Anda di halaman 1dari 6

Perbandingan Sistem Kesehatan Indonesia

dan Singapura
14 Oktober 2015 ekawahyuph Tinggalkan komentar

Sistem Kesehatan: Ideologi, intervensi pemerintah dalam pelayanan dan pembiayaan


kesehatan.

Indonesia

Ideologi (landasan) Sistem Kesehatan Nasional (SKN) Indonesia meliputi landasan idiil yang
berupa pancasila, landasan konstitusional yang berupa UUD 1945 khususnya pasal 28A, serta
landasan operasional yang berupa UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan SKN dan
pembangunan kesehatan.1 Berdasarkan ketiga ideologi (landasan) tersebut, SKN dilaksanakan
secara berkelanjutan, sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan
dengan menjaga kemajuan, kesatuan dan ketahanan nasional.1 SKN ini dilaksanakan oleh
pemerintah (baik pusat maupun daerah) dan/atau masyarakat.

Intervensi pemerintah dalam pembiayaan kesehatan masyarakat Indonesia juga diatur dalam
Perpres No.72/2012 dalam sebuah ayat yang menyampaikan bahwa pembiayaan kesehatan
Indonesia berasal dari berbagai sumber seperti pemerintah (pusat atau daerah), swasta, organisasi
masyarakat dan masyarakat itu sendiri.1 Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat menjadi
tanggung jawab pemerintah karena tergolong ke dalam barang publik.1 Sedangkan untuk
pembiayan pelayanan perseorangan, pemerintah hanya memberikan bantuan pembiayaan untuk
masyarakat miskin (tidak mampu) saja.1

Singapura

Landasan dari sistem kesehatan Singapura terdiri dari tiga poin besar yaitu (1) negara memiliki
tujuan untuk menciptakan populasi yang sehat dengan lebih menekankan kepada pelayanan
kesehatan preventif serta upaya untuk melakukan gaya hidup sehat, (2) Singapura lebih
menekankan kepada tanggung jawab pribadi atau masing-masing penduduknya mengenai
kesehatan mereka atau dalam kalimat lebih sederhana adalah kesehatan merupakan tanggung
jawab masing-masing individu, dan (3) Pemerintah diharuskan untuk mempertahankan biaya
pelayanan kesehatan serendah mungkin dengan cara mengontrol tingkat supply pelayanan
kesehatan serta penyediaan subidi untuk pelayanan kesehatan publik.2

Dalam praktiknya, sistem kesehatan Singapura diatur baik oleh pihak pemerintah maupun pihak
swasta dengan sangat baik dan teratur. Pihak-pihak pemerintah yang terlibat tersebut adalah
Ministry of Health (MOH), Central Provident Fund (CFP), dan Monetary Authority of Singapore
(MAS).2 MOH bertanggung jawab terhadap regulasi sebagian besar sistem kesehatan seperti
mempromosikan edukasi kesehatan, memonitor aksesibilitas serta kualitas pelayanan kesehatan,
mencegah dan mengontrol penyakit, serta mengalokasikan SDM dan infrastruktur kesehatan.
Sedangkan CFP dan MAS bertanggung jawab dalam pengaturan biaya jaminan social yang ada
di Singapura.2

Sistem Pembiayaan

Indonesia

Sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia terbagi menjadi dua sistem yakni sistem Fee for
Service (Out of Pocket) serta sistem Health Insurance.3 Sistem Out of Pocket ini merupakan
sistem yang dipakai pada sebagian besar pelayanan kesehatan dimana pasien yang berobat akan
membayar kepada pemberi layanan kesehatan secara pribadi berdasarkan layanan yang
didapatkannya. Melalui sistem ini, dokter akan mendapatkan pendapatan sesuai dengan
pelayanan yang diberikan. Semakin banyak pasien, semakin banyak pendapatan yang diterima.
Sebagian besar masyarakat Indonesia masih sangat bergantung kepada sistem ini.3 Berdasarkan
data WHO, pada tahun 2011 saja masih terdapat 75,7% masyarakat Indonesia yang memakai
sistem pembiayaan Out of Pocket ini dan hanya 8,4% yang melaksanakan sistem Health
Insurance.4 Untuk sistem health insurancesendiri Indonesia masih menganut sistem kapitasi dan
sistem DRG (Diagnose related Group).3

