Nabi Ibrahim, nama mulia itu terulang 69 kali dalam lembar suci A1 Qur'an.
Beliau, kisahnya menjadi inspirasi bagi milyaran umat manusia. Namun kali ini
khatib ingin mengajak para jamaah untuk lebih dekat dengan sosok istimewa
yang tak kalah hebatnya: sang putra, Ismail alaihissalam.
Betapa takjubnya kalau kita peka, ada fakta penting ketika Ismail
mendengarkan perintah Allah lewat lisan ayahnya untuk menyembelihnya.
Ayat 102 surat Ash Shaffat mengabadikan momen itu, ketika Nabi Ibrahim
berkata, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!" Apa jawaban
Ismail? Apakah beliau berkilah? Kabur? Lari tunggang-langgang?
Menganggap orangtuanya sebagai toxic (sifat pribadi yang suka menyusahkan
dan merugikan orang lain, baik itu secara fisik ataupun emosional) ?
Ternyata jawaban Ismail begitu tulus sekaligus berhati besar menyambut
perintah Allah itu, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah)
kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang
sabar."
Jawaban yang hanya datang dari lisan manusia yang keyakinannya utuh dan
murni, akidahnya kokoh tanpa banyak basa-basi, santun akhlaqnya dan
lembut budi pakertinya.. Aku semakin bergetar ketika membaca tafsiran
ulama, berapa usia nabi Ismail saat ada di momen berat itu? Ya, para
mufassir mengatakan bahwa kala itu usia nabi Ismail sekitar 13-16 tahun!
Disini kisaran anak MTs/SMP, lalu bagaimanakah dengan akhlak mentalitas
putra-putri kita? Sudahkah mereka meneladani seperti Nabi Ismail? Atau
malah jauh dari kata soleh solehah yang membuat bangga kedua orang
tuanya?
Faktor-faktor apa saja yang mampu menciptakan mentalitas seperti yang
dimiliki Oleh Nabi Ismail muda?
1. Kemurnian Akidah jadi faktor penentu lingkungan sebelum yang lain.
Simak apa yang didoakan oleh Nabi Ibrahim ketika pertama kali menempatkan
istri dan anaknya di lembah Makkah,
يم و ۟اقِ َّربَّن ٓا ِإىِّن ٓى َأس َكنت ِمن ذُِّريَّىِت بِ و ٍاد َغ ِ ِذى زر ٍع ِعن د بيتِ ك ٱلْمح َّرِم ربَّن ا لِي
ُ ُ َ َ َ ُ َ َْ َ َْ َ رْي ُ ْ َ
ٱلصلَ ٰو َة
َّ
"Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di
lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau
(Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka
melaksanakan shalat..." (QS Ibrahim 37)
Yang jadi faktor utama yang membuat Nabi Ibrahim tenang menempatkan
keluarga di lembah Makkah, bukan karena fasilitas, tapi karena di situ ada
Baitullah!
Dan visi Nabi Ibrahim begitu murni: agar anak keturunannya melaksanakan
shalat. Barulah kemudian Nabi Ibrahim melanjutkan doanya sebagai
pelengkap,
ِ ى ِإلَي ِهم وٱرز ْقهم ِّمن ٱلثَّم ٰر
ت لَ َعلَّ ُه ْم يَ ْش ُكُرو َن ِ ٱج َع ْل َأفْـَِٔد ًة ِّم َن ٱلن
ََ َ ُ ُ ْ َ ْ ْ ٓ َّاس َت ْه ِو ْ َف
"maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan
berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka
bersyukur..." (QS Ibrahim 37)
Seorang anak akan tumbuh mencintai model hidup orangtuanya jika memang
terjadi dialog yang hangat dan kedekatan yang baik. Moga kita bisa
mengambil inspirasinya!
Mari kita ngalap berkah dibulan Dzulhijah Bulan Haji Bulannya Para Nabi
Bulannya Orang-Orang Soleh dengan mendawamkan doa Nabi Ibrahim yang
terdapat pada surah As-Shaffat ayat ke-100
ِ ِٱلصل ِ
َ َّٰ ب ىِل م َن
ني ح ْ ب َه
ِّ َر
Artinya: “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang
termasuk orang yang saleh.”
Terakhir, Al Hajju Al 'Arafah, Haji itu Wukuf di Arafah, Para Jamaah Haji dari
seluruh dunia, dari Indonesia, khususnya dari desa cikaso sudah
melaksanakan puncak ibadah haji, mari kita doakan semoga rangkaian demi
rangkaian ibadah haji bisa terlaksana dengan sempurna, baik rukun maupun
sunnahnya haji. Dan semoga mereka diberi keselamatan hingga pulang ke
tanah airnya, pulang kembali ke desa cikaso dengan selamat dan membawa
gelar haji yang mabrur-mabruroh Amin.