Anda di halaman 1dari 11

Munakahat I

Makalah Ini Diajukan


Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Tafsir Ahkam
Dosen Pengampu :

Zulfadhila Ermis, Lc., M.H

Di Susun Oleh:

Muhammad Sulthon Auliya

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-AMANAH AL-GONTORY
1442 H / 2022 M
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkam rahmat dan inayah-nya sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah “ Munakahat I ” dan tak lupa sholawat beserta salam
kami haturkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW yang mana telah
membawa kita dari zaman kegelapan hingga zaman yangn penuh dengan ilmu
pengetahuan seperti sekarang ini. Tak lupa kami ucapkan banyak terimakasih
kepada teman-teman yang sudah mendukung dalam pembuatan makalah ini
Namun demikian, dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan serta kelemahan dari segi manapun. Oleh karena itu kritik dan saran
membangun sangat kami harapkan.
Akhirul kalam, semoga makalah ini dapat diterima maklum adanya dan
dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua, Amiin ya robbal ‘alamin.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Penulis

Tangerang Selatan,09 Februari 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii

DAFTAR ISI .........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang ............................................................................................1


b. Rumusan Masalah .......................................................................................1
c. Tujuan .........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

a. Hadist tentang memilih pasangan................................................................2


b. Mufradat ......................................................................................................2
c. Kualitas hadist..............................................................................................2
d. Asbabul wurud ............................................................................................2
e. Istinbath ahkam............................................................................................3
f. Hadist-hadist lain yang mendukung………………………………….……3
g. Larangan menikah…………………………………………………………4

BAB III PENUTUP

Kesimpulan .......................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Islam memandang bahwa pernikahan merupakan sesuatu yang luhur dan sakral,
bermakna ibadah kepada Allah, mengikuti Sunnah Rasulullah dan dilaksanakan atas
dasar keikhlasan, tanggungjawab, dan mengikuti ketentuan-ketentuan hukum yang
harus diindahkan. Dalam Undang-Undang RI Nomor 1 tahun 1974 tentang
Perkawinan Bab I pasal 1, perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Tujuan pernikahan, sebagaimana difirmankan Allah s.w.t. dalam surat Ar-Rum
ayat 21 “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
pasangan hidup dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang (mawaddah
warahmah). Sesungguhnya pada yang demikian itu menjadi tanda-tanda kebesaran-
Nya bagi orang-orang yang berfikir”. Mawaddah warahmah adalah anugerah Allah
yang diberikan kepada manusia, ketika manusia melakukan pernikahan.
Pernikahan merupakan sunah nabi Muhammad saw. Sunnah dalam pengertian
mencontoh tindak laku nabi Muhammad saw. Perkawinan diisyaratkan supaya
manusia mempunyai keturunan dan keluarga yang sah menuju kehidupan bahagia di
dunia dan akhirat, di bawah naungan cinta kasih dan ridha Allah SWT.1

B. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimanakah cara kita untuk memilih jodoh yang baik?
B. Apa sajakah larangan-larangan dalam pernikahan?

C. TUJUAN
A. Agar pembaca dapat mengetahui cara dalam memilih pasangan yg baik untuk
kehidupannya.
B. Agar pembaca mengetahui apa saja larangan yg ada di dalam pernikahan

1
http://jurnal.upi.edu/file/05_PERNIKAHAN_DALAM_ISLAM_-_Wahyu.pdf

1
BAB II
PEMBAHASAN

HADIST TENTANG MEMILIH PASANGAN

ِ ‫َح َّدثَنَا ُم َس َّد ٌد َح َّدثَنَا يَحْ يَى ع َْن ُعبَ ْي ِد هَّللا ِ قَا َل َح َّدثَنِي َس ِعي ُد بْنُ َأبِي َس ِعي ٍد ع َْن َأبِي ِه ع َْن َأبِي ه َُر ْي َرةَ َر‬
ُ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه‬
‫ت‬ ْ َ‫ َو َج َمالِهَا َولِ ِدينِهَا ف‬m‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل تُ ْن َك ُح ْال َمرْ َأةُ َأِلرْ بَ ٍع لِ َمالِهَا َولِ َح َسبِهَا‬
ْ َ‫ر بِ َذات الدِّي ِن ت َِرب‬mْ َ‫اظف‬ َ ‫ع َْن النَّبِ ِّي‬
‫ك‬
َ ‫يَدَا‬
Artinya “ Di cerikan Musadad, diceritakan Yahya dari ‘abdulloh berkata bercerita kepadaku
Sa’id Ibn Abi Sa’id dari Abi Hurairah ra bahwasanya Nabi saw bersabda wanita dinikahi karena
empat perkara. Pertama hartanya, kedua kedudukan statusnya, ketiga karena kecantikannya dan
keempat karena agamanya. Maka carilah wanita yang beragama (islam) engkau akan
beruntung.”2

