Mengimani Rukun Iman: Makalah
Mengimani Rukun Iman: Makalah
MAKALAH
Disusun Oleh:
Kelompok 4
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SILIWANGI BANDUNG
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Tafsir Al-Baqarah Ayat 177 Dan 285.................................................................3
B. Makna Iman.........................................................................................................7
C. Tingkatan Iman....................................................................................................8
D. Keutamaan Dan Pahala Iman..........................................................................11
E. Cabang-Cabang Iman.......................................................................................13
F. Hal-Hal Yang Merusak Iman..........................................................................17
G. Bertambah Dan Berkurangnya Iman..............................................................19
H. Sifat-Sifat Orang Mu’min.................................................................................21
BAB III...........................................................................................................................23
PENUTUP.......................................................................................................................23
A. Kesimpulan.........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Iman menurut tafsir Q.S Al-Baqarah ayat 177 dan 285?
2. Apa makna iman dalam Al-Qur’an?
3. Apa saja tingkatan iman?
4. Apa keutamaan dan pahala iman?
5. Apa saja cabang-cabang dari iman?
6. Apa hal-hal yang merusak iman?
7. Bagaimana iman bisa bertambah dan berkurang?
8. Apa saja sifat-sifat orang mu’min?
1
2
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Iman menurut tafsir Q.S Al-Baqarah ayat 177 dan
285?
2. Mengetahui makna iman dalam Al-Qur’an?
3. Mengetahui tingkatan dari iman?
4. Mengetahui keutamaan dan pahala iman?
5. Mengetahui cabang-cabang dari iman?
6. Mengetahui hal-hal yang merusak iman?
7. Mengetahui tentang iman bisa bertambah dan berkurang?
8. Mengetahui tentang sifat-sifat orang mu’min?
BAB II
PEMBAHASAN
“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, melainkan
kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-
malaikat, kitab suci, dan nabi-nabi; memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat,
anak yatim, orang miskin, musafir, peminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya;
melaksanakan salat; menunaikan zakat; menepati janji apabila berjanji; sabar dalam
kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang
benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa” . (Q.S Al-Baqarah: 177)
3
4
Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam masalah kurban dan
menyembelih hadyu, yaitu firman-Nya:
{}لَ ْن يَنَا َل هَّللا َ لُحُو ُمهَا َوال ِد َماُؤ هَا َولَ ِك ْن يَنَالُهُ التَّ ْق َوى ِم ْن ُك ْم
5
Memang benarlah apa yang dikatakan oleh Imam Sauri ini, karena
sesungguhnya orang yang memiliki sifat seperti yang disebutkan oleh ayat ini
berarti dia telah memasukkan dirinya ke dalam ikatan Islam secara keseluruhan
dan mengamalkan semua kebaikan secara menyeluruh; yaitu iman kepada Allah
6
dan tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Dia, juga beriman kepada para
malaikat yang merupakan duta-duta antara Allah dan rasul-rasul-Nya.
