Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SEJARAH DAN PERJUANGAN NABI ISHAQ A.S

Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Para Nabi

Dosen Pengampu: Ali Imron, M. Ag.

Oleh:

Anas Mahyan Masyfuq (2003016093)

Siti Efi Mufidah (2003016113)

Sriwahyuni Luthfi Hapsari (2003016114)

Kelas: PAI 4C

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt atas limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah Nabi
Ishaq A.S” tanpa ada suatu halangan apapun. Kami ucapkan terima kasih kepada
Bapak Ali Imron, M. Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Para Nabi
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah khasanah keilmuan
penyusun, terima kasih juga kami haturkan kepada semua pihak yang telah
berkontribusi baik materi maupun waktunya dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan serta keterbatasan yang penulis miliki. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan
sebagai introspeksi dan perbaikan. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
bagi yang membutuhkan.

Semarang, 9 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .........................................................................................................i

Daftar Isi................................................................................................................. ii

Bab I: Pendahuluan

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................... 1

Bab II: Pembahasan

A. Sejarah Kehidupan dan Perjuangan Nabi Ishaq A.S ................................... 2


B. Ibrah dari Kisah Nabi Ishaq A.S ................................................................. 6
Bab III: Penutup
A. Kesimpulan ................................................................................................. 8
B. Saran ............................................................................................................ 8
Daftar Pustaka ......................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Beriman kepada Nabi dan Rasul merupakan salah satu rukun iman yang
wajib diamalkan oleh umat Islam. Menumbuhkan rasa iman kepada Nabi dan
Rasul adalah salah satu urgensi dalam upaya mewujudkan amalan rukun iman
ke-empat tersebut. Memahami dan mempelajari mengenai kisah, mukjizat,
sejarah, dan perjalanan dakwah Nabi dan Rasul diperlukan untuk dapat diambil
hikmahnya sehingga memotivasi diri untuk lebih taat dan giat dalam beribadah
kepada Allah Swt serta mencotoh perilaku baik para Nabi dan Rasul dengan
lurus dan benar.
Nabi Ishaq merupakan anak dari Nabi Ibrahim As, yang lahir dikala
ayahnya berumur 100 tahun. Nabi Ishaq merupakan seorang yang mulia seperti
ayahnya yakni Ibrahim, sehingga disebut juga sebagai orang yang mulia putera
orang mulia. Allah ta’ala memuji Ishaq dalam berbagai ayat dalam Al-Qur’an
sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Abu Hurairah dari Rasulullah Saw:
“Orang mulia putera orang yang mulia putera orang yang mulia putera orang
yang mulia adalah Yusuf putera Ya’qub putera Ishaq putera Ibrahim.”1 Lantas
bagaimana kisah dan perjuangan hidupnya akan dibahas lebih lanjut dalam
makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana sejarah kehidupan dan perjuangan Nabi Ishaq A.S?
2. Apakah ibrah yang dapat diambil dari kisah perjuangan Nabi Ishaq A.S?
C. Tujuan
1. Dapat memahami sejarah kehidupan dan perjuangan Nabi Ishaq A.S.
2. Dapat memahami ibrah yang dapat diambil dari kisah perjuangan Nabi
Ishaq A.S.

1
Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi dan Rasul, (Jakarta: Pustaka as-Sunnah, 2007), hal. 310.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Kehidupan dan Perjuangan Nabi Ishaq A.S