Singapura

Singapura memberikan jaminan kesehatan menyeluruh bagi penduduknya melalui sebuah sistem
pembiayaan yang berdasarkan kepada tanggung jawab individual dan pelayanan kesehatan yang
terjangkau.5 Sistem pembiayaan yang dipakai oleh Singapura merupakan sistem pembiayaan
campuran yang terdiri dari beberapa tingkatan sistem. Tingkat perlindungan (sistem pembiayaan)
yang pertama dilakukan melalui subsidi pemerintah yang berasal dari perolehan pajak.5 Subsidi
ini biasanya menutupi hingga 80% dari keseluruhan tagihan biaya pelayanan
kesehatan.5 Tingkatan sistem pembiayaan selanjutnya dilakukan melalui social
insurance (asuransi sosial) yang telah ditetapkan oleh pemerintah Singapura.5 Asuransi sosial ini
terdiri dari MediSave (pembiayaan bersumber dari potongan uang yang sengaja disimpan oleh
masing-masing individu untuk persiapan biaya pelayanan kesehatan), MediShield dan
ElderShield (asuransi dengan biaya premi rendah), serta Medifund (bantuan pembiayaan dari
pemerintah untuk mereka yang tidak mampu menutupi biaya pelayanan kesehatannya dengan
subsidi, MediSave, dan MediShield).5 Sistem pembiayaan pelayanan kesehatan seperti yang
telah disebutkan diatas hanya berlaku untuk pelayanan kesehatan yang dilakukan di sektor
publik.2,5 Sedangkan pelayanan kesehatan yang dilakukan di sektor privat (swasta) dibiayai oleh
sumber pribadi serta asuransi komersial yang ada.2,5

Health Economy: Health Expenditure Per Capita dan Porsi Anggaran Kesehatan

Indonesia

Indonesia sendiri memiliki total expenditure on health per capita mencapai $127 pada tahun
2011 atau sekitar 2,7% dari GDP.6 Porsi anggaran kesehatan dalam APBN mencapai 5% atau
sekitar 4,7 triliun rupiah ($ 470 juta).7

Singapura

Singapura memiliki total expenditure on health per capita yang lebih besar dibandingkan
Indonesia yakni mencapai $2.787 pada tahun 2011 atau sekitar 4,6% dari total GDP.8 Porsi
anggaran kesehatan Singapura mencapai $5.7 miliar.9

Mekanisme Sistem Rujukan

Indonesia

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012 mengenai
sistem rujukan pelayanan kesehatan perorangan, “sistem rujukan pelayanan kesehatan
merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan
tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun
horizontal”.10 Pemberian rujukan ini dimaksudkan agar pasien mendapat pelayanan kesehatan
yang adekuat yang tidak bisa disediakan oleh seorang penyelenggara kesehatan. Namun,
pemberian rujukan ini tidak bisa dilakukan dengan sembarangan, karena harus dilaksanakan
secara berjenjang, sesuai dengan kebutuhan medis pasien yang diawali dengan pelayanan
kesehatan pada tingkat primer. Secara definisi, pelayanan kesehatan tingkat primer ini meliputi
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter atau dokter gigi di puskesmas, tempat praktik
perorangan, serta klinik umum, dan termasuk di antaranya adalah dokter keluarga.10 Berdasarkan
Permenkes di atas, pelayanan kesehatan tingkat sekunder (pelayanan kesehatan spesialistik oleh
dokter spesialis atau dokter gigi spesialis) hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan
kesehatan tingkat pertama.10 Sedangkan pelayanan kesehatan tingkat tersier (subspesialistik)
dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama.10 Hal
ini menunjukkan bahwa dokter umum atau dokter keluarga bisa langsung melakukan rujukan ke
pelayanan kesehatan tersier. Jadi di sini, peran dokter keluarga adalah sebagai pengatur atau
coordinator pelayanan rujukan atau istilahnya berperan sebagai gate keeper dalam menentukan
pelayanan kesehatan jenis apa yang bisa diberikan kepada pasien, apakah hanya sebatas
pelayanan kesehatan spesialistik atau pelayanan kesehatan subspesialistik.

