? Sungguh ia telah menyakiti Allah dan
Rasulnya"

Maka Muhammad bin Maslamah bangkit dan mengatakan,

"Saya, wahai Rasulullah. Apakah Engkau suka apabila saya membunuhnya?"

"Ya," jawab Beliau.

Muhammad bin Maslamah mengatakan,

"Ijinkan aku mengatakan sesuatu (kepadanya)."

"Katakanlah," sahut Beliau

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 89

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengizinkan Muhammad bin Maslamah mengatakan apa saja yang ia ingin katakan
kepada Ka'ab bin Al Ashraf.

Muhammad bin Maslamah kemudian mendatangi Ka'ab bin Al Ashraf dan mengatakan,

"Orang itu (yakni Muhammad ‫ ) ﷺ‬meminta shodaqoh kepada kami. Dia sangat memberatkan kami."

Ka'ab berkata:

"Rupanya, engkau telah bosan kepadanya."

Muhammad bin Maslamah berkata,


"Kami telah mengikuti dia, dan kami tidak ingin meninggalkannya sampai kami melihat sendiri
bagaimana akhir persoalannya nanti. Kami menginginkan engkau bersedia memberi pinjaman kepada
kami satu atau dua wasaq (satu wasaq kurang lebih sama dengan 60 gantang)."

"Baiklah tetapi engkau harus memberikan barang jaminan kepadaku," jawab Ka'ab.

Muhammad bin maslamah berkata,

"Jaminan apa yang kau inginkan?"

"Berikanlah istri-istri kalian kepadaku sebagai jaminan," jawab Ka'ab.

Muhammad bin maslamah berkata,

"Bagaimana mungkin kami menyerahkan istri-istri kami sementara engkau adalah orang yang paling
tampan."

"Kalau begitu, Serahkanlah anak-anak kalian kepadaku," sahut Ka'ab.

Muhammad bin maslamah berkata,

"Bagaimana mungkin kami menyerahkan anak-anak kami sebagai jaminan. Mereka akan mencela
karena digadaikan dengan satu atau dua wasaq. Ini adalah aib bagi kami. Kami akan menyerahkan
senjata saja kepadamu sebagai barang jaminan."

Selanjutnya ia berjanji akan datang lagi kepada Ka'ab

Abu Na'ilah juga melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Muhammad bin maslamah. Dia
mendatangi Ka'ab bin Al Ashraf dan mengalunkan beberapa syair sejenak, lalu berkata,

"Wahai Ibnul Ashraf aku datang kepadamu untuk suatu keperluan. Aku akan mengatakannya hanya
kepadamu, tetapi rahasiakanlah."

Ka'ab menjawab, "Baik akan kurahasiakan."

Abu Nailah berkata, "Kedatangan orang itu (yakni kedatangan Muhammad ‫ ﷺ‬di Madinah) membawa
bencana bagi kami. Kami dimusuhi oleh orang-orang Arab, kami diisolasi, kami hidup serba susah,
sehingga kami dan keluarga harus bekerja membanting tulang."

Selanjutnya saling dialog seperti dialog antara Ka'ab dan Muhammad bin maslamah.

Di sela-sela pembicaraannya itu, Abu Nailah mengatakan,

"Sesungguhnya aku bersama para sahabatku yang sependapat dengan aku. Aku ingin membawa
mereka kepadamu, lalu engkau memberi mereka yang berlaku baik dalam hal tersebut."

Dalam dialog tersebut Muhammad bin Maslamah dan Abu Naila telah berhasil mencapai apa yang
diinginkannya. Karena setelah dialog tersebut Ka'ab tidak mencurigai senjata dan para sahabat yang
mereka bawa.

Pada malam bulan purnama, malam ke 14 dari bulan Rabiul awal tahun ke-3 Hijriyah, tim tersebut
berkumpul menghadap Rasulullah ‫ ﷺ‬, beliau kemudian mengantar mereka sampai ke Baqi' Gharqad,
lalu mengarahkan mereka dengan mengatakan,

"Berangkatlah atas nama Allah. Ya Allah, tolonglah mereka."


Setelah itu beliau pulang dan terus melakukan sholat dan bermunajat kepada Rabbnya.

Tim itu pun tiba di benteng (tempat tinggal Ka'ab bin Al Ashraf) Abu Na'ila kemudian memanggilnya,
dan Ka'ab pun bangkit untuk mendatangi mereka.

Istrinya berkata,

"Mau kemana pada saat seperti ini? Aku mendengar seperti suara yang dapat meneteskan darah."

Ka'ab berkata,

"Ia adalah saudaraku, Muhammad bin Maslamah dan saudara susuku Abu Na'ilah. Sesungguhnya
orang yang mulia itu apabila dipanggil untuk bertempur, pasti bersedia menghadapinya."

Kemudian ia keluar menemui mereka dengan pakaian yang harum semerbak.

Abu Na'ilah telah berkata kepada para sahabatnya,

"Apabila ia telah datang, aku akan membelai rambutnya dan menciumnya. Dan apabila kalian melihat
aku telah dapat memegang kepalanya, renggutlah dan bunuhlah dia."

Ka'ab pun datang menghampiri mereka dan berbicara sejenak, kemudian Abu Na'ilah berkata,

"Wahai Ibnu Ashraf, bagaimana kalau kita berjalan jalan di jalanan kampung untuk berbincang-
bincang menghabiskan malam-malam kita?"

"Baiklah jika kalian menghendaki," jawab Ka'ab bin Asyrof.

Mereka kemudian keluar untuk berjalan-jalan, di tengah perjalanan Abu Nailah berkata,

"Aku belum pernah melihat engkau seharum pada malam ini."

Kaab bangga mendengar pujian seperti itu, dan ia berkata,

"Aku mempunyai parfum wanita-wanita Arab."

Abu Na'ilah berkata, "Bolehkah aku mencium kepalamu?" "

"Boleh," jawab Kaab.

Abu Na'ilah kemudian membelai kepala rambut Ka'ab dan menciumnya, demikian pula para
sahabatnya.

Kemudian berjalan sejenak, lalu berkata,

"Bolehkah aku mengulanginya lagi?"

"Silahkan," jawab Kaab.

Abu Na'ilah pun membelai rambutnya, dan tatkala sudah dapat memegangnya, ia berseru,

"Renggutlah musuh Allah ini!"

Seketika itu juga pedang-pedang mereka merenggutnya tetapi tidak memberikan manfaat sedikit pun.

Lalu Muhammad bin maslamah mengambil sebilah pedang dan dia letakkan di bagian bawah perut
lalu dia tekan sampai menembusnya.
Kaab pun terkapar dan mati seketika. Ketika itu Kaab meraung keras sehingga dapat membuat
ketakutan orang-orang yang berada di sekitarnya. Tidak lama kemudian, semua lampu dalam benteng
dinyalakan.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 90

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

Tim itu kemudian kembali, Ketika itu Al Haris bin Aus terkena ujung pedang sebagian sahabatnya
sehingga terluka dan mengucurkan darah.

Setelah tiba di Hurrotul Aridl, ternyata Al Haris tidak ada di tengah-tengah mereka. Mereka kemudian
mencarinya, lalu mereka gotong.

Setelah tiba di Baqi' Gharqad, mereka bertakbir dan takbir mereka didengar oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬.
Sehingga, beliau mengetahui bahwa mereka telah berhasil membunuh Kaab, dan beliau kemudian
bertakbir.

Setelah mereka sampai di hadapan beliau, beliau berkata,

"Wajah kalian berseri-seri."

"Wajah Anda juga wahai Rasulullah." sahut mereka.

Mereka meletakkan kepala sang thaghut tersebut di hadapan beliau, dan beliau memuji Allah atas
terbunuhnya sang Thoghut itu. Beliau kemudian mengobati luka Al Haris dan sembuh seketika itu juga.

Setelah orang-orang Yahudi mengetahui kematian pemimpinnya, Kaab bin Asyraf, mereka sangat
ketakutan. Mereka baru menyadari bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak segan-segan untuk menggunakan
kekuatan ketika nasehat sudah tidak diindahkan lagi oleh orang-orang yang ingin menghancurkan
keamanan, menimbulkan keresahan, dan tidak menghormati perjanjian.

Mereka tidak berani bertindak sesuka hati, Bahkan mereka menunjukkan sikap seolah-olah mentaati
perjanjian. Mereka bersembunyi di benteng bagaikan ular yang terburu-buru masuk ke dalam liangnya
untuk bersembunyi.

Demikianlah untuk sementara waktu Rasulullah ‫ ﷺ‬dapat mencurahkan seluruh perhatiannya dalam
menghadapi berbagai bahaya yang kemungkinan muncul di luar Madinah. Beban kaum muslimin
semakin berkurang, sebagian besar masalah-masalah intern mereka telah terselesaikan.

EKSPEDISI ZAID IBNUL HARITS

Ekspedisi ini merupakan operasi militer yang terakhir dan paling berhasil yang dilakukan oleh kaum
muslimin sebelum Perang Uhud. Peristiwa ini terjadi pada bulan Jumadil Akhir Tahun ketiga Hijrah.
Urutan peristiwa tersebut adalah kaum Quraisy selalu dirundung kesedihan setelah terjadinya
peristiwa Badar. Ketika tiba musim panas dan musim dagang Islam telah dekat, mereka dirundung
kesedihan yang lain yakni perniagaannya merasa terancam.