A. Mufradat
‫دك‬mm‫(تربت ي‬engkau akan beruntung) secara tidak langsung merupakan doa dan dorongan untuk
menjadi kaya, namun jangan melupakan agamanya.
Sedangkan untuk kata ‫ لِ َمالِهَا َولِ َح َسبِهَا َو َج َمالِهَا َولِ ِدينِهَا‬akan lebih di terangkan dalm pembahasan tentang
muhasabah hadist.
B. Kualitas Hadist
Hadis di atas adalah hadist yang masyhur di kalangan masyarakat awam. Dalam Kutubus
Tsittah sendri terdapat sekitar 8 kali disebutkan. Dengan rincian dalam kitab Shohih Bukhori
terdapat 1 kali, dalam Shohih Muslim terdapat 2 kali, dalam Sunan Abu Dawud 1 kali, Sunan
Tirmidzi 1 kali, dalam Sunan Nasai 2 kali dan dalam Sunan Ibnu Majah terdapat 1 kali.3
Dari beberapa kitab yang menyebutkan Hadis ini ataupun dari masing-masing kitab
terdapat perbedaan pada Sanad Hadist. Namun secara maknanya sama. Menimbang dari runtutan
Sanad dari hadis-hadis tersebut dan perawinya maka bisa disimpulkan bahwa hadist tersebut
adalah hadist shohih. Ini di dukung pula dengan tidak ada keterangan yang menyebutkan bahwa
hadist tersebut hadist Dhoif. Hadis ini pun memenuhi syarat untuk katagori hadist shohih.
C. Asbabul Wurud
Asbabul wurud hadist ini secara mikronya belum ada penjelasan dari beberapa sumber yang
saya baca tentang asbabul wurud yang secara pasti menjelaskan hadist di atas. Namun secara
2
Software Maktabah tsamilah
3
Software Maktabah tsamilah
2
asbabul wurud makronya hadist diatas memerintahkan kita untuk lebih berhati-hati dalam
memelih pasangan hidup yang sesuai dengan syar’i.
D. Istinbath Ahkam
Memilih jodoh yang “baik” adalah langkah awal untuk memulai membina rumah tangga
yang diridoi Alloh.  Dalam memilih calon pendamping kita perlu cermat dan memakai kriteria
yang benar, agar mendapatkan pasangan yang baik dan sesuai. Namun hal ini memang gampang-
gampang susah.
Pasangan hidup yang menjadi jodoh memang meupakn urusan Tuhan dan sudah menjadi
taqdir-Nya. Tetapi sebagai hamba yang baik kita tidak bisa diam saja menunggu jodoh itu
datang. Kita diwajibkan mencari dan memilih pasangan sesuai dengan aturan syar’i. Para pencari
jodoh sebaiknya selain rasa cinta biasanya tidak terlepas dari 4 unsur yang telah disebutkan
diatas.
1. Karena hartanya
2. Karena nasabnya
3. Karena kecantikannya
4. Karena agamanya.
Keempat kriteria di atas bukan lah unsur yang wajib ada, karena semua manusia di dunia ini
tidak ada yang semourna, tetapi 4 kriteria di atas adalah hal-hal pokok yang sangat menentukan
hasil akhir. Dan ke empat unsur diatas adalah hal yang sangat ideal.4
E. Hadist-hadist lain yang mendukung

Dalam menghubungkan hadist di atas saya akan kaitkan dengan beberapa hadist tentang
memilih pasangan. Pertama akan dikaitkan dengan memilih calon istri yang baik :
a) Baik akhlaknya (Sholihah)

