Anda di halaman 1dari 3

‫مِل‬

‫ك‬ َ ُ‫ َأ ْش َه ُد َأ ْن ال ِإلهَ إال اهللُ َو ْح َده‬.‫ي الْغَيِن ِّ احْلَ ِكْي ِم‬


َ ْ‫الش ِري‬ ِّ ‫ الْ َق ِو‬، ِ‫ِهلل الدَّاِئ ِم الْ َعا ِ الْ َق ِدمْي‬
ِ ‫ اَحْل م ُد‬،‫ِهلل‬
َْ
ِ ‫اَحْل م ُد‬
َْ
yang kejadiannya hari ini kita peringati dan rayakan, dalam khutbah ini akan kita
bahas dalam dua tahap.
ِ ِ ِ ُ ‫رُؤو‬+َّ + ‫ولُه ال‬+ +‫ده ورس‬+ُ + ‫يِّ َدنَا حُم َّم ًدا عب‬+ +‫َأن س‬ ِ ِ
َ ‫ اَللّ ُه َّم‬.‫رحْي ِم‬+َّ + ‫ه ال‬++ ‫ف بِ َُّأمت‬
‫ ِّل‬+ ‫ص‬ ْ ُ ْ ُ َ َ ُ َْ َ َ َّ ‫ َه ُد‬+ +‫ َوَأ ْش‬.‫اَألعلَى الْ َعظْي ِم‬ْ ‫ك‬+ ُ + ‫هُ الْ َمل‬++ َ‫ل‬
1. Pengorbanan Pertama:
َّ ‫َأص َحابِِه َذ ِوى اِإل ْستِ َق َام ِة َو‬
 . ِ‫الت ْق ِومْي‬ ِِ ٍ ِ ِ
ْ ‫ك حُمَ َّمد َو َعلَى آله َو‬ َ ‫َو َسلِّ ْم َعلَى َعْبد َك َوَر ُس ْول‬
Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah
ِ ‫{َأما بع ُد} َفيا َأيُّها النَّاس ُأو ِصي ُكم وَن ْف ِسى بَِت ْقوى‬
.‫ َف َق ْد فَ َاز الْ ُمَّت ُق ْو َن‬،‫اهلل‬ َ َْ ْ ْ ُ َ َ ْ َ َّ
Ketika Nabiyullah Ibrahim as melaksanakan perintah Allah untuk menempatkan
4 hari lagi, jutaan manusia, dari berbagai etnik, suku, dan bangsa di seluruh penjuru sebagian anggota keluarganya, Siti Hajar dan Isma’il, salah satu Istri dan putranya
dunia, akan mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil, sebagai refleksi rasa yang saat itu masih dalam susuan Sang Ibu, di tanah tandus tanpa tumbuhan yang
syukur dan sikap kehambaan mereka kepada Allah SWT. Sementara jutaan yang lain terpencil dan terasing, lalu ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim dengan bekal hidup
sedang membentuk lautan manusia di tanah suci Makkah, menjadi sebuah panorama yang pas-pasan. Ketika Nabi Ibrahim as hendak melangkahkan kaki untuk
menakjubkan yang menggambarkan eksistensi manusia di hadapan kebesaran Allah meninggalkan mereka berdua, Sang Istri bertanya: “Wahai Suamiku, apakah kami
Yang Maha Agung. Mereka serempak menyatakan kesediaannya untuk memenuhi berdua akan engkau tinggalkan ditempat sepi ini ?. Nabi Ibrahim meneruskan
panggilan-Nya, “Labbaika Allahumma labbaik, labbaika lasyarikalaka labbaik. Innal langkahnya tanpa mampu menoleh dan juga tidak menjawab. Istrinya mengejar dan
hamda wan ni’mata laka wal mulk la syarika lak.” bertanya lagi, namun dengan sikap yang sama Sang Suami tetap meneruskan
langkahnya. Akhirnya sambil berlari kecil Sang Istri bertanya lagi: “Wahai
Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah suamiku, apakah engkau diperintah Allah dalam hal ini?”. Baru Nabi Ibrahim as
menjawab meski tetap tanpa menoleh, karena takut hatinya berubah sehingga tidak
Untuk menyambut hari raya Idul Adha 1437 H atau Idul Qurban. Khatib akan mampu melaksanakan perintah yang tidak logis itu: “Benar wahai Istriku, aku
menyampaikan Materi tentang SABAR, Kunci Pembuka Kota Mekkah. diperintah Allah untuk melakukan ini”.

Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah Siti Hajar adalah seorang istri yang tabah, dia sudah mengenal dengan benar bahwa
suaminya adalah seorang Nabi dan utusan Allah yang patuh dan tabah pula dalam
Peristiwa sejarah kemanusiaan yang dialami manusia utama yang diabadikan oleh melaksanakan perintah Tuhannya, dengan keyakinan yang kuat dia menjawab:
zaman, menggambarkan betapa kuatnya iman seorang hamba dalam melaksanakan “Wahai suamiku, jika ini adalah perintah Allah maka laksanakanlah, aku yakin
perintah Tuhannya, meski perintah itu dalam bentuk pengorbanan yang besar. Ketika Allah tidak akan menelantarkan kami berdua. Lalu Siti Hajar membalikkan
orang beriman mampu melaksanakannya dengan SABAR, ternyata itu merupakan badannya dan kembali ke tempat semula untuk mengikuti kehendak suami yang
KUNCI RAHASIA untuk membuka pintu rahmat Allah bagi alam semesta. Adapun ditaati itu tanpa sedikitpun berprasangka buruk kepadanya, padahal dirinya bukan
hikmah khusus dari peristiwa yang dimaksud, ternyata sabar tersebut seakan-akan istri Nabi Ibrahim as satu-satunya.
menjadi pondasi bangunan yang kokoh ketika Allah berkehendak menghidupkan
tanah Mekkah yang asalnya mati menjadi makmur penuh keberkahan yang Siti Hajar kemudian tinggal berdua bersama putranya ditempat yang sepi dan
melimpah. Kesabaran dalam menghadapi ujian hidup yang telah dilakukan oleh terpencil itu dengan segala resiko kehidupan yang bisa terjadi, bertahan hidup
manusia panutan manusia itu, yakni Nabiyullah Ibrahim as beserta keluarganya, entah sampai kapan dengan bekal makanan yang sangat terbatas.
Nabi Ibrahim as kemudian meneruskan perjalanan pulang ke Palestina, sampai 7X pulang pergi, hasilnya tetap nihil juga, Sang Ibu yang sedang mencari
meninggalkan Istri dan Anaknya di tempat yang tidak ada kehidupan itu dalam makanan untuk anaknya yang sedang kelaparan itu tidak menjumpai seorangpun
penjagaan Allah. Ketika perjalanannya telah sampai di suatu tempat yang tidak yang bisa memberikan pertolonggan. Peristiwa ini diabadikan Allah dengan
mungkin dapat terlihat oleh Istrinya, Nabi Ibrahim berdo’a kepada Allah dengan firman-Nya:
do’a yang sangat mustajabah, bahkan diabadikan oleh-Nya di dalam kitab suci al-
Qur’an al-Karim:
‫ه َأ ْن‬+ِ + ‫اح َعلَْي‬+
َ + َ‫ر فَاَل ُجن‬+َ +‫ت َأ ِو ْاعتَ َم‬
ِ ‫ِئ‬ ِ َّ ‫ِإ َّن ال‬
َ ‫ َعا ِر اللَّه فَ َم ْن َح َّج الَْبْي‬+ +‫رَوَة م ْن َش‬+ْ +‫ َفا َوالْ َم‬+ ‫ص‬
ِ ‫رِم ربَّنا لِي‬+َّ + +‫ح‬ ِ ٍ
‫ وا‬+ + +‫يم‬
ُ ُ َ َ +َ ‫ك الْ ُم‬+
‫ق‬ َ + + +ِ‫د َبْيت‬+َ + + +‫واد َغرْيِ ذي َزْرٍع ِعْن‬+َ + + +ِ‫ت ِم ْن ذُِّريَّيِت ب‬
ُ ‫ َكْن‬+ + + ‫َربَّنَا ِإيِّن َأ ْس‬ ِ ِ ‫ِإ‬
ٌ ‫ع َخْيًرا فَ َّن اللَّهَ َشاكٌر َعل‬
‫يم‬ َ ‫ف َما َوَم ْن تَطََّو‬
ِ‫يطََّّو َ هِب‬
َ
‫ات لَ َعلَّ ُه ْم يَ ْش ُكُرو َن‬ ِ ‫َّاس َته ِوي ِإلَي ِهم وارزْقهم ِمن الثَّمر‬ ِ ‫ِئ‬
ََ َ ْ ُ ُ ْ َ ْ ْ ْ ِ ‫اج َع ْل َأفْ َدةً م َن الن‬ ْ َ‫الصَّاَل ةَ ف‬ Sesungguhnya Shafaa dan Marwah adalah sebahagian dari syi`ar Allah. Maka
barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-`umrah, maka tidak ada dosa
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di baginya mengerjakan sa`i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan
lembah yang tidak mempunyai tumbuhan di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri
dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka kebaikan lagi Maha Mengetahui.(QS.al-Baqoroh/158)
jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah
mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.(QS.Ibrahim/37) Ketika maut hampir merenggut dua hamba Allah yang tengah meregang nyawa itu,
