Wb
Alhamdulillahirabbil alamin washolatu wassalamu ala asyrofil anbiyai wal
mursalin wa ala alihi wasohbihi ajmain
Pada kesempatan kali ini kita akan membahas kisah nabi sulaiman yang
menakjubkan secara lengkap berikut dengan sanad riwayat yang
disampaikan oleh para ulama’.
وهو سليمان بن داود بن إيشا بن عويد بن عابر ابن سلمون بن نخشون بن عمينا اداب بن: قال الحافظ ابن عساكر
إرم بن حصرون بن فارص بن يهوذا بن الله يعقوب بن إسحاق بن إبراهيم أبي الربيع نبي الله بن نبي
Allah berfirman, "Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud, dan dia (Sulaiman)
berkata, 'Wahai manusia! Kami telah diajari bahasa burung dan kami diberi
segala sesuatu. Sungguh, (semua) ini benar-benar karunia yang nyata'."
(An-Naml: 16).
"Kami (para nabi) tidak diwarisi, apa yang kami tinggalkan adalah
sedekah."
Riwayat lain menyebutkan,
نحن معاشر األنبياء ال نورث
"Kami para nabi, tidak diwarisi."
Rasulullah mengabarkan, bahwa harta benda para nabi tidak diwarisi
seperti halnya orang lain. Setelah meninggal, harta benda mereka adalah
sedekah untuk orang-orang fakir dan yang memerlukan bantuan, tidak
secara khusus diberikan kepada sanak kerabat, karena dunia bagi mereka
sangat hina dan tiada harganya, sama halnya, dunia itu hina bagi tuhan
yang mengutus, memilih, dan memberi mereka kelebihan.
Salah satu kelebihan yang dimiliki nabi sulaiman adalah kemampuan untuk
berkomunikasi dengan burung dan mampu menerjemahkannya kedalam
bahasa manusia, sebagimana nabi sulaiman berkata :
َ ِّ الط ْي ِر َوا ُ ْو ِت ْي َنا مِنْ ُكل
ش ْي ٍء ُ ٰ ٓيا َ ُّي َها ال َّن
َّ اس ُع ِّل ْم َنا َم ْنطِ َق
'Wahai manusia! Kami telah diajari bahasa burung dan kami diberi segala
sesuatu
'Suatu ketika Sulaiman bin Dawud melintasi seekor burung pipit jantan
terbang mengelilingi seekor burung pipit betina.
Sulaiman kemudian berkata kepada para sahabatnya, Tahukah kalian, apa
yang dikatakan burung itu?' Mereka balik bertanya, ‘Apa yang dia katakan,
wahai Nabi Allah?' Sulaiman berkata, ‘Dia meminangnya untuk ia nikahi
dan berkata, 'Menikahlah denganku, aku akan menempatkanmu di
kamar-kamar Damaskus mana pun yang kau suka!' Sulaiman berkata,
'Karena kamar-kamar Damaskus dibangun dengan batu-batu keras, tak
seorang pun bisa menempatinya. Tapi memang, Setiap peminang itu
pendusta!"
َّ كل خاطب
كذاب
(HR. Ibnu Asakir dari Abu Qasim Zahir bin Thahir, dari Al-Baihaqi, dengan
matan yang sama).
Artinya nabi sulaiman diberi apa pun yang diperlukan seorang raja, seperti
pasukan, alat-alat perang, prajurit- prajurit dari golongan jin, manusia,
burung, binatang liar, setan, ilmu, pemahaman, bisa mengungkapkan isi
hati seluruh makhluk yang berbicara ataupun yang tidak.
