Anda di halaman 1dari 5

Pelajaran Kedua: 

Pengorbanan demi cita-cita yang luhur

Nabi Ibrahim AS dapat perintah Allah SWT untuk membawa istrinya


Hajar dan anaknya Ismail yang baru dilahirkan ke suatu tempat yang
sangat tandus,  secara naluri kebapakan tidak sampai hati untuk
mencampakan mereka di tempat yang tidak ada tanaman sama
sekali, tidak ada hewan yang bisa diperah susunya, dan tidak seorang
manusia pun yang bisa dimintakan pertolongannya.

Menghadapi pengorbanan ini nabi Ibrahim AS berdoa dan


menyerahkan urusannya kepada Allah SWT, sebagaimana
difirmankan dalam al-Baqarah: 126

‫أهلَه من الثمرت‬ ْ
ْ ‫وارزق‬ ‫اجعل هذا بَلدا ءامنا‬
ْ ‫ب‬
ّ ‫إبرهــم ر‬
ُ ‫و إذ قال‬

“Dan ingatlah ketika Ibrahim berdoa:Ya Tuhanku jadikanlah negeri ini,


negeri yang aman,dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada
penduduknya.”

 Ibrahim AS berkeinginan lembah Makkah itu aman dan subur. Pada


ayat itu kata aman didahulukan lalu disebutkan rizki buah-buahan. Hal
ini menunjukkan bahwa rasa aman adalah pondasi bagi kemakmuran
suatu bangsa. Untuk mencapai cita-cita itu Ibrahim AS  bersedia
berkorban meletakkan isteri dan anaknya di lembah yang gersang itu
itu, lalu menyerahkan urusannya kepada Allah swt.  sebagaimana
tertera dalam surat Ibrahim: 37

‫موا‬
ُ ‫ح َّر ِم َربَّ َنا لِ ُي ِقي‬ ُ ‫ك ا ْل‬
َ ‫م‬ َ ِ‫ع ْن َد بَ ْيت‬
ِ ٍ‫ن ُذ ِرّيَّتِي بِ َوا ٍد غَ ْي ِر ِذي َز ْرع‬ ْ ‫ت ِم‬ ُ ‫ك ْن‬َ ‫س‬ ْ ‫َربَّ َنا ِإنِ ّي َأ‬
َ‫شك ُُرون‬ْ َ‫م ي‬ ْ ‫م َراتِ لَ َعلَّ ُه‬ َ ‫ن ال َّث‬
َ ‫م ِم‬ ْ ‫اس تَ ْه ِوي ِإلَ ْي ِه‬
ْ ‫م َوا ْر ُز ْق ُه‬ ِ ‫ن ال َّن‬َ ‫ل َأ ْفِئ َد ًة ِم‬ ْ ‫صاَل َة َف‬
ْ ‫اج َع‬ َّ ‫ال‬

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian


keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di
dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang
demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati
sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah
mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.”
Dalam ayat ini dijelaskan empat tujuan Ibrahim meletakkan
keluarganya di tanah yang tandus itu. Pertama, agar kelak manusia
melaksanakan shalat (ibadah) di Tanah Haram. Kedua, agar orang-
orang menyenangi untuk mendatanginya. Ketiga, agar Allah SWT
memberikan rezeki antara lain buah-buahan, dan Keempat, agar
manusia mau bersyukur. 

Sekarang bisa kita ketahui, bahwa semua orang Islam ingin ibadah di
Masjidil Haram, rela menunggu sekalipun antri sampai dengan 20
tahun lebih. Saat ini rizki di sekitar Masjidil Haram malah di Arab
Saudi pada umumnya sangat melimpah.

Hampir segala macam buah-buahan ada di sana, sekalipun tanahnya


tandus dan penuh bebatuan. Tapi perlu diperhatikan firman Allah di
akhir ayat yaitu perintah untuk bersyukur, jika tidak mau bersyukur,
sebagaimana firman-Nya di ayat lain, Allah akan menurunkan azab
yang pedih, sebagaimana sekarang menimpa negara-negara, Irak,
Suriah, Yaman,  dan lainnya. 

