Anda di halaman 1dari 19

Anjuran Dan Tujuan Pernikahan

Diajukan guna meyelesaikan tugas mata kuliah: Tafsir Ayat Munakahat.

Dosen pengampuh: Iklil Hasbiyallah, S.Sy., M.H

Semester: v

Oleh:

Fitriah: 2018903032

Siti Nafila Uliasari: 2018903030

Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Darul Falah Bondowoso

Hukum Keluarga Islam

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan khadirat allah Swt yang telah memberikan rahmat,
hidayah, serta karunianya kepada saya sehingga berhasil menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah “ Tafsir Ayat Munakahat” dangan judul “ Anjuran Dan Tujuan
Pernikahan” ini tepat pada waktunya.

Sholawat serta salam tak lupa saya haturkan kepada sang profokator islam
yakni nabi Muhammad Saw, Ahlul bait serta para sahabatnyaa yang patut menjadi
contoh bagi para generasi – generasi penerus.

Saya sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan seperti halnya pepatah tak ada gading yang tak retak, karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah yang selanjutnya.

Apabila ada kekurangan ataupun kesalahan dalam penulisan maupun ejaan


penulis mohon maaf , semoga makalah ini memberi manfaat kepada kita semua,
amiin.

Bondowoso, 25 Oktober 2022

Penulis.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Anjuran Pernikahan
B. Tujuan Pernikahan

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pernikahan merupakan suatu profesi sakral yang lumrah terjadi dalam


kehidupan masyarakat. Pernikahan atau berpasang-pasangan merupakan sunnatullah
yang berlaku pada semua makhluk Allah Swt baik pada manusia, tumbuh-tumbuhan
maupun hewan. Untuk hidup berpasang-pasangan, terlebih dahulu manusia harus
diikat dengan ikatan pernikahan yang sah, disinilah letak perbedaan manusia dengan
makhluk-makhluk lainnya.

Pernikahan merupakan jalan bagi manusia untuk menyalurkan naluri


biologisnya, dan jalan untuk berkembang biak serta melestarikan keturunannya.
Untuk itu Allah Swt telah menggariskan aturan-aturannya yang tertuang di dalam al-
Qur’an. Ada banyak pembahasan mengenai aturan-aturan dan hal-hal yang berkaitan
dalam pernikahan. Diantaranya ialah tentang ajuran dan tujuan dalam sebuah
pernikahan.

Kajian singkat pada makalah ini akan membahas secara tematik ayatayat al-
Qur’an yang berbicara tentang anjuran dan tujuan pernikahan yang terdapat pada
beberapa ayat al-Qur’an yang terpisah-pisah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa anjuran untuk pernikahan.?
2. Apa tujuan dari pernikahan.?

C. Tujuan
1. Mengetahui anjuran untuk menikah.
2. Mengetahui apa tujuan dari pernikahan.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Anjuran Untuk Menikah


Seperti yang telah diketahui bahwa agama kita banyak memberikan anjuran
untuk menikah. Allah menyebutkannya dalam banyak ayat di Kitab-Nya dan
menganjurkan kepada kita untuk melaksanakannya. Diantaranya ialah:
1. Dalam surah An-Nuur ayat 32.
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan
orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang
laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka
miskin, Allah akan menjadikan mereka mampu dengan karunia-Nya…”
[An-Nuur/24: 32].
2. Surah Ar- Ruum ayat 21.
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan
pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa
kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir…”[ Ar-Ruum/30:
21].
3. Surah An-Nisa ayat: 25
Dan barangsiapa di antara kamu tidak mempunyai biaya untuk
menikahi perempuan merdeka yang beriman, maka (dihalalkan menikahi
perempuan) yang beriman dari hamba sahaya yang kamu miliki. Allah
mengetahui keimananmu. Sebagian dari kamu adalah dari sebagian yang
lain (sama-sama keturunan Adam-Hawa), karena itu nikahilah mereka
dengan izin tuannya dan berilah mereka maskawin yang pantas, karena
mereka adalah perempuan-perempuan yang memelihara diri, bukan pezina
dan bukan (pula) perempuan yang mengambil laki-laki lain sebagai
piaraannya. Apabila mereka telah berumah tangga (bersuami), tetapi
melakukan perbuatan keji (zina), maka (hukuman) bagi mereka setengah
dari apa (hukuman) perempuan-perempuan merdeka (yang tidak
bersuami). (Kebolehan menikahi hamba sahaya) itu, adalah bagi orang-
orang yang takut terhadap kesulitan dalam menjaga diri (dari perbuatan
zina). Tetapi jika kamu bersabar, itu lebih baik bagimu. Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang…” [An-Nisa’/04:25].