Safwan Bin Umayyah berkata kepada orang-orang Quraisy,

"Muhammad dan para sahabatnya telah merintangi perniagaan kita. Kita tidak tahu apa yang harus
kita perbuat terhadap mereka, karena mereka tidak membiarkan daerah pantai. Penduduk daerah
pantai berdamai dengan mereka, dan sebagian besar dari mereka telah memeluk Islam. Kita tidak tahu
cara menanggulangi, apa yang dapat ditempuh kalau kita tetap tinggal dirumah.

Modal kita akan habis dimakan, sementara penghidupan kita di Mekkah tergantung pada perniagaan
kita ke Syam di musim panas dan ke Habasyah di musim dingin."

Terjadilah dialog sekitar topik tersebut. Al Aswad bin Abdul Muthalib berkata kepada Sofwan,

"Tinggalkan jalan lewat daerah pantai, dan ambillah jalan lewat Irak."

Jalan lewat Irak merupakan jalan yang panjang melewati Najad sampai ke Syam, dan melewati sebelah
timur Madinah. Orang-orang Quraisy sangat tidak mengetahui jalur tersebut, maka Al Aswad bin
Abdul-Muththalib menyarankan agar menjadikan Farat bin Hayyan dan Bani Bakar bin Wa'il sebagai
pemandunya, dan dia sendiri adalah pemimpin dalam perjalanan tersebut.

Berangkatlah kafilah Quraisy dipimpin oleh Safwan bin Umayyah lewat jalan baru. Namun berita
tentang keberangkatan kafilah ini telah sampai ke Madinah. Sebab Khalid bin an-Nu'man telah masuk
Islam. Dia bertemu dengan Nu'aim Bin Masud Al Asyja'i (ketika itu belum memeluk Islam) di sebuah
tempat minum khamr (ketika itu khamr belum diharamkan) Dalam kesempatan tersebut Shalith bin
Nu'man mendengar informasi dari Nu'aim bin Mas' tentang perjalanan kafilah Quraisy. Maka Salith
bin Numan segera menghadap Nabi ‫ ﷺ‬menyampaikan informasi yang didengarnya.

Rasulullah ‫ ﷺ‬segera menyiapkan pasukan yang terdiri atas 100 personil lengkap dengan kendaraannya
di bawah pimpinan Zaid bin Haritsah al Kilabi. Zaid pun segera berangkat, dan di daerah Najad yakni
di Qordah, Zaid berhasil menyergap kafilah yang sedang lengah.

Zaid berhasil menguasai mereka, sedangkan Shafwan dan para pengawalnya melarikan diri tanpa
perlawanan.

Kaum muslimin menawan pemandu kafilah, yaitu Farrat bin Hayyan. Dikatakan pula bahwa kaum
muslimin juga menangkap 2 orang yang lain. Mereka mengangkut bahan ghanimah besar berupa
perak dan barang-barang berharga lainnya, yang diangkut oleh kafilah semua. Barang itu nilainya
sekitar 100.000.

Rasulullah ‫ ﷺ‬membagi-bagikan barang-barang ghanimah tersebut kepada para personil ekspedisi itu,
setelah beliau ambil seperlimanya, Farrat bin Hayyan akhirnya masuk Islam di hadapan Rasulullah ‫ ﷺ‬.

Peristiwa itu merupakan tragedi dan bencana besar bagi orang-orang Quraisy, sehingga mereka
semakin resah dan bertambah sedih. Di hadapan mereka tidak ada jalan kecuali dua pilihan:

 Menghentikan kesombongan dan mengambil langkah perdamaian dengan kaum muslimin


 Menempuh langkah peperangan untuk mengembalikan kewibawaan mereka dan
melumpuhkan kekuatan kaum muslimin.
Namun mereka memilih langkah yang kedua sehingga tekat mereka semakin kuat untuk melakukan
tindakan pembalasan.

Mereka giat mengadakan persiapan guna menghadapi kaum muslimin dengan kekuatan maksimal,
semua itu, merupakan penyebab terjadinya Perang Uhud

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 91

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

ABDULLAH BIN UBAY

Semua keberhasilan Rasulullah ‫ ﷺ‬itu membuat hati Abdullah bin Ubay berubah semakin sesak karena
dengki.

"Jika ini dibiarkan, lenyap sudah impianku untuk menjadi pemimpin Madinah lagi seperti dulu!"
demikian pikirnya.

"Aku harus mencari jalan untuk menjauhkan Muhammad dari umatnya."

Abdullah bin Ubay mulai menyebarkan desas-desus,

"Mengapa Rasulullah ‫ ﷺ‬memberi bagian harta rampasan kepada Utsman bin Affan? Padahal, Utsman
tidak ikut ke Perang Badar! Ini pasti karena Utsman lebih dicintai dari kita semua!"

"Namun para sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬segera mendatangi Abdullah bin Ubay dan memberinya peringatan
agar tidak menyebarkan desas-desus.

"Utsman sudah berkeras ingin pergi, tetapi Rasullullah ‫ ﷺ‬memerintahkan agar tinggal di rumah dan
merawat Rukayah, putrinya yang sedang sakit! Jadi, sebenarnya Utsman juga berhak atas rampasan
perang!" demikian kata beberapa sahabat.

Abdullah bin Ubay terdiam, tetapi ia pun mencari jalan lain. Kemudian disebarkannya desas-desus,

"Muhammad itu mengajarkan agar kita berpaling dari harta dunia, tapi sebenarnya harta tebusan
yang banyak itu ia gunakan untuk makan dan minum enak serta memiliki perabotan rumah yang
mewah layaknya Kaisar Persia!"

Sambil menebarkan desas desus itu Abdullah bin Ubay diam-diam mendatangi seorang wanita Anshor
dan menyuruhnya memberikan permadani yang indah dan sangat mahal kepada Aisyah.

Tanpa ada rasa curiga, Aisyah yang masih muda dan lugu pun menerimanya dengan senang.

Ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬mendengar berita ini, beliau segera pulang dan menemui istrinya Aisyah yang
sedang duduk-duduk di atas permadani yang mahal itu. Wajah Aisyah berseri-seri memiliki perabotan
seindah itu.

"Aisyah, apa ini?" tanya Rasulullah ‫ﷺ‬

"Seorang wanita Anshor datang ke sini dan melihat tikarmu," jawab Aisyah.
"Ia kemudian mengutus orang agar menyampaikan permadani ini kepadaku."

Rasulullah ‫ ﷺ‬menyuruh Aisyah untuk mengembalikan permadani itu. Kemudian beliau tidur di atas
tikarnya yang biasa kembali.

Abdullah bin Ubay walaupun telah menyatakan diri sebagai Muslim dia tetap bersikap keras kepada
Rasulullah ‫ﷺ‬, dan menganggap Rasulullah tidak adil karena dianggap telah merampas kekuasaannya
yang dipegangnya sebelum Rasulullah ‫ ﷺ‬datang ke Madinah.

Abdullah bin Ubay pun selalu berusaha memalingkan manusia dari ajaran Islam.

Tidur di atas Tikar

Umar Bin Khattab bergegas mendatangi rumah Rasulullah ‫ﷺ‬. Ia ingin membuktikan bahwa desas-desus
yang disebarkan orang tentang Rasulullah ‫ ﷺ‬yang memiliki perabot mewah itu sama sekali tidak benar.

Ketika Umar sampai di rumah Rasulullah ‫ﷺ‬, sama sekali tidak dilihatnya perabot-perabot mewah yang
didesas-desuskan itu. Rumah Rasulullah ‫ ﷺ‬tetap seperti dulu, tidak ada sama sekali yang berubah.

Mengetahui Umar Bin Khattab datang, Rasulullah ‫ ﷺ‬bangun dari atas tikarnya. Seketika itu, Umar
melihat bekas-bekas tikar yang kasar membekas pada tubuh Rasulullah ‫ﷺ‬. Tidak kuat menahan haru
akhirnya Umar menangis.

Rasulullah ‫ ﷺ‬berpaling heran lalu beliau bertanya lembut,

"Ya Umar, Apa yang menyebabkan engkau menangis?"

"Bagaimana aku tidak akan meneteskan air mata jika aku melihat bekas-bekas tikar itu melekat pada
tulang rusukmu. Hanya inilah harta kekayaanmu yang aku tahu. Sedangkan Kaisar Romawi dan Persia
hidup dalam gelimangan harta benda."

Rasulullah ‫ ﷺ‬merasakan betul kesedihan Umar. Beliau lalu menghibur Umar dengan memberikan
pelajaran bahwa nilai seseorang tidaklah ditentukan oleh harta kekayaan yang dimilikinya, tetapi
tergantung pada kemampuannya untuk menyebarkan kebahagiaan kepada orang lain. Kebajikan akan
membuat seseorang menjadi kekal. Orang yang terus-menerus melakukan kebaikan, akan
menghasilkan buah kebaikan pula untuk selama-lamanya.

Sabda Rasulullah ‫ ﷺ‬agar kita selalu bersyukur:

"Apabila di antara kamu sekalian melihat orang yang dianugerahi harta dan rupa, maka hendaklah ia
melihat orang yang lebih rendah dari mereka, karena hal itu lebih pantas agar kamu tidak merasa
kekurangan nikmat yang Allah berikan kepadamu."

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 92

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

KESEDIHAN UMAR
Setelah perang Badar, beberapa wanita menjadi janda karena suaminya gugur. Rasulullah ‫ ﷺ‬berusaha
meringankan beban para wanita itu dengan memberikan santunan dari hasil rampasan perang. Bagi
wanita yang masih muda, Rasulullah ‫ ﷺ‬berusaha menikahkan mereka dengan sahabat lain yang
mampu.