Dalam konteks ke-Indonesiaan, banyak sekali pengorbanan yang


telah diberikan oleh pendahulu kita. Cita-citanya tidak jauh berbeda
dengan cita-cita Ibrahim AS, yaitu aman dan makmur. Maka kita
sebagai penerusnya wajib mempertahankan keamanan dan
kemakmuran dan itu merupakan realisasi bersyukur atas nikmat. Dan
jika kita tidak bisa mempertahankannya kita termasuk yang tidak
bersyukur. Konsekwensinya adzab berupa kehancuran bangsa
ini. Na’udzu billah.  

Pelajaran Kedua: Pengorbanan demi cita-cita yang luhur

Nabi Ibrahim AS dapat perintah Allah SWT untuk membawa istrinya


Hajar dan anaknya Ismail yang baru dilahirkan ke suatu tempat yang
sangat tandus,  secara naluri kebapakan tidak sampai hati untuk
mencampakan mereka di tempat yang tidak ada tanaman sama
sekali, tidak ada hewan yang bisa diperah susunya, dan tidak seorang
manusia pun yang bisa dimintakan pertolongannya.
Menghadapi pengorbanan ini nabi Ibrahim AS berdoa dan
menyerahkan urusannya kepada Allah SWT, sebagaimana
difirmankan dalam al-Baqarah: 126

‫أهلَه من الثمرت‬ ْ
ْ ‫وارزق‬ ‫اجعل هذا بَلدا ءامنا‬
ْ ‫ب‬
ّ ‫إبرهــم ر‬
ُ ‫و إذ قال‬

“Dan ingatlah ketika Ibrahim berdoa:Ya Tuhanku jadikanlah negeri ini,


negeri yang aman,dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada
penduduknya.”

 Ibrahim AS berkeinginan lembah Makkah itu aman dan subur. Pada


ayat itu kata aman didahulukan lalu disebutkan rizki buah-buahan. Hal
ini menunjukkan bahwa rasa aman adalah pondasi bagi kemakmuran
suatu bangsa. Untuk mencapai cita-cita itu Ibrahim AS  bersedia
berkorban meletakkan isteri dan anaknya di lembah yang gersang itu
itu, lalu menyerahkan urusannya kepada Allah swt.  sebagaimana
tertera dalam surat Ibrahim: 37

‫يموا‬
ُ ‫ح َّر ِم َربَّ َنا لِ ُي ِق‬ ُ ‫ك ا ْل‬
َ ‫م‬ َ ِ‫ع ْن َد بَ ْيت‬
ِ ٍ‫ن ُذ ِرّيَّتِي بِ َوا ٍد غَ ْي ِر ِذي َز ْرع‬ ْ ‫ت ِم‬ ُ ‫ك ْن‬َ ‫س‬ ْ ‫َربَّ َنا ِإنِ ّي َأ‬
َ‫شك ُُرون‬
ْ َ‫م ي‬ ْ ‫م َراتِ لَ َعلَّ ُه‬ َ ‫ن ال َّث‬
َ ‫م ِم‬ ْ ‫اس تَ ْه ِوي ِإلَ ْي ِه‬
ْ ‫م َوا ْر ُز ْق ُه‬ ِ ‫ن ال َّن‬َ ‫ل َأ ْفِئ َد ًة ِم‬ ْ ‫صاَل َة َف‬
ْ ‫اج َع‬ َّ ‫ال‬

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian


keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di
dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang
demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati
sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah
mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.”

Dalam ayat ini dijelaskan empat tujuan Ibrahim meletakkan


keluarganya di tanah yang tandus itu. Pertama, agar kelak manusia
melaksanakan shalat (ibadah) di Tanah Haram. Kedua, agar orang-
orang menyenangi untuk mendatanginya. Ketiga, agar Allah SWT
memberikan rezeki antara lain buah-buahan, dan Keempat, agar
manusia mau bersyukur. 

Sekarang bisa kita ketahui, bahwa semua orang Islam ingin ibadah di
Masjidil Haram, rela menunggu sekalipun antri sampai dengan 20
tahun lebih. Saat ini rizki di sekitar Masjidil Haram malah di Arab
Saudi pada umumnya sangat melimpah.

Hampir segala macam buah-buahan ada di sana, sekalipun tanahnya


tandus dan penuh bebatuan. Tapi perlu diperhatikan firman Allah di
akhir ayat yaitu perintah untuk bersyukur, jika tidak mau bersyukur,
sebagaimana firman-Nya di ayat lain, Allah akan menurunkan azab
yang pedih, sebagaimana sekarang menimpa negara-negara, Irak,
Suriah, Yaman,  dan lainnya. 

