DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4 :
Indah Sofia.N
Osja Trianingsih.R
Shakira Virgina
Alda Septiani
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar................................................................................................................. i
Daftar
Isi............................................................................................................................. ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 1
1.3 Tujuan.................................................................................................................... 2
BAB II Pembahasan
2.1 Dalil Yang Berkaitan dengan Manahakat(Pernikahan) Dalam Islam................... 3
2.2 Hukum Pernikahan dalam Islam........................................................................... 7
2.3 Orang-Orang yang Tidak Boleh diNikahi............................................................. 9
2.4 Rukun & Syarat Sah Nikah................................................................................. 10
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan........................................................................................................... 14
3.2 Hikmah................................................................................................................. 14
3.3 Saran..................................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Latar Belakang
Apabila kita berbicara tentang pernikahan maka dapatlah kita
memandangnya dari dua buah sisi. Dimana pernikahan merupakan sebuah
perintah agama. Sedangkan di sisi lain adalah satu-satunya jalan penyaluran seks
yang disahkan oleh agama. Berdasarkan sudut pandang ini, maka ketika orang
melakukan pernikahan pada saat yang bersamaan mereka bukan saja memiliki
keinginan untuk melakukan perintah agama, namun juga memiliki keinginan
memenuhi kebutuhan biologisnya yang secara kodrat memang harus disalurkan.
Sebagaimana kebutuhan lainnya dalam kehidupan ini, kebutuhan biologis
sebenarnya juga harus dipenuhi. Agama islam telah menetapkan bahwa satu-
satunya jalan untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia adalah hanya dengan
pernikahan, pernikahan merupakan satu hal yang sangat menarik jika kita lebih
mencermati kandungan makna tentang masalah pernikahan ini. Di dalam al-Qur’an
telah dijelaskan bahwa pernikahan ternyata juga dapat membawa kedamaian dalam
hidup seseorang (litaskunu ilaiha). Ini berarti pernikahan sesungguhnya bukan
hanya sekedar sebagai sarana penyaluran kebutuhan seks namun lebih dari itu
pernikahan juga menjanjikan perdamaian hidup bagi manusia dimana setiap
manusia dapat membangun surge dunia di dalamnya. Semua hal itu akan terjadi
apabila pernikahan tersebut benar-benar dilaksanakan dengan cara yang sesuai
serta jalur yang telah ditetapkan islam.
1.5 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas timbul permasalahan yang perlu di dibahas sedikit
tentang:
1.2.1 Apa Dalil yang berkaitan dengan manahakat(pernikahan)?
1.2.2 Apa ketentuan pernikahan dalam Islam?
1.2.3 Bagaimana hukum pernikahan dalam Islam?
1.2.4 Siapa saja orang yang tidak boleh dinikahi dalam hukum Islam?
1.2.5 Apa rukun dan syarat pernikahan dalam Islam?
1.6 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui Dalil yang berkaitan dengan manahakat(pernikahan).
1.3.2 Untuk mengetahui ketentuan pernikahan dalam Islam,
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana hukum pernikahan dalam Islam.
1.3.4 Untuk mengetahui siapa saja orang yang tidak boleh dinikahi dalam Islam.
1.3.5 Untuk mengetahui rukun dan syarat pernikahan dalam Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya: “…Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga
atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka
(kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki“. (QS. An-Nisa: 3)
B. Surat An-Nisa ayat 4
Artinya: “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan
memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman
kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?“. (QS. An-Nahl: 72)
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal“. (QS. Al-
Hujarat: 13)
F. Surat Az-Zariyat Ayat 49
Artinya: “Empat perkara yang termasuk sunnah para rasul, yaitu sifat malu,
memakai wewangian, bersiwak dan menikah“. (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
Artinya: “Nikah itu adalah sunnahku. Maka barangsiapa yang tidak menyukai
sunnahku berarti ia bukan golonganku“. (HR. Ibnu Majah)
2.2 Hukum Pernikahan dalam Islam
Hukum pernikahan bersifat kondisional, artinya berubah menurut situasi dan
kondisi seseorang dan lingkunganya.
2.2.1 Wajib
Bagi yang sudah mampu kawin, nafsunyan telah mendesak dan takut
terjerumus dalam perzinahan.Karena menjauhkan diri dari yang haram adalah
wajib, sedang untuk itu tidak dapat dilakukan dengan baik kecuali dengan jalan
kawin. Dari ibnu mas’ud : Rasulullah saw bersabda: “Hai, golongan pemuda! Jika
di antara kamu ada yang mampu kawin hendaklah ia kawin, karena nanti matanya
akan lebih terjaga dan kemaluannya akan lebih terpelihara, dan bilamana ia belum
mampu kawin, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu ibarat pengebiri.( HR.
