Anda di halaman 1dari 33

IBADAH HAJI

Petemuan ke 5
Sejarah ibadah haji
• Sejarah Haji dalam Islam bermula dari ribuan
tahun yang lalu. Pada masa Nabi Ibrahim AS
(1861 – 1686 SM), yang merupakan keturunan
Sam Bin Nuh AS (3900 – 2900 SM). Literatur-
literatur yang ada dalam khasanah Islam
menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim AS lahir di
Ur-Kasdim, sebuah kota penting di
Mesopotamia, selanjutnya Nabi Ibrahim
tinggal di sebuah lembah di negeri Syam.
• Ketika sudah memasuki usia senja, Nabi Ibrahim
belum juga dikaruniai keturunan. Sang istri
(Sarah) sangat sedih melihat keadaan ini dan
meminta Nabi Ibrahim untuk menikahi Hajar.
Dari Hajar inilah Allah mengkaruniai Ibrahim
seorang anak bernama Ismail. Dan Sarah tidak
mampu memendam rasa pilunya karena tidak
mendapatkan keturunan sepanjang
perkawinannya dengan Nabi Ibrahim AS.
• Nabi Ibrahim AS kemudian mengadukan
permasalahannya kepada Allah. Lalu Allah
perintahkan Nabi Ibrahim membawa Ismail
bersama Hajar untuk menjauh dari Sarah. Nabi
Ibrahimpun bertanya : “Yaa Allah, kemana
aku harus membawa keluargaku ?”
• Allah berfirman : “Bawalah ke tanah Haram-Ku dan
pengawasan-Ku, yang merupakan daratan pertama
Aku ciptakan di permukaan bumi yaitu Mekkah.”
• Lalu malaikat Jibril AS turun kebumi membawa
kendaraan cepat. Kemudian Jibril membawa Hajar,
Ismail dan Nabi Ibrahim AS. Setiap kali Nabi Ibrahim
AS melewati suatu tempat yang memiliki ladang
kurma yang subur, ia selalu meminta Jibril untuk
berhenti sejenak. Tetapi Jibril selalu menjawab,
“teruskan lagi” dan “teruskan lagi”. akhirnya
sampailah di Mekkah dan mereka di posisi Ka’bah,
dibawah sebuah pohon yang cukup melindungi
Hajar dan anaknya Ismail dari terik matahari.
• Selanjutnya Nabi Ibrahim AS bermaksud pulang
kembali ke negeri Syam menemui Sarah istri
pertamanya.
• Hajar merasa sedih karena akan ditinggalkan oleh
suami tercintanya. “Mengapa menempatkan kami
disini. Tempat yang sunyi dari manusia , hanya gurun
pasir, tiada air dan tiada tumbuh-tumbuhan ?” tanya
Hajar sambil memeluk erat bayinya, Ismail.
• Ibrahim menjawab: “Sesungguhnya Allah yang
memerintahkanku menempatkan kalian di sini”.
• Lalu Ibrahim beranjak pergi meninggalkan
mereka. Sehingga sampai di bukit Kuday yang
mempunyai lembah, Ibrahim berhenti sejenak
dan melihat kepada keluarga yang
ditinggalkannya. Dia lalu berdoa, seperti yang
diabadikan dalam Al Qur’an. Allah berfirman
mengulangi doa Nabi Ibrahim AS :
• ” Yaa Tuhan kami, sesungguhnya aku telah
menempatkan sebahagian keturunanku di lembah
yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat
rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Yaa
Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka
mendirikan shalat. Maka jadikanlah hati sebagian
manusia cenderung kepada mereka dan berilah
mereka rizki dari buah-buahan, mudah-mudahan
mereka bersyukur.” (QS Ibrahim : 37)
• Setelah Nabi Ibrahim AS pergi, tinggallah Hajar bersama
bayinya Ismail. Ketika sinar matahari mulai menyengat,
bayi Ismail menangis kahausan. Hajarpun panik mencari
air. Naluri keibuannya berusaha gigih mencari air.
Awalnya hajar naik ke bukit Shafa, tetapi tidak
menemukan air. Lalu ia pergi lagi ke bukit Marwa dan
disanapun tidak menemukan air. Hajar mulai panik dan
putus asa sehingga tidak menyadari bahwa telah tujuh
kali berlari bolak balik antara bukit Shafa dan Marwa.
Namun ia tetap tidak menemukan air diantara dua
tempat tersebut.
