Anda di halaman 1dari 11

12

Abraham di Kanaan
-----------------
Pasal ini dialaskan atas Kejadian 13-15; 17:1-16; 18.

Abraham kembali ke Kanaan "kaya dengan ternak, perak dan mas". Lot masih
ada bersama dengan dia dan sekali lagi mereka kembali ke Betel dan
mendirikan tenda-tenda mereka di samping mezbah yang pernah mereka dirikan
sebelumnya. Dengan segera mereka dapati bahwa kekayaan yang banyak itu
mendatangkan lebih banyak kesulitan. Di tengah-tengah kesukaran dan
pencobaan mereka hidup bersama-sama dengan damai, tetapi di dalam
kemakmuran mereka berada dalam bahaya akan timbulnya persengketaan di
antara mereka. Padang rumput yang ada di situ tidak cukup bagi kawanan
kambing-domba mereka, dan pertengkaran-pertengkaran yang sering timbul di
antara gembala-gembala mereka harus diselesaikan oleh majikan-majikan
mereka. Jelaslah sekarang bahwa keduanya itu harus berpisah. Abraham, dalam
usia lebih tua daripada Lot dan di dalam hubungan keluarga, dalam kekayaan
dan dalam kedudukan ia lebih tinggi daripada Lot. Namun demikian, dialah
yang lebih dulu mengadakan rencana untuk memelihara damai di antara mereka.
Sekalipun seluruh negeri itu telah diberikan kepadanya oleh Allah sendiri,
dengan sopan santun ia menyerahkan haknya itu.

"Janganlah kiranya ada perkelahian," katanya, "antara aku dan engkau, dan
antara para gembalaku dan para gembalamu, sebab kita ini kerabat. Bukankah
seluruh negeri ini terbuka untuk engkau? Baiklah pisahkan dirimu dari padaku;
jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke
kiri."

Di dalam hal ini roh Abraham yang agung dan tidak mementingkan diri
dinyatakan. Di dalam keadaan yang sama seperti itu betapa banyak orang,
dengan risiko apapun, tetap berpegang kepada hak pribadi mereka! Dengan
demikian betapa banyak rumah tangga yang hancur!
Betapa banyak gereja yang pecah dan menjadikan pekerjaan kebenaran itu
sebagai bahan pembicaraan dan ejekan di antara orang kafir. "Janganlah kiranya
ada perkelahian, antara aku dan engkau," kata Abraham, "sebab kita ini
kerabat;" bukan saja dalam hubungan kekeluargaan tetapi juga sebagai
orang-orang yang berbakti kepada Allah yang benar. Anak-anak Allah di
seluruh dunia ini adalah merupakan satu keluarga, dan roh kasih serta damai
harus memerintah mereka. "Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara
dan saling mendahului dalam memberi hormat" (Roma 12:10) adalah
pengajaran daripada Juruselamatmu. Pemeliharaan kesopansantunan yang
seragam, satu kerelaan untuk berbuat kepada orang lain sebagaimana kita mau
orang lain lakukan kepada kita, akan meniadakan separuh daripada segala
persoalan hidup ini. Roh meninggikan diri adalah roh Setan; tetapi hati di mana
kasih Kristus memerintah akan memiliki roh kemurahan yang tidak mencari
untung bagi dirinya sendiri. Mereka itu akan memperhatikan nasihat Ilahi, "Dan
janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi
kepentingan orang lain juga." Filipi 2:4.
Sekalipun Lot telah berutang budi kepada Abraham atas segala kekayaannya itu,
ia tidak menunjukkan rasa syukur kepada orang yang telah memberikan budi
baiknya itu. Dari segi sopan santun, sebenarnya Lot harus menyerahkan hak
memilih kepada Abraham, tetapi gantinya ia berbuat demikian, dengan roh
mementingkan diri ia telah berusaha untuk merebut segala keuntungan yang
ada. Ia "melayangkan pandangnya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah
Yordan banyak airnya, seperti taman Tuhan, seperti tanah Mesir, sampai ke
Zoar." Tanah yang paling subur di seluruh Palestina adalah lembah Yordan,
yang dapat mengingatkan orang-orang yang melihatnya ke Firdaus yang telah
hilang itu, dan menandingi keindahan serta kesuburan padang yang diairi oleh
sungai Nil yang baru saja mereka tinggalkan. Di sana juga ada kota-kota besar,
yang kaya dan indah, yang mengajak orang untuk menjalankan perdagangan
yang mendatangkan untung di pasar-pasar yang ramai itu. Silau oleh pandangan
akan kekayaan duniawi Lot mengabaikan kejahatan-kejahatan moral dan rohani
yang akan dihadapinya di sana. Penduduk padang itu adalah "orang-orang
berdosa yang keterlaluan di hadapan Tuhan;" akan tetapi ia lalai dalam hal ini
atau, sekali pun mengetahuinya, ia tidak begitu memperhatikannya. Ia "telah
memilih bagi dirinya seluruh lembah Yordan," dan "mendirikan tenda-tendanya
ke arah Sodom." Ia gagal melihat dengan sebenarnya akan akibat-akibat yang
mengerikan sebagai hasil pilihan yang mementingkan diri itu!

