Anda di halaman 1dari 3

Nama : Kamelia Rosa

Kelas : XII MIPA 5

Kisah Nabi Ya’qub

Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim. Diperkirakan hidup pada tahun 1837-1690 SM. Beliau
ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil di Syam. Beliau wafat di Alkhalil Hebron Palestina.
Mempunyai 12 anak.

Nabi Ya’qub adalah putra Nabi Ishaq, dan ia memiliki saudara kembar bernama Aish.
Ayahya lebih menyayangi Aish karena ia lahir lebih dulu, sedangkan Ibunya (Rifqah) lebih
menyayangi Ya’qubkarena ia lebih kecil. Ketika usianya sudah sangat lanjut, Nabi Ishaq tak
dapat melihat lagi dan ia sering dilayani oleh Aish. Sedangkan Ya’qub sangat pendiam dan
lebih senang berada dirumah mempelajari ilmu-ilmu agama.

Suatu hari Ishaq menginginkan suatu makanan, ia meminta Aish untuk


mengambilkannya. Namun atas suruhan Ibunya, Ya’qublah yang lebih dulu mengambilkan
makanan itu untuknya. Setelah Ya’qub melayaninya, Ishaq lalu mendoakannya “Mudah-
mudahan Engkau menurunkan nabi-nabi dan raja-raja.”

Doa Nabi adalah doa yang mustajab, dan memang yang diketahui dalam sejarah
bahwa keturunan Ya’qub kelak akan melahirkan banyak para nabi dan raja. Aish yang
mengetahui bahwa saudaranya telah mendapatdoa yang baik dari ayahnya menjadi iri. Ia pun
marah dan bahkan mengancam akan membunuh Ya’qub supaya keturunannya tidak ada yang
menjadi nabi dan raja.

Mengetahui hal ini, Rifqah kemudian menyuruh Ya’qub agar mengungsi ke tempat
pamannya, Laban bin Batwil, di kota Harran, Irak. Dalam perjalanan ke rumah pamannya,
Ya’qub tidak berani berjalan disiang hari karena takut akan ditemukan dan disiksa oleh
saudaranya. Ia hanya berani berjalan dimalam hari, sedang bila tiba waktu siang ia
beristirahat. Oleh sebab itulah ia juga dikenal dengan nama Israil yang artinya berjalan
dimalam hari (asra’ yusri’ isra’ artinya berjalan malam). Kelak keturunannya pun dikenal
dengan nama Bani Israil.

Laban memiliki dua orang puteri, yang pertama bernama Leah, dan yang kedua
bernama Rahel, kedua-duanya dinikahi Ya’qub yang pada saat itu hukum menikahi dua gadis
sekandung diperbolehkan. Kepada masing-masing puterinya, Laban memberi seorang sahaya
perempuan. Kepada Leah ia memberikan sahaya perempuan bernama Zulfa, dan kepada
Rahel ia memberikan sahaya mereka untuk diperistri pula oleh Ya’qub, sehingga istri Ya’qub
menjadi 4 orang.

Dari keempat istrinya ini Ya’qub memperoleh 12 orang anak lelaki. Dari istrinya
Leah, ia dikaruniai Ruben, Syam’un, Lewi, Yahuda, Yasakir, dan Zabulon. Dari istrinya
Rahel, ia dikaruniai Yusuf dan Bunyamin. Dari istrinya Balhah, ia dikaruniai Daan dan
Naftali. Dari istrinya Zulfa, ia dikarunian Jaad dan Asyir. Putra-putra Ya’qub inilah yang
merupakan cikal bakal lahirnya Bani Israil. Mereka dan keturunannya disebut Al-Asbath
yang berarti cucu-cucu.

