Anda di halaman 1dari 4

Kisah Nabi Harun

Kisah Nabi Harun AS dan nabi Musa AS dakwahnya dimulai dengan menumbuhkan
Bani Israil menyembah Allah SWT. Nabi Musa dan nabi Harun diutus untuk berdakwah ke
negeri Mesir dan mengajak kaum Israil menyembah Allah. Nabi Harun dan nabi Musa ini
adalah keturunan keempat dari nabi Ya’qub yang tinggal di Mesir sejak nabi Yusuf berkuasa di
Mesir. Nabi Harun adalah Muhammad al-Wasfhi disebutkan dalam Tarikh al-Anbiya’ wa ar-
Rusul wa al-Irtibath a-Zamani wa al-’Aqaidi. Kita tahu bahwasanya nabi Harun adalah putra dari
Imran ibn Quhat ibn Lawi ibn Ya’qub ibn Ishaq ibn Ibrahim. Sedangkan ibn Harun adalah
Yukabid, saudara perempuan Quhat dan bibi dari Imran sendiri. Dari Imran yukabid melahirkan
tiga orang anak, yakni satu perempuan yang bernama Maryam, dan dua laki-laki yang bernama
Harun dan Musa.
Lawi merupakan saudara satu ayah dari nabi Yusuf a.s. Lawi bersama saudara-
saudaranya yang lain, serta keluarga masing-masing bersama nabi Ya’qub diajak pindah oleh
nabi Yusuf dari Madyan ke Mesir. keluarga besar nabi Ya’qub itulah generasi pertama Bani
Israil yang menetap di Mesir. mereka berkembang dengan cepat, bekerja dengan giat dalam
bidang pertanian dan peternakan sehingga menimbulkan kecemburuan dan ketakutan bangsa
Mesir.

Kelahiran Nabi Musa as


Suatu hari seorang ahli nujum datang menghadap raja Fir’aun, menurut perhitungannya
akan lahir seorang bayi dari bangsa Israil yang kelak akan menjadi musuh dan menjatuhkan
kekuasaannya. Fir’aun terkejut mendengar informasi itu, saat itu juga dia memberikan perintah
agar membunuh bayi laki-laki yang lahir dari kalangan bani Israil. Nabi Musa AS dilahirkan oleh
pasangan suami istri Imran dan Yukabad. Begitu mengetahui bahwa anaknya yang lahir adalah
laki-laki Yukabad dan Imran panik. Jika tak disembunyikan anak itu pastilah akan terbunuh oleh
pesuruh fir’aun. Yukabad tak rela bayi itu sampai terbunuh karena atas kecintaan dan kasih
sayangnya pada anak sendiri, akan tetapi untuk menyembunyikannya terus-menerus juga akan
ketahuan oleh pesuruh Fir’aun.
Allah SWT memberikan ilham kepada ibu Nabi Musa as tersebut dengan membuat peti
tahan air lalu di hanyutkan nabi Musa di dalam peti di Sungai Nil. Kakak nabi Musa as,
diperintahkan mengikuti kemana peti itu hanyut dan ditangan siapakah nabi Musa ditemukan.
Ternyata peti itu ditemukan oleh putri raja Fir’aun, kemudian peti dibuka setelah tahu isinya
adalah bayi mereka bawa ke hadapan ibu mereka yakni istri Fir’aun yang bernama Asiah.
Istri Fir’aun sangat senang melihat bayi itu. Ia ingin mengangkatnya sebagai anak, maka
diungkapkan niatnya itu kepada Fir’aun. Pada awalnya Fir’aun tak setuju, namun atas bujuk dan
rayuan manisnya sang istrinya itu akhirnya setuju, Asiah pun seang, segera dicari inang
pengasuh yang menyusui nabi Musa. Namun beberapa inang yang didatangkan tidak ada yang
cocok, nabi Musa tak mau menyedot inang-inang tersebut.
Kakak nabi Musa yang mengetahui kejadian itu, langsung datang dan menawarkan ibunya untuk
menjadi inang, dengan pura-pura tidak mengenal nabi Musa. Karena ibunya sendiri yang
menyusuinya akhirnya nabi Musa pun mau. Yukabad mendapat upah bayaran yang cukup besar.
Setelah lepas dari menyusu nabi Musa dikembalikan ke Istana, kemudian ia didik sebagaimana
anak-anak raja yang lain. Ia berpakaian seperti Fir’aun mengendarai kendaraan Fir’aun sehingga
dikenal sebagai pangeran Musa bin Fir’aun. Namun setelah Musa dewasa Allah SWT pangkat
kenabian dan ilmu pengetahuan.

