Anda di halaman 1dari 10

1. Nabi ismail A.

Pemberani dan rela berkorban

Berbakti pada orang tua dan taat pada perintah Allah

Berhusnudzhon / baik sangka kpd Allah serta sabar dlm menerima ketetapan Allah

Nabi Ismail adalah putra Nabi Ibrahim dengan istrinya, Siti Hajar. Siti hajar berasal dari
budak kecil Raja Mesir yang diberikan kepada Siti Sarah, dan setelah besar lalu dijadikan istri
oleh Nabi Ibrahim. Dari istrinya inilah Nabi Ibrahim memperoleh anak yang bernama Ismail.
Adapun istrinya yang pertama, yaitu Siti Sarah, sedari muda sudah mandul (tidak mempunyai
anak) dan karena ia ingin sekali mempunyai keturunan, maka setelah usianya sudah agak
lanjut, barulah ia dikaruniahi Allah seorang anak laki-laki yang bernama Ishak. Rupanya Siti
Sarah kurang senang apabila selalu berdekatan dengan madunya, seperti halnya watak wanita
pada umumnya, apalagi madunya itu sudah mempunyai anak, sedangkan ia sendiri masih
belum.

Kemudian Nabi Ibrahim membawa pindah istrinya (Siti Hajar) bersama bayinya, Ismail
ke negeri Mekah yang pada saat itu masih berupa lautan padang pasir yang belum ada seorang
manusia pun disana. Seperti diceritakan dalam Al-Qur’an: surah Ibrahim ayat, 37:

“Hai Tuhan kami! Sesungguhnya kami telah menempatkan anak keturunan kami di
lembah yang tidak ada tanaman sama sekali (Mekah) pada tempat rumah-Mu (Ka’bah) yang
terhormat. Hai Tuhan kami! Semoga mereka tetap mendirikan salat. Hendaklah Engkau
jadikan hati manusia rindu kepada mereka. Berilah mereka rezeki yang berupa buah-buahan,
mudah-mudahan mereka mengucapkan syukur kepada Tuhan.”

Nabi Ibrahim kembali ke Negeri Syam. Ketika Siti Hajar telah kehabisan air, ia merasa
sangat haus, karena itu air susunya terasa berkurang, dan bayinya (Ismail) ikut menderita
karena kekurangan air susu.

Siti Hajar mencari air kemana-mana, mondar mandir antara bukit Sofa dan Bukit Marwa,
kalau- kalau ada air di situ. Perbuatan Siti Hajar ini sampai sekarang dijadikan sebagian dari
rukun “Ibadah haji” yang dinamakan Sa’i (pulang balik antara Sofa dan Marwa) sebanyak
tujuh kali, dengan membacakan nama kebesaran Allah, mensucikan dan mengagungkan
Allah.

Tak lama kemudian Siti Hajar mendengar suara (suara Jibril) yang membawa dan
menunjukkan Siti Hajar ke suatu tempat, dan disana di hentakkan kakinya ke bumi, maka
terpancarlah mata air yang sangat jernih dari dalamnya. Maka dengan segera Siti Hajar
mengambil air itu untuk memberi minum anaknya.. mata air itu semula meluap kemana-mana,
kemudian Malaikat berkata, “Zamzam” artinya, berkumpullah.” Maka, mata air itu pun
berkumpul, dan sampai sekarang mata air itu dinamakan sebagai Air Zam zam. Berkat rahmat
Allah yang Maha Kuasa, air zamzam itu tidak pernah kering sampai sekarang walau pun
dipergunakan oleh sangat banyak manusia yang mengambilnya.

Nabi Ismail, Cermin Anak yang Patuh

Pada suatu hari Nabi Ibrahim bermimpi diperintah Tuhan untuk menyembelih anaknya
(Ismail). Maka Nabi Ibrahim bermusyawarah dengan anak-istrinya (Siti Hajar dan Ismail),
bagaimana pendapat keduanya tentang mimpinya itu. Siti Hajar berkata, “Barangkali mimpi
itu hanya permainan tidur belaka, maka janganlah engkau melakukannya, akan tetapi apabila
mimpi itu merupakan wahyu Tuhan yang harus di taati, maka saya berserah diri kepada-Nya
yang sangat pengasih dan Penyayang terhadap hambanya.”

