Anda di halaman 1dari 14

HADITS TENTANG KEUTAMAAN MENIKAH DAN LARANGAN

MEMBUJANG

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadits

Disusun oleh :
Kelompok 6
Affan Dzaki Maulana 33010220052
Muhammad Aan F U 33010220059
Afifah Khila Fauziyah 33010220065

Dibimbing oleh :
Andi Luqmanul Qosim Lc, M.Pd.I

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA
SALATIGA
2023

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa


memberikan rahmat serta hidayahnya berupa kesehatan jasmani maupun rohani
sehingga kami masih bisa merasakan betapa nikmatnya iman, islam dan ihsan.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan atas junjungan Nabi
Muhammad SAW yang telah menuntun seluruh umat manusia dari zaman yang
penuh dengan kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan
dengan risalahnya yakni agama islam.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari adanya banyak kekurangan
dalam pembuatan Makalah ini, namun penulis sangat bersyukur atas terselesainya
Makalah ini dengan izin Allah SWT.
Tentunya tidak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan penyusun ini,
sehingga kritik dan saran yang membangun di harapkan demi kebaikan pada masa
mendatang karena kami yakin sesuatu yang ada di dunia ini tidak lepas dari suatu
kesalahan, untuk itu kami meminta maaf atas kata-kata yang tidak berkenan di
hati para pembaca.
Semoga Makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan penyusun
khususnya.

Salatiga, 25 Maret 2023

Penyusun

2i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 1
C. Tujuan Penelitian..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 3
A. Lafadz Hadits Keutamaan Menikah...................................................... 3
B. Menikah dan Hukumnya......................................................................... 4
C. Keutamaan dan Hikmah Menikah......................................................... 5
D. Larangan Membujang............................................................................. 8
BAB III PENUTUPAN.......................................................................................... 10
A. Kesimpulan............................................................................................... 10
B. Saran.......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 11

ii
3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam memandang pria dan wanita diciptakan berbeda untuk saling
melengkapi. Perbedaan jenis kelamin tidak berkaitan dengan tinggi rendahnya
martabat seseorang karena dalam islam kemuliaan manusia terletak pada amal
perbuatan dan ketaqwaan.
Dalam perbedaan tersebut manusia diciptakan untuk saling mengenal,
hidup berpasang-pasangan dan saling melengkapi satu sama lainya, yang
terjalin dalam ikatan suatu pernikahan. pernikahan bagi umat Islam adalah
sesuatu yang sangat sakral dan mempunyai tujuan yang tidak bisa terlepas dari
ketentuan-ketentuan syari’at agama.
Pernikahan merupakan perbuatan sunnah yang paling dianjurkan. Ia juga
sunnah rasul disepanjang masa. Tetapi, hukum pernikahan bisa menjadi wajib
bagi orang yang mampu melakukannya jika ia khawatir dirinya akan berzina.
Zina adalah perbuatan haram, kerena itu jika zina hanya bisa dihindari dengan
jalan menikah, maka menikah pun wajib hukumnya. Jika zina merupakan hal
yang ditakutkan maka jika sudah mampu segerakanlah untuk menikah, keadaan
ekonomi bukanlah penghalang jika mau berusaha maka rezeki Allah terdapat
dimana-dimana, melihat fenomena ini, maka makhruh hukumnya bagi
seseorang untuk membujang.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana lafadz hadis tentang keutamaan menikah dan larangan
membujang?
2. Apa pengertian menikah dan bagaimana hukumnya?
3. Apa keutamaan menikah dan hikmahnya?
4. Apa yang dimaksud dengan larangan membujang?

14
C. Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan lafadz hadis tentang keutamaan menikah dan larangan
membujang.
2. Menjelaskan pengertian menikah dan hukumnya.
3. Menjelaskan keutamaan menikah dan hikmahnya.
4. Menjelaskan larangan membujang.

