Anda di halaman 1dari 4

Surat :

Al-Hadid ayat 20
Kandungan :

Allah Swt. berfirman, menceritakan hinanya kehidupan dunia dan


kerendahannya. Untuk itu maka Dia berfirman:

{

}
sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-
banggaan tentang banyaknya harta dan anak. (Al-Hadid: 20)

Yakni sesungguhnya kesimpulan dari kehidupan dunia bagi Sang Pemilik


adalah hal-hal tersebut, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain
melalui firman-Nya:

{








}

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang


diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali
yang baik (surga). (Ali Imran: 14)

Kemudian Allah Swt. menggambarkan tentang perumpamaan kehidupan


dunia, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu adalah kemewahan yang
fana dan nikmat yang pasti lenyap. Untuk itu Dia berfirman:

{
}

seperti hujan. (Al-Hadid: 20)

Yaitu nikmat yang turun sesudah manusia berputus asa atas


kedatangannya, seperti yang diungkapkan oleh firman-Nya:

Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa. (Asy-
Syura: 28)
Adapun firman Allah Swt.:

}

{

yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani. (Al-Hadid: 20)

Artinya, tanam-tanaman yang ditumbuhkan berkat hujan itu


mengagumkan para petaninya. Maka sebagaimana para petani merasa
kagum dengan hal tersebut, begitu pula halnya orang-orang kafir
mengagumi kehidupan dunia; sesungguhnya mereka adalah orang-orang
yang paling menyenangi-nya dan tiada yang terlintas dalam benak mereka
selain darinya.

{ }

kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning,
kemudian menjadi hancur. (Al-Hadid: 20)

Yakni tanam-tanaman itu kering dan kelihatan kuning, padahal sebelumnya


tampak hijau dan segar, kemudian semuanya menjadi hancur berantakan
alias kering kerontang. Demikian pula kehidupan dunia, pada mulanya
kelihatan muda, lalu tumbuh dewasa dan menua, akhirnya pikun dan peot.
Demikian pula manusia pada permulaan usianya dan usia mudanya, ia
kelihatan segar, padat, berisi, serta penampilannya hebat. Kemudian secara
berangsur-angsur mulai menua dan semua wataknya berubah dan merasa
kehilangan sebagian dari kekuatannya. Lalu jadilah ia manusia yang lanjut
usia dan lemah kekuatannya, sedikit geraknya dan tidak mampu
mengerjakan sedikit pekerjaan pun, sebagaimana yang disebutkan oleh
Allah Swt. dalam firman-Nya:


{




}

Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian
Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui
lagi Mahakuasa. (Ar-Rum: 54)

Mengingat perumpamaan ini menunjukkan akan lenyapnya dunia dan


kehancurannya serta kehabisan usianya sebagai suatu kepastian, dan
bahwa negeri akhirat itu ada dan pasti, maka diperingatkanlah untuk
berhati-hati dalam menghadapinya, sekaligus mengandung anjuran untuk
berbuat kebaikan yang akan membawa pahala kebaikan di negeri akhirat
nanti. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{


}

Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan
yang menipu. (Al-Hadid: 20)

Artinya, tiada di akhirat yang akan datang dalam waktu yang dekat kecuali
azab yang keras dan ampunan dari Allah dan rida-Nya. Firman Allah Swt.:

{
}

Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Al-
Hadid: 20)

Yakni kesenangan yang fana lagi memperdayakan orang yang cenderung


kepadanya, karena hanya dialah yang teperdaya olehnya dan merasa
kagum dengannya, hingga ia mempunyai keyakinan bahwa tiada negeri lain
selain dunia ini dan di balik ini tidak ada hari berbangkit. Padahal
kehidupan dunia ini amatlah hina/rendah bila dibandingkan dengan
kehidupan akhirat.

:






:

"
:
.
: { }

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Harb Al-
Mausuli, telah menceritakan kepada kami Al-Muharibi, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah
r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tempat
cambuk di dalam surga lebih baik daripada dunia dan seisinya, bacalah
oleh kalian akan firman-Nya, "Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu.

Hadis ini telah disebutkan di dalam kitab sahih, tanpa tambahan ayat;
hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
:






:

"
:

" .
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Namir
dan Waki', keduanya dari Al-A'masy, dari Syaqiq, dari Abdullah yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya surga
itu lebih dekat kepada seseorang dari kamu daripada tali terompahnya, dan
neraka pun sama seperti itu.

Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini secara tunggal di dalam kitab Raqa-
iq melalui hadis As-Sauri, dari Al-A'masy dengan sanad yang sama. Di
dalam hadis ini terkandung makna yang menunjukkan dekatnya kebaikan
dan keburukan dengan manusia.

Alasan :

Ayat ini mengungatkan saya akan dunia yang fana. Dunia yang kelak tidak
aka nada apa-apanya kecuali sebagai tempat kita singgah sementara. Dunia
yang akan hancur pada masanya. Bahwa manusia senang mengejar
kehidupan dunia sampai mereka lupa akan akhirat. Itu membuka mata
saya akan dunia. Ada hadist yang mengatakan bahwa kita seperti musafir,
dan itu benar faktanya. Hanya melakukan perjalanan, dengan tujuan surga.
Seseorang pernah berkata, bahwa iman seperti kita naik pesawat. Semakin
tinggi, semakin kecil kita melihat dunia, semakin focus kita akan apa yang
ada di atas. Ayat ini membuka mata saya terhadap sesuatu yang krusial,
bahwa kita takkan kekal di dunia.

Anda mungkin juga menyukai