Anda di halaman 1dari 3

Penyebab keluarnya Hajar dari Palestina ke Makkah adalah persoalan yang terjadi

antara Hajar dan Sarah setelah Hajar melahirkan Nabi Nabi Ismail. Hajar terpaksa

menjauh dari Sarah manakala dirinya tidak merasa aman di sisinya. Allah memerintahkan

Nabi Ibrahim agar memindahkan Hajar dan putranya ke Baitullah, tempat jauh yang tidak

bisa dijangkau oleh kendaraan kecuali dengan kelelahan jiwa. Ini adalah perkara yang

mungkin sulit dan berat bagi Nabi Ibrahim yang sudah tua, yang diberi anak Nabi Ismail

dalam usia lanjut. Perkaranya bertambah sulit manakala Nabi Ibrahim meletakkan

belahan jiwanya dan ibunya di tempat yang sepi tanpa air, tanpa makanan dan tanpa

penduduk. Akan tetapi Allah memiliki hikmah yang mendalam.

Walaupun secara lahir perkara itu sulit dan berat, akan tetapi ia banyak memuat

rahmat dan kebaikan. Dan kita melihat rahmat dan kebaikan ini pada hari ini secara jelas

dan gamblang. Dengan didiami oleh Nabi Ismail, daerah itu tumbuh menjadi sebuah kota

tempat dibangunnya Baitullah yang banyak direalisasikan ibadah-ibadah, syiar-syiar dan

segala kebaikan. Dengannya Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail memperoleh pahala dan

balasan yang tidak diketahui kecuali oleh Allah. (Kisah shohih Para Nabi, h. 49)

Itu adalah karunia Allah yang Dia berikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya,

dan Allah adalah Pemilik karunia yang besar. Allah telah memerintahkan Nabi Ibrahim

agar meninggalkan keduanya di lembah itu, maka dia pun melakukan seperti yang Allah

perintahkan kepadanya. Dia menyerahkan keduanya kepada Allah, karena Dialah yang

memerintahkannya untuk melakukan itu. Tentunya, Dia mampu melindungi keduanya,

memberi makan dan minum kepada keduanya, serta menghibur keterasingan keduanya.

Ini adalah perintah Allah, dan perintah Allah tidak boleh dibantah. Inilah Islam di mana

Nabi Ibrahim membawa dirinya kepadanya. (Kisah shohih Para Nabi, h. 50) "Ketika
Tuhannya berfirman kepadanya, 'Tunduk patuhlah!' Nabi Ibrahim menjawab, 'Aku

tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam." (QS. Al-Baqarah: 131)

Nabi Ibrahim terus berjalan pulang. Ketika sampai di Tsaniyah dan tidak terlihat

oleh Hajar, dia berhenti menghadap ke arah Baitullah, mengangkat kedua tangannya ke

langit dan berbisik kepada Tuhannya,

"Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di


lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah)
yang dihormati. Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan
shalat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri
rizkilah mereka dari bauh-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur." (QS.
Nabi Ibrahim: 37).

Allah telah mengabulkan doanya dan merealisasikan harapannya. Allah

memberikan air kepada ibu Nabi Ismail untuk menghapus dahaganya, dan air susunya

kembali menetes. Dia pun bisa menyusui putranya. Malaikat menenangkannya, "Jangan

takut terlantar." Malaikat menyampaikan berita gembira kepadanya, bahwa bayinya akan

membangun Baitullah bersama ayahnya dan bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan

keluarganya. Allah menyempurnakan nikmat kepada Nabi Ismail dan ibunya. Maka

datanglah orang-orang ke lembah itu untuk menetap. Ibu dan Nabi Ismail pun mulai

kerasan. Keterasingan sedikit demi sedikit mulai lenyap. Sekelompok orang dari suku

Jurhum melewati daerah di dekat mereka. Mereka singgah di Makkah bagian bawah.

(Kisah shohih Para Nabi, h. 54)

Nabi Ismail tumbuh dengan baik menjadi seorang pemuda di lingkungan itu.

Seorang pemuda yang giat lagi rajin, diimbangi oleh akhlak mulia dan sifat-sifat luhur.

Orang-orang yang tinggal bersamanya menghormatinya dan mencintainya. Mereka

menikahkannya dengan gadis mereka. (Kisah shohih Para Nabi, h. 55)

Anda mungkin juga menyukai