Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PERNIKAHAN ANJING BERADAT JAWA: ANTARA


KONFLIK KEBUDAYAAN DAN KEARIFAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Ilmu
Sosial Humaniora
Dosen Pengampu : Dr. Ibi Satibi, S.H.I., M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 6
1. Luky Puji Astuti 22108040015
2. Bagus Edgar Pradipta R. 22108040030
3. Muhammad Syahrul A.S. 22108040031

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
TAHUN 2023

i
i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat
berkah, serta karunianya sehingga kami mendapatkan kesempatan untuk menuntut ilmu di
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang InsyaAllah membawa berkah
kepada kami yang menuntut ilmu di dalamnya. Amin.
Sholawat serta salam tetap kita curah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad SAW yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga kelompok kami
dapat menyusun makalah ini dengan sebaik mungkin. Ucapan terima kasih kami sampaikan
kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam proses penyusunan makalah yang
berjudul “Pernikahan Anjing Beradat Jawa: Antara Konflik Kebudayaan Dan Kearifan”,
Khususnya kepada Dosen pengampu mata kuliah Islam dan Ilmu Sosial Humaniora yang
senantiasa dengan sabar dan ikhlas dalam membimbing kami.
Dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun konstruktif dari semua pembaca, karena kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini terdapat beberapa kekurangan di dalamnya. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Amiin ya
Robbal Alamin.

Yogyakarta, 27 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
I. 1 Latar Belakang.............................................................................................................1
I. 2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
I. 3 Tujuan Makalah...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1 Syarat dan Ketentuan Pernikahan dalam Islam................................................................3
2.2 Adat Istiadat Pernikahan Adat Jawa.................................................................................4
2.3 Kontroversi Pernikahan Anjing Adat Jawa......................................................................7
BAB III PENUTUP.................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Momen yang sangat ditunggu bagi setiap pasangan yaitu pernikahan.
Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam hukum Islam
sebagaimana dalam kitab-kitab fiqih, akad perkawinan bukan hanya sekedar
perjanjian yang bersifat tertulis. Menurut Agus Salim, ijab qabul mengubah
kotoran menjadi kesucian, maksiat menjadi ibadah, dan dosa menjadi amal soleh.

Indonesia adalah negara yang memiliki banyak kebudayaan dengan adat


istiadat dan karakteristik berbeda-beda disetiap daerahnya. Misalnya adat
pengantin Jawa dimana prosesi pelaksanaannya terpaku menurut adat istiadat
Masyarakat Jawa. yang masih memiliki tuntunan kegiatan dalam pernikahan.
Salah satu adat istiadat yang berbeda yaitu upacara pengantin. Tujuan utama
pernikahan yaitu terciptanya keluarga yang bahagia dengan saling memberi kasih
sayang dan perasaan aman satu sama lain.

Lalu bagaimana jika pernikahan dilakukan oleh sepasang hewan dan


menggunakan adat Jawa layaknya manusia? penulis tertarik untuk menelaah lebih
jauh dan dituangkan pada makalah yang berjudul “PERNIKAHAN ANJING
BERADAT JAWA: ANTARA KONFLIK KEBUDAYAAN DAN
KEARIFAN.”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi fokus dalam
penulisan makalah ini adalah nilai-nilai religius dalam tradisi upacara adat
Ceprotan. Berkaitan fokus tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah
adalah:
1. Bagaimana syarat dan ketentuan pernikahan dalam islam?
2. Bagaimana adat istiadat pernikahan jawa?
3. Bagaimana kontroversi pernikahan Anjing menggunakan adat jawa?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai penulis
dalam penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui syarat dan ketentuan pernikahan dalam islam


2. Untuk mengetahui adat istiadat pernikahan Jawa
3. Untuk mengetahui kontroversi pernikahan Anjing menggunakan adat Jawa
BAB II

