Anda di halaman 1dari 8

Kisah, cerita, dan Sejarah Nabi Syu’aib AS

Nabi Syu'aib masih keturunan Luth yaitu putra As. Dan As putra Luth. NaDi Syu'aib
diutus Allah untuk membenahi kaum Madyan. Kaum itu tidak lagi menyembah ajaran nabi
Luth. Mereka ingkar begitu nabi Luth wafat. Mereka lebih senang berbuat kemaksiatan dan
kerusakan. Mereka tidak lagi menyembah Allah sebagaimana yang telah diajarkan nabi Luth.
Sesembahan yang menjadi tuhannya ialah berhala.
Tidak itu saja, mereka mempunyai kebiasaan yaitu mengurangi takaran timbangan.
Mereka akan mencekik pembeli di waktu musim paceklik. Sebab saat itu barang dagangan
murah, mereka membeli sebanyak-banyaknya dan menyimpan dalam gudang hingga musim
paceklik. Pada musim itu barulah dikeluarkan semua barang dagangan itu dan menjualnya
dengan harga tinggi.

Kaum Madyan tidak memiliki sifat toleransi. Mereka senang menginjak-injak hak
asasi saudaranya. Mereka senang merampok dan berbuat kerugian sesamanya.

Dikarenakan sifat mereka seperti itulah maka penduduk tidak berani tidur malam
dengan tenang. Penduduk tidak berani berdagang karena mendapat ancaman dan
penganiayaan.

Demi melihat keganjilan-keganjilan di daerah sekitarnya membuat nabi Syu'aib tidak


tinggal diam. la mulai mengajak kaum Madyan segera meninggalkan perbuatan-perbuatan
itu. Nabi Syu'aib merasa prihatin akan kelakuan orang-orang Madyan. Kenabian Syu'aib telah
diterangkan dalam Al Qur'an surat Hud Ayat 84:

Artinya: Dan kepada (penduduk) Madyan (kami utus) saudara mereka, Syu'aib. la berkata :
"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah
kamu mengurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan
yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang
membinasakan (kiamat). (Huud :84)

1. Tingkah Laku Kaum Madyan


Kaum Madyan adalah kaum yang menduduki daerah Madyan dekat Mi'an. Kampung itu
terletak di tengah-lengah antara Syam dan Hijaz. Mereka mempunyai pekerjaan niaga. Mulai
kecil sudah diajarkan bagaimana caranya berdagang yang berhasil. Sehingga tidak
mengherankan jika mereka hidup dengan tenang dan tidak pernah mengalami kerugian
sedikitpun.
Meskipun demikian, kaum Madyan mempunyai perilaku yang jelek. Contohnya saja ialah
mengurangi takaran timbangan. Sehingga barang yang dibeli orang tidak sama dengan
timbangan. Jika barang yang dijual itu beratnya sekilo belum tentu sama dengan takarannya.
Kaum Madyan pada umumnya ingkar dan tidak menyembah Allah. Mereka beralasan
demikian, sebab menurutnya Allah tidak dapat dilihat. Mereka lebih suka menyembah
berhala. Di rumah-rumah banyak terdapat patung batu sebagai tuhannya. Mereka juga
menyediakan tempat khusus untuk pemujaan. Tempat itu berupa tanah lapang, kemudian
diletakkan patung batu. Sekali tempo kaum Madyan mendatangi patung itu secara
berbondong-bondong.

Bukan itu saja, kaum Madyan tidak mau bekerja keras. Mereka hanya bermalas-
malasan setiap hari. Karena yang demikian inilah orang-orang Madyan banyak yang menjadi
perampok, penyamun dan pencuri. Akibatnya penduduk kota dan kafilah yang melewati
perkampungannya tidak tenang.

Orang Madyan tidak segan-segan menganiaya dan membunuh mangsanya. Jika


barang yang dikehendaki tidak diberikan. Karena hal ini terus berkelanjutan, maka orang-
orang yang beriman tidak dapat tidur dengan tenang. Mereka memikirkan hartanya, jika
sampai dirampok oleh sebagian orang-orang Madyan.