sang anak sudah tidak mampu menangis karena kehabisan daya untuk
Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah mengeluarkan suara, sang ibu tidak mampu lagi meneteskan air mata karena
badannya sudah hampir kering karena kehabisan cairan, disaat yang sangat kritis
Meskipun hati Siti Hajar yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa Allah tidak akan itu Allah menurunkan pertolongan-Nya. Sayup-sayup Sang Ibu mendengar suara,
menelantarkan diri dan anaknya, namun melaksanakan keyakinan itu ternyata tidak dengan sisa kekuatan yang ada dan tanpa membuka pelupuk mata dia berkata:
segampang ketika diucapkan. Dia harus menghadapi penderitaan yang amat sangat, “Wahai yang memperdengarkan suara kepadaku, andai engkau mampu
sampai-sampai nyawanya dan nyawa anaknya hampir-hampir direnggut oleh menolongku, tolonglah aku”. Ketika membuka matanya, reman-remang sang Ibu
kematian. melihat seorang laki-laki berdiri dihadapannya. Itulah Malikat Jibril dalam sosok
manusia yang diturunkan Allah dimuka bumi. Makhluk yang mulia itu bukan
Ketika bekal makanan yang dibawa dari rumah sudah habis dimakan, padahal air sekedar untuk menolong dua jiwa yang hampir mati itu, namun juga, berkat
tidak mungkin bisa didapat ditempat yang kering itu, sedangkan anak yang kesabaran mereka itu, Malaikat Jibril bahkan akan membuka pintu Rahmat Allah di
digendongan menangis tiada henti minta disusui, padahal air susu sudah tidak keluar tempat yang tandus itu, sekaligus sebagai peresmian dimulainya skenario besar,
lagi karena perut sudah sekian lama tidak terisi, maka sang Ibu mencoba untuk projek pembangunan kota Mekkah al-Mukarromah yang di dalamnya ada “Kakbah
mencari Air. Siti Hajar berlari-lari kecil antara dua bukit yang ada di sekitar tempat Baitullah”, tempat yang akan diziarahi orang beriman sepanjang zaman.
itu, bukit Shofa dan Marwa. Dari atas dua bukit tersebut dia melihat kesana-kemari,
berharap dapat menemukan manusia yang bisa memberikan pertolongan, namun
Malaikat Jibril as berkata: “Wahai hamba Allah yang tabah, engkau jangan takut dan mimpi untuk menyembelih putranya Isma’il. Allah mengabadikan ujian besar itu
jangan kuwatir, Allah tidak akan menelantarkan kalian berdua. Di tempat ini nanti, dengan firman-Nya QS.ash Shafaat/102-208)
anakmu itu dengan bapaknya akan membangun “baitullah”, sehingga tempat ini
menjadi kota yang makmur dan penuh keberkahan Allah”. Lalu malaikat Jibril Nabiyullah Ibrahim as dan putranya, Nabi Isma’il as, ternyata berhasil melampaui
menancapkan sayapnya di tanah, dari lubang tanah itu kemudian Allah menciptakan ujian besar tersebut dengan kesabaran yang perima, sehingga kematian Nabi
sumber mata air yang tidak berhenti memancar sepanjang zaman, sumur Zamzam Isma’il diganti dengan kematian binatang qurban yang besar. Dua peristiwa sejarah
yang keberkahan airnya terbukti sampai sekarang. Artinya, sumur Zamzam yang kemanusiaan itu kemudian diabadikan Allah dalam pelaksanaan manasik Haji,
abadi itu, yang setiap tahun keberkahan airnya ditunggu-tunggu oleh orang beriman sehingga menjadi peringatan dan pelajaran berharga bagi umat Islam sampai akhir
dimana saja berada, sebagai oleh-oleh dari sanak saudaranya yang sedang zaman. Hal tersebut membawa hikmah besar, ternyata keberhasilan hidup itu tidak
melaksanakan ibadah Haji di tanah Haram, ternyata sumbernya dahulu digali dan diturunkan begitu saja dari langit tetapi harus diupayakan oleh manusia, bahkan
ditemukan oleh semangat pengorbanan yang besar, mata airnya dipompa dengan air dengan mengorbankan nyawa sekalipun.