2.1 Syarat dan Ketentuan Pernikahan dalam Islam


A. Definisi Nikah
Secara istilah nikah berasal dari bahasa arab ‫ نكاحا‬-‫ نكح –ينكح‬yang
artinya sama dengan lafad ‫تزوج‬,(Basri, 2015) adapun didalam ilmu fiqh
nikah dikenal dengan zawaj yaitu akad yang jelas diucapkan oleh calon
mempelai pria atas rukun-rukun dan syarat.1
Terdapat beberapa definisi nikah yang dikemukakan fuqaha, antara
lain sebagai berikut:
1. Sebagian Hanafiyah berpendapat bahwa nikah adalah ‫عقد يفيد مكل‬
‫ املتعة قصد‬Sebagian lagi berpendapat bahwa nikah adalah ‫عقد يفيد مكل‬
‫االنتفاع ابلبع وسائراجزاء البدن‬
2. Sebagian Syafi’iyah berpendapat bahwa nikah adalah ‫عقد يتضمن‬
‫ مكل وطئ بلفظ ناكح او تزوجي او معناهام‬Sebagian lagi berpendapat bahwa
nikah adalah: ‫عقد يتضمن إابحة الوطئ بلفظ باكح او تزوجي او معناهام‬
3. Hanabilah berpendapat bahwa ‫عقد بلفظ ناكح او تزوجي عىل منعة االسمتتاع‬
Pernikahan merupakan syariat yang penting dalam Islam sehingga
di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang berbicara mengenai
pernikahan, salah satunya adalah QS. Ar-Rum:21 yang berbunyi:

‫َوِم ْن ٰا ٰي ِتٖٓه َاْن َخ َلَق َلُك ْم ِّم ْن َاْنُفِس ُك ْم َاْز َو اًجا ِّلَتْس ُك ُنْٓو ا ِاَلْيَها َو َجَعَل َبْيَنُك ْم َّمَو َّد ًة َّوَر ْح َم ًةۗ ِاَّن ِفْي ٰذ ِلَك ٰاَل ٰي ٍت ِّلَقْو ٍم‬
‫َّيَتَفَّك ُرْو َن‬

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia (Allah)


menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu
rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
1
A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, cet. Ke-14
(Surabaya: Pustaka Progressif, 1997)
‫ َو َم ْن َلْم َيْسَتِط ْع َفَع َلْيِه‬،‫ َو َأْح َص ُن ِلْلَفْر ِج‬،‫ َفِإَّنُه َأَغُّض ِلْلَبَص ِر‬، ‫َيا َم ْعَش َر الَّش َباِب َمِن اْسَتَطاَع ِم ْنُك ُم اْلَباَء َة َفْلَيَتَز َّو ْج‬
‫ِبالَّصْو ِم َفِإَّنُه َلُه وجاٌء‬

"Wahai para pemuda, siapa saja di antara kalian yang sudah mampu
menanggung nafkah, hendaknya dia menikah. Karena menikah lebih
mampu menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Sementara siapa
saja yang tidak mampu maka hendaknya ia berpuasa karena puasa bisa
menjadi tameng syahwat baginya." (HR. Bukhari, Muslim)

B. Hukum Pernikahan
Berdasarkan syariat islam dan tuntunan cara pernikahan yang benar
maka hukum pernikahan dapat digolongkan dalam lima kategori yaitu
wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah.2 Hukum pernikahan tersebut
dikategorikan berdasarkan keadaan dan kemampuan seseorang untuk
menikah. Sebagaimana dijabarkan dalam penjelasan berikut ini :
1. Wajib

Pernikahan dapat menjadi wajib hukumnya jika seseorang


memiliki kemampuan untuk membangun rumah tangga atau menikah serta
ia tidak dapat menahan dirinya dari hal-hal yang dapat menjuruskannya
pada perbuatan zina. Orang tersebut wajib hukumnya untuk melaksanakan
pernikahan karena dikhawatirkan jika tidak menikah ia bisa melakukan
perbuatan zina yang dilarang dalam islam (baca zina dalam islam). Hal ini
sesuai dengan kaidah yang menyebutkan bahwa “Apabila suatu perbuatan
bergantung pada sesuatu yang lain, maka sesuatu yang lain itu pun wajib.”