Ismail berkata, “Ayahku! Apabila ini merupakan wahyu yang harus kita taati, maka saya
rela untuk disembelih.”

Ketiga orang anak beranak itu sudah ikhlas melakukan perintah Tuhannya, maka
keesokan harinya dilaksanakan perintah itu.

Selanjutnya Ismail usul kepada ayahnya, Ibrahim: “Sebaiknya saya disembelih dengan
keadaan menelungkup, tapi mata ayah hendaklah di tutup, kemudian ayah harus dapat
mengira-ngira arah mana pedang yang tajam itu ayah pukulkan, supaya tepat pada leher
saya.” Maka Nabi Ibrahim melaksanakan usul anaknya itu, beliau mengucapkan kalimat atas
nama Allah, seraya memancungkan pedangnya yang tajam itu ke leher anaknya.

2. Nabi Ishak A.S

Jujur

Taat kepada perintah Allah

Ishak adalah putra kedua Nabi Ibrahim setelah Ismail yang beribu Sarah dan merupakan
orang tua dari Nabi Yaqub.

Ishak diutus untuk masyarakat Kana’an di wilayah Al-Khalil Palestina. Kisah Nabi Ishak
sangat sedikit diceritakan dalam Al-Qur’an. Nabi Ishak disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak
15 kali. Sedangkan keutamaan Nabi Ishak disebutkan 9 kali dan kenabian Ishak 10 kali.
Dikatakan bahwa ia memiliki 2 anak dan meninggal di Alkhalil Hebron Palestina.
Nama Ishak berasal dari bahasa Yahudi Yiṣḥāq yang berarti tertawa / tersenyum. Kata itu
didapatkan dari ibunya, Sarah yang tersenyum tidak percaya ketika mendapatkan kabar
gembira dari malaikat Jibril.

Ishak bin Ibrahim bin Azara bin Nahur bin Suruj bin Ra’u bin Falij bin ‘Abir bin Syalih
bin Arfahsad bin Syam bin Nuh. Ishaq menikah dengan Revkah binti Bethul menikah pada
tahun 2088 SM. Dari pernikahan ini Ishaq memiliki dua anak kembar Yaqub dan Eswa (Isu).

Sebelum kelahiran Ishak, Sarah dan suaminya, Ibrahim mendapat kabar gembira dari
Allah melalui malaikat Jibril. Dalam pesan itu malaikat Jibril menyampikan pesan bahwa
Sarah akan melahirkan seorang anak laki-laki bernama Ishak yang kelak akan menjadi
seorang nabi. Namun, Sarah tersenyum karena merasa heran dan aneh. Dia merasa aneh
karena tidak mungkin dia dan suaminya dapat memberi keturunan jika usia mereka sudah
cukup tua, aitu Sarah berusia 90 tahun dan Nabi Ibrahim 100 tahun. Ishaq pun akhirnya
terlahir di kota Kana’an pada tahun 1761 SM.

Ishak merupakan anak kedua dari Nabi Ibrahim dan Sarah setelah Ismail. Bersama Ismail,
ia menjadi penerus ayahnya untuk berdakwah di jalan Allah. Ketika Ibrahim telah sangat tua,
Ishak belum juga menikah. Ibrahim tidak mengizinkan Ishak menikah dengan wanita Kana’an
karena masyarakatnya tidak mengenal Allah dan asing terhadap keluarganya. Karena itu,
Ibrahim memerintah seorang pelayan untuk pergi ke Harran, Irak dan membawa seorang
perempuan dari keluarganya. Perempuan yang dimaksud itu adalah adalah Rafqah binti
Batuwael bin Nahur, saudara Ibrahim yang kemudian dinikahkan dengan Ishak.

Setelah 10 tahun Ishaq menikah dengan Rafqah, lahirlah dua anak kembar. Anak pertama
diberi nama Al-Aish dan anak kedua Yaqub yang lahir dengan memegang kaki saudaranya.
Ishak lebih menyayangi Al-Aish daripada Yaqub. Dari Ishak-lah kemudian terlahir nabi-nabi
Bani Israil. Menurut salah satu riwayat, Ishaq meninggal pada usia 180 tahun.

