Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SEJARAH NABI NABI

(Kisah Nabi Ismail A.s.)

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Para Nabi

Dosen Pengampu:
Ust. Dr. M. Izdiyan Muttaqin, Lc. M.Pd.

Disusun oleh:

Muhamad Fathul Bari 16.22.73.1.08.023

TAKHASSUS SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM


MA’HAD ALY SA’IIDUSSHIDDIQIYAH JAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2023/ 2024

Jl. Panjang NO. 6c, Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
Abstrak

Nabi Ismail A.s. adalah seorang nabi yang merupakan anak dari nabi Ibrahim A.s. dan ibunya bernama Siti
Hajar. Sejak masih kecil, ia dan ibunya di bawa oleh Nabi Ibrahim ke sebuah wilayah antah berantah yang
hanya ada gurun pasir di sekelilingnya tanpa penghuni sama sekali dan ditinggalkan di sana. Setelah sekian
lama, nabi Ibrahim datang menjenguk dan terjadi peristiwa besar yaitu qurban namun berkat ketaatan nabi
Ibrahim kepada Allah hingga Allah menggantinya dengan seekor kambing. Nabi Ismail tumbuh dewasa di
wilayah tersebut yang sekarang menjadi mekkah. Semenjak muncul air zam-zam di sana banyak orang yang
mampir sekedar minum dan istirahat menghilangkan dahaga, tidak sedikit juga orang yang memilih
bermukim di sana hingga menjadi sebuah perkampungan dan nabi Ismail menjadi pemimpin di pemukiman
tersebut, semakin lama semakin bertambah penduduk mekkah tersebut. Kunjungan kedua nabi Ibrahim
kepada anaknya yang kemudian membangun Ka’bah yang sampai sekarang masih ada dan masih digunakan
umat muslim untuk memenuhi rukun Islam yang kelima.

Kata Kunci: Nabi Ismail a.s., Nabi Ibrahima.s., Air Zam-zam, Ka’bah
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahan nikmat kepada kita semua terutama nikmat iman
dan islam juga nikmat sehat dan kesempatan. Sholawat dan juga salam semoga tercurahkan kepada khatamul
Anbiyaa yakni sayyidana wa maulana Muhammad SAW yang diutus oleh Allah SWT sebagai rahmatan lil
‘alamin, serta sebagai basyirina wamundziriin tak lupa kepada keluarganya, para sahabatnya, dan kita semua
sebagai ummatnya semoga mendapatkan syafaatnya di hari kiamat kelak.

Ucapan rasa syukur kami kepada Allah SWT karena dengan Hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “ Kisah Nabi Ismail AS ” sampai selesai, semoga dapat memberi kemanfaatan
bagi kita semua. Aamiin.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan
memerlukan perbaikan, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan guna
membangun semangat dan sebagai acuan untuk menjadi penulis yang lebih baik lagi di masa yang akan
datang.

Selanjutnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kami kepada dosen pembimbing mata kuliah
Sejarah Para Nabi, Ust. Dr. M. Idziyan Muttaqin, Lc., M.Pd. atas bimbingan dan arahannya.Tugas yang
diberikan ini telah menambah wawasan dan pengetahuan penulis. Penulis juga berterima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam proses penulisan ini.

Jakarta, 14 Maret 2023


21 Sya’ban 1444 H

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................................2
1.3. Metode Penulisan..……………………………………………………………………………......2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................................3
2.1. Biografi Nabi Ismail a.s .......................................................................................................................3
2.2. Awal Mula Air Zam-zam .....................................................................................................................5
2.3. Awal Mula Idul Qurban…………………………………………………………………………..6
2.4. Pernikahan Nabi Ismail a.s……………………………………………………………………….9
2.5. Pembangunan Ka’bah…………………………………………………………………………...11
2.6. Wafatnya Nabi Ismail a.s………………………………………………………………………..11
BAB III PENUTUP....………………………………………………………………………………………12
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………………12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………….13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Umat manusia bermula sejak diturunkannya nabi Adam a.s dan Siti Hawa dari surga ke
muka bumi dan beranak pinak hingga sampai saat ini. Dari perjalanan kehidupan umat
manusia yang sudah beribu tahun lamanya terdapat orang-orang pilihan yang di pilih oleh
pencipta alam semesta (Allah swt) untuk menuntun manusia menuju jalan kebenaran yaitu
para nabi dan rasul.
Nabi adalah seorang laki-laki utusan Allah yang di berikan wahyu untuk dirinya sendiri
dan tidak diperintahkan menyebarkan kepada orang lain. Rasul adalah seorang laki-laki
utusan Allah yang diberikan wahyu untuk dirinya sendiri dan diperintahkan untuk
menyebarkannya kepada orang lain. Allah mengutus para nabi yakni untuk menyebarkan
risalah yang telah diberikan kepada para Nabi dan Rasul.
Jumlah Nabi seluruhnya sangatlah banyak dalam suatu riwayat jumlah Nabi yang
diutus oleh Allah SWT sebanyak 124.000 Nabi. Sedangkang jumlah Rasul yang di utus
sebanyak 313 Rasul. Namun yang wajib diketahui hanyalah 25 Nabi dan Rasul.Mulai sejak
Nabi Adam As, Nabi Idris As, Nabi Nuh As, hingga khatamun nabiyyin Nabi Muhammad
SAW, mereka diperintahkan oleh Allah untuk menyebarkan risalah atau wahyu yang telah
diturunkan Allah melalui malaikat Jibril supaya manusia beriman kepada Allah swt.
Agama yang dibawa oleh para nabi dan rasul seluruhnya sama yaitu agama Islam
dimana berserah diri kepada Allah menerima ketentuan yang telah ditakdirkan oleh Allah
terhadap setiap insan.
Dalam penyebaran wahyu dari Allah tentu para nabi tidak mudah melakukannya,
mereka akan menanggung resiko yang sangat berbahaya, mulai pengusiran, pencacian,
disakiti bahkan ancaman pembunuhan. Namun karna keteguhan hati mereka menjalankan
misi semuanya terlewati walaupun hasilnya tidak sesuai yang diharapkan. Akan tetapi,
mereka telah melaksanakan amanah yang telah diberikan kepada mereka sampai akhir
hayat mereka. Dari sekian banyak nabi dan rasul yang di utus oleh Allah SWT salah satu
Nabi yang diutus untuk kaumnya adalah nabi Ismail A.s.
Nabi Ismail merupakan anak dari nabi Ibrahim A.s. dan ibunya bernama Siti Hajar yang
merupakan mantan pembantu istri pertamanya yaitu Siti Sarah. Istri pertama Nabi Ibrahim