Hafshah putri Umar Bin Khattab, adalah salah seorang wanita muda yang ditinggali suaminya yang
telah syahid. Umar tentu sangat sedih memikirkan nasib putrinya. Maka, ia pun pergi menemui
Utsman bin Affan dan bertanya apakah Utsman bersedia menikahi Hafshah?

"Maaf, saya sedang tidak bersedia untuk menikah lagi." demikian jawab Utsman.

Umar kemudian mendatangi Abu Bakar dan bertanya apakah Abu Bakar bersedia menikahi Hafshah.
Namun, Abu Bakar diam saja. Dengan sedih, Umar Bin Khattab menemui Rasulullah ‫ ﷺ‬dan
mengadukan nasib Hafshah serta penolakan kedua sahabatnya itu.

Rasulullah ‫ ﷺ‬tersenyum menghibur,

"Hafshah akan menikah dengan orang yang lebih baik daripada Abu Bakar dan Utsman."

Umar Bin Khattab menatap Rasulullah tidak mengerti. Siapakah yang lebih baik daripada Abu Bakar
dan Utsman?

Ternyata, Rasulullah sendiri yang melamar Hafshah.

Subhanallah, saat itu juga, perasaan Umar Bin Khattab meluap dengan kegembiraan yang tidak
terlukiskan. Di tengah perjalanan pulang, ia bertemu Abu Bakar dan menyampaikan berita gembira
itu.

Abu Bakar berkata:

"Memang, Rasulullah sudah pernah membicarakan hal itu kepadaku. Karena itu, aku tidak ingin
membuka rahasianya. Andaikata saja beliau tidak meminang Hafshah, sudah tentu akulah yang akan
memperistrinya," demikian jawab Abu Bakar.

Setelah Hafshah menjadi istri Rasulullah ‫ ﷺ‬maka saat itu Ibu kaum muslimin pun menjadi tiga orang:

Saudah, Aisyah, dan Hafshah. Rasulullah ‫ ﷺ‬menetap di tempat ketiganya secara bergantian.

Pada pagi hari, mereka semua berkumpul untuk mendengar nasihat Rasulullah ‫ﷺ‬.

Pada Sore harinya, mereka kembali berkumpul dan menceritakan semua yang mereka alami hari itu.
Hal demikian menambah indah suasana rumah Rasulullah ‫ﷺ‬.

Sejak saat itu Umar Bin Khattab dengan gencar menganjurkan para sahabat yang lain agar mau
menikahi para janda syuhada.

PERSIAPAN PERANG QURAISY

Rasa geram dan gelisah terus menghantui perasaan orang-orang Quraisy di Mekah sejak kekalahan
Badar. Akhirnya para pembesar mereka berkumpul di Darun Nadwah.
"Kafilah dagang yang tersisa lebih baik kita jual! Sebagian keuntungannya kita sisihkan untuk
menyiapkan Angkatan Perang agar kita bisa memukul Muhammad!" demikianlah usul seorang
pembesar.

Usul itu pun diterima dengan suara bulat.

Rapat-rapat perang terus diadakan. Ada yang berpendapat supaya kaum wanita diajak ikut.

"Biar kaum wanita bertugas membakar kemarahan dan mengingatkan kepada korban-korban Badar.
Kita adalah masyarakat yang sudah bertekad mati tidak akan pulang sebelum sempat melihat mangsa
kita atau kita sendiri mati untuk itu!"

"Saudara-saudara Quraisy," demikian sahut yang lain,

"melepaskan wanita-wanita kita ke hadapan musuh bukanlah suatu pendapat yang baik, Apabila
kalian mengalami kekalahan wanita-wanita kita pun akan tertawan."

Tiba-tiba Hindun bin Utbah Istri Abu Sufyan berteriak,

"Kamu yang selamat dari Perang Badar bisa kembali bertemu istrimu, itu sebabnya kamu tidak
berjuang mati-matian. Ya kami kaum wanita akan berangkat dan ikut menyaksikan peperangan.
Jangan ada orang yang menyerukan pulang seperti gadis-gadis kita dulu dalam perjalanan ke Badar.
Mereka disuruh pulang ketika sudah sampai di Juhfah. Akibatnya orang-orang kesayangan kita
terbunuh karena tidak ada orang yang dapat memberikan semangat kepada mereka!"

Demikianlah, akhirnya kaum wanita Quraisy diizinkan ikut dalam peperangan. Maka Hindun
memanggil Wahsyi seorang budak hitam dari Habasyah. Wahsyi terkenal sebagai pelempar tombak
yang lihai.

"Kau akan kuberikan banyak harta jika berhasil membunuh Hamzah," demikian kata Hindun.

Majikan Wahsyi Jubair bin Mut'im juga berkata,

"Kau juga akan ku bebaskan jika berhasil membunuh Hamzah. Paman ku telah dibunuh orang itu
dalam Perang Badar."

PASUKAN QURAISY BERANGKAT

Setelah semua persiapan matang, pasukan Quraisy pun berangkat. Mereka terdiri atas 3000 orang
dengan 3000 unta. 200 di antaranya menunggang kuda dan 700 orang berbaju besi. Di barisan
belakang para wanita Mekah dan budak-budak perempuan yang cantik berjalan mengiringi.

Mereka memakai perhiasan-perhiasan indah dengan wewangian semerbak. Di tengah-tengah barisan


wanita itu, berjalan Hindun binti Utbah dialah yang memegang komando dari barisan wanita untuk
menabuh rebana dan menyanyi.

"Kalian tidak boleh mendekati kami wahai kaum laki-laki," teriak Hindun. Sorot matanya
memancarkan kobaran api.

"Kami bersumpah bahwa kaum laki-laki tidak boleh mendekati kami sebelum mereka menumpas
Muhammad dengan semua pasukannya sehingga kami dapat pulang sambil menjinjing kepala
Hamzah!"
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 93

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

SEMANGAT QURAISY

Semangat membalas dendam menyala berkobar-kobar di hati setiap tentara Quraisy. Apalagi, mereka
ingin memamerkan kemampuan tempur di hadapan bunga-bunga Quraisy yang kini terus menyanyi
mengorbankan semangat. Genderang bertalu-talu dan wewangian nan semerbak merebak. Belum
pernah sebelumnya orang-orang Quraisy berangkat perang dengan tekad sekuat ini.

Di depan, Abu Sufyan memegang komando. Dua pasukan berkuda kavaleri yang dipimpin Khalid bin
Walid dan Iqlima Bin Abu Jahal mengawali Sisi kiri dan kanan.

Di dusun Abwa, beberapa prajurit Quraisy hampir saja membongkar kuburan Aminah, ibunda
Rasulullah ‫ﷺ‬. Untung para Pembesar Quraisy segera datang dan melarang.

"Nanti mereka juga akan membongkar makam-makam kita," cegah pembesar itu.

Pasukan tersebut terus bergerak semakin dekat ke Madinah, mereka sudah siap beraksi bagai angin
puyuh yang akan menerjang. Angin puyuh yang diliputi nyala api kemarahan dan angan-angan
kemenangan yang memabukkan.

Mereka mendekati Madinah dari dataran tinggi. Di tempat itu, gunung Uhud yang kasar menggunduk
bagai makhluk besar yang siap menerkam.

Kaum muslimin di Madinah pasti akan sangat terkejut, jika mereka tidak mengetahui meningkatnya
pasukan yang jumlahnya tiga kali lebih banyak daripada pasukan yang pernah mereka taklukan di
Badar. Apakah kaum muslimin mengetahui gerakan ini?

Jika mereka mengetahui, strategi apa yang akan dilakukan Rasulullah ‫ ? ﷺ‬Akankah beliau memimpin
kaum muslim bergerak menyongsong musuh atau bertahan di Madinah?

KAUM MUSLIMIN BERMUSYAWARAH

Paman Rasulullah ‫ ﷺ‬, Abbas bin Abdul Muthalib ikut dalam pasukan Quraisy itu. Ia memang masih
mencintai agama nenek moyangnya, tapi hatinya sudah semakin kagum kepada keponakannya itu.
Abbas ingat ketika ia diperlakukan dengan baik sebagai tawanan pada Perang Badar.

Karena itulah sebelum pasukan Quraisy berangkat, diam-diam Abbas mengirimkan surat kepada
seorang Bani Ghifar untuk disampaikan kepada Rasulullah ‫ﷺ‬. Surat ini berisi berita pemberangkatan
pasukan Quraisy.

Seorang utusan Abbas memberitakan keberangkatan Quraisy kepada Rasulullah ‫ﷺ‬. Rasulullah ‫ ﷺ‬segera
mengajak para sahabat bermusyawarah.
Kita akan pergi ke luar kota atau menyongsong di dalam kota. Abdullah bin Ubay mengatakan ingin
bertahan di dalam kota.

Musyawarah membuat semua orang jadi mengetahui sepenuhnya bahaya dan kesulitan yang mereka
hadapi. Hal itu akan membuat anggota pasukan saling mempercayai. Setiap orang akan menganggap
dirinya benar-benar bagian dari pasukan, sehingga mampu berjuang saling bahu-membahu.

KEBERANIAN PARA PEMUDA

Para sesepuh Anshor angkat bicara,

"Ya Rasulullah, tetaplah tinggal di Madinah. Jangan pergi menghadapi musuh karena itu berarti musuh
sudah menang. Andaikata musuh yang datang menyerbu, kita pasti yang menang. Biarkan saja mereka
di sana mengepung kita. Jika mereka memaksakan diri bertahan, berarti mereka justru berada dalam
keadaan merugikan diri sendiri."