2. Sunnah

Berdasarkan pendapat para ulama, pernikahan hukumnya sunnah


jika seseorang memiliki kemampuan untuk menikah atau sudah siap untuk
membangun rumah tangga akan tetapi ia dapat menahan dirinya dari
2
Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan,
(Yogyakarta : Liberty Yogyakarta, 1998)
sesuatu yang mampu menjerumuskannya dalam perbuatan zina. 3 Meskipun
demikian, agama islam selalu menganjurkan umatnya untuk menikah jika
sudah memiliki kemampuan dan melakukan pernikahan sebagai salah satu
bentuk ibadah.

3. Haram

Pernikahan dapat menjadi haram hukumnya jika dilaksanakan oleh


orang yang tidak memiliki kemampuan atau tanggung jawab untuk
memulai suatu kehidupan rumah tangga. Selain itu, pernikahan dengan
maksud tertentu misalnya untuk menganiaya atau menghalangi seseorang
agar tidak menikah dengan orang lain namun ia kemudian menelantarkan
atau tidak mengurus pasangannya tersebut haram hukumnya.

4. Makruh

Hukum makruh berlaku bagi seseorang yang memang tidak


menginginkan nikah, entah karena perwatakannya demikian, ataupun
karena suatu penyakit. Pada saat yang sama, ia juga tidak memenuhi
kewajiban suami terhadap istri maupun kewajiban istri terhadap suami.

5. Mubah

Suatu pernikahan hukumnya mubah atau boleh dilaksanakan jika


seseorang memiliki kemampuan untuk menikah namun ia dapat tergelincir
dalam perbuatan zina jika tidak melakukannnya. Pernikahan bersifat
mubah jika ia menikah hanya untuk memenuhi syahwatnya saja dan bukan
bertujuan untuk membina rumah tangga sesuai syariat islam namun ia juga
tidak dikhwatirkan akan menelantarkan istrinya.

C. Rukun dan Syarat Perkawinan


Dalam Hukum Islam suatu perkawinan dapat dilaksanakan apabila
memenuhi Rukun dan Syarat perkawinan. Yang dimaksud dengan rukun
3
Suryantoro Dwi Dasa dan Ainur Rofiq, Nikah Dalam Pandangan Hukum Islam, : Jurnal Pemikiran,
Pendidikan dan Penelitian Ke-Islaman , Vol.7 No. 02 (Juli 2021) hlm. 43-44
perkawinan ialah hakekat dari perkawinan itu sendiri, jadi tanpa adanya
salah satu rukun, perkawinan tidak mungkin dilaksanakan. Sedang yang
dimaksud dengan syarat ialah sesuatu yang harus ada dalam perkawinan
tetapi tidak termasuk hakekat dari perkawinan itu sendiri. Jika salah satu
syarat tidak dipenuhi maka akibatnya perkawinan tidak sah. 4 Adapun yang
termasuk dalam rukun pernikahan dalam islam yaitu:

1. Terdapat calon pengantin laki-laki dan perempuan yang tidak


terhalang secara syar'i untuk menikah
2. Calon pengantin perempuan harus memiliki wali nikah
3. Pernikahan dihadiri dua orang saksi laki-laki untuk menyaksikan
sah tidaknya pernikahan
4. Diucapkannya ijab dari pihak wali pengantin perempuan atau yang
mewakilinya
5. Diucapkannya kabul dari pengantin laki-laki atau yang
mewakilinya

Syarat Pernikahan dalam Islam


1. Kedua Calon Pengantin Beragama Islam
2. Calon suami istri harus Bukan mahram
3. Wali nikah perempuan harus laki-laki
4. Dihadiri dua orang saksi laki-laki
5. Kedua mempelai sedang tidak berihram atau haji
6. Tidak ada paksaan

2.2 Adat Istiadat Pernikahan Jawa


Pernikahan menurut adat Jawa bukan hanya peristiwa yang sangat penting
untuk mereka yang masih hidup, tetapi pernikahan juga merupakan peristiwa yang
sangat berarti serta sepenuhnya mendapat perhatian dan diikuti oleh para arwah-
arwah leluhur kedua belah pihak. Dari arwah-arwah leluhur, kedua belah pihak
beserta keluarganya mengharapkan restu untuk pasangan supaya hidup bahagia
4
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, (Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas
Islam Indonesia, 1977)
dan rukun. Biasanya upacara adat pernikahan dilakukan dari hari-hari sebelum
pernikahan dan berlangsung sampai hari-hari sesudah pernikahan.

