Disusun Oleh :
1
Kata pengantar
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Pernikahan beda agama dalam
perspetif islam dan negara indonesia " dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk
memenuhi tugas Mata Pelajaran Agama islam. Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan tentang hukum pernikahan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada H. Ahmad Yani, S Ag., MM. selaku guru
Mata Agama Islam. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................6
2.1 Pernikahan beda agama dalam perspektif hukum islam.......................6
BAB 3 PENUTUP.....................................................................................................16
3.1 Kesimpulan.............................................................................................16
3.2 Saran.......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pernikahan adalah membentuk satu jalinan lahir batin diantara laki-laki dan
perempuan yang keduanya berkeinginan untuk mendapat turunan. Pernikahan
bukan hanya diperoleh pada jalinan lahir atau jasmani saja, namun di dalamnya
juga ada jalinan batin atau rohani yang berlandaskan pada keyakinan masing-
masing individu, maksudnya bahwa pernikahan tidak hanya dilihat pada hubungan
lahiriahnya saja, akan tetapi juga harus dilihat lebih dari suatu ikatan lahir batin
antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, yang bertujuan untuk membangun
rumah tangga (keluarga) yang rukun, harmonis, dan bahagia serta mendapat ridho
dari Allah SWT. Pada umumnya dalam suatu pernikahan terkadang juga terdapat
sebuah perbedaan, tetapi perbedaan itu sering dianggap lumrah atau dianggap biasa
(sering terjadi), namun jika yang berbeda adalah keyakinan dalam beragama, maka
ini biasa akan membuat masalah dalam pernikahan tersebut. Berhubungan dengan
permasalahan tersebut maka penulis mencoba untuk mengkaji dengan maksimal
tentang bagaimana hukum pernikahan beda agama baik menurut syariat agama
Islam, Undang-undangan perkawinan (UUP) di Indonesia maupun juga Kompilasi
Hukum Islam (KHI), , sesuai dengan judul yaitu “Pernikahan Beda Agama dalam
Perspektif Hukum Islam dan Hukum Negara di Indonesia.”
4
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui hukum pernikahan menurut agama islam dan
juga menurut hukum yang berlaku negara Indonesia, serta apa saja dampak yang dapat
ditimbulkan
5
BAB 2
PEMBAHASAN
Dalam pandangan umum keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang
minimal terdiri dari suami dan istri. Pada ayat 221 al-Qur’an Surat al-Baqarah,
Allah SWT memberikan tuntunan bagaimana memilih pasangan, suami atau istri
yang menjadi cikal bakal dari sebuah keluarga. Rasulullah SAW mengingatkan
agar seorang Muslim dalam menentukan pilihan jodoh tidak tertipu oleh hal-hal
yang bersifat duniawi saja, tetapi harus memperhatikan keimanannya.
Ibnu Majah meriwayatkan Hadits yang bersumber dari Abdullah bin ‘Amr, : “Dari
Abdullah bin ‘Amr berkata, bahwa Rasulullah bersabda, “Janganlah kalian
menikahi wanita karena kecantikannya, bisa jadi kecantikannya akan mengundang
malapetaka. Janganlah kalian menikahi wanita karena hartanya, bisa jadi harta
bendanya akan membuatnya bertindak semena-mena. Nikahilah wanita karena
agamanya. Sungguh budak hitam yang beragama itu lebih baik (Ibnu Katsīr, Tafsīr
Al-Qur’ān al-‘Azhīm,hlm. 560).Di Indonesia, perkawinan beda agama tidak hanya
merupakan larangan agama, tetapi juga telah dilarang oleh undang-undang, namun
demikian tidak sedikit umat Islam Indonesia dengan berbagai alasan telah
melakukan perkawinan dengan orang yang tidak seagama dengan mereka. Karena
negara tidak memfasilitasi perkawinan yang tidak sesuai dengan aturan undang-
undang, maka ada di antara mereka yang pergi ke luar negeri untuk melakukan
perkawinan atau memanfaatkan jasa lembaga tertentu di Indonesia yang memang
memfasilitasi perkawinan beda agama.