Sebetulnya, Rasulullah ‫ ﷺ‬ingin agar kaum Muslimin menyepakati usul ini. Para sesepuh Anshor yang
telah berjuang mempertahankan kota selama puluhan tahun tentu tahu benar bahwa mereka lebih
baik bertahan di dalam kota.

Namun tidak demikian halnya dengan para pemuda Muslim yang semangatnya sedang menyala-nyala.
Mereka terpukau atas kemenangan 300 orang sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬menghadapi 1000 orang musuh
pada Perang Badar.

Sebenarnya, Rasulullah ‫ ﷺ‬memang cenderung pada pendapat para sesepuh Anshar itu. Akan tetapi, di
balik itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬juga mengetahui bahwa apabila mereka bertahan di dalam kota, sangat mungkin
akan terjadi penghianatan dari kaum munafik atau orang Yahudi.

Tiba-tiba Bilal mengumandangkan adzan.

Rapat perang pun dihentikan dan Rasulullah ‫ ﷺ‬memimpin mereka melaksanakan shalat Jum'at.
Khutbah Rasulullah ‫ ﷺ‬kali itu berisi ajakan agar kaum muslimin menabahkan hati untuk memperoleh
kemenangan. Kemudian dimintanya kaum muslimin bersiap menghadapi musuh.

Setelah sholat Jumat, rapat dilanjutkan lagi, Saad bin Khaitsama berkata,

"Semoga Allah memberikan kemenangan atau mati syahid.

Dalam perang Badar saya amat mendambakan mati syahid, tapi ternyata meleset. Justru anak saya
yang mendapatkannya. Semalam, saya bermimpi bertemu dengan anak saya dan dia berkata, "Ayah
susullah kami dan kita bertemu di dalam surga." Sudah saya dapatkan apa yang dijanjikan Allah kepada
saya."

"Ya Rosulullah, sungguh rindu saya akan menemui anak saya di dalam surga. Saya sudah tua, tulang
sudah rapuh. Saya ingin bertemu Allah."

Kata-kata itu semakin menguatkan semangat kaum Muslimin untuk menyongsong musuh ke luar kota.

"Saya khawatir kamu akan kalah jika pergi ke luar kota," demikian Sabda Rasulullah ‫ ﷺ‬.

Namun suara terbanyak kaum muslimin adalah agar mereka menyongsong musuh. Rasulullah ‫ ﷺ‬pun
segera mengetahui keputusan mana yang akan diambil.
Setiap pemuda tentulah tidak sama. Pemuda yang berangan-angan memiliki mobil mewah uang yang
banyak dan hidup berfoya-foya dengan pemuda yang bertekat buat dan kuat untuk mewujudkan
kemenangan serta kemuliaan Islam.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 94

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

BAJU PERANG RASULULLAH

Selepas sholat Asar, Rasulullah ‫ ﷺ‬masuk ke rumah untuk mempersiapkan diri. Abu Bakar dan Umar
membantu Rasulullah ‫ ﷺ‬mengenakan sorban, pedang, dan baju besi. Ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬di rumah para
sahabat di luar sedang ramai kaum muslimin bertukar pikiran.

Usaid bin Hudair dan Saad bin Muadz adalah orang yang berpendapat bahwa lebih baik bertahan di
dalam kota.

Mereka pun berkata kepada kaum muslimin yang berniat menyongsong musuh ke luar.

"Tuan-tuan mengetahui, Rasulullah ‫ ﷺ‬berpendapat mau bertahan dalam kota namun tuan-tuan
berpendapat lain lagi dan memaksa beliau bertempur ke luar. Padahal lihatlah Rasulullah ‫ ﷺ‬agak
enggan melaksanakan strategi itu. Serahkan sajalah soal ini ke tangan Beliau. Apa yang diperintahkan-
nya kepadamu, jalankanlah!"

Mendengar kata-kata itu, sikap para pemuda yang ingin menyongsong musuh pun melunak. Mereka
sadar bahwa mereka telah menentang pendapat Rasulullah ‫ﷺ‬, padahal sangat mungkin pendapat
Rasulullah ‫ ﷺ‬itu datang dari Allah. Maka ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬telah keluar rumah sambil mengenakan
baju besi, mereka berkata,

"Rasulullah bukan maksud kami hendak menentang tuan. Lakukanlah apa yang tuan kehendaki. Juga
kami tidak bermaksud memaksa tuan. Kami tahu bahwa kehendak tuan mungkin berasal dari Allah
ِ‫ َتعَالَى وَِ س ْبحَ ا َنه‬.

"Ke dalam pembicaraan semacam inilah saya ajak tuan-tuan, tetapi tuan-tuan menolak," demikian
jawab Rasulullah ‫ﷺ‬.

"Tidak layak bagi seorang nabi yang apabila sudah mengenakan pakaian besinya lalu akan
menanggalkannya kembali sebelum Allah memberikan putusan antara dirinya dan musuhnya.
Perhatikanlah apa yang saya perintahkan kepada kamu sekalian, kemudian ikuti. Atas ketabahan
hatimu, kemenangan akan berada di tanganmu."

Demikianlah, Rasulullah ‫ ﷺ‬selalu memegang keputusan hasil musyawarah, keputusan seperti itu tidak
dapat dibatalkan oleh keinginan-keinginan tertentu. Keputusan hasil musyawarah harus dilaksanakan
dengan cara sebaik-baiknya.
Lalu berangkatlah kaum muslimin dipimpin oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬ke arah Uhud. Di suatu tempat bernama
Syaikhan dia berhenti. Dilihatnya dari kejauhan di atas pasukan tentara yang belum dikenal, siapakah
mereka itu? lawan atau kawan?

KAUM MUSLIMIN BERANGKAT

Seseorang kemudian memberitahu Rasulullah ‫ﷺ‬,

"Itu adalah orang-orang Yahudi sekutu Abdullah bin Ubay."

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Jangan meminta pertolongan orang-orang kafir dalam melawan orang-orang musyrik sebelum
mereka masuk Islam."

Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan pasukan Yahudi itu pulang ke Madinah. Sebelum pulang, orang-orang
Yahudi itu berkata kepada Abdullah bin Ubay,

"Kau sudah menasehati Muhammad dan Kau Berikan pendapatmu berdasarkan pengalaman orang-
orang tua dahulu. Sebenarnya, dia sependapat denganmu lalu ia menolak dan menuruti kehendak
pemuda-pemuda yang menjadi pengikutnya."

Abdullah bin Ubay senang sekali mendengar pendapat itu.

"Memang betul," demikian pikir Abdullah bin Ubay, aku sudah menasehati Muhammad dan dia tidak
menurut, jadi sudah sepantasnya jika aku tidak ikut dalam perang ini.

Kemudian Abdullah bin Ubay mulai menghasut dan menyebarkan desas-desus untuk membuat hati
sebagian orang menjadi ragu.

Keesokan harinya Abdullah bin Ubay berhasil mempengaruhi 300 pengikutnya agar menarik diri dari
pasukan Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kembali ke Madinah menyusul pasukan Yahudi.

Kini tinggal Rasulullah ‫ ﷺ‬beserta 700 orang sahabat yang melanjutkan perjalanan ke gunung Uhud
untuk menyongsong musuh.

"Bersabarlah, Bersabarlah," demikian nasihat Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada para sahabat yang tetap
bersamanya.

Saat itu pasukan muslimin sebenarnya sangat membutuhkan kuda, tapi Abdullah bin Ubay telah
menggiring sebagian besar kuda dan dibawa pulang. Kini mereka semakin dekat ke uhud.

Pagi-pagi sekali, sebelum musuh terbangun, pasukan muslimin bergerak maju ke Uhud dan memotong
jalan sedemikian rupa, sehingga musuh berada di belakang mereka.

Dengan strategi itu pasukan muslimin lebih dulu tiba di Gunung uhud sehingga bisa lebih leluasa
menempatkan pasukan.

"Bersabarlah, Bersabarlah," demikian nasehat Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada para sahabat yang tetap
bersamanya.
Dalam Perang Badar pihak muslim hanya memiliki 3 ekor kuda ini berarti satu kuda untuk setiap 100
orang namun berkat usaha keras Nabi dalam waktu 7 tahun pasukan muslim memiliki 10000 ekor kuda
untuk setiap 30.000 tentara berarti satu kuda untuk setiap 3 orang.

PENEMPATAN PASUKAN PANAH

Rasulullah ‫ ﷺ‬segera mengatur barisan para sahabat. Beliau menempatkan 50 pemanah di lereng
gunung, kepada mereka Rasulullah ‫ ﷺ‬memberi perintah,

"Lindungi kami dari belakang. Bertahanlah kamu, jangan pernah meninggalkan tempat ini. Kalau kalian
melihat kami dapat menghancurkan mereka sehingga dapat memasuki pertahanannya, kamu jangan
meninggalkan tempatmu. Jika kamu melihat kami yang diserang, jangan pula kami dibantu, juga
jangan kami dipertahankan. Tugas kamu adalah menghujani pasukan berkuda mereka dengan panah.
Dengan serangan panah itu pasukan berkuda tidak dapat maju."

Selain pasukan pemanah, Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan agar pasukan yang lain tidak menyerang siapa
pun, sebelum Beliau memberi perintah menyerang.

Pasukan Quraisy yang tiba belakangan, juga segera menyusun barisan. Sayap kanan dipimpin oleh
Khalid bin Walid, sedangkan sayap kiri dikomando Ikrimah bin Abu Jahal. Pasukan utama di tengah
dipimpin oleh Abu Sufyan dan benderanya dipegang oleh Abdul Uzza Talhah bin Abi Talhah.