•  Akhirnya dari bukit Marwa, hajar melihat ke arah
Ismail. Dia heran, bayinya tiba-tiba berhenti
menangis. Hajarpun melihat air mengalir dari
bawah kaki Ismail. Hajar berlari dengan girang ke
arah tempat bayinya. Dia berusaha menggali pasir,
membendung air yang mengalir tersebut sambil
melafazkan kalimat “ZAM … ZAM” (menampung).
Sejak saat itu hingga sekarang, mata air tersebut
dikenal di seluruh penjuru dunia sebagai sumur Zam
Zam.
• Berselang beberapa waktu kemudian, lewatlah
kabilah Jurhum di sekitar tempat itu. Ketika
berada di bukit Arofah, mereka melihat
kerumunan burung-burung beterbangan di atas
udara. Mereka yakin disana pasti ada sumber
air. Mereka segera mendekati tempat tersebut.
• Setelah sampai, mereka terkesima melihat
seorang wanita bersama bayinya duduk di
bawah pohon dekat sumber air tersebut.
• Kepala suku Jurhum bertanya kepada Hajar :
“Siapakah anda dan siapakah bayi mungil yang ada
dalam gendongan anda itu ?” Hajar menjawab : ”
Saya adalah ibu dari bayi ini. Ia anak kandung dari
Ibrahin AS yang diperintahkan oleh Tuhannya
menempatkan kami di wadi ini.”
• Lalu kepala suku Jurhum meminta izin tinggal
berseberangan dengannya. Hajar menjawab : ”
Tunggulah sampai Ibrahim datang. Saya akan
meminta izin kepadanya“.
• Tiga hari kemudian, Nabi Ibrahim AS datang melihat
kondisi anak dan istrinya. Hajar meminta izin
kepada Ibrahim agar Kabilah Jurhum bisa menjadi
tetangganya. Nabi Ibrahimpun memberi izin dan
Kabilah Jurhum menjadi tetangga Hajar dan Ismail
di tempat itu. Pada kesempatan berziarah
selanjutnya, Ibrahim menyaksikan tempat itu sudah
ramai oleh keturunan bangsa Jurhum dan Nabi
Ibrahim merasa senang melihat perkembangan itu.
• Hajar hidup rukun dengan bangsa Jurhum hingga Ismail
mencapai usia remaja.
• Selanjutnya Allah SWT memerintahkan kepadaIbrahim untuk
membangun Ka’bah pada posisi Qubah yang telah Allah
turunkan kepada nabi Adam AS. Tetapi Nabi Ibrahim tidak
mengetahui posisi Qubah itu, karena Qubah tersebut telah
diangkat lagi oleh Allah ketika terjadi peristiwa banjir besar di
bumi pada masa Nabi Nuh AS. Kemudian Allah mengutus Jibril
untuk menunjukkan kepada Ibrahim posisi Ka’bah. Kemudian
Jibril datang membawa beberapa bagian Ka’bah dari surga. Dan
pemuda Ismail membantu ayahandanya mengangkat batu-batu
dari bukit.
• Kemudian Nabi Ibrahin dan Ismail bekerja
membangun Ka’bah sampai ketinggian 7
hasta. Jibril lalu menunjukkan kepada mereka
posisi Hajar aswad. Kemudian Nabi Ibrahim
meletakkan Hajar Aswad pada posisinya
semula. lalu Ibrahim membuatkan 2 pintu
ka’bah. Pintu pertama terbuka ke timur dan
pintu kedua terbuka ke barat.
• Ketika selesai pembangunan Ka’bah, Nabi Ibrahim dan
Ismail melakukan ibadah haji. Pada tanggal 8 Dzulhijjah
Jibril turun menemui dan menyampaikan pesan kepada
Ibrahim.  
• Jibril meminta Nabi Ibrahim mendistribusikan air zam
zam ke beberapa tempat seperti Mina dan Arafah. Maka
hari itu disebut dengan hari “Tarwiyyah” (pendistribusian
air). Setelah selesai pembangunan Baitullah dan
pendistribusian air tersebut, maka Nabi Ibrahim berdoa
kepada Allah yang tercantum dalam Al Qur’an :
• ” Dan (ingatlah) ketika Nabi Ibrahim berdoa : ” Yaa
Tuhanku. jadikanlah negeri ini negeri yang aman
sentosa dan berikanlah riski dari buah-
buahankepada penduduknya yang beriman di
antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.