“Rasul (Muhammad) beriman pada apa (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang mukmin. Masing-masing beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata,) “Kami tidak
membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Mereka juga berkata, “Kami dengar
dan kami taat. Ampunilah kami, wahai Tuhan kami. Hanya kepada-Mu tempat (kami)
kembali.” (Q.S Al-Baqarah: 285)
B. Makna Iman
Dalam memaknai iman Farid Esack menggunakan surat Al Anfal ayat 2-4
yang berbunyi:
٢ َوْ ۙنFFُا َّوع َٰلى َربِّ ِه ْم يَت ََو َّكلFFًهٗ َزا َد ْتهُ ْم اِ ْي َمانFFُت َعلَ ْي ِه ْم ٰا ٰيت ْ َ َر هّٰللا ُ َو ِجلFوْ نَ الَّ ِذ ْينَ اِ َذا ُذ ِكFFُا ْال ُمْؤ ِمنFFاِنَّ َم
ْ َوْ بُهُ ْم َواِ َذا تُلِيFFُت قُل
ٰۤ ُ ۗ ُ ْ
ٌ َّر ْز
ق ِ َرةٌ وFِ َد َربِّ ِه ْم َو َم ْغفFت ِع ْن ٌ ا لَهُ ْم َد َر ٰجFۗ Fًّوْ نَ َحقFFُك هُ ُم ْال ُمْؤ ِمن َ ول ِٕى ا٣ َالَّ ِذ ْينَ يُقِ ْي ُموْ نَ الص َّٰلوةَ َو ِم َّما َر َز ْق ٰنهُ ْم يُنفِقوْ ن
٤ َك ِر ْي ۚ ٌم
tersebut juga merefleksikan hubungan antara iman dengan amal saleh. Suatu
kualitas yang aktif, yang membuat seseorang berada dalam hubungan yang
dinamis dengan pencipta dan sesamanya. Artinya keimanan tersebut haruslah
mencangkup kemampuan melihat yang transenden kemudian memberi respon
kepadanya dan mendengar bisikan tuhan kemudian bertindak seperti yang
diperintahkan Nya. (Farid Esack. 2000: 158)
C. Tingkatan Iman
1. Menurut Imam Al-Ghozali
a. Imanul Abidin.
Imanul Abidin adalah imannya ahli ibadah, orang yang beribadah kepada
Allah karena mengharap surga dan takut neraka. Ibarat seorang pekerja
yang mau bekerja karena menginginkan upahnya dan tidak mau tahu
tentang keadaan majikan, ia cinta kepada majikan atau tidak cinta terhadap
majikan yang penting upah. Atau seperti seseorang yang mencintai
kekasih karena kekayaannya, ia tidak cinta kepada kekasihnya, yang ia
cintai hanyalah kekayaanya. Tingkatan iman seperti ini adalah tingkat
iman yang masih rendah.
b. Imanul Muhibbin
c. Imanul Mukhlisin
9
d. Imanul Arifin
Imanul Arifin adalah imannya seorang yang ikhlas/seorang yang arif dan
bijaksana, dalam beribadah tidak mengharapkan apa-apa, hanya
mengharapkan Ridho dari Allah dan di dalam ikhlas itu tidak merasa
ikhlas, karena ikhlasnya billah (yang menggerakkan Allah) “wamaa
romaita idz romaita wa lakinnaallaha roma” dan “laa haula wala kuata ila
billah”. Ini adalah tingkatan Iman yang sempurna istilahnya imanun
Ma’rifat.
a. Iman Al Wasithu, yaitu iman yang dimiliki oleh para malaikat, dimana
tingkatan iman ini tidak pernah berkurang dan tidak pula bertambah.
b. Iman Al Ma’sum, yaitu iman yang dimiliki oleh para Nabi dan Rosul
Allah SWT. Dimana tingkatan iman ini tidak pernah berkurang dan
akan selalu bertambah ketika wahyu datang kepadanya.
c. Iman Al Makbul, yaitu iman yang dimiliki oleh muslim dimana iman
tingkatan ini selalu bertambah jika mengerjakan amal kebaikan dan
akan berkurang jika melakukan maksiat.
d. Iman Al Maukuf, yaitu iman yang dimiliki oleh ahli bid’ah, yaitu iman
yang ditangguhkan dimana jika berhenti melakukan bid’ah maka iman
akan diterima, diantaranya kaum rafidhoh, atau dukun, sihir, dan yang
sejenisnya.
e. Iman Al Mardud, yaitu iman yang ditolak, dimana iman ini yang
dimiliki oleh orang-orang musrik, murtad , munafik dan kafir dan
sejenisnya.
Kewajiban kita yang pertama kali sebagai manusia adalah beriman kepada
Allah. Setelah itu beriman kepada yang lain yang jelas telah diperintahkan dalam
Al-Qur’an dan Hadits Nabi.
Dengan iman inilah manusia akan memperoleh martabat yang tinggi dan
tingkatan yang mulia disisi Allah. Sehingga siapa saja yang beriman kepada Allah
dan para Rasul-Nya maka akanmemperoleh pahala yang besar.
