Anda di halaman 1dari 29

Assalamualaikum wr.

Wb
Alhamdulillahirabbil alamin washolatu wassalamu ala asyrofil anbiyai wal
mursalin wa ala alihi wasohbihi ajmain
Pada kesempatan kali ini kita akan membahas kisah nabi sulaiman yang
menakjubkan secara lengkap berikut dengan sanad riwayat yang
disampaikan oleh para ulama’.
‫ وهو سليمان بن داود بن إيشا بن عويد بن عابر ابن سلمون بن نخشون بن عمينا اداب بن‬: ‫قال الحافظ ابن عساكر‬

‫إرم بن حصرون بن فارص بن يهوذا بن الله يعقوب بن إسحاق بن إبراهيم أبي الربيع نبي الله بن نبي‬

Al-Hafizh Ibnu Asakir menyampaikan tentang silsilah nabi sulaiman


sebagai berikut, "ia adalah Sulaiman bin Dawud bin Aysya bin Uwaid bin
Abir bin Salmun bin Nakhsyun bin Umaina Adab bin Iram bin Hashrun bin
Farish bin Yahudza bin Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim, Abu Rabi', Nabi Allah
putra Nabi Allah."
Dari silsilah ini kita mengetahui bahwa Nabi Sulaiman as. Merupakan
keturunan Nabi Ibrahim yang ke-14, artinya Nabi Sulaiman merupakan
putra Nabi Dawud as. Setelah Nabi Dawud wafat, Nabi Sulaiman
menggantikan ayahnya, sebagaimana nabi-nabi yang lain.

Nabi sulaiman merupakan pewaris dari nabi dawud sebagaimana yang


telah difirmankan allah swt dalam surat an naml ayat 16 yang berbunyi :

ْ ‫ش ْي ٍء ۗ اِنَّ ٰه َذا َل ُه َو ا ْل َف‬


ُ‫ضل ُ ا ْل ُم ِب ْين‬ َ ِّ ‫الط ْي ِر َوا ُ ْو ِت ْي َنا مِنْ ُكل‬ ُ ‫س َل ْي ٰمنُ دَ ٗاودَ َو َقال َ ٰ ٓيا َ ُّي َها ال َّن‬
َّ ‫اس ُع ِّل ْم َنا َم ْنطِ َق‬ ُ ‫َو َو ِر َث‬

Allah berfirman, "Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud, dan dia (Sulaiman)
berkata, 'Wahai manusia! Kami telah diajari bahasa burung dan kami diberi
segala sesuatu. Sungguh, (semua) ini benar-benar karunia yang nyata'."
(An-Naml: 16).

Yang dimaksud dengan mewarisi dalam ayat tersebut adalah mewarisi


kenabian dan kekuasaan, bukan mewarisi harta benda.
disebutkan dalam kitab Shahih, melalui beberapa jalur, dari sejumlah
sahabat, Rasulullah bersabda,
‫ال نورث ما تركنا فهو صدقـة‬

"Kami (para nabi) tidak diwarisi, apa yang kami tinggalkan adalah
sedekah."
Riwayat lain menyebutkan,
‫نحن معاشر األنبياء ال نورث‬
"Kami para nabi, tidak diwarisi."
Rasulullah mengabarkan, bahwa harta benda para nabi tidak diwarisi
seperti halnya orang lain. Setelah meninggal, harta benda mereka adalah
sedekah untuk orang-orang fakir dan yang memerlukan bantuan, tidak
secara khusus diberikan kepada sanak kerabat, karena dunia bagi mereka
sangat hina dan tiada harganya, sama halnya, dunia itu hina bagi tuhan
yang mengutus, memilih, dan memberi mereka kelebihan.

Salah satu kelebihan yang dimiliki nabi sulaiman adalah kemampuan untuk
berkomunikasi dengan burung dan mampu menerjemahkannya kedalam
bahasa manusia, sebagimana nabi sulaiman berkata :
َ ِّ ‫الط ْي ِر َوا ُ ْو ِت ْي َنا مِنْ ُكل‬
‫ش ْي ٍء‬ ُ ‫ٰ ٓيا َ ُّي َها ال َّن‬
َّ ‫اس ُع ِّل ْم َنا َم ْنطِ َق‬

'Wahai manusia! Kami telah diajari bahasa burung dan kami diberi segala
sesuatu

'Suatu ketika Sulaiman bin Dawud melintasi seekor burung pipit jantan
terbang mengelilingi seekor burung pipit betina.
Sulaiman kemudian berkata kepada para sahabatnya, Tahukah kalian, apa
yang dikatakan burung itu?' Mereka balik bertanya, ‘Apa yang dia katakan,
wahai Nabi Allah?' Sulaiman berkata, ‘Dia meminangnya untuk ia nikahi
dan berkata, 'Menikahlah denganku, aku akan menempatkanmu di
kamar-kamar Damaskus mana pun yang kau suka!' Sulaiman berkata,
'Karena kamar-kamar Damaskus dibangun dengan batu-batu keras, tak
seorang pun bisa menempatinya. Tapi memang, Setiap peminang itu
pendusta!"
َّ ‫كل خاطب‬
‫كذاب‬
(HR. Ibnu Asakir dari Abu Qasim Zahir bin Thahir, dari Al-Baihaqi, dengan
matan yang sama).

Imam ibnu katsir berkata : Nabi Sulaiman juga menguasai bahasa


binatang-binatang lain dan berbagai jenis makhluk.
Dalilnya bisa dilihat pada ayat yang berbunyi :
‫وأوتينا من كل شيء‬
“Dan kami diberi segala sesuatu,”

Artinya nabi sulaiman diberi apa pun yang diperlukan seorang raja, seperti
pasukan, alat-alat perang, prajurit- prajurit dari golongan jin, manusia,
burung, binatang liar, setan, ilmu, pemahaman, bisa mengungkapkan isi
hati seluruh makhluk yang berbicara ataupun yang tidak.
Allah swt berfirman :

﴾۱۷ : ‫الط ْي ِر َف ُه ْم ُي ْو َز ُع ْونَ ﴿النمل‬ َّ ‫س َو‬ ِ ‫س َل ْي ٰمنَ ُج ُن ْود ُٗه مِنَ ا ْل ِجنِّ َوااْل ِ ْن‬ ُ ِ‫َو ُحشِ َر ل‬
‫َح ٰ ّت ٓى ا َِذٓا اَ َت ْوا َع ٰلى َوا ِد ال َّن ْم ِل ۙ َقا َل ْت َن ْم َل ٌة ٰ ّٓيا َ ُّي َها ال َّن ْمل ُ ادْ ُخلُ ْوا َم ٰس ِك َن ُك ْم ۚ اَل َي ْحطِ َم َّن ُك ْم‬
﴾۱۸ : ‫ش ُع ُر ْونَ ﴿النمل‬ ْ ‫س َل ْي ٰمنُ َو ُج ُن ْود ُٗه ۙ َو ُه ْم اَل َي‬ ُ
‫ش ُك َر ن ِْع َم َت َك ا َّلت ِْٓي اَ ْن َع ْم َت َع َل َّي َو َع ٰلى‬
ْ َ‫ضا ِح ًكا ِّمنْ َق ْولِ َها َو َقال َ َر ِّب اَ ْو ِز ْعن ِْٓي اَنْ ا‬ َ ‫س َم‬ َّ ‫َف َت َب‬
ّ ٰ ‫ضى ُه َواَدْ ِخ ْلن ِْي ِب َر ْح َم ِت َك ف ِْي عِ َبا ِد َك‬
َ‫الصلِ ِح ْين‬ ٰ ‫صال ًِحا َت ْر‬ َ َ ‫ي َواَنْ اَ ْع َمل‬ َّ َ‫َوالِد‬
﴾۱۹ : ‫﴿النمل‬

"Dan untuk Sulaiman dikumpulkan bala tentaranya dari jin, manusia dan
burung, lalu mereka berbaris dengan tertib. Hingga ketika mereka sampai
di lembah semut, berkatalah seekor semut, 'Wahai semut-semut! Masuklah
ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala
tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.
Maka dia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan
semut itu. Dan dia berdoa, 'Ya Rabbku, anugerahkanlah aku ilham untuk
tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku
dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang
Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan
hamba-hamba-Mu yang saleh"." (An-Naml: 17-19).

suatu ketika nabi sulaiman bin dawud bergerak bersama seluruh


pasukannya dari golongan jin, manusia, dan burung. Jin dan manusia
berjalan bersamanya. Sementara itu, burung-burung terbang menaungi
dengan sayap-sayapnya, agar Sulaiman dan seluruh pasukannya tidak
terkena terik sinar matahari dan lainnya. Masing-masing dari ketiga
pasukan ini ada komandan yang mengatur dari barisan paling depan
hingga belakang, tidak ada satu prajurit pun yang maju ataupun mundur
dari posisinya.
Seperti itulah gambaran kerajaan nabi sulaiman yang dikhabarkan oleh
allah swt.