1. Kelahiran Nabi Ishaq A.S
Nabi Ishaq a.s adalah adik tiri dari Nabi Ismail a.s dan
diperkirakan hidup sekitar 1761-1638 SM. Ia adalah putera kedua Nabi
Ibrahim a.s dari isteri pertamanya, Sarah. Ishaq kelak melahirkah
seorang nabi berikutnya, yakni Nabi Ya’qub a.s. Nama lengkapnya
Nabi Ishaq a.s adalah Ishaq bin Ibrahim bin Azar bin Nahur bin Suruj
bin Ra’u bin Falij bin ‘Abir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Syam bin
Nuh. Ia lahir setelah empat belas tahun kelahiran Ismail, saudaranya.
Kabar gembira atas kelahirannya diabadikan dalam Al-Qur’an, Allah
Ta’ala berfirman:
“Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang
nabi yang termasuk orang-orang yang saleh. Dan Kami limpahkan
keberkahan kepadanya dan kepada Ishaq. Dan diantara keturunan
keduanya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang terang-terangan
berbuat zalim terhdap dirinya sendiri.” (Ash-Shaffat: (37): 112-113).
Berita gembira ini disampaikan oleh para malaikat kepada Nabi
Ibrahim a.s dan Sarah ketika mereka mampir ditempat keduanya. Saat
itu mereka akan menuju Madain. Tiga malaikat yang datang menemui
Nabi Ibrahim a.s Allah berfirman:2
“Dan para utusan Kami (para malaikat) telah datang kepada Ibrahim
dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan, ‘selamat’.
Dia (Ibrahim) menjawab, “Selamat (atas kamu).’ Maka tidak lama
kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.
Maka ketika dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim
mencurigai mereka dan merasa takut kepada mereka. Malaikat berkata
‘Jangan takut sesungguhnya kami diutus kepada kaum Luth.’ Dan

2
Moh. Chandra, dkk, Ensiklopdia 25 Nabi dan Rasul, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2017),
hal.157-158.

2
istrinya berdiri lalu tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya
kabar gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan setelah Ishaq (akan lahir)
Ya’qub. Istrinya berkata “Sungguh ajaib, mungkinkah aku akan
melahirkan anak padahal aku sudah tua dan suamiku ini sudah sudah
sangat tua? Ini benar-benar sesuatu yang ajaib.’ Mereka (para
malaikat) berkata, ‘Mengapa kamu merasa heran tentang ketetapan
Allah? (Itu adalah) rahmat dan berkah Allah, dicurahkan kepada
kamu, wahai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji, Maha
Pengasih’.” (QS. Hud (11): 69-73).
Secara etimologi, nama Ishaq berasal dari bahasa Yahudi, yishaq
yang berarti tertawa atau tersenyum. Kata itu dapat didapatkan dari
ibunya, Sarah, yang tersenyum tidak percaya ketika mendapatkan kabar
gembira dari Malaikat Jibril.3 Nabi Ishaq dilahirkan di Hebron,
Palestina. Ia diperkirakan lahir sekitar tahun 1897 SM, dan tumbuh
besar dikota ini pula.
Dalam buku Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul; Menggali Nilai-
Nilai Kehidupan Para Utusan Allah, Sami bin Abdullah al-Maghluts
mengatakan bahwa saat Siti Sarah melahirkan Ishaq, usianya telah
mencapai 90 tahun, sedangkan Nabi Ibrahim sudah berusia 120 tahun.
Sementara itu, dalam buku Atlas Al-Qur’an, Syauqi Abu Khalil
mengatakan bahwa sesudah Siti Hajar dan Ismail diungsikan ke
Makkah oleh Nabi Ibrahim, maka tak lama kemudian, Siti Sarah hamil.
Awalnya, Siti Sarah dan Nabi Ibrahim tidak menyangka kalau masih
dikaruniai keturunan karena usia mereka sudah lanjut.
2. Kisah Hidup dan Perjuangan Nabi Ishaq A.S
Nabi Ishaq diutus untuk masyarakat Kana’an di wilayah Al-
Khalil, Palestina. Allah mengangkat Nabi Ishaq menjadi Nabi dan
Rasul untuk membimbing kaum Kan’an menuju jalan-Nya. Ia
meneruskan dakwah yang disampaikan oleh ayahnya, Nabi Ibrahim,

