Anda di halaman 1dari 21

Tugas Mandiri

NAZHOR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Fiqih Munakahat 1

Dosen Pengampu : Saipudin, S.Sy., M.M, MH

Disusun Oleh :

Indra Setiawan

NPM : 233501005

FAKULTAS SYARIAH, PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM

INSTITUT AL MA’ARIF WAY KANAN 2023


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

dengan menyebut nama allah swt yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami

panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan

rahmat, hidayah, dan inayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu

saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami

meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan

kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karna itu saya menerima segala saran dan

kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata saya

berharap semoga makalah bahasa indonesia ini dapat memberikan manfaat

maupun inspirasi bagi pembaca.

Wassalammualaikum wr.wb

Baradatu, 12 februari 2024

penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Tujuan Pembahasan...............................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Nazhor..................................................................................................5

1. definisi nazhor...........................................................................5

2. hukum nazhor ……………………………………….……….5

3. dasar hukum nazhor..................................................................7

4. pendapat-pendapat ulama tentang nazhor ................................8

5. ketentuan-ketentuan tentang nazhor........................................ 11

6. manfaat nazhor.........................................................................14

BAB III PENUTUP

A. kesimpulan …………..……………………….……………………..17

DAFTAR PUSTAKA ……………………….……………….…………………18

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua

makhluknya baik pada manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

suatu cara yang dipilih oleh Allah swt, sebagai jalan bagi makhluk-Nya untuk

berkembang biak, dan melestarikan hidupnya.1 Allah swt berfirman dalam surah

Yasin: 36 َ ‫نْ وُ َلمْ عَ َّ اَْ ل يِ ِ مَ وْ ِ همُ ِسْ ف نَ اْ نِ مَ ْ ُ ض وُ ت ْْا َل رِ بْۢ ْ نُ َّ ا تِ اِ مَ ُ كَّل هَ اجَ ْ و‬

‫“ ْْا َل زَ َل قَ ْ خ ي اَّل ِذ َ ٰ حنْ بُ س‬Maha suci Allah yang telah menciptakan semuanya

berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri

mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”2

Ayat di atas menunjukkan bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa

pasangan di dunia ini, hal tersebut menjadi kebutuhan dasar manusia yang dalam

pembentukannya tidaklah sesuai dengan hawa nafsu dan penafsiran akal semata.

Namun ia dibangun atas dasar fitrah yang suci melalui proses yang dinamakan

pernikahan, maka dari itu Islam sangat menganjurkan pernikahan bagi yang

mampu, baik secara fisik maupun materi untuk melaksanakan salah satu sunnah

para Nabi, yang mana mereka merupakan tokoh-tokoh teladan yang wajib diikuti

jejaknya. Tuhan tidak mau menjadikan manusia seperti makhluk lain, yang hidup

bebas mengikuti nalurinya, namun hubungan antara laki-laki dan perempuan

diatur secara terhormat dan berdasarkan saling meridhai. Dalam keluarga, istri
1
Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqh Munakahat I (Bandung; Pustaka Setia, 1999 ) hal 9
2
Departemen Agama Ri, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, (Depok; Al-Huda Kelompok Gema Insani,
2005) hal 443

iv
merupakan tempat penenang bagi suaminya, pengatur rumah tangganya dan ibu

dari anak-anaknya. Begitu besar peran istri dalam keluarga, sehingga Islam selalu

memperhatikan hubungan antara seorang pria dengan wanita, baik sebelum

maupun sesudah terjadinya akad nikah. Islam adalah agama yang mudah maka

Islam pun memudahkan bagi kaum Adam untuk mengenal karakter dan pribadi

seorang wanita, sebelum dinikahi yaitu dengan cara mengkhitbah atau meminang.

Khitbah atau meminang adalah di mana seorang pria meminta kepada seorang

wanita untuk menjadi istrinya dengan cara-cara yang sudah umum berlaku

ditengah-tengah masyarakat. Meminang termasuk usaha pendahuluan dalam

rangka pernikahan. Allah menggariskan agar masing-masing pasangan yang

hendak menikah terlebih dahulu saling mengenal sebelum dilakukan akad nikah

sehingga pelaksanaan pernikahannya nanti benar-benar berdasarkan pandangan

dan penilaian yang jelas.3

Agar kehidupan suami istri berjalan dengan baik, sejahtera, dan tentram,

sebaiknya calon suami terlebih dahulu melihat perempuan yang akan dipinangnya,

sehingga dapat diketahui kecantikannya yang mana bisa menjadi salah satu faktor

yang dapat mendorongnya untuk mempersuntingnya atau untuk mengetahui cacat

celanya yang bisa menjadi penyebab kegagalannya sehingga berganti mengambil

orang lain. Dalam agama Islam melihat wanita yang akan dipinangnya disebut

dengan istilah nazhor.4 Dari Jabir bin Abdillah bahwa Rasulullah ‫لم‬C‫ه وس‬C‫لى هللا علي‬C‫ص‬

bersabda: ْ ُ ْ‫ ق ابَ ْ ج ع ىَ نَ رَ ْ ن ي َأَ َّ درَ َ قَ ف ةَ ء‬: ‫ت النيب صلى هلال عليه وسلم ع َالََ ِسَ ِِ ر‬