Dan itulah merupakan pahala terbesar dan kenikmatan yang hakiki. Sebab
kalau kita jumpa manusia manusia di dunia yang sudah tercukupi segala-galanya
punya rumah yang megah, punya perusahaan yang berkembang pesat, punya
segala macam model mobil mewah, punya istri cantik dan seterusnya, sehingga ia
merasa tenang dan tentram, merasa bahagia dan mersa nikmat. Tapi itu semuanya
merupakan kepuasan, ketenangan, kebahagiaan, dan kenikmatan yang hanya
sementara. Jadi kepuasan, ketenangan, ketentraman, kebahagiaan dan kenikmatan
yang hakiki hanyalah di surga. Iniah sebagai pahala orang yang benar-benar
beriman, yang telah dijanjikan oleh Allah.
12
Dan firman Allah Ta’ala: QS. At-Taubah 111 “Sesungguhnya Allah telah
membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan
surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh
atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat,
Injil dan AlQuran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada
Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan
Itulah kemenangan yang besar”.
Dari kedua ayat tersebut, memberikan pengertian dengan tegas dan pasti
bahwa orang-orang yang benar-benar beriman atau orang-orang yang sempurna
imannya (beramal shalih dan bertaqwa kepada Allah) akan memperoleh pahala
berupa surga, yang gambarannya di bawah surga itu mengalir sungai-sungai,
mereka senantiasa dalam keridhaan Allah dan mereka kekal selama-lamanya di
dalam surga itu, yakni tak akan mengalami kematian lagi dan tidak akan
kehabisan waktu. Mereka di surga tidak menginginkan pindah tempat maupun ke
luar dari padanya. Jadi keimanan inilah yang akan menentukan nasib bagi
seseorang berabad-abad di alam akhiratkelak. Maka siapa saja yang menginginkan
pahala surga, hendaklah menjadi orang yang berimandan konsekuensi terhadap
keimanannya.
Orang yang beriman akan memperoleh pahala surga itu, tidak berarti asal
beriman atau mempercayai keenam rukun iman itu saja, tapi disamping itu harus
juga disertai dengan melakukan amaliah-amaliah (perbuatan-perbuatan) yang
telah disebutkan dalam cabang-cabangnya iman. Sebab dalam hadits Nabi
disebutkan, bahwa iman itu mempunyai 77 cabang. Tetapi cabang paling tinggi
yaitu ucapan Laa ilaaha illallah Oleh karenanya di dalam hadits Nabi ditegaskan
13
bahwa ucapan Laa ilaaha illallah adalah merupakan kunci surga. Siapa yang pada
akhir kalimat yang keluar dari lidahnya, kalimat Laa illaha illallah pasti masuk
surga.
E. Cabang-Cabang Iman
Sabda Rosulullah SAW yang artinya “Iman itu bisa bertambah dan bisa
berkurang “ (H.R Turmudzi).
Namun, pada Makalah kami ini kami akan menjabarkan beberapa larangan
Allah yang umum dilakukan manusia dan hal tersebut dapat merusak iman kita
terhadap Allah.
1. Syirik
Selain itu syirik merupakan induk dari segala dosa besar, sebagaimana
yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya, Q.S An-Nisa: 48:
Lawan dari sikap tawadhu‟ adalah takbur atau sombong, yaitu sikap yang
menganggap diri lebih dan meremehkan orang lain. Karena sikapnya itu orang
18
sombong akan menolak kebenaran, kalau kebenaran itu datang dari orang yang
dianggap statusnya lebih rendah darinya.
Sifat sombong adalah warisan dari Iblis yag menolak Allah SWT. Untuk
bersujud kepada Adam As. Karena Iblis mengklaim karena dirinya lebih mulia
dari Adam, karena Adam diciptakan dari tanah sedangkan Iblis diciptakan api.
Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah: 34:
ۤ
َ ۗ َواِ ْذ قُ ْلنَا لِ ْل َم ٰل ِٕى َك ِة ا ْس ُج ُدوْ ا اِل ٰ َد َم فَ َس َجد ُْٓوا ِآاَّل اِ ْبلِي
٣٤ َْس اَ ٰبى َوا ْستَ ْكبَ َۖر َو َكانَ ِمنَ ْال ٰكفِ ِر ْين
Karena kesombongannya itu Iblis dikutuk oleh Allah SWT, dan karena
kesombongannya itu pula dia tidak berniat untuk meminta ampun kepada Allah
SWT. Oleh sebab itu para ulama menyebut sifat sombong adalah induk dosa-dosa.
3. Khianat
Lawan dari amanah adalah khianat, yang merupakan sebuah sifat yang
sangat tercela. Sifat khianat adalah sifat kaum munafik yang sangat dibenci oleh
Allah SWT, apalagi kalau yang dikhiantinya adalah Allah dan Rasul-Nya. Oleh
sebab itu Allah melarang orang-orang beriman untuk mengkhianati Allah, Rasul
dan amanh mereka sendiri, sebagaimana Firman-Nya dalam Q.S. Al-Anfal: 27:
٢٧ َٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَ ُخوْ نُوا هّٰللا َ َوال َّرسُوْ َل َوتَ ُخوْ نُ ْٓوا اَمٰ ٰنتِ ُك ْم َواَ ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُموْ ن
4. Berbohong
Sifat bohong adalah sifat yang tercela yang merupakan kebalikan dari
shidiq. Rasulullah SAW. menyatakan, (mestinya) mukmin tidak mungkin jadi
pembohong. Rasulullah ditanya oleh para sahabat “apakah ada orag mukmin
19
yang penakut? Nabi bersabda: “Ada”. Beliau ditanya lagi: “apakah ada orang
mukmin yang kikir? Nabi menjawab “Ada”. Kemudian ditanya lagi: “Apakah
ada orang mukmin yang pembohong? Nabi menjawab: “Tidak Ada”. (HR. Malik)
5. Jaza’
Lawan dari sifat sabar adalah jaza‟ yang berarti gelisah, sedih, keluh
kesah, cemas, dan putus asa. Sebagaimana dalam firman Allah, dalam Q.S. Al-
Ma’arijat: 19-22:
َ اِاَّل ْال ُم٢١ َّواِ َذا َم َّسهُ ْالخَ ْي ُر َمنُوْ ع ًۙا٢٠ اِ َذا َم َّسهُ ال َّشرُّ َج ُزوْ ع ًۙا١٩ ق هَلُوْ ع ًۙا
٢٢ َصلِّ ْي ۙن َ ِ۞ اِ َّن ااْل ِ ْن َسانَ ُخل
(19) Sesungguhnya manusia diciptakan dengan sifat keluh kesah lagi kikir. (20)
Apabila ditimpa keburukan (kesusahan), ia berkeluh kesah. (21) Apabila
mendapat kebaikan (harta), ia amat kikir, (22) kecuali orang-orang yang
mengerjakan salat”.
buruk. Oleh karena itu, sangat keliru jika dikatakan bahwa manusia bertambah
ukuran pada kepalanya. Akan tetapi, kita dapat mengatakan bahwa manusia
bertambah ukuran jenggotnya, atau ukuran pada tubuhnya. berkaitan dengan
perkara ini, Allah Swt. telah berfirman:
َرُوْ نFا َّوهُ ْم يَ ْستَب ِْشFFًزَ ا َد ْتهُ ْم اِ ْي َمانFFَوْ ا فFFُا فَا َ َّما الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنFۚ Fً ِذ ٖ ٓه اِ ْي َمانFهُ ٰهFت سُوْ َرةٌ فَ ِم ْنهُ ْم َّم ْن يَّقُوْ ُل اَيُّ ُك ْم زَ ا َد ْت
ْ ََواِ َذا َمٓا اُ ْن ِزل
١٢٤
Nabi Saw. juga pernah bersabda, “Iman itu bertambah atau berkurang.”
Bertambah atau berkurangnya keimanan seseorang merupakan ciri pada jiwa
manusia. Sebab, jiwa manusia termasuk dalam alam al-malakut yang tersembunyi
(rahasia), dan anggota tubuh serta segala perbuatannya termasuk dalam alam al-
mulk yang kasat mata. Kehalusan dan kemurnian ikatan antara kedua alam
dimaksud membuat sebagian orang menganggap keduanya sama dan identik.