• Allah berfirman : ” Dan kepada orang yang kafirpun
aku beri kesenangan sementara, kemudian aku
paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-
buruk tempat kembali”. (QS. Al Baqarah : 126)
•  Sejak itu,kaum Muslimin melaksanakan ritual
haji untuk berziarah ke Ka’bah setiap tahun.
Ini mengikuti risalah Nabi Ibrahim as dan Nabi
Ismail as, serta risalah para Nabi dan Rosul
setelah keduanya. Ritual suci ini berlangsung
terus seperti pelaksanaan yang pernah
dilakukan oleh Ibrahim dan Ismail.
Haji Mabrur
• Dari sisi bahasa, al mabrur adalah isim maf’ul dari akar kata al
birru. Al birru itu artinya kebaikan atau  kebajikan. Dengan
demikian, al hajjul mabruru artinya haji yang diberikan kebaikan
dan kebajikan.
• Dari sisi istilah, haji mabrur adalah haji yang diterima oleh Allah,
kemudian berdampak pada kebaikan diri, serta bermanfaat bagi
orang lain. Oleh karenanya, al hajjul mabrur sebagai impian dari
orang yang melaksanakan jamaah haji itu melalui tahapan.
Mabrur tidak datang tiba-tiba. Tetapi harus diusahakan, mulai
dari sebelum, saat, dan setelah pelaksanaan ibadah haji.
• Terkait dengan persiapan, ketika kita ingin
mencapai haji mabrur, tentu kita harus
melakukan aktivitas yang mendukung
pencapaian haji mabrur. Persiapan itu antara
lain:
• Pertama, memahami ajaran agama Islam
dengan baik, termasuk juga manasik hajinya.
Karena amalan ibadah yang tidak disertai
dengan ilmu, maka ia dapat sia-sia.
• Kedua, harus dipastikan rejekinya halal. Jangan
sampai berangkat ibadah haji menggunakan
uang hasil curian. Ini tidak diterima. Tidak
boleh menggunakan uang curian untuk
kepentingan ibadah
• Ketiga, meningkatkan amal ibadah. Kita harus
menyiapkan diri dengan meningkatkan dan
menyempurnakan amal ibadah.
• Pada saat pelaksanaan ibadah haji, kita memastikan
terlaksananya syarat, rukun, wajib haji. Sunnah-
sunnah haji juga harus dipahami. Termasuk, hal
yang terlarang, untuk dijauhi. Pelaksanaan amal
perbuatan yang sah secara syar’i, belum tentu
diterima. Sesuatu itu sah atau tidak, dapat diukur
dengan ketentuan fiqh haji. Persoalan apakah
diterima atau tidak, itu otoritas Allah SWT. Nah, haji
mabrur terkait dengan diterimanya ibadah kita oleh
Allah.
• Kemabruran dapat dilihat dari aktivitas seseorang
setelah melaksanakan ibadah haji. Beberapa
indikator misalnya:
1. Meningkatnya pelaksanaan ibadah secara personal.
Yang semula ibadahnya bolong, tidak lagi. Yang
biasanya menggunjing, tidak menggunjing.
Hubungan kita kepada Allah menjadi lebih intim.
2. meningkatnya kualitas hubungan sosial atau
horizontal. Salah satu yang dilarang ibadah
haji adalah rafats, fusuq, jidal. Haji mabrur,
begitu setelah selesai menunaikan ibadah haji,
ia memiliki kemampuan untuk menjauhi yang
dilarang dalam haji, sehingga, akan terwujud,
kohesi sosial. Kemudian, hubungan sosial akan
menjadi positif.
3. melahirkan empati terhadap orang lain. Memiliki solidaritas
sosial. Ada hadis yang menjelaskan beberapa perkara berikut:
a. Afsyussalam, artinya sebarkan kedamaian. Setiap bertemu
orang lain, berilah salam, maka niscaya akan menebarkan
kedamaian. Tetapi yang lebih substantif adalah kehadiran kita
menjadi faktor pendamai di tengah masyarakat. Fi ayyi ardhin
tatho’ anta mas’uulun ‘an islaamiha (dimana bumi dipijak,
engkau bertanggungjawab atas kedamaian diatasnya)
b. Ath’imuth-tha’aam, artinya berikanlah makan orang yang
membutuhkan makan. Artinya, kita harus memiliki
solidaritas sosial.
c. Washilul arham, artinya sambung tali kekerabatan.