َ‫اِحِ ََ ل نِ إُ هْ ُ وْ دعَ ايَ ْ َ ض م عَ ا ب‬CC‫ْ َ لْ ع فَ ْليَ ا فَ هَ ك‬. ‫رَ اْلمُ ُ ُدكمَ َأحَ َ َطب َذ ا خِ ُ ل إْ ُ و قَ ي‬

3
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah (Jakarta; Darul Fath, 2004) Cet Ke III Juz 2, hal 505
4
Ibid hal. 508

v
‫“ ْه نِ م‬dari Jabir ia berkata: Aku pernah mendengar Nabi ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersabda:

“Apabila salah seorang diantara kamu meminang seorang perempuan kemudian ia

berkuasa untuk melihat sebagian apa yang bisa mendorongnya untuk menikahinya

maka kerjakanlah.”5 Mughirah bin Syu’bah meriwayatkan bahwa ia pernah

meminang seorang perempuan, kemudian Nabi ‫لم‬CC‫ه وس‬CC‫لى هللا علي‬CC‫ ص‬mengatakan

kepadanya “Lihatlah dia, karena melihat itu lebih dapat menjamin untuk

mengekalkan kamu berdua”. Kemudian, Mughirah pergi kepada kedua orang tua

perempuan tersebut dan memberitahukan apa yang dikatakan Nabi ‫صلى هللا عليه‬

‫وسلم‬, dan kedua orangtuanya tidak menyetujuinya. Namun si perempuan tersebut

mendengar percakapan tersebut dari dalam biliknya, kemudian ia berkata: “kalau

Rasulullah menyuruh kamu untuk melihat saya maka lihatlah”. Kata Mughirah:

saya lantas melihatnya dan kemudian mengawininya. ( Riwayat Ahmad, Ibnu

Majah, Tirmidzi dan Ad-Darimi). Dalam hadits ini Rasulullah ‫لم‬CC‫صلى هللا عليه وس‬

tidak menentukan batas ukuran yang boleh dilihat baik kepada Mughirah maupun

kepada yang lainnya, oleh karena itu para fuqaha berbeda pendapat. Imam Malik,

Syafi’iyah dan sebuah pendapat dari Hanabilah, mereka hanya membolehkan pada

bagian wajah dan telapak tangan, karena wajah adalah pusat kecantikannya,

sementara tangan menunjukkan kesuburan badan. Di samping itu, karena

keduanya biasa nampak, maka tidak dibolehkan melihat kepada apa yang tidak

biasa nampak. Sedangkan menurut Abu Daud Al-Dhahiry ia membolehkan

melihat seluruh badan kecuali dua kemaluan sementara fuqaha yang lain melarang

5
Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad as-Syaibani, Musnad al-Imam
Ahmad bin Hanbal, Muassasah ar-Risalah, Cetakan Pertama 1421/2001. Bab Musnad Jabir bin
Abdillah, Juzz 23 Hal 155.

vi
melihat sama sekali. Sedangkan Imam Abu Hanifah membolehkan melihat dua

telapak tangan, muka dan telapak kaki.6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, maka peneliti

merumuskan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana konsep nazhor menurut steering committee pernikahan

mubarakah ?

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam tentang nazhor menurut steering

committee di Pondok Pesantren Hidayatullah ?

6
Sohari Sohrani, Fiqh Munakahat Kajian Fiqh Nikah Lengkap. (Jakarta; Rajawali Pers, 2004 ), hal.
26

vii
BAB II PEMBAHASAN

A. Nazhor

1. Definisi Nazhor

Secara etimologi nazhor artinya memandang atau melihat. 7 Sedangkan

secara terminologi belum ada ulama yang mendefinisikannya. Tetapi berdasarkan

hadits-hadits yang menerangkan tentang nazhor peneliti mengambil kesimpulan

bahwa yang dimaksud nazhor adalah memandang atau melihat wanita yang akan

di pinangnya atau dilamarnya.

2. Hukum Nazhor

Terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang hukum nazhor.