1
sudah menanti lama ingin memiliki anak. Akan tetapi, sudah menunggu sangat lama tidak
juga memiliki keturunan sehingga pembantunya yang bernama Siti Hajar diberikan kepada
suaminya untuk dinikahi dan lahirlah Nabi Ismail A.s.
Sejak kecil nabi Ismail sudah ditinggalkan ayahnya sendiri di sebuah wilayah kosong
nan gersang bersama ibunya saja. setelah menginjak usia remaja datang nabi Ibrahim lalu
Allah memerintahkannya untuk menyembelih anaknya sendiri, tapi karena ketaatannya
nabi Ibrahim, Allah menggantinya dengan kambing, setelah beranjak dewasa Nabi Ibrahim
mengunjunginya lagi dan Allah memerintahkan keduanya untuk membangun Baitullah
yang sekarang kita kenal dengan Ka’bah.

1.2.Rumusan Masalah dan Tujuan

Dari beberapa pernyataan yang tertulis di atas, dapat diuraikan beberapa rumusan
masalah dengan beberapa pertanyaan yang akan dikaji dalam pembahasan kali ini yang
nantinya akan menjadi jawaban dari kesimpulan. Beberpa masalah tersebut telah
dirumuskan oleh penulis dalam beberapa pertanyaan antara lain:

a. Bagaimanakah peristiwa kelahiran nabi Ismail a.s dan siapa keluarganya?


b. Apakah peristiwa Qurban yang terjadi saat itu merupakan cikal bakal kegiatan qurban
yang kita tahu?
c. Bagaimana Nabi Ismail membangun Ka’bah di tempat yang hanya ada gurun dan batu
di sekelilingnya?

Berdasarkan beberapa rumusan masalah yang tertulis tersebut, maka dapat diketahui
beberapa tujuan dari kajian ini yaitu untuk mengetahui nasab Nabi Ismail A.s., mengetahui
peristiwa qurban yang menimpa Nabi Ismail A.s., dan untuk mengetahui proses pembuatan
Ka’bah yang saat ini menjadi pusat kiblat umat islam di seluruh dunia.

1.3. Metode Penulisan


Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data terlebih
dahulu berdasarkan kitab Qashash al-Anbiya’ dimana kitab tersebut menjadi rujukan
utama, buku-buku, dan pustaka lainnya serta media internet yang nantinya akan menjadi
rujukan penullis dalam menyelesaikan penulisan ini. Rujukan yang diambil merupakan
rujukan yang kredible dan dapat dipertanggungjawabkan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Biografi Nabi Ismail A.s.


Nabi Ismail a.s merupakan anak Nabi Ibrahim a.s. nasab lengkapnya adalah
Ismail a.s. bin Ibrahim a.s. bin Tarih bin Nahur bin Sarugh bin Ra’u bin Falakh bin
‘Aibar bin Syalikh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh bin Lamik bin Matusyalikh bin
Akhnukh (Idris a.s.) bin Yard bin Mahail bin Qainan bin Yanisy bin Syist bin Adam
a.s.1
Ahli kitab menuturkan, nabi Ibrahim a.s. dalam pernikahan Bersama sarah,
mereka belum dikaruniai seorang anakpun walaupun usia pernikahan mereka sudah
puluhan tahun sehingga Ibrahim A.s memohon kepada Allah untuk diberi keturunan
yang baik, dan Allah menyampaikan kabar gembira terkait permintaan itu. Saat Ibrahim
menetap di salah satu negeri Baitul Maqdis selama 20 tahun, Sarah berkata kepada
Ibrahim, “Sungguh Rabb tidak memberiku anak. Silakan kau gauli budak milikku ini
(Hajar), mudah-mudahan Allah memberiku seorang anak darinya.” 2
Selanjutnya, Hajar pun hamil dan melahirkan Nabi Ismail yang akan menjadi
seorang nabi. Setelah beberapa waktu dari kelahiran Ismail, Allah SWT memerintahkan
Ibrahim pergi membawa Hajar dan Ismail ke Mekah, maka Nabi Ibrahim memenuhi
perintah itu dan ia pun pergi membawa keduanya ke Mekah di dekat tempat yang
nantinya akan dibangunkan Ka’bah. Tidak lama setelah sampai di sana, Nabi Ibrahim
meninggalkan Hajar dan Ismail di tempat tersebut dan kembali ke Syam. Ketika Hajar
melihat Nabi Ibrahim pulang, maka Hajar segera mengejarnya dan memegang bajunya
sambil berkata, “Wahai Ibrahim, kamu mau pergi kemana? Apakah kamu (tega)
meninggalkan kami di lembah yang tidak ada seorang manusia dan tidak ada sesuatu
apa pun ini?” Hajar terus saja mengulang-ulang pertanyaannya berkali-kali hingga
akhirnya Ibrahim tidak menoleh lagi kepadanya. Akhirnya Hajar bertanya, “Apakah
Allah yang memerintahkan kamu atas semua ini?” Ibrahim menjawab, “Ya.” Hajar
berkata, “Kalau begitu, Allah tidak akan menelantarkan kami.”3