Jama’ah )
2.2.2 Sunnah
Bagi orang yang nafsunya telah mendesak lagi mampu kawin, tetapi masih
bisa menahan dirinya dari berbuat zina. Dari Abu Umamah: Rasulullah saw
bersabda: “kawinlah kalian, karena aku akan membanggakan banyaknya jumlah
kalian pada umat-umat lain. Dan janganlah kalian seperti pendeta-pendeta
Nasrani” HR. Baihaqi. Ibnu Abbas berkata:”Ibadah seseorang belum sempurna,
sebelum ia kawin.”
2.2.3 Haram:
Bagi seseorang yang tidak mampu memenuhi nafkah batin dan lahirnya
kepada istrinya serta nafsunya pun tidak mendesak.Qurthuby berkata: “ Bila
seseorang laki-laki sadar tidak mampu membelanjai istrinya atau membayar
maharnya atau memenuhi hak-hak istrinya, maka ia tidak dapat kawin, sebelum
jujur menjelaskan kondisi sebenarnya. Begitu pula kalau itu karena sesuatu hal
menjadi lemah, tak mampu menggauli istrinya, maka wajiblah ia menjelaskan
dengan jujur agar perempuannya tidak tertipu olehnya.Juga tidak bisa langsung ia
menipunya dengan menyebut keturunan, harta dan pekerjaannya secara tidak
semestinya. Begitu juga sebaliknya bagi perempuan.Termasuk tidak
menyembunyikan cacat tubuh, kelainan pada alat kelamin atau hal-hal
penyimpangan kejiwaan. Bila ternyata salah satu pasangan mengetahui aib pada
lawannya, maka ia berhak untuk membatalkan, jika yang aib itu perempuannya,
maka suaminya bisa membatalkannya dan dapat mengambil kembali maharnya.
Diriwayatkan bahwa Nabi mengawini seorang perempuan Bani Bayadhah yang
kemudian diketahui lambungnya burik, lalu ia batalkan, seraya bersabda: Kalian
semua (orang-orang Bani Bayadhah) telah menipu saya.”
2.2.4 Makruh:
Bagi seseorang yang lemah syahwat dan tidak mampu member belanja
istrinya, walaupun tidak merugikan istri, karena ia kaya dan tidak memiliki
keinginan syahwat yang kuat.
2.2.5 Mubah:
Bagi laki-laki yang tidak terdesak oleh alasan-alasan yang mewajibkan
segera kawin atau karena alasan-alasan yang mengharamkan untuk kawin.
2.3 Orang-Orang yang Tidak Boleh di Nikahi
Kenapa ada istilah mahram dalam islam, ternyata setelah diteliti pernikahan
dengan mahram itu terkadang bisa menyebabkan hasil keturunan yang tidak
normal.
Begitulah islam mengetahui tentang apa-apa sebelum adanya laboratorium
gen, sebelum adanya mikroskop,sebelum adanya sesuatu yang canggih untuk
melakukan penelitian. Islam sudah melarang hal-hal dilarang yang pastinya akan
menimbulkan bahaya.
Maka dalam islam, hal pertama yang dilakukan seseorang adalah
meyakininya terlebih dahulu hal tersebut baru kemudian membuktikannya dengan
sebuah penelitian.
Bagaimana bisa orang itu bisa membenarkan kebenaran islam tanpa dia
meyakininya terlebih dahulu.
Yakin itu penting dalam islam, yakin itu Iman.
Mahram adalah seorang yang haram di nilahi. Dari pihak laki-laki ada tiga yaitu :
2.3.1 Sebab Nasab (hubungan darah) ada tujuh :
a. Ibu terus ke atas
b. Anak terus ke bawah
c. Saudara
d. Saudara bapak
e. Saudara ibu
f. Anak saudara laki-laki
g. Anak saudara perempuan
2.3.1 Sebab susuan (menyusu pada waktu kita bayi) ada enam :
a. Ibu yang menyusui terus ke atas
b. Seorang yang menyusu pada istri
c. Anak ibu susuan atau seseorang yang menyusu kepadanya
d. Saudara suami ibu susuan
e. Saudara ibu susuan
f. Anak saudara sesusuan
2.3.1 Sebab pernikahan ada tiga :
a. Ibunya istri
b. Anaknya istri
c. Itrinya anak
Di samping itu ada wanita yang haram dinikah, yaitu :
o Janda-janda para nabi
o Saudara dan bibi dari istri yang masih sah.