Allah swt berfirman :
﴾۱۷ : الط ْي ِر َف ُه ْم ُي ْو َز ُع ْونَ ﴿النمل َّ س َو ِ س َل ْي ٰمنَ ُج ُن ْود ُٗه مِنَ ا ْل ِجنِّ َوااْل ِ ْن ُ َِو ُحشِ َر ل
َح ٰ ّت ٓى ا َِذٓا اَ َت ْوا َع ٰلى َوا ِد ال َّن ْم ِل ۙ َقا َل ْت َن ْم َل ٌة ٰ ّٓيا َ ُّي َها ال َّن ْمل ُ ادْ ُخلُ ْوا َم ٰس ِك َن ُك ْم ۚ اَل َي ْحطِ َم َّن ُك ْم
﴾۱۸ : ش ُع ُر ْونَ ﴿النمل ْ س َل ْي ٰمنُ َو ُج ُن ْود ُٗه ۙ َو ُه ْم اَل َي ُ
ش ُك َر ن ِْع َم َت َك ا َّلت ِْٓي اَ ْن َع ْم َت َع َل َّي َو َع ٰلى
ْ َضا ِح ًكا ِّمنْ َق ْولِ َها َو َقال َ َر ِّب اَ ْو ِز ْعن ِْٓي اَنْ ا َ س َم َّ َف َت َب
ّ ٰ ضى ُه َواَدْ ِخ ْلن ِْي ِب َر ْح َم ِت َك ف ِْي عِ َبا ِد َك
َالصلِ ِح ْين ٰ صال ًِحا َت ْر َ َ ي َواَنْ اَ ْع َمل َّ ََوالِد
﴾۱۹ : ﴿النمل
"Dan untuk Sulaiman dikumpulkan bala tentaranya dari jin, manusia dan
burung, lalu mereka berbaris dengan tertib. Hingga ketika mereka sampai
di lembah semut, berkatalah seekor semut, 'Wahai semut-semut! Masuklah
ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala
tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.
Maka dia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan
semut itu. Dan dia berdoa, 'Ya Rabbku, anugerahkanlah aku ilham untuk
tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku
dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang
Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan
hamba-hamba-Mu yang saleh"." (An-Naml: 17-19).
Masih dalam kisah semut yang tertera dalam ayat tadi, syaikh Wahab
menuturkan, Sulaiman melintas di atas hamparan di lembah Thaif, dan
seekor semut tersebut namanya Jarsan.
Semut ini berasal dari kabilah semut bernama Bani Syaishoban.
Semut tersebut pincang dan besarnya seukuran seekor serigala.
nabi Sulaiman mengerti kata-kata yang disampaikan semut tersebut yang
diumumkan kepada seluruh populasinya, nabi Sulaiman mengerti
kebijakan dan perintah terpuji yang disampaikan semut tersebut.
Lalu Nabi Sulaiman tersenyum melihat hal itu sebagai wujud gembira dan
senang atas ilmu yang diberikan Allah kepadanya secara khusus, yang
mana kemamuan itu tidak diberikan pada orang lain.
Hal ini tentu berbeda dengan anggapan yang salah seperti yang dikatakan
sebagian orang-orang bodoh bahwa sebelumnya hewan-hewan berbicara
dengan orang sebelum nabi sulaiman, lalu mereka mengatakan bahwa nabi
Sulaiman bin Dawud mengambil perjanjian kepada seluruh hewan untuk
tidak lagi berbicara kepada manusia setelah itu.
Hal tersebut adalah omong kosong yang hanya dikatakan oleh mereka
yang tidak punya ilmu.
karena Andai benar seperti itu, tentu tidak ada keistimewaan apa pun bagi
nabi Sulaiman.
karena kemampuan tersebut juga dimiliki orang lain. Tentu ini pendapat
yang salah.
Yang dimaksud kedua orang tua Sulaiman dalam doanya adalah Dawud
dan ibunya. Ibu Sulaiman termasuk seorang wanita ahli ibadah dan
salehah, seperti yang disampaikan Sunaid bin Dawud, dari Yusuf bin
Muhammad bin Munkadir, yang diriwayatkan dari ayahnya, dari Jabir, dari
Nabi saw, beliau bersabda:
"Ibunda Sulaiman bin Dawud berkata, 'Wahai anakku! Jangan banyak-
banyak tidur pada malam hari, karena banyak tidur pada malam hari
membuat seorang hamba fakir pada hari kiamat kelak'."