1
Abdussalam Muhammad Harun, Tahdzib Sirah Ibnu Hisyam, (Beirut: Daar al-Kutub Ilmiyyah), hlm. 15
2
Ibnu Katsir, “Kisah Para Nabi”, Terj. Umar Mujtahid (Jakarta: Ummul Qura, 2015), hlm 21
3
Khoirul Ikhsan Daulay, Skripsi. “Analisis Pesan Moral pada Kisah Nabi Ismail ‘Alaihissalam dalam al
Qur’an”, (Medan: Universitas Sumatera Utara, 2017), hlm 18

3
Kemudian Hajar kembali dan Ibrahim melanjutkan perjalanannya hingga ketika
sampai pada sebuah bukit dan mereka tidak melihatnya lagi, Ibrahim menghadap ke
arah mereka yang saat ini menjadi ka’bah lalu berdoa untuk mereka dengan
mengangkat kedua tangannya. Do’a Nabi Ibrahim ini terekam dalam Al-Qur’an yang
berbunyi,

‫صلَ ٰوة َ فَٱجْ َع ْل أَفْ ِـدَة ً ِم َن‬ ۟ ‫سكَنتُ مِن ذُ ِريَّتِى ِب َوا ٍد غَي ِْر ذِى زَ رْ ع عِندَ بَيْتِكَ ٱلْ ُم َح َّر ِم َربَّنَا لِيُقِي ُم‬
َّ ‫وا ٱل‬ ْ َ ‫ِى أ‬
ٓ ‫َّربَّنَا ٓ ِإن‬
ٍ
ْ ‫ت لَ َعلَّ ُه ْم َي‬
‫شكُ ُرو َن‬ ِ ‫ى ِإلَيْ ِه ْم َوٱرْ ُزقْ ُهم ِم َن ٱلث َّ َم ٰ َر‬ ِ َّ‫ٱلن‬
ٓ ‫اس ت َ ْه ِو‬

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di


lembah yang tidak mempunyai tanaman-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah)
yang dihormati. Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat,
maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah
mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim: 37)4

Jika kita amati, doa Nabi Ibrahim tersebut membuktikan bahwa Ibrahim benar-benar
merupakan orang saleh dan nabi pilihan Allah SWT. Betapa utamanya sosok Ibrahim itu,
bahkan saat ia meninggalkan anak semata wayangnya dan sang istri di tempat gersang yang
bahkan rumput pun tidak tumbuh, ia berdoa kepada Allah agar mereka mendirikan salat dan
mensucikan Allah Tuhan Semesta Alam bahkan tidak mempedulikan keadaan sekitar mereka
yang gersang itu. Tidak mengherankan kalau Ibrahim mendapat julukan Ibrahim Khalilullah
atau Ibrahim kekasihnya Allah.

Berkat kemuliaan Nabi Ibrahim itulah kemudian nabi akhir zaman lahir dari keturunan
Ismail bin Ibrahim A.s. Hal ini juga membantah anggapan orang-orang Yahudi bahwa semua
nabi dan rasul merupakan keturunan dari Bani Israil. Faktanya nabi paling mulia dari seluruh
nabi adalah orang Arab keturunan Ismail A.s bukan dari keturunan Bani Israil

4
Ibid. Hlm 18

4
2.2. Awal mula Air Zamzam

Pada waktu itu Hajar mulai menyusui Ismail dan minum dari air persediaan yang ditinggalkan oleh
Ibrahim A.s. Hingga ketika air yang ada pada geriba habis, dia menjadi haus, begitu pula anaknya.
Lalu dia memandang kepada Ismail sang bayi yang sedang meronta-ronta, kemudian Hajar pergi
meninggalkan Ismail dan tidak kuat melihat keadaannya.
Maka dia mendatangi bukit Shafa sebagai gunung yang paling dekat keberadaannya dengannya.
Dia berdiri di sana lalu menghadap ke arah lembah dengan harapan dapat melihat orang di sana namun
dia tidak melihat seorang pun. Maka dia turun dari bukit Shafa dan ketika sampai di lembah, dia
menyingsingkan ujung pakaiannya lalu berusaha keras layaknya seorang manusia yang berjuang keras,
hingga ketika dia dapat melewati lembah dan sampai di bukit Marwah lalu berdiri di sana sambil
melihat-lihat apakah ada orang di sana namun dia tidak melihat ada seorang pun. Dia melakukan hal
itu sebanyak tujuh kali (antara bukit Shafa dan Marwah).
Saat dia berada di puncak Marwah, dia mendengar ada suara, lalu dia berkata dalam hatinya
“diamlah” yang Hajar maksud adalah dirinya sendiri. Kemudian dia berusaha mendengarkannya maka
dia dapat mendengar suara itu lagi, maka dia berkata, “Engkau telah memperdengarkan suaramu jika
engkau bermaksud memberikan bantuan.” Ternyata suara itu adalah suara Nabi Ismail yang menangis
karena kehausan lalu Nabi Ismail As melontaran kakinya ke pasir maka keluarlah air. Dari situlah awal
mulanya mata air zamzam, dan Akhirnya Hajar dapat minum air dan menyusui anaknya kembali.
Kemudian malaikat Jibril berkata kepadanya, “Janganlah kamu takut ditelantarkan, karena di sini
adalah rumah Allah, yang akan dibangun oleh anak ini dan ayahnya dan sesungguhnya Allah tidak
akan menyianyiakan hamba-Nya.”5
Pada mulanya Ka’bah berada di ketinggian seperti bukit, kemudian banjir besar melanda hingga
mengikis sebelah kiri dan kanannya. Kondisi Hajar tetap bertahan seperti itu hingga sekawanan dari
suku Jurhum (keluarga dari Jurhum) melintas melalui jalan Kada’, mereka singgah di kawasan bawah
Makkah. Mereka melihat seekor burung terbang berputar-putar, mereka berkata, “sungguh, burung itu
berputar mengelilingi air, tapi setahu kita di lembah ini tidak ada air.” Mereka akhirnya mengutus
perwakilan, mereka menemukan air, kemudian para utusan itu kembali untuk memberitahukan
keberadaan air. Setelah semuanya berdatangan (ketika itu Hajar berada di dekat air), mereka berkata,
“apakah engkau mengzinkan kami untuk singgah di tempatmu?”
“Ya, tapi kalian tidak memiliki hak katas air ini,” sahut Hajar.
“Baik,” kata mereka.