Nabi Musa as Meninggalkan Istana


Ketika nabi Musa AS berjalan-jalan di kota, ia melihat orang Qubti dan orang Israil
sedang berkelahi, karena kadaan tak seimbang nabi Musa as membela orang Israil. Orang Qubti
tidak mau diajak damai, nabi Musa as menjadi marah kemudian orang itu langsung dipukulnya.
Sekali tempeleng orang tersebut mati. Hal ini sebagaimana dikisahkan dalam al-Qur’an.
Dan dia (Musa) masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka dia
mendapati di dalam kota itu dua orang laki-laki sedang berkelahi; yang seorang dari
golongannya (Bani Israil) dan yang seorang (lagi) dari pihak musuhnya (kaum Fir‘aun). Orang
yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk (mengalahkan) orang yang dari
pihak musuhnya, lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Dia (Musa) berkata, Ini
adalah perbuatan setan. Sungguh, dia (setan itu) adalah musuh yang jelas menyesatkan. Dia
(Musa) berdoa, Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri, maka ampunilah
aku. Maka Dia (Allah) mengampuninya. Sungguh, Allah, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha
Penyayang. Dia (Musa) berkata, Ya Tuhanku! Demi nikmat yang telah Engkau anugerahkan
kepadaku, maka aku tidak akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa.” (Qs.
Qasas: 15-17).
Nabi Musa as gelisah, ia khawatir ada seseorang yang melihat perbuatannya kemarin
yakni membunuh orang Mesir pengikut Fir’aun. Sementara petugas kerajaan terus mencari-cari
siapa sebenarnya pembunuh yang tak ketahuan rimbanya itu. Keesakon harinya nabi Musa as
pergi ke kota lagi. Kebetulan saat itu ia melihat bani Israil yang ditolongnya kemarin sedang
berkelahi dengan orang Qubti dan pada akhirnya membunuh orang Qubti tersebut. Sesudah
membunuh orang Qubti orang Israil itu meminta tolong kepada pengikut Fir’aun dan minta agar
ia dibela. Menyaksiakn salah satu kaumnya yang suka berkelahi dan mau menang sendiri itu,
nabi Musa as menjadi marah. Bergegas mendatangkan orang israil yang sedang minta bantuan
prajurit Fir’aun. Ada seorang saksi mata yang melihat kejadian itu, nabi Musa as dilaporkan
kepada Fir’aun. Setelah Fir’aun tahu bahwa nabi Musa as membela orang Israil ia segera
memerintahkan orang menangkap nabi Musa as untuk dibunuh. Nabi Musa as melarikan diri,
tujuannya ke negeri Madyan, ia menyesal telah membunuh orang. Ia kemudian bertaubat dan
memohon ampun kepada Allah. Allah swt mengabulkan do’anya dan ia diampuni.

Nabi Harun diutus menjadi Pendamping Nabi Musa


Ketika Allah SWT dengan mengutus nabi Harun sebagai pendamping nabi Musa dalam
dakwah menyebarluaskan agama Islam pada saat itu. Dikisahkan bahwa nabi Musa tidak begitu
fasih dalam berbicara karena kekakuan pada lidahnya. Maka dari itu, nabi Musa berdoa kepada
Allah untuk dijadikannya nabi Harun as, kakak kandungnya sekaligus sebagai teman dalam
dakwahnya.
“dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu harun, saudaraku,
teguhkanlah kekuatanku dengan (adanya) dia, dan jadikanlah dia teman dalam urusanku, agar
kami banyak bertasbih kepada-Mu.” (Qs. Qasas: 30-33).
Raja Fir’aun di masa nabi Musa tersebut memang terkenal kejam bahkan di juluki
sebagai seburuk-buruknya manusia karena mengaku bahwa dirinya adalah Tuhan. Kedua saudara
Musa dan Harun saling bekerja sama membimbing kaum Bani Israil agar menyembah kepada
Allah ta’ala. Tugas dari Nabi Harun dalam hal ini ialah sebagai juru bicara nabi Musa yang tidak
fasih dalam berbicara. Nabi Musa mengadu kepada Allah tentang kekakuan lidahnya, karena itu
tidak dapat berbicara dengan fasih. Sehingga diutuslah nabi Harun dalam menyampaikan
berbagai macam dakwahnya. Dari hal tersebut, nabi Harun akhirnya mendapat wahyu dari Allah
dan keduanya berdakwah bersama-sama. Kemudian Nabi Harun. dan nabi Musa lalu berangkat
menuju istana raja Fir’aun untuk menyerukan jalan kebenaran.