3
Rizem Aizid, Kitab Sejarah Terlengkap 25 Nabi Terkemuka, (Yogyakarta: Safirah,
2014), hal. 272.

3
agar senantiasa mengesakan Allah Swt dan meninggalkan sesembahan
berhala-berhala.
Nabi Ishaq mewarisi sifat ayahnya yang dikenal sebagai seorang
nabi yang sangat shalih dan jujur. Allah Swt telah menganugerahkan
kepadanya berbagai keistimewaan dengan sifat kelembutan, kasih
sayang, sabar, dan tidak mudah marah, serta memiliki perhitungan yang
matang sebelum melakukan sesuatu. 4
Tidak terlalu banyak cerita tentang Nabi Ishaq a.s di dalam Al-
Qur’an. Sarah, ibu Ishaq, sangat senang dengan kelahiran Nabi Ishaq
dan kelahiran cucunya, Nabi Ya’qub a.s. Namun, kehidupan Nabi Ishaq
dan sikap kaumnya terhadapnya tidak diketahui secara jelas. Yang
termaktub dalam Al-Qur’an adalah keterangan bahwa Allah Swt
memujinya sebagai seorang nabi dari orang-orang yang saleh.
Nabi Ishaq a.s menikah dengan Rifqa binti Batnail bin Nahur bin
Tarih. Mereka menikah pada tahun 2088 SM.5 Ahli kitab menyebutkan,
bahwa saat Ishaq menikahi Rifqa saat ayahnya masih hidup, usianya
saat itu mencapai 40 tahun. Rifqa mandul, lalu Ishaq berdo’a kepada
Allah untuknya, ia kemudian hamil, serta berkat ketabahan dan do’anya
Rifqa lalu melahirkan anak kembar.
Anaknya yang pertama bernama Aish, yang oleh orang Arab
disebut Aish nenek moyang bangsa Romawi, dan yang kedua bernama
Ya’qub6, disebut Ya’qub (yang kalau diterjemahkan berarti
belakangan), karena ia lahir setelah saudaranya. Ya’qub lahir dengan
memegang tumit saudaranya. Dia inilah Israil, asal usul nasab Bani
Israil.
Ahli kitab juga menyatakan: Ishaq lebih mencintai Aish daripada
Ya’qub. Sebab ia adalah anak pertamanya. Sedangkan Rifqa lebih
menyukai Ya’qub, sebab ia lebih kecil. Mereka mengatakan: Ketika
usia Ishaq menginjak tua dan penglihatannya mulai kabur, pernah ia

4
Abdul Syukur al-Azizi, Kitab Peninggalan-Peninggalan Bersejarah Para Nabi, (Jakarta:
Saufa, 2014), hal. 134-136.
5
Moh. Chandra, dkk, Ensiklopdia 25 Nabi dan Rasul, ..., hal. 158.
6
Ibnu Katsir, Qashashul Anbiya, (Jakarta: Ummul Qura, 2013), hal. 354-355.