5
Khoirul Ikhsan Daulay, Skripsi. “Analisis Pesan Moral pada Kisah Nabi Ismail ‘Alaihissalam dalam al Qur’an”, (Medan:
Universitas Sumatera Utara, 2017), hlm 19
5
Ibnu Abbas berkata, “Nabi SAW bersabda, Hal tersebut membuat Ibu Ismail senang, ia senang ada
temannya. Mereka singgah dan mengirim utusan untuk menemui keluarga, akhirnya semuanya tinggal
bersama-sama di sana hingga beranak-pinak.6

2.3 Asal Mula Idul Qurban


Allah Swt berfirman:

ُ َّ ‫ِى ِإن شَا ٓ َء‬


‫ٱَّلل‬ ٓ ‫ست َِجدُن‬ ِ ‫ِى أَذْ َبحُكَ فَٱنظُرْ َماذَا ت ََر ٰى ۚ قَا َل ٰ َٓيأ َ َب‬
َ ۖ ‫ت ٱفْ َع ْل َما تُؤْ َم ُر‬ ٓ ‫ِى أ َ َر ٰى فِى ٱلْ َمن َِام أَن‬ َّ َ‫ى قَا َل ٰ َي ُبن‬
ٓ ‫ى ِإن‬ َّ ‫فَ َبشَّرْ ٰنَهُ ِبغُ ٰلَ ٍم َحل ٍِيم فَلَ َّما َبلَ َغ َم َعهُ ٱل‬
َ ‫س ْع‬
‫صبِ ِري َن‬ َّ ٰ ‫ِم َن ٱل‬

“Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu
sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, "Hai Anakku
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa
pendapatmu!’ Ia menjawab, ‘Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya
Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (Qs. Ash-Shaaffaat: 101-102).
Dalam ayat di atas disebutkan “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim”, yaitu ketika sudah beranjak dewasa, mampu berkelana, dan mampu berusaha
dan bekerja seperti yang dilakukan ayahnya.
Saat itu, Nabi Ibrahim A.s bermimimpi diperintahkan Allah Swt untuk menyembelih putranya,
Ismail As. Disebutkan dalam hadits marfu’ dari Ibnu Abbas, “mimpi para nabi adalah wahyu.” Ubaid
bin Umair juga menyatakan seperti itu.7
Perintah ini merupakan ujian dari Allah Swt untuk kekasih-Nya, perintah untuk menyembelih
seorang anak yang amat ia sayangi, yang baru lahir ketika Ibrahim A.s menginjak usia tua. Setelah
sebelumnya Ibrahim diperintahkan untuk menempatkan Ismail dan Ibunya di sebuah negeri antah
berantah yang tak berpenghuni, Ibrahim A.s tetap menjalankan perintah dari Allah Swt. 8
“Ia menjawab, ‘Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah
kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (Qs. Ash-Shaaffaat: 102)
Jawaban ini membuktikan tindakan yang sangat tepat dan ketaatan seorang anak kepada orang
tuanya dan Tuhan semua hamba.9 Saat Nabi Ibrahim hendak menggerakkan pisaunya di leher Ismail,
Allah memanggilnya, "Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu." Yaitu tujuan
dari perintah itu sudah tercapai, Kami hanya ingin mengujimu, dan kau sudah menaati perintah itu,
kau segera melaksanakan perintah Rabb-mu, Aku menggantikan anakmu itu dengan hewan kurban,

