Anda di halaman 1dari 7

KISAH NABI : NABI ZAKARIA as

Pengantar
Para nabi dan rasul adalah pemimpin kebenaran dan tonggak ketakwaan yang telah dipilih Allah
dari seluruh makhlukNya. Mereka adalah suri teladan yang sempurna, tanda keagungan Allah,
serta panutan bagi orang yang teguh dan yang merenungi kebesaranNya. Jalan hidup mereka
menggambarkan keimanan yang nyata dalam berbagai bentuknya, seperti kesabaran, keberanian,
pengorbanan, dan penebusan. Allah SWT berfirman,
Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal. (QS Yusuf 12 : 111)
Tatkala setan selalu berusaha menjerat manusia, Allah SWT mengutus para nabi dan rasulNya
sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan. Hal ini bertujuan agar manusia tidak memiliki
alasan lagi setelah datangnya para Rasul. Allah SWT menguatkan mereka dengan berbagai
mukjizat yang agung dan beragam dalil serta bukti yang jelas dan nyata, seperti firmanNya,
Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan kami
turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil.
(QS Al Hadid 57 : 25)
Setelah menegaskan kedudukan para nabi dan rasul dalam kehidupan kita, Allah SWT menjadikan
keimanan kita kepada mereka sebagai salah satu fondasi iman, sebagaimana firmanNya,
Katakanlah, Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan kepada
apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta kepada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Rabb
mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun diantara mereka dan kami berserah diri
kepadaNya, (QS Al Baqarah 2 : 136)
Bahkan Allah SWT menjadikan orang yang mengingkari mereka sebagai orang kafir (QS An Nisa
4 : 136). Mereka para insan pilihan sebagian telah disebutkan di dalam Al Quran atau Hadits. Allah
SWT berfirman,
Itulah keterangan Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami
tinggikan derajad siapa yang kami kehendaki. Sesungguhnya Rabbmu Maha Bijaksana, Maha
Mengetahui. Dan kami telah menganugerahkan Ishaq dan Yaqub kepadanya. Kepada masing-masing
telah kami beri petunjuk dan sebelum itu Kami telah memberi petunjuk kepada Nuh, dan kepada
sebagian dari keturunannya (Ibrahim) yaitu Dawud, Sulaiman, Ayub, Yusuf, Musa, dan Harun.
Dan demikianlah, Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan, Zakaria,
Yahya, Isa, dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang saleh. Dan Ismail, Ilyasa, Yunus, dan
Luth. Masing-masing Kami lebihkan (derajadnya) di atas umat lain (pada masanya),
(QS Al Anam 6 : 83-86)

1/7

Nama Nabi
Nasab

Zakaria atau Zakariyya atau Zakariy


Zakaria bin Dan bin Muslim bin Shaduq bin Hasyban bin Dawud
bin Sulaiman bin Muslim. Nasabnya sampai ke Rahabam bin
Sulaiman (paling mahsyur)
Perkiraan Periode Sejarah
91 SM 31M
Perkiraan Tahun diutus
2M
Profesi
Tukang kayu
Sebutan Kaumnya
Bani Israil
Tempat Diutus
Palestina
Penyebutan di dalam Al 8 kali
Quran
QS Ali Imran : 37-38; QS Al Anam : 85;
QS Maryam : 2 dan 7; QS Al Anbiya : 89
Keturunannya
Nabi Yahya as
Peninggalan & bukti-bukti Nabi Zakaria menanggung beban dan merasa kesulitan saat
kenabian
menyampaikan kebenaran kepada umatnya hingga tulangnya
menjadi lemah dan rambutnya dipenuhi uban. Lantas, padausianya
yang renta, Zakaria memohon kepada Allah agar diberi seorang
anak yang akan membantunya meneruskan dakwah di jalan Allah.
Allah mengabulkan permohonan itu dengan menganugrahkan
Yahya.
Tempat wafatnya
Halab (Aleppo), Syria*
Kehidupan Nabi Zakaria
Nabi Zakaria as hidup di masa Maryam binti Imran, ibunda Nabi Isa as. Dia merupakan suami dari
saudari Maryam, Isyba. Ada juga yang meriwayatkan bahwa Zakaria adalah suami dari bibi
Maryam. Dikisahkan bahwa ibunda Maryam, Hannah, tidak memiliki keturunan. Lalu ia bernadzar
jika suatu hari nanti mengandung, maka ia akan menjadikan anaknya sebagai pengabdi di Baitul
Maqdis. Lantas ia pun mengandung dan melahirkan Maryam. Maryam berada dalam pemeliharaan
Nabi Zakaria dan ia menempatkan Maryam di kamar khusus untuk beribadah di masjid. Tidak ada
yang dapat memasuki kamar itu kecuali Maryam.
Nabi Zakaria as memiliki seorang keturunan yaitu Nabi Yahya as. Nabi Yahya adalah sepupu Nabi
Isa as. Nabi Yahya as tumbuh dalam kehidupan yang baik, wara, takwa, dan menjaga kehormatan
diri, menjauhi kemewahan dan kenikmatan dunia. Pada usia mudanya, Nabi Yahya as sering
berlindung di gurun, memakan belalang untuk menahan lapar, dan merasa cukup dengan rezeki
yang diberikan oleh Allah kepadanya. Selain itu, dia juga banyak beribadah, seorang pemimpin,
dan wafat dalam keadaan syahid.
Makam Nabi Zakaria dapat dijumpai di sebuah masjid jami di Halab (Aleppo), Syria. Ada yang
berpendapat ia meninggal secara wajar dan ada juga yang berpendapat ia syahid bersama anaknya,
Nabi Yahya as.

2/7

Dakwah Nabi Zakaria as


Nabi Zakaria diutus pada tahun 2M kepada Bani Israil di Palestina. Pada periode itu, sekitar tahun
37SM, penguasa Romawi mengizinkan pembangunan kota Palestina secara otonom. Herodes Al
Adumi, seorang gubernur di wilayah al Khalil (Hebron) menjadi raja di negara Yahudi (kerajaan
selatan); wilayah yang mengelilingi Yerusalem atau Yudea Romawi. Luas areanya sekitar 3500 mil
persegi. Saat itu, Herodes telah mampu merangkul Yahudi. Pada tahun 19 SM, dia membangun
Haikal. Negeri ini terlibat stabil dan tenteram selama masa pemerintahannya. Dalam
pemerintahannya itu, dia menggunakan nama Romawi hingga dia wafat pada tahun 4M.
Nabi Zakaria as diutus kepada bani Israil ketika kemaksiatan, kemungkaran, kezhaliman, dan
kerusakan merajalela di kalangan mereka. Selain itu, raja-raja kejam serta zhalim juga berkuasa di
sana dan selalu berbuat kerusakan. Herodes, penguasa Palestina adalah raja yang paling jahat dan
suka melanggar. Dialah yang memerintahkan pembunuhan Nabi Zakaria dan Nabi Yahya.
Nabi Zakaria memulai dakwah dengan mengajak kaumnya menyembah Allah dan
memperingatkan mereka tentang akibat buruknya perbuatan mereka jika tidak segera bertaubat.
Meski sudah renta dan rambutnya memutih, dia terus berdakwah menyeru kaumnya.
Doa Zakaria as untuk Memperoleh Anak
Nabi SAW diperintahkan Allah untuk menceritakan kisah Nabi Zakaria as dan keadaannya ketika
Allah memberikannya seorang anak meskipun ia dan istrinya sudah lanjut usia. Kisah ini
diceritakan agar dapat menjadi teladan bagi ummat Islam untuk tidak berputus asa dari karunia
dan rahmat Allah.
Kaaf Haa Yaa 'Ain Shaad. (Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu
kepada hamba-Nya, Zakaria. Yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.
(QS Maryam : 1 3)
Qatadah, dalam menafsirkan ayat ini, mengatakan bahwa Allah mengetahui isi hati manusia yang
bersih dan mendengar suara meskipun hanya di dalam hati. Sedangkan beberapa ulama salaf lain
menafsirkan bahwa Zakaria bangun di tengah malam dan bermunajat dengan suara yang pelan.
ia berkata, Ya Tuhanku, Sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban,
dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku
khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, Maka
anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian
keluarga Ya'qub; dan Jadikanlah ia, Ya Tuhanku, seorang yang diridhai." (QS Maryam : 4 6)
Saat Zakaria memanjatkan doa dengan berkata, Ya Tuhanku, ya Tuhanku, ya Tuhanku, mala
Allah menjawab, Labbaik, labbaik, labbaik. Ungkapan Zakaria sungguh tulangku telah lemah
dan kepalaku telah dipenuhi dengan uban memiliki makna usia telah menggerogoti diri Nabi
Zakaria dari luar dan dalam.
3/7

Nabi Zakaria berdoa dengan penuh keyakinan, Aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada
Engkau, Ya Tuhanku. Nabi Zakaria terdorong untuk memanjatkan doa ini setelah melihat
keadaan Maryam binti Imran yang selalu terpenuhi kebutuhannya di dalam mihrab, termasuk
tersedianya buah-buahan di luar musim. Nabi Zakaria menyimpulkan bahwa Allah juga pasti
mampu memberikan anak pada dirinya yang telah lanjut usia.
Al-mawali dalam doa Nabi Zakaria memiliki arti kerabat (anak-anak dari saudara). Nabi Zakaria
khawatir kerabat tersebut tidak dapat melanjutkan dakwahnya pada bani Israil. Nabi Zakaria
memohon agar ia diberikan keturunan dari tulang sulbinya sendiri, anak yang bertakwa dan selalu
menjalankan syariat Allah. Nabi Zakaria juga berdoa mendapatkan anak yang akan mewarisi
kenabian sebagaimana pendahulunya, dari keturunan Yaqub, nabi-nabi bani Israil. Warisan Nabi
Zakaria bukanlah harta benda melainkan kenabian.
Kabar Kelahiran Nabi Yahya as
Hai Zakaria, Sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak
yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan
dia. (QS Maryam : 7)
Ayat di atas merupakan penjelasan dari firman Allah berikut :
Kemudian para malaikat memanggilnya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab,
Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putera) Yahya, yang
membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi panutan, berkemampuan menahan diri (dari
hawa nafsu) dan seorang Nabi di antara orang-orang saleh. (QS Ali Imran : 39)
Saat menerima kabar gembira ini, Nabi Zakaria terkejut sebagaimana Nabi Ibrahim tatkala
mendengar kabar kelahiran Ishaq. Dikisahkan bahwa Nabi Zakaria saat itu berusia 77 tahun.
Namun, sepertinya lebih tua dari yang disebutkan riwayat tersebut. Istri Nabi Zakaria juga tidak
subur, bahkan ketika masih muda.
Zakaria berkata: Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, Padahal isteriku adalah seorang
yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua. Tuhan
berfirman: Demikianlah. Tuhan berfirman: Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesunguhnya telah
aku ciptakan kamu sebelum itu. Padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali.
(QS Maryam : 8 9)
Sungguh ini adalah takdir Allah. Hal ini sangatlah ringan bagiNya.
Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami perbaiki
(jadikan dapat mengandung) isterinya. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu
bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami
dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada kami.
(QS Al Anbiya : 90)
4/7

Makna kata (kami perbaiki) adalah Allah menjadikan istri Nabi Zakaria yang sudah tidak haid
menjadi haid kembali. Ada juga yang memaknai dengan Kami perbaiki lisannya agar tidak
berkata-kata kotor. Nabi Zakaria juga diberi tahu tanda-tanda waktu yang tepat untuk
mendatangi istrinya dan diperintahkan untuk memperbanyak dzikir di pagi dan sore hari.
Dia (Zakariya) berkata: Berilah aku suatu tanda. Allah berfirman: Tandanya bagimu, kamu tidak
dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. dan sebutlah (nama)
Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari.
(QS Ali Imran 3 : 41)
Setelah mendapat kabar gembira tersebut, Nabi Zakaria keluar dan menemui kaumnya untuk
memperlihatkan kegembiraannya.
Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah
kamu bertasbih di waktu pagi dan petang. (QS Maryam : 11)
Kata (lalu dia memberi isyarat) dalam ayat di atas bermakna perintah yang tersembunyi; tidak
dikatakan secara terus terang, bahkan secara tertulis. Sejumlah ulama tafsir mengatakan lidah Nabi
Zakaria menjadi kelu, namun bukan penyakit. Nabi Zakaria dapat membaca dan bertasbih, namun
tidak dapat berbicara dengan orang lain.
Nabi Yahya as : Sifat dan Keutamaan
Hai Yahya, ambillah Al kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. dan Kami berikan kepadanya
hikmah selagi ia masih kanak-kanak, dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan
kesucian (dan dosa). dan ia adalah seorang yang bertakwa, dan seorang yang berbakti kepada kedua
orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka. Kesejahteraan atas dirinya pada
hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali.
(QS Maryam : 12 15)
Nabi Yahya as memiliki sifat luhur bahkan di usianya yang masih muda. Ketika Yahya as kecil
diajak bermain oleh teman-temannya, ia menjawab, Kita tidak diciptakan oleh Allah untuk
bermain.
Al hanan dalam ayat di atas bermakna kecintaan atau sifat kasih sayang. Zakat bermakna
bersih hati dan terhindar dari segala sifat buruk. Sedangkan taqiyan adalah taat kepada Allah
dengan mematuhi segala perintah dan meninggalkan laranganNya.
Allah menyebutkan bahwa Nabi Yahya as taat dan berbakti pada orang tuanya. Bahkan Allah
menjamin keselamatan dan kesejahteraan bagi Nabi Yahya as pada 3 waktu yang amat penting
yaitu pada hari lahirnya, hari wafatnya, dan hari dibangkitkan kembali.