NABI ISHAK, anak kedua Nabi Ibrahim daripada perkahwinannya dengan Sarah adalah
seorang anak yang soleh. Perkataan Ishak berasal daripada bahasa Ibrani, iaitu Yashhak. Ia
diistilahkan demikian kerana ibunya tertawa bersendirian apabila mengetahui dia bakal
melahirkan anak.

Ishak adalah seorang yang soleh. Keberkatannya dikhususkan Allah seperti keberkatan
pada bapanya, Nabi Ibrahim. Firman Allah yang bermaksud: “Dan Kami beri dia khabar
gembira dengan (kelahiran) Ishak, seorang nabi yang termasuk orang soleh. Kami limpahkan
keberkatan atasnya dan atas Ishak dan antara cucunya ada yang berbuat baik dan ada yang
zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata.”
Allah menghuraikan kebijaksanaan Ibrahim, anaknya, Ishak dan cucunya, Yaakub dalam
firmannya: “Dan ingatlah hamba Kami bahawa Ibrahim, Ishak dan Yaakub mempunyai
perbuatan besar dan ilmu yang tinggi. Sesungguhnya Kami telah menyucikan mereka dengan
(menganugerahkan mereka) akhlak tinggi, iaitu sentiasa mengingatkan (manusia) kepada
akhirat. Dan mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang pilihan yang paling baik.”

Kenabian Ishak juga dijelaskan Allah melalui firman-Nya yang bermaksud:


“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadanya sebagaimana Kami telah
memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi yang kemudiannya. Dan Kami telah memberikan
wahyu kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yaakub dan anak
cucunya, Isa, Yunus, Harun, Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.”

Al-Quran tidak menjelaskan mengenai Nabi Ishak secara khusus. Namun menurut
riwayat, pada saat Nabi Ibrahim hampir menemui ajal, Nabi Ishak mahu berkahwin. Tetapi
Nabi Ibrahim tidak mahu Ishak berkahwin dengan wanita Kan’an kerana mereka tidak
mengenali Allah.

Nabi Ishak yang wafat ketika berusia 180 tahun dikebumikan di Jirun (kini Madinah).
Ada juga mengatakan nabi Ishak disemadikan di al-Mughirah, tempat bapanya dikebumikan.

3. Nabi Yakub A.S

Nabi ya'kub merupakan sosok yang sangat peduli terhadap akidah keluarganya,memiliki
sifat hormat, bertaqwa kepada Allah,penyabar, mempunyai sifat kecermatan dan kehati -
hatian dsb.

Nabi Ya’qub adalah putera dari Nabi Ishaq bin Ibrahim sedang ibunya adalah anak
saudara dari Nabi Ibrahim, bernama Rifqah binti A’zar. Ia adalah saudara kembar dari putera
Ishaq yang kedua bernama Ishu.

Antara kedua saudara kembar ini tidak terdapat suasana rukun dan damai serta tidak ada
menaruh kasih-sayang satu terhadap yang lain bahkan Ishu mendendam dengki dan iri hati
terhadap Ya’qub saudara kembarnya yang memang dimanjakan dan lebih disayangi serta
dicintai oleh ibunya. Hubungan mereka yang renggang dan tidak akrab itu makin buruk dan
tegang setelah diketahui oleh Ishu bahwa Ya’qublah yang diajukan oleh ibunya ketika
ayahnya minta kedatangan anak-anaknya untuk diberkahi dan didoakan, sedangkan dia tidak
diberitahu dan karenanya tidak mendapat kesempatan seperti Ya’qub memperoleh berkah dan
doa ayahnya, Nabi Ishaq.