Setelah perpisahannya dengan Lot, kembali Abraham menerima dari Tuhan satu
perjanjian akan memiliki seluruh negeri itu. Segera setelah itu ia pindah ke
Hebron, mendirikan tenda-tendanya di bawah pohon jati More dan
membangunkan sebuah mezbah bagi Tuhan di sampingnya. Di padang-padang
yang tinggi dengan udara yang bebas, dengan kebun-kebun buah zaitun dan
buah anggur, dengan ladang-ladang yang ditumbuhi gandum serta padang
rumput yang menutupi bukit-bukit, ia hidup, puas dengan kehidupan seorang
bapa yang sederhana, dan meninggalkan Lut kepada kemewahan yang
membinasakan di lembah Sodom itu.

Abraham dihormati oleh bangsa-bangsa di sekelilingnya sebagai seorang


penghulu yang gagah perkasa dan seorang pemimpin yang sanggup dan arif
bijaksana. Ia tidak menutup pengaruh hidupnya dari tetangga-tetangganya.
Kehidupan dan tabiatnya, yang amat berbeda dengan penyembah-penyembah
berhala itu, telah memberikan satu pengaruh yang memberikan kesaksian akan
imannya yang benar. Kesetiaannya kepada Allah tidak dapat digoyahkan,
sementara keramah-tamahan dan kedermawanannya membangkitkan
kepercayaan serta persahabatan, dan keagungannya itu membuat dia disegani
dan dihormati.

Agamanya tidak digenggam sebagai satu harta yang mahal, yang dijaga dengan
hati-hati serta dinikmati hanya oleh pemiliknya saja. Agama yang benar tidak
dapat diperlakukan seperti itu, karena roh seperti itu bertentangan dengan
prinsip-prinsip Injil. Apabila Kristus hidup di dalam hati, maka adalah mustahil
untuk menyembunyikan terang hadirat-Nya, atau membiarkan terang itu
menjadi kabur. Sebaliknya, hal itu akan menjadi lebih terang apabila hari demi
hari kabut dosa dan sifat mementingkan diri dilenyapkan oleh cahaya terang
Matahari kebenaran.

Umat Allah adalah wakil-wakil-Nya di atas bumi ini, dan Ia menghendaki agar
mereka menjadi terang di dalam kegelapan akhlak dunia ini. Tersebar di
mana-mana di dalam negeri, di kota-kota besar dan kecil, di kampung-kampung,
mereka adalah saksi-saksi Allah, saluran-saluran melalui mana Ia akan
menyampaikan satu pengetahuan akan kehendak-Nya dan keajaiban
anugerah-Nya kepada satu dunia yang tidak percaya. Adalah rencana-Nya
bahwa semua orang yang ambil bahagian dalam keselamatan yang besar itu
akan menjadi pengabar-pengabar Injil bagi-Nya. Kesalehan orang Kristen
merupakan ukuran oleh mana orang dunia menilai Injil itu. Ujian-ujian yang
dihadapi dengan sabar, berkat-berkat yang diterima dengan rasa syukur,
kelemah-lembutan, keramah-tamahan, kemurahan serta kasih yang dinyatakan
sebagai kebiasaan sehari-hari adalah merupakan terang yang memancar dari
tabiat mereka kepada dunia ini, serta menyatakan adanya perbedaan dengan
kegelapan yang datang dari hati manusia yang mementingkan diri.

Kaya dalam iman, luhur dalam kedermawanan, tidak goyah dalam penurutan,
rendah hati dalam kesederhanaan dari hidup pengembaraannya, Abraham juga
bijaksana dalam tutur kata dan berani serta ahli dalam peperangan. Sekali pun ia
terkenal sebagai guru agama yang baru, ketiga bersaudara yang bangsawan itu,
pemerintah daripada padang Amori di mana ia tinggal, telah menyatakan
persahabatan mereka dengan mengundang dia untuk bersekutu dengan mereka
agar keamanan mereka lebih terjamin; karena negeri itu penuh dengan kejahatan
dan kekejaman. Tidak lama setelah itu satu kesempatan datang kepadanya untuk
menyerahkan dirinya sebagai satu penolong persekutuan itu.

Kedorlaomer, raja Elam, telah menyerang Kanaan empat belas tahun


sebelumnya, dan telah menjadikannya sebagai negeri pembayar upeti
kepadanya. Beberapa dari antaranya sekarang memberontak, dan raja Elam
dengan empat orang raja lain sebagai sekutunya sekali lagi bergerak menuju ke
negeri itu untuk memaksa mereka agar menyerah. Lima orang raja-raja Kanaan
menggabungkan kekuatan mereka, dan menghadapi penyerang-penyerang itu di
lembah Sidim, tetapi samasekali telah ditaklukkan. Sebahagian besar
tentara-tentara mereka dihancurkan dan mereka yang hidup berusaha
menyelamatkan diri dengan lari ke gunung-gunung. Si pemenang telah
merampas kota-kota besar di negeri itu, dan telah meninggalkannya dengan
membawa barang-barang hasil rampasan dan juga para tawanan di antaranya
Lut dan keluarganya.

Abraham yang hidup dengan tenang di hutan pohon jati More, mendengar dari
salah seorang pengungsi tentang cerita peperangan itu, dan malapetaka yang
telah menimpa kemenakannya. Ia tidak memanjakan pikiran-pikiran yang tidak
baik sehubungan dengan sikap Lut yang tidak tahu berterima kasih itu. Di dalam
dirinya bangkit rasa kasih sepenuhnya terhadap Lut, dan ia mengambil
keputusan untuk menyelamatkannya. Abraham menyediakan diri berperang
dengan lebih dulu mencari nasihat Ilahi. Dari tendanya sendiri ia telah
mengumpulkan tiga ratus delapan belas hamba-hambanya yang terlatih,
orang-orang yang terlatih dalam hal takut akan Tuhan, dalam pelayanan mereka
terhadap majikan mereka, dan dalam menggunakan senjata. Sekutunya, Mamre,
Eskal, dan Aner menggabungkan diri dengan tentaranya, dan bersama-sama
mereka telah mengejar raja-raja yang telah menyerang mereka itu. Orang Elam
dan sekutu mereka telah mendirikan tenda di Dan, di perbatasan sebelah utara
dengan Kanaan. Mabuk dengan kemenangan dan merasa tidak takut akan terjadi
serangan dari musuh yang sudah dikalahkan itu, mereka telah mengadakan pesta
pora. Abraham membagi-bagi tentaranya agar dapat menyerbu dari segenap
penjuru, dan menyerang tenda-tenda musuh pada malam hari. Serangannya
begitu hebat dan tidak diharapkan, menghasilkan kemenangan yang cepat. Raja
Elam terbunuh dan serdadu-serdadunya yang dicekam kepanikan lari tunggang
langgang. Lot dan keluarganya dengan segala tawanan dan harta benda mereka
telah direbut kembali, dan hasil rampasan yang banyak telah jatuh ke tangan
pemenang-pemenang itu. Kemenangan telah diperoleh Abraham di bawah
lindungan Tuhan. Penyembah Tuhan itu bukan saja telah memberikan satu
pelayanan yang baik terhadap negerinya, tetapi juga telah membuktikan dirinya
sebagai seorang yang perkasa dalam peperangan. Ternyata bahwa kebenaran
tidaklah bersifat pengecut, dan bahwa agama Abraham telah menjadikannya
berani dalam mempertahankan yang benar dan membela yang terjajah.
Tindakan kepahlawanannya telah memberikan kepadanya satu pengaruh yang
luas di antara suku-suku bangsa di sekelilingnya. Pada waktu ia kembali, raja
Sodom bersama dengan pengawal-pengawalnya telah keluar untuk
mengelu-elukan si pemenang itu. Ia memerintahkan agar Abraham mengambil
segala harta benda itu, dan meminta hanya agar tawanan-tawanan itu
dikembalikan kepadanya. Melalui peperangan, barang-barang rampasan itu
menjadi milik yang menang; tetapi Abraham telah pergi berperang bukan untuk
mencari keuntungan, dan ia menolak untuk mengambil keuntungan dari orang
yang sedang ditimpa kemalangan, ia hanya mengatur agar sekutu-sekutunya
menerima bagian sesuai dengan hak mereka.

Jikalau dihadapkan kepada ujian seperti itu, sedikit saja orang yang akan
menunjukkan dirinya seagung seperti Abraham. Sedikit saja yang akan menolak
penggodaan untuk memperoleh hasil rampasan sebanyak itu. Teladan hidupnya
merupakan satu tempelakan terhadap roh mencari keuntungan untuk diri.
Abraham menghormati tuntutan-tuntutan daripada keadilan dan kemanusiaan.
Tindakannya menjadi gambaran daripada perintah yang diilhamkan, "Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Imamat 19:18. "Bahwa aku telah
bersumpah," katanya, "demi Tuhan, Allah yang Mahatinggi, yang mempunyai
langit dan bumi, bahwa sekali-kali tiada aku mau mengambil barang sesuatu
yang milikmu, jikalau selembar benang atau tali kasut sekalipun, supaya jangan
kelak katamu: Aku telah mengayakan Abraham." Ia tidak memberikan peluang
kepada mereka untuk berpikir bahwa ia telah melibatkan diri dalam peperangan
untuk memperoleh keuntungan atau bahwa kekayaannya itu adalah karena
pemberian atau karena kebaikan mereka. Tuhan telah berjanji akan memberkati
Abraham dan kepada-Nyalah kemuliaan itu harus dinyatakan.

Orang lain yang datang menyambut Abraham yang menang itu adalah
Melkisedek, raja Salem, yang membawa roti dan anggur untuk menjamu
tentaranya. Sebagai "imam Allah yang Mahatinggi," ia telah mengucapkan
berkat ke atas diri Abraham dan bersyukur kepada Tuhan, yang telah
mengadakan satu kelepasan yang besar melalui hamba-Nya. Dan Abraham
"telah mempersembahkan sepersepuluh daripada segala harta bendanya."

Dengan gembira Abraham kembali ke tendanya dan kepada kawanan


dombanya, tetapi pikirannya terganggu oleh perkara-perkara yang
menyusahkan. Selama ini ia adalah seorang yang hidupnya damai,
sedapat-dapatnya menjauhkan diri dari permusuhan dan persengketaan; dan
dengan rasa gentar ia membayangkan kembali pembantaian manusia yang telah
disaksikannya. Tetapi bangsa-bangsa yang telah ditaklukkannya itu tidak
diragukan lagi akan mengadakan serangan balasan ke negeri Kanaan, dan
menjadikan dirinya sebagai sasaran utama daripada bangsa-bangsa itu,
kehidupannya yang tenang akan terganggu. Lebih jauh lagi, ia belum memiliki
tanah Kanaan, ia juga belum dapat mengharapkan seorang ahli waris sekarang
ini kepada siapa perjanjian itu akan digenapkan.

Di dalam satu khayal pada waktu malam suara Ilahi kembali terdengar.
"Janganlah takut, Abram," adalah kata-kata dari Raja segala raja; "Akulah
perisaimu; upahmu akan sangat besar." Tetapi pikirannya tertekan oleh firasat
yang tidak baik sehingga sekarang ini ia tidak dapat memahami perjanjian itu
dengan kepercayaan yang pasti seperti sebelumnya. Ia berdoa untuk meminta
beberapa bukti yang nyata bahwa janji itu akan digenapi. Dan bagaimanakah
perjanjian itu dapat menjadi kenyataan sedangkan karunia untuk seorang anak
lelaki telah ditahan daripadanya? "Apakah yang akan Engkau berikan
kepadaku," katanya, "karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai
anak?" "Dan niscaya seorang hamba yang diperanakkan di dalam rumah saya
itu akan menjadi waris saya." Ia bermaksud untuk menjadikan hamba
kepercayaannya Eliezer, sebagai anak angkatnya dan pewaris daripada segala
harta miliknya. Tetapi kepadanya diberikan jaminan bahwa seorang anak
kandungnya sendiri akan menjadi ahli warisnya. Kemudian ia dipimpin keluar
dari tendanya dan disuruh untuk menengadah kepada bintang-bintang yang tidak
terhitung jumlahnya yang berkilau-kilauan di langit; dan apabila ia
melakukannya, kata-kata diucapkan, "Demikianlah akan jadi anak cucumu."
"Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu
kepadanya sebagai kebenaran." Roma 4:3.