Masih dalam kisah semut yang tertera dalam ayat tadi, syaikh Wahab
menuturkan, Sulaiman melintas di atas hamparan di lembah Thaif, dan
seekor semut tersebut namanya Jarsan.
Semut ini berasal dari kabilah semut bernama Bani Syaishoban.
Semut tersebut pincang dan besarnya seukuran seekor serigala.
nabi Sulaiman mengerti kata-kata yang disampaikan semut tersebut yang
diumumkan kepada seluruh populasinya, nabi Sulaiman mengerti
kebijakan dan perintah terpuji yang disampaikan semut tersebut.
Lalu Nabi Sulaiman tersenyum melihat hal itu sebagai wujud gembira dan
senang atas ilmu yang diberikan Allah kepadanya secara khusus, yang
mana kemamuan itu tidak diberikan pada orang lain.
Hal ini tentu berbeda dengan anggapan yang salah seperti yang dikatakan
sebagian orang-orang bodoh bahwa sebelumnya hewan-hewan berbicara
dengan orang sebelum nabi sulaiman, lalu mereka mengatakan bahwa nabi
Sulaiman bin Dawud mengambil perjanjian kepada seluruh hewan untuk
tidak lagi berbicara kepada manusia setelah itu.
Hal tersebut adalah omong kosong yang hanya dikatakan oleh mereka
yang tidak punya ilmu.
karena Andai benar seperti itu, tentu tidak ada keistimewaan apa pun bagi
nabi Sulaiman.
karena kemampuan tersebut juga dimiliki orang lain. Tentu ini pendapat
yang salah.

Sebab, Karena keistimewaan inlah Nabi Sulaiman berdoa, "Ya Rabbku,


anugerahkanlah aku petunjuk Untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang
telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan
agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku
dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh."

nabi Sulaiman memohon kepada Allah untuk menuntunnya selalu


bersyukur atas segala nikmat yang la karuniakan padanya, juga
keistimewaan yang hanya allah berikan padanya, ia memohon agar diberi
kemudahan menjalankan amal saleh, dan saat wafat nanti, ia memohon
agar dikumpulkan bersama hamba-hamba-Nya yang saleh.
Dan Allah telah mengabulkan doa Sulaiman ini.

Yang dimaksud kedua orang tua Sulaiman dalam doanya adalah Dawud
dan ibunya. Ibu Sulaiman termasuk seorang wanita ahli ibadah dan
salehah, seperti yang disampaikan Sunaid bin Dawud, dari Yusuf bin
Muhammad bin Munkadir, yang diriwayatkan dari ayahnya, dari Jabir, dari
Nabi saw, beliau bersabda:
"Ibunda Sulaiman bin Dawud berkata, 'Wahai anakku! Jangan banyak-
banyak tidur pada malam hari, karena banyak tidur pada malam hari
membuat seorang hamba fakir pada hari kiamat kelak'."

Masih dalam pembahsan kemampuan nabi sulaiman, imam Abdurrazzaq


meriwayatkan dari Ma'mar, dari Az-Zuhri, suatu ketika Sulaiman bin Dawud
pergi bersama para sahabatnya untuk meminta hujan, lalu Sulaiman
melihat seekor semut berdiri dengan mengangkat salah satu kakinya
seraya meminta hujan, Sulaiman lalu berkata kepada para sahabatnya,
"Pulanglah kalian, karena kalian sudah diberi hujan. Semut itu meminta
hujan, dan doa semut itu sudah dikabulkan."
Imam As-Suddi mengatakan, "terjadi Kekeringan melanda manusia pada
masa Sulaiman, Sulaiman kemudian memerintahkan semua orang untuk
keluar (meminta hujan). Tanpa diduga ada seekor semut yang tengah
berdiri di atas dua kaki menengadahkan kedua tangannya sambil
mengucapkan :
‫اللهم إنا َخلق من خلقك وال غناء بنا عن فضلك‬
Ya Allah! Hamba ini adalah salah satu makhluk-Mu yang amat memerlukan
karunia-Mu.' Mereka kemudian diberi hujan deras oleh Allah."

AWAL MULA HUBUNGAN NABI SULAIMAN DENGAN BILQIS

Allah berfirman, “Dan dia sulaiman memeriksa burung-burung lalu berkata,


'Mengapa aku tidak melihat Hudhud, apakah ia termasuk yang tidak hadir?
Pasti akan ku hukum ia dengan hukuman yang berat atau kusembelih ia,
kecuali jika ia datang kepadaku dengan alasan yang jelas.
Maka tidak lama kemudian (datanglah Hudhud), lalu ia berkata, 'Aku telah
mengetahui sesuatu yang belum engkau ketahui.
Aku datang kepadamu dari negeri Saba' membawa suatu berita yang
meyakinkan. Sungguh, kudapati ada seorang perempuan yang memerintah
mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta memiliki singgasana
yang besar.
Aku dapati dia dan kaumnya menyembah matahari, bukan kepada Allah;
dan setan telah menghiasi mereka dengan perbuatan-perbuatan (buruk)
mereka, sehingga menghalangi mereka dari jalan (Allah), maka mereka
tidak mendapat petunjuk, mereka (juga) tidak menyembah Allah yang
mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang
mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan yang kamu nyatakan. Allah,
tidak ada tuhan melainkan Dia, Rabb yang mempunyai 'Arsy yang agung.'
Dia (Sulaiman) berkata, 'Akan kami lihat, apakah kamu benar, atau
termasuk yang berdusta.
Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka,
kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka
bicarakan.'
Dia (Balqis) berkata, 'Wahai para pembesar! Sesungguhnya, telah
disampaikan kepadaku sebuah surat yang mulia.' Sesungguhnya, (surat)
itu dari Sulaiman yang isinya, 'Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih,
Maha Penyayang, janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan
datanglah kepadaku sebagai orang- orang yang berserah diri.'
Dia (Balqis) berkata, 'Wahai para pembesar! Berilah aku pertimbangan
dalam perkaraku (ini). Aku tidak pernah memutuskan suatu perkara
sebelum kamu hadir dalam majelis(ku).' Mereka menjawab, "Kita memiliki
kekuatan dan keberanian yang luar biasa (untuk berperang), tetapi
keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan
engkau perintahkan.' Dia (Balqis) berkata, 'Sesungguhnya, raja-raja apabila
menaklukkan suatu negeri, mereka tentu membinasakannya, dan
menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian yang akan
mereka perbuat. Dan sungguh, aku akan mengirim utusan kepada mereka
dengan (membawa) hadiah, dan (aku) akan menunggu apa yang akan
dibawa kembali oleh para utusan itu.'
Maka ketika para (utusan itu) sampai kepada Sulaiman, dia (Sulaiman)
berkata, 'Apakah kamu akan memberi harta kepadaku?
Apa yang Allah berikan kepadaku lebih baik daripada apa yang Allah
berikan kepadamu;
tetapi kamu merasa bangga dengan HADIAHMU. Kembalilah kepada
mereka! Sungguh, Kami pasti akan mendatangi mereka dengan bala tentara
yang mereka tidak mampu melawannya, dan akan kami usir mereka dari
negeri itu (yakni Saba') secara terhina dan mereka akan menjadi (tawanan)
yang hina dina"."
(An-Naml: 20-37).
Allah menuturkan kisah Sulaiman dengan burung Hudhud.
Saat itu Sekelompok pasukan burung, secara bergiliran maju ke depan
untuk menjalankan perintah yang diinstruksikan, sama seperti prajurit-
prajurit para raja pada umumnya. Tugas Hudhud menurut riwayat dari Ibnu
Abbas dan lainnya adalah untuk mencari tempat keberadaan air. Ketika
Sulaiman dan para pasukannya tidak menemukan air di tengah padang
pasir dalam perjalanan, Hudhud biasanya datang lalu mencarikan tempat
keberadaan air. Hudhud diberi Allah kemampuan untuk mendeteksi
keberadaan air di dalam tanah. Ketika Hudhud menunjukkan keberadaan
air di suatu tanah, pasukan Sulaiman menggali titik tersebut, lalu
mengeluarkan air, selanjutnya mereka gunakan untuk keperluan yang
dibutuhkan.
Namun, suatu ketika, Sulaiman mencari-cari Hudhud, ia tidak ada di tempat
tugasnya "Lalu berkata, 'Mengapa aku tidak melihat Hudhud, apakah ia
termasuk yang tidak hadir?" kenapa ia tidak ada di sini, ataukah ia
menghilang dari pandanganku sehingga aku tidak melihatnya. "Pasti akan
kuhukum ia dengan hukuman yang berat,"
Sulaiman mengancamkan suatu siksaan padanya. Atau kusembelih ia,
kecuali jika ia datang kepadaku dengan alasan yang jelas," yaitu alasan
yang bisa menyelamatkannya dari kelalaian ini."