Melihat sikap saudaranya yang bersikap kaku dan dingin dan mendengar kata-kata
sindirannya yang timbul dari rasa dengki dan irihati, bahkan ia selalu diancam maka
datanglah Ya’qub kepada ayahnya mengadukan sikap permusuhan itu. Ia berkata mengeluh :
” Wahai ayahku! Tolonglah berikan fikiran kepadaku, bagaimana harus aku menghadapi
saudaraku Ishu yang membenciku mendendam dengki kepadaku dan selalu menyindirku
dengan kata-kata yang menyakitkan hatiku, sehinggakan menjadihubungan persaudaraan
kami ber dua renggang dan tegang tidak ada saling cinta mencintai saling sayang-
menyayangi. Dia marah karena ayah memberkahi dan mendoakan aku agar aku memperolehi
keturunan soleh, rezeki yang mudah dan kehidupan yang makmur serta kemewahan . Dia
menyombongkan diri dengan kedua orang isterinya dari suku Kan’aan dan mengancam bahwa
anak-anaknya dari kedua isteri itu akan menjadi saingan berat bagi anak-anakku kelak
didalam pencarian dan penghidupan dan macam-macam ancaman lain yang mencemas dan
menyesakkan hatiku. Tolonglah ayah berikan aku fikiran bagaimana aku dapat mengatasi
masalah ini serta mengatasinya dengan cara kekeluargaan.

Berkata si ayah, Nabi Ishaq yang memang sudah merasa kesal hati melihat hubungan
kedua puteranya yang makin hari makin meruncing:” Wahai anakku, karena usiaku yang
sudah lanjut aku tidak dapat menengahi kamu berdua ubanku sudah menutupi seluruh
kepalaku, badanku sudah membongkok raut mukaku sudah kisut berkerut dan aku sudak
berada di ambang pintu perpisahan dari kamu dan meninggalkan dunia yang fana ini. Aku
khuatir bila aku sudah menutup usia, gangguan saudaramu Ishu kepadamu akan makin
meningkat dan ia secara terbuka akan memusuhimu, berusaha mencari kecelakaan mu dan
kebinasaanmu. Ia dalam usahanya memusuhimu akan mendapat sokongan dan pertolongan
dan saudara-saudara iparnya yang berpengaruh dan berwibawa di negeri ini. Maka jalan yang
terbaik bagimu, menurut fikiranku, engkau harus pergi meninggalkan negeri ini dan berhijrah
engkau ke Fadan A’raam di daerah Irak, di mana bermukin bapa saudaramu saudara ibumu
Laban bin Batu;il. Engkau dapat mengharap dikahwinkan kepada salah seorang puterinya dan
dengan demikian menjadi kuatlah kedudukan sosialmu disegani dan dihormati orang karena
karena kedudukan mertuamu yang menonjol di mata masyarkat. Pergilah engkau ke sana
dengan iringan doa drpku semoga Allah memberkahi perjalananmu, memberi rezeki murah
dan mudah serta kehidupan yang tenang dan tenteram.

Nasihat dan anjuran si ayah mendapat tempat dalam hati si anak. Ya’qub melihat dalam
anjuran ayahnya jalan keluar yang dikehendaki dari krisis hubungan persaudaraan antaranya
dan Ishu, apalagi dengan mengikuti saranan itu ia akan dapat bertemu dengan bapa
saudaranya dan anggota-anggota keluarganya dari pihak ibunya .Ia segera berkemas-kemas
membungkus barang-barang yang diperlukan dalam perjalanan dan dengan hati yang terharu
serta air mata yang tergenang di matanya ia meminta kepada ayahnya dan ibunya ketika akan
meninggalkan rumah. Pergi ke Iraq

4. Nabi Yusuf A.S

Nabi Yusuf adalah putra Nabi Ya’qub yang diberi kelebihan memiliki wajah tampan.
Waktu masih kecil, Yusuf pernah dibuang ke dalam sumur oleh 10 saudaranya yang memiliki
dengki kepadanya. Kemudian dia ditemukan oleh seorang kafilah, lalu di bawa ke Mesir
untuk dijual sebagai budak.

Tak hanya memiliki wajah tampan, Nabi Yusuf juga diberi keunggulan dari sisi
kecerdasan dan mampu menakwilkan mimpi. Beliau dikenal sebagai sosok yang sabar dan
penyayang. Yusuf bahkan pernah berdoa kepada Allah untuk dijebloskan ke dalam penjara
daripada harus tergoda oleh hawa nafsu dari wanita-wanita cantik di Mesir, termasuk
Zulaikha

1. Tidak sombong atas semua keunggulan yang dimilikinya

Memiliki wajah sangat tampan dan kecerdasan, membuat Nabi Yusuf dikagumi oleh
banyak orang. Pujian demi pujian selalu dilontarkan kepada Nabi Yusuf, tapi apa yang
dikatakannya ketika mendapatkan semua pujian itu? Nabi Yusuf mengatakan kalau dia
tidak pantas mendapatkan semua pujian itu, yang mentas dipuji hanyalah Allah.

2. Lebih memilih dipenjara daripada kehilangan Allah

Godaan dari wanita secantik Zulaikha dan wanita-wanita Mesir lainnya membuat Nabi
Yusuf ketakutan akan terjerumus dalam perbuatan dosa. Oleh sebab itu, Nabi Yusuf
pernah berdoa kepada Allah untuk lebih memilih dipenjara saja daripada harus
terpengaruh oleh hawa nafsu dan harus kehilangan Allah.

Hingga akhirnya Allah mengabulkan permintaan Nabi Yusuf, dan dia pun sempat
mendekam di penjara selama 10 tahun lebih karena difitnah oleh Zulaikha yang ingin
menundukkan Nabi Yusuf.

3. Pemimpin yang baik dan adil

Setelah keluar dari penjara, Nabi Yusuf diangkat jadi bendahara Mesir oleh Raja Mesir
yang kagum akan akhlaknya yang baik dan terhormat. Ketika itu Raja Mesir memberikan
kekuasaan kepada Nabi Yusuf untuk mengatur urusan negara.

Sebagai orang nomor dua di Mesir, Nabi Yusuf menjalankan kepemimpinannya untuk
menyelamatkan rakyat yang miskin. Sebailknya Nabi Yusuf berhasil menjatuhkan orang-
orang kaya yang suka menimbun harta dan beliau juga memerdekakan semua budak yang
ada di Mesir. Karena kepemimpinannya yang adil, seluruh rakyat Mesir menghormati
Nabi Yusuf dan bahkan Raja Mesir sekalipun kagum terhadapnya.

5. Nabi Aiyub A.S


Nabi Ayub AS adalah putra Ish bin Ishak bin Ibrahim. Nabi Ayub adalah seorang yang
kaya raya. Istrinya banyak, anaknya banyak hartanya melimpah ruah dan ternaknya tak
terbilang jumlahnya. Ia hidup makmur dan sejahtera.

Walau demikian ia tetap tekun beribadah. Segala nikmat dan kesenangan yang di
karuniakan kepadanya tak sampai melupakannya kepada Allah. ia gemar berbuat kebajikan,
suka menolong orang yang menderita terlebih dari golongan fakir miskin.

Para Malaikat di langit terkagum-kagum dan sama membicarakan ketaatan Ayub dan
keikhlasannya dalam beribadah kepada Allah. Sementara itu, Iblis yang mendengar
pembicaraan itu merasa iri dan ingin menjerumuskan Ayub agar menjadi orang yang tidak
sabar dan celaka. Pertama Iblis mencoba sendiri menggoda Nabi Ayub agar tersesat dan tak
mau bersyukur kepada Allah. Namun ia gagal. Nabi Ayub tak tergoyahkan.

Iblis kemudian menghadap Allah. Minta izin untuk menggoda Nabi Ayub : "Wahai
Tuhan, sesungguhnya Ayub yang senantiasa patuh dan berbakti menyembah-Mu, senantiasa,
memuji-Mu, tak lain hanyalah karena takut kehilangan kenikmatan yang telah Engkau berikan
kepadanya.

Semua ibadah tidak ikhlas dan bukan karena cinta dan taat kepada-Mu. Andaikata ia
terkena musibah dan kehilangan harta benda, anak-anak dan istrinya belum tentu ia akan teat
dan tetap ikhlas menyembah-Mu."

Allah berfirman kepada Iblis : "Sesungguhnya Ayub adalah hamba¬Ku yang sangat taat
kepada-Ku, ia seorang mu'min yang sejati. Apa yang ia lakukan untuk mendekatkan diri
kepada-Ku adalah semata-mata didorong iman yang teguh kuat dan taat yang bulat kepada-
Ku. Iman dan taqwanya takkan tergoyah oleh perubahan keadaan duniawi.

Cintanya kepada-Ku dan kebajikannya tidak akan menurun dan menjadi berkurang walau
ditimpa musibah apapun yang melanda dirinya dan hartanya. la yakin bahwa siapa yang ia
miliki adalah pemberian-Ku yang sewaktu-waktu dapat Aku cabut daripadanya atau
menjadikannya berlipat ganda.

la bersih dari segala tuduhan dan prasangkamu. Engkau tidak rela melihat hamba-hamba-
Ku anak cucu Adam berada di atas jalan yang lurus. Untuk menguji keteguhan hati Ayub dan
keyakinannya pada takdirKu.

Kuizinkan kau menggoda dan memalingkannya dariKu. Kerahkanlah pembantu-


pembantumu untuk menggoda Ayub melalui harta dan keluarganya. Cerai beraikanlah
keluarganya yang rukun damai sejahtera itu. Lihatlah sampai dimana kemampuanmu untuk
menyesatkan hamba-Ku, Ayub itu."
Demikianlah, Iblis dan para pembantunya kemudian mulai menyerbu keimanan Ayub.
Mula-mula mereka membinasakan hewan ternak peliharaan Nabi Ayub. Satu persatu hewan-
hewan itu mati bergelimpangan disusul lumbung-lumbung gandum dan lahan pertanian Nabi
Ayub terbakar dan musnah.
Allah menerima do'a Nabi Ayub yang telah mencapai puncak kesabaran dan keteguhan
iman dalam menghadapi cobaan. Berfirman Allah kepada Nabi Ayub : "Hantamkanlah
kakimu ke tanah. Dari situ air akan-memancar dan dengan air itu kau akan sembuh dari semua
penyakitmu. Kesehatan dan kekuatanmu akan pulih kembali jika kau pergunakan untuk
minum dan mandi."
Demikianlah, setelah Nabi Ayub minum dan mandi air yang memancar dari bawah
kakinya, maka ia sembuh seperti sediakala. Sementara itu Rahmah yang telah pergi
meninggalkan Nabi Ayub lama-lama merasa kasihan dan tak tega membiarkan Nabi Ayub
seorang diri. la datang menjenguk, namun ia tak mengenali suaminya lagi.
Karena Nabi Ayub sudah sembuh dan keadaannya jauh lebih baik daripada sebelumnya.
Lebih sehat dan lebih tampan. Nabi Ayub gembi¬ra melihat istrinya kembali, namun ia ingat
sumpahnya yaitu ingin memukul istrinya seratus kali.
la harus melaksanakan sumpah itu. Kini ia bimbang, istrinya sudah turut menderita
sewaktu bersama-sama dengannya selama tujuh tahun ini; akankah ia memukulnya seratus
kali. Dalam kebimbangan datanglah wahyu Allah yang memberikan jalan keluar.
Firman Allah : "Hai Ayub, ambillah lidi seratus buah dan pukullah istrimu itu sekali saja,
dengan demikian tertebuslah sumpahmu."
Ya, dengan lidi seratus, dipukulkan pelan sekali, maka sumpahnya sudah terlaksana.
Berkat kesabaran dan keteguhan imannya Nabi Ayub dikaruniai lagi harta benda yang
melimpah ruah. Dari Rahmah ia mendapat anak bernama Basyar, dikemudian hari ia
mendapat julukan Dzulkifli artinya : Yang punya kesanggupan. Dzulkifli akhirnya juga
menjadi Nabi dan Rasul Allah SWT.

6. Nabi syu’aib A. S

Shiddiq
Amanah
Fathonah
Tabligh

Nabi Syu’aib ‘alaihissalam mengingatkan kaumnya tentang kebaikan yang telah


Allah ‘alaihissalam limpahkan kepada mereka berupa rezeki yang beraneka ragam.
Sesungguhnya dengan itu semua, mereka tidak perlu sampai menzalimi manusia dalam
urusan harta. Nabi Syu’aib ‘alaihissalam juga mengancam dengan azab yang mengepung
mereka di dunia sebelum di akhirat nanti. Namun mereka menyambutnya dengan ejekan dan
menolak seruan itu sambil mengejek. Mereka berkata,
‫ب قَالُوا‬
ُ ‫شعَ ۡي‬ َ َ ‫شؤُا َما أ َ ۡم َٰ َو ِلنَا فِ ٓي نَّ ۡفعَ َل أَن أَ ۡو َءابَا ٓ ُؤنَا ٓ يَ ۡعبُ ُد َما نَّ ۡت ُركَ أَن ت َ ۡأ ُم ُركَ أ‬
ُ َ‫صلَ َٰوت ُكَ َٰي‬ َٓ َٰ َ‫شي ُد ۡٱل َح ِلي ُم ََلَنتَ ِإنَّكَ ن‬ ِ ‫ٱلر‬
َّ ٨٧
“Hai Syu’aib, apakah shalatmu (agamamu) menyuruhmu agar kami meninggalkan apa
yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami berperbuat apa yang kami
kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi
berakal.” (Hud: 87)
Yakni, kami tetap akan bertahan menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami.
Kami akan tetap berbuat terhadap harta kami dengan berbagai bentuk muamalah yang kami
inginkan, tidak berada di bawah aturan atau ketetapan Allah subhanahu wa ta’ala dan para
rasul-Nya.
Nabi Syu’aib ‘alaihissalam berkata (sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala),
‫ع َل َٰى كُنتُ إِن أ َ َر َء ۡيت ُمۡ َٰ َيقَ ۡو ِم قَا َل‬ َ ‫س ٗنا ِر ۡزقًا ِم ۡنهُ َو َر َزقَنِي َّر ِبي ِمن بَ ِي َنة‬ َ ‫َح‬
“Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Rabbku
dan dianugerahkan kepadaku dari-Nya rezeki yang baik (patutkah aku menyalahi
perintahnya?” (Hud: 88)
Maksudnya, Allah subhanahu wa ta’ala telah mencukupi aku (dengan rezeki-Nya).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala,
ٓ ‫…ع َۡنهُ أ َ ۡنه ََٰىكُمۡ َما ٓ إِلَ َٰى أ ُ َخا ِلفَكُمۡ أ َ ۡن أ ُ ِري ُد َو َما‬
“Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku
larang.” (Hud: 88)
Yakni, tidaklah aku melarang kalian dari berbagai muamalah yang buruk dan di
dalamnya terdapat perbuatan yang menzalimi manusia, melainkan aku adalah orang pertama
yang meninggalkannya, padahal Allah subhanahu wa ta’ala telah memberi aku harta dan
memperluas rezeki untukku. Saya sangat membutuhkan adanya hubungan muamalah ini.
Namun saya terikat dengan kewajiban taat kepada Rabbku.
Saya tidak bermaksud dengan tindakan dan perintahku ini kepada kalian kecuali
mendatangkan perbaikan. Artinya, semampu saya, saya akan berusaha agar keadaan dunia dan
akhirat kalian menjadi baik.
َّ ِ‫علَ ۡي ِه ب‬
‫ٱللِ إِ َّّل ت َ ۡوفِي ِق ٓي َو َما‬ َ ُ‫يب َوإِلَ ۡي ِه تَ َوك َّۡلت‬ ُ ِ‫ أُن‬٨٨
“Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada
Allah aku berserah diri dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (Hud: 88)
Kemudian beliau mengancam mereka dengan siksaan yang pernah menimpa umat-umat yang
masa dan tempatnya di sekitar mereka.

Firman Allah subhanahu wa ta’ala,


ِ ‫َاب َما ٓ ِم ۡث ُل يُ ِصي َبكُم أَن‬
‫ش َقا ِق ٓي َي ۡج ِر َمنَّكُمۡ َّل َو َٰ َيقَ ۡو ِم‬ َ َٰ ‫ ِب َب ِعيد ِمنكُم لُوط قَ ۡو ُم َو َما‬٨٩
َ ‫ص ِلح قَ ۡو َم أَ ۡو هُود َق ۡو َم أَ ۡو نُوح قَ ۡو َم أَص‬
“Janganlah sekali-kali pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan kamu berbuat
aniaya sehingga kamu ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum
Shalih, sedangkan kaum Luth tidak (pula) jauh dari kalian.” (Hud: 89)
Beliau menawarkan kepada mereka agar bertaubat dan membangkitkan keinginan mereka untuk
bertaubat. Nabi Syu’aib ‘alaihissalam berkata, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala, ,
‫ٱست َ ۡغ ِف ُروا‬
ۡ ‫ َودُود َر ِحيم َر ِبي ِإنَّ ِإلَ ۡي ِه ت ُوبُ ٓوا ث ُ َّم َربَّكُمۡ َو‬٩٠
“Dan mohonlah ampunan kepada Rabb kalian kemudian bertaubatlah kepada-Nya.
Sesungguhnya Rabb-ku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.” (Hud: 90)
Namun semua seruan itu tidak berfaedah sedikit pun. Mereka berkata,

‫…تَقُو ُل ِم َّما َكثِ ٗيرا نَ ۡفقَهُ َما‬


“Kami tidak banyak mengerti apa yang kamu katakan.” (Hud: 91)
Perkataan ini jelas karena sikap keras kepala mereka dan kebencian yang sangat besar terhadap
kebenaran.

