Disusun Oleh:
Kelompok 6
1. Luky Puji Astuti 22108040015
2. Bagus Edgar Pradipta R. 22108040030
3. Muhammad Syahrul A.S. 22108040031
i
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat
berkah, serta karunianya sehingga kami mendapatkan kesempatan untuk menuntut ilmu di
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang InsyaAllah membawa berkah
kepada kami yang menuntut ilmu di dalamnya. Amin.
Sholawat serta salam tetap kita curah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad SAW yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga kelompok kami
dapat menyusun makalah ini dengan sebaik mungkin. Ucapan terima kasih kami sampaikan
kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam proses penyusunan makalah yang
berjudul “Pernikahan Anjing Beradat Jawa: Antara Konflik Kebudayaan Dan Kearifan”,
Khususnya kepada Dosen pengampu mata kuliah Islam dan Ilmu Sosial Humaniora yang
senantiasa dengan sabar dan ikhlas dalam membimbing kami.
Dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun konstruktif dari semua pembaca, karena kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini terdapat beberapa kekurangan di dalamnya. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Amiin ya
Robbal Alamin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
I. 1 Latar Belakang.............................................................................................................1
I. 2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
I. 3 Tujuan Makalah...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1 Syarat dan Ketentuan Pernikahan dalam Islam................................................................3
2.2 Adat Istiadat Pernikahan Adat Jawa.................................................................................4
2.3 Kontroversi Pernikahan Anjing Adat Jawa......................................................................7
BAB III PENUTUP.................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
َوِم ْن ٰا ٰي ِتٖٓه َاْن َخ َلَق َلُك ْم ِّم ْن َاْنُفِس ُك ْم َاْز َو اًجا ِّلَتْس ُك ُنْٓو ا ِاَلْيَها َو َجَعَل َبْيَنُك ْم َّمَو َّد ًة َّوَر ْح َم ًةۗ ِاَّن ِفْي ٰذ ِلَك ٰاَل ٰي ٍت ِّلَقْو ٍم
َّيَتَفَّك ُرْو َن
"Wahai para pemuda, siapa saja di antara kalian yang sudah mampu
menanggung nafkah, hendaknya dia menikah. Karena menikah lebih
mampu menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Sementara siapa
saja yang tidak mampu maka hendaknya ia berpuasa karena puasa bisa
menjadi tameng syahwat baginya." (HR. Bukhari, Muslim)
B. Hukum Pernikahan
Berdasarkan syariat islam dan tuntunan cara pernikahan yang benar
maka hukum pernikahan dapat digolongkan dalam lima kategori yaitu
wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah.2 Hukum pernikahan tersebut
dikategorikan berdasarkan keadaan dan kemampuan seseorang untuk
menikah. Sebagaimana dijabarkan dalam penjelasan berikut ini :
1. Wajib
2. Sunnah
3. Haram
4. Makruh
5. Mubah
1. Nontoni
Nontoni adalah suatu upaya dari pihak calon pengantin laki-laki untuk
mengenal calon pengantin perempuan. Tujuan nontoni adalah untuk lebih
mengenal orang yang akan dijadikan istri.
2. Tangeran (Peningsinten)
Apabila jeda antara lamaran dengan hari pernikahan masih lama, biasanya
diadakan acara tangeran atau pertunangan. Pertunangan ini bertujuan untuk
mengikat kedua belah pihak agar tidak terpikat pada orang lain.
3. Nglamar (Lamaran)
5
Hidayah Jaya Riswanda dkk, Pernikahan Adat Jawa Perspektif Hukum Islam, Jurnal Ilmiah
Hukum Keluarga Islam, Volume 4 No.1 (2019) hlm. 208
6
Gesta Bayuandhy. Tradisi Tradisi Adiluhung Para Leluhur Jawa. (Yogyakarta: Dipta 2019). hlm.