Sebagian mereka mengatakan hukumnya mubah (boleh), dan sebagian yang lain

mengatakan sunnah mustahab. Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin  berkata dalam Asy-

Syarhul Mumti’ (5/125-126, cetakan Darul Atsar): “Yang benar dalam masalah ini

hukumnya sunnah (karena Rasulullah ‫لم‬CC‫ صلى هللا عليه وس‬memerintahkannya). Jika

seseorang telah mengenalnya tanpa melakukan nazhor maka tidak ada hajat

baginya untuk melakukan nazhor. Seperti halnya bila dia mengutus seorang

wanita yang benar-benar dia percayai untuk mengenali wanita yang hendak

dipinangnya (dan dia bersandar dengan berita dari wanita itu). Meskipun

demikian, pada hakekatnya nazhor melalui orang lain tidak cukup mewakili

nazhor yang dilakukan sendiri. Karena boleh jadi wanita itu cantik di mata orang

lain, namun belum tentu cantik di mata sendiri. Boleh jadi wanita itu dinazhor

7
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia ( Jakarta; PT Hidakarya Agung, 1989 ) h. 457

viii
dalam keadaan gembira dan riang, yang tentu saja berbeda jika dinazhor dalam

keadaan sedih. Juga, terkadang wanita yang dinazhor berusaha untuk tampil

cantik dengan berdandan menggunakan make up, sehingga disangka cantik

padahal tidak demikian hakikatnya.” 8

Hukum nazhor sebagian mereka mengatakan hukumnya adalah mubah dan

sebagian yang lain mengatakan sunnah mustahab. Berikut ini adalah pendapat-

pendapat mereka tentang hukum nazhor: Sayyid Sabiq berpendapat bahwa nazhor

disunnahkan oleh agama bahkan dianjurkan, dan agar kehidupan suami istri

berjalan dengan baik, sejahtera, dan tentram seyogyanya calon suami terlebih

dahulu melihat perempuan yang akan dipinangnya sehingga dapat diketahui

kecantikannya yang bisa menjadi salah satu faktor mendorongnya untuk

mempersuntingnya, atau untuk mengetahui cacat celanya yang bisa jadi penyebab

kegagalannya sehingga berganti mengambil orang lain. 9 Dengan demikian dia

akan dapat selamat dari berbuat salah dan jatuh ke dalam sesuatu yang tidak

diinginkannya. Mata merupakan dua hati dan kemungkinan besar bertemunya

mata dengan mata itu menjadi sebab dapat bertemunya hati dan berlanjutnya

jiwa.10 Orang yang bijaksana tidak akan mau memasuki sesuatu sebelum ia tahu

betul baik buruknya. Al-A’masy pernah berkata, “setiap pernikahan yang

sebelumnya tidak saling mengetahui biasanya berakhir dengan penyesalan dan

kekecewaan.”11 Sedangkan menurut Yusuf Qaradhawi apabila seorang muslim

hendak mengarahkan niatnya untuk meminang diperbolehkan melihat perempuan

8
http://mediagema.multiply.com/journal/item/65
9
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, ( Jakarta; Darul Fath 2004 )., h 508
10

11
Ibid

ix
tersebut sebelum ia mulai melangkah kejenjang pernikahan, agar ia dapat

menghadapi pernikahan itu dengan jelas dan terang dan tidak terdapat unsur

penipuan di dalamnya.12 Jumhur ulama sepakat tentang dibolehkannya laki-laki

melihat wanita yang akan dipinangnya

3. Dasar Hukum Nazhor

Dasar hukum nadzor terdapat di dalam hadits-hadits Rasulullah ‫صلى هللا عليه‬

ْ ‫ إَ َ ل هلال صلى هلال عليه وسلم قْ وُ سَ َأَّ ن ر ِد هلِال‬: ‫وسلم ِن إَ َ ف َأةْ رَ اْلمُ ُ ُدكمَ َ ح اَ َ َطب َذ ا خِ َال‬

َ‫بَ ِ ن عْ بْ رِ ابَ ْ جَ ن عْ ن َأَ َ َط اع تْ اسِ ةَ َلمَ سْ َ ََ ن بْ نِ ً م َأةَ رْ ْ ُ ت امَ َطبَ خ فٌ رِ اب‬

ْ‫و دا وود (َ ه‬CC‫اِحِ ََ ل نِ اُ هْ ُ وْ دعَ ا يَ ََ ل مِ إَ ْ ُظ ر نَ ي ا ) رواه أب‬CC‫َال جَ قْ َ لْ ع فَ ْليَ ا فَ هْ يَ ك‬

‫َليِ إْ ِٰا نَ َ ع ا دَ ْ َ ض م عَ ا بَ ْ ه نِ ْ ُ ت م َأيَ ََّّ ت رَ ا حَ َّ ُأََ ل بْ ُ ت َََأَت َ ُ كن ف‬.

1). Dari Jabir bin Abdillah bahwa Rasulullah ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersabda :

“jika seseorang dari kamu mau meminang seorang perempuan, jika bisa lihatlah

lebih dahulu apa yang menjadi daya tariknya sehingga engkau mau menikahinya,

maka hendaklah dilakukannya. “Jabir berkata,” maka akupun meminang seorang

perempuan dari Bani Salamah, tetapi sebelumnya aku rahasiakan maksudku itu

kepadanya sehingga dapatlah aku saksikan hal-hal yang membuatku tertarik

kepadanya.” (HR Abu Daud)13 ‫ ف ِاريَ ْ ص اأَل نَ نِ ً م َأةَ رْ امَ َ َطبْ ًل خْ وُ َ جَّ ن‬,ِ ‫َال َل َ َ ق‬

َ‫ ف‬,‫ي اِ رَ ْ ص اأَلنْ ُُ ِي َأعْ ْ نِِ فِ إَ ا‬CC‫رَ َ ا ةَ رْ يَ رُ هْ َِِأبْ عُ ل هلال صلى هلالَ نْ وُ سَ رُ هً ءْ َ ش‬

‫ ُأن ا‬: ‫ قَ هْ َليِ إْ ْ ُظر عليه وسلم‬,َ‫ْ ل‬: ‫ قال‬... ! ‫ فَ ا‬: ‫هْ َليِ إْ ْ ُظر انَ َ ْ ب ف اْ ذهَ َال‬..

2). Dari Abu Hurairah, pernah seorang sahabat meminang seorang Anshar,

lalu Rasulullah bersabda kepadanya; “sudahkah engkau melihatnya ?” jawabnya,


12
Ibid
13
Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad as-Syaibani, Musnad al-
Imam Ahmad bin Hanbal. Muassasah ar-Risalah……..hal 155

x
“belum” Beliau bersabda, “Pergilah dan lihatlah dia karena pada mata orang

Anshar ada cacatnya.”14 ُ‫لم َأنُ ل هلالْ وُ سَ ر‬C‫ه وس‬C‫لى هلال علي‬C‫غُ ِ ن اْلمَ ع اَ هْ َليِ ْ َ ت اَ َظرُ ص‬

‫َال َلهَ َ قً ف َأةْ رَ اْلمَ َ َطبُ خ َأَّنهَ ةَ بْ ِ نُ شعْ بِ ةَ ْ ْ يُ ق اَ اِْل وفَ مْ ُ و دَ ْ ن ي َأُ َ ر دْ َأجْ ا َأيَ َ ُ كم‬

‫ قَ ؟ ق ا ) رَ َ ُ كم نْ يَ ب‬,َ‫ْ ل‬: ‫ فَ هْ َليِ إْ ْ ُظ ر َال ُأنَ َال‬, ‫نْ يَ بَ مِ ْ د ؤُ ْ ن يَ ى َأ رْ َأحُ َّن هِ إَ ا‬

‫(واه النساء وابن ماجه وترمذى وحسنه‬

3). Dari Mughirah bin Syu’bah, ia pernah meminang seorang perempuan,

lalu Rasulullah berkata kepadanya, ‘sudahkah engkau melihatnya ? ‘ Dia

menjawab, belum. ‘ Rasulullah bersabda, lihatlah dia terlebih dahulu supaya

kehidupan kalian berdua kelak menjadi lebih langgeng. ( HR an-Nasa’i, Ibnu

Majah, dan Tirmidzi )15 ْ َ ‫اَ هْ َليِ إَ ْ ُظر نَ ْ ن ي َأَ ِِ ْبسَ اَل فِ َأةَ رْ امِ ةَ ْطبِ ِر ئ ِخْ ٍّ ب ام ْل‬

‫هلالِِ ف قَ ي َذ ا َأْلقِ إ‬.

4).Dari Ahmad dan ibn Majah, Rasulullah ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersabda : “Jika

Allah menggerakkan hati seseorang untuk melakukan peminangan, maka tidak

ada larangan baginya untuk melihat wanita yang dipinangnya.”16

4. Pendapat-Pendapat Ulama Tentang Nazhor

1). Bolehnya laki-laki melihat wanita yang akan dipinang

Jumhur ulama membolehkan melihat wanita yang akan dipinang, tetapi

mereka berbeda pendapat tentang batas-batas yang boleh dilihat.