mata yang hampir kering dari seorang wanita yang mulia, istri yang sekaligus juga
ibu dari dua manusia yang mulia pula, yaitu Istri Nabi Ibrahim as dan Ibu Nabi Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah
Isma’il as. Ini adalah peristiwa besar yang tidak boleh dilupakan oleh setiap hati
yang beriman. Oleh karenanya peristiwa tersebut setiap saat diperingati dalam Kata kunci yang mampu menjadi pembuka pintu berhasilan bagi orang beriman
pelaksanaan Sa’i antara bukit Sofa dan Marwa baik dalam pelaksaan ibadah Haji untuk melaksanakan pengorbanan dalam rangka melaksanakan perintah Allah dan
maupun ibadah Umrah. menyelesaikan segala ujian hidup tersebut adalah SABAR, sabar artinya: “Innaa
lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun”, semua milik Allah dan akan kembali
2. Pengorbanan Kedua kepada-Nya. Apabila makna kalimat tersebut sudah menancap kuat dalam
jiwa kita bahkan menjadi karakter atau kebiasaan yang mampu mendasari
Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah prilaku dan perbuatan kita, maka dengan izin-Nya kita akan mampu
melewati segala tantangan dan ujian-ujian hidup yang berarti pula akan
Ketika tempat yang semula sepi dan terpencil itu mulai rame dikunjungi dan dihuni berhak menerima keberhasilan dan kenikmatan yang sudah disiapkan untuk
manusia. Satu demi satu kafilah padang pasir singgah, karena ada sumber air kita sejak zaman azali.
kemudian mendirikan bangunan dan bahkan menetap di sana, maka tempat yang
semula terasing itu beransur-ansur mulai dikenal manusia. Ketika nabi Ismail kecil
‫اىَل‬++ +‫ ِإنَّهُ َت َع‬،‫ذ ْك ِر احْلَ ِكْي ِم‬+ِّ + ‫ات َوال‬+
ِ + ‫ا وِإيَّا ُكم بِاآلي‬++ َ‫ وَن َفعن‬،‫آن الْع ِظي ِم‬ِ
َ ْ َ َ َ ْ َ ‫ر‬+ْ + ‫ارَك اهللُ ىِل َولَ ُك ْم ىِف الْ ُق‬+َ + َ‫ب‬
sudah bertambah usia, sehingga mampu membantu keperluan Ibunya, datanglah
Nabi Ibrahim di tengah mereka. Kedatangan itu bukan untuk berkumpul dengan
keluarga sebagaimana layaknya orang hidup berkeluarga, tapi untuk melanjutkan
.‫ف َرِحْي ٌم‬ ٌ ِ‫ َمل‬،ٌ‫َج َّو ٌاد َك ِرمْي‬
ٌ ‫ك َبٌّر َرُؤ ْو‬
proses sekenario besar, karena sudah saatnya Allah akan melaksanakan kehendak-
Nya untuk mendirikan bangunan baitullah dengan segala keberkahannya melalui
tangan-tangan tangguh dari keluarga orang-orang beriman yang kuat itu. Pada saat
yang sudah ditentukan itu, Allah menguji hati Nabi Ibrahim dengan perintah melalui

Anda mungkin juga menyukai