Kaum Madyan tidak lagi menegakkan kebenaran seperti yang pernah diajarkan oleh
nabi Luth kepada bapak moyangnya. Mereka menganggap orang tua yang masih menyembah
Allah adalah bodoh. Dengan memberikan alasan yang meyakinkan mereka mengajak para
orang tua untuk menyembah selain Allah. Jika orang-orang itu tidak mau menuruti, maka
mereka akan disiksa.

Karena kejujuran sudah tidak ada lagi diantara mereka, akibatnya saling mencurigai.
Apalagi dalam berdagang, mereka membeli barang-barang ketika masih murah dan
menjualnya kembali ketika musim paceklik dengan harga tinggi. Tentu hal ini bertentangan
dengan ajaran agama Islam. Namun mereka tidak pernah mempunyai pikiran bahwa suatu
saat harta itu akan lenyap.

2. Dakwah Nabi Syu'aib

Ketika semua penduduk kota sudah tidak ada lagi yang mau berbuat kebajikan,
akhirnya Allah mengangkat nabi-Nya. Orang itu adalah nabi Syu'aib. Nabi Syu'aib diutus
untuk menegakkan kebenaran dan memerangi kebatilan serta membenahi akhlak kaum
Madyan yang telah bejat

Mula-mula nabi Syu'aib hanya melihat perbuatan mereka, namun setelah semakin
lama semakin tidak karuan akhlaknya membuatnya mengambil suatu tindakan. Nabi Syu'aib
berusaha untuk mengembalikan mereka ke jalan yang benar dengan kata-kata yang lembut
tapi agak pedas. la ingin tahu reaksi masyarakat Madyan setelah mendengar ucapannya.

Sasaran dakwahnya yang pertama ialah penghapusan penyembahan pada berhala.

" Hai saudara-saudaraku, hentikan penyembahan terhadap patung itu. Sembahlah Allah yang
telah menjadikan langit dan bumi, "ajak nabi Syu'aib suatu ketika. Ajakannya ini mendapat
tanggapan lain dari orang-orang Madyan. Mereka menganggap bahwa nabi Syu'aib sudah
tidak waras.

" Wahai Syu'aib, mengapa kau melarang kami menyembah tuhan-tuhan itu. Jika kau tidak
senang maka tinggalkan tempat ini, "kata kaum Madyan dengan marah sebab tuhannya telah
dihina.

" Allah, tidak ada yang dapat menyamai-Nya. Ketahuilah bahwasannya Allah adalah Tuhan
yang dapat menolong kesulitan, "kata nabi Syu'aib dengan suara tenang.
Kaum Madyan tidak suka mendapat seruan berupa ajakan itu. Setiap sore mereka
duduk-duduk ditengah jalan untuk menghalangi orang-orang yang hendak menuju rumah
nabi Syu'aib. Kaum Madyan senang sekali menghina pengikut nabi Syu'aib. Mereka
menganggap orang yang mengikuti nabi Syu'aib adalah orang-orang bodoh, tolol dan banyak
lagi cacian yang menyakitkan bati.

Orang-orang (pengikut) nabi Syu'aib melaporkan penghinaan yang diterimanya dari


mereka. Namun nabi Syu'aib tidak pernah marah sedikitpun. Beliau justru mendoakan agar
diberi jalan terang sehingga ajakannya dapat diterima oleh mereka.

Karena setiap bari, pengikutnya selalu mendapat hambatan dan hinaan, akhirnya nabi
Syu'aib berkata pada kaum Madyan. Perkataan ini sudah diabadikan dalam Al Qur'an surat Al
A'rof ayat 86:

Artinya: Dan janganlah kalian duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-. nakuti dan
menghalangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu
menjadi bengkok. Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah
memperbanyak jumlah kamu. Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan mereka (orang-
orang) yang berbuat kerusakan. (Al A'rof: 86)

Setiap nabi Syu'aib melakukan dakwah selalu mendapat hinaan dan cacian dari kaum
Madyan. Mereka berusaha untuk menghentikan dakwah itu. Namun sejauh itu usahanya tidak
pernah memperoleh hasil. Sebab nabi Syu'aib mendapat lindungan dari Allah.