Wanita-wanita Quraisy yang memukul genderang dan rebana berjalan di tengah-tengah barisan itu.
Kadang mereka di depan dan kadang di belakang. Hindun binti Utbah Istri Abu Sufyan berteriak-teriak,

"Ayo Banu Abdul Dar, Ayo! ayo! Pengawal barisan belakang! hantamlah dengan segala yang tajam!"
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 95

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬
Kedua belah pihak kini sudah siap bertempur. Masing-masing sudah menyiapkan seluruh kekuatan
terbaiknya kepada lawan.

Yang selalu teringat oleh orang-orang Quraisy adalah peristiwa Badar dan korban-korbannya.
Sementara itu yang selalu teringat oleh kaum Muslimin adalah Allah serta pertolongan-Nya.

Rasulullah ‫ ﷺ‬berpidato di hadapan pasukannya dan memberi semangat dalam menghadapi


pertempuran. Beliau berjanji bahwa pasukannya akan mendapatkan kemenangan, asalkan mereka
tabah.

Beliau kemudian mencabut sebilah pedang, mengacungkannya, dan bertanya,

"Siapa yang sanggup memegang pedang ini agar diperlakukan sesuai dengan tugasnya?"

Beberapa orang tampil, tetapi pedang itu tidak pula diberikan Rasulullah ‫ﷺ‬. Siapakah kiranya pendekar
muslim yang mendapatkan kehormatan untuk menggunakan pedang Rasulullah ‫ ﷺ‬tersebut?

Abu Dujanah

Kemudian tampillah Abu Dujanah Simak bin Kharasyah dari Banu Sa'idah. Ia bertanya,

"Apa tugasnya, ya Rasulullah?"

"Tugasnya ialah menghantamkannya kepada musuh sampai bengkok!" demikian jawab Rasulullah ‫ﷺ‬."

Ketika Abu Dujannah menyanggupi, Rasulullah ‫ ﷺ‬pun memberikan pedang itu kepadanya. Abu
Dujanah adalah laki-laki yang sangat berani. Ia mengeluarkan pita merah, lalu teman-temannya
bergumam,

"Lihat Abu Dujanah telah mengeluarkan pita mautnya!"

Semua orang mengetahui bahwa Abu Dujanah sudah siap bertempur apabila ia telah mengeluarkan
pita merahnya itu. Pita itu diikatkan di kepala, kemudian ia berjalan dengan angkuh dan berlagak di
tengah-tengah pasukan seperti yang biasa ia lakukan apabila sudah siap menghadapi pertempuran.

Rasulullah ‫ ﷺ‬melihat perilaku Abu Dujanah itu kemudian bersabda,

"Cara berjalan seperti itu sangat dibenci Allah, kecuali dalam pertempuran seperti ini."

Rasulullah ‫ ﷺ‬memberikan kepercayaan kepada Mushab bin Umair untuk memegang bendera pasukan.
Hamzah bin Abdul-Muththalib berada di barisan terdepan didampingi Abu Dujanah, Ali bin Abi Thalib,
Saad bin Abi Waqqash, Umar bin Khattab, dan Abu Ubaidah bin Jarrah.

Orang pertama yang mencetuskan pertempuran adalah Abu Amir Abdul Hamid bin Shaifi Al Ausi. Ia
sebenarnya berasal dari suku Aus, tetapi sengaja pindah dari Madinah ke Mekkah untuk mengobarkan
semangat Quraisy agar memerangi Rasulullah ‫ﷺ‬. Ia tidak ikut dalam Perang Badar. Kini a terjun dalam
Perang Uhud dengan membawa limabelas orang dari suku Aus. Selain itu beberapa budak penduduk
Mekah juga bergabung dengan regunya.
Abu Amir maju ke depan dan memanggil-manggil kaum muslimin dari golongan Aus. Menurut
dugaannya, orang-orang Islam dari Aus itu akan menuruti panggilannya dan memihak Quraisy.

"Saudara-saudara dari Aus! Saya adalah Abu Amir!" demikian panggilnya berkali-kali.

Akan tetapi, kaum muslimin dari kalangan Aus membalas dengan teriakan pula,

"Allah tidak akan memberikan kesenangan kepadamu, durhaka!"

Kemudian pertempuran pun pecah!

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Ditempatkan di bagian terdepan dari jalan Allah selama 1 hari lebih baik daripada dunia dan segala
isinya!" Beliau juga berkata,

"Setiap orang yang gugur telah menyelesaikan tugas sepenuhnya, kecuali orang yang berada di bagian
terdepan dari jalan Allah karena amalnya akan terus bertambah sampai hari kebangkitan."

PERTEMPURAN

700 orang beriman melawan 3000 orang musyrik!

Sayap kiri Quraisy yang terdiri atas pasukan Pemuda dan Kavaleri pimpinan Ikrimah bin Abu Jahal pun
bergerak maju. Mereka berusaha menyerang pasukan muslim dari samping.

Namun, pasukan pemanah muslim menghujani mereka dengan panah dan batu. Abu Amir dan para
pengikutnya dibuat mundur tunggang-langgang.

Saat itu Hamzah bin Abdul-Muththalib terjun ke tengah pertempuran sambil meneriakkan teriakan
tempur Uhud yang terkenal. "Mati! Mati!"

Tholhah bin Abu Talhah yang membawa Bendera Quraisy berteriak,

"Siapa yang akan berduel denganku?"

Ali bin Abi Thalib pun maju. Dengan tangkas dan sangat cepat. Ali menebas lawannya itu sampai
terbelah dua. Melihat hal itu Rasulullah ‫ ﷺ‬menjadi lega.

Seketika, takbir pun berkumandang dari barisan muslimin. Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan pasukan
muslim melancarkan serangan.

Abu Dujanah mengamuk! Dibunuhnya setiap lawan. Barisan orang musyrik jadi kacau balau. Kemudian
ia melihat seseorang sedang mencincang tubuh seorang muslim dengan amat keji.

Amarah Abu Dujanah bangkit! Ia melompat dan hendak menebas orang itu dengan sekali ayunan. Tapi
saat itu dilihatnya sasarannya ternyata Hindun bin Utbah. Abu Dujanah mundur dan menyerang ke
arah lain. Terlalu mulia rasanya apabila Pedang Rasulullah ‫ ﷺ‬dihantamkan pada seorang wanita.

Orang-orang Quraisy pun balas menyerang dengan sangat keras. Darah mereka mendidih mengingat
kematian para pemimpin mereka pada Perang Badar. Di belakang mereka, kaum wanita
mengorbankan semangat.
Tidak sedikit para budak yang akan dijanjikan kebebasan apabila berhasil membalaskan dendam
kematian seorang bapak, saudara suami, atau orang orang tercinta dari majikan mereka.

Hindun bin Utbah sangat mendendam kepada Hamzah. Ia telah menjanjikan hadiah besar dan
kebebasan kepada seseorang budak apabila berhasil membunuh Hamzah. Kini, Wahsyi mulai
menjalankan tugasnya. Ia mengendap dengan lincah kesana kemari untuk mencari di mana Hamzah
bin Abdul-Muththalib berada.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 96

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

SYAHIDNYA HAMZAH

Di kemudian hari, ketika ia sudah memeluk Islam, Wahsyi menceritakan peristiwa Uhud dengan air
mata duka dan penyesalan.

"Setelah dijanjikan hadiah dan kebebasan, aku berangkat bersama pasukan Quraisy. Aku adalah orang
Habasyah yang jika sudah melemparkan tombak dengan cara Habasiyah, jarang sekali meleset.

Ketika terjadi pertempuran, kucari Hamzah dan kuincar dia. Kemudian, kulihat dia di tengah-tengah
orang banyak itu, seperti seekor unta kelabu sedang membabati orang dengan pedangnya. Lalu
tombak ku ayun-ayun kan, dan setelah merasa pasti sekali arah sasaran, baru kulemparkan tombak
itu tepat mengenai bagian bawah perut Hamzah dan keluar di antara kedua kakinya. Kubiarkan
tombak itu sampai dia mati. Sesudah itu ku hampiri dia dan ku ambil tombak ku itu, lalu aku kembali
ke markas dan berdiam di sana sebab sudah tidak ada lagi tugas selain itu. Kubunuh dia hanya supaya
aku dimerdekakan saja dari perbudakan. Sesudah pulang ke Mekah, aku memang dimerdekakan."

Hamzah bin Abdul Muththalib adalah pahlawan Arab yang terkenal dan paling berani. Pada Perang
Uhud itu, ia yang menjelma menjadi singa Allah yang perkasa.

Dibunuhnya Artha bin Abdul Syurahbil dan beberapa orang pemuka Quraisy lainnya. Setiap lawan di
hadapannya dirobohkan dengan pedangnya dan setelah itu dihadapinya lawan yang lain.

Pada akhir pertempuran dengan tergesa-gesa Hindun mendatangi jasad Hamzah. Wanita itu
kemudian mengambil jantung Hamzah dan memakannya begitu saja, sambil menari-nari.

Tubuh Hamzah ditemukan Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam keadaan tercabik-cabik.

Kaum muslimin bertempur dengan gagah, tapi tidak semuanya mendapatkan surga.

Contohnya adalah Qusman. Ia adalah seorang munafik. Semula, Ia tidak berangkat perang, tetapi para
wanita menghinanya.

"Qusman tidak malu kau seperti perempuan saja, semua orang berangkat perang, sedang kau berdiam
diri dalam rumah!"
Dengan berang Qusman mengambil panah dan pedang, lalu pergi bertempur. Ia bertempur dengan
gagah dan berhasil membunuh banyak sekali lawan. Menjelang senja, setelah membunuh paling
sedikitnya 7 orang musuh, ia pun membunuh dirinya.