6
bnu Katsir, “Kisah Para Nabi”, Terj. Umar Mujtahid (Jakarta: Ummul Qura, 2015), hlm 256
7
Ibnu Katsir, “Al Bidayah wa An Nihayah”, (Damaskus: Daar Ibnu Katsir, 2010), hlm 233
8
Ibnu Katsir, “Kisah Para Nabi”, Terj. Umar Mujtahid (Jakarta: Ummul Qura, 2015), hlm 262
9
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath Thabari, Shahih tarikh at thabari. (Jakarta: Pustaka Azzam, 2011), hlm 451
6
sebagaimana dulu Aku melindungi badanmu dari kobaran api, juga sebagaimana kau dengan rela
memberikan harta terbaikmu untuk tamu-tamumu. Karena itu Allah berfirman, "Sesungguhnya, ini
benar-benar suatu ujian yang nyata," yaitu ujian yang nyata dan jelas.
Menurut pendapat masyhur kalangan jumhur ulama’, hewan sembelihan yang dimaksud adalah
domba putih, lebar matanya, dan bertanduk. Ibrahim melihat kambing tersebut terikat pada sebuah
tombak digunung Tsabir. Imam Tsauri meriwayatkan dari Abdullah bin Utsman bin Khutsaim, dari
Sa'id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia menuturkan, "Kambing tersebut telah digembalakan di surga
selama 40 tahun." Sa'id bin Jubair mengatakan, "Kambing tersebut pernah memakan rerumputan surga,
hingga gunung Tsabir terbelah merekah (saat kambing tersebut berada di atasnya). Kambing tersebut
memiliki bulu berwarna merah." Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, "Seekor kambing bermata lebar,
bertanduk, dan memiliki suara embikan keras, turun dari gunung Tsabir menghampiri Ibrahim, lalu ia
sembelih. Itulah kambing kurban yang dipersembahkan anak Adam, lalu diterima." (HR. Ibnu Abi
Hatim).
Mujahid mengatakan, "Ibrahim menyembelih kambing tersebut di Mina." Ubaid bin Umair
mengatakan, "Disembelih di Maqam." Terkait riwayat dari Ibnu Abbas yang menyebut kambing yang
dimaksud adalah kambing hutan, juga riwayat dari Hasan yang menyebut kambing jantan dari sumber
air bernama Jarir, sama sekali tidak shahih.
Sebagian besar data-data semacam ini bersumber dari kisah-kisah israiliyyat. Yang disebutkan
dalam Al-Qur'an sudah cukup mengisahkan peristiwa besar dan ujian nyata yang terjadi, selanjutnya
Allah menebus Ismail dengan hewan sembelihan besar, dan di dalam hadits disebutkan, hewan yang
dimaksud adalah domba. Itu sudah cukup.10 Sebagaimana firman Allah tentang hal ini.

“dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar” (Qs. Ash-Shaaffaat: 101-102)

Maksudnya adalah Kami jadikan seekor sembelihan yang besar itu sebagai tebusan penyembelihan
atas putranya (Ibrahim A.s) yakni sembelihan yang telah Allah mudahkan untuk mendapatkannya
sebagai pengganti dari Ismail.
Di dalam tafsir al-Maragi disebutkan, “dan kami menebus anak Nabi Ibrahim itu dengan seekor
domba yang diturunkan kepadanya dari gunung Khaidir,” demikian kata Hasan al Bashri. Kemudian
Allah Swt menyebutkan bahwa Dia pun menganugerahkan kepada Nabi Ibrahim karunia yang lain.11
Sekelompok ulama berpendapat bahwa anak yang disembelih adalah Ishaq. Hal ini juga
dikisahkan dari sekelompok ulama Salaf, bahkan ada nukilan dari sebagian Sahabat. Tetapi hal itu

10
Umar Mujtahid kisah para Nabi tej: Qashshul Anbiya. Jakarta, Ummul Qura. Hlm 263-264
11
Febriyani Nur Savitri, Skripsi. “Kajian Surah Al Saffat Ayat 102-111 Tentang Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak.” (Ponorogo:
IAIN Ponorogo, 2019), hlm 60
7
tidak terdapat di dalam al Qur’an maupun as Sunah. Dan hal itu tidak diperoleh melainkan dari tokoh
Ahlul Kitab, dan diambil begitu saja tanpa dalil sama sekali. 12

Salah satu argumen yang mengatakan bahwa anak yang disembelih adalah Ishaq, yaitu dalam
Al Qur’an (As Shaffat ayat 99-100), dijelaskan tentang kisah Nabi Ibrahim As hijrah ke negeri Syam.
Saat itu Nabi Ibrahim berdoa agar dikaruniai seorang anak. Analisa ini menyimpulkan bahwa Ishaq
adalah anak yang disembelih. Karena Ishaq lahir dari Sayyidah Sarah yang berasal dari Syam.
Kemudian dipertegas pada ayat berikutnya (As-Shaffat ayat 112), yang menjelaskan kabar gembira
dari Allah Swt, bahwa Ishaq tergolong orang Shaleh. Kabar gembira ini tidak lain karena Ishaq telah
melewati cobaan begitu berat, yaitu hendak disembelih.13
Sedangkan riwayat yang menunjukkan bahwa anak yang disembelih adalah Ismail disebutkan
di dalam kitab Shahih Ath Thabari.
Imam Ahmad (Al Musnad, no. 16637) berkata: Sufyan menceritakan kepadaku, Manshur
menceritakan kepadaku dari pamannya Nafi’, dari Shafiyah binti Syaibah, dia berkata, seorang
perempuan dari bani Sulem memberitahukan kepadaku, perempuan yang banyak melahirkan
keturunan keluarga besar kami, Rasulullah SAW telah mengirimkan utusan untuk menemui Utsman
bin Thalhah.
Suatu ketika dia berkata kepada Utsman, “Karena apa Rasulullah SAW memanggilmu?” dia
menjawab, “Beliau bersabda kepadaku, ‘sesungguhnya aku melihat dua tanduk gibas pada waktu aku
masuk ke dalam rumah. Aku lupa menyuruhmu agar menutupinya, lalu dia menutupinya, karena
tidaklah patut di dalam rumah ada sesuatu yang melalaikan orang shalat.”
Sufyan berkata, “Kedua tanduk gibas itu terus-menerus menggantung di dinding dalam rumah,
hingga ketika rumah itu terbakar, maka kedua tanduk itu ikut terbakar pula. Begitu pula riwayat Ibnu
Abbas, bahwa kepala gibas terus-menerus menggantung di pojok Ka’bah sampai mengering.”
Keterangan yang satu ini cukup sebagai bukti dalil yang menyatakan bahwa yang disembelih
ketika itu adalah Ismail As, karena hanya dialah orang yang bermukim di Makkah. Sedang Nabi Ishaq
As, tidak ditemukan informasi yang menyatakan bahwa dia pernah mendatangi Makkah saat masih
kecil.14
Motif dibalik Ishaq sebagai anak yang disembelih adalah kedengkian Yahudi terhadap bangsa
Arab, mengingat Ismail adalah leluhur bangsa Arab yang menempati Hijaz, dimana Rasulullah salah
termasuk satunya. Sementara Ishaq Ayah yaqub adalah orang Israil, leluhur orang-orang Israil. Mereka
bermaksud merampas kemuliaan ini, hingga mereka mengubah kalam Allah dengan menambahinya.