14
Muslim bin al-Hajjaj Abu al-Husain al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim, Dar Ihya at-Turats
al-Arabiy Beirut, Bab Nadbu an-Nadzhar Ila Wajhi al-Mar`ah, Juz II, hal. 1040
15
Muhammad bin Yazid Abdulah al-Qazwaini, Sunan Ibnu Majah. Penerbit Dar al-Fikr Beirut. Bab
an-Nadzhar ila al-mar`ah Idza Arada an-Yatazawwaj. Juz I, hal 599
16
Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad as-Syaibani, Musnad al-
Imam Ahmad bin Hanbal. Muassasah ar-Risalah, Cetakan Pertama 1421/ 2001. Bab hadits
Muhammad bin Maslamah al-Anshari Juz 29, hal.492

xi
a. Jumhur ulama berpendapat bagian badan yang boleh dilihat adalah

muka dan telapak tangan. Dengan melihat mukanya dapat diketahui cantik

jeleknya, dan dengan melihat telapak tangannya dapat diketahui badannya subur

atau tidak.

b. Abu Bakar, seorang pengikut madzab Hanbali, mengatakan, “Pada

saat melamar, dibolehkan baginya melihat bagian-bagian yang sudah biasa telihat

ketika bekerja, seperti: kepala, leher, lengan dan bagian-bawah kedua betis.”17

c. Tidak boleh memandang mana pun dari wanita yang dilamarnya.

Termasuk pula wajahnya, baik dia hendak menikahinya atau pun tidak, kecuali

jika sudah menjadi istrinya atau mahramnya. Ini merupakan penuturan ath-

Thahawy dari pendapat beberapa ulama. Mereka berdalil dengan hadits marfu’,

beliau bersabda, “wahai Ali, sesungguhnya engkau mempunyai simpanan di surga

dan engkau mempunyai pasangannya. Maka janganlah engkau menyertai

pandangan dengan pandangan lain. Sesungguhnya pandangan yang pertama

bagimu dan yang kedua bukan lagi bagimu.” (diriwayatkan Ahmad )18

d. Ibnu Hazm mengatakan bahwa barangsiapa yang hendak menikah

dengan seorang perempuan merdeka, maka ia tidak boleh melihat bagian tubuh

perempuan itu, baik dalam keadaan lengah maupun tidak. Pendapat ini

berdasarkan firman Allah dalam Al-Qur’an surah An- Nur: ْۢ ٌْ ِْ ُ‫ي بَ َ خٰ َّ ن اِللِ اۗ ْ م‬

ِ‫َْٰز كىََ لَ ك اِ ٰ ذلۗ ْ مُ هَ ْ ج وُ ُ ر ا فْ َ ُظو فْ ََ يَ وْ مِ ِارهَ ْ ص بَ اْ نِ ا مْ ضوُّ ُ غَ ْ َُ ي يِ نِ مْ ؤُ ْلم‬

‫لْ ُ ل ق اَ ِ َ نِ بْ وُ َ عَ ْ صن‬

17
Hasan Ayyub, Fikih Keluarga ( Jakarta Timur; Pustaka Al-Kautsar, 2006 ) h. 19
18
Firman, praktek nazhor sebelum akad nikah di Pondok Pesantren Hidayatullah, …….

xii
Artinya : “ katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “hendaklah mereka

menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Sungguh, Allah Maha

Mengetahui apa yang mereka perbuat ”19

e. Pendapat imam Al-Auza’i dan dikuatkan Sayyid Sabiq boleh

memandang bagian badannya yang tumbuh daging. Dia berkata, “ Beberapa

hadits tidak menetapkan bagian mana yang boleh dilihat. Maka pandangan boleh

diarahkan kebagian mana yang bisa mendorong maksudnya.” Dia menguatkan

pendapat ini dengan kisah Umar bin Khaththab yang melamar Ummu Kultsum

binti Ali bin Abu Thalib. 20 Dari uraian-uraian di atas tampak jelas bahwa

sekalipun terdapat perbedaan ulama, syari’at tetap memperbolehkan laki-laki

memandang wanita yang dilamarnya

2. Wanita melihat calon suaminya

Para ahli fiqh telah sepakat mengenai anjuran agar wanita melihat

peminangnya. Namun mereka berbeda pendapat dalam menentukan tingkatan

anjuran ini, antara sunnah ataukah mubah. Berdasarkan ayat Allah dalam Q.s Al-

Baqarah: 228 35 َّ ِ‫نُ ُ ه َلتْ وُ عُ بَ وِ َّهنْ َليَ عْ ي اَّلِذ ُ ْ ل ثِ َُّ ن مََ لَ ۗا وً ْ َص الحِ ىا اْ ُ و ادَ َ رْ ن ا‬

‫ِۖ ِ فْ وُ رْ ع‬................... ‫ِ َ َك اِ ٰ ذلْ َّ نِِ فِ هِ دَ رِ ق بُّ َ َ ح ا‬