4
menginginkan makanan dari al ‘Aish. Lalu Ishaq memerintahkannnya
untuk pergi berburu dan memasak untuknya. Dengan maksud ia hendak
memohonkan barakah dan berdo’a kepada Allah untuknya. Al ‘Aish
adalah seorang pemburu yang handal. Maka ia pun pergi untuk berburu.
Rifqa memerintahkan anaknya, Ya’qub, untuk menyembelih dua
ekor kambing yang paling baik dan memasak makanan yang disukai
oleh ayahnya dan memerintahkannya untuk menghidangkannya
sebelum kedatangan saudaranya agar ayahnya berdo’a untuknya. Rifqa
bangkit dan memakaikan pakaian al ‘Aish kepadanya. Kemudian
memasangkan dua kulit kambing tersebut di lengan dan leher Ya’qub.
Sebab al ‘Aish memiliki bulu yang lebat di tubuhnya, sedangkan
Ya’qub tidak memiliki bulu.
Ketika Ya’qub datang kepada ayahnya dan menyodorkan
makanan tersebut kepadanya, Ishaq berkata “Siapa kamu?” Ya’qub
menjawab: “Anakmu.” Kemudian Ishaq memeluk dan meraba
(kulitnya) seraya berkata: “Dari suaramu, engkau adalah Ya’qub,
namun dari kulit dan bajumu adalah al ‘Aish.” Selesai makan, Ishaq
berdo’a untuknya agar diberi kemampuan lebih dari saudara-
saudaranya dan menjadi pemimpin bagi mereka dan seluruh bangsa
setelahnya serta dikaruniai banyak rejeki dan keturunan.
Setelah Ya’qub pergi dari hadapan Ishaq, datanglah al ‘Aish
dengan membawa makanan yang diinginkan ayahnya. Ishaq bertanya
padanya: “Apa ini wahai anakku?” Al ‘Aish menjawab: “Ini adalah
makanan yang engkau inginkan.” Ishaq berkata: “Bukankah baru saja
engkau telah membawakannya untukku?” Al ‘Aish menjawab: “Demi
Allah, tidak.” Dari sana al ‘Aish tahu bahwa saudaranya telah
mendahuluinya dan mulai saat itu muncul emosi yang besar padanya.
Kalangan ahlul kitab menyebutkan bahwa al ‘Aish mengancam
akan membunuh Ya’qub sepeninggal kedua orang tuanya. Al ‘Aish
meminta kepada ayahnya untuk didoakan, maka Ishaq mendoakannya
dengan doa-doa yang lain, yaitu supaya anak keturunannya besar dan
kuat, diberikan banyak rizki dan buah-buahan.

5
Ketika ibunya mendengar tentang itu maka dia memerintahkan
Ya’qub untuk menemui bibinya, Laban, dia daerah Haran. Ia
menyarankan anaknya untuk tinggal disana sampai emosi saudaranya
reda. Ia pun juga menyarankan Ya’qub untuk menikahi anak
perempuan Laban. Kemudian ia berkata kepada suaminya, Ishaq, agar
memerintahkan Ya’qub untuk melakukan hal tersebut, memberinya
wasiat dan berdoa untuknya. Ishaq pun melakukan hal tersebut.
Di Haran Ya’qub menikah, mempunyai anak, dan melanjutkan
kehidupannya disana. Sampai akhirnya beliau pulang dan sempat
berselisih dengan saudaranya kembali. Namun pada akhirnya Ya’qub
berhasil mendatangi ayahnya Ishaq, lalu ia menetap bersamanya di desa
Habrun yang terletak di daerah Kan’an tempat dimana Ibrahim dulu
tinggal. Tidak lama kemudian, Ishaq jatuh sakit dan meninggal dunia
diusia 180 tahun yakni pada tahun 1717 SM. Ishaq dimakamkan oleh
kedua puteranya, al Aish dan Ya’qub berdampingan dengan ayahnya,
Ibrahim, di gua yang dibelinya yang sekarang menjadi masjid Ibrahim.7

B. Ibrah dari Kisah Perjuangan Nabi Ishaq A.S


1. Sifat dan Akhlak Mulia
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Nabi Ishaq mewarisi
sifat mulia ayahnya yakni Nabi Ibrahim a.s. Selain itu, Allah Swt juga
telah menganugerahkan kepadanya berbagai keistimewaan dengan sifat
kelembutan, kasih sayang, sabar, dan tidak mudah marah, serta
memiliki perhitungan yang matang sebelum melakukan sesuatu.
Sebagai seorang muslim yang baik sudah sepantasnya untuk
meneladani sifat dan akhlak mulia tersebut kedalam diri masing-masing
dan mengapliskasikannya pada kehidupan sehari-hari.
2. Keteguhan Hati, Ikhlas, dan Konsistensi
Fakta dari kemandulan Sarah tidak menjadikan Nabi Ishaq pasrah
dan menerima takdirnya begitu saja. Beliau senantiasa ikhlas dan
sambil terus berusaha mendoakan istrinya tersebut. Dengan konsistensi

7
Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, ..., hal. 309-317.