"Maka tidak lama kemudian (datanglah Hudhud) dan berkata kepada


Sulaiman, “Aku telah mengetahui sesuatu yang belum engkau ketahui,"
aku melihat sesuatu yang belum engkau lihat, "Aku datang kepadamu dari
negeri Saba' membawa suatu berita yang meyakinkan," yaitu berita yang
benar, "Sungguh, kudapati ada seorang perempuan yang memerintah
mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta memiliki singgasana
yang besar,”
Hudhud menyampaikan berita tentang sebuah kerajaan besar Saba` yang
ada di Yaman. Kerajaan Saba' pada masa itu beralih ke tangan seorang
putri raja yang ia angkat sebagai penggantinya, karena ia tidak memiliki
keturunan lain selain putri semata wayangnya itu. Mereka kemudian
mengangkatnya sebagai ratu.

Imam Ats-Tsa'labi dan lainnya menyebutkan, bahwa setelah ayah ratu ini
meninggal, kaumnya mengangkat seorang raja lelaki sebagai raja, namun
kerusakan melanda di mana-mana. Putri raja itu kemudian datang
menghampiri lelaki tersebut dan meminangnya, setelah itu keduanya
menikah. Saat si putri raja itu masuk, ia menyuguhkan arak pada suaminya
itu, lalu ia penggal lehernya dan ia pasang tepat di depan pintu rumahnya.
Orang-orang kemudian datang menghampirinya dan mengangkatnya
sebagai ratu mereka.
Ia adalah Balqis binti Sairah, nama aslinya adalah Hadhad. Pendapat lain
menyebutkan namanya adalah Syarahil bin Dzul Jadan bin Sairah bin
Harits bin Qais bin Shaifi bin Saba' bin Yasyjab bin Ya'rib bin Qahthan.
Ayah Balqis adalah salah satu raja besar yang enggan menikahi wanita
Yaman. Menurut salah satu sumber, ia menikahi seorang wanita dari
bangsa jin bernama Raihanah binti Sakan, lalu melahirkan anak perempuan
namanya Talqamah, atau yang disebut sebagai Balqis.
Ats-Tsa❜labi meriwayatkan dari jalur Sa'id bin Basyir dari Qatadah, dari
Nadhr bin Anas, dari Basyir bin Nahik, dari Abu Hurairah, dari Nabi beliau
bersabda, "Salah satu di antara kedua orang tua Balqis berasal dari bangsa
jin." Hadits ini gharib dan sanadnya dhaif.
Kata-kata Sulaiman, “Dan kami diberi segala sesuatu,” yaitu segala
sesuatu yang biasa diberikan pada para raja. “Serta memiliki singgasana
yang besar," yaitu singgasana kerajaan Balqis dihiasi berbagai jenis batu-
batu berharga, mutiara, emas dan hiasan mewah.
Setelah mendengar laporan dari burung Hudhud, Sulaiman mengirim surat
berisi seruan untuk taat kepada Allah, taat kepada rasul-Nya, kembali
kepada-Nya, tunduk untuk bergabung dalam kekuasaan rasul- Nya. Karena
itu Sulaiman berkata kepada mereka, "janganlah engkau berlaku sombong
terhadapku,” yaitu jangan bersikap sombong untuk taat padaku dan
mengerjakan perintah-perintahku, “Dan datanglah kepadaku sebagai
orang-orang yang berserah diri," yaitu datanglah kepadaku dalam keadaan
bersedia mendengar dan taat, tanpa permusuhan ataupun rayuan.
Sejumlah mufassir dan lainnya menyebutkan, Hudhud membawa surat
tersebut lalu datang ke istana Balqis dan menjatuhkan surat tersebut
kepadanya saat ia berada seorang diri. Hudhud berdiri di salah satu sudut
ruangan untuk menantikan balasan bilqis dari surat tersebut.
Balqis kemudian mengumpulkan para Amir, menteri, dan pembesar
kerajaan untuk bermusyawarah. "Dia berkata, 'Wahai para pembesar!
Sesungguhnya, telah disampaikan kepadaku sebuah surat yang mulia." la
bacakan bagian awal suratnya terlebih dahulu, disitu tertulis
‫إنه من سليمان‬
"Sesungguhnya, (surat) itu dari Sulaiman,"
lalu ia baca isinya :
"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, janganlah
engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai
orang-orang yang berserah diri,"
Setelah membacanya, balqis kemudian memusyawarahkan masalah ini. Ia
secara santun berbicara kepada mereka, sementara para pembesar
kerajaan khidmat mendengarkan.
"Dia (Balqis) berkata, "Wahai para pembesar! Berilah aku pertimbangan
dalam urusanku (ini). Aku tidak pernah memutuskan suatu perkara
sebelum kamu hadir dalam majelis(ku),"
"Mereka menjawab, 'Kita memiliki kekuatan dan keberanian yang luar
biasa (untuk berperang)," yang mampu melawan pasukan musuh.
Jika engkau menginginkan kami berperang, kami mampu menjalankannya.
Meski demikian, "Keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah
apa yang akan engkau perintahkan," mereka bersedia mendengar dan taat,
mereka menyampaikan bahwa mereka memiliki kemampuan, dan mereka
serahkan masalah tersebut kepadanya agar ia mempertimbangkan mana
putusan yang tepat baginya, dan juga bagi mereka.
Pandangan Balqis lebih tepat dan lebih sempurna dari pandangan mereka,
ia tahu bahwa si pengirim surat tersebut adalah raja yang tak terkalahkan,
tidak bisa dihalangi, tidak bisa ditentang ataupun ditipu. "Dia (Balqis)
berkata, 'Sesungguhnya, raja-raja apabila menaklukkan suatu negeri,
mereka tentu membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia
jadi hina; dan demikian yang akan mereka perbuat." Dengan pandangannya
yang lurus, Balqis mengatakan, "Sungguh, andai raja ini mengalahkan
kerajaanku, yang dia inginkan hanyalah aku, perlakuan dan serangan keras
hanya akan ditujukan padaku saja.
Balqis berkata "Dan sungguh, aku akan mengirim utusan kepada mereka
dengan (membawa) hadiah, dan (aku) akan menunggu apa yang akan
dibawa kembali oleh para utusan itu," Balqis bermaksud untuk memberikan
hadiah yang ia kirimkan, ia tidak tahu bahwa Sulaiman tidak mau menerima
apa pun dari mereka, karena mereka kafir, dan pasukan yang
dimiliki Sulaiman mampu mengalahkan mereka.
Karena itu "Maka ketika para (utusan itu) sampai kepada Sulaiman, dia
(Sulaiman) berkata, ‘Apakah kamu akan memberi harta kepadaku? Apa
yang Allah berikan kepadaku lebih baik daripada apa yang Allah berikan
kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu."
Wajar nabi sulaiman berkata demikian. Karena beliau sama sekali tidak
butuh terhadap harta duniawi. Melainkan Yang beliau inginkan hanyalah
mengajak balqis dan kaumnya untuk beriman kepada allah swt.
Setelah itu, Sulaiman berkata kepada utusan Balqis yang datang,
sementara orang-orang ada di sekitarnya dan mendengar kata-katanya,
"Kembalilah kepada mereka! Sungguh, Kami pasti akan mendatangi
mereka dengan bala tentara yang mereka tidak mampu melawannya, dan
akan kami usir mereka dari negeri itu (yakni Saba') secara terhina dan
mereka akan menjadi (tawanan) yang hina dina."