“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut

cara yang makruf”.21

19
Departemen Agama RI, Al-qur’an Dan Terjemahanya……………………… h. 353
20
Firman, praktek nazhor sebelum akad nikah di Pondok Pesantren Hidayatullah, …….
21
Departemen Agama RI, Al-qur’an Dan Terjemahanya………………………h. 36

xiii
Maka melihat pinangan tidak hanya khusus untuk laki-laki, tetapi juga

untuk perempuan. Ia berhak melihat laki-laki yang akan meminangnya, guna

mengetahui hal-hal yang bisa menyebabkan ia tertarik. Sebagaimana halnya laki-

laki juga ingin melihat hal-hal yang membuatnya tertarik pada wanita yang

dipinang. Ada beberapa pendapat tentang ini:

a. Umar bin Khaththab  berkata: “ Janganlah engkau menikahkan putri-

putrimu dengan seorang laki-laki yang jelek. Karna yang merasa senang hanya

laki-laki itu, sedangkan yang wanita tidak.”22

b. An-Nawawi  berkata: “bahwa perempuan juga disuruh untuk melihat

pria yang akan menikahinya, karena apa yang membuatnya tertarik dari seorang

pria, sama dengan apa yang membuat serang pria tertarik darinya.”23

c. Menurut mazhab Maliki, gadis yang dipinang boleh melihat

peminangnya. Tapi yang boleh dia lihat hanya wajah dan pundaknya saja.

d. Mazhab Syafi’i berpendapat bahwa gadis itu boleh melihat seluruh

tubuh peminangnya, kecuali aurat, yaitu antara pusar dan aurat.24

5. Ketentuan-Ketentuan Dalam Nazhor

a. Nazhor dapat ditempuh dengan tiga cara

1) Dengan mengirim seorang yang dipercayai lelaki yang akan meminang

wanita tersebut. Hal ini berdasarkan kitab sunan AnNasa’i, Ummi Salamah

meriwayatkan bahwa setelah ia menjalani masa iddah, Abu Bakar datang


22
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, ……………, h 509
23
Abu Buradah M Fauzi, Meminang Dalam Islam ( Jakarta Timur; Pustaka Al-Kautsar, 2009 ) h. 112
24
Firman, praktek nadzor sebelum akad nikah diPondok Pesantren Hidayatullah....h 18

xiv
kepadanya untuk meminangnya. Tetapi Ummu Salamah tidak mau menikah

dengannya. Kemudian Rasulullah ‫ صلى هللا عليه وسلم‬mengutus Umar bin Al-Khathab

untuk meminang Ummu Salamah bagi beliau.

2) Lelaki yang meminang itu secara langsung melihat wanita yang akan

dipinangnya.25

3) Lelaki yang meminang itu melakukan nazhor dengan melihat foto calon

istrinya. Hal ini dilakukan karena sulitnya calon suami melihat secara langsung

calon suaminya, baik karena terbatasnya ruang gerak diantara mereka juga karena

kuatnya mereka menjaga hijab. Sehingga dengan melihat foto telah dikatakan

nazhor. Sebagaimana kaidah fiqh; “sesuatu yang tidak dicapai seluruhnya, tidak

ditinggakan seluruhnya.” Jadi jika tidak dapat melihat secara langsung calon

istrinya maka cukup dengan melihat foto saja, karena hal ini bukanlah suatu

kewajiban yang harus dilakukan dalam proses khitbah.26

babes ,aynmarham nakub ai anerak nagnanut nagned iridneynem maraH .b

nakhaB .tawlahkreb kutnu tahalsam nad tajah ada kadit aneraK .ihakinid muleb

ta’irays raggnalem gnay arakrep-arakrep malad aynaudek nakhutajnem asib

,aynnagnanip padahret utauses nakukalem nakhelobmem kadit amagA aggnihes

aneraK .marah patet aynnial nataubrep-nataubrep nakgnades ,ajas tahilem ilaucek

malad ek kosorepret irad tamales naka kadit nagnanut nagned iridneynem

.‫لم‬C‫ه وس‬C‫ صلى هللا علي‬hallulusaR awhab ribaJ iraD .amaga gnaralid gnay nataubrep

ِ‫ ق‬,‫ قَ رضي هلال عنه‬: ‫ْ َل ََ ْي َ َّلمَ سَ وِ هْ َليَ عُ ل هلِال ْ وُ سَ َال رَ َال‬: ‫ٌ لُ َ جَّ ن رَ ُلو‬:adbasreb

25
Abu Buradah M Fauzi, Meminang Dalam Islam, ………….. h. 129
26
,Firman, praktek nadzor sebelum akad nikah diPondok Pesantren Hidayatullah. ……h 49

xv
( ‫د‬CC‫ فُ ُّ ل َلهْ َل ََ ِتِ َأةَ رْ ) روامها أمح‬, َ‫ةَ عْ ي ِبَ ِ ن رْ ِ ر بِ امَ عْ َ ن عْ َط ا الَّ شيَ مُ َ ه ثِ َّ نََ ثلِ إ‬

‫“ ِِبمٌ مَ ََ ْم رِْ َّلُ ن إ ا‬Dari Amir bin Rabi’ah bahwa Rasululla ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersabda ;

jangan sekalikali seorang laki-laki menyendiri dengan perempuan yang tidak halal

baginya, karena yang ketiganya adalah setan, kecuali kalau ada mahramnya .”