6
berdoa kepada Allah agar diberikan keturunan, akhirnya Allah
mengabulkannya dengan memberikannya keturunan yakni anak
kembar, meskipun melahirkannya diusia yang tak lagi muda.
3. Kedermawanan
Sesungguhnya Ishaq a.s adalah seorang yang memiliki banyak
harta dan budak. Dia bekerja menggali sumur-sumur. Setiap kali dia
menggali sebuah sumur, masyarakat akan memberinya upah atasnya
alalu dia pun meninggalkannya untuk mereka. Beliau akan menggali
sumur yang baru lagi di tempat yang lain.8

8
Taaj Langroodi, Akhlak Para Nabi; dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad,
(Yogyakarta: Cita Griya Aksara Hikmah, 2015), hal. 112.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologi, nama Ishaq berasal dari bahasa Yahudi, yishaq yang
berarti tertawa atau tersenyum. Kata itu dapat didapatkan dari ibunya, Sarah,
yang tersenyum tidak percaya ketika mendapatkan kabar gembira dari Malaikat
Jibril. Nabi Ishaq dilahirkan di Hebron, Palestina. Ia diperkirakan lahir sekitar
tahun 1897 SM, dan tumbuh besar dikota ini pula.
Dalam sebuah literasi disebutkan bahwa sesudah Siti Hajar dan Ismail
diungsikan ke Makkah oleh Nabi Ibrahim, maka tak lama kemudian, Siti Sarah
hamil. Awalnya, Siti Sarah dan Nabi Ibrahim tidak menyangka kalau masih
dikaruniai keturunan karena usia mereka sudah lanjut. Kemudian Ishaq
melahirkan dua anak yakni al ‘Aish dan Ya’qub. Keduanya pernah berselisih
namun akhirnya damai kembali.
Nabi Ishaq diutus untuk masyarakat Kana’an di wilayah Al-Khalil,
Palestina. Allah mengangkat Nabi Ishaq menjadi Nabi dan Rasul untuk
membimbing kaum Kan’an menuju jalan-Nya. Ia meneruskan dakwah yang
disampaikan oleh ayahnya, Nabi Ibrahim, menyeru untuk mengesakan Allah
dan meninggalkan sesembahan atas berhala-berhala. Nabi Ishaq juga mewarisi
sifat dan akhlak mulia ayahnya, Ibrahim a.s. Tidak banyak kisah Nabi Ishaq a.s
yang diceritakan dalam Al-Qur’an. Ibrah yang dapat diambil dari kisah hidup
dan perjuangan beliau adalah pertama, sifat da akhlak yang mulia;kedua,
keteguhan hati, ikhlas, dan konsistensi beliau; dan ketiga, kedermawanan
beliau.

B. Saran
Demikianlah pokok bahasan makalah ini dapat kami paparkan. Besar
harapan kami makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Saran dan
kritik yang membangun sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun
menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.

8
DAFTAR PUSTAKA

Aizid, Rizem. 2014. Kitab Sejarah Terlengkap 25 Nabi Terkemuka. Yogyakarta:


Safirah.
Al-Azizi, Abdul Syukur. 2014. Kitab Peninggalan-Peninggalan Bersejarah Para
Nabi. Jakarta: Saufa.
Katsir, Ibnu. 2007. Kisah Para Nabi dan Rasul. Jakarta: Pustaka as-Sunnah.
Katsir, Ibnu. 2013. Qashashul Anbiya. Jakarta: Ummul Qura.
Langroodi, Taj. 2015. Akhlak Para Nabi; dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad.
Yogyakarta: Cita Griya Aksara Hikmah.
Moh. Chandra, dkk. 2017. Ensiklopdia 25 Nabi dan Rasul. Jakarta: Penerbit
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai