Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Ayat Ayat
Hukum
Disusun oleh:
Kelas: 3D IAT
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah TAFSIR AYAT AYAT HUKUM. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang “TAFSIR AYAT AYAT
HUKUM” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Muhammad Yasir, S.Th..i, M.A.
yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah wawasan dan
pengetahuan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
pengetahuannya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami meminta kritik dan saran dari pembaca yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terdapat 1.109 orang yang ditemukan berkeinginan melangsungkan
pernikahan beda agama namun belum terlaksana. Banyak faktor disebut-sebut
di dalam terlaksana atau tidak terlaksananya pernikahan beda agama, yaitu
faktor agama, lembaga keagamaan, keluarga, oknum negara, dan faktor
lingkungan atau masyarakat (Achmad, 2012: 958).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penafsiran nikah beda agama di dalam Q,S al-baqoroh ayat
221 dan al-maidah ayat 5?
2. Bagaimana pendapat mazhab tentang Q,S al-baqoroh ayat 221 dan al-
maidah ayat 5?
1
Zainul Mu’ien Husni, pernikahan beda agama menurut al qur'an dan sunnah, Vol. 2 No. 1, Januari-Juni
2015.
1
3. Bagaimana pendapat ulama tentang Q,S al-baqoroh ayat 221 dan al-
maidah ayat 5?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui penafsiran nikah beda agama di dalam Q,S al-baqoroh
ayat 221 dan Al-Maidah ayat 5
2. Untuk mengetahui pendapat mazhab tentang Q,S al-baqoroh ayat 221 dan
Al-Maidah Ayat 5
3. Untuk mengetahui pendapat ulama tentang Q,S al-baqoroh ayat 221 dan
Al-Maidah ayat 5
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penafsiran Nikah Beda Agama Di Dalam Q,S Al-Baqoroh Ayat 221 Dan
Al Maidah Ayat 5
Tafsir Al-baqarah ayat 221
3
Al bayyinah ayat 1
Dalam ayat ini al-Maraghi melarang menikahi wanita musryik selagi mereka
masih berada dalam kemusryikan. dalam penafsirannya al-Maraghi melarang
untuk menikahi mereka walaupun mereka itu cantik, dan kaya sebab menurut
al-Maraghi orang yang menikahi wanita musyrik hanya karna kecantikan dan
hartanya tidak akan semuanya itu dapat membantu mereka untuk pindah
mengikuti agama Islam.
Dalam hal ini al-Maraghi menukil pendapat Ibnu Majah dan Ibnu
Umar Radiyallahu Anhu, sesungguhnya Nabi bersabda: “janganlah kalian
nikahi wanita-wanita musyrik karena kecantikannya maka tidak mungkin
kecantikannya itu dapat membalikan mereka dan janganlah kalian menikahi
wanita karena hartanya, karena tidak mungkin harta mereka akan membantu
kita. Dan nikahilah mereka atas agamanya, bahkan wanita-wanita (hamba
sahaya) yang hitam yang mempunyai agama itu lebih baik daripada orang
musyrik yang gagah dan cantik.2
Al-Maraghi juga menukil pendapat dua Syaik Buhari dan Muslim dari
Abu Hurairah “sesungguhnya Nabi saw, harus menikahi wanita karena empat
perkara: pertama hartanya, keduanasabnya, ketiga kecantikannya, dan
keempat agamanya maka nikahilah yang mempunyai agama.”
2
Ahmad Mustâfâ Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Kairo : Mustâfâ al-Babi al-Halabi, Juz 2, 1962, h. 151
4
Penjelasan al- Al-Maraghi larangan untuk menikah dengan wanita
musyrik apabila mereka belum beriman, akan tetapi boleh menikah dengan
wanita musyrik apabila mereka telah beriman kepada Allah swt, sebab
menurut al-Maraghi menikahi seorang budak yang beriman itu lebih baik
daripada menikah dengan orang musyrik, karena perbuatan orang musyrik itu
selalu mengajak untuk ke neraka. 3 Al-Maraghi selain melarang menikah
dengan orang musyrik, tetapi al-Maraghi membolehkan menikah dengan
orang musyrik dengan beberapa syarat salah satunya adalah membolehkan
menikah dengan orang musyrik apabila mereka itu telah beriman kepada Allah,
bukan karena harta ataupun kecantikannya saja sebab perbuatan orang-orang
musyrik itu mengandung unsur syirik yang jelas dan selalu mengajak kepada
neraka.