Terminologi sambung itu artinya pernah terputus. Kalau
sudah akrab, itu bukan silaturahmi, melainkan merawat
kekerabatan. Kata sambung kasih sayang itu kepada yang
memutus persahabatan dengan kita. Tidak mahal, tetapi
butuh kelegaan hati
4. Berikutnya adalah hubungan kita secara personal vertical kepada
Allah. Washallu bil laili wannasu niyaam. Shalat malam disaat semua
orang sedang terlelap tidur. Itu adalah cerminan dari hubungan yang
sangat privat kita dengan Allah. Tidak ada riya, kita bermuhasabah,
kita mengadu kepada Allah.
Dari penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa haji mabrur bukan
sesuatu yang given, tetapi selalu diusahakan tanpa henti. Tidak hanya
saat pelaksanaan ibadah haji, tetapi dari persiapan, saat, dan pasca-
haji. Pelaksanaan ibadah akan sangat berpengaruh pada absah atau
tidak absah haji. Kalau diterima atau tidaknya, itu urusan Allah.
Hikmah Ibadah Haji
1.Mengikhlaskan Seluruh Ibadah
Beribadah semata-mata untuk Allah SWT dan
menghadapkan hati kepada-Nya dengan
keyakinan bahwa tidak ada yang diibadahi
dengan haq, kecuali Dia dan bahwa Dia adalah
satu-satunya pemilik nama-nama yang indah
dan sifat-sifat yang mulia. Tidak ada sekutu
bagi-Nya, tidak ada yang menyerupai-Nya dan
tidak ada tandingan-Nya.
• Dan hal ini telah diisyaratkan dalam firman-
Nya. “Dan ingatlah ketika Kami menempatkan
tempat Baitullah untuk Ibrahim dengan
menyatakan:Janganlah engkau menyekutukan
Aku dengan apapun dan sucikan rumah-Ku ini
bagi orang-orang yang thawaf, beribadah,
ruku dan sujud (al-Hajj/22: 26)
2. Mendapat Ampunan Dosa-Dosa Dan Balasan Jannah
• ‫ول اَلل َّ ِه صلى الله عليه وسلم‬ َ ‫ع ْن َأ ِبي ُه َري ْ َر َة رضي الله عنه َأ َّن َر ُس‬ َ
ُ ‫ َوال َْح ُّج اَل َْمبْ ُر‬,‫ اَل ُْع ْم َر ُة ِإ ل َى اَل ُْع ْم َر ِة ك َ ّف ََارةٌ لِ َما بَيْن َ ُه َما‬: ‫ال‬
ٌ‫ور ل َيْ َس ل َُه َج َزاء‬ َ ‫َق‬
‫ِإ لَّا اَل َْجن ّ َ َة‬
• “Dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda : “Satu umrah sampai umrah yang lain
adalah sebagai penghapus dosa antara keduanya dan
tidak ada balasan bagi haji mabrur kecuali jannah” [HR
Bukhari dan Muslim, Bahjatun Nanzhirin no. 1275]
• ‫ثـ َو ل َْم يَ ْف ُس ْق َر َج َع ك َي َ ْو ٍم َول ََدتْ ُه ُأ ُّم ُه‬
ْ ‫َم ْن َح َّج لِلَّه َفل َْم يَ ْر ُف‬
• “Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata :
“Aku mendengar Nabi Saw bersabda bahwa
barang siapa berhaji ke Baitullah ini karena
Allah, tidak melakukan rafats dan fusuuq,
niscaya ia kembali seperti hari ia dilahirkan oleh
ibunya”
• Rafats : jima’ ; pendahuluannya dan ucapan
kotor, Fusuuq : kemaksiatan
3. Menyambut Seruan Nabi Ibrahima Alaihissalam
• ‫ين ِم ْن‬ َ ‫ام ٍر يَْأ ِت‬
ِ ‫اس ِبال َْح ِّج يَْأتُو َك ِر َجال ًا َو َعل َٰى ك ّ ُِل َض‬
ِ َّ ‫َوَأ ِ ّذ ْن ِفي الن‬
‫يق‬ٍ ‫ك ّ ُِل َف ٍّج َع ِم‬
• “Dan serulah manusia untuk berhaji, niscaya
mereka akan datang kepadamu dengan
berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus
yang datang dari segenap penjuru yang
jauh”[al-Hajj/22: 27]
4. Menyaksikan Berbagai Manfaat Bagi Kaum
Muslimin
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
• ‫لِيَ ْش َه ُدوا َمنَا ِف َع ل َُه ْم‬
• “Agar supaya mereka menyaksikan berbagai
manfaat bagi mereka” [al-Hajj/22: 28]

Anda mungkin juga menyukai