Saat mereka mendengar kata-kata Nabi Allah itu, mereka tidak bisa berbuat
apa pun selain mendengar dan patuh. Mereka segera memenuhi seruan
Sulaiman, hingga seluruh orang kerajaan mau mendengar, taat, dan
tunduk. Saat Sulaiman mendengar kedatangan mereka kepadanya, ia
berkata kepada golongan jin yang ditunjukkan untuknya
'Wahai para pembesar! Siapakah di antara kamu yang sanggup membawa
singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku menyerahkan
diri?'
"Ifrit dari golongan jin berkata, 'Akulah yang akan membawanya kepadamu
sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu." maksudnya sebelum
majelis sidang nabi sulaiman berakhir.
Menurut salah satu sumber, majelis sidang Nabi Sulaiman berlangsung dari
pagi hari hingga mendekati pertengahan siang. Selama itu, Sulaiman
mengatur segala urusan Bani Israil.
Lalu Seseorang yang mempunyai ilmu dari Kitab berkata
"Dan sungguh, aku kuat melakukannya dan dapat dipercaya," untuk
mendatangkan singgasana itu padamu, lengkap dengan seluruh batu-batu
berharga yang melekat.
"Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu
berkedip," ada yang menyatakan, makna kata-kata ini adalah sebelum
engkau mengirim utusan ke tempat sejauh matamu memandang, setelah itu
kembali lagi. Pendapat lain menyebutkan, sebelum orang paling jauh
sejauh matamu memandang sampai di hadapanmu. Pendapat lain
menyebutkan, sebelum tatapan matamu ke arah sejauh matamu
memandang kembali lalu kau pejamkan mata. Pendapat ini lebih tepat di
antara pendapat-pendapat lainnya.
menurut pendapat yang masyhur, laki-laki itu bernama Ashif bin Barkhaya,
saudara sepupu Sulaiman. Menurut pendapat lain, dia adalah salah
seorang jin mukmin yang konon menghafal nama Allah yang paling agung.

"Maka ketika dia (Sulaiman) melihat singgasana itu terletak di


hadapannya," yaitu saat Sulaiman melihat singgasana Balqis berada di
hadapannya dalam rentang waktu yang amat singkat, dari negeri Yaman ke
Baitul Maqdis dalam sekejap mata, "Dia pun berkata,
ini adalah karunia yang Allah berikan kepadaku, karunia yang ia berikan
kepada para hamba-Nya sebagai ujian, apakah mereka bersyukur ataukah
sebaliknya.
"Barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk
(kebaikan) dirinya sendiri,” yakni manfaatnya akan ia rasakan sendiri, "Dan
barang siapa ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Mahakaya, Mahamulia,"
tidak memerlukan rasa syukur hamba-hamba yang bersyukur, juga tidak
dirugikan oleh kekafiran orang-orang kafir.

Kemudian Sulaiman memerintahkan untuk mengubah hiasan singgasana


tersebut, untuk menguji pemahaman dan akal Balqis. Karena itu Sulaiman
berkata, "Kita akan melihat apakah dia (Balqis) masih mengenali
singgasananya?
Maka ketika (Balqis) datang, ditanyakanlah (kepadanya),
seperti Inikah singgasanamu? Dia (Balqis) menjawab,
Seakan-akan itulah dia,"
dari sini kecerdasan dan pemahaman Balqis teruji, ia tidak menganggap
mustahil singgasana tersebut adalah miliknya, karena singgasananya ia
tinggal di Yaman, dan ia pun tidak mengetahui siapa pun yang bisa
melakukan tindakan aneh dan luar biasa ini.

Lalu Sulaiman melarang Balqis menyembah matahari yang ia lakukan


bersama kaumnya, karena mengikuti agama nenek moyang dan para
pendahulu sebelumnya tanpa landasan dalil yang menuntun mereka untuk
melakukan peribadatan itu.

Selanjutnya kita akan membahas tentang Istana Kaca Nabi Sulaiman

Sebelumnya, diceritakan bahwa nabi Sulaiman memerintahkan untuk


membangun istana kaca dan jalanannya diberi air yang ditutupi kaca, lalu
di air tersebut diberi ikan dan hewan-hewan air lainnya, kemudian Balqis
diperintahkan untuk masuk istana sementara Sulaiman duduk di atas
singgasana kerajaannya. "Maka keti dia (Balqis) melihat (lantai istana) itu,
dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya (penutup) kedua
betisnya. Dia (Sulaiman) berkata, "Sesungguhnya, ini hanyalah lantai Istana
yang dilapisi kaca.' Dia (Balqis) berkata, "Ya tuhanku, sungguh, aku telah
berbuat zalim terhadap diriku. Aku berserah diri bersama Sulaiman kepada
Allah, tuhan seluruh alam."

Ada yang menyatakan, jin bermaksud memperburuk penampilan Balqis di


mata Sulaiman, dan agar Balqis menyingkap betisnya yang penuh bulu
sehingga Sulaiman tidak menyukainya. Para jin khawatir jika Sulaiman
menikahinya, ia akan menguasai Sulaiman dan juga mereka, karena ibunya
adalah seorang jin. Sebagian lainnya menyebutkan bahwa kuku-kuku kaki
Balqis seperti kuku-kuku hewan. namun Pendapat ini lemah

Menurut salah satu pendapat, saat Sulaiman bertekad menikahi Balqis, ia


bertekad untuk menghilangkan bulu-bulu di kaki Balqis. Ia bertanya pada
manusia bagaimana cara menghilangkan bulu-bulu di kaki Balqis itu,
mereka menyebut, dengan pisau. Namun, Balqis menolak. Setelah itu
Sulaiman bertanya kepada golongan jin, mereka kemudian membuatkan
kolam pemandian untuk Sulaiman.
Sulaiman adalah orang pertama yang memasuki kolam pemandian. Namun,
saat mulai memasukinya ia merasakan sakit kepanasan.

Ats-Tsa'labi dan lainnya menyebutkan, setelah menikahi Balqis, Sulaiman


tetap mengakuinya sebagai Ratu Yaman dan memulangkannya ke negeri
tersebut. Sulaiman mengunjunginya sekali dalam sebulan, lalu singgah di
sana selama tiga hari, setelah itu kembali lagi. Sulaiman memerintahkan
para jin untuk membangunkan tiga istana di Yaman; Ghimdan, Salihin, dan
Baitun untuknya.

Peristiwa di Suatu Sore yang mengungkap nabi


sulaiman dalam memegang teguh hukum fiqih

Allah berfirman dalam surah Shâd ayat 30-40


Allah menyebutkan, la memberi Dawud seorang anak bernama Sulaiman,
Allah selanjutnya memujinya dengan berfirman, "Dia adalah sebaik-baik
hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah)," yaitu sangat kembali ke
jalan-Nya dan taat kepada-Nya. Selanjutnya Allah menyebutkan kisah
Sulaiman bersama kuda-kuda shafinat, yaitu kuda yang berdiri di atas tiga
kaki sementara satu kakinya di angkat ke atas, dan jiyád, yaitu kuda-kuda
yang kurus dan cepat larinya.
"Sesungguhnya, aku menyukai segala yang baik (kuda), yang membuat aku
ingat akan (kebesaran) Rabbku, sampai matahari terbenam," yaitu hingga
matahari terbenam. Ada dua pendapat terkait kuda-kuda ini, seperti yang
akan kami sebutkan selanjutnya. "Bawalah semua kuda itu kembali
kepadaku.' Lalu dia mengusap-usap kaki dan leher kuda itu." Ada yang
menyatakan, Sulaiman mengusap kaki dan leher kuda- kuda tersebut
dengan pedang. Pendapat lain menyebutkan, Sulaiman mengusap keringat
kuda-kuda tersebut setelah digunakan dalam perlombaan.

Pendapat yang dianut mayoritas ulama’ salaf adalah pendapat pertama.