Abraham masih meminta tanda yang dapat dilihat sebagai satu penguat akan
imannya, dan sebagai satu bukti kepada generasi berikutnya bahwa
maksud-maksud Allah yang baik bagi mereka akan dilaksanakan. Tuhan telah
turun untuk memasuki satu perjanjian dengan hamba-Nya, dan dengan
menggunakan cara-cara yang menjadi adat kebiasaan di antara manusia untuk
mensahkan satu sumpah yang khidmat. Oleh petunjuk Ilahi, Abraham telah
mengorbankan seekor lembu betina, seekor kambing betina dan seekor domba
jantan, masing-masing tiga tahun umurnya. Badan binatang-binatang itu dibelah
dua dan masing-masing bagian diletakkan agak berjauhan. Kepada semua ini
ditambahkan seekor burung tekukur dan seekor anak merpati, tetapi keduanya
itu tidak dibelah; setelah itu dilakukan, dengan penuh hormat ia berjalan di
antara bagian-bagian daripada korban itu, sambil mengadakan satu sumpah yang
khidmat kepada Allah bahwa ia akan tetap menurut. Dengan waspada dan
dengan setia, ia tetap tinggal di samping bangkai-bangkai binatang itu sampai
matahari terbenam, untuk menjaga agar itu jangan dinodai atau dimakan oleh
burung-burung yang buas. Menjelang matahari terbenam ia tertidur dengan
nyenyaknya, dan, "tengoklah satu kegelapan yang hebat datang ke atas dirinya."
Dan suara Allah terdengar mengatakan kepadanya agar jangan mengharap untuk
memiliki Tanah Perjanjian itu dengan segera, dan menunjuk ke depan kepada
penderitaan yang akan dialami oleh keturunannya sebelum mereka menetap di
Kanaan. Rencana penebusan dinyatakan kepadanya saat itu, di dalam kematian
Kristus, korban yang besar itu dan kedatangan-Nya di dalam kemuliaan,
Abraham juga melihat bumi yang dipulihkan kepada keindahannya seperti
Eden, yang akan diberikan kepadanya sebagai miliknya yang kekal, sebagai
kegenapan yang sempurna dan yang terakhir daripada perjanjian itu.

Sebagai satu jaminan perjanjian antara Allah dengan manusia, satu dapur api
yang berasap dan sebuah lampu yang menyala, lambang-lambang daripada
hadirat Ilahi, telah berlalu di antara korban-korban yang terbelah itu, dan
menghabiskan semuanya itu. Dan kembali satu suara terdengar oleh Abraham,
meneguhkan janji pemberian tanah Kanaan kepada keturunannya, "mulai dari
sungai Mesir sampai kepada sungai yang besar itu yaitu sungai Ferat."
Apabila Abraham sudah tinggal di Kanaan selama hampir dua puluh lima tahun,
Tuhan kelihatan kepadanya dan bersabda, "Aku inilah Allah yang Mahakuasa,
berjalanlah di hadapan-Ku dan jadilah engkau sempurna." I)dengan rasa gentar,
Abraham sujud sampai di bumi, dan selanjutnya kata-kata terdengar:
"Sesungguhnya perjanjianku adalah dengan dikau, maka engkau akan menjadi
bapa daripada banyak bangsa." Sebagai tanda kegenapan daripada perjanjian
ini, namanya, yang hingga saat itu disebut Abram, diubah menjadi Abraham,
yang berarti, "bapa daripada satu bangsa yang besar." Nama Sarai menjadi
Sarah "ratu" karena kata suara Ilahi itu, "ia akan menjadi ibu daripada banyak
bangsa; dan raja-raja beberapa bangsa pun akan ke luar daripadanya."

Pada saat itu upacara sunat diberikan kepada Abraham sebagai "meterai
kebenaran berdasarkan iman yang ditunjukkannya, sebelum ia bersunat." Roma
4:11. Ini harus dilaksanakan oleh Abraham dan keturunannya sebagai satu tanda
bahwa mereka telah diabdikan kepada pelayanan akan Allah, dan dengan
demikian dipisahkan dari penyembah-penyembah berhala dan bahwa Allah
telah menerima mereka sebagai harta-Nya yang istimewa. Oleh upacara ini
mereka disumpah untuk menggenapkan, sebagai bahagian mereka, syarat-syarat
daripada perjanjian yang diadakan dengan Abraham. Mereka tidak boleh
mengadakan perkawinan dengan orang-orang kafir; karena dengan berbuat
demikian mereka akan kehilangan rasa hormat mereka terhadap Allah dan
hukum-hukum-Nya yang suci; mereka akan tergoda untuk melakukan praktik-
praktik yang keji daripada bangsa-bangsa lain dan akan terpedaya kepada
penyembahan berhala.

Tuhan memberikan kehormatan yang besar ke atas diri Abraham


Malaikat-malaikat surga berjalan dan berkata-kata dengan dia sebagai seorang
sahabat dengan sahabat. Menjelang dijatuhkannya hukuman ke atas Sodom,
fakta itu tidak disembunyikan daripadanya, dan ia menjadi seorang pengantara
dengan Allah bagi orang-orang yang berdosa. Percakapannya dengan
malaikat-malaikat itu menampilkan pula satu contoh yang indah tentang
keramah-tamahan.