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kita dalam banyak hadits agar
menikah dan melahirkan anak. Beliau menganjurkan kita mengenai hal itu dan
melarang kita hidup membujang, karena perbuatan tersebut dapat menyelisihi
Sunnahnya. Diantara hadist nabi yang menjelaskan tentang anjuran untuk menikah
ialah:

1. Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda:“Jika seorang hamba menikah, maka ia telah
menyempurnakan separuh agamanya; oleh karena itu hendaklah ia bertakwa
kepada Allah untuk separuh yang tersisa.”
2. diriwayatkan oleh Abu Umamah Radhiyallahu anhu, Nabi Muhammad Saw
bersabda: “Menikahlah, karena sesungguhnya aku akan membangga-
banggakan jumlah kalian kepada umat-umat lain pada hari Kiamat, dan
janganlah kalian seperti para pendeta Nasrani.”
3. Nikah adalah Sunnah para Rasul.
Nikah adalah salah satu Sunnah para Rasul, At-Tirmidzi
meriwayatkan dari Abu Ayyub Radhiyallahu anhu, ia menuturkan bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ada empat perkara yang
termasuk Sunnah para Rasul: rasa-malu, memakai wewangian, bersiwak, dan
menikah.”
4. Siapa yang mampu di antara kalian untuk menikah, maka menikahlah.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita demikian,
sebagaimana diriwayat-kan oleh al-Bukhari dari ‘Abdullah bin Mas’ud
Radhiyallahu anhu. Ia menuturkan: “Kami bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam sebagai pemuda yang tidak mempunyai sesuatu, lalu beliau
bersabda kepada kami: ‘Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian
yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat
menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang
tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa; karena puasa dapat menekan
syahwatnya (sebagai tameng).
5. Orang yang menikah dengan niat menjaga kesucian dirinya, maka Allah pasti
menolongnya.
Hal ini sesuai dengan sabda nabi Muhammad Saw: “Ada tiga golongan
yang pasti akan ditolong oleh Allah; seorang budak yang ingin menebus
dirinya dengan mencicil kepada tuannya, orang yang menikah karena ingin
memelihara kesucian, dan pejuang di jalan Allah [HR. At-Tirmidzi. No1352].
6. Menikahi wanita yang berbelas kasih dan subur (banyak anak) adalah
kebanggaan bagimu pada hari Kiamat.
Hal ini juga selaras dengan hadits nabi: Berdasarkan apa yang
diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Ma’qil bin Yasar Radhiyallahu anhu, ia
menuturkan: “Seseorang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
lalu mengatakan: ‘Aku mendapatkan seorang wanita (dalam satu riwayat lain
(disebutkan), ‘memiliki kedudukan dan kecantikan’), tetapi ia tidak dapat
melahirkan anak (mandul); apakah aku boleh menikahinya?’ Beliau
menjawab: ‘Tidak.’ Kemudian dia datang kepada beliau untuk kedua kalinya,
tapi beliau melarangnya. Kemudian dia datang kepada beliau untuk ketiga
kalinya, maka beliau bersabda: ‘Nikahilah wanita yang berbelas kasih lagi
banyak anak, karena aku akan membangga-banggakan jumlah kalian kepada
umat-umat yang lain. [HR. Muslim No: 1006]
7. Persetubuhan salah seorang dari kalian adalah shadaqah.
berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Dzarr
Radhiyallahu anhu, bahwa sejumlah Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata kepada beliau: “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah
mendapatkan banyak pahala. Mereka melaksanakan shalat sebagaimana kami
shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami puasa, dan mereka dapat
bershadaqah dengan kelebihan harta mereka.”
Beliau bersabda: “Bukankah Allah telah menjadikan untuk kalian apa
yang dapat kalian shadaqahkan. Setiap tasbih adalah shadaqah, setiap takbir
adalah shadaqah, setiap tahmid adalah shadaqah, setiap tahlil adalah shadaqah,
menyuruh kepada yang ma’ruf adalah shadaqah, mencegah dari yang munkar
adalah shadaqah, dan persetubuhan salah seorang dari kalian (dengan
isterinya) adalah shadaqah.”
B. Tujuan Menikahd
Diantara beberapa hal yang menjadi tujuan dari pernikahan ialah:
1. Melaksanakan Sunnah Rasul.
Tentu saja tujuan pernikahan yang utama ialah menjauhkan dari
perbuatan maksiat. Namun sebagai seorang muslim tentu saja kita memiliki
panutan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Dan ada baiknya kita
mengikuti apa yang dicontohkan dan diajarkan oleh Rasulullah. Dan
pernikahan merupakan salah satu sunnah dari Rasulullah.
2. Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi.