Mereka menyebutkan, Sulaiman disibukkan oleh pertunjukan kuda-kuda ini
hingga waktu Ashar habis dan matahari terbenam. Ini diriwayatkan dari Ali
bin Abi Thalib dan lainnya. Dipastikan, Sulaiman tidak meninggalkan shalat
dengan sengaja tanpa uzur, kecuali jika memang aturan syariat mereka
membolehkan shalat ditunda untuk keperluan jihad, yang mana
pertunjukan kuda termasuk di antara salah satunya.'
Sekelompok ulama menyatakan, Nabi mengakhirkan shalat Ashar saat
perang Khandaq. Ini disyariatkan pada waktu itu, hingga di-nasakh oleh
shalat khauf. Demikian dinyatakan Asy-Sya'bi dan lainnya. Makhul dan
Auza'i menyatakan, (bukan mansukh) tapi ini adalah hukum muhkam yang
tetap berlaku sampai saat ini. Shalat boleh ditunda karena adanya uzur
peperangan yang sengit, seperti yang telah kami jelaskan dalam surah
An-Nisa saat membahas shalat khauf. Yang lain berpendapat, Nabi
mengakhirkan shalat Ashar saat perang Khandaq karena lupa. Berdasarkan
pendapat ini, maka tindakan Sulaiman di atas juga harus diartikan karena
lupa. Wallahu a'lam.

Kisah nabi sulaiman yang diuji allah dengan memberinya sakit


Allah berfirman, "Dan sungguh, Kami telah menguji Sulaiman dan Kami
jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena
sakit), kemudian dia bertobat."

Beberapa ulama’ salaf mengisahkan bahwa ; nabi Sulaiman tidak terlihat di


singgasana kekuasaannya selama 40 hari, lalu setelah itu ia kembali lagi.
Saat kembali, ia memerintahkan untuk mendirikan Baitul Maqdis. Ia
kemudian mendirikan Baitul Maqdis secara permanen dan kuat. Seperti
yang telah disebutkan, Sulaiman hanya merenovasi Baitul Maqdis, karena
yang pertama kali menjadikan bangunan tersebut sebagai Masjid adalah
Israil.
Sebagaimana sahabat Abu Dzar berkata pada rasulullah saw, "Aku
bertanya, "Wahai Rasulullah, apa masjid yang pertama kali dibangun?'
Beliau menjawab, 'Masjidil Haram.' Aku bertanya lagi, 'Lalu masjid apa?"
Beliau menjawab, 'Masjid Baitul Maqdis.' Aku bertanya, 'Berapa rentang
waktu di antara keduanya?" Beliau menjawab, '40 tahun."

Seperti diketahui, rentang waktu antara Ibrahim yang membangun Masjidil


Haram dengan Sulaiman bin Dawud lebih dari seribu tahun, karena itu
riwayat yang menyebut hanya terpaut rentang waktu 40 tahun, tinggalkan
saja pendapat ini. Sulaiman meminta diberi kerajaan yang tidak patut
dimiliki oleh siapa pun sepeninggalnya. Permintaan ini la ajukan setelah
menyelesaikan pembangunan Baitul Maqdis?
Imam Ahmad, An-Nasa i, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan
Hakim meriwayatkan dengan sanad masing-masing dari Abdullah bin
Fairuz Ad-Dailami, dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash, ia berkata,
"Rasulullah bersabda, 'Seusai membangun Baitul Maqdis, Sulaiman
meminta tiga hal kepada Rabb 'Azza wa Jalla, Allah mengabulkan dua di
antaranya, dan kami meminta semoga yang ketiga itu milik kami. Ia
memohon putusan yang sesuai dengan putusan-Nya, Allah mengabulkan
permintaan ini. Ia memohon kerajaan yang tidak patut dimiliki siapa pun
setelahnya, Allah mengabulkan permintaan ini. Ia meminta pada-Nya, siapa
pun orang yang keluar dari rumah hanya untuk shalat di Masjid ini, ia
terlepas dari kesalahannya seperti pada saat dilahirkan ibunya. (namun
permintaan ini tidak dikabulkan). Kami berharap, semoga Allah
memberikan (permintaan ketiga ini) pada kita
Terkait putusan yang sesuai dengan putusan Allah, Allah memuji Sulaiman
dan juga ayahnya dalam firman-Nya, "Dan (ingatlah kisah) Dawud dan
Sulaiman, ketika keduanya memberikan keputusan mengenai ladang,
karena (ladang itu) dirusak oleh kambing-kambing milik kaumnya. Dan
Kami menyaksikan keputusan (yang diberikan) oleh mereka itu. Dan Kami
memberikan pengertian kepada Sulaiman (tentang hukum yang lebih
tepat); dan kepada masing-masing Kami berikan hikmah dan ilmu." (Al-
Anbiyâ: 78-79).

Syuraih Al-Qadhi's dan sejumlah salaf lain menyebutkan, kaum tersebut


memiliki pohon anggur, lalu kambing-kambing milik kaum lain merusaknya,
maksudnya mereka menggembala kambing pada malam hari, lalu
kambing-kambing itu memakan pohon anggur hingga ludes. Mereka
kemudian mengajukan permasalahan ini kepada Dawud. Dawud kemudian
memutuskan kaum pemilik pohon-pohon anggur tersebut mendapat ganti
rugi.

Setelah itu mereka menemui Sulaiman. Sulaiman bertanya, 'Apa putusan


yang diberikan Nabi Allah pada kalian? Mereka menjawab,
Ini dan itu.' Sulaiman berkata, 'Jika aku yang memutuskan, tentu. serahkan
kambing-kambing itu kepada pemilik pohon kurma, lalu mereka manfaatkan
hasil kambing-kambing itu, hingga para pemilik kambing membetulkan
pohon-pohon anggur, setelah itu kambing- kambing diserahkan kembali
kepada para pemiliknya.' Putusan tersebut sampai juga di telinga Dawud,
lalu Dawud memutuskan seperti putusan Sulaiman.

Riwayat senada juga disebutkan dalam kitab Shahihain dari Abu Zinad, dari
Al-A'raj, dari Abu Hurairah, ia berkata, "Rasulullah # bersabda, 'Suatu
ketika ada dua wanita membawa anak masing-masing. Tanpa diduga ada
serigala menyerang lalu mengambil anak salah satu dari keduanya, lalu ia
merebut anak milik wanita yang satunya. Yang lebih tua berkata, Yang
dibawa (serigala) itu anakmu.' Wanita yang lebih muda berkata, '(Bukan
anakku yang dibawa), tapi anakmu.' Keduanya kemudian mengajukan
perkara ini ke hadapan Dawud, lalu Dawud menyerahkan anak tersebut
untuk wanita yang lebih tua. Keduanya kemudian pergi lalu menemui
Sulaiman. Sulaiman berkata, 'Ambilkan pisau, aku akan membelah anak ini
menjadi dua, masing- masing dari kalian berdua mendapat sebelah.' Wanita
yang lebih muda berkata, "Semoga Allah merahmatimu, Dia anaknya.'
Akhirnya Sulaiman memutuskan menyerahkan anak tersebut pada wanita
yang lebih muda'.

Sepertinya kedua putusan ini berlaku dalam syariat mereka, namun


putusan yang disampaikan Sulaiman lebih kuat. Karena itulah Allah
memujinya atas ilham yang la berikan padanya, lalu setelah itu Allah
memuji ayahnya (yakni nabi Dawud). Allah berfirman, "Dan Kami
memberikan pengertian kepada Sulaiman (tentang hukum yang lebih
tepat); dan kepada masing-masing Kami berikan hikmah dan ilmu, dan
Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih
bersama Dawud. Dan Kamilah yang melakukannya. Dan Kami ajarkan
(pula) kepada Dawud cara membuat baju besi untukmu, guna melindungi
kamu dalam peperangan. Apakah kamu bersyukur (kepada Allah)?
(Al-Anbiya': 79- 80).
Selanjutnya Allah berfirman, "Dan (Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin
yang sangat kencang," yaitu Kami tundukkan untuk Sulaiman angin
kencang, "Tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang
Kami beri berkah padanya. Dan Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.
Dan (Kami tundukkan pula kepada Sulaiman) segolongan setan-setan yang
menyelam (ke dalam laut) untuknya dan mereka mengerjakan pekerjaan
selain itu; dan Kami yang memelihara mereka itu." (Al-Anbiya: 80-82).

Dalam surah Shad, Allah berfirman, "Kemudian Kami tundukkan kepadanya


angin yang berhembus dengan baik menurut perintahnya ke mana saja
yang dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) setan-setan,
semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan (setan) yang lain yang terikat
dalam belenggu. Inilah anugerah Kami; maka berikanlah (kepada orang
lain) atau tahanlah (untuk dirimu sendiri) tanpa perhitungan. Dan sungguh,
dia mempunyai kedudukan yang dekat pada sisi Kami dan tempat kembali
yang baik." (Shad: 36-40).