Imam Ats-Tsa'labi dan lainnya menyebutkan, bahwa setelah ayah ratu ini
meninggal, kaumnya mengangkat seorang raja lelaki sebagai raja, namun
kerusakan melanda di mana-mana. Putri raja itu kemudian datang
menghampiri lelaki tersebut dan meminangnya, setelah itu keduanya
menikah. Saat si putri raja itu masuk, ia menyuguhkan arak pada suaminya
itu, lalu ia penggal lehernya dan ia pasang tepat di depan pintu rumahnya.
Orang-orang kemudian datang menghampirinya dan mengangkatnya
sebagai ratu mereka.
Ia adalah Balqis binti Sairah, nama aslinya adalah Hadhad. Pendapat lain
menyebutkan namanya adalah Syarahil bin Dzul Jadan bin Sairah bin
Harits bin Qais bin Shaifi bin Saba' bin Yasyjab bin Ya'rib bin Qahthan.
Ayah Balqis adalah salah satu raja besar yang enggan menikahi wanita
Yaman. Menurut salah satu sumber, ia menikahi seorang wanita dari
bangsa jin bernama Raihanah binti Sakan, lalu melahirkan anak perempuan
namanya Talqamah, atau yang disebut sebagai Balqis.
Ats-Tsa❜labi meriwayatkan dari jalur Sa'id bin Basyir dari Qatadah, dari
Nadhr bin Anas, dari Basyir bin Nahik, dari Abu Hurairah, dari Nabi beliau
bersabda, "Salah satu di antara kedua orang tua Balqis berasal dari bangsa
jin." Hadits ini gharib dan sanadnya dhaif.
Kata-kata Sulaiman, “Dan kami diberi segala sesuatu,” yaitu segala
sesuatu yang biasa diberikan pada para raja. “Serta memiliki singgasana
yang besar," yaitu singgasana kerajaan Balqis dihiasi berbagai jenis batu-
batu berharga, mutiara, emas dan hiasan mewah.
Setelah mendengar laporan dari burung Hudhud, Sulaiman mengirim surat
berisi seruan untuk taat kepada Allah, taat kepada rasul-Nya, kembali
kepada-Nya, tunduk untuk bergabung dalam kekuasaan rasul- Nya. Karena
itu Sulaiman berkata kepada mereka, "janganlah engkau berlaku sombong
terhadapku,” yaitu jangan bersikap sombong untuk taat padaku dan
mengerjakan perintah-perintahku, “Dan datanglah kepadaku sebagai
orang-orang yang berserah diri," yaitu datanglah kepadaku dalam keadaan
bersedia mendengar dan taat, tanpa permusuhan ataupun rayuan.
Sejumlah mufassir dan lainnya menyebutkan, Hudhud membawa surat
tersebut lalu datang ke istana Balqis dan menjatuhkan surat tersebut
kepadanya saat ia berada seorang diri. Hudhud berdiri di salah satu sudut
ruangan untuk menantikan balasan bilqis dari surat tersebut.
Balqis kemudian mengumpulkan para Amir, menteri, dan pembesar
kerajaan untuk bermusyawarah. "Dia berkata, 'Wahai para pembesar!
Sesungguhnya, telah disampaikan kepadaku sebuah surat yang mulia." la
bacakan bagian awal suratnya terlebih dahulu, disitu tertulis
إنه من سليمان
"Sesungguhnya, (surat) itu dari Sulaiman,"
lalu ia baca isinya :
"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, janganlah
engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai
orang-orang yang berserah diri,"
Setelah membacanya, balqis kemudian memusyawarahkan masalah ini. Ia
secara santun berbicara kepada mereka, sementara para pembesar
kerajaan khidmat mendengarkan.
"Dia (Balqis) berkata, "Wahai para pembesar! Berilah aku pertimbangan
dalam urusanku (ini). Aku tidak pernah memutuskan suatu perkara
sebelum kamu hadir dalam majelis(ku),"
"Mereka menjawab, 'Kita memiliki kekuatan dan keberanian yang luar
biasa (untuk berperang)," yang mampu melawan pasukan musuh.
Jika engkau menginginkan kami berperang, kami mampu menjalankannya.
Meski demikian, "Keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah
apa yang akan engkau perintahkan," mereka bersedia mendengar dan taat,
mereka menyampaikan bahwa mereka memiliki kemampuan, dan mereka
serahkan masalah tersebut kepadanya agar ia mempertimbangkan mana
putusan yang tepat baginya, dan juga bagi mereka.