Di tengah hari yang terik pada satu musim panas, Abraham sedang duduk di
pintu tendanya, sambil memandang ke luar kepada padang yang tenang, saat itu
ia melihat di kejauhan ada tiga orang sedang mendekati. Sebelum tiba di
tendanya, orang-orang asing itu berhenti, seolah-olah sedang berembuk
mengenai arah mana yang akan mereka tempuh. Tanpa menunggu untuk
dimintai pertolongan, Abraham cepat-cepat bangkit dan apabila mereka akan
berpaling ke arah lain, dengan cepat ia mengejar mereka dan dengan sopan
santun mengajak mereka untuk menghormati dia dengan singgah di tempat
kediamannya dan makan. Dengan tangannya sendiri ia mengambil air agar
mereka dapat mencuci kaki mereka dari lebu yang mengotorinya. Ia sendiri
memilih makanan mereka, dan sementara mereka beristirahat di bawah naungan
yang sejuk itu, maka hidangan pun telah disediakan, dan dengan sikap hormat ia
berdiri di samping mereka sementara mereka menikmati keramah-tamahannya.
Tindakan yang sopan santun ini dianggap penting pada pemandangan Tuhan
sehingga itu dicatat dalam Firman-Nya; dan seribu tahun kemudian hal itu
disebutkan kembali oleh rasul yang diilhami: "Jangan kamu lupa memberi
tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang
dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat." Ibrani 13:2.

Abraham melihat di dalam diri ketiga orang temannya itu hanyalah tiga orang
asing yang keletihan, tidak terlintas dalam pikirannya bahwa di antara mereka
ada Seorang yang boleh ia sembah tanpa berbuat dosa. Tetapi tabiat sebenarnya
daripada pesuruh-pesuruh surga itu sekarang dinyatakan. Sekalipun mereka ada
dalam perjalanan sebagai pelaksana dari murka Allah, tetapi kepada Abraham,
orang yang beriman itu, mereka lebih dulu mengucapkan berkat. Sekalipun
Tuhan sangat teliti untuk mencatat kejahatan dan menghukum pelanggaran, Ia
tidak bersuka-suka di dalam pembalasan. Pekerjaan membinasakan adalah satu
"perbuatan yang asing" kepada Dia yang tidak terbatas kasih-Nya itu.

"Tuhan bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia." Mazmur 25:14.
Abraham telah menghormati Allah dan Allah menghormati dia, dengan
mengajak dia untuk berunding dan menyatakan kepadanya tentang
maksud-maksud Ilahi itu. "Apakah Aku akan menyembunyikan kepada
Abraham apa yang hendak Kulakukan ini?" kata Tuhan. "Sesungguhnya banyak
keluh kesah orang tentang Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat berat
dosanya. Baiklah Aku turun untuk melihat, apakah benar-benar mereka telah
berkelakuan seperti keluh kesah orang yang telah sampai kepada-Ku atau tidak;
Aku hendak mengetahuinya.'' Kejadian 18:20, 21. Allah mengetahui dengan
baik ukuran daripada kesalahan Sodom; tetapi Ia berkata-kata dalam cara
manusia, agar keadilan tindakan-Nya itu dapat dipahami. Sebelum menjatuhkan
hukuman ke atas diri orang-orang yang melanggar, Ia sendiri akan turun untuk
mengadakan pemeriksaan terhadap kehidupan mereka; jikalau mereka belum
melampaui batas kemurahan Ilahi, Ia masih akan tetap memberikan kesempatan
untuk bertobat.
Dua dari antara pesuruh-pesuruh surga itu pergi, meninggalkan Abraham
bersama dengan Dia yang sekarang ini ia telah ketahui yaitu Anak Allah. Dan
manusia yang penuh iman itu mengadakan permohonan demi kepentingan
penduduk Sodom. Dulu ia pernah menyelamatkan mereka oleh pedangnya
sekarang ia berusaha menyelamatkan mereka dengan doanya. Lot dan
keluarganya masih tinggal di sana; dan kasih yang tidak mementingkan diri
yang telah mendorong Abraham untuk menyelamatkan mereka dari bangsa
Elam, sekarang berusaha menyelamatkan mereka, jikalau itu adalah kehendak
Allah, dari topan hukuman Ilahi.