Angin, Kendaraan Nabi Sulaiman

Karena Sulaiman tidak menggunakan kuda-kuda demi mencari ridha Allah,


Allah menggantinya dengan angin yang jalannya lebih cepat, lebih kuat,
lebih besar, dan tidak perlu menguras tenaga dalam penggunaannya.
"Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan
baik menurut perintahnya ke mana saja yang dikehendakinya," ke negeri
manapun yang ia inginkan. Sulaiman memiliki hamparan yang terbuat dari
papan, memuat apa pun yang diperlukan, mulai dari rumah, istana, tenda,
perabotan, kuda, unta, alat-alat berat, pasukan dari golongan manusia dan
jin, juga hewan, dan burung.

Saat hendak bepergian, jalan-jalan, atau memerangi raja maupun musuh di


negeri mana pun yang dikehendaki Allah, Sulaiman membawa semua itu di
atas hamparan papan lebar, lalu memerintahkan angin untuk membawanya
terbang, angin kemudian menyelinap ke bawah papan dan mengangkatnya.
Setelah berada di angkasa, Sulaiman memerintahkan angin untuk terbang
membawanya dengan cepat, lalu meletakkannya di tempat mana pun
seperti yang ia kehendaki, di mana ketika Sulaiman pergi pada pagi hari
dari Baitul Maqdis, angin membawanya terbang hingga ke Istakhar," yang
jika ditempuh dengan perjalanan darat akan memakan waktu sebulan.
Sulaiman berada di sana hingga sore hari, lalu pada sore hari ia pulang
menuju Baitul Maqdis.

Seperti disebutkan dalam firman Allah, "Dan Kami (tundukkan) angin bagi
Sulaiman, yang perjalanannya pada waktu pagi sama dengan perjalanan
sebulan dan perjalanannya pada waktu sore sama dengan perjalanan
sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebagian dari
jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin
Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah
Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala.
Mereka (para jin itu) bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan apa yang
dikehendakinya di antaranya (membuat) gedung-gedung yang tinggi,
patung-patung, piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan
periuk-periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah wahai keluarga
Dawud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari
hamba-hamba-Ku yang bersyukur." (Saba: 12-13)

Hasan Al-Bashri mengatakan, "Sulaiman pergi pada pagi hari dari


Damaskus lalu turun di Istakhar, lalu sarapan di sana, setelah itu pada sore
harinya pergi dari sana menuju Kabul." Jarak antara Damaskus dan
Istakhar adalah sejauh perjalanan satu bulan, dan jarak antara Istakhar dan
Kabul sejauh perjalanan satu bulan."

(Ibnu Katsir) mengatakan, "Ahli arsitektur sejarah menyebutkan bahwa


Istakhar dibangun oleh jin untuk Sulaiman, dan di sanalah letak kerajaan
Turki kuno. Seperti itu juga dengan negeri-negeri lain, seperti Tadammur,"
Baitul Maqdis, Bab Jairun, dan Bab Barid di Damaskus, menurut salah satu
pendapat."
Bangsa Jin Juga Ditundukkan untuk Nabi Sulaiman

Allah swt berFirman, "Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di
hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa
yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan
kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala," yaitu Allah tundukkan
untuk Sulaiman sekelompok jín pekerja yang bekerja tanpa lelah seperti
yang ia kehendaki, mereka tidak menyimpang dari ketaatan, siapa di antara
mereka menyimpang dari perintahnya, ia pasti disiksa dan dihukum.
"Mereka (para jin itu) bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan apa yang
dikehendakinya di antaranya (membuat) gedung-gedung yang tinggi," yaitu
tempat-tempat yang baik dan bagian-bagian depan majelis,
"Patung-patung," yaitu gambar-gambar di dinding. Ini dibolehkan dalam
syariat dan agama mereka, "Piring-piring yang (besarnya) seperti kolam,"
Ibnu Abbas mengatakan, "Satu piringnya seperti kolam di tanah."
Berdasarkan riwayat ini, maka jawab adalah bentuk jamak jabiyah, yaitu
telaga tempat menyimpan air.

Allah berfirman, "Dan (Kami tundukkan pula kepadanya) setan- setan,


semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan (setan) yang lain yang terikat
dalam belenggu," yaitu di antara mereka ada yang ditundukkan Sulaiman
sebagai ahli bangunan, sebagian lainnya ia perintahkan menyelam untuk
mengeluarkan batu-batu berharga dan mutiara yang tidak didapatkan di
tempat lain selain dari sana. Firman-Nya, "Dan
(setan) yang lain yang terikat dalam belenggu," yaitu mereka pernah
membangkang, akhirnya mereka dibelenggu dua-dua. Ini semua adalah
bagian dari pelengkap kekuasaan yang Allah tundukkan untuk Sulaiman,
yang tidak patut dimiliki seorang pun setelahnya, juga tidak dimiliki
siapapun sebelumnya.

Imam Bukhari menuturkan, "Muhammad bin Basyar bercerita kepada kami,


Muhammad bin Ja'far bercerita kepada kami, Syu'bah bercerita kepada
kami, dari Muhammad bin Ziyad, dari Abu Hurairah, dari Nabi beliau
bersabda, "Sungguh, Ifrit dari golongan jin, mendatangiku tadi malam
untuk memutuskan shalatku, lalu Allah memberiku kuasa terhadapnya. Aku
menangkapnya, lalu aku bermaksud untuk mengikatnya di salah satu tiang
masjid agar kalian semua bisa melihatnya, tapi aku teringat doa saudaraku,
Sulaiman, 'Ya Rabbku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku
kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun setelahku. Aku kemudian
menghalaunya dalam keadaan terusir."

Muslim menuturkan, "Muhammad bin Salamah Al-Muradi bercerita kepada


kami, Abdullah bin Wahab bercerita kepada kami, dari Mu'awiyah bin
Shalih, Rabi'ah bin Yazid bercerita kepadaku, dari Abu Idris Al-Khaulani,
dari Abu Darda, ia berkata, 'Rasulullah shalat, lalu kami mendengar beliau
mengucapkan, 'Aku berlindung kepada Allah darimu, aku melaknatmu
dengan laknat Allah,' sebanyak tiga kali. Beliau mengulurkan tangan
seakan-akan meraih sesuatu. Seusai shalat, kami berkata, "Wahai
Rasulullah, kami mendengar engkau mengatakan sesuatu saat shalat yang
belum pernah kami dengar sebelumnya, dan kami melihatmu mengulurkan
tangan.'
Beliau menjelaskan, 'Sungguh, musuh Allah, Iblis, datang membawa
kobaran api untuk ia lekatkan di wajahku, lalu aku mengucapkan, 'Aku
berlindung kepada Allah darimu,' sebanyak tiga kali, lalu aku katakan, Aku
melaknatmu dengan laknat Allah yang sempurna,' namun sebanyak
tiga kali itu pula ia tidak juga mundur, lalu aku bermaksud meraihnya. Demi
Allah, andai saja bukan karena doa saudara kami, Sulaiman, tentu ia (Ifrit)
terikat, dan dijadikan mainan anak-anak penduduk Madinah'."

Ahmad menuturkan, "Abu Ahmad bercerita kepada kami, Murrah bin


Ma'bad bercerita kepada kami, Abu Ubaid Hajib Sulaiman bercerita kepada
kami, ia berkata, 'Aku melihat Atha bin Yazid shalat, lalu aku melintas di
hadapannya, ia menghalauku, setelah itu ia berkata, 'Abu Sa'id bercerita
kepadaku, bahwa suatu ketika Rasulullah shalat Shubuh, lalu bacaannya
kacau.

Seusai shalat, beliau menyampaikan, 'Andai kalian melihatku bersama Iblis,


aku julurkan tanganku, lalu aku terus mencekiknya hingga aku merasakan
lidahnya yang dingin di antara dua jariku ini-ibu jari dan jari sebelahnya.
Andai bukan karena doa saudaraku, Ibrahim, tentu ia (Iblis) terikat di salah
satu tiang masjid, dijadikan mainan anak-anak Madinah. Maka barang siapa
di antara kalian yang bisa agar tidak ada siapa pun menghalangi antara
dirinya dengan kiblat, lakukanlah'."

Istri-Istri Nabi Sulaiman

Sejumlah salaf menyebutkan, Sulaiman memiliki seribu istri, 700 di


antaranya wanita merdeka, dan 300 lainnya budak. Pendapat lain menyebut
kebalikannya; 300 wanita merdeka dan 700 budak. Sulaiman memiliki
kekuatan luar biasa dalam menggauli para istrinya.