Pandangan Balqis lebih tepat dan lebih sempurna dari pandangan mereka,
ia tahu bahwa si pengirim surat tersebut adalah raja yang tak terkalahkan,
tidak bisa dihalangi, tidak bisa ditentang ataupun ditipu. "Dia (Balqis)
berkata, 'Sesungguhnya, raja-raja apabila menaklukkan suatu negeri,
mereka tentu membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia
jadi hina; dan demikian yang akan mereka perbuat." Dengan pandangannya
yang lurus, Balqis mengatakan, "Sungguh, andai raja ini mengalahkan
kerajaanku, yang dia inginkan hanyalah aku, perlakuan dan serangan keras
hanya akan ditujukan padaku saja.
Balqis berkata "Dan sungguh, aku akan mengirim utusan kepada mereka
dengan (membawa) hadiah, dan (aku) akan menunggu apa yang akan
dibawa kembali oleh para utusan itu," Balqis bermaksud untuk memberikan
hadiah yang ia kirimkan, ia tidak tahu bahwa Sulaiman tidak mau menerima
apa pun dari mereka, karena mereka kafir, dan pasukan yang
dimiliki Sulaiman mampu mengalahkan mereka.
Karena itu "Maka ketika para (utusan itu) sampai kepada Sulaiman, dia
(Sulaiman) berkata, ‘Apakah kamu akan memberi harta kepadaku? Apa
yang Allah berikan kepadaku lebih baik daripada apa yang Allah berikan
kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu."
Wajar nabi sulaiman berkata demikian. Karena beliau sama sekali tidak
butuh terhadap harta duniawi. Melainkan Yang beliau inginkan hanyalah
mengajak balqis dan kaumnya untuk beriman kepada allah swt.
Setelah itu, Sulaiman berkata kepada utusan Balqis yang datang,
sementara orang-orang ada di sekitarnya dan mendengar kata-katanya,
"Kembalilah kepada mereka! Sungguh, Kami pasti akan mendatangi
mereka dengan bala tentara yang mereka tidak mampu melawannya, dan
akan kami usir mereka dari negeri itu (yakni Saba') secara terhina dan
mereka akan menjadi (tawanan) yang hina dina."
Saat mereka mendengar kata-kata Nabi Allah itu, mereka tidak bisa berbuat
apa pun selain mendengar dan patuh. Mereka segera memenuhi seruan
Sulaiman, hingga seluruh orang kerajaan mau mendengar, taat, dan
tunduk. Saat Sulaiman mendengar kedatangan mereka kepadanya, ia
berkata kepada golongan jin yang ditunjukkan untuknya
'Wahai para pembesar! Siapakah di antara kamu yang sanggup membawa
singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku menyerahkan
diri?'
"Ifrit dari golongan jin berkata, 'Akulah yang akan membawanya kepadamu
sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu." maksudnya sebelum
majelis sidang nabi sulaiman berakhir.
Menurut salah satu sumber, majelis sidang Nabi Sulaiman berlangsung dari
pagi hari hingga mendekati pertengahan siang. Selama itu, Sulaiman
mengatur segala urusan Bani Israil.
Lalu Seseorang yang mempunyai ilmu dari Kitab berkata
"Dan sungguh, aku kuat melakukannya dan dapat dipercaya," untuk
mendatangkan singgasana itu padamu, lengkap dengan seluruh batu-batu
berharga yang melekat.
"Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu
berkedip," ada yang menyatakan, makna kata-kata ini adalah sebelum
engkau mengirim utusan ke tempat sejauh matamu memandang, setelah itu
kembali lagi. Pendapat lain menyebutkan, sebelum orang paling jauh
sejauh matamu memandang sampai di hadapanmu. Pendapat lain
menyebutkan, sebelum tatapan matamu ke arah sejauh matamu
memandang kembali lalu kau pejamkan mata. Pendapat ini lebih tepat di
antara pendapat-pendapat lainnya.
menurut pendapat yang masyhur, laki-laki itu bernama Ashif bin Barkhaya,
saudara sepupu Sulaiman. Menurut pendapat lain, dia adalah salah
seorang jin mukmin yang konon menghafal nama Allah yang paling agung.