Karena tujuan utama yaitu menyuruh kaum Madyan meninggalkan sesembahan


mereka tidak berhasil maka beliau tidak berhenti sampai disitu. Beliau masih mengupayakan
agar kaum Madyan mau mengikuti ajarannya.
"Wahai kaumku, aku tidak pernah meminta upah dan minta pujian dari kalian. Aku mengajak
kalian menyembah Allah karena hanya Dia yang patut disembah. Hentikanlah penyembahan
kalian terhadap batu-batu yang bisu itu, "kata nabi Syu'aib pada suatu perkumpulan.

" Hai Syu'aib, apakah agamamu menyuruh agar kami menghentikan penyembahan yang
sudah diturunkan bapak-bapak kami ? "tanya beberapa orang Madyan bertanya dengan nada
sinis

Bagaimana jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku ? "tanya nabi Syu'aib kepada
mereka.
" Bukti apa yang hendak kau tunjukkan pada kami ? "tanya mereka. Mereka tidak pernah
mau mengakui kebenaran nabi Syu'aib sehingga semua seruannya selalu mendapat tantangan.

" Apakah kalian tidak pernah mendengar cerita dari kakek nenek, bapak dan ibu mengenai
hancurnya kaum Nuh dan Luth? "tanya nabi Syu'aib. Demi mendengar jawaban itu kaum
Madyan berpikir dua kali sebelum membuka suara lagi. Diantara kaum Madyan ada juga
yang membenarkan ucapan itu mengakut kenabian Syu'aib. Namun sebagian lagi tidak mau
mendengarkan ucapan-ucapan nabi Syu'aib selanjutnya.

Sedikit demi sedikit kaum Madyan meninggalkan nabi Syu'aib beserta pengikutnya.
Akhirnya tidak ada lagi yang tersisa satupun juga. Sebelum pergi mereka mengejek ajaran
nabi Syu'aib dan mengatakan bahwa beliau telah sinting.

Karena ajakannya tidak pernah didengarkan oleh kaum Madyan akhirnya nabi Syu'aib
pergi ke wilayah lain. Di sana terdapat Ashabul Aikah. Nabi Syu'aib berharap agar
dakwahnya ditengah-tengah masyarakat setempat diterima dan ajarannya diikuti.

Namun kaum itu tidak ada bedanya dengan kaum Madyan. Bahkan mereka lebih berani
menghina nabi Syu'aib. Mereka mengatakan bahwa nabi Syu'aib adalah penyihir. Meskipun
demikian nabi Syu'aib tidak pernah marah dan beliau tetap meneruskan dakwahnya hingga
ada pula yang mau mengikuti ajarannya.

Karena masyarakat setempat selalu menghina dan berusaha menghalang-halangi


dakwahnya, akhirnya nabi Syu'abi meminta dan mengadukannya kepada Allah.
3. Azab Yang Membinasakan Kaum Madyan dan Kaum Ashabul Aikah

Setelah semua usaha nabi Syu'aib untuk mengajak kembali, kedua kaum itu tidak
menemui hasil, maka beliau meminta pertolongan pada Allah.

" Ya Allah,bukakanlah pintu hati mereka agar mau mengikuti ajaranku," doa nabi Syu'aib.
Nabi Syu'aib yakin bahwa suatu saat kaum Madyan dan kaum Ashabul Aikah akan mau
menerima ajarannya. Berangkat dari pemikiran itulah ia tetap meneruskan dakwahnya dengan
tidak mengenai putus asa sedikitpun. Seperti biasa ia selalu mendapat cacian dan hinaan dari
kaum Ashabul Aikah.