Imam Bukhari menuturkan, "Khalid bin Mukhallad bercerita kepada kami,


Mughirah bin Abdurrahman bercerita kepada kami, dari Abu Zanad, dari
Al-A'raj, dari Abu Hurairah, dari Nabi beliau bersabda, 'Sulaiman bin Dawud
berkata, Malam ini, aku akan menggilir 70 istri(ku), masing-masing akan
melahirkan seorang pejuang yang akan
berjihad di jalan Allah. Temannya lalu berkata, 'Insya Allah,' sementara
Sulaiman tidak mengatakan seperti itu. Akhirnya masing-masing (dari
istri-istrinya itu) keguguran.' Nabi kemudian mengatakan, 'Andai ia
mengucapkannya (insya Allah), tentu (akan melahirkan anak-anak yang)
berjuang di jalan Allah"."

Syu'aib dan Ibnu Abi Zanad mengatakan, "Sembilan puluh (istri)." Ini lebih
shahih.

Hanya Imam Bukhari yang meriwayatkan hadits ini melalui jalur di atas.

Abu Hurairah berkata, "Rasulullah bersabda, "Sulaiman bin Dawud berkata,


Malam ini, aku akan menggilir seratus istri(ku), masing-masing dari mereka
akan melahirkan anak lelaki yang menebaskan pedang di jalan Allah,' tanpa
mengucapkan, 'Insya Allah.' la kemudian menggilir seratus istrinya, namun
tak seorang pun di antara istri-istrinya melahirkan, kecuali seseorang di
antaranya, ia melahirkan separuh wujud manusia.' Rasulullah kemudian
bersabda, 'Andai ia mengucapkan, 'Insya Allah,' tentu setiap istri
melahirkan anak lelaki yang menebaskan pedang di jalan Allah 'Azza wa
Jalla'."

Sanad hadits ini sesuai syarat kitab Shahih, hanya saja Imam Bukhari dan
Muslim tidak mentakhrijnya melalui jalur ini.

Imam Ahmad menuturkan, "Husyaim bercerita kepada kami, Hisyam


bercerita kepada kami, dari Ibnu Sirin, dari Abu Hurairah, ia berkata,
"Sulaiman bin Dawud berkata, 'Malam ini, aku akan menggilir seratus
istri(ku), masing-masing dari mereka akan melahirkan anak lelaki yang
akan berperang di jalan Allah,' tanpa terkecuali (nabi sulaiman
mengatakannya tanpa mengucapkan,. Insya Allah'). Tak seorang pun di
antara istri-istrinya melahirkan, kecuali seseorang di antaranya, ia
melahirkan separuh wujud manusia. Abu Hurairah meneruskan, 'Rasulullah
bersabda,
'Andal ia mengucapkan, 'Insya Allah,' tentu ia memiliki seratus anak lelaki,
semuanya berperang di jalan Allah 'Azza wa Jalla'."
Hadits ini hanya diriwayatkan oleh imam ahmad

Imam Ahmad menuturkan, "Abdurrazzaq bercerita kepada kami, Ma'mar


memberitakan kepada kami, dari Ibnu Thawus, dari ayahnya, dari Abu
Hurairah, ia berkata, 'Rasulullah bersabda, "Sulaiman bin Dawud berkata,
'Malam ini, aku akan menggilir seratus istri(ku), masing- masing dari
mereka akan melahirkan anak lelaki yang akan berperang di jalan Allah.
Beliau mengatakan, ia lupa tidak mengucapkan, Insya Allah.' Ia kemudian
menggilir mereka.' Beliau meneruskan, Tak seorang pun di antara
istri-istrinya melahirkan, kecuali seseorang di antaranya, ia melahirkan
separuh wujud manusia.' Rasulullah kemudian bersabda, 'Andai ia
mengucapkan, 'Insya Allah,' tentu tidak melanggar sumpah,
dan pasti mendapatkan apa yang ia inginkan"." Seperti itu juga yang
ditakhrij Imam Bukhari dan Muslim dalam kitab sahih bukhori dan sahih
muslim dari hadits Abdurrazzaq, dengan matan yang sama.

Keistimewaan nabi sulaiman


Sulaiman memiliki apa pun yang diperlukan kerajaan, wilayah
kekuasaannya luas, bala tentaranya banyak dan bermacam-macam, belum
pernah ada siapa pun yang memiliki semua itu sebelumnya, dan tidak akan
diberikan Allah pada seorang pun setelahnya, seperti yang ia katakan, "Dan
kami diberi segala sesuatu." (An-Naml: 16). "Ya Rabbku, ampunilah aku
dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun
setelahku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Pemberi." (Shad: 35). Allah
mengabulkan permintaan Sulaiman itu seperti disebutkan dalam nash
Rasulullah

Setelah Allah menyebut beragam nikmat sempurna dan agung yang la


anugerahkan kepadanya, Allah su berfirman, "Inilah anugerah Kami; maka
berikanlah (kepada orang lain) atau tahanlah (untuk dirimu sendiri) tanpa
perhitungan," yaitu berilah siapa pun yang kau kehendaki, dan jangan kau
beri siapa pun yang kau kehendaki, kau tidak akan dihisab karena hal itu.
Artinya, gunakan harta seperti yang kau inginkan, karena Allah telah
mengizinkanmu menggunakan semua itu, dan ia tidak akan menghisabmu
atas hal itu. Seperti itulah perihal nabi dan raja. Berbeda dengan hamba
dan rasul, ia hanya memberi seseorang sesuai izin Allah.

Nabi kita Muhammad pernah dipersilakan memilih antara dua kedudukan


tersebut, beliau lebih memilih menjadi hamba dan rasul. Sebagian riwayat
menyebutkan, ia meminta pendapat Jibril terkait pilihan tersebut, lalu Jibril
mengisyaratkan agar beliau bersikap tawadhu, beliau kemudian memilih
untuk menjadi hamba dan rasul. Sepeninggal beliau, Allah menjadikan
khilafah dan kerajaan di tengah-tengah umat beliau hingga hari kiamat,
sehingga akan selalu ada sekelompok di antara mereka yang meraih
kemenangan (di atas kebenaran) hingga kiamat terjadi. Alhamdulillah.
Setelah Allah menyebutkan kebaikan dunia yang la karuniakan kepada
nabi-Nya, Sulaiman, Allah menyebutkan pahala besar, balasan indah,
kedudukan di dekat-Nya, keberuntungan besar dan kemuliaan di
hadapan-Nya yang telah la sediakan untuk Sulaiman di akhirat, pada hari
semua makhluk dikembalikan dan seluruh amal perbuatan diperhitungkan.
Allah berfirman, "Dan sungguh, dia mempunyai
kedudukan yang dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik"
(Shad: 25).

Pasal Kedua:

WAFATNYA NABI SULAIMAN, USIANYA, DAN MASA KEKUASAANNYA

Allah berfirman dalam surat (Saba: 14) yang artinya, "Maka ketika Kami
telah menetapkan kematian atasnya (Sulaiman), tidak ada yang
menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan
tongkatnya. Maka ketika dia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa
sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentu mereka tidak tetap dalam
siksa yang menghinakan." .

Ibnu Jarir, Ibnu Hatim, dan lainnya meriwayatkan dari hadits Ibrahim bin
Thuhman, dari Atha bin Sa ib, dari Sa'id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, dari
Nabi, beliau bersabda, "Sulaiman, Nabi Allah, setiap kali shalat, ia melihat
sebuah pohon tumbuh di hadapannya, lalu ia bertanya pada pohon itu,
'Siapa namamu?' Pohon menjawab, 'Namaku ini dan itu. Sulaiman
kemudian berkata, "Untuk apa kau (tumbuh)? Jika memang untuk menjadi
tanaman, tumbuhlah, dan jika untuk (makanan) hewan, tumbuhlah."