( HR Ahmad )27

c. Seorang peminang diperbolehkan melihat calon istriya tanpa

sepengetahuan si calon. Nabi ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersabda : َ ‫هْ َليِ إُ ْ ُظر نَ ََِّّ َنا يَ ن إَ كا َذ اِ ا‬

َ‫ُ َلمْ َ ع‬. ِ‫إَ ْ ه نِ ا مَ هْ َليِ إَ ْ ُظ ر نَ ْ ن ي َأِ هْ َليَ عَ احَ نُ َ اَل جُ ف َأةَ رْ امُ ُ ُدكمَ َأحَ َ َطب َذ ا خ إ ا‬

‫انِ إَ وِ ةَ ْطبِ ِِل‬CC‫“ ْتْ َل تْ نَ ك‬Apabila salah satu diantara kamu meminang seorang

perempuan, maka tidaklah berdosa melihatnya, apabila melihatnya itu semata-

mata untuk meminang meskipun perempuan itu sendiri tidak mengetahuinya.”

( HR. Imama Ahmad )28

d. Tidak diperbolehkan melihat disertai nafsu birahi atau syahwat, karena

wanita tersebut belum menjadi istrinya sehingga tidak dibenarkan dia bersenang-

senang dengan memandang disertai syahwat.

e. Laki-laki itu boleh pergi bersama wanita yang dipinangnya dengan

syarat disertai oleh ayah atau salah satu mahramnya yang telah baligh, dengan

pakaian menurut ukuran syara’ serta ke tempat yang biasa dikunjungi oleh orang

banyak, untuk megetahui kecerdikan, perasaan, dan kepribadiannya. Semua ini

termasuk kata sebagian yang disebut dalam hadits Nabi di atas.29

27
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, …………… h 510
28
Abdullah Nashih ‘Ulwan. Tata Cara Meminang Dalam Islam,………….. h. 41
29
Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam,( Surabaya; PT Bina Ilmu Surabaya) hal. 241

xvi
f. Nazhor dilakukan apabila si lelaki telah bertekad untuk melamar si

wanita. Jika sekedar coba-coba, atau barangkali dan barangkali, maka tidak

dibenarkan. Karena pada asalnya, nazhor hukumnya haram. Hanya saja diizinkan

ketika ada kebutuhan dan maslahat pernikahan. Sehingga nazhor tidak boleh

melampaui apa yang diizinkan syariat.

g. Nazhor dilakukan apabila ada ghalabatuzh zhan ( persangkaan kuat )

bahwa lamarannya akan diterima. Seandainya dia orang yang fakir atau miskin,

kemudian menazhor anak seorang pejabat, atau seorang lanjut usia menazhor

seorang gadis belia, perawan dan cantik, maka kemungkinan besar lamarannya

akan ditolak. Dan yang terakhir sebagai peringatan, Asy-Syaikh Ibnu `Utsaimin

berkata dalam Asy-Syahrul Mumti` ( 5 / 126 ): “Tidak boleh melakukan

percakapan dengan wanita yang dinazhor saat melakukan nazhor. Karena

percakapan lebih membangkitkan syahwat dan lebih tergoda untuk menikmati

suaranya dari sekedar nazhor. Oleh karena itu Rasulullah ‫لم‬CC‫ه وس‬CC‫لى هللا علي‬CC‫ص‬

mengatakan: “hendaklah ia memandang dari tubuhnya” bukannya mengatakan

“Hendaklah ia mendengar suaranya.”30

6. Manfaat Nazhor

Dengan melihat, dapat diketahui baik buruknya wajah wanita yang akan

dipinang tersebut. Adapun sifat-sifat yang bertalian dengan akhlak, dapatlah

diketahui dari sifat lahirnya atau melalui informasi dari orang-orang yang dekat

dengannya, atau melaui tetangganya atau dengan perantaraan menanyai kalangan

30
http://mediagema.multiply.com/journal/item/65

xvii
keluarganya yang sangat dipercayainya, seperti ibu dan saudarasaudara

perempuannya.31

Menurut Syaikh Sayyid Sabiq, melihat perempuan yang dipinang dapat

menjadikan rumah tangga penuh kebahagiaan dan ketenangan. Seorang lakilaki

perlu melihat perempuan yang akan dipinangnya untuk mengetahui sisi

kecantikan yang membuatnya terpikat untuk merajut tali kasih bersama. Dengan

melihatnya pula, seorang laki-laki dapat mengetahui sisi keburukan si perempuan

yang membuatnya berpaling darinya dan berpindah kepada yang lain.32

Syari’at yang penuh bijaksana ini menginginkan tercipta rumah tangga

yang harmonis yang terbina di atas cinta dan kasih sayang, agar pasangan suami

istri hidup tenang dan bahagia. Dengan demikian keduanya akan memiliki `iffah

( mampu menjaga diri dari perzinahan dan perkara-perkara yang menyeret kepada

perbuatan zina ) serta mampu ber-ta`awun ( bekerja sama saling membantu )