طﻌَﺎ ُﻣ ُﻜ ْﻢ ِﺣ ﱞﻞ َ ﺐ ِﺣ ﱞﻞ ﻟﱠ ُﻜ ْﻢ َۖو َ طﻌَﺎ ُم اﻟﱠ ِﺬﯾْﻦَ ا ُ ْوﺗُﻮا ْاﻟ ِﻜ ٰﺘَ اﻟﻄ ِﯿّ ٰﺒ ۗﺖُ َو
ا َ ْﻟﯿَ ْﻮ َم ا ُ ِﺣ ﱠﻞ ﻟَ ُﻜ ُﻢ ﱠ
ﺐ ِﻣ ْﻦ ﻗَ ْﺒ ِﻠ ُﻜ ْﻢ اِذَآ ٰاﺗ َ ْﯿﺘ ُ ُﻤ ْﻮ ُھ ﱠﻦ َ ﺼ ٰﻨﺖُ ِﻣﻦَ اﻟﱠ ِﺬﯾْﻦَ ا ُ ْوﺗُﻮا ْاﻟ ِﻜ ٰﺘ َ ْﺖ َو ْاﻟ ُﻤﺤ ِ ﺼ ٰﻨﺖُ ِﻣﻦَ ْاﻟ ُﻤﺆْ ِﻣ ٰﻨَ ْﻟﱠ ُﮭ ْﻢ َۖو ْاﻟ ُﻤﺤ
َ ِﺎن ﻓَﻘَ ْﺪ َﺣﺒ
ﻂ ِ ْ ان َو َﻣ ْﻦ ﯾﱠ ْﻜﻔُ ْﺮ ِﺑ
ِ ﺎﻻ ْﯾ َﻤ ٍ ۗ َِي ا َ ْﺧﺪ
ْٓ ﻏﯿ َْﺮ ُﻣﺴٰ ِﻔ ِﺤﯿْﻦَ َو َﻻ ُﻣﺘ ﱠ ِﺨﺬَ َﺼ ِﻨﯿْﻦ ِ ْا ُ ُﺟ ْﻮ َر ُھ ﱠﻦ ُﻣﺤ
ٰ ْ ﻋ َﻤﻠُﮫٗ َۖو ُھ َﻮ ﻓِﻰ
َاﻻ ِﺧ َﺮ ِة ِﻣﻦَ ْاﻟ ٰﺨﺴ ِِﺮﯾْﻦ َ
Artinya: Pada hari ini dihalalkan bagimu segala yang baik-baik. Makanan
(sembelihan) Ahli Kitab itu halal bagimu, dan makananmu halal bagi mereka.
Dan (dihalalkan bagimu menikahi) perempuan-perempuan yang menjaga
kehormatan di antara perempuan-perempuan yang beriman dan perempuan-
perempuan yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi
kitab sebelum kamu, apabila kamu membayar maskawin mereka untuk
menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan bukan untuk menjadikan
3
Ahmad Mustâfâ Al-Maraghi, , Tafsir al-Maraghi, , h. 152
5
perempuan piaraan. Barangsiapa kafir setelah beriman, maka sungguh, sia-
sia amal mereka, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.4
Akan tetapi lain halnya dalam soal hubungan perkawinan, menurut al-
Maraghi dalam menjelaskan surat al-Maidah ayat 5 masalah kebolehan untuk
menikahi wanita ahli kitab Wal muhsonatu minal mukminina....
6
Al-Hârâir (wanita-wanita merdeka). Menurut al-Maraghi laki-laki mu‟min
boleh menikahi wanita ahli kitab yakni wanita merdeka yang telah
didatangkan kitab sebelum kamu (Yahudi dan Nasroni). Sedangkan wanita
muslim tidak boleh menikah dengan laki-laki ahli kitab karena menurut al-
Maraghi sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur‟an bahwa wanita muslim tidak
memiliki wewenang atas laki-laki, dikhawatirkan wanita tersebut akan
mengikuti agama suaminya dan akan merusak aqidah/ agama anaknya. Karena
sesungguhnya wanita musyrik dan laki-laki musyrik perbuatan mereka akan
membawa kita kepada jalan neraka.6
6
Ahmad Mustâfâ Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, (Kairo : Mustâfâ), Juz 2, 1962, h. 152 -154.