" Wahai saudaraku, jika kalian tidak mau menyembah Allah dan menghentikan semua
perbuatan maksiatmu, niscaya Allah menurunkan azab-Nya, "kata nabi Syu'aib kepada kaum
Ashabul Aikah.

Kaum itu sudah tidak menggubris seruan nabi Syu'aib. Begitu mendengar kata-kata itu,
mereka malah ingin buktinya.

" Tunggulah barang beberapa hari ini. Niscaya kalian akan merasakannya, "kata nabi Syu'aib.
Kemudian beliau berkemas dan mengajak semua pengikutnya meninggalkan perkampungan
itu. Mereka menuju perkampungan kamu Madyan.

Setelah kepergian nabi Syu'aib dan pengikutnya, tiba-tiba awan di langit bergulung-
gulung bergerak perlahan-lahan. Tak lama kemudian menaungi kaum Ashabul Aikah. Awan
itu menimbulkan hawa panas. Akibatnya orang-orang mengeluh kepanasan.

Mereka mencari naungan lagi dan mencari angin yang bisa melenyapkan
kegerahannya. Tiba-tiba datanglah guntur yang menyambar mereka. Sungguh janji Allah itu
benar. Pada hari itu merupakan siksaan bagi kaum Ashabul Aikah yang telah mendustakan
nabi-Nya.

Untunglah nabi Syu'aib dan pengikutnya sudah keluar meninggalkan wilayah itu
sehingga mereka selamat dari azab itu. Setelah tiba di wilayah Madyan, nabi Syu'aib
melakukan dakwah kembali. Namun kaum itu masih berpendirian seperti dulu.
" Wahai kaumku, apakah kalian tidak mengetahui bahwa orang-orang yang mendiami
wilayah Ashabul Aikah telah mengalami siksaan, "kata nabi Syu'aib dengan memberikan
contoh kaum Ashabul Aikah.

" Wahai Syu'aib bencana itu sudah wajar. Bencana itu datangnya bukan dari dirimu juga
bukan dari Tuhanmu, melainkan dari alam, "teriak mereka seraya mengejek nabi Syu'aib.

" Jika kalian tidak mau menerima ajaranku dan enggan meninggalkan perbuatan maksiat,
niscaya Allah akan menurunkan siksaan padamu juga, "kata nabi Syu'aib memperingatkan.

" Jika memang benar itu merupakan siksaan dari Tuhanmu, kami ingin merasakannya juga,
"kata mereka dengan congkaknya.

Karena semua nasehat tidak pernah mendapat tanggapan sendikitpun dari kaum Madyan
akhirnya nabi Syu'aib dan pengikutnya meninggalkan wilayah Madyan.

Setelah beberapa hari sepeninggal nabi Syu'aib beserta pengikutnya maka azab Allah
diturunkan. Azab itu berupa guntur. Hanya sekali sambar, maka kaum Madyan tidak ada lagi
yang tersisa. Itulah balasannya jika mendustakan nabi yang telah menunjukkan jalan
kebenaran.

Mengenai azab yang diturunkan Allah kepada kaum Madyan telah diabadikan dalam Al
Qur'an sural Huud ayat 94.

Nabi Syu'aib dan pengikutnya yang beriman terlepas dari bencana siksa Allah itu
karena sebelumnya sudah disuruh Allah mengungsi. Demikianlah kisah nabi Syu'aib yang
telah berjuang untuk menegakkan ajaran kebenaran.
Artinya:
Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu'aib dan orang-orang yang beriman
bersama-sama dengan dia dengan rahmat Kami, dan orang-orang itu zalim dibinasakah oleh
satu suara yang mengguntur. Lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya.
(Huud: 94)

Nabi Syu'aib dan pengikutnya yang beriman terlepas dari bencana siksa Allah itu karena
sebelumnya sudah disuruh Allah mengungsi. Demikianlah kisah nabi Syu'aib yang telah
berjuang untuk menegakkan ajaran kebenaran.

Anda mungkin juga menyukai