dalam mentaati Allah swt dan menjaga diri dari meksiat. Demikian pula maslahat

lain yang merupakan tujuan di syari’atkan pernikahan. Dalam rangka memenuhi

tuntutan hajat ini maka seorang lelaki yang hendak menikahi seorang wanita

diizinkan untuk melakukan nazhor wanita yang hendak dilamarnya.

Penglihatan akan menenangkan hati kedua pihak dimana mereka akan

melihat bahwa pada masing-masing dari keduanya terdapat hal yang menarik

untuk dinikahi dan membangun mahligai kehidupan rumah tangga untuk

selamanya.33

31
Ibid
32
Abu Buradah M Fauzi, Meminang Dalam Islam, ……. h. 100
33
Syaikh Hasan Ayyub,Fikih Keluarga (Jakarta Timur; Pustaka Al-Kautsar, 2005) , h 17

xviii
Ini berbeda jika calon suami tidak pernah melihat calon istrinya sampai

akad nikah di langsungkan. Sebab, suami bisa jadi dikejutkan oleh sesuatu yang

tidak cocok dengannya, sehingga hatinya menjadi keras terhadap istrinya. Atau, ia

akan mendapati istrinya sangat berbeda dengan apa yang telah digambarkan

kepadanya sebelum menikah dengannya, sehingga ia pun merasa kecewa dan

putus harapan. Akibatnya, hubungan antara mereka berdua memburuk,

keharmonisan mereka berubah menjadi permusuhan, dan selanjutnya kegagalan

serta perceraian menjadi akhir pernikahan mereka.34

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Konsep nazhor menurut steering committee merupakan perkara sunnah

dan bukanlah sebuah kewajiban. Apalagi dalam pernikahan massal yang

pesertanya diikuti oleh beberapa pasang, maka pelaksanaan nazhor apabila

dilakukan secara langsung hanya akan menyulitkan steering committee dan akan

membutuhkan waktu yang lama.

2. Konsep nazhor menurut steering committee dan praktiknya pada

pernikahan mubarakah di Pondok Pesantren Hidayatullah tidak bertentangan

dengan hukum Islam. Adapun nazhor dengan mewakilkan dan melihat foto

dianggap sebagai proses yang baik dalam pernikahan mubarakah di Pondok

Pesantren Hidayatullah.

34
Syaikh Nada Abu Ahmad, Kode Etik Melamar Calon Istri (Solo; Kiswah Media, 2009 ), h. 75

xix
DAFTAR PUSTAKA

Firman, Praktek Nazhor Sebelum Akad Nikah Di Pondok Pesantren Hidayatullah,

op.cit. ,

Perpustakaan STIS

Http://Mediagema.Multiply.Com/Journal/Item/65

Idrus, kamus lengkap terbaru, Surabaya : CV Bintang Pelajar 2002

Ishaq Abu Muslim Al-Atsari, Rukun Dan Syarat Pernikahan. Www.Al-Muslimah.

Wordpress.com.20/12/2009/07;00

M Fauzi Buradah Abu, Meminang Dalam Islam, Jakarta Timur ; Pustaka Al-

Kautsar, 2009

Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta : PT. Hidakarya Agung 1989

Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, Jakarta: Pustaka

Amani,

xx
Muhammad bin Yazid Abdulah al-Qazwaini, Sunan Ibnu Majah. Penerbit Dar al-

Fikr

Beirut. Bab an-Nadzhar ila al-mar`ah Idza Arada an-Yatazawwaj. Juz I

Muslim bin al-Hajjaj Abu al-Husain al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim,

Dar

Ihya at-Turats al-Arabiy Beirut, Bab Nadbu an-Nadzhar Ila Wajhi al-Mar`ah, Juz

II

Qardhawi, Yusuf, Halal dan Haram Dalam Islam, Surabaya ;

PT Bina Ilmu Surabaya Salbu Mansur, Mencetak Kader, Suara Hidayatullah

Publishing; Cet 1, Juni 2009

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jakarta ; Darul Fath, 2004 Cet Ke III Juz 2

Sohari sohrani, Fiqh Munakahat Kajian Fiqh Nikah Lengkap. Jakarta ; Rajawali

Pers, 2004

Syamsuddin Din, Penelitian Lain Antasari Dan Litbang Depag RI, Hidayatullah

Sarang Teroris, Jakarta ; Pustaka Inti, 2004

xxi

Anda mungkin juga menyukai