Dengan rasa hormat serta rendah hati ia menghadapkan permohonannya:


"Sesungguhnya aku telah memberanikan diri berkata kepada Tuhan, walaupun
aku debu dan abu." Padanya tidak ada kepercayaan terhadap diri, tidak ada
kesombongan akan kebenaran dirinya. Ia tidak menuntut akan diperkenankan
oleh Tuhan atas dasar penurutannya atau karena pengorbanan yang telah
diadakannya dalam melakukan kehendak-Nya. Ia sendiri adalah orang berdosa
dan ia memohon, demi untuk orang berdosa. Roh seperti inilah yang harus
dimiliki oleh semua orang yang datang menghampiri Allah. Tetapi Abraham
menyatakan kepercayaan seorang anak yang sedang memohon kepada bapa
yang dikasihinya. Ia datang dekat kepada Pesuruh surga itu, dan dengan
sungguh-sungguh ia menghadapkan permintaannya itu. Sekali pun Lot telah
menjadi seorang penghuni Sodom ia tidak ambil bahagian dalam kejahatan
penduduknya. Abraham berpikir bahwa di dalam kota yang padat penduduknya
itu tentu ada orang-orang lain yang menyembah Allah yang benar. Dan dengan
pendapat seperti ini ia memohon, "Jauhlah kiranya daripada-Mu untuk berbuat
demikian, membunuh orang benar bersama-sama dengan orang fasik . . . .
Jauhlah kiranya yang demikian dari pada-Mu! Masakan Hakim segenap bumi
tidak menghukum dengan adil?" Abraham memohon bukan hanya sekali saja
tetapi berulang-ulang. Apabila permohonannya dikabulkan dengan lebih berani
ia terus meminta sehingga ia mendapat jaminan bahwa jikalau saja ada sepuluh
orang benar didapati di dalamnya, maka kota itu akan dipelihara dari
kebinasaan.

Kasih bagi jiwa-jiwa yang akan binasa mengilhami doa Abraham. Sementara ia
merasa sudah muak dengan dosa-dosa kota yang jahat itu, ia rindu agar
orang-orang berdosa itu dapat diselamatkan. Perhatiannya yang dalam terhadap
Sodom menunjukkan rasa khawatir yang harus kita rasakan terhadap
orang-orang yang belum bertobat. Kita harus memupuk rasa benci terhadap
dosa tetapi belas kasihan dan kasih bagi orang berdosa. Semua orang di
sekeliling kita adalah jiwa-jiwa yang sedang menuju kepada kehancuran,
sama-sama tidak berpengharapan serta mengerikan keadaannya, seperti yang
terjadi ke atas Sodom. Setiap hari pintu kasihan bagi beberapa orang telah
tertutup. Setiap jam beberapa orang pergi melewati jangkauan rahmat. Dan di
manakah suara-suara amaran dan panggilan untuk mengajak orang berdosa lari
dari celaka yang mengerikan itu? Di manakah tangan-tangan yang diulurkan
untuk menarik mereka kembali dari kematian? Di manakah mereka yang dengan
rendah hati dan dengan iman yang teguh memohon kepada Allah bagi orang
berdosa?
Roh Abraham adalah roh Kristus. Anak Allah itu Sendiri adalah Pengantara
yang agung demi untuk orang-orang berdosa. Ia yang telah membayar harga
tebusannya mengetahui nilai jiwa manusia. Dengan satu roh perlawanan
terhadap kejahatan, roh yang hanya ada di dalam diri yang sama sekali tidak
bernoda, Kristus menyatakan kepada orang berdosa satu kasih yang dimiliki
hanya oleh Seorang yang tidak terbatas kebajikannya. Di dalam penderitaan
salib itu, dengan beban dosa seluruh dunia tertanggung atas diri-Nya, Ia berdoa
bagi pengolok-olok dan pembunuh-pembunuh-Nya, "Ya Bapa, ampunilah
mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Lukas 23:34.
Tentang Abraham dituliskan bahwa "ia disebut sahabat Allah," "bapa semua
orang yang percaya." Yakobus 2:23; Roma 4:11. Kesaksian Allah tentang bapa
yang setiawan ini adalah, "Abraham telah menurut Firman-Ku dan telah
dipeliharakannya syarat-Ku dan segala pesan-Ku dan syariat-Ku dan
hukum-Ku." Dan lagi, "Karena telah Kupilih akan dia, supaya disuruhnya
anak-anaknya serta isi rumahnya yang kemudian daripadanya itu
memeliharakan jalan Tuhan serta melakukan kebenaran dan keadilan, supaya
disampaikan Tuhan kepada Abraham barang yang telah dijanji kepadanya."
Kepada suatu kehormatan yang tertinggilah Abraham telah dipanggil, yaitu
menjadi bapa daripada satu umat yang untuk berabad-abad lamanya menjadi
penjaga dan pemelihara kebenaran Allah bagi dunia ini akan diberkati di dalam
kedatangan Mesias yang dijanjikan itu. Tetapi Dia yang telah memanggil
Abraham telah menilainya sebagai seorang yang layak. Tuhan sendirilah yang
berkata-kata. Ia yang mengerti kedalaman pikiran manusia dan dapat
memberikan penilaian yang benar terhadap manusia, berkata, "Aku kenal dia."
Abraham tidak menggunakan kebenaran itu untuk maksud kepentingan dirinya.
Ia memelihara hukum itu dan berlaku adil serta benar. Dan bukan hanya dirinya
saja yang takut akan Allah, melainkan di dalam seluruh rumah tangganya agama
itu dikembangkan. Ia mengajar keluarganya dalam kebenaran. Hukum Allah
menjadi peraturan dalam rumah tangganya.