Sangat dianjurkan bagi mereka yang telah mampu untuk menikah. Hal
ini karena pernikahan merupakan fitrah manusia serta naluri kemanusiaan itu
sendiri. Karena naluri manusia dipenuhi pula dengan hawa nafsu, maka lebih
baik untuk dipenuhi dengan jalan yang baik dan benar yaitu melalui
penikahan.Apabila naluri tersebut tidak terpenuhi, maka dapat menjerumuskan
seseorang kepada jalan yang diharamkan oleh Allah SWT yaitu berzina. Salah
satu fitrah manusia ialah berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan,
maka akan saling melengkapi, berbagi dan saling mengisi satu sama lain.
3. Penyempurna Agama.
Dalam Islam, menikah merupakan salah satu cara untuk
menyempurnakan agama. Dengan menikah maka separuh agama telah
terpenuhi. Jadi salah satu dari tujuan pernikahan ialah penyempurnakan agama
yang belum terpenuhi agar semakin kuat seorang muslim dalam beribadah.
Rasullullah Shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda:”Apabila seorang hamba
menikah maka telah sempurna separuh agamanya, maka takutlah kepada Allah
SWT untuk separuh sisanya” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman).
4. Menguatkan Ibadah sebagai Benteng Kokoh Akhlaq Manusia.
Dalam Islam, pernikahan merupakan hal yang mulia, karena
pernikahan merupakan sebuah jalan yang paling bermanfaat dalam menjaga
kehormatan diri serta terhindar dari hal-hal yang dilarang oleh agama.Hal ini
pula sesuai dengan HR. Muslim No. 1.400 di mana Rasullullah Shallallaahu
'alaihi wa sallam bersabda:"Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian
berkemampuan untuk menikah, maka menikahlah, karena nikah itu lebih
menundukkan pandangan, lebih membentengi farji (kemaluan). Dan
barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia shaum (puasa), karena
shaum itu dapat membentengi dirinya."
Dan sasaran utama dalam pernikahan dalam Islam ialah untuk
menundukkan pandangan serta membentengi diri dari perbuatan keji dan kotor
yang dapat merendahkan martabat seseorang. Dalam Islam, sebuah pernikahan
akan memelihara serta melindungi dari kerusakan serta kekacauan yang ada di
masyarakat.
5. Memperoleh Ketenangan.
Dalam Islam, sebuah pernikahan sangat dianjurkan karena tujuan
pernikahan nantinya akan ada banyak manfaat yang didapat. Perasaan tenang
dan tentram atau sakinah akan hadir selepas menikah. Namun dalam sebuah
pernikahan jangan hanya mengandalkan perasaan biologis serta syahwat saja,
karena hal ini tidak akan sanggup untuk menumbuhkan ketenangan di dalam
diri seseorang yang menikah.
6. Memperoleh Keturunan.
Sesuai dengan Surat An Nahl Ayat 72, Allah SWT telah berfirman,
yang artinya:”Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari
jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu,
serta memberimu rizki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang
bathil dan mengingkari nikmat Allah?”
Maka dapat dilihat tujuan pernikahan dalam Islam lainnya ialah untuk
memperoleh keturunan. Tentunya dengan harapan keturunan yang diperoleh
ialah keturunan yang sholeh dan sholehah, agar dapat membentuk generasi
selanjutnya yang berkualitas.
7. Investasi di Akhirat.
Anak yang diperoleh dari sebuah pernikahan tentunya sebagai investasi
kedua orangtua di akhirat. Hal itu karena anak yang sholeh dan sholehah akan
memberikan peluang bagi kedua orangtuanya untuk memperoleh surga di
akhirat nanti. Berbekal segala ilmu dalam beragama yang diperoleh selama di
dunia, bekal doa dari anak merupakan hal yang dapat diharapkan kelak.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pernikahan merupakan suatu profesi sakral yang lumrah terjadi dalam


kehidupan masyarakat. Pernikahan atau berpasang-pasangan merupakan sunnatullah
yang berlaku pada semua makhluk Allah Swt baik pada manusia, tumbuh-tumbuhan
maupun hewan. Untuk hidup berpasang-pasangan, terlebih dahulu manusia harus
diikat dengan ikatan pernikahan yang sah, disinilah letak perbedaan manusia dengan
makhluk-makhluk lainnya.

Seperti yang telah diketahui bahwa agama kita banyak memberikan anjuran
untuk menikah. Allah menyebutkannya dalam banyak ayat di Kitab-Nya dan
menganjurkan kepada kita untuk melaksanakannya. Selain itu ada banyak
pembahasan mengenai aturan-aturan dan hal-hal yang berkaitan dalam pernikahan.
Diantaranya ialah tentang ajuran dan tujuan dalam sebuah pernikahan sebagaimana
yang telah selesai penulis uraikan di atas.


DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai