Anda di halaman 1dari 5

KISAH NABI ISHAQ

Sejarah Singkat Nabi Ishaq

Nama Ishaq atau Ishak berasal dari bahasa Ibrani Yi???q dengan arti tersenyum atau tertawa. Kata
Ishaq sendiri terinspirasi dari ibunda Nabi Ishaq ‘alaihis salam. Di mana Sarah yang merupakan
ibunda Ishaq pada saat itu tersenyum dengan lebar karena tidak percaya kabar gembira akan hadirnya
Ishaq sebagai buah hatinya yang disampaikan oleh malaikat Jibril.

Nabi Ishaq ‘alaihis salam dilahirkan di Kota Kan’an pada tahun 1761 SM. Nabi Ishaq ‘alaihis salam
adalah putra kedua dari Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dengan Sarah setelah lahirnya Nabi Ismail
‘alaihis salam. Pada saat Nabi Ishaq ‘alaihis salam terlahir di dunia, usia Nabi Ibrahim ‘alaihis salam
sudah terbilang sangat tua yaitu berumur 100 tahun. Nabi Ishaq ‘alaihis salam dilahirkan 14 tahun
setelah Nabi Ismail ‘alaihis salam.

Semasa hidupnya, Nabi Ishaq ‘alaihis salam memiliki keturunan yang juga diangkat sebagai seorang
nabi, yaitu Nabi Ya’qub ‘alaihis salam. Nabi Ishaq ‘alaihis salam merupakan nabi ke-sembilan yang
ditugaskan berdakwah di wilayah Palestina menggantikan ayahnya yaitu Nabi Ibrahim ‘alaihis salam
yang pada saat itu telah menginjak usia senja. Wilayah dakwah Nabi Ishaq ‘alaihis salam adalah di
daerah Kan’an dan Syam. Kisah lengkap dari Nabi Ishaq juga bisa Grameds temukan pada buku Nabi
Ishaq dibawah ini.

Tamu Nabi Ibrahim yang Mengabarkan Berita Akan Lahirnya Nabi Ishaq

Diceritakan dalam Al-Qur’an surat Hud ayat 69-73 bahwa suatu ketika Nabi Ibrahim ‘alaihis salam
kedatangan tamu. Tamu-tamu tersebut menurut Usman Ibnu Muhaisin berjumlah empat orang, yaitu
malaikat Jibril, Mikail, Israfil, dan Rafail.

Tamu tersebut memberi selamat kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Setelah itu Nabi Ibrahim
‘alaihis salam menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang kepada mereka. Namun tangan
mereka sama sekali tidak menjamah makanan tersebut.

Melihat hal tersebut Nabi Ibrahim ‘alaihis salam merasa curiga dan takut. Ternyata tamu-tamu asing
tersebut adalah Malaikat utusan Allah Ta’ala yang datang untuk membinasakan kaum Luth.

Selain memiliki tujuan kepada kaum Luth, tamu tersebut juga bertujuan memberi kabar gembira
kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam akan kelahiran seorang putra yang bernama Ishaq. Sesuai yang
termaktub dalam Al-Qur’an surat Hud ayat 71.

“Dan istrinya berdiri lalu dia tersenyum. Maka kami sampaikan kepadanya kabar gembira tentang
(kelahiran) Ishaq dan setelah Ishaq (akan lahir) Ya’qub.” (Q.S. Hud ayat 71).

Mengetahui kabar yang disampaikan tersebut, Sarah sangat tercengang sekaligus bahagia. Pasalnya
Sarah pada saat itu sudah tua (ketika itu berusia 90 tahun) dan memiliki kondisi mandul. Namun
sungguh kuasa Allah Ta’ala tiada bandingnya dan selalu memberi rahmat kepada hamba-Nya yang
beriman.

“Demikianlah Tuhanmu memfirmankan. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha
Mengetahui.” (Q.S. Adz-Dzariyat ayat 30).
Kelahiran Ishaq sendiri merupakan sebuah berkah dan karunia bagi Nabi Ibrahim ‘alaihis salam.
Karena Nabi Ibrahim ‘alaihis salam berharap kelak ketika dewasa Ishaq dapat diangkat sebagai nabi
utusan Allah Ta’ala dan membantu dalam memerangi para penyembah berhala di Palestina.