ُ‫ك َأنَّه‬
ٍ ‫َح َّدثَنِي ُم َح َّم ُد بْنُ َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن نُ َمي ٍْر ْالهَ ْمدَانِ ُّي َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ يَ ِزي َد َح َّدثَنَا َحي َْوةُ َأ ْخبَ َرنِي ُش َرحْ بِي ُل بْنُ َش ِري‬
‫ع‬ َ َ‫م ق‬mَ َّ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسل‬
ٌ ‫ال ال ُّد ْنيَا َمتَا‬ َ ِ ‫وان َرسُول هَّللا‬
َّ ‫ِّث ع َْن َع ْب ِدهَّللا ِ ب ِْن َع ْم ٍر‬ ُ ‫ي يُ َحد‬ َّ ِ‫َس ِم َع َأبَا َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن ْال ُحبُل‬
‫اال َمرْ َأةُ الصَّالِ َحة‬ ْ َ‫َاع ال ُّد ْني‬
ِ ‫َو َخ ْي ُر َمت‬
“Dunia adalah hiasan, dan sebaik-baik hiasan dunia adalah wanita Sholehah”(Al-Hadist riwayat
muslim)
b) Menikahi wanita yang belum pernah menikah

‫ت َيا َج ِاب ُر‬ َ ِ ‫َح َّد َث َنا قُ َت ْي َب ُة َح َّد َث َنا ُس ْف َيانُ َأ ْخ َب َر َنا َع ْمرٌو َعنْ َج ِاب ٍر َقال َقا َل لِي َرسُو ُل هَّللا‬
َ ْ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َه ْل َن َكح‬
‫ت َيا َرسُو َل هَّللا ِ ِإنَّ َأ ِبي قُ ِت َل َي ْو َم ُأ ُح ٍد‬ َ ‫ار َي ًة تُاَل عِ ب‬
ُ ‫ُك قُ ْل‬ ُ ‫ت َن َع ْم َقا َل َم َاذا َأ ِب ْكرً ا َأ ْم َث ِّيبًا قُ ْل‬
ِ ‫ت اَل َب ْل َث ِّيبًا َقا َل َف َهاَّل َج‬ ُ ‫قُ ْل‬

4
https://studipemikiranquranhadist.wordpress.com/2013/12/10/15/#_ftn3

3
ُ ‫ش‬
َّ‫طهُن‬ َ ْ‫ار َي ًة َخرْ َقا َء م ِْثلَهُنَّ َولَكِن‬
ُ ْ‫امْرَأ ًة َتم‬ ‫ت َف َكرهْ ُ َأ َأ‬
ِ ‫ت نْ جْ َم َع ِإلَي ِْهنَّ َج‬
‫َأ‬
ِ ٍ ‫ت ُكنَّ لِي تِسْ َع َخ َوا‬
ٍ ‫ك تِسْ َع َب َنا‬ َ ‫َو َت َر‬
َ ‫َو َتقُو ُم َعلَي ِْهنَّ َقا َل َأ‬
َ ‫صب‬
‫ْت‬
“Di ceritakan kepada kami Qutaibah, diceritakan kepada kami Sufyan, mengabarkan kepada
kami ‘Amru dari Jabir berkata, bahwa Rasululloh saw berkata : “ Apakah kamu baru menikah
wahai jabir? Saya menjawab: ya Ya Rasulalloh.
Rosulloh berkata : Perawan atau janda?
Saya menjawab : janda
Beliau berkata : Alangkah baiknya kamu menikahi perawan, kamu dapat bermain-main
bersamanya?
Saya menjawab : Mereka, bagiku adalah merupakan saudara. Jadi saya khawatir terjadi campur
antara aku dan mereka. (HR. Imam Bukhori)5
c) Cantik parasnya