5/7

Riwayat tentang Kematian Nabi Zakaria


Wahab bin Munabbih meriwayatkan sejumlah keterangan yang berbeda-beda tentang bagaimana
Nabi Zakaria meninggal, baik meninggal secara wajar maupun dibunuh. Keterangan pertama, Nabi
Zakaria dikejar oleh kaumnya dan bersembunyi di dalam pohon. Lalu kaumnya menggergaji
pohon tersebut. Saat gergaji hampir mengenai dirinya, Allah berfirman, Apabila eranganmu tidak
berhenti, maka Aku akan membalikkan negerimu dan semua orang di atasnya. Maka Nabi
Zakaria berhenti mengerang, dan ia pun terbelah menjadi dua.
Adapun keterangan yang kedua menyebutkan bahwa yang dibunuh di dalam pohon adalah
Yesaya, sedangkan Nabi Zakaria meninggal secara wajar.
Wasiat Nabi Zakaria dan Nabi Yahya
Rasulullah SAW bersabda, Allah memerintahkan Yahya bin Zakaria melaksanakan lima perkara
dan menyuruhnya memberi tahu bani Israil untuk menunaikan perintah tersebut. Namun, Yahya
tidak segera melaksanakan perintah itu. Nabi Isa lalu berkata, Sesungguhnya Allah telah
memerintahkan engkau menunaikan lima perkara dan memberitahukan perkara tersebut kepada
bani Israil untuk dilaksanakan. Bagaimana jika aku atau engkau yang menyampaikannya?
Yahya lantas menjawab, Aku takut jika engkau mendahuluiku, aku akan ditenggelamkan dan
diazab. Lalu Yahya bin Zakaria pun mengumpulkan bani Israil di Baitul Maqdis hingga masjid
penuh. Dia duduk dan mulai berkata, Sesungguhnya Allah telah memerintahkanku melaksanakan
lima perkara dan menyuruh kalian untuk menunaikannya juga ...
Pertama, hendaklah kalian menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya dengan apapun. Orang
yang menyekutukan Allah diumpamakan seperti seseorang yang membeli budak dengan hartanya
yang paling bersih, emas atau uang. Dia lalu berkata kepada budaknya, Ini adalah rumah dan
pekerjaanku. Sekarang kerjakanlah untukku. Akan tetapi, budak itu justru mengabdi dan
melaksanakan perintah orang lain. Maka siapakah diantara kalian yang rela hambanya berbuat
demikian?
Kedua, Allah memerintahkan kalian untuk mendirikan shalat. Jika kalian shalat, janganlah
berpaling karena Dia menghadapkan wajahNya kepada wajah hambaNya yang sedang shalat
selama hambaNya tidak berpaling.
Ketiga, Allah memerintahkan kalian untuk berpuasa. Orang yang menunaikannya diibaratkan
seperti seseorang yang memiliki bingkisan dalam sebuah kelompok. Di dalam bingkisan itu
terdapat minyak kasturi. Semua orang takjub dengan keharuman minyak tersebut. Sesungguhnya
aroma mulut orang berpuasa di sisi Allah itu lebih harum dibanding minyak kasturi.
Keempat, hendaklah kalian membayar zakat (sedekah). Perumpamaan orang yang bersedekah itu
seperti orang yang ditawan musuh, tangannya diikat ke leher lalu lehernya hendak dipenggal. Lalu
sedekah itu mendatanginya dan berkata, Aku menebusnya dari kalian dengan sedikit maupun
banyak. Maka dia telah menebus dirinya sendiri dari para musuh.

6/7

Kelima, Allah menyuruh kalian untuk mengingatNya. Orang yang mengingat Allah diumpamakan
orang-orang yang keluar dengan cepat dari tawanan musuh. Jika dia telah sampai pada sebuah
benteng yang terjaga, maka dirinya pun terjaga dari para musuh itu. Begitu pula dengan seorang
hamba, dia tidak akan terjaga dari setan kecuali dengan berdzikir kepada Allah.
Kemudian Nabi SAW melanjutkan, Aku juga akan memberitahukan lima perkara yang
diperintahkan Allah kepadaku untuk memerintahkannya kepada kalian, yaitu : untuk selalu berada
dalam ajaran jamaah (ulama salaf seperti para sahabat); untuk selalu patuh (pada penguasa yang
mengajak untuk tunduk pada Allah); untuk selalu taat; untuk berhijrah; dan untuk berjihad di jalan
Allah.
Sesungguhnya orang yang keluar dari jamaah sejengkal saja, maka ia telah melepaskan tali kekang
Islam dari lehernya, kecuali jika ia kembali lagi ke jamaah. Barangsiapa berprilaku jahil, maka ia
menjadi batu bakar neraka jahanam. Para sahabat bertanya, Meskipun ia selalu shalat dan puasa,
ya Rasulullah?
Nabi menjawab, Ya. Meskipun orang itu selalu shalat dan puasa. Dan janganlah kalian mengikuti
kebiasaan orang-orang jahil yang fanatik dengan suku dan memanggil dengan sebutan suku. Ia
mengira bahwa dirinya adalah muslim, padahal bukan. Oleh karena itu, panggillah kaum muslimin
dengan nama-nama yang diberikan Allah kepada kaum muslimin, yaitu muslimin, mukminin,
dan ibadallah.
Begitulah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Yala dan diriwayatkan pula oleh Tirmidzi.

Sumber :
Kisah Para Nabi, Imam Ibnu Katsir
Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul, Sami bin Abdullah Al Maghlouth

7/7

Anda mungkin juga menyukai