Perjalanan Dakwah Nabi Ishaq

Nabi Ishaq, ayahnya (Nabi Ibrahim ‘alaihis salam), dan anaknya (Nabi Ya’qub ‘alaihis salam) adalah
orang-orang yang diberkahi dan dipuji oleh Allah Ta’ala seperti yang difirmankan Allah Ta’ala
dalam Al-Qur’an surat Shaad ayat 45-47.

“Dan ingatlah hamba-hamba kami: Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub yang mempunyai perbuatan-
perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. Sesungguhnya Kami telah menyucikan mereka
dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia)
pada negeri akhirat. Sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang
pilihan yang paling baik.” (Q.S. Shaad ayat 45-47).

Selain Allah Ta’ala yang memberikan pujian secara langsung kepada Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub
melalui ayat Al-Qur’an, Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam pun memuji mereka melalui
sabdanya:

“Yang mulia putra yang mulia, putra yang mulia dan putra yang mulia adalah Yusuf putra Ya’qub,
putra Ishaq, putra Ibrahim.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Nabi Ishaq ‘alaihis salam ditugaskan untuk meneruskan dakwah Nabi Ibrahim di tanah Palestina.
Beliau menyeru kepada kaum di sana untuk menyembah dan mengesakan Allah Ta’ala, mendirikan
shalat, menunaikan zakat, serta mengerjakan kebajikan-kebajikan lainnya sesuai dengan apa yang
diperintahkan oleh Allah Ta’ala.

Pernikahan Nabi Ishaq dengan Gadis Iraq

Ketika sang ibunda telah tiada dan ayahanda-nya yaitu Nabi Ibrahim ‘alaihis salam sudah sangat tua,
Nabi Ishaq ‘alaihis salam tak kunjung menikah. Hingga akhirnya Nabi Ibrahim ‘alaihis salam
meminta kepada salah satu pelayannya untuk pergi ke Irak guna mencarikan calon istri dari keluarga
Ibrahim untuk anaknya tersebut.

Pelayan tersebut lalu meminangkan seorang putri Betuel bin Nahor yaitu Ribka (Rifqah, Rafiqah)
untuk Ishaq. Diketahui bahwa Nahor adalah saudara kandung Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Sehingga
secara silsilah, Ribka adalah anak perempuan dari saudara sepupu Ishaq.

Akhirnya pada saat Nabi Ishaq berusia empat puluh tahun, menikahlah Ia dengan Ribka yang
selanjutnya ikut dengan Nabi Ishaq untuk menetap di Palestina.

Kelahiran Putra dari Nabi Ishaq

Selepas menikahi seorang gadis Irak keturunan Ibrahim yang bernama Ribka, Nabi Ishaq ‘alaihis
salam mengetahui jika Ribka ternyata memiliki kondisi mandul seperti sang ibunda terdahulu.

Namun Nabi Ishaq ‘alaihis salam dan Ribka tak pernah menyerah untuk berusaha dan memohon
kepada Allah Ta’ala agar diberikan keturunan guna melanjutkan riwayat dakwah. Nabi Ishaq ‘alaihis
salam selalu berdo’a dengan lembut dan penuh keyakinan kepada Allah Ta’ala agar Ribka dapat
mengandung.
Dengan kebesaran dan kekuasaan Allah Ta’ala maka Ribka dapat hamil dan Nabi Ishaq ‘alaihis
salam memperoleh keturunan saat beliau menginjak usia enam puluh tahun. Ribka melahirkan bayi
laki-laki kembar.

Bayi laki-laki pertama diberi nama Esau (Aishu). Bentuk fisik Esau ketika pertama kali dilahirkan
adalah memiliki tubuh berwarna merah dan seperti jubah berbulu (memiliki banyak bulu di sekujur
tubuhnya).

Sedangkan bayi laki-laki kedua diberikan nama Ya’qub yang mana ketika dilahirkan dalam posisi
memegang tumit kakaknya. Allah Ta’ala juga mengabadikan kisah kelahiran Ya’qub dalam Al-
Qur’an surat Al-Anbiya’ ayat 72.

“Dan Kami telah memberikan kepada-nya (Ibrahim) Ishaq dan Ya’qub, sebagai suatu anugerah
(daripada Kami). Dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang saleh.” (Q.S. Al-Anbiya’
ayat 72).

Saat bertumbuh dewasa, Esau dan Ya’qub memiliki ketertarikan yang cenderung bertolak belakang.
Esau lebih suka mengasah kemampuannya dalam hal berburu hingga menjadi pemburu yang handal,
maka ia lebih suka tinggal di padang.

Sedangkan Ya’qub lebih berperangai lemah lembut. Ia lebih suka tinggal di rumah untuk membantu
ibunya memasak. Ya’qub juga suka berkemah di sekitar rumahnya.

Esau lebih disayang oleh ayahnya karena mereka memiliki kegemaran yang sama, yaitu berburu.
Esau juga sering membawa hasil buruannya ke rumah untuk dimasak dan dimakan bersama
keluarganya.

Sedangkan sang ibunda yaitu Ribka lebih menyayangi Ya’qub karena memiliki sifat dan sikap yang
mirip dengannya, yaitu pecinta damai dan tenang.

Ketika usia Esau dan Ya’qub menginjak 15 tahun, kakek mereka yaitu Nabi Ibrahim ‘alaihis salam
meninggal dunia. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam meninggal dunia pada saat usia Nabi Ishaq ‘alaihis
salam 75 tahun. Selanjutnya jasad beliau dikebumikan di Gua Makhpela di wilayah Hebron (tempat
yang sama dengan makam Sarah).

Putra Kembar Nabi Ishaq: Esau dan Ya’qub

Ketika merasakan bahwa fisiknya mulai melemah yang berpengaruh pula pada kemampuannya
melihat, maka Nabi Ishaq ‘alaihis salam mendatangi anak kesayangannya yaitu Esau.

Ia berpesan kepada anaknya tersebut agar pergi berburu dan memasakkan makanan kesukaan Nabi
Ishaq ‘alaihis salam. Hal tersebut bertujuan agar Nabi Ishaq ‘alaihis salam dapat mendoakan
keberkahan bagi Esau dan anaknya tersebut dapat meneruskan dakwah yang dilakukan oleh sang
ayah.

Ternyata niatan Nabi Ishaq ‘alaihis salam tersebut didengar oleh Ribka. Ribka pun menginginkan
Ya’qub lah yang memperoleh doa keberkahan dari Nabi Ishaq ‘alaihis salam. Ia pun meminta Ya’qub
untuk segera menghidangkan makanan kesukaan Nabi Ishaq ‘alaihis salam sebelum Esau tiba di
rumah.

Karena secara fisik Esau dan Ya’qub terlihat berbeda meskipun mereka kembar, maka Ribka
memakaikan pakaian Esau ke Ya’qub. Ia juga membalutkan hamparan kulit domba yang berbulu
lebat ke leher dan tangan Ya’qub agar benar-benar terlihat mirip dengan Esau. Karena memang Esau
memiliki bulu yang lebat di sekujur tubuhnya. Tidak seperti Ya’qub.

Setelah masakannya matang, Ya’qub yang berdandan menyerupai Esau pun datang menghadap Nabi
Ishaq ‘alaihis salam. Lalu berkatalah Nabi Ishaq ‘alaihis salam.

“Kalau suara, suara Ya’qub, kalau tangan, tangan Esau.”

Setelah berkata demikian, Nabi Ishaq tidak menaruh curiga apapun akan keanehan tersebut. Ia tetap
memakan dengan lahap makanan yang disajikan oleh Ya’qub. Setelah itu, Nabi Ishaq ‘alaihis salam
mendoakan Ya’qub, yang Ia kira adalah Esau, agar Ia selalu diberkahi, dilingkupi dengan kebaikan,
dikaruniai nikmat melimpah, diberikan rezeki yang banyak, serta menjadi tuan bagi saudara dan
keturunannya.

Tidak lama setelah Nabi Ishaq selesai berdoa, Esau pun pulang kembali ke rumah. Nabi Ishaq pun
kebingungan. Hingga akhirnya diketahui oleh Nabi Ishaq ‘alaihis salam dan Esau bahwasanya
Ya’qub telah berpura-berpura menjadi Esau.

Esau pun sangat marah dan meminta ayahandanya membatalkan doa untuk Ya’qub. Namun doa
tersebut tidak dapat ditarik kembali. Akhirnya dalam keadaan penuh emosi Esau bersumpah untuk
membunuh Ya’qub apabila kelak sang ayah telah meninggal.

Mendengar sumpah Esau tersebut, Ribka pun takut dan panik. Ia bergegas menyuruh Ya’qub untuk
segera pergi ke daerah Laban, Mesopotamia. Di sana Ya’qub akan tinggal bersama dengan saudara
Ribka. Ya’qub sempat berpamitan dengan sang ayah ketika hendak pergi ke Mesopotamia.

Sang ayah berpesan agar Ya’qub tidak menikahi perempuan Palestina karena pada saat itu mereka
adalah golongan yang tidak beriman. Sebagai solusi, Nabi Ishaq menyarankan Ya’qub untuk mencari
istri dari keluarga besar Ibrahim di Mesopotamia.

Nabi Ishaq ‘alaihis salam meninggal dunia pada usia 180 tahun dan dimakamkan di Gua Makhpela
bersama keluarga besarnya, yaitu Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, Sarah, dan Ribka yang telah pergi
terlebih dahulu.

Selepas kepergian sang ayah, Ya’qub kembali lagi ke Palestina setelah belasan tahun tinggal di
Mesopotamia. Ia mengajak serta keluarganya yang terdiri dari dua orang istri, dua selir, dua belas
anak lelaki, dan satu orang anak perempuan. Pada saat itu Ya’qub dan Esau telah berdamai kembali
dan saling memaafkan. Cerita lebih lengkap mengenai Rasul yang kesalehannya dipuji oleh Allah
SWT ini juga bisa ditemukan pada buku Nabi Ishaq AS dibawah ini.

Mukjizat Allah Ta’ala kepada Nabi Ishaq

Secara etimologi, mukjizat berasal dari bahasa arab yaitu kata “Mukjiz”. Mukjiz artinya
“mengalahkan”. Sehingga Mukjizat adalah peristiwa atau luar biasa di luar akal sehat manusia yang
terjadi atau dimiliki pada diri Nabi dan Rasul Allah Ta’ala.

Masing-masing dari Nabi dan Rasul memiliki mukjizatnya sendiri-sendiri sebagai bukti bahwa
mereka merupakan orang istimewa pilihan Allah Ta’ala yang menerima tugas untuk menyebarkannya
ajaran Allah Ta’ala.

Sihir dan mukjizat adalah dua hal yang sangat berbeda. Mukjizat hanya dimiliki oleh para Nabi dan
Rasul sehingga tidak dapat ditiru oleh manusia biasa. Sedangkan sihir dapat dipelajari oleh manusia
biasa.
Mukjizat yang Dimiliki oleh Nabi Ishaq

Berikut dijelaskan mengenai mukjizat yang dianugerahkan oleh Allah Ta’ala kepada Nabi Ishaq guna
membantu beliau dalam menjalankan dakwah di Palestina:

1) Atas seizin Allah Ta’ala, Nabi Ishaq ‘alaihis salam yang pada saat itu telah berusia sangat tua
yakni 100 tahun dapat memiliki keturunan dengan istrinya Ribka yang memiliki kondisi mandul.

2) Keturunan dari Nabi Ishaq ‘alaihis salam adalah pencetus dari munculnya Kaum Bani Israil. Kaum
Bani Israil terlahir dari para keturunan Nabi Ya’qub ‘alaihis salam. Nabi Ya’qub ‘alaihis salam
memiliki nama lain Israil dan Ia merupakan keturunan dari Nabi Ishaq ‘alaihis salam. Sehingga dari
garis keturunan tersebut lahirlah kaum Bani Israil dimana total telah ada 12 nabi yang diutus oleh
Allah Ta’ala kepada kaum Bani Israil tersebut. Salah satu dari 12 nabi tersebut adalah Nabi Isa
‘alaihis salam.

Kisah Nabi Ishaq yang Dimaktubkan di dalam Al-Qur’an

Dalam kitab suci Al-Qur’an, nama Nabi Ishaq ‘alaihis salam disebutkan cukup banyak yakni tujuh
belas kali. Diantaranya pada surat:

1. Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 133, 136, dan 140


2. Al-Quran surat Al-Imran ayat 84
3. Al-Quran surat An-Nisa’ ayat 163
4. Al-Quran surat Al-An’am ayat 84
5. Al-Quran surat Hud ayat 71 (disebutkan sebanyak dua kali)
6. Al-Quran surat Yusuf ayat 6 dan 38
7. Al-Quran surat Ibrahim ayat 39
8. Al-Quran surat Maryam ayat 49
9. Al-Quran surat Al-Anbiya’ ayat 72
10. Al-Quran surat Al-Ankabut ayat 27
11. Al-Quran surat Ash-Shaffat ayat 112 dan 113
12. Al-Quran surat Shaad ayat 45

Nah, apakah kisah mengenai Nabi Ishaq ‘alaihis salam yang meliputi sejarah singkat, perjalanan
dakwah, dan mukjizat Nabi Ishaq ‘alaihis salam cukup mudah untuk dicerna dan dipahami?

Anda mungkin juga menyukai