Singapura
Singapura juga mempunyai beberapa jenjang pelayanan kesehatan seperti pelayanan kesehatan
primer (poliklinik atau klinik GP), pelayanan rumah sakit, serta Intermediate and Long Term
Care Service (ILTC).11Pelayanan kesehatan primer diselenggarakan oleh dokter umum, dokter
keluarga dan perawat di dalam komunitas.11 Pelayanan kesehatan jenis inilah yang pertama kali
berkontak dengan pasien dan kemudian memiliki kemampuan untuk merujuk pasien ke
spesialisasi kedokteran tertentu ataupun rumah sakit untuk diagnosis dan tata laksana yang lebih
lanjut.11 Untuk layanan rumah sakit sendiri, singapura menyediakan delapan rumah sakit publik
yang terdiri dari enam rumah sakit umum, satu rumah sakit ibu dan anak, serta satu rumah sakit
psikiatri.12 Sedangkan ILTC sendiri digunakan untuk pasien-pasien yang tidak memerlukan
perawatan di dalam rumah sakit lagi, akan tetapi tetap membutuhkan perawatan dalam jangka
waktu yang panjang.12 Biasanya ILTC ini bersifat community-based.

Kapasitas Tenaga Kesehatan: Rasio Dokter per Penduduk dan Pemerataan Dokter

Indonesia

Rasio dokter per 100.000 penduduk pada tahun 2012 menurut Konsil Kedokteran Indonesia
(KKI) mencapai 33:100.000.13 Pemerataan dokter menjadi salah satu permasalah di Indonesia.
Bisa kita lihat bahwa hampir sebagian besar provinsi di Indonesia masih kekurangan tenaga
dokter dibandingkan dengan provinsi DKI Jakarta, Sulawesi Utara, dan DI Yogyakarta yang
memiliki penumpukan jumlah dokter.13

Singapura

Rasio dokter per 1.000 populasi di negara Singapura mencapai 1.9 dokter atau
190:100.000.14 Singapura termasuk ke dalam negara yang tidak mempunyai daerah rural,
sehingga semua dokter bekerja di sektor urban.14Pembagian dokter yang ada juga tidak
bergantung kepada urban atau rural akan tetapi pembagiannya dilakukan berdasarkan sektor
publik dan sektor privat.14 Geografi negara yang kecil juga membuat pemerataan dokter di
Singapura sudah tergolong baik.14

Kesimpulan

Berdasarkan data-data yang sudah ada di atas, dapat disimpulkan bahwa Singapura memiliki
Sistem Kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan Indonesia. Melihat dari ideologi sistem
kesehatan kedua negara saja, kita sudah dapat membandingkan perbedaan yang cukup signifikan
dimana Indonesia tidak menegaskan sistem kesehatan seperti apa yang diinginkan. Berbeda
dengan Singapura yang sejak awal menegaskan bahwa sistem kesehatan nasional akan dicapai
melalui upaya preventif dan gaya hidup sehat. Selain itu, dilihat dari segi pembiayaan pelayanan
kesehatan, Singapura jelas lebih unggul dibandingkan dengan Indonesia. Salah satu filosofi dari
Sistem Kesehatan Singapura yang sangat saya kagumi tercermin dalam kalimat di bawah ini

“The fundamental philosophy is that individuals should have the responsibility to take care of
their own health-care expenditure, but no citizen should be denied of health care because of
financial difficulties, and the government is organizing different measure to help the citizens to
achieve these goals.”
Untuk mewujudkan filosofi tersebut, Singapura memiliki sistem pembiayaan berlapis untuk
mencover penduduknya agar semua penduduk tanpa terkecuali memiliki akses ke kesehatan. Di
Indonesia, hal tersebut masih belum bisa diterapkan karena sebagian besar masyarakatnya masih
menggunakan sistem pembiayaan Out of Pocket yang sangat bergantung kepada kemampuan
ekonomi masing-masing individu. Dengan demikian, masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah
akan sangat sulit untuk mengakses pelayanan kesehatan.