7
karena wanita ahlul kitab zimmi ini menghalalkan minuman arak dan
menghalalkan daging babi.
8
Lalu ada orang yang berkata kepadanya, “Mengapa kamu tidak
menceraikannya manakala Umar memerintahkan hal itu kepadamu?” Dia
menjawab, “Aku tidak mau manusia melihat aku melakukan suatu perkara
yang tidak selayaknya aku lakukan”.7
7
Wahbah Az-Zuhaili. (2011). hlm. 272.
8
Wahbah Az-Zuhaili. (2011). hlm. 273.
9
dikhawatirkan kemafsadatan yang akan muncul dalam perkawinan beda
agama ini, maka diharamkan.9
9
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahab Sayyed Hawwas. (2009). Fiqh Munakahat. Jakarta:
Amzah. hlm. 37.
10
Imam Syafi‟i. (2010). Ringkasan Kitab Al-Umm. Jakarta: Pustaka Azzam. hlm. 432.
10
Imam Syafi‟i juga berpendapat bahwa dihalalkan menikahi wanita-
wanita merdeka Ahli kitab bagi setiap muslim, karena Allah
S.W.T.menghalalkan mereka tanpa pengecualian. Wanita-wanita Ahli
kitab yang merdeka dan boleh dinikahi adalah pengikut dua kitab yang
masyhur yakni; Taurat dan Injil dan mereka adalah Yahudi dan Nasrani.
11
Imam Syafi‟i. (2010). hlm. 433.
12
Imam Syafi‟i. (2010). hlm. 325.
11
laki muslim dengan wanita ahlul kitab yakni Yahudi dan Nasrani. Akan
tetapi, yang dimaksud oleh Imam Madzhab tentang wanita ahlul kitab
(Yahudi dan Nasrani) di sini adalah karena wanitaahlul kitab pada zaman
dahulu berbeda dengan wanita ahlul kitab pada zaman sekarang.
C. Pendapat Ulama Tentang Q,S Al-Baqoroh Ayat 221 Dan Al-Maidah Ayat
5
12
menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum
kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud
menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula)
menjadikannya gundik-gundik." QS Al-maidah ayat 5 “Dan janganlah
kamu menikah kan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita Mukmin)
sebelum mereka beriman.”Ini bersifat umum yang tidak ada pengecualian
di dalamnya. Kemudian Allah menyebutkan hikmah dalam hukum
haramnya seorang mukmin atau wanita Mukmin menikah dengan selain
agama mereka dalam FirmanNya, “mereka mengajak ke neraka,” yakni,
dalam perkataan-perkataan, perbuatan-perbuatan, dan kondisi-kondisi
mereka. Maka bergaul dengan mereka adalah merupakan suatu yang
bahaya, dan bahayanya bukanlah bahaya duniawi, akan tetapi bahaya
kesengsaraan yang abadi. Dapat diambil kesimpulan dari alasan ayat
melarang bergaul dengan setiap musyrik dan pelaku bid’ah; karena jika
menikah saja tidak boleh padahal memiliki kemaslahatan yang begitu
besar, maka hanya sebatas bergaul saja pun harus lebih tidak boleh lagi,
khususnya pergaulan yang membawa kepada tingginya martabat orang
musyrik tersebut atau semacamnya di atas seorang muslim seperti
pelayanan atau semacamnya. Dalam FirmanNya, “dan janganlah kamu
menikahkan orang-orang musyrik dengan (wanita-wanita Mukmin)”
terdapat dalil tentang harus adanya Wali dalam nikah. “Sedang Allah
mengajak ke surga dan ampunan,” maksudnya, menyeru hamba-
hambaNya untuk memperoleh surga dan ampunan yang di antara
akibatnya adalah menjauhkan diri dari segala siksaan. Hal itu dengan cara
mengajaknya untuk melakukan sebab-sebabnya berupa amal Shalih,
bertaubat yang sungguh-sungguh, berilmu yang bermanfaat dan
mengamalkannya. “Dan Allah menerangkan ayat ayatNya (perintah-
perintahNya),” maksudnya, hukum hukum, dan hikmah hikmahNya
“kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” Hal tersebut
mewajibkan mereka untuk mengingat apa yang telah mereka lupakan dan
mengetahui apa yang tidak mereka ketahui, serta mengerjakan apa yang
13
telah mereka lalaikan.Kemudian Abdullah bin Rawahah bersumpah untuk
memerdekakannya dan menikahinya. Masyarakat setempat pada waktu itu
ramai memberitakan pernikahan Abdullah bin Rawahah dengan mantan
budak perempuannya, seakan itu adalah pernikahan yang hina, sehingga
mereka menyayangkan hal itu terjadi.