60-62
Lamaran ialah pihak orang tua laki – laki mengirim utusan kepada orang
tua pengantin perempuan untuk melamar. Jika orang tua kedua calon
pengantin menyetujui lamaran perkawinan. Biasanya orang tua perempuan
yang akan mengurus dan mempersiapkan acara pernikahan.
4. Gethak dina
Gethak dina adalah penentuan hari ijab kabul dan resepsi pernikahan.
Dalam masyarakat Jawa, gethak dina ditentukan oleh sesepuh atau orang yang
ahli dan mengetahui tentang penanggalan Jawa.
5. Siraman
6. Midodareni
7. Srah Srahan
Srah Srahan dilaksanakan disaat kedua keluarga menyetujui
pernikahan. Maka, mereka akan menjadi besan dan keluarga dari
pengantin laki – laki akan berkunjung kerumah keluarga pengantin
perempuan dengan membawa hadiah.
8. Upacara Ijab Qabul
Ijab Qabul merupakan rukun dari pernikahan yang paling sakral dimana
pada prosesi tersebut terjadi penyerahan tanggung jawab kedua orang tua
pengantin perempuan kepada pengantin laki – laki.
Midhak endok dilakukan oleh pengantin laki – laki menginjak telur tanpa
alas kaki sampai pecah. Prosesi ini mempunyai makna bahwa pengantin pria
benar-benar siap untuk menjalin rumah tangga.
Sikepan Sidur yakni kedua pengantin akan disikep atau dililit dengan
sebuah kain atau sindur oleh kedua orang tua mempelai. Sikepan sidur
mempunyai makna bahwa kedua orang tua mempelai menuntun anaknya ke
arah kebaikan.
7
Septiyani Dwi Kurniasih, Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Upacara Panggih Penganten
Banyumasan, Jurnal Penelitian Islam, Volume 19, No. 1 (2018). Hlm. 130
8
Dyan Parwanto, Pernikahan Anjing Secara Adat Jawa, Pelecehan Budaya Bangsa,
https://rri.co.id/yogyakarta/daerah/293453/pernikahan-anjing-secara-adat-jawa-pelecehan-
budaya-bangsa, diakses pada 28 Oktober 2023
Pernikahan adat Jawa memiliki banyak makna yang melibatkan unsur-
unsur keagamaan dan spiritual yang mendalam. Dalam hal ini, pernikahan
hewan menggunakan adat Jawa dinilai tidak lazim dan bertentangan dengan
nilai dan makna yang mendalam dari pernikahan adat Jawa dalam budaya
Jawa.
Pernikahan hewan yang dinilai tidak etis menarik banyak kalangan luas.
Hal ini menimbulkan banyak perdebatan antar masyarakat dan menciptakan
pandangan beragam di media sosial.
Hewan dianggap tidak memiliki status yang setara dengan manusia dalam
hal perkawinan. Melangsungkan pernikahan hewan dianggap merendahkan
makna dan simbiolis dari pernikahan dan menyebabkan nilai adat istiadat
budaya tercemar.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pernikahan
menurut adat Jawa bukan hanya peristiwa yang sangat penting untuk mereka yang
masih hidup, tetapi pernikahan juga merupakan peristiwa yang sangat berarti serta
sepenuhnya mendapat perhatian dan diikuti oleh para arwah-arwah leluhur kedua
belah pihak. Serangkaian kegiatan dalam proses pernikahan menggunakan adat
jawa yaitu nontoni, tangeran, lamaran, getak dhino, siraman midhodhareni, srah
srahan, ijab qabul, balangan suruh, midhak endog, sikepan sidur, wijik kembang
Setaman, kacar kucur, dulang dulangan, dan sungkeman. Pernikahan anjing
menggunakan adat Jawa menciptakan kontroversi karena mencampuradukkan
tradisi budaya dengan hewan peliharaan. Beberapa orang mungkin
menganggapnya sebagai bentuk penghinaan terhadap adat dan budaya Jawa yang
seharusnya dihormati.
DAFTAR PUSTAKA