OLEH :
INAYAH NUR KARIMAH
NO. ABSEN 10
Kisah Nabi yakub As. Nabi Ishaq memiliki dua anak, bernama: Esau dan Yakub. Esau
tumbuh besar sebagai pemburu yang tangguh, tangannya kekar, tubuhnya tinggi besar
dan dipenuhi bulu, kecepatan gerak dan katajaman matanya membuat ia hampir tak
pernah meleset saat membidik buruannya. Ishaq sangat bangga dengan putranya,
tanpa disadari kasih sayang dan harapannya lebih banyak tertumpu pada putra
tertuanya ini.
Sebaliknya, fisik Yakub tak sekuat Esau. Yakub lebih senang berada di sekitar
rumahnya, duduk diam merenungkan banyak hal. Ibunya, bernama Ribka, lebih
mencintai Yakub. Karena Yakub selalu ada saat ibunya membutuhkan pertolongan.
Selain itu, Nabi Yakub juga memiliki perasaan yang lebih halus dan lembut. Ia dapat
mengerti perasaan ibunya dengan baik. Maka ibunya lebih menginginkan agar Yakub
yang menerima pemberkatan dari Ishaq.
Sebuah “berkat” untuk menjadi bangsa yang besar dan kuat yang akan menjadi
penerus nabi-nabi dan raja-raja. Selain itu, Ribka mengaminkan nubuwwah yang
disampaikan malaikat bahwa kelak anak bungsulah yang akan memimpin anak
sulung.
Setelah peristiwa pengambilan “berkat, tersebut, di mana Esau menjadi marah karena
kehilangan hak sebagai anak sulung. Dalam tradisi kuno, anak sulung memperoleh
kedudukan yang lebih tinggi. Anak sulung raja akan menjadi putra mahkota. Anak
sulung imam akan memperoleh ‘berkat’.
Sudah diduga kemarahan Esau tak dapat ditahan. Maka Ribka menyuruh Yakub pergi
ke Haran atau Padang Aram, kampung halaman ibunya untuk menemui Laban, adik
Ribka.
Ishaq melepas Yakub dengan sebuah nasihat, “Pergilah engkau ke tempat saudara
ibumu. Semoga Allah yang Maha Kuasa memberkati engkau, membuat engkau
beranak cucu dan menjadi bangsa yang besar. Semoga Allah mengaruniakan “berkat”
sebagaimana yang diberikan kepada Ibrahim, agar engkau memiliki negeri ini.”
Yakub pun pergi meninggalkan kampung halamannya. Di Padang Aram, Nabi Yakub
tinggal selama 21 tahun. Lambat laun persoalan antara Yakub dan Esau berakhir
damai. Yakub telah meminta maaf dan Esau meyakini bahwa peristiwa itu terjadi
dengan izin Allah.
Segala yang terjadi telah tertulis di lauhul mahfuzh, jauh sebelum umat manusia
dicipta. Allah Maha Mengetahui segalanya. Segala kebaikan dan rencana yang tidak
semua bisa dipahami oleh manusia.
Saat pelariannya dulu, di umurnya yang ke-40 tahun, Yakub tertidur di suatu tempat
dan bermimpi melihat tangga tempat turun naiknya malaikat. Saat terbangun, Yakub
menandai tempat tersebut. Kelak di tempat tersebut berdirilah Baitul Maqdis yang
dibangun oleh Nabi Daud.
Selain itu, tempat ini menjadi titik awal mikraj Rasulullah dan para nabi lainnya.
Sejak peristiwa itu pula diwahyukan kepada Nabi Yakub agar anak keturunannya
disebut sebagai ‘Israil’.
Israil artinya orang yang melakukan perjalanan menuju Allah. Karena semua
perjalanan anak keturunannya, termasuk para nabi-nabi dan raja, mengilustrasikan
perjalanan taubat (tubu’ ilallah = kembali kepada Allah). Perjalanan yang menjadi
panduan bagi umat untuk mencapai makrifat. Ada mekanisme jihad, hijrah, dan uzlah.
Mimpi tersebut menjadi tanda bahwa Nabi Yakub telah dipilih oleh Allah. Memang
telah tertulis dalam kitab takdir bahwa Yakub-lah yang menjadi menjadi nabi, dan
anak keturunannya kelak akan menjadi suku bangsa yang besar.