6
2.1.1. Melanggar Hukum Agama
َل َمة ٌ ُّم ْؤ ِمنَةٌ َخي ٌْر م ِْن ُّم ْش ِر َك ٍة َّو َل ْو ا َ ْع َج َبتْكُ ْم ۚ َو ََل ت ُ ْن ِك ُحوا ْال ُم ْش ِر ِكيْنَ َحتّٰى َ َ ت َحتّٰى يُؤْ م َِّن ۗ َو ِ َو ََل ت َ ْن ِك ُحوا ْال ُم ْش ِر ٰك
ٰٰۤ ُ ُ
ّٰللاُ يَدْعُ ْْٓوا اِلَى ْال َجنَّ ِة َو ْال َم ْغف َِرةِ بِ ِاذْن ِۚه ِ َّولىِٕكَ يَدْعُ ْونَ اِلَى الن
ّٰ ار ۖ َو يُؤْ ِمنُ ْوا ۗ َولَعَ ْبد ٌ ُّمؤْ ِم ٌن َخي ٌْر مِ ْن ُّم ْش ِركٍ َّولَ ْو ا َ ْع َجبَك ْم ۗ ا
ِ ََّويُبَيِ ُن ٰا ٰيتِه لِلن
٢٢١ - ࣖ َاس لَعَلَّ ُه ْم يَتَذَ َّك ُر ْون
Ahlul Kitab yang ada sekarang tidak sama dengan Ahlul Kitab yang ada
pada waktu zaman Nabi SAW.
7
Sementara itu MUI mengeluarkan fatwa hukumnya tentang larangan pernikahan
beda agama ini nomor 4/MUNAS VII/MUI/8/2005 yang menetapkan:
Menurut Prof. DR. Quraisy Shihab, larangan perkawinan antar agama yang
berbeda itu dilatar belakangi oleh harapan akan lahirnya sakinah dalam
keluarga.
Selain tidak akan tercapainya kebahagiaan yang hakiki dalam rumah tangga,
perkawinan beda agama akan menimbulkan berbagai ekses yang
berkepanjangan di belakang hari, seperti:
keturunan yang terlahir dari pasangan tersebut disebut anak garis ibu,
artinya dia terputus nasabnya dari bapaknya yang memproses secara
biologis. Jika kemudian terlahir anak perempuan dari pernikahan mereka,
kemudian anak perempuan ini beragama islam sedangkan bapaknya
8
beragama lain, maka dia tidak bisa diwalikan oleh bapak. Apabila
dipaksakan bapak biologisnya menjadi wali nikah, maka pernikahan anak
tersebut tidak sah. Dan pernikahan yang tidak hanya akan sah melahirkan
hubungan suami istri yang tidak sah alias zina.
Dalam agama Islam, salah satu penyebab seseorang tidak bisa mendapatkan
harta waris (terputus hak warisnya) yaitu perbedaan agama antara pewaris
dan ahli waris. Hall, ini bisa saja menimbulkan konflik (perebutan harta
waris) yang berkepanjangan jika terdapat beberapa ahli waris yang berbeda
agama dalam sebuah keluarga.
Beban psikologis besar juga akan dirasakan oleh anak dari pasangan
berbeda agama ini ketika mereka mempertimbangkan perasaan salah
satu dari orangtuanya, apakah akan ikut agama bapak atau ibu. Hal ini
tidak bisa dianggap remeh sekalipun orangtua memberi kebebasan,
tetap anak akan merasakan kebimbangan dalam menentukan
pilihannya
9
2.2.1. Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
10
mengembalikan kepada adat masing-masing daerah, sementara agama
Hindu melarang keras pernikahan beda agama.
11
Undang Perkawinan. Melainkan perkawinan campuran yaitu perkawinan
yang terjadi antara WNI dengan WNA.
1. Pasal 4
2. Pasal 40 huruf c
3. Pasal 44
12
4. Pasal 61
….
13
Pasca lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan, peluang untuk melegalisasi perkawinan beda
agama seolah semakin terbuka lebar. Yaitu dengan tersedianya opsi
mengajukan permohonan perkawinan beda agama ke Pengadilan Negeri
agar mengeluarkan suatu penetapan yang mengizinkan perkawinan beda
agama dan memerintahkan pegawai kantor Catatan Sipil untuk melakukan
Pencatatan terhadap Perkawinan Beda Agama tersebut kedalam Register
Pencatatan Perkawinan. Terdapat beberapa pertimbangan yang melatar
belakangi hakim dalam mengabulkan permohonan penetapan beda agama.
Pertama, perkawinan beda agama bukanlah merupakan larangan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Oleh karena itu permohonan ini dikabulkan untuk mengisi kekosongan
aturan Undang-Undang Perkawinan. Pertimbangan selanjutnya adalah
Pasal 21 ayat (3) Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974.
Pasal 35 huruf a Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan yaitu:
14
Selanjutnya Pasal 36 mengatur bahwa
15
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
https://www.jdih.tanahlautkab.go.id/artikel_hukum/detail/menelaah-perkawinan-beda-
agama-menurut-hukum-
positifhttps://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel/publikasi/artikel/nadzirotus-sintya-
falady-s-h-cpns-analis-perkara-peradilan-calon-hakim-2021-pengadilan-agama-
probolinggo
https://lldikti5.kemdikbud.go.id/home/detailpost/cara-pandang-islam-menilai-hukum-
menikah-beda-agama#!
17