Pernikahan adat Jawa sangat sakral, karena dalam pelaksanaannya


menggunakan berbagai hitungan untuk menentukan waktu yang baik supaya
tergelong orang yang beruntung. filosofi jawa yaitu “banyu kuwi milih mudhun”
artinya bahwa perwatakan orang tua akan menurun pada anaknya. Dengan kata
lain keberuntungan ditandai dengan mendapatkan pasangan baik yang nantinya
akan menurun kepadada anak.5 Maka dari itu masyarakat Jawa pasti
melangsungkan pernikahan dengan adat mereka secara turun temurun dimana
untuk mencapai kesempurnaan hidup serta tetap melestarikan budaya.

Dalam proses pelaksanaaan pernikahan adat jawa mengandung makna


filosofis. Masyarakat adat jawa masih tunduk terhadap tuntunan tradisi dalam
pernikahan.6 Serangkaian kegiatan upacara dalam pernikahan maupun pra
pernikahan yang dilakukan masyarakat adat jawa sebagai berikut:

1. Nontoni

Nontoni adalah suatu upaya dari pihak calon pengantin laki-laki untuk
mengenal calon pengantin perempuan. Tujuan nontoni adalah untuk lebih
mengenal orang yang akan dijadikan istri.

2. Tangeran (Peningsinten)

Apabila jeda antara lamaran dengan hari pernikahan masih lama, biasanya
diadakan acara tangeran atau pertunangan. Pertunangan ini bertujuan untuk
mengikat kedua belah pihak agar tidak terpikat pada orang lain.

3. Nglamar (Lamaran)

5
Hidayah Jaya Riswanda dkk, Pernikahan Adat Jawa Perspektif Hukum Islam, Jurnal Ilmiah
Hukum Keluarga Islam, Volume 4 No.1 (2019) hlm. 208
6
Gesta Bayuandhy. Tradisi Tradisi Adiluhung Para Leluhur Jawa. (Yogyakarta: Dipta 2019). hlm.
60-62
Lamaran ialah pihak orang tua laki – laki mengirim utusan kepada orang
tua pengantin perempuan untuk melamar. Jika orang tua kedua calon
pengantin menyetujui lamaran perkawinan. Biasanya orang tua perempuan
yang akan mengurus dan mempersiapkan acara pernikahan.

4. Gethak dina

Gethak dina adalah penentuan hari ijab kabul dan resepsi pernikahan.
Dalam masyarakat Jawa, gethak dina ditentukan oleh sesepuh atau orang yang
ahli dan mengetahui tentang penanggalan Jawa.

5. Siraman

Upacara Siraman ialah dimana kedua calon pengantin akan dimandikan


disaat sehari sebelum perkawinan yang dilaksanakan di kamar mandi atau di
taman. Biasanya orang yang memandikan yakni orang tua dan keluarga atau
orang yang dituakan.

6. Midodareni

Midodareni dimana seorang calon pengantin perempuan harus tinggal dan


diam di kamarnya mulai jam enam sore hingga tengah malam serta ditemani
oleh oleh keluarga atau kerabat perempuannya.

7. Srah Srahan
Srah Srahan dilaksanakan disaat kedua keluarga menyetujui
pernikahan. Maka, mereka akan menjadi besan dan keluarga dari
pengantin laki – laki akan berkunjung kerumah keluarga pengantin
perempuan dengan membawa hadiah.
8. Upacara Ijab Qabul

Ijab Qabul merupakan rukun dari pernikahan yang paling sakral dimana
pada prosesi tersebut terjadi penyerahan tanggung jawab kedua orang tua
pengantin perempuan kepada pengantin laki – laki.

9. Tradisi Balangan Suruh


Balangan Suruh yaitu prosesi saling melempar daun suruh yang diikat
dengan benang putih. Prosesi ini mempunyai makna bahwa kedua mempelai
saling memberikan cinta dan mengusir roh-roh halus agar tidak mengganggu
jalannya perkawinan

10. Prosesi midhak endok

Midhak endok dilakukan oleh pengantin laki – laki menginjak telur tanpa
alas kaki sampai pecah. Prosesi ini mempunyai makna bahwa pengantin pria
benar-benar siap untuk menjalin rumah tangga.

11. Sikepan Sidur

Sikepan Sidur yakni kedua pengantin akan disikep atau dililit dengan
sebuah kain atau sindur oleh kedua orang tua mempelai. Sikepan sidur
mempunyai makna bahwa kedua orang tua mempelai menuntun anaknya ke
arah kebaikan.

12. Wijik Kembang Setaman

Wijik Kembang Setaman yaitu prosesi dimana pengantin perempuan


mencuci kaki suami. Tradisi ini dimaknai sebagai bukti hormat dan bakti istri
kepada suami.

13. Kacar Kucur

Kacar Kucur yaitu proses pengantin laki – laki mengucurkan atau


menuangkan sebuah kantong yang berisi uang dan bulu bekti bumi ke
pangkuan pengantin perempuan dengan secara perlahan. Prosesi kacar kucur
melambangkan tanggung jawab penuh seorang suami dalam memberi nafkah
lahir batin kepada istrinya.

14. Dulang – dulangan

Dulang – dulangan ialah dimana kedua mempelai akan saling menyuapi


satu sama lain sebanyak tiga kali. Prosesi ini melambangkan bahwa pengantin
harus hidup rukun, pengertian, dan saling membantu dalam menjalani
kehidupan.

15. Upacara Sungkeman

Upacara Sungkeman yakni kedua mempelai akan duduk bersimpuh


dihadapan orang tua pengantin perempuan kemudian orang tua pengantin laki
– laki. Sungkeman memuat nilai akhlak bahwa seorang anak harus hormat dan
menghargai orang tua atau yang lebih tua.7

Tahap-tahap yang dilaksanakan dalam tradisi pernikahan adat Jawa


mengandung makna dan tujuan baik yaitu permohonan kepada Tuhan Yang Maha
Esa agar menjadi keluarga yang bahagia, bertanggung jawab, diberkahi, saling
menghormati serta selamat dunia dan akhirat. Jika dikaji dari segi positifnya,
tradisi Temu Manten merupakan tradisi yang dilaksanakan untuk meminta
keselamatan, keberkahan, keselamatan agar dalam menjalankan sebuah kehidupan
berumah tangga dapat menjadi keluarga yang baik selamat dunia dan akhirat.

2.3 Kontroversi Pernikahan Anjing Adat Jawa


Adat istiadat biasanya berkaitan dengan manusia. Terdapat beberapa
tradisi budaya yang melibatkan hewan dalam pernikahan manusia, seperti
mengikutsertakan Anjing dalam pernikahan. Pernikahan anjing menggunakan adat
Jawa menciptakan kontroversi karena mencampuradukkan tradisi budaya dengan
hewan peliharaan. Beberapa orang mungkin menganggapnya sebagai bentuk
penghinaan terhadap adat dan budaya Jawa yang seharusnya dihormati. 8 Berikut
merupakan sebab-akibat pernikahan Anjing Adat Jawa menimbulkan kontroversi
banyak kalangan.
a. Pernikahan hewan menggunakan adat Jawa dinilai bertentangan dengan
budaya Jawa