‫ض ِع ٗيفا ِفي َنا لَنَ َر َٰىكَ َو ِإ َّنا‬


َ ‫طكَ َو َل ۡو َّل‬ ُ ‫علَ ۡينَا أَنتَ َو َما ٓ لَ َرج َۡم َٰنَكَ َر ۡه‬
َ ‫ ِب َع ِزيز‬٩١
“Dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seseorang yang lemah di antara kami;
kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami sudah merajam kamu, sedangkan kamu pun
bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami.” (Hud: 91)
Firman Allah subhanahu wa ta’ala,
‫علَ ۡيكُم أَعَز أ َ َر ۡه ِط ٓي َٰ َيقَ ۡو ِم قَا َل‬ َ َ‫ٱللِ ِمن‬ َّ ُ‫ ُم ِحيط ت َ ۡع َملُونَ ِب َما َر ِبي ِإنَّ ِظ ۡه ِريًّا َو َرآ َءكُمۡ َوٱت َّ َخ ۡذت ُ ُموه‬٩٢
“Syu’aib menjawab, ‘Hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandangan
kalian daripada Allah, sedangkan Allah kamu jadikan sesuatu yang terbuang di belakangmu?
Sesungguhnya Rabbku meliputi apa yang kamu kerjakan’.” (Hud: 92)
Ketika melihat kekerasan mereka, beliau berkata,

‫ٱع َملُوا َو َٰيَقَ ۡو ِم‬


ۡ ‫علَ َٰى‬
َ ۡ‫ع ِمل إِنِي َمكَا َنتِكُم‬ َ َٰ ‫ف‬ َ َ‫عذَاب يَ ۡأتِي ِه َمن ت َ ۡعلَ ُمون‬
َ ‫س ۡو‬ َ ‫ َرقِيب َمعَكُمۡ إِنِي َو ۡٱرت َ ِقبُ ٓوا َٰ َكذِب ه َُو َو َم ۡن يُ ۡخ ِزي ِه‬٩٣
‫شعَ ۡيبٗ ا َنج َّۡينَا أَ ۡم ُرنَا َجا ٓ َء َولَ َّما‬ ِ َ‫ص َب ُحوا ٱلص َّۡيحَةُ َظلَ ُموا ٱلَّ ِذينَ َوأ َ َخذ‬
ُ َ‫ت ِمنَّا بِ َر ۡح َمة َمعَ ۥهُ َءا َمنُوا َوٱ َّل ِذين‬ ۡ َ ‫ َٰ َجثِ ِمينَ ِد َٰيَ ِر ِهمۡ ِفي فَأ‬٩٤
“Dan (dia berkata), ‘Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu, sesungguhnya aku pun
berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang
menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah (azab Allah), sesungguhnya aku pun
menunggu bersama kalian.’
Dan ketika datang azab Kami, Kami selamatkan Syu’aib dan orang-orang yang beriman
bersamanya dengan rahmat dari Kami. Sedangkan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh
satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumah-rumah
mereka.” (Hud: 93—94)

Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala mengirimkan rasa panas yang hebat kepada
mereka yang menyumbat pernapasan mereka sehingga mereka hampir tercekik karena
dahsyatnya. Di saat demikian, Allah subhanahu wa ta’ala mengirimkan awan dingin yang
menaungi mereka, lalu mereka pun panggil-memanggil untuk bernaung di bawahnya. Setelah
mereka berkumpul di bawahnya, tiba-tiba muncullah nyala api demikian hebat membakar
mereka hingga mereka pun mati dalam keadaan mendapat azab, kehinaan, dan kutukan
sepanjang masa.

Anda mungkin juga menyukai