Nabi Harun dan Nabi Musa Menemui Fir’aun


Sebenarnya Nabi Musa dan Nabi Harun merasa takut juga apabila mengingat kebengisan
dan kekejaman Fir’aun, kini mereka harus menghadap raja yang durhaka itu dan mengajaknya
bertaubat kembali kejalan yang benar. Apakah Fir’aun dan pengikutnya mau menerima ajakan
mereka berdua? Apakah justru mereka tidak segera ditangkap, dijebloskan ke dalam penjara dan
disiksa oleh para algojo Fir’aun yang sadis tak kenal ampun? Namun rasa takut itu segera di
hapus dengan Firman Allah yang mengabarkan jaminan keselamatan bagi keduanya bahwa
mereka berdua akan dijaga dan dipelihara Allah Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat:
“Pergilah engkau beserta saudaramu dengan membawa tanda-tanda (kekuasaan)-Ku, dan
janganlah kamu berdua lalai mengingat-Ku; pergilah kamu berdua kepada Fir‘aun, karena dia
benar-benar telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun)
dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut. Keduanya berkata,
Ya Tuhan kami, sungguh, kami khawatir dia akan segera menyiksa kami atau akan bertambah
melampaui batas, Dia (Allah) berfirman, Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku
bersama kamu berdua, Aku mendengar dan melihat. Maka pergilah kamu berdua kepadanya
(Fir‘aun) dan katakanlah, Sungguh, kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah
Bani Israil bersama kami dan janganlah engkau menyiksa mereka. Sungguh, kami datang
kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu
dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk.” (Qs. Taha: 42-47).
Bersama-sama kemudian mereka menghadap Fir’aun, bertemu dengan raja yang
mengaku Tuhan bukanlah hal yang mudah. Mereka harus melalui liku-liku birokrasi dan
protokoler yang rumit. Namun akhirnya mereka dapat bertemu juga, Firaun didampingi beberapa
penasihat dan para pejabat pemerintah lainnya. “Siapakah kamu berdua ini?” tanya Firaun. Musa
menjawab: “kami Musa dan Harun merupakan pesuruh Allah. Kami diutus kepadamu agar kau
membebaskan bani Israil dari perbudakan dan penindasanmu dan menyerahkannya kepada kami
agar mereka menyembah kepada Allah dengan leluasa dan menghindari siksaanmu.” Fir’aun
tertawa sinis dan mengejek Musa dengan mengatakan bahwa Musa tidak tahu diri. Dulu ia asuh
dan dibesarkan di istana Mesir kini malah berbaik menentang Fir’aun. Musa dianggap orang
yang tak tahu balas budi.
Nabi Musa menjawab bahwa semua itu dikarenakan ulah sang raja sendiri. Seandainya
Fir’aun tidak memerintahkan membunuh bayi laki-laki, tidak mungkin ia dihanyutkan di sungai
Nil dan akhirnya nabi Musa merasa tidak berhutang budi sama sekali kepada Fir’aun sendiri
yang menyebabkan semua itu terjadi. Berkata nabi Musa, “adapun mengenai pembunuhan yang
dulu kulakukan merupakan akibat godaan setan, namun peristiwa itu akhirnya menjadi rahmat
terselubung bagiku. Sebab dalam pengembaraanku setelah aku melarikan diri dari negerimu, aku
dikaruniai hikmah dan ilmu oleh Allah dan aku diutus sebagai rasul, maka datangilah aku
kepadamu untuk mengajak engkau dan kaummu menyembah Allah dan meninggalkan
kedzaliman serta penindasanmu terhadap bani Israil.”
Fir’aun yang mengaku dirinya adalah Tuhan bertanya kepada nabi Musa as: “Siapakah Tuhan
alam semesta ini?”
Lantas nabi Musa as menjawab yang ditunjukkan kepada Fir’aun dan para pengawalnya:
“Dialah tuhan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya, jika benar-benar kalian
mengetahui rahasia kekuasaan Ilahi yang tersimpan di dalamnya.”
Fir’aun menyangkal perkataan Nabi Musa as: “tidak! Semua itu hanyalah omong kosong belaka!
Kau ini Musa dan Harun agaknya kalian berdua telah menjadi gila! Kalian telah berbicara
ngelantur tak karuan ke mana!” Musa menjawab: tuhanku dan Tuhan kalian adalah yang
menguasai Timur dan Barat, Tuhan yang ada diantara keduanya, jika kalian itu adalah orang-
orang yang berakal.” Nabi Harun dan Nabi Musa tidak henti-hentinya menyampaikan dakwah
agama Allah kepada raja Fir’aun dan para pengikutnya. Namun Fir’aun yang sombong itu tetap
saja dalam pendiriannya. Justru malah ia baik menanyakan Tuhan yang disembah nabi Harun as
dan nabi Musa as, bukan untuk diimani melainkan untuk diselidiki.