Riwayat senada juga disebutkan dalam kitab Shahihain dari Abu Zinad, dari
Al-A'raj, dari Abu Hurairah, ia berkata, "Rasulullah # bersabda, 'Suatu
ketika ada dua wanita membawa anak masing-masing. Tanpa diduga ada
serigala menyerang lalu mengambil anak salah satu dari keduanya, lalu ia
merebut anak milik wanita yang satunya. Yang lebih tua berkata, Yang
dibawa (serigala) itu anakmu.' Wanita yang lebih muda berkata, '(Bukan
anakku yang dibawa), tapi anakmu.' Keduanya kemudian mengajukan
perkara ini ke hadapan Dawud, lalu Dawud menyerahkan anak tersebut
untuk wanita yang lebih tua. Keduanya kemudian pergi lalu menemui
Sulaiman. Sulaiman berkata, 'Ambilkan pisau, aku akan membelah anak ini
menjadi dua, masing- masing dari kalian berdua mendapat sebelah.' Wanita
yang lebih muda berkata, "Semoga Allah merahmatimu, Dia anaknya.'
Akhirnya Sulaiman memutuskan menyerahkan anak tersebut pada wanita
yang lebih muda'.
Seperti disebutkan dalam firman Allah, "Dan Kami (tundukkan) angin bagi
Sulaiman, yang perjalanannya pada waktu pagi sama dengan perjalanan
sebulan dan perjalanannya pada waktu sore sama dengan perjalanan
sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebagian dari
jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin
Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah
Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala.
Mereka (para jin itu) bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan apa yang
dikehendakinya di antaranya (membuat) gedung-gedung yang tinggi,
patung-patung, piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan
periuk-periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah wahai keluarga
Dawud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari
hamba-hamba-Ku yang bersyukur." (Saba: 12-13)
Allah swt berFirman, "Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di
hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa
yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan
kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala," yaitu Allah tundukkan
untuk Sulaiman sekelompok jín pekerja yang bekerja tanpa lelah seperti
yang ia kehendaki, mereka tidak menyimpang dari ketaatan, siapa di antara
mereka menyimpang dari perintahnya, ia pasti disiksa dan dihukum.
"Mereka (para jin itu) bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan apa yang
dikehendakinya di antaranya (membuat) gedung-gedung yang tinggi," yaitu
tempat-tempat yang baik dan bagian-bagian depan majelis,
"Patung-patung," yaitu gambar-gambar di dinding. Ini dibolehkan dalam
syariat dan agama mereka, "Piring-piring yang (besarnya) seperti kolam,"
Ibnu Abbas mengatakan, "Satu piringnya seperti kolam di tanah."
Berdasarkan riwayat ini, maka jawab adalah bentuk jamak jabiyah, yaitu
telaga tempat menyimpan air.
Syu'aib dan Ibnu Abi Zanad mengatakan, "Sembilan puluh (istri)." Ini lebih
shahih.
Hanya Imam Bukhari yang meriwayatkan hadits ini melalui jalur di atas.
Sanad hadits ini sesuai syarat kitab Shahih, hanya saja Imam Bukhari dan
Muslim tidak mentakhrijnya melalui jalur ini.
Pasal Kedua:
Allah berfirman dalam surat (Saba: 14) yang artinya, "Maka ketika Kami
telah menetapkan kematian atasnya (Sulaiman), tidak ada yang
menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan
tongkatnya. Maka ketika dia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa
sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentu mereka tidak tetap dalam
siksa yang menghinakan." .
Ibnu Jarir, Ibnu Hatim, dan lainnya meriwayatkan dari hadits Ibrahim bin
Thuhman, dari Atha bin Sa ib, dari Sa'id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, dari
Nabi, beliau bersabda, "Sulaiman, Nabi Allah, setiap kali shalat, ia melihat
sebuah pohon tumbuh di hadapannya, lalu ia bertanya pada pohon itu,
'Siapa namamu?' Pohon menjawab, 'Namaku ini dan itu. Sulaiman
kemudian berkata, "Untuk apa kau (tumbuh)? Jika memang untuk menjadi
tanaman, tumbuhlah, dan jika untuk (makanan) hewan, tumbuhlah."
mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan selama setahun.' Sa'id
bin Jubair berkata, 'Seperti itulah qiraah Ibnu Abbas.' Jin kemudian
berterima kasih kepada rayap, dan memberinya air"."