"Qusman, beruntung engkau mati syahid," ujar Abdul Khaidaq melihat Quzman sekarat.

"Tidak, jawab Qusman sebelum mati,

"Saya bertempur bukan demi Islam tapi sekedar menjaga kehormatan saya dan untuk menjaga nama
baik keluarga kami. Kalau tidak karena itu, saya tidak akan berperang."

QURAISY TERPUKUL

Kemenangan kaum muslimin dalam Perang Uhud pada pagi hari itu benar-benar di luar dugaan. Benar
sekali bahwa kemenangan pada pagi itu disebabkan kepandaian Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam mengatur
pasukannya. Beliau yang menempatkan pasukan panah di bukit, hingga barisan berkuda musuh
tertahan tidak bisa maju.

Lebih tepat lagi jika dikatakan bahwa kemenangan pagi itu disebabkan keimanan yang sungguh-
sungguh. Pasukan muslim begitu yakin bahwa mereka berada di pihak yang benar, sehingga walaupun
dengan perlengkapan yang minim, mereka dapat mendesak pasukan musuh yang hampir 5 kali lipat
lebih kuat. Inilah rahasia mukjizat kepahlawanan yang tidak bisa digunakan oleh kekuatan materi
sebesar apa pun.

Kesatuan-kesatuan Quraisy yang sudah kelabakan mulai mundur.

Abu sufyan terpaksa mengumpulkan pasukannya di bagian tengah.

Sayap kiri di bawah pimpinan Ikrimah sudah berlarian mundur.

Hanya Khalid bin Walid dan pasukannya di sayap kanan yang masih menjaga diri di tempat yang agak
jauh. Kelihatannya, Khalid masih menghindarkan diri dari bentrokan dan ia menunggu kesempatan
baik untuk melancarkan serangan.

Kenangan pahit akan kekalahan Badar tiba-tiba terlintas lagi di benak para prajurit Quraisy yang
berlarian mundur. Pasukan muslim mendesak terus sampai ke jantung pertahanan musuh.

Saat seorang pembawa bendera Quraisy jatuh bersimbah darah, orang lain segera menggantikannya.
Namun, Ia juga segera ditebas jatuh. Orang ketiga tampil bertahan tetapi tidak lama kemudian Ia pun
segera jatuh tak bernyawa.

Hindun berteriak-teriak memberi semangat dan berusaha mencegah orang-orang yang mundur.

Pasukan Quraisy sudah tidak ingat lagi, bahwa mereka dikerumuni para wanita. Sudah tidak peduli lagi
melihat berhala-berhala yang mereka bawa agar memberikan restunya, tetapi malah terjatuh dari
atas unta.

Pasukan Quraisy tidak lagi memusingkan kenyataan bahwa wanita-wanita mereka akan tertawan dan
harta benda mereka yang jumlahnya melimpah itu akan dirampas musuh. Semua dihantui rasa takut,
Mundur! Mundur! Selamatkan diri ke tempat aman. Hanya itu yang mereka pikirkan.

Sayang sekali, Justru pada saat itulah pasukan muslim melakukan kesalahan fatal.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 97

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

TERGIUR HARTA

Kaum muslimin terus mengejar musuh ke mana pun sampai mereka meletakkan senjata. Harta benda
dan rampasan berserakan di medan pertempuran. Kuda-kuda yang tangguh, Baju besi, unta-unta
tanpa tuan berkeliaran penuh muatan, setumpuk makanan lezat, dan perhiasan-perhiasan mahal,
Belum lagi para wanita Quraisy yang dengan mudah dapat mereka tawan.

Harta sebanyak itu dalam sekejap saja membuat silau pasukan muslim. Harta yang berserakan itu
membuat mereka lupa bahwa sesuai dengan perintah Rasulullah ‫ﷺ‬, mereka harus terus mengejar
musuh sampai kekuatan lawan benar-benar tercerai-berai sehingga tidak mampu berkumpul lagi
untuk balas menyerang.

Semua ini terlihat oleh pasukan panah di lereng gunung. Mereka tidak dapat lagi menahan keinginan
untuk juga merebut harta rampasan yang bergeletakan di mana-mana.

"Mengapa kita masih tinggal di sini, saya akan tidak mendapatkan apa-apa?" tanya salah seorang.

"Allah telah menghancurkan musuh kita, mereka, saudara-saudara kita juga sudah merebut markas
musuh. Ke sanalah juga kita ikut mengambil rampasan itu."

Namun salah seorang membentak:

"Bukankah Rasulullah ‫ ﷺ‬sudah berpesan "Jangan meninggalkan tempat kita ini?"

"sekali pun kami diserang, janganlah kami dibantu!" Bukankah demikian kata beliau?"

"Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak menghendaki kita tinggal di sini terus menerus setelah Allah menghancurkan kaum
musyrik itu."

Abdullah bin Jubair maju untuk menengahi perdebatan itu. Ia berpidato agar mereka itu jangan
melanggar perintah Rasulullah ‫ﷺ‬.

Akan tetapi ada sebagian besar pasukannya tidak mau patuh. Mereka pun kemudian turun dari lereng
gunung yang masih tinggi. Yang masih tinggal hanya beberapa orang saja. Pasukkan yang bergegas
turun itu bergabung dengan pasukan muslim yang lain. dan ikut memperebutkan harta rampasan.

Jadi sebagian besar pasukan panah sekarang sudah melupakan disiplin. Mereka lupa kalau kedisiplinan
dan keimanan lah yang membuat mereka mampu memukul musuh. Kini mereka tengah melupakan
iman dan memperebutkan harta dunia.

Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh seorang pemimpin Quraisy yang terkenal lihai dan gagah.

BENCANA

Khalid bin Walid yang sampai saat itu telah menjaga pasukannya agar tidak bentrok dalam
pertempuran, kini melihat kesempatan baik itu. Ia mengerti bahwa saatnya tiba untuk bergerak. Khalid
bergerak sekuat-kuatnya memberi Komando. Pasukan berkudanya pun mulai bergerak. Semakin cepat
dan semakin cepat. Mereka memutari gunung uhud yang kini tidak dijaga lagi oleh pasukan panah.
Dengan ganas pasukan kavaleri Khalid menyerang pasukan muslim dari belakang.

Mendengar teriakan perang Khalid bin Walid, pasukan Quraisy yang telah berlarian mundur kini
kembali lagi. Mereka melihat kesempatan untuk menyerang balik saat itu. Mereka ingat untuk tidak
membiarkan harta dan kaum wanita mereka direbut pasukan muslim.

Kini keadaan jadi berbalik, giliran pasukan muslim yang mendapat pukulan sangat hebat.

Begitu tahu mereka diserang dari depan dan belakang, setiap muslim melemparkan harta yang telah
mereka kumpulkan, dan kembali mencabut pedang. Namun sayang, sayang sekali! Barisan Muslim
sudah pontang-panting. Komandan-komandan kesatuan muslim sudah tidak lagi melihat pasukannya,
ada di dekat mereka. Pasukan muslim yang tadinya berjuang untuk menyelamatkan Iman, kini
berjuang tercerai-berai untuk menyelamatkan diri. Tadinya mereka berjuang di bawah satu pemimpin
yang kuat, kini berjuang tanpa pemimpin lagi.

Begitu paniknya keadaan pasukan muslim sampai beberapa dari mereka malah menghantam
saudaranya sendiri dengan pedang. Keadaan tambah mengguncangkan Iman ketika mendengar ada
yang berteriak-teriak, "Rasulullah telah terbunuh, Rasulullah telah terbunuh !"

Hampir setiap orang pasukan muslim sekarang berusaha melepaskan diri dari kepungan di tempat
aman. Kecuali beberapa sahabat yang tetap berjuang dengan Istiqomah dari awal, seperti Ali bin Abi
Thalib dan beberapa orang lainnya.

*Di kemudian hari, Khalid bin Walid akan masuk Islam pada zaman Abu Bakar pada saat terjadi
pemberontakan di mana-mana.

Abu Bakar mengangkat Khalid menjadi Panglima seraya berkata,

"Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda bahwa sebaik-baik hamba Allah dan Kawan sepergaulan
ialah Khalid bin Walid, sebilah pedang di antara pedang-pedang Allah yang ditembuskan kepada
orang-orang kafir dan munafik.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 98

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

RASULULLAH TERLUKA

Begitu orang Quraisy mendengar Rasulullah ‫ﷺ‬. terbunuh, seperti banjir, mereka mengalir ke tempat
di mana Rasulullah ‫ ﷺ‬berada. Semuanya berlomba ingin mengakui bahwa merekalah yang membunuh
Rasulullah ‫ ﷺ‬atau ikut memegang peranan di dalamnya. Tentu hal itu akan dapat mereka banggakan
sampai ke anak cucu mereka.

Ketika itulah, kaum muslimin yang berada di sekeliling Rasulullah ‫ ﷺ‬tersentak sadar. Mereka bergerak
mengelilingi, menjaga, dan melindungi Rasulullah ‫ ﷺ‬yang amat mereka cintai. Iman mereka kembali
tergugah memenuhi jiwa. Semangat mereka melambung lagi untuk meraih surga. Kekhawatiran yang
amat sangat akan keselamatan Rasulullah ‫ ﷺ‬membuat mereka kembali mendambakan mati. Hidup di
dunia ini terasa tak ada artinya lagi jika Rasulullah ‫ ﷺ‬gugur dalam lindungan mereka.
Saat itu, sebuah batu melayang dan menghantam wajah Rasulullah ‫ﷺ‬. Batu itu dilemparkan oleh Utbah
bin Abi Waqqash. Gigi geraham Rasulullah ‫ ﷺ‬rontok dan wajah beliau berdarah. Bibir Rasulullah ‫ﷺ‬
pecah-pecah. Dua keping lingkaran topi besi yang menutupi wajah beliau bengkok menghimpit pipi
Rasulullah ‫ﷺ‬. Melihat hal itu, iman dan keberanian para sahabat di sekeliling Rasulullah ‫ ﷺ‬semakin
besar. Harga diri mereka sangat terluka melihat luka yang dialami Rasulullah ‫ﷺ‬.