Sebagian pendapat lainnya menganggap, bahwa tidak ada alam lain selain alam
yang dapat disaksikan (alam al-syahadah). (Ihya. 2002: 263)
21
Begitu pula dengan manusia yang beriman. Dalam Al-Qur an Surah Al-
Anfal ayat 2, dijelaskan tanda-tanda orang yang beriman.
٢ َت َعلَ ْي ِه ْم ٰا ٰيتُهٗ زَ ا َد ْتهُ ْم اِ ْي َمانًا َّوع َٰلى َربِّ ِه ْم يَتَ َو َّكلُوْ ۙن ْ َاِنَّ َما ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ الَّ ِذ ْينَ اِ َذا ُذ ِك َر هّٰللا ُ َو ِجل
ْ َت قُلُوْ بُهُ ْم َواِ َذا تُلِي
Dalam ayat di atas dikatakan bahwa ciri orang yang beriman ialah,
1. Bergetar hatinya, apabila disebut nama Allah. Bagaimana hati manusia bisa
bergetar saat disebut nama Allah? Dalam hidup Allah hanya memberikan satu
hati kepada manusia. Di hati itu terkumpul sejuta rasa. Apa yang mengambil
tempat terbesar di hati, maka itulah yang membuat hati kita bergetar kepada hal
tersebut.
2. Ciri orang yang beriman ialah, apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Allah,
maka bertambah keimanannya. Ayat seperti apa yang dimaksud? Ada dua ayat
yang dimaksud, yaitu ayat yang diucapkan oleh Allah dan ayat yang diciptakan
Allah melalui alam. Jika ayat ini dibacakan kepadanya, maka bertambahlah
keimanannya.
3. Dia berserah diri hanya kepada Allah, berserah diri artinya ialah menyerahkan
hasil usahanya kepada Allah, bukan menyerahkan diri, pasrah terhadap apa saja
hasil usahanya kepada Allah. Tawakkal ialah berserah diri setelah semua yang
kita lakukan sudah maksimal. Kita sudah berusaha sebaik mungkin, mengenai
hasil berdoalah kepada Allah.
4. Mendirikan shalat. Mendirikan shalat maksudnya melakukan shalat dengan
syarat dan rukunnya kemudian mengimplementasikannya ke dalam kehidupan
22
sehari-hari. Implementasi dari shalat yang dimaksudkan ialah dengan sikap dan
perbuatan. Manusia akan dipertanyakan shalatnya jika dalam hidup hanya bisa
mencuri harta orang lain. Seusai shalat sifat tamaknya jalan lagi. Bukan shalat
seperti ini yang dimaksud. Shalat tidak semata-mata menyembah Allah tanpa
ada maksud lain dari hal tersebut. Dirikanlah shalat sehingga shalat itu dapat
membekas dalam kehidupan sehari-hari.
5. Orang yang menginfakkan sebagian hartanya di jalan Allah. Harta dan
segalanya yang kita miliki sesungghunya bukan milik kita sebenarnya. Namun,
bagi manusia yang beriman harta bisa menjadi milik manusia seutuhnya yaitu
dengan menginfakkan hartanya di jalan Allah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
23
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Andi. Dkk. (2014) Iman Dan Pengaruhnya Dalam Kehidupan. Malang:
Universitas Muhammadiyah.
Asnani, Mahdi. (2018) Makna Iman Islam Dan Kufr Menurut Farid Esack Dan
Kontekstualisasinya Pada Civil Society. An-Nas : Jurnal Humaniora.
Volume 2, No 2.
Disarikan dari Kitab Kasyifatus Saja karya Syekh Nawawi Al-Bantani dan
berbagai sumber lain
https://www.laduni.id/post/read/73967/iman-dan-tingkatannya-menurut-para-
ulama
https://id.scribd.com/document/535375492/Keutamaan-Dan-Pahala-Iman
24