Antusias Dakwah Nabi Musa Bersama Nabi Harun yang tak Kenal Menyerah
Beberapa hari kemudian berkumpullah para ahli sihir di tempat yang telah ditentukan.
Rakyat berbondong-bondong ikut menyaksikan pula adu kepandaian sihir itu. Setelah nabi Harun
dan nabi Musa datang dan semua berkumpul, Fir’aun memberi aba-aba agar pertandingan
dimulai. Nabi musa mempersilahkan kebolehan lebih dahulu. Kemudian para pengawal Fir’aun
melemparkan tali-tali dan tongkat yang mereka lemparkan itu berubah menjadi ular, jumlahnya
ribuan ekor kecil-kecil. Fir’aun tertawa bangga menyaksikan kebolehan para ahli sihirnya.
Rakyat banyak terkagum-kagum. Ini memang menjadi tujuan Fir’aun, jika para ahli sihir itu
dapat mengalahkan Musa maka hancurlah kepercayaan rakyat atas kebenaran dakwah nabi Musa
dan nabi Harun.
Namun dengan rasa tenang nabi Musa melemparkan tongkatnya, tongkat tersebut segera
berubah menjadi ular yang sangat besar dan langsung dengan lahap memakan ular-ular para ahli
sihir Fir’aun. Waktu singkat ular-ular para ahli sihir itu habis ditelan ular nabi Musa. Para ahli
sihir terbelalak heran, apa yang ditampilkan Nabi Musa bukanlah sihir yang seperti mereka
pelajari dari setan. Sadar akan hal itu para ahli sihir sama berlutut dan menyatakan diri menjadi
pengikut ajaran nabi Musa. Mereka bertobat dan hanya akan menyembah Allah saja.
Fir’aun pun sangat murka karena hal itu. Nabi Musa dan nabi Harun berhasil mengalahkan
Fir’aun dan para pengikut nabi Musa makin lama semakin banyak jumlahnya, sebab ajaran nabi
Musa sangat jelas mengangkat harkat kemanusiaan. Membimbing manusia agar berbudi pekerti
mulia, dan mereka dihormati sebagai makhluk Tuhan sama seperti lainnya.

Nabi Harun menjadi Pemimpin Sementara Bani Israil dan Wafatnya


Nabi Harun tidak dibawa oleh nabi Musa ke Bukit Thursina. Dia bertugas memimpin
Bani Israil selama ditinggal oleh nabi Musa . Nabi Harun seorang dirilah yang menghadapi
Samiri sebagian Bani israil yang mau menerima ajakan Samiri untuk menyembah patung anak
sapi. Ketika nabi Musa asturun dari bukit Thursina ia terkejut, kaumnya telah tersesat. Mereka
berpesta pora dan menyembah patung anak sapi yang terbuat dari emas. Nabi Musa as menegur
saudaranya yakni nabi Harun yang telah dititipi agar menjaga ummatnya. Nabi harun as berkata
bahwa ia sudah memperingatkan mereka namun tak menganggapnya sebelah mata, karena Nabi
Harun as dianggap orang yang lemah. Setelah diselidiki ternyata samirilah orang yang mengajak
orang-orang itu membuat patung anak sapi dan menyembahnya. Nabi Musa marah sekali,
kemudian Samiri diusir, tidak boleh bergaul dengan masyarakat. Sebab Samiri terkena kutukan,
jika ia disentuh atau menyentuh manusia maka badannya akan menjadi demam-panas itulah siksa
di dunia, adapun nanti akhirat ia akan dimasukkan ke dalam neraka.
Kisah nabi Harun yang mendampingi Nabi Musa dalam berdakwah tidak berhenti
begitu saja Grameds meski terjadi pemberontakan. Keduanya tetap menyeru kepada agama
Allah. Nabi Harun dan nabi Musa yang saat itu akan masuk ke kawasan Kan’an mendapatkan
penolakan. Mereka akhirnya menuju suatu daerah hingga sampai di Gunung Hor, di kawasan
perbatasan Edom. Sesuai perintah Allah, nabi Harun dan nabi Musa mendaki gunung tersebut
bersama Eleazar -putra nabi Harun. Di puncak Gunung Hor itulah Nabi Harun wafat. Kabar
meninggalnya Nabi Harun terdengar oleh seluruh bangsa Israil. Mereka menangis dan merasa
kehilangan panutan saat nabi Harun wafat.

Anda mungkin juga menyukai