Setelah terhuyung sejenak akibat hantaman batu yang demikian keras. Rasulullah ‫ ﷺ‬kembali dapat
menguasai diri. Beliau terus berjalan ke tempat aman dikelilingi para sahabat yang setia. tiba-tiba
Rasulullah ‫ ﷺ‬terperosok ke dalam sebuah lubang. Lubang itu sengaja digali oleh Abu Amir untuk
menjerumuskan kaum Muslimin. Cepat-cepat, Ali bin Abi Tholib menghampiri, meraih dan memegang
tangan Rasulullah ‫ﷺ‬. Thalhah bin Ubaidillah membantu mengangkat beliau hingga dapat berdiri
kembali. Kemudian, bersama para sahabatnya, Rasulullah ‫ ﷺ‬berjalan terus mendaki gunung Uhud.
Tempat itu merupakan satu-satunya peluang bagi beliau untuk menghindari kejaran musuh.

Keadaan mengenaskan yang menimpa Rasulullah ‫ ﷺ‬itulah yang menghidupkan kembali semangat
juang di hati para sahabat.

RELA MATI DEMI RASULULLAH

Hari sudah menjelang tengah hari. Saat itu, Ummu Umaroh seorang muslimah Anshar, tengah
berkeliling membagikan air kepada kaum muslimin yang tengah berjuang. Namun, begitu dilihatnya
kaum muslimin mundur. Ummu Umarah melemparkan tempat airnya. Ia mencabut pedang dan terjun
ke dalam pertempuran. Tujuannya hanya satu, melindungi Rasulullah ‫ ﷺ‬walau harus mati. Ummu
Umarah menebas musuh dan menembakkan panah sampai tubuhnya sendiri dipenuhi banyak luka.

Sementara itu Abu Dujanah menjadikan punggungnya sebagai perisai Rasulullah ‫ﷺ‬. Beberapa panah
yang melayang ke arah Rasulullah ‫ ﷺ‬tertahan di punggung Abu Dujannah.

Di samping Rasulullah ‫ﷺ‬, Saad bin Abi Waqqash berdiri melepaskan panahnya untuk menahan musuh.
Rasulullah ‫ ﷺ‬memberikan anak panah ke pada Saad sambil berkata,

"Lepaskan anak panah itu! Kupertaruhkan Ibu bapakku untukmu."

Rasulullah ‫ ﷺ‬sendiri terus menembakkan anak panah sampai ujung busurnya patah.

Beberapa sahabat, termasuk Abu Bakar dan Umar Bin Khattab, tidak mengetahui kalau Rasulullah ‫ﷺ‬
masih hidup. Mereka mengira Rasulullah ‫ ﷺ‬telah gugur mengingat begitu membanjirnya pasukan
musuh menyerbu ke tempat Rasulullah ‫ ﷺ‬berada. Keduanya pergi ke arah gunung dengan kepala
tertunduk pasrah. Anas bin Nadzir bertanya kepada mereka,

"Mengapa kalian duduk-duduk di sini?"

"Rasulullah sudah terbunuh," jawab keduanya.

"Perlu apalagi kita hidup sesudah itu? Bangunlah! Dan biarlah kita juga mati untuk tujuan yang sama!"

Setelah berkata begitu Anas bin Nadzir menyerbu musuh, bertempur dengan gagah tiada taranya. Dia
baru mendapatkan Syahid setelah ditebas 70 kali. Begitu rusak tubuh Anas bin Nadhir sampai tidak
seorang pun mengenali jasad nya kecuali adik perempuannya yang mengenali Anas dari ciri yang
terdapat pada ujung jarinya. Abu Sufyan yang yakin sekali bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬telah gugur, sibuk
mencari-cari mayat beliau di tengah korban-korban Muslim.

AKHIR PERTEMPURAN

Ketika orang Quraisy berteriak-teriak bahwa Muhammad telah mati. Rasulullah ‫ ﷺ‬menyuruh para
sahabat agar tidak membantahnya. Hal itu untuk menghindari lebih banyak lagi serbuan musuh ke
arah beliau. Namun, begitu Ka'ab bin Malik datang mendekat, ia mengenali Rasulullah ‫ﷺ‬. Ketika
melihat mata Rasulullah ‫ ﷺ‬yang berkilau di balik helm bajanya, kemudian ia berteriak,

"Saudara-saudara kaum muslimin!" teriak Ka'ab amat gembira.

"Selamat! Selamat! ini Rasulullah ‫ﷺ‬."

Rasulullah ‫ ﷺ‬memberi syarat agar Ka'ab berhenti berteriak. Kaum muslimin berdatangan dan
mengangkat Rasulullah ‫ ﷺ‬tercinta. Kemudian bersama-sama beliau mereka mendaki gunung Uhud ke
sebuah celah Bukit.

Teriakan Ka'ab terdengar juga oleh pihak Quraisy. Sebagian besar dari mereka tidak mempercayai
teriakan itu. Namun, ada beberapa yang segera pergi mengikuti rombongan Rasulullah ‫ ﷺ‬dari
belakang. Ubay bin Khalaf dapat menyusul rombongan Rasulullah ‫ ﷺ‬sambil bertanya,

"Mana Muhammad, Aku tidak akan selamat kalau dia masih hidup."

Seketika itu juga Rasulullah ‫ ﷺ‬mengambil tombak Haris bin Shimma, lalu dengan sangat cepat
Rasulullah ‫ ﷺ‬melemparnya ke arah Ubay Bin khalaf. Ubay pun terhuyung-huyung di atas Kudanya, lalu
berusaha kembali pulang dan mati di tengah jalan.

Sesampainya pasukan muslim di ujung bukit, Ali bin Abi Tholib pergi mengambil air. Air dalam perisai
kulitnya. Ali membasuh darah di wajah Rasulullah ‫ ﷺ‬dan menyiram kepada beliau dengan air.

Dua keping besi di pipi Rasulullah ‫ ﷺ‬dicabut oleh Abu Ubaidah bin Al jarrah. Begitu kerasnya sampai 2
gigi seri Abu Ubaidah tanggal.

Tiba-tiba pasukan berkuda Khalid bin Walid tiba di atas bukit, namun dengan sigap Umar Bin Khattab
dan beberapa prajurit Muslim menyerang dan mengusir mereka untuk mundur.

Kaum muslimin telah begitu tinggi mendaki gunung, keadaan mereka begitu payah dan letih sampai
Rasulullah memimpin mereka sholat sambil duduk.

Pihak Quraisy amat gembira dengan kemenangan mereka. Mereka menganggap telah sungguh-
sungguh membalas dendam atas kekalahan di Badar.

Abu Sufyan berkata,

"Yang sekarang ini untuk peristiwa Perang Badar. Sampai jumpa lagi tahun depan."
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 99

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

DUKACITA UNTUK HAMZAH

Tidak cukup menganiaya mayat Hamzah. Hindun binti Utbah bersama wanita-wanita lain menganiaya
mayat kaum muslimin. Melihat semua itu Abu Sufyan menghampiri seorang muslim dan berkata,

"Mayat-mayatmu telah mengalami penganiayaan. Akan tetapi aku sungguh tidak senang juga tidak
benci. Aku tidak melarang, juga tidak memerintahkan."

Selesai menguburkan mayat-mayat temannya sendiri Quraisy pun pergi. Sekarang, kaum muslimin
kembali ke garis depan untuk menshalatkan dan menguburkan mayat-mayat para syuhada. Rasulullah
‫ ﷺ‬berkeliling medan tempur mencari jasad pamannya, Hamzah. Ketika dilihatnya jasad Hamzah sudah
dianiaya dengan perut yang sudah terurai, beliau merasa sedih, sedih sekali sampai beliau berkata,

"Takkan pernah ada orang mengalami malapetaka seperti ini."

"Belum pernah aku menyaksikan suatu peristiwa yang begitu menimbulkan amarahku seperti kejadian
ini."

Selanjutnya beliau bersabda,

"Demi Allah kalau pada suatu ketika Allah memberikan kemenangan kepada kami melawan mereka,
akan ku aniaya mereka dengan cara yang belum pernah dilakukan oleh orang Arab."

Nah saat itulah turun firman Allah Quran surat An Nahl 16 ayat 126-127 yang artinya:

ِْ‫ص َبرْ ت ِْم َولَئنِْ ۚ بهِ عوقبْت ِْم مَا بم ْثلِ َفعَاقبوا عَا َقبْت ِْم َوإن‬
َ َِ‫للصَّابرينَِ َخيْرِ لَهو‬
Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan
kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang
yang sabar.

Surah An-Nahl (16:126)

ِْ‫ك َومَا َواصْ بر‬


َِ ‫صبْر‬
َ ‫ل‬ َِّ ‫ل ۚ ب‬
َِّ ‫الِل إ‬ ِ َ ‫ل َعلَيْه ِْم َتحْ َزنِْ َو‬
ِ َ ‫ضيْقِ في َتكِ َو‬
َ ‫َيمْكرونَِ ممَّا‬
Dan bersabarlah (hai Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan pertolongan Allah dan
janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan jangan (pula) kamu bersempit dada
terhadap apa yang mereka tipu dayakan.