Sibith dalam bangsa Yahudi adalah seperti suku dalam bangsa Arab, dan mereka yang
berada dalam satu sibith berasal dari satu bapak. Masing-masing anak Ya’qub kemudian
menjadi bapak bagi sibith Bani Israil. Maka seluruh Bani Israil berasal dari putra-putra
Ya’qub yang berjumlah 12 orang. Setelah lewat 20 tahun Ya’qub tinggal bersama pamannya,
iapun meminta izin untuk kembali kepada keluarganya di Kana’an. Saat ia hampir tiba di
Kana’an, ia mengetahui bahwa Aish saudaranya telah menghadangnya dengan 400 orang,
sehingga Ya’qub merasa takut dan mendoakannya serta menyiapkan hadiah besar bagi
saudaranya itu yang dikirimkan melalui orang-orang utusannya. Lunaklah hati Aish
mendapat hadiah pemberian saudaranya. Kemudian ia tinggalkan Kana’an bagi saudaranya
lalu ia pergi ke Gunung Sa’ir. Sedangkan Ya’qub, ia pergi ke Gunung Sa’ir. Sedangkan
Ya’qub, ia pergi kepada ayahnya Ishaq dan tinggal bersamanya di kota Hebron yang dikenal
dengan nama Al-Khalil. Dalam Al-Qur’an, kisah Nabi Ya’qub secara tersendiri tidak ditemui,
namun namanya disebut dalam kaitannya dengan nabi-nabi lain, diantaranya Nabi Ibrahim
(kakeknya), dan Nabi Yusuf (putranya).

Diantara sekian anaknya, yang paling tinggi kedudukannya, paling bertaqwah dan
paling bersih hatinya, disamping paling muda usianya adalah Nabi Yusuf As. Oleh karena itu
Nabi Y’qub memberikan perhatian dan kasih sayang lebih kapadanya. Hal ini sudah menjadi
tabiat, yakni ayah sangat sayang kepada anak yang paling kecil sampai ia dewasa dan kepada
yang sakit sampai ia sembuh.

Nabi Ya’qub adalah seorang ayah yang patut dijadikan teladan, dimana beliau
mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang baik, memberikan nasehat kepada mereka
dan menyelesaikan masalah mereka, namun saudara-saudara Yusuf dihasut oleh setan untuk
berlaku jahat kepad Yusuf ketika mereka mengetahui perhatian ayahnya kepada Yusuf
sampai-sampai mereka hendak membunuh Yusuf, namun kejadian sebagian mereka
mengusulkan untuk melempar Yusuf kesumur yang jauh agar dibawah oleh kafilah yag lewat
dan menjadi budak mereka. Ketika Yusuf takkunjung pulang, maka Nabi Ya’qub bersedih
dengan kesedihan yang dalam karena berpisah dengan puteranya, bahkan ia sampai menderita
buta karena rasa sedih yang begitu dalam. Kemudian Allah SWT menjadikannya dapat
melihat kembali.

Setelah berlalu waktu yang cukup lama, Nabi Ya’qub As pun sakit, ia kumpulkan
anak-anaknya dan berpesan kepada mereka agar tetap beribadah kepada Allah SWT,
demikian juga tetap beriman dan beramal shaleh. Allah SWT berfirman: “ adakah kamu hadir
ketika Ya’qub kedatangan tanda-tanda maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya “apa
yang kamu sembah sepeninggalanku?” mereka menjawab “kami akan menyembah Tuhanmu
dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Mahaesa dan
kami hanya tunduk patuh kepadanya.” (QS Al Baqarah:133)

Setelah lewat 20 tahun Ya’qub tinggal bersama pamannya, iapun meminta izin untuk
kembali kepada keluarganya di Kana’an. Saat ia hampir tiba di Kana’an, ia mengetahui
bahwa Aish saudaranya telah menghadangnya dengan 400 orang, sehingga Ya’qub merasa
takut dan mendoakannya serta menyiapkan hadiah besar bagi saudaranya itu yang dikirimkan
melalui orang-orang utusannya. Lunaklah hati Aish mendapat hadiah pemberian saudaranya.
Kemudian ia tinggalkan Kana’an bagi saudaranya lalu ia pergi ke Gunung Sa’ir. Sedangkan
Ya’qub, ia pergi ke Gunung Sa’ir. Sedangkan Ya’qub, ia pergi kepada ayahnya Ishaq dan
tinggal bersamanya di kota Hebron yang dikenal dengan nama Al-Khalil. Dalam Al-Qur’an,
kisah Nabi Ya’qub secara tersendiri tidak ditemui, namun namanya disebut dalam kaitannya
dengan nabi-nabi lain, diantaranya Nabi Ibrahim (kakeknya), dan Nabi Yusuf (putranya).
Nama beliau disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 16 kali.

Anda mungkin juga menyukai