Suatu ketika saat ia tengah shalat, ia melihat sebuah pohon tumbuh di


hadapannya, lalu ia bertanya pada pohon itu, 'Siapa namamu?" Pohon itu
menjawab, 'Kharab (si peruntuh).' Sulaiman bertanya, "Untuk apa kamu
(tumbuh)? Pohon menjawab, 'Untuk meruntuhkan rumah itu.' Sulaiman
kemudian berdoa, Ya Allah! Sembunyikanlah kematianku untuk para jin,
agar manusia tahu bahwa jin tidak mengetahui hal gaib."
Sulaiman kemudian membuat tongkat dari pohon itu, ia bertumpu pada
tongkat itu selama setahun lamanya sementara jin terus bekerja. Tongkat
itu kemudian dimakan rayap. (Maka ketika dia telah tersungkur), tahulah Jin
itu bahwa sekiranya mereka mengetahut yang gaib tentu

mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan selama setahun.' Sa'id
bin Jubair berkata, 'Seperti itulah qiraah Ibnu Abbas.' Jin kemudian
berterima kasih kepada rayap, dan memberinya air"."

Demikian matan riwayat Ibnu Jarir.

As-Suddi menuturkan dalam sebuah kabar dari Abu Malik dan Abu Shalih,
dari Ibnu Abbas, dari sejumlah sahabat, bahwa Sulaiman pernah menyepi
di Baitul Maqdis selama kurang lebih setahun dua tahun, sebulan dua
bulan. Keperluan makan dan minum biasa diantarkan padanya.

Pada kali terakhir saat ia wafat, makanan dan minuman diantarkan masuk
untuknya. Kejadian ini bermula karena biasanya setiap pagi hari, pasti ada
pohon yang tumbuh di Baitul Maqdis, lalu Sulaiman datang mendekatinya
dan bertanya, "Siapa namamu? Pohon itu menjawab, 'Namaku ini dan itu.'
Jika pohon tersebut sebagai tanaman, Sulaiman menanamnya, dan jika
tumbuh sebagai obat, pohon tersebut berkata, 'Aku tumbuh untuk menjadi
obat penyakit ini dan itu.'

Kondisi ini terus terjadi, hingga tumbuhlah sebuah pohon bernama


Kharubah (si peruntuh). Sulaiman bertanya padanya, 'Untuk apa kau
tumbuh?" pohon itu menjawab, 'Untuk meruntuhkan masjid ini.' Sulaiman
kemudian berkata, 'Allah tidaklah meruntuhkan masjid ini sementara aku
masih hidup. Di hadapanmu aku akan mati dan Baitul Maqdis ini runtuh.'
Sulaiman kemudian mencabut pohon tersebut lalu ia tanam di sebuah
kebun miliknya.
Setelah itu Sulaiman memasuki mihrab, ia shalat dengan bersandar pada
tongkat, la kemudian meninggal dunia, para setan tidak mengetahui hal itu,
mereka tetap bekerja untuk Sulaiman, mereka takut jika tidak bekerja akan
dihukum Sulaiman. Para setan berkumpul di sekitar Mihrab. Pada Mihrab
tersebut ada lubang angin di bagian depan dan belakang. Jika ada setan
yang ingin masuk, ia selalu berkata, Bukankah aku kuat untuk masuk dari
sisi ini.' Ia kemudian masuk kemudian keluar dari sisi lainnya.

Salah satu setan masuk, lalu melintas. Setiap ada setan yang menatap
Sulaiman saat berada di Mihrab, ia pasti terbakar. Saat melintas, ia tidak
mendengar suara Sulaiman. Setelah kembali, ia juga tidak mendengar
suara Sulaiman. Setelah itu ia kembali masuk, lalu jatuh di Baitul Maqdis
namun tidak terbakar. Setan itu kemudian menatap Sulaiman, ternyata ia
tersungkur sudah tidak bernyawa. Setan tersebut keluar lalu
memberitahukan manusia bahwa Sulaiman telah meninggal dunia.

Mereka kemudian membuka mihrab, dan mengeluarkannya, mereka


mendapati tongkat Sulaiman telah dimakan rayap, mereka tidak tahu sejak
kapan Sulaiman meninggal dunia. Mereka kemudian meletakkan rayap di
tongkat, rayap itu kemudian memakan tongkat tersebut selama
sehari-semalam, setelah itu mereka membuat perkiraannya, lalu mereka
mendapati bahwa Sulaiman sudah meninggal dunia sejak setahu lalu.
Setelah Sulaiman meninggal dunia, para jin dan setan tetap bekerja tanpa
henti selama setahun penuh.

Saat itulah manusia yakin bahwa para jin berdusta, sebab jika mereka
mengetahui hal gaib, mereka pasti mengetahui kematian Sulaiman, dan
tentu mereka tidak terus menerus bekerja untuknya selama setahun. Itulah
firman Allah 'Azza wa Jalla, 'tidak ada yang menunjukkan kepada mereka
kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka ketika dia
telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa sekiranya mereka mengetahui yang
gaib tentu mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan.

Allah mengatakan, Terlihat dengan jelas hal ihwal jin, mereka berdusta.
Setelah itu para setan berkata kepada rayap, 'Andai saja kau memakan
makanan, tentu kami akan memberimu makanan paling enak. Andai kau
meminum minuman, tentu kami akan memberimu minuman paling enak.
Namun, kami akan selalu memberimu air dan tanah.' Setan- setan selalu
membawakan air dan tanah untuk rayap-rayap, di mana pun mereka
berada. Ibnu Abbas mengatakan, Tidakkah engkau melihat tanah yang ada
di dalam kayu. Itulah yang diberikan setan untuk rayap sebagai ucapan
terima kasih untuknya"."

Dalam riwayat ini terdapat kisah-kisah israiliyyat yang tidak bisa


dibenarkan atau didustakan.

Abu Dawud menuturkan dalam kitab qodar; Utsman bin Abu Syaibah
bercerita "Sulaiman bin Dawud berkata kepada malaikat maut, Jika kau
hendak mencabut nyawaku, beritahu aku.' Malaikat maut berkata, 'Aku
tidak lebih mengetahui hal itu darimu. Aku hanya diberi kitab-kitab berisi
nama orang yang hendak mati'."

Ashbagh bin Faraj dan Abdullah bin Wahab meriwayatkan dari


Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, ia berkata, "Sulaiman berkata kepada
malaikat maut, Jika kau diperintahkan (untuk mencabut nyawa)ku,
beritahukan aku.' Malaikat maut datang menghampirinya lalu berkata,
"Wahai Sulaiman, aku telah diperintahkan untuk mencabut nyawamu,
usiamu tinggal sesaat.' Sulaiman kemudian memanggil para setan, mereka
kemudian diperintahkan untuk mendirikan sebuah istana kaca tanpa pintu.
Sulaiman kemudian shalat dengan bertumpu pada tongkat. Malaikat maut
kemudian masuk lalu mencabut nyawanya saat ia bertumpu pada tongkat.
Sulaiman melakukan itu bukan untuk melarikan diri dari malaikat maut.
Jin tetap bekerja di hadapan Sulaiman dan menatap ke arahnya, mereka
mengiranya masih hidup. Allah kemudian mengirim hewan bumi (rayap) ke
dalam tongkatnya, lalu memakannya, hingga saat memakan bagian dalam
tongkat, tongkat melemah dan Sulaiman terasa berat olehnya, Sulaiman
kemudian tersungkur. Saat melihat itu, para jin langsung pergi. Itulah
firman-Nya, Tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu
kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka ketika dia telah tersungkur,
tahulah jin itu bahwa sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentu mereka
tidak tetap dalam siksa yang menghinakan'."

Asbagh mengatakan, "Sampailah riwayat kepadaku dari selainnya (Ibnu


Abbas), rayap itu memakan tongkat Sulaiman selama setahun hingga ia
tersungkur." Riwayat serupa juga diriwayatkan dari sejumlah salaf dan
lainnya. Wallahu a'lam.

Ishaq bin Bisyr meriwayatkan dari Muhammad bin Ishaq, dari Zuhri dan
lainnya, bahwa Sulaiman hidup selama 52 tahun dan kekuasaannya
berlangsung selama 40 tahun. Ishaq mengatakan, "Abu Rauq
memberitakan kepada kami, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa
kekuasaan Sulaiman berlangsung selama 20 tahun." Wallahu a'lam. Ibnu
Jarir berkata, "Jumlah keseluruhan usia Sulaiman bin Dawud adalah lima
puluh sekian tahun."

Pada tahun keempat berkuasa, Sulaiman mulai membangun Baitul Maqdis.


menurut salah satu pendapat. Setelah Sulaiman wafat, kekuasaan dipegang
anaknya, Rahab'am selama 17 tahun menurut riwayat yang disampaikan
Ibnu Jarir. Ia menyatakan, "Setelah itu, kerajaan Bani Israil menjadi
terpecah-belah.

Anda mungkin juga menyukai