‫ص َدقَةُ بْنُ خَالِ ٍد َح َّدثَنَا ع ُْث َمانُ بْنُ َأبِي ْال َعاتِ َك ِة ع َْن َعلِ ِّي ب ِْن يَ ِزي َد ع َْن ْالقَا ِس ِم ع َْن َأبِي‬ َ ‫ار َح َّدثَنَا‬ ٍ ‫َح َّدثَنَا ِه َشا ُم بْنُ َع َّم‬
‫صالِ َح ٍة‬َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأنَّهُ َكانَ يَقُو ُل َما ا ْستَفَا َد ْال ُمْؤ ِمنُ بَ ْع َد تَ ْق َوى هَّللا ِ خَ ْيرًا لَهُ ِم ْن زَ وْ َج ٍة‬َ ‫ُأ َما َمةع َْن النَّبِ ِّي‬
‫َص َح ْتهُ فِي نَ ْف ِسهَا َو َمالِه‬
َ ‫َاب َع ْنهَا ن‬ َ ‫ِإ ْن َأ َم َرهَا َأطَا َع ْتهُ َوِإ ْن نَظَ َر ِإلَ ْيهَا َس َّر ْتهُ َوِإ ْن َأ ْق َس َم َعلَ ْيهَا َأبَ َّر ْتهُ َوِإ ْن غ‬
”Tidak ada keberuntungan bagi seorang mukmin setelah bertaqwa kepada Alloh kecuali
memiliki seorang istri yang Sholih. Yang bila disuruh, menurut dan bila di pandang
menyenangkan, dan bila janji menepati, dan bila ditinggal pergi bisa menjaga diri dan harta
suaminya.” (HR. Ibnu Majah)6

LARANGAN MENIKAH

“Nikahilah wanita-wanita (lainnya)yang kalian senangi, dua, tiga atau empat.”  


Syekh Kamil Muhammad Uwaidah dalam kitabnya Fiqih Wanita menyampaikan, meski
menikah merupakan bagian dari syariat, namun Allah dan Rasulnya melarang pernikahan dalam
lima kondisi. Di antaranya nikah syighar, nikah mut'ah, nikah dengan wanita belum idah, nikah
muhallil, nikah dengan yang menjalankan ihram.
a) Nikah syighar
Syekh Kamil menjelaskan nikah syighar yaitu, seseorang menikahkan anak perempuannya
dengan syarat orang yang menikahi anaknya itu juga menikahkan Putri yang ia miliki
dengannya. Baik itu dengan memberikan mas kawin bagi keduanya maupun salah satu darinya
saja atau tidak memberikan mas kawin sama sekali.

5
Maktabas Tsamilah
6
Abdul Ghalib Ahmad Isa, Perkawinan Islam (pustaka Mantiq) hlm 39
4
‫ َوال ِّش َغا ُر َأنْ َيقُو َل‬، ‫ار‬
ِ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َع ِن ال ِّش َغ‬ ِ ‫ " َن َهى َرسُو ُل‬: ‫ َقا َل‬، ‫َعنْ َأ ِبي ه َُري َْر َة رضي هللا عنه‬
َ ‫هللا‬
‫ُك ُأ ْختِي‬ ^َ ‫ك َوُأ َزوِّ ج‬ َ ‫ َأ ْو َزوِّ جْ ِني^ ُأ ْخ َت‬، ‫ك ا ْب َنتِي‬
َ ‫ك َوُأ َزوِّ ُج‬
َ ‫ َزوِّ جْ نِي ا ْب َن َت‬: ‫الرَّ ُج ُل لِلرَّ ج ُِل‬  
Artinya : Rasulullah SAW melarang pelaksanaan nikah syighar. "Nikah syighar itu
adalah seorang laki-laki mengatakan kepada laki-laki lain: nikahkan aku dengan putraimu maka
aku akan menikahkan kamu dengan putriku. Atau nikahkan aku dengan saudara perempuanmu
maka aku akan menikahkan kamu dengan saudara perempuanku.”  (HR  Muslim).
b) Nikah mut`ah
Ibnu Hazm mengatakan, nikah Mut'ah adalah nikah dengan batasan waktu tertentu dan hal
ini dilarang dalam Islam. Nikah mut'ah ini pernah diperbolehkan pada masa Rasulullah dan
kemudian Allah menghapuskannya melalui lisan Rasul-nya untuk selamanya sampai hari kiamat
kelak. 
Dari Ali bin Abi Thalib RA berkata, "Rasulullah SAW melarang nikah Mut'ah dan juga
daging keledai peliharaan pada masa perang khabir."7  
c) Menikahi wanita sedang iddah
Baik karena perceraian maupun karena kematian suaminya. Syekh Kamil mengatakan, jika
menikahinya sebelum masa iddahnya selesai, maka nikahnya dianggap batal, baik sudah
berhubungan badan maupun belum atau sudah berjalan lama maupunu pun belum. Di samping
itu, tidak ada warisan di antara keduanya dan tidak ada kewajiban memberikan nafkah serta
mahar bagiku wanita tersebut darinya.  
"Jika salah satu dari keduanya telah mengetahui akan adanya larangan nikah tersebut, maka
diberlakukan kepadanya had atau hukuman atas orang yang berzina, yaitu rajam," katanya.
d) Nikah muhallil
Yaitu wanita Muslim yang sudah ditalak tiga kali oleh suaminya dan suami diharamkan
untuk kembali lagi kepadanya. Hal ini didasarkan pada firman Allah surat Al Baqarah ayat 230: 