Namun, apabila kita perhatikan lebih lanjut, jumlah penduduk Singapura serta wilayah geografis
yang kecil membuat Singapura lebih mudah untuk mencapai tingkat kesehatan nasional yang
lebih baik jika dibandingkan dengan Indonesia yang memiliki tantangan berupa jumlah
penduduk yang sangat banyak dan luas wilayah geografi yang cukup besar. Untuk itu, Indonesia
harus terus berbenah diri di bidang sistem kesehatan nasionalnya agar penduduk Indonesia
mampu mencapai tingkat kesehatan yang lebih baik.

Oleh: Muhammad Wildan Rabbani K (FKUI 2010)


Daftar Pustaka

1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Presiden Republik Indonesia


Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional. 2012.
2. Bai Y, Shi C, Li X, Liu F. Healthcare System in Singapore ACTU4625 Topics: Health
Insurance [online]. 2012 [cited on: June 25th, 2013 10.10 pm]. Available
from:http://ce.columbia.edu/files/ce/pdf/actu/actu-singapore.pdf
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Sistem Pembiayaan & Jaminan Kesehatan
[online]. 2013 [cited on: June 27th, 2013 12.03 am]. Available
from:http://www.ppjk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1:
selamat-datang-di-pembiayaan-a-jaminan-kesehatan-online&catid=56&Itemid=28
4. World Health Organization. Indonesia Statistic Summary (2002-present). 2012 [cited on:
June 27th, 2013 12.07 am]. Available
from:http://apps.who.int/gho/data/view.country.10500
5. Ministry of Health Singapore. Healthcare Cost and Financing [online]. 2013 [cited on:
June 26th, 2013 11.25 pm]. Available
from: http://www.moh.gov.sg/content/moh_web/home/costs_and_financing.html
6. World Health Organization. Indonesia: Countries Statistics. 2012 [cited on: June 27th,
2013 12.43 am]. Available from:http://www.who.int/countries/idn/en/
7. Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran
2013[online]. 2012[cited on: June 27th, 2013 12.43 am]. Available
from:http://www.anggaran.depkeu.go.id/peraturan/uuapbn2013.pdf
8. World Health Organization. Singapore: Countries Statistics. 2012 [cited on: June 27th,
2013 12.43 am]. Available from:http://www.who.int/countries/sgp/en/
9. Ministry of Finance Singapore. Expenditure Overview on Ministry of Health. 2013 [cited
on: June 27th, 2013 12.43 am]. Available
from:http://www.singaporebudget.gov.sg/budget_2013/expenditure_overview/moh.html
10. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan
Perorangan [online]. 2012 [cited on: June 25th, 2013 10:40 pm]. Available
from:http://www.rsstroke.com/files/peraturan/BUK/2012/PMK_No_001_Ttg_Sistem_Ru
jukan_Pelayanan_Kesehatan_Perorangan.pdf
11. Ministry of Health Singapore. Primary Healthcare Services. 2013 [cited on: June 27th,
2013 10.05 am]. Available
from:http://www.moh.gov.sg/content/moh_web/home/our_healthcare_system/Healthcare
_Services/Primary_Care.html
12. Ministry of Health Singapore. Hospital Services. 2013 [cited on: June 27th, 2013 10.06
am]. Available
from:http://www.moh.gov.sg/content/moh_web/home/our_healthcare_system/Healthcare
_Services/Hospitals.html
13. Mboi N. Pembangunan Kesehatan di Indonesia 2012-2014: Rapat kerja kesehatan
nasional regional timur. Makassar: Kementrian Kesehatan;2013.
14. Ministry of Health Singapore . Healthcare Institution Statistic. 2013 [cited on: June 27th,
2013 2.43 am]. Available
from:http://www.moh.gov.sg/content/moh_web/home/statistics/healthcare_institutionstati
stics.html.

Anda mungkin juga menyukai