2.4 Rukun & Syarat Sah Nikah
2.4.1 Rukun nikah
Pengantin lelaki (Suami)
Pengantin perempuan (Isteri)
Wali
Dua orang saksi lelaki
Ijab dan kabul (akad nikah)
2.4.2 Syarat Sah Nikah
a. Syarat bakal suami
Islam
Lelaki yang tertentu
Bukan lelaki mahram dengan bakal isteri
Mengetahui wali yang sebenar bagi akad nikah tersebut
Bukan dalam ihram haji atau umrah
Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan
Tidak mempunyai empat orang isteri yang sah dalam satu masa
Mengetahui bahawa perempuan yang hendak dikahwini adalah sah dijadikan isteri
b. Syarat bakal isteri
Islam
Perempuan yang tertentu
Bukan perempuan mahram dengan bakal suami
Bukan seorang khunsa
Bukan dalam ihram haji atau umrah
Tidak dalam idah
Bukan isteri orang
c. Syarat wali
Islam, bukan kafir dan murtad
Lelaki dan bukannya perempuan
Baligh
Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan
Bukan dalam ihram haji atau umrah
Tidak fasik
Tidak cacat akal fikiran,gila, terlalu tua dan sebagainya
Merdeka
Tidak ditahan kuasanya daripada membelanjakan hartanya
* Sebaiknya bakal isteri perlulah memastikan syarat WAJIB menjadi wali.
Sekiranya syarat wali bercanggah seperti di atas maka tidak sahlah sebuah
pernikahan itu. Sebagai seorang mukmin yang sejati, kita hendaklah menitik
beratkan hal-hal yang wajib seperti ini. Jika tidak di ambil kira, kita akan hidup di
lembah zina selamanya.
d. Syarat-syarat saksi
Sekurang-kurangya dua orang
Islam
Berakal
Baligh
Lelaki
Memahami kandungan lafaz ijab dan qabul
Dapat mendengar, melihat dan bercakap
Adil (Tidak melakukan dosa-dosa besar dan tidak berterusan melakukan dosa-dosa
kecil)
Merdeka
e. Syarat ijab
Pernikahan nikah ini hendaklah tepat
Tidak boleh menggunakan perkataan sindiran
Diucapkan oleh wali atau wakilnya
Tidak diikatkan dengan tempoh waktu seperti mutaah(nikah kontrak
e.g.perkahwinan(ikatan suami isteri) yang sah dalam tempoh tertentu seperti yang
dijanjikan dalam persetujuan nikah muataah)
Tidak secara taklik(tiada sebutan prasyarat sewaktu ijab dilafazkan)
* Contoh bacaan Ijab:Wali/wakil Wali berkata kepada bakal suami:"Aku
nikahkan/kahwinkan engkau dengan Diana Binti Daniel dengan mas
kahwinnya/bayaran perkahwinannya sebanyak RM 3000 tunai".
f. Syarat qabul
Ucapan mestilah sesuai dengan ucapan ijab
Tiada perkataan sindiran
Dilafazkan oleh bakal suami atau wakilnya (atas sebab-sebab tertentu)
Tidak diikatkan dengan tempoh waktu seperti mutaah(seperti nikah kontrak)
Tidak secara taklik(tiada sebutan prasyarat sewaktu qabul dilafazkan)
Menyebut nama bakal isteri
Tidak diselangi dengan perkataan lain
* Contoh sebutan qabul(akan dilafazkan oleh bakal suami):"Aku terima
nikah/perkahwinanku dengan Diana Binti Daniel dengan mas kahwinnya/bayaran
perkahwinannya sebanyak RM 3000 tunai" ATAU "Aku terima Diana Binti Daniel
sebagai isteriku".
BAB III
KESIMPULAN
3.4 Kesimpulan
1. Pernikahan yaitu ikatan dua orang hamba berbeda jenis dengan suatu ikatan
akad
2. Hukum-hukumnya nikah adalah jaiz, sunnat, wajib, makruh, haram.
3. Diantaranya rukun-rukun nikah adalah mempelai laki-laki, mempelai
perempuan, wali, dua orang saksi, sighat.
4. Tujuan adanya pernikahanan ternyata sangat banyak ditinjau dari berbagai sisi
3.5 Hikmah
1. Pernikahan yang sah menjadikan hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan
yang bukan muhrim menjadi halal.
2. Pernikahan menjadi sah dengan rukun dan syarat nikah.
3.6 Saran
Akhirnya, pemakalah mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
ikut membantu di dalam menyelesaikan makalah kami ini. Disamping itu, kritik
dan saran dari mahasiswa serta dosen pengampu dan para pembaca sangat kami
harapkan, demi kebaikan kita bersama terutama bagi pemakalah.