52
BAB II
PEMBAHASAN

A. Lafadz Hadis Tentang Keutamaan dan Larangan Membujang


‫ِا‬ ‫ِم‬
‫ َف َّنُه‬، ‫ َيا َمْع َش َر الَّش َباِب َم ِن اْسَتَطاَع ْنُك ُم ْالَباَءَة َفْلَيَتَز َّو ْج‬:‫ َقاَل َرُسْو ُل اِهلل ص‬: ‫َعِن اْبِن َمْسُعْو ٍد َقاَل‬

‫َاَغُّض ِلْلَبَص ِر َو َاْحَص ُن ِلْلَف ْر ِج َو َمْن َلْم َيْس َتِط ْع َفَعَلْيِه ِبالَّص ْو ِم َفِاَّنُه َلُه ِو َج اٌء مَّتَف ق عَلي‬

Artinya : Dari Abdullah bin Mas’ud RA., Rasulullah pernah berkata


kepada kami: “Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian yang mampu
untuk menikah, maka hendaknya ia segera menikah. Karena menikah itu akan
lebih menundukkan pandangan dan lebih membentengi kemaluan. Dan barang
siapa yang belum sanggup untuk menikah, hendaknya ia berpuasa. Karena itu
merupakan benteng baginya.” [HR. Imam Bukhari dan Muslim]
Dalam memahami sebuah hadits perlu untuk mengetahui perawi yang
meriwayatkannya agar bisa mengetahui tingkatan hadits tersebut, maka disini
kami akan sedikit memaparkan tentang beliau yang meriwayatkan.
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Ghafil bin Syamakh bin Fa’i bin
makhzum bin Sahilah bin Kahil bin al-Haris bin Tamim bin Sa’ad bin Huzail
bin Mas’ud, dan akrab juga dipanggil dengan Abu Abdurrahman yang
dihubungkan dengan nama ayahnya. Ia juga dipanggil dengan nama Ibn Umm
‘Abd (Umm Abdillah binti Abu Daud).
Beliau adalah salah satu dari enam teman pertama yang masuk Islam dan
dua kali berimigrasi ke Abyssinia. Selanjutnya, ia juga menyaksikan semua
perang dengan Nabi SAW termasuk Perang Badar dan dilaporkan bahwa ia
berhasil membunuh Abu Jahal.
Ibnu Mas’ud adalah seorang ahli fiqih dengan wawasannya yang luas,
pengetahuan yang luas dan keluasan pendapat memungkinkannya untuk
menyajikan hukum Islam sesuai dengan kebutuhan zaman.
Selain memiliki pandangan yang luas tentang hukum Islam, ia terkenal
karena kecerdasan dan kefasihannya dalam membaca Al-Qur’an, dan seperti
yang diakui oleh Nabi, kedamaian akan datang kepadanya. Dia pernah berkata:

63
“Barangsiapa ingin membaca Al-Qur’an persis seperti yang telah diturunkan
oleh Allah, bacalah sebagai Ibn Umm ‘Abd (Abdullah ibn Mas’ud).
Di bidang perwayatan hadits, ia meriwayatkan banyak hadits dari Umar dan
Sa’ad ibn Mu’adz, dan banyak hadist tentang dia diriwayatkan oleh Anas ibn Malik
(w. 93 H/712 M), Jabir bin Abd Allah, Abu Musa al-Asy’ari, Al-Qamah, Masruq,
Syuraih al-Qadhi, dan lain-lain. Jumlah total hadits yang diceritakan olehnya dalam
kitab Sahih Bukhari adalah 848 hadist.1

B. Pengertian Menikah dan Hukumnya


Kata “nikah (‫ ”)نكاح‬terdapat dalam bahasa Arab yang berasal dari akar
kata na-ka-ha, yang dalam bahasa Indonesia kawin atau perkawinan. Kata
kawin adalah terjemahan dari kata nikah dalam bahasa Indonesia. Kata
menikahi berarti mengawini, dan menikahkan sama dengan mengawinkan yang
berarti menjadikan bersuami atau beristri. Dengan demikian istilah pernikahan
mempunyai arti yang sama dengan perkawinan. Dalam fiqih Islam perkataan
yang sering dipakai adalah nikah atau zawaj.
Perkawinan merupakan bagian dari ajaran agama Islam. Barang siapa yang
menghindari perkawinan, berarti dia telah meninggalkan sebagian dari ajaran
agamanya. Perkawinan menurut Hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad
yang sangat kuat untuk mentaati perintah Allah SWT dan melaksanakannya
merupakan ibadah. Perkawinan bertujuan untuk menciptakan kehidupan yang
sakinah, mawaddah dan rahmah.2
Pada dasarnya menikah itu hukumnya sunnah yang dianjurkan akan tetapi
hukumnya bisa berubah pada kondisi tertentu. Berikut penjelasannya:
1. Wajib
Seseorang bisa diwajibkan menikah tatkala hasratnya untuk menikah
sudah muncul dan sudah sulit baginya menghindari zina, serta bagi mereka
yang secara finansial sudah berkemampuan.
1
Enol Writer, Riwayat Hidup Abdullah Ibnu Mas’ud (594 M), Sahabat Nabi yang
Meriwayatkan Hadits Sebanyak 848. https://surau.co/biografi-abdullah-ibnu-masud-594-
m-sahabat-nabi/, di akses pada tanggal 25 Maret 2023
2
Hikmatullah, Fiqh Munakahat Pernikahan dalam Islam, Jakarta Timur : EDU
PUSTAKA, 2021, Hlm. 17-21.

47
2. Sunnah dan Mubah
Menikah bisa menjadi sekedar sunnah saja hukumnya, hal ini berlaku
jika seseorang sudah mampu namun belum merasa takut jatuh kepada zina.
Dimubahkan juga bagi seseorang untuk menikah tatkala tidak ada hal
apapun yang menuntutnyauntuk menikah dari segi finansial, biologis, dan
usia, dan terhindar dari kemungkinan terjadinya kedhaliman.
3. Makruh
Bagi orang yang tidak punya penghasilan sama sekali dan tidak
sempurna kemampuan untuk berhubungan seksual dan lemah syahwat,
hukumnya makruh bila menikah.
4. Haram
Hukum haram dalam pernikahan bisa muncul dikarenakan banyak hal,
diantaranya adalah jika seseorang tidak mampu secara finansial dan sangat
besar kemungkinannya tidak bisa menafkahi keluarganya kelak.3

C. Keutamaan Menikah dan Hikmahnya


Keutamaan menikah dalam Islam sangat penting dipahami oleh umat
Islam. Pasalnya, pernikahan dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk hidup
bersama di dunia, namun juga menyiapkan kehidupan di akhirat nanti.
Pernikahan bahkan dapat membuat hidup seseorang berubah menjadi lebih
baik bila dijalani dengan mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW. Menikah
juga membuat seorang muslim terhindar dari hal-hal yang dilarang oleh Allah
SWT, keutamaan menikah dalam Islam bukan hanya untuk menjauhkan
seorang muslim dari perbuatan maksiat saja. Rasulullah SAW dalam sebuah
hadis bersabda:
"Wahai para pemuda, jika kalian telah mampu, maka menikahlah.
Sungguh menikah itu lebih menentramkan mata dan kelamin. Bagi yang belum
mampu, maka berpuasalah karena puasa bisa menjadi tameng baginya." (HR.
Bukhari No. 4779).
3
Firman Arifani, Serial Hadist Nikah 1 : Anjuran Menikah & Mencari Pasangan, Jakarta
Selatan : Rumah Fiqih Publishing, 2018, Hlm. 12-13.
1. Penyempurna Agama

5
8
Keutamaan menikah dalam Islam yang pertama yaitu sebagai
penyempurna agama. Menikah merupakan salah satu cara untuk
menyempurnakan agama. Dengan menikah, maka separuh agama telah
terpenuhi. Jadi salah satu keutamaan menikah ialah penyempurnakan agama
yang belum terpenuhi agar semakin kuat seorang muslim dalam beribadah.
Nabi Muhammaf SAW bersabda:
"Apabila seorang hamba menikah maka telah sempurna separuh
agamanya, maka takutlah kepada Allah SWT untuk separuh sisanya" (HR.
Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman).
2. Menjaga Diri dari Hal-Hal yang Dilarang Agama
Dalam Islam, menikah merupakan hal yang mulia, karena pernikahan
merupakan sebuah jalan yang paling bermanfaat dalam menjaga kehormatan
diri serta terhindar dari hal-hal yang dilarang oleh agama.
Keutamaan menikah dalam Islam ialah untuk menundukkan pandangan
serta membentengi diri dari perbuatan keji dan kotor yang dapat
merendahkan martabat seseorang. Dalam Islam, sebuah pernikahan akan
memelihara serta melindungi dari kerusakan serta kekacauan yang ada di
masyarakat.
3. Melaksanakan Sunnah Rasul
Keutamaan menikah dalam Islam selanjutnya adalah melaksanakan
sunah rasul, sebagai panutan dalam menjalani kehidupan. Sebagai seorang
muslim tentu saja kita memiliki panutan dalam menjalankan kehidupan
sehari-hari. Pernikahan merupakan salah satu sunah dari Rasulullah. Hal ini
senada dengan sabda Nabi Muhammad SAW berikut:
Artinya: "Dari Aisyah r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda,
“Menikah itu termasuk dari sunahku, siapa yang tidak mengamalkan
sunahku, maka ia tidak mengikuti jalanku. Menikahlah, karena sungguh aku
membanggakan kalian atas umat-umat yang lainnya, siapa yang mempunyai
kekayaan, maka menikahlah, dan siapa yang tidak mampu maka hendaklah
ia berpuasa, karena sungguh puasa itu tameng baginya.” HR. Ibnu Majah.
4. Menjadi Pasangan yang Bertakwa

6
9
Pernikahan mampu menciptakan insan bertakwa yang akan
memperjuangkan nilai-nilai kebaikan bersama. Dalam Al-Quran terdapat
doa yang menggambarkan setiap pasangan ingin memiliki keluarga yang
diharapkan. Berikut artinya:
"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan
keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam
bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Furqon ayat 74).
5. Membangun Generasi Beriman
Keutamaan menikah dalam Islam berikutnya ialah membangun generasi
beriman. Pasalnya membangun rumah tangga islam yang harmonis, sudah
turut serta membangun generasi muslim yang beriman agar tidak terjadi
kepunahan. Hal ini hanya bisa dicapai melalui pernikahan yang sesuai
dengan syariat agama Islam. Sebagaimana dalam salah satu surah Al-Quran
berikut, artinya:
“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti
mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan
mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka.
Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. At-Thur
ayat 21).4
Mengenai hikmah pernikahan, sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari
tujuannya dan sangat berkaitan erat dengan tujuan diciptakannya manusia di
muka bumi ini. Al-Jurjawi menjelaskan bahwa Tuhan menciptakan manusia
dengan tujuan memakmurkan bumi, di mana segala isinya diciptakan untuk
kepentingan manusia.
1. Memenuhi tuntutan fitrah
Manusia diciptakan oleh Allah dengan memiliki insting untuk tertarik
dengan lawan jenisnya. Laki-laki tertarik dengan wanita dan sebaliknya.

4
Husnul Abid, 5 Keutamaan Menikah dalam Islam yang Perlu Dipahami Muslim.
https://www.liputan6.com/hot/read/4957391/5-keutamaan-menikah-dalam-islam-yang-
perlu-dipahami-muslim, di akses pada tanggal 25 Maret 2023.

7
10
Ketertarikan dengan lawan jenis merupakan sebuah fitrah yang telah
Allah letakkan pada manusia. Islam adalah agama fitrah, sehingga akan
memenuhi tuntutan-tuntutan fitrah; ini bertujuan agar hukum Islam dapat
dilaksanakan manusia dengan mudah dan tanpa paksaan. Oleh karena itulah,
pernikahan disyari’atkan dalam Islam dengan tujuan untuk memenuhi fitrah
manusia yang cenderung untuk tertarik dengan lawan jenisnya. Islam tidak
menghalangi dan menutupi keinginan ini, bahkan Islam melarang kehidupan
para pendeta yang menolak pernikahan ataupun membujang.
2. Mewujudkan ketenangan jiwa dan kemantapan batin
Salah satu hikmah pernikahan yang penting adalah adanya ketenangan
jiwa dengan terciptanya perasaanperasaan cinta dan kasih. Dengan
melakukan perkawinan, manusia akan mendapatkan kepuasan jasmaniah
dan rohaniah. Yaitu kasih sayang, ketenangan, ketenteraman dan
kebahagiaan hidup.
3. Menghindari dekadensi moral
Allah telah menganugrahi manusia dengan berbagai nikmat, salah
satunya insting untuk melakukan relasi seksual. Akan tetapi insting ini akan
berakibat negative jika tidak diberi batasan untuk membatasinya, karena
nafsunya akan berusaha untuk memenuhi insting tersebut dengan cara yang
terlarang. Akibat yang timbul adalah adanya dekadensi moral, karena
banyaknya perilaku-perilaku menyimpang seperti perzinaan, kumpul kebo
dan lain-lain.51

D. Larangan Membujang
Membujang menurut bahasa arab yaitu Tabattul memutuskan diri untuk
tidak menikah dan menjadi segala hal yang bersangkutan dengannya.
Membujang adalah menjadi orang yang belum atau tidak mau kawin."
Islam melarang hidup membujang, yaitu enggan nikah dengan maksud
untuk tekun ibadah, menjauhkan diri dari kesenangan dunia dan
15
Ahmad Atabik, “Pernikahan dan Hikmahnya Perspektif Hukum Islam”, YUDISIA, Vol.
5, No. 2, (Desember 2014), hlm. 307-308.

811
menghindarkan diri dari kewajiban mengasuh anak dan sebagaimana yang
telah dijelaskan diatas bahwa menikah adalah sunnah Rasulullah SAW dan kita
sebagai kaum muslimin wajib mentaati perintahnya dan meninggalkan
larangannya. Sebagaimana Hadits Nabi :
Artinya:
"Dari Abu Hurairah Abdurrahman Bin Sakhr Ra., dia berkata: saya
mendengar Rasulullah saw. Bersabda: "apa yang aku larang hendaklah kalian
menghindarinya, dan apa yang aku perintahkan hendaklah kalian laksanakan
semampu kalian. Sekali- kali kehancuran orang-orang sebelum kalian adalah
karena banyaknya pertanyaan mereka (yang tidak berguna) dan penentangan
mereka terhadap nabi-nabi mereka. "(HR. Muslim)"
Dari hadist ini telah di jelaskan untuk meninggalkan apa yang dilarang
rasul dan melaksanakan apa yang diperintahkan beliau untuk menghindari
kehancuran. Dan didalam hadist nabi juga banyak di jelaskan bahwa
Rasulullah telah melarang umatnya untuk tabattul atau memutuskan diri dari
pernikahan, sebaiknya kita sebagai umat Rasul di perintahkan untuk
meninggalkan apa yang dilarang oleh Rasulullah dan mengutamakan amar
ma'ruf nahi mungkar.62

BAB III
PENUTUP

26
Fadilatul Ilmi, Skripsi: Perilaku Membujang di Desa Gunung Sahlah Kecamatan
Gunung Sahlan Kabupaten Kampar Ditinjau Menurut Hukum Islam, (PekanBaru: UIN
Sultan Syarif Kasim, 2019), hlm 36-39. 9

12
A. Kesimpulan
Jadi dalam pembahasan di atas dijelaskan bahwa lebih baik menikah jika
sudah mampu secara lahir batin dan jangan membujang. Pernikahan
merupakan perbuatan sunnah yang paling dianjurkan. Ia juga sunnah rasul
disepanjang masa. Tetapi, hukum pernikahan bisa menjadi wajib bagi orang
yang mampu melakukannya jika ia khawatir dirinya akan berzina. Zina adalah
perbuatan haram, karena itu jika zina hanya bisa dihindari dengan jalan
menikah, maka menikahpun wajib hukumnya.
Keutamaan menikah juga banyak seperti menyempurnakan agama,
mengikuti sunnah Rasul, terhindar dari perbuatan yang bisa menjerumuskan ke
zina, menjadi pasangan yang bertakwa dan membangun generasi yang
beriman.
B. Saran
Kepada seluruh pembaca yang budiman, dalam penulisan makalah ini
tentunya tak luput dari masalah kesalahan yang dalam penulisan maupun
penjelasan, oleh karena itu kami selaku penulis memohon maaf atas segala
kesalahan karena kebenaran mutlak hanyalah milik Allah SWT.
Terakhir setelah pembaca sekalian memahami isi dari makalah ini kami
selaku penulis berpesan agar jangan mendekati zina karena perbuatan tersebut
merupakan perbuatan yang tercela dan tidak ada dalil yang membenarkan
perbuatan tersebut.

10

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdi, Husnul. 5 Keutamaan Menikah dalam Islam yang Perlu Dipahami Muslim.
https://www.liputan6.com/hot/read/4957391/5-keutamaan-menikah-dalam-
islam-yang-perlu-dipahami-muslim.
Arifani, Firman. 2018. Serial Hadist Nikah 1 : Anjuran Menikah & Mencari
Pasangan. Jakarta Selatan : Rumah Fiqih Publishing.
Atabik, Ahmad. “Pernikahan dan Hikmahnya Perspektif Hukum Islam”,
YUDISIA, Vol. 5, No. 2, Desember 2014.
Hikmatullah. 2021. Fiqh Munakahat Pernikahan dalam Islam. Jakarta Timur :
EDU PUSTAKA.
Ilmi, Fadilatul. 2019. Skripsi: Perilaku Membujang di Desa Gunung Sahlah
Kecamatan Gunung Sahlan Kabupaten Kampar Ditinjau Menurut Hukum
Islam. PekanBaru : UIN Sultan Syarif Kasim.
Writer, Enol. Riwayat Hidup Abdullah Ibnu Mas’ud (594 M), Sahabat Nabi yang
Meriwayatkan Hadits Sebanyak 848. https://surau.co/biografi-abdullah-
ibnu-masud-594-m-sahabat-nabi/.

11
14

Anda mungkin juga menyukai