Dalam konteks ke-Indonesiaan, banyak sekali pengorbanan yang


telah diberikan oleh pendahulu kita. Cita-citanya tidak jauh berbeda
dengan cita-cita Ibrahim AS, yaitu aman dan makmur. Maka kita
sebagai penerusnya wajib mempertahankan keamanan dan
kemakmuran dan itu merupakan realisasi bersyukur atas nikmat. Dan
jika kita tidak bisa mempertahankannya kita termasuk yang tidak
bersyukur. Konsekwensinya adzab berupa kehancuran bangsa
ini. Na’udzu billah.  

Pelajaran ketiga, qurban sebagai realisasi keadilan sosial

Idul Adlha yang juga lazim dinamai Idul Qurban mengandung konotasi
pemaknaan  dimensi sosial. Pemaknaan ini tergambar dari komponen
pembagian hasil penyembelihan hewan kurban kepada fakir miskin. Di sini,
ditujukan untuk menimbulkan nuansa egaliter dalam masyarakat.
Sayangnya, pesan ini tidak banyak dipikirkan oleh kebanyakan kaum
Muslimin. Padahal, seperti halnya daging kurban, kebaikan adalah sesuatu
yang dapat ditularkan. 

Kebanyakan kaum muslimin hanya terpaku pada pemberdayaan keimanan


diri sendiri. Menjadi orang yang paling baik dari pada orang lain,  mungkin
menjadi prioritasnya. Tetapi lupa, bahwa sebaik-baik manusia adalah
manusia yang dapat bermanfaat bagi orang lain. Dengan demikian,
pemberdayaan masyarakat menjadi kata kuncinya.

Di musim Covid-19 ini, banyak saudara kita yang kurang beruntung,


kehilangan pekerjaan, kesulitan mencari lapangan pekerjaan, selalu
dihantui kecemasan. Maka di hari Idil Adha ini kepedulian kita kepada
sesama sebaiknya tidak terbatas hanya pada pembagian daging qurban
semata, tetapi lebih dari itu yaitu kita senantiasa ada kepedulian kepada
sesama, antara lain mencari jalan keluar agar saudara-saudara yang
kurang beruntung mendapat kehidupan yang layak.

Allāhu akbar wa lillāhiil hamd

Pelajaran keempat, cinta Tanah Air yang aman dan damai

Ibrahim AS secara ekplisit menyebut negeri yang aman sebanyak  dua kali
dalam do'anya. Ini menunjukkan bahwa Ibrahim AS sangat merindukan
negeri yang aman. Allah swt berfirman:

-)126 :‫ (البقرة‬ ‫أهلَه من الثمرت‬ ْ


ْ ‫وارزق‬ ‫اجعل هذا بَلدا ءامنا‬
ْ ‫ب‬
ّ ‫إبرهــم ر‬
ُ ‫و إذ قال‬

-)35 :‫ (إبراهيم‬ ‫اجعل هذا البَلد ءامنا‬


ْ ‫ب‬
ّ ‫إبرهــم ر‬
ُ ‫و إذ قال‬

Pada kedua ayat itu disebutkan kata balad  dan al-balad. Dalam Bahasa
Arab balad  artinya kampung, kota, atau negri. Dalam Alquran tidak
disebutkan konsep negara secara pasti. Ini menunjukkan bahwa
pengelolaan negara diserahkan kepada negaranya masing-masing. Yang
dimunculkan dalam al-Quran adalah prinsip-prinsipnya secara umum,
misalnya: musyawarah, berkeadilan, dan lain-lain.

Pada ayat itu disebutkan, bahwa Ibrahim AS sangat menginginkan negeri


yang aman dan makmur. Dalam surat Quraisy disebutkan dua hal yang
senada dengan ayat di atas yaitu mencakup aț’amahum min jū' (memberi
makanan untuk menghilangkan kelaparan) yang dalam konteks ke-
Indonesiaan direalisasikan dalam bentuk ketahanan pangan, dan
āmanahum min khauf  (aman dari rasa ketakutan) yang dalam konteks ke-
Indonesiaan bisa direalisasikan antara lain dalam bentuk bela negara.
Dengan demikian, mari kita jaga keamanan, keimanan,  dan kemakmuran
negara kita ini, sehingga kita termasuk manusia yang bersyukur atas
nikmat yang telah dikaruniakan-Nya. 

Anda mungkin juga menyukai