ُ‫ۗ فَِإ ْن طَلَّقَهَا فَاَل تَ ِحلُّ لَهُ ِم ْن بَ ْع ُد َحتَّ ٰى تَ ْن ِك َح زَ وْ جًا َغي َْره‬ 
"Jika suami telah menthalaknya (sesudah dijatuhkan talak yang kedua), maka perempuan itu
tidaklah lagi halal baginya, hingga ia menikahi laki-laki lain."
Syekh Kamil menegaskan, apabila sang suami menyuruh orang lain untuk menikahi istri
yang sudah dithalak tiga kali, dengan maksud suami pertama dapat menikahi wanita itu kembali,
maka pernikahan seperti ini sama sekali tidak dibenarkan. Hal ini didasarkan pada riwayat Ibnu
Mas'ud: Rasulullah melaknat muhallil dan muhallal lahu (HR. Abu Dawud Ibnu Majah dan
Tirmidzi)
e) Nikahnya orang ihram

7
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/dr-marzuki-mag/Dr.%20Marzuki,%20M.Ag_.%20Memahami
%20Hukum%20Nikah%20Mut'ah.pdf

5
Yaitu apabila seorang melaksanakan pernikahan ketika ia sedang menunaikan ibadah Islam
baik dalam Haji maupun umrah melakukan tahallul maka pernikahan semacam ini dianggap
batal. 
Jika ingin menikah maka hendaklah ia melakukannya setelah menyelesaikan ibadah haji atau
umrohnya.  Sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW:
(( ْ‫ وال يَ ْخطُب‬، ْ‫ وال يُن ِكح‬،‫ح ال ُمحْ ِر ُم‬
ِ ‫))ال يَن ِك‬
"Seorang yang sedang berihram tidak boleh menikah dan tidak boleh dinikahkan dan tidak
boleh meminang." (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi).  Dengan pengertian lain
apabila dilakukan maka pernikahan tersebut tidak sah. 

6
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Dari makalah di atas, dapat disimpulkan bahwa menikah adalah anjuran nabi SAW.
Banyak hikmah yang dipetik dari ikatan perkawinan. Namun, banyak faktor pula yang
menjadikan pernikahan berjalan dengan indah sehingga terjalinnya keluarga yang sakinah,
mawaddah dan rahmah. Salah satu yang mempengaruhinya adalah tergantung dalam memilih
jodoh. Banyak hadits-hadits yang berkaitan dalam memilih jodoh dan yang paling terkenal
adalah hadits tentang empat kriteria memilih pasangan hidup yang ideal yaitu karena
hartanya, karena nasabnya, karena kecantikannya, dan karena agamanya, dan sebaik-baik
pilihan adalah yang baik agamanya. Walaupun masih banyak kriteria yang lainnya untuk
menghindari dari penyesalan.
Tetapi tidak semua cara pernikahan di bolehkan dalam islam. Seperti halnya nikah
syighar, nikah mut`ah, nikah dengan wanita sedang haid,nikah muhallil, dan nikahnya orang
yang sedang ihram.

7
DAFTAR PUSTAKA

http://jurnal.upi.edu/file/05_PERNIKAHAN_DALAM_ISLAM_-_Wahyu.pdf
https://studipemikiranquranhadist.wordpress.com/2013/12/10/15/#_ftn3
Abdul Ghalib Ahmad Isa, Perkawinan Islam (pustaka Mantiq) hlm 39
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/dr-marzuki-
mag/Dr.%20Marzuki,%20M.Ag_.%20Memahami%20Hukum%20Nikah%20Mut'ah.pdf

Anda mungkin juga menyukai