7
Septiyani Dwi Kurniasih, Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Upacara Panggih Penganten
Banyumasan, Jurnal Penelitian Islam, Volume 19, No. 1 (2018). Hlm. 130
8
Dyan Parwanto, Pernikahan Anjing Secara Adat Jawa, Pelecehan Budaya Bangsa,
https://rri.co.id/yogyakarta/daerah/293453/pernikahan-anjing-secara-adat-jawa-pelecehan-
budaya-bangsa, diakses pada 28 Oktober 2023
Pernikahan adat Jawa memiliki banyak makna yang melibatkan unsur-
unsur keagamaan dan spiritual yang mendalam. Dalam hal ini, pernikahan
hewan menggunakan adat Jawa dinilai tidak lazim dan bertentangan dengan
nilai dan makna yang mendalam dari pernikahan adat Jawa dalam budaya
Jawa.

b. Kesejahteraan Hewan terganggu

Upacara pernikahan hewan sering membuat hewan dalam situasi yang


tidak nyaman dan membuat stres. Misalnya hewan dipaksa memakai baju dan
sepatu layaknya manusia meyebabkan tekanan dan penderitaan pada hewan.

c. Perhatian Masyarakat Luas

Pernikahan hewan yang dinilai tidak etis menarik banyak kalangan luas.
Hal ini menimbulkan banyak perdebatan antar masyarakat dan menciptakan
pandangan beragam di media sosial.

d. Pandangan tentang hewan dan Nilai kearifan budaya tercemar

Hewan dianggap tidak memiliki status yang setara dengan manusia dalam
hal perkawinan. Melangsungkan pernikahan hewan dianggap merendahkan
makna dan simbiolis dari pernikahan dan menyebabkan nilai adat istiadat
budaya tercemar.

Pemahahaman terhadap nilai budaya dan agama sangat penting untuk


dilakukan. Terdapat banyak cara untuk menunjukkan kasih sayang terhadap
hewan tanpa harus menikahkan hewan yang bertentangan dengan makna dan
tujuan upacara manusia dalam adat Jawa.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pernikahan
menurut adat Jawa bukan hanya peristiwa yang sangat penting untuk mereka yang
masih hidup, tetapi pernikahan juga merupakan peristiwa yang sangat berarti serta
sepenuhnya mendapat perhatian dan diikuti oleh para arwah-arwah leluhur kedua
belah pihak. Serangkaian kegiatan dalam proses pernikahan menggunakan adat
jawa yaitu nontoni, tangeran, lamaran, getak dhino, siraman midhodhareni, srah
srahan, ijab qabul, balangan suruh, midhak endog, sikepan sidur, wijik kembang
Setaman, kacar kucur, dulang dulangan, dan sungkeman. Pernikahan anjing
menggunakan adat Jawa menciptakan kontroversi karena mencampuradukkan
tradisi budaya dengan hewan peliharaan. Beberapa orang mungkin
menganggapnya sebagai bentuk penghinaan terhadap adat dan budaya Jawa yang
seharusnya dihormati.

DAFTAR PUSTAKA

Basyir, A. A. (1977). Hukum Perkawinan Islam. Yogyakarta: Fakultas Hukum


Universitas Islam Indonesia.
Bayuandhy, G. (2019). Tradisi Tradisi Adiluhung Para Leluhur Jawa.
Yogyakarta: Dipta.
Riswanda Hidayah Jaya dkk.. (2019). Pernikahan Adat Jawa Perspektif Hukum
Islam. Jurnal Ilmiah Hukum Keluarga Islam, 208.
Kurniasih, S. D. (2018). Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Upacara Panggih
Penganten Bany.umasan. Jurnal Penelitian Agama, 130.
Munawwir, A. W. (1997). Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap.
Surabaya: Pustaka Progresif.
Parwanto, D. (2023, Juli 21). Radio Republik Indonesia. Retrieved Oktober 28,
2023, from rri.co.id:
https://rri.co.id/yogyakarta/daerah/293453/pernikahan-anjing-secara-adat-
jawa-pelecehan-budaya-bangsa
Soemiyati. (1998). Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan.
Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
Suryantoro Dwi Dasa, A. R. (2021). Nikah Dalam Pandangan Hukum Islam.
Jurnal Pemikiran, Pendidikan dan Penelitian Ke-Islaman, 43-44.

Anda mungkin juga menyukai