14
mim musyrikiw walau a'jabakum, ulā`ika yad'ụna ilan-nāri wallāhu yad'ū
ilal-jannati wal-magfirati bi`iżnih, wa yubayyinu āyātihī lin-nāsi
la'allahum yatażakkarụn
2. Al Maidah Ayat 5
َﺼ ٰﻨﺖُ ِﻣﻦ َ ْط َﻌﺎ ُﻣ ُﻜ ْﻢ ِﺣ ﱞﻞ ﻟﱠ ُﮭ ْﻢ َۖو ْاﻟ ُﻤﺤ
َ ﺐ ِﺣ ﱞﻞ ﻟﱠ ُﻜ ْﻢ َۖو َ اﻟﻄ ِﯿّ ٰﺒ ۗﺖُ َو
َ ط َﻌﺎ ُم اﻟﱠ ِﺬﯾْﻦَ ا ُ ْوﺗُﻮا ْاﻟ ِﻜ ٰﺘ ا َ ْﻟﯿَ ْﻮ َم ا ُ ِﺣ ﱠﻞ ﻟَ ُﻜ ُﻢ ﱠ
ﺼ ِﻨﯿْﻦَ َﻏﯿ َْﺮِ ْﺐ ِﻣ ْﻦ َﻗ ْﺒ ِﻠ ُﻜ ْﻢ اِذَآ ٰاﺗ َ ْﯿﺘ ُ ُﻤ ْﻮھ ﱠُﻦ ا ُ ُﺟ ْﻮ َرھ ﱠُﻦ ُﻣﺤ َ ﺼ ٰﻨﺖُ ِﻣﻦَ اﻟﱠ ِﺬﯾْﻦَ ا ُ ْوﺗُﻮا ْاﻟ ِﻜ ٰﺘ َ ْﺖ َو ْاﻟ ُﻤﺤِ ْاﻟ ُﻤﺆْ ِﻣ ٰﻨ
ٰ ْ ﻂ َﻋ َﻤﻠُﮫٗ َۖوھ َُﻮ ﻓِﻰ
َاﻻ ِﺧ َﺮةِ ِﻣﻦَ ْاﻟ ٰﺨﺴ ِِﺮﯾْﻦ َ ِﺎن ﻓَﻘَﺪْ َﺣﺒ ِ ْ ِان َو َﻣ ْﻦ ﯾﱠ ْﻜﻔُ ْﺮ ﺑ
ِ ﺎﻻ ْﯾ َﻤ ٍ ۗ َِي ا َ ْﺧﺪ
ْٓ ﺴﺎﻓِ ِﺤﯿْﻦَ َو َﻻ ُﻣﺘ ﱠ ِﺨﺬ
َ ُﻣ
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Jashash dan al-Qurtubi telah mengharamkan untuk menikahi
wanita-wanita musyrik”, karena ajakan mereka ke neraka menjadi alasan
tegas diharamkannya menikah dengan mereka. Hal ini karena mereka
(orang musyrik) dan kita (muslim) berada pada keyakinan yang
berseberangan, dan seandainya terjadi perkawinan, maka anak-anaknya
kelak akan tumbuh dalam kondisi pertengkaran yang terjadi dalam
keluarganya dan hal ini pula akan mempengaruhi akhlak mereka yang
setiap harinya selalu berada dalam kondisi pertengkaran.
B. Saran
Jika ditinjau ulang, tentu di dalam makalah ini tidak lepas dari koreksi
para pembaca. Kami menyadari makalah yang kami sajikan ini jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, kamimengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca agar nantinya makalah ini akan menjadi lebih sempurna.
17
DAFTAR PUSTAKA
18