12
Dr. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Ali Syeikh, “Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7”, Terj. M. Abdul Goffar E.M.
dan Abu Ihsan al Atsari, (Pustaka Imam Asy Syafi’i, 2004), halaman 27
13
Muhammad Abror, “Nabi Yang Dikurbankan: Ismail atau Ishaq?”, (https://islam.nu.or.id/post/read/130156/nabi-yang-
dikurbankan--ismail-atau-ishaq, diakses pada tanggal 19 Maret 2023 Pukul 12.00 WIB)
14
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath Thabari, Shahih tarikh at thabari. (Jakarta: Pustaka Azzam, 2011), halaman 453
8
Mereka adalah kaum pendusta dan tidak mau mengakui bahwa karunia berada di tanggan Allah
semata, yang ia berikan kepada siapapun yang ia kehendaki.
Banyak kalangan salaf dan lainnya menyebutkan bahwa Adz-Dzabih adaIah Ishaq. Penjelasan
ini Wallahu ‘alam mereka nukil dari Ka’ab Al-Ahbar, atau dari lembaran-lembaran Ahli Kitab.
Tidak ada penjelasan hadits shahih dari Rasulullah Saw terkait hal ini, sehingga kita bisa
mengabaikan tekstual Al-Qur’an, penjelasan-penjelasan Al-Qur’an juga tidak menyiratkan hal di atas.
Menurut konteks, bahkan tekstual, atau bahkan nash, saat kita cermati yang dimaksud Adz-Dzabih
adalah Ismail.15
2.4. Pernikahan Nabi Ismail As
Ismail bin Ibrahim menikah dengan Imarah binti Sa’d binti Usamah bin Aqil al-Amaliqiy.
Namun saat Ibrahim berkunjung ingin menemui Ismail, tetapi yang didapati dalam rumah hanya sang
istri ismail. Saat Ibrahim bertanya tentang keadaan keluarga, setelah bertanya Ibrahim mengetahui sifat
istri Ismail, kemudian Ismail diminta untuk menceraikan istrinya. Lalu Ismail menikah kembali dengan
salah satu putri dari sesepuh dan pemuka Kabilah Jurhum yakni Sayyidah binti Madhadh bin Amr al-
Jurhumi.16

Dari perkawinannya dengan putri Mudhadh, Ismail dikaruniai oleh Alloh sebanyak dua belas
orang anak yang semuanya laki-laki, yaitu : Nabit, Qaidar, Adba’il, Mibsyam, Misyma’, Duma, Misya,
Hidad, Yutma, Yathur, Nafis, dan Qaiduman.Dari mereka ini lah kemudian berkembang menjadi 12
kabilah yang semuanya menetap di Makkah untuk beberapa lama. Setelah mereka menyebar ke seluruh
Jazirah Arab, kondisi mereka seakan tenggelam dibawa zaman, kecuali anak cucu dari Nabit dan
Qaidar. Dari silsilah Qaidar inilah yang menurunkan Sayid Adnan, kakek ke 21 Rasulullah SAW. 17

Ibnu Kasir dalam kitabnya menjelaskan bahwa saat Ismail tumbuh remaja dan belajar bahasa
Arab dari mereka ( kaum jurhum) dengan baik. Mereka kagum dengan Ismail, setelah tumbuh besar
dan dewasa. Ismail dinikahkan dengan salah seorang wanita di antara mereka (Kabilah Jurhum).

Setelah pernikahan tersebut ibunda Ismail wafat. Kemudian setelah pernikahannya, Ibrahim
datang ingin menjenguk putranya yang lama tidak pernah ketemu. Dari waktu ke waktu memang Nabi
Ibrahim sering mengadakan perjalanan ke Makkah untuk mengetahui keadaan keluarga yang
ditinggalkanya.

15
Umar Mujtahid kisah para Nabi tej: Qashshul Anbiya. Jakarta, Ummul Qura. Hlm 265-266
16
ISMAIL Unkris Pusat Ilmu Pengetahuan. https://p2k.unkris.ac.id/id3/1-3065-2962/Isma-Il_30830_p2k- unkris.html
17
Hanif yahya Perjalanan Hidup Rasul Yang Agung terj: Ar-Rahiq al-Makhtum. Jakarta, Darul Haq. Hlm 7-8
9
Dalam hal ini tidak diketahui berapa kali perjalanan tersebut terjadi, namun beberapa referensi
sejarah yang dapat dipercaya, hanya menyebutkan empat saja dalam perjalanan tersebut.
Saat kunjunganya ke Makkah dan bertamu kerumah Ismail, Ibrahim tidak mendapati putranya,
ia hanya mendapati istri Ismail yang sedang berada dalam rumah. Bertanyalah Ibrahim kepada Istri
Ismail dimana ismail, ia menjawab; “ia sedang pergi mencari nafkah untuk kami” setelah itu Ibrahim
bertanya tentang kehidupan dan kondisi mereka. Istri Ismail menjawab; ”kami ini manusia biasa, kami
menghadapi kesulitan dan kesempitan”. Ia mengeluh dihadapan Ibrahim. Ibrahim kemudian
mengatakan, “setelah suamimu pulang nanti, sampaikan salamku padanya, dan katakan padanya agar
mengubah ambang pintu rumahnya”.
Setelah Ismail pulang, ia seperti melihat sesuatu lalu bertanya pada istrinya, “apakah tadi ada
tamu yang datang?”. Istrinya menjawab; “ya, tadi ada orang tua datang kemari, cirinya begini dan
begitu, ia menanyakan padaku, aku pun memberitahukan padanya. Setelah itu ia menanyakan padaku
perihal kehidupan kami. Aku berkata padanya aku berada dalam kesulitan”. Ismail bertanya, “apakah
ia meninggalkan pesan padaku?” istrinya menjawab; “ya, ia memintaku untuk menyampaikan salam
padamu dan menyuruhmu untuk mengganti ambang pintu rumah”. Ismail kemudian berkata; “dia itu
ayahku, dan beliau memintaku untuk menceraikanmu. Pulanglah kerumahmu”. Ismail menceraikan
istrinya lalu menikah lagi dengan wanita lain.
Selang berapa waktu, Ibrahim tidak kunjung datang. Namun saat datang, Ibrahim tidak bertemu
Isma'il. Ibrahim masuk menemui istri Isma'il yang baru lalu menanyakan Isma'il padanya. Istrinya
menjawab, 'la sedang pergi mencari nafkah untuk kami.' Setelah itu Ibrahim bertanya, 'Bagaimana
kondisi kalian?' Maksudnya tentang kehidupan dan kondisi mereka. Istrinya menjawab, 'Kami baik-
baik saja, dan kehidupan kami lapang,' ia memuji Allah 'Azza wa Jalla. Ibrahim bertanya, 'Apa
makanan kalian?' Daging,' jawab istri Isma'il. 'Apa minuman kalian?' tanya Ibrahim. 'Air,' jawabnya.
Ibrahim kemudian berdoa, Ya Allah! Berkahilah daging dan air mereka.
Nabi Saw menuturkan, 'Mereka saat itu belum memiliki biji-bijian, andai mereka punya tentu
didoakan Ibrahim.' Beliau juga menuturkan, Tak seorang pun di luar Mekkah yang tidak memakan
daging dan air pada saat itu, melainkan pasti sakit perut.
Ibrahim kemudian berkata, 'Setelah suamimu pulang nanti, sampaikan salam padanya, dan
perintahkan dia agar memperkuat ambang pintu rumah.' Setelah Isma'il pulang, ia bertanya, 'Apa tadi
ada tamu yang datang?' Istrinya menjawab, 'Ya. Tadi ada orang tua datang. penampilannya bagus,'
istrinya memuji Ibrahim. Ia menanyakanmu padaku, aku pun memberitahukan padanya. Setelah itu ia
bertanya kepadaku tentang kehidupan kami. Aku sampaikan kepadanya bahwa kami baik-baik saja.'
Isma'il bertanya, 'Apa dia meninggalkan suatu pesan padamu?' Istrinya berkata, "Ya, ia memintaku
untuk menyampaikan salam padamu dan menyuruhmu untuk memperkuat ambang pintu rumah.'

10
Isma'il kemudian berkata, 'Dia itu ayahku, dan yang dimaksud ambang pintu itu adalah kamu. Beliau
menyuruhku untuk mempertahankanmu (sebagai istri). 18
2.5. Pembangunan Ka’bah
Ibrahim tinggal di tempat yang jauh dari putranya dan lama tidak jumpa, kemudian ia datang
kepada putranya untuk suatu urusan yang besar, yaitu Allah telah memerintahkannya untuk
membangun Ka’bah di Makkah agar dijadikan rumah pertama yang dibangun untuk beribadah kepada
Allah.
Ibrahim datang menemui putranya dan menceritakan maksudnya untuk membangun Ka’bah,
sebagaimana diperintahkan Allah kepadanya. Ismail menjawab; “laksanakanlah apa yang diperintah
Allah kepadamu, dan aku akan membantumu dalam urusan besar ini”. maka mulailah keduanya
membangun Ka’bah hingga selesai, dan tempat Ibrahim berdiri ketika itu dikenal sebagai Maqom
Ibrahim.
Kemudian Allah Swt memberi wasiat kebada Ibrahim untuk membersihkan Rumah tersebut
(Ka’bah) dari kotoran dan sirik serta penyembahan berhala, supaya tempat tersebut suci bagi orang-
orang yang towaf dan beriktikaf di didalamnya untuk ibadah, serta orang-orang ruku’ dan sujud
Kepada Allah.
Sebagaimana Al-Qur’an mengisyaratkan kepada doa Ibrahim yang berdoa kepada Tuhannya
agar menjadikan negeri di mana rumah itu dibangun, sebagai negeri yang aman dan memberi rezeki
kepada penghuninya yang beriman kepada Allah Swt dan hari akhir berupa buah-buahan di bumi dan
kebaikan-kebaikan yang lain.
Allah telah mengabulkan doa Ibrahim dan memberitahukan padanya, bahwa Allah tidak kikir
dalam memberi rezeki kepada orang-orang kafir, tetapi pada hari kiamat kelak mereka akan
menimpakan siksa kepada mereka, dan itulah seburuk-buruknya tempat kembali.
Allah telah menjadikan Makkah negeri yang aman, barang siapa yang menggangunya maka
Allah akan membinasakan, sebagaimana Allah telah mencurahkan rezeki atasnya, maka terdapat
segala macam buah-buahan di negeri itu dan di negeri-negeri lain.
Akhirnya Allah mengisyaratkan pembangunan Ka’bah oleh Ibrahim dan Ismail dan peninggian
pondamen-pondamennya, sedang keduanya berdoa dengan khusu’ kepada Allah supaya berkenan
menerima kerajaan besar ini dari mereka.19
2.6 Wafatnya Ismail As
Ismail hidup sekitar tahun 1911- 1779 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 1850 SM. Ismail
As menikah dua kali dan dikaruniai 12 putra dan seorang putri. Dari keturunannya itu kelak lahirlah Nabi
Muhammad Saw. Ismail As wafat pada tahun 1779 SM di Makkah. 20

18
Hanif yahya Perjalanan Hidup Rasul Yang Agung terj: Ar-Rahiq al-Makhtum. Jakarta, Darul Haq. Hlm 6-7
19
Zaid Husein Alhamdi. Kisah 25 Nabi dan Rasul. (Jakarta; Pustaka Amani). Hlm 44-45
20
Nurul Ihsan, “Kisah 25 Nabi dan Rasul”, (Jakarta: Cikal Aksara)
11
Ibnu kasir dan beberapa tradisi Islam menyebutkan bahwa Ismail As. dimakamkan di Al-Hijr
Ismail di samping makam ibunya, Siti Hajar. Namun sebagian pendapat menolak keyakinan tersebut
karena tidak ada keterangan pasti dari Nabi Muhammad Saw. Pendapat lain menyatakan bahwa Hijr Ismail
sebenarnya adalah bekas kamar Ismail dan Hajar. 21

21
Isma’il-Wikipedia bahasa indonesia, ensiklopedia bebas
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Isma%27il di akses pada 19 Maret 2023
12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagaimana yang telah kami bahas dari awal kelahiran hingga wafatnya Nabi Ismail. Begitu banyak
kisah inspirasi yang dapat diambil tauladan dari kisah seorang anak yang begitu mentaati kebijakan orangtua.
Sedari kecil Ismail As yang ditinggalkan oleh ayahnya Ibrahim As. Hajar sebagai ibu yang hanya dibekali
sekantong gariba air saat ditinggal Ibrahim As, harus bersusah panyah untuk membuat anaknya tetap hidup
dalam panasnya gurun pasir. Bahkan banyak riwayat yang mengatkan bahwa sang ayah, Ibrahim As. hanya
terhitung empat kali menengok anaknya yang kurang lebih hidup selama 132-an tahun.

Dalam beberapa pertemuan tersebut, Ibrahim As. mendapat wahyu agar anaknya disembelih, duka
yang sangat lara memang sudah ditinggal sewaktu kecil dalam beberapa pertemuan pun harus melaksanakan
wahyu untuk penyembelihan. Namun ini adalah rahasia Illahi, rahasia yang hanya orang-orang bersabar
seperti Ibrahim As dan orang-orang yang ikhlas seperti Ismail As yang dapat mengimplementasikan dan
menjadikan sebuah kode etik yang baik bagi anak dan orang tua demi berbakti kepada Rab-Nya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ali Syeikh, Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq. 2004. “Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7”, Terj.
M. Abdul Goffar E.M. dan Abu Ihsan al Atsari, (Pustaka Imam Asy Syafi’i).

Ath Thabari, Tafshir Ath Thabar. Jakarta: Pustaka Azzam.

Ath Thabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir. 2011. Shahih tarikh at thabari. (Jakarta: Pustaka Azzam).

Daulay, Khoirul Ikhsan. Skripsi. 2017. “Analisis Pesan Moral pada Kisah Nabi Ismail ‘Alaihissalam dalam
al Qur’an”, (Medan: Universitas Sumatera Utara).

Ihsan, Nurul. “Kisah 25 Nabi dan Rasul”, (Jakarta: Cikal Aksara).

Katsir, Ibnu. Al Bidayah wa An Nihayah, (Damaskus: Daar Ibnu Katsir, 2010).

Katsir, Ibnu. 2015. “Kisah Para Nabi”, Terj. Umar Mujtahid (Jakarta: Ummul Qura).

Savitri, Febriyani Nur. Skripsi. 2019. “Kajian Surah Al Saffat Ayat 102-111 Tentang Nilai-Nilai Pendidikan
Akhlak.” (Ponorogo: IAIN Ponorogo).

Abror, Muhammad. “Nabi Yang Dikurbankan: Ismail atau Ishaq?”, Nabi yang Dikurbankan: Ismail atau
Ishaq? | NU Online , diakses pada tanggal 19 Maret 2023 Pukul 12.00 WIB

Isma’il-Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Isma%27il di akses pada 19 Maret 2023 Pukul 23.33 WIB

Yahya, Hanif Perjalanan Hidup Rasul Yang Agung terj: Ar-Rahiq Al-Makhtum,( Jakarta, Darul Haq)

14

Anda mungkin juga menyukai