Rumah tangga Abraham terdiri dari lebih daripada seribu jiwa. Mereka yang
dipimpin oleh pengajarannya untuk berbakti kepada Allah yang Esa,
memperoleh sebuah tenda; dan di sini mereka menerima petunjuk-petunjuk,
seperti halnya di sekolah, yang akan menyediakan mereka untuk menjadi
wakil-wakil daripada iman yang sejati. Dengan demikian satu tanggung jawab
yang besar ada di atas pundaknya. Ia melatih kepala-kepala rumah tangga dan
cara-cara pemerintahannya akan dijalankan di dalam rumah-rumah tangga di
mana mereka masing-masing bertindak sebagai kepalanya.

Pada zaman itu bapa adalah pemimpin dan imam daripada keluarganya, dan ia
menjalankan kekuasaannya terhadap anak-anaknya sekalipun setelah mereka
sudah mempunyai keluarga sendiri. Keturunannya diajar untuk memandang
kepadanya sebagai pemimpin mereka baik dalam hal keagamaan dan juga
hal-hal yang sekular. Abraham berusaha untuk mengabadikan sistem
pemerintahan bapa seperti itu, karena itu cenderung untuk memelihara
pengetahuan akan Allah. Hal itu perlu untuk mengikat anggota-anggota rumah
tangga bersama-sama, agar supaya dapat membangun satu pelindung terhadap
penyembahan berhala yang telah begitu mendalam dan merajalela. Abraham
berusaha segala cara menurut kemampuannya untuk menjaga orang-orang yang
ada di dalam tenda-tendanya agar jangan bercampur baur dengan orang-orang
kafir dan menyaksikan penyembahan berhala yang mereka lakukan, oleh karena
ia mengetahui bahwa menjadi biasa dengan hal-hal yang jahat akan dapat
merusak prinsip-prinsip. Usaha yang sungguh-sungguh dilaksanakan untuk
menutup segala bentuk agama palsu dan memberikan kesan kepada pikiran
mereka akan keagungan serta kemuliaan Allah yang hidup sebagai satu Oknum
yang harus disembah.

Adalah satu rencana yang bijaksana, yang telah diperbuat Allah sendiri untuk
memutuskan, sebisa-bisanya, hubungan antara umat-Nya dengan orang kafir,
dengan menjadikan mereka sebagai satu umat yang hidup terpisah dan tidak
terbilang di antara bangsa-bangsa itu. Ia telah memisahkan Abraham dari
keluarga-keluarganya yang menyembah kepada berhala agar ia dapat melatih
dan mendidik rumah tangganya terpisah dari pengaruh yang menyesatkan yang
akan mengelilingi mereka di Mesopotamia, dan agar iman yang benar itu dapat
dipelihara dalam kemurniannya oleh keturunannya dari generasi kepada
generasi.

Kasih Abraham terhadap anak-anaknya dan rumah tangganya telah menuntun


dia untuk menjaga iman dan agama mereka, untuk membagikan kepada mereka
satu pengetahuan akan hukum-hukum Ilahi, sebagai satu warisan yang paling
berharga yang dapat diturunkan kepada mereka dan melalui mereka ke dunia
ini. Semua diajar bahwa mereka itu berada di bawah pemerintahan Allah yang
di surga. Tidak boleh terjadi penekanan dari pihak orang tua dan pelanggaran
dari pihak anak-anak. Hukum Allah telah menetapkan kepada masing-masing
akan tanggung jawabnya dan hanya dalam penurutan kepadanya masing-masing
mereka dapat memperoleh kebahagiaan dan kemakmuran.

Teladan hidupnya sendiri, pengaruh yang tenang daripada kehidupannya setiap


hari, merupakan satu pelajaran yang tetap. Kejujuran yang tak tergoyahkan itu,
kebajikan serta kesopan-santunannya yang tidak mementingkan diri sendiri,
yang telah membuat raja-raja kagum, dinyatakan di dalam rumah öWy

Anda mungkin juga menyukai