Surah An-Nahl (16:127)

Setelah Firman itu turun Rasulullah ‫ ﷺ‬memaafkan pihak musuh. Ditabahkannya hatinya dan beliau
melarang orang melakukan penganiayaan.
Di jalan, Rasulullah ‫ ﷺ‬mendengar para wanita bani Asyhal menangisi para syuhadanya.

"Tidak ada wanita yang menangisi Hamzah," ujar Rasul.

Mendengar ini Saad bin Muadz menyuruh para wanita Bani Asyhal menangis untuk Hamzah.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bergegas menemui mereka dan bersabda,

"Bukan ini yang saya maksudkan. Pulanglah, Semoga Allah memberikan rahmat dan tidak boleh
menangis lagi setelah hari ini."

ABDULLAH BIN UBAY

Rasulullah ‫ ﷺ‬pulang ke Madinah dengan beban pikiran yang cukup berat. Fatimah Az-Zahra putri beliau
membasuh luka-luka ayahnya dengan air.

Ternyata, para tawanan perang Badar yang dulu dikasihani dan dibebaskan kembali memerangi kaum
muslimin.

Rasulullah ‫ ﷺ‬teringat lagi kata-kata Umar Bin Khattab dulu,

"Ya Rasulullah bunuh orang-orang ini agar tidak seorang pun berpidato mengobarkan api kebencian
terhadap dirimu."

Orang muslim pantang berbuat kesalahan untuk kedua kalinya. Karena itu, beliau memerintahkan
untuk membunuh seorang tawanan yang tertangkap. Orang itu adalah tawanan perang Badar yang
sudah dibebaskan.

Rasulullah ‫ ﷺ‬juga memikirkan belas kasihan yang diberikan kaum muslimin kepada pihak musuh.
Semua muslim menahan pedang ketika mereka menemui Hindun di medan perang. Padahal jika dia
dibunuh tidak akan terjadi Hamzah disiksa sedemikian rupa.

Pembunuh Hamzah yang berkulit hitam itu sebenarnya juga tidak tahu wajah Hamzah. Hindunlah yang
menunjukkannya.

Pasukan Quraisy yang telah lari lintang pukang juga tidak akan kembali lagi untuk menyerang, apabila
tidak dikejar oleh Hindun dan diberitahukan bahwa kaum muslimin tengah diserang Khalid bin Walid
dari belakang.

Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬pergi ke masjid. Di sana, beliau melihat ada tangis penyesalan pasukan panah
yang telah jelas-jelas melanggar perintah Rasulullah ‫ﷺ‬.

Hati beliau amat lembut karena itu beliau memaafkan mereka semua.

Sebelum itu di sana beliau melihat Abdullah bin Ubay tengah berpidato agar orang-orang mencintai
Rasulullah ‫ﷺ‬.

Inilah gembong kaum munafik yang telah membujuk 300 Orang prajurit kembali ke Madinah.
Beberapa sahabat yang ikut ke Uhud melompat ke arah Abdullah bin Ubay, lalu menarik bajunya
sampai terhuyung-huyung.
"Mengapa kalian menyerangku pada saat aku menganjurkan kepada orang-orang agar patuh dan cinta
kepada Muhammad?" demikian Abdullah bin Ubay menjerit.

Umar Bin Khattab meminta izin untuk membunuh si penghianat itu, namun sekali lagi Rasulullah ‫ﷺ‬
melarang nya.

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 100

ِ‫محَ مد آلِ َعلَى وَِ محَ مَّدِ َعلَى صَلِ اَللَّه َّم‬

MENGEJAR MUSUH

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengetahui bahwa orang-orang penyembah berhala, kaum munafik dan orang-orang
Yahudi mulai menertawakan kekalahan kaum muslimin pada perang Uhud.

"Muhammad bilang kalau perang Badar itu merupakan tanda kekuasaan Tuhan mereka atas
kerasulannya maka apa pula pertanda peristiwa Uhud itu?"

Sesuatu harus dilakukan agar kewibawaan kaum muslimin akan kuat seperti sedia kala.

Sehari setelah perang Uhud Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan seorang muadzin nya untuk kembali
mengumpulkan pasukan. Namun hanya pasukan Uhud saja yang boleh ikut. Tujuannya untuk
memburu pasukan Abu Sufyan yang belum lagi tiba di Mekah.

Berita keberangkatan kaum muslimin itu dengan cepat sampai ke telinga Abu Sufyan. Seketika itu juga
ketakutan melanda pasukan Mekah mereka mengira kaum muslimin berangkat dari Madinah dengan
bantuan baru. Padahal mereka masih berada di Rauha, jauh dari Mekkah.

Sementara pasukan Madinah sudah sampai di Hambra Al-Assad. Kemudian lewatlah Ma'bad Al Khuza'i
yang saat itu belum masuk Islam. Ia baru saja melewati tempat pasukan Madinah berkemah. Abu
Sufyan bertanya tentang keadaan pasukan muslim Ma'bad menjawab,

"Muhammad dan sahabat-sahabatnya sudah berangkat mau mencari kamu dalam jumlah yang belum
pernah kulihat semacam itu. Orang-orang yang dulunya tidak ikut, sekarang menggabungkan diri
dengan dia. Mereka semua terdiri atas orang-orang yang sangat geram kepada orang-orang yang
hendak membalas dendam!"

Kebingungan melanda Abu Sufyan Apa yang harus saya lakukan sekarang ini.

Orang Arab pasti akan mencemooh apabila sekarang pasukan Quraisy mundur begitu saja. Padahal
baru saja mereka merebut kemenangan. Namun apabila mereka memaksakan diri kembali
menghadapi kaum muslim, Abu Sufyan yakin mereka tidak akan mampu menghadapi kemarahan
musuh. Karena itu Ia melakukan sebuah siasat licik.

Abu Sufyan menitipkan pesan kepada kafilah suku Abdul Qais yang sedang menuju Madinah, kafilah
Itu diminta memberitakan bahwa pasukan Quraisy akan menemui pasukan Islam di Hambra Al-Assad
dan akan menyerang habis-habisan.
Mendengar itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya menunggu tiga hari sambil menyalakan api unggun.
Namun pada saat yang sama orang-orang Quraisy terus pulang ke Mekah.

PASUKAN ABU SALAMAH

Pasukan muslim kembali ke Madinah. Kewibawaan pihak muslim sedikit terangkat karena ternyata
musuh tidak berani kembali untuk menghadapi mereka. Akan tetapi, segera tersiar berita bahwa
Tulaihah dan Salamah bin khuwailid sedang menggerakkan Banu Assad untuk menyerang Madinah
dan menggempur Rasulullah ‫ ﷺ‬sampai ke rumahnya sendiri.

Selain itu tujuan Banu Assad adalah untuk merampas ternak kaum muslimin yang digembalakan di
ladang-ladang sekeliling Madinah.

Rasulullah ‫ ﷺ‬segera bertindak, beliau memanggil Abu Salamah bin Abdul Asad. Beliau yang
memerintahkan Abu Salamah membawa 150 pasukan.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menyuruh agar pasukan hanya berjalan pada malam hari dan siangnya bersembunyi.
Mereka harus menempuh jalan yang tidak biasa dilalui orang.

Abu Salamah berangkat dan melaksanakan perintah perang Rasulullah ‫ ﷺ‬secermat dan secepat
mungkin. Ia pun berhasil. Mereka menyergap musuh yang sedang dalam keadaan tidak siap.

Pagi buta itu rasa takut menyumbat kerongkongan Banu Assad karena tiba-tiba saja tanpa peringatan,
pekik takbir membahana dan pasukan muslim menyerang tenda-tenda mereka. Banu Assad berusaha
bertahan sekuat dan selama mungkin, namun gagal. Mereka mundur sambil membawa apa pun yang
bisa dibawa.

Setelah menguasai perkemahan musuh, Abu Salamah mengirimkan dua pasukan pengejar.

Sementara itu ia dan pasukan ketiga menjaga perkemahan. Pasukan pengejar kembali dengan
membawa harta rampasan.

Seperti yang sudah diatur dalam Islam seperlima harta rampasan itu diberikan untuk Rasulullah ‫ﷺ‬,
orang-orang miskin, dan orang orang yang kehabisan bekal di perjalanan. Sisanya dibagikan kepada
anggota pasukan. Setelah itu mereka kembali ke Madinah dengan membawa kemenangan.

Hanya saja Abu Salamah tidak hidup lebih lama, sesudah itu, luka-lukanya pada perang Uhud kembali
ternganga dan ia syahid karenanya.

JUDI DAN MINUMAN KERAS

Setelah Yahudi Bani Qainuqa diusir, Yahudi Bani Nadhir ingin mewarisi pasar Bani Qainuqa. Namun
kesempatan itu sudah tertutup oleh pasar kaum muslimin yang berkembang sedemikian besar, maka
dari itu Bani Nadhir pun melakukan cara lain untuk meraih kemakmuran. Mereka membuka rumah-
rumah judi. Di tempat itu juga disediakan banyak sekali minuman keras.

Saat itu Rasulullah ‫ ﷺ‬belum melarang judi dan khamer. Karena itu banyaklah para lelaki muslim yang
datang ke rumah-rumah judi. Mereka banyak menghabiskan uang untuk berjudi, meminum khamer
sampai mabuk. Para lelaki muslim ini masih terguncang oleh kekalahan pada perang Uhud dan
lepasnya harta rampasan yanyg sudah mereka kumpulkan.

Anda mungkin juga menyukai