As-Suddi menuturkan dalam sebuah kabar dari Abu Malik dan Abu Shalih,
dari Ibnu Abbas, dari sejumlah sahabat, bahwa Sulaiman pernah menyepi
di Baitul Maqdis selama kurang lebih setahun dua tahun, sebulan dua
bulan. Keperluan makan dan minum biasa diantarkan padanya.
Pada kali terakhir saat ia wafat, makanan dan minuman diantarkan masuk
untuknya. Kejadian ini bermula karena biasanya setiap pagi hari, pasti ada
pohon yang tumbuh di Baitul Maqdis, lalu Sulaiman datang mendekatinya
dan bertanya, "Siapa namamu? Pohon itu menjawab, 'Namaku ini dan itu.'
Jika pohon tersebut sebagai tanaman, Sulaiman menanamnya, dan jika
tumbuh sebagai obat, pohon tersebut berkata, 'Aku tumbuh untuk menjadi
obat penyakit ini dan itu.'
Salah satu setan masuk, lalu melintas. Setiap ada setan yang menatap
Sulaiman saat berada di Mihrab, ia pasti terbakar. Saat melintas, ia tidak
mendengar suara Sulaiman. Setelah kembali, ia juga tidak mendengar
suara Sulaiman. Setelah itu ia kembali masuk, lalu jatuh di Baitul Maqdis
namun tidak terbakar. Setan itu kemudian menatap Sulaiman, ternyata ia
tersungkur sudah tidak bernyawa. Setan tersebut keluar lalu
memberitahukan manusia bahwa Sulaiman telah meninggal dunia.
Saat itulah manusia yakin bahwa para jin berdusta, sebab jika mereka
mengetahui hal gaib, mereka pasti mengetahui kematian Sulaiman, dan
tentu mereka tidak terus menerus bekerja untuknya selama setahun. Itulah
firman Allah 'Azza wa Jalla, 'tidak ada yang menunjukkan kepada mereka
kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka ketika dia
telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa sekiranya mereka mengetahui yang
gaib tentu mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan.
Allah mengatakan, Terlihat dengan jelas hal ihwal jin, mereka berdusta.
Setelah itu para setan berkata kepada rayap, 'Andai saja kau memakan
makanan, tentu kami akan memberimu makanan paling enak. Andai kau
meminum minuman, tentu kami akan memberimu minuman paling enak.
Namun, kami akan selalu memberimu air dan tanah.' Setan- setan selalu
membawakan air dan tanah untuk rayap-rayap, di mana pun mereka
berada. Ibnu Abbas mengatakan, Tidakkah engkau melihat tanah yang ada
di dalam kayu. Itulah yang diberikan setan untuk rayap sebagai ucapan
terima kasih untuknya"."
Abu Dawud menuturkan dalam kitab qodar; Utsman bin Abu Syaibah
bercerita "Sulaiman bin Dawud berkata kepada malaikat maut, Jika kau
hendak mencabut nyawaku, beritahu aku.' Malaikat maut berkata, 'Aku
tidak lebih mengetahui hal itu darimu. Aku hanya diberi kitab-kitab berisi
nama orang yang hendak mati'."
Ishaq bin Bisyr meriwayatkan dari Muhammad bin Ishaq, dari Zuhri dan
lainnya, bahwa Sulaiman hidup selama 52 tahun dan kekuasaannya
berlangsung selama 40 tahun. Ishaq mengatakan, "Abu Rauq
memberitakan kepada kami, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa
kekuasaan Sulaiman berlangsung selama 20 tahun." Wallahu a'lam. Ibnu
Jarir berkata, "Jumlah keseluruhan usia Sulaiman bin Dawud adalah lima
puluh sekian tahun."