Anda di halaman 1dari 13

Makalah Tafsir

“ Menafsirkan Ta’awudz, Bassmalah dan Al-fatihah (1-4)”

DosenPengampu :

Dr. Hj. Khadijah, M.A.

DisusunOleh :

Kelompok 2

Zilva Gusri Novita 11190530000002

Muhammad Hilmy Rahman 11190530000031

Iva Izahrotunniswah 11190530000041

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAHII A

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum wr wb. Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. Sholawat
serta salam kita curahkan kepada nabi besar kita, Nabi Muhammad saw. Terima kasih kepada
Allah swt. Karna telah memberikan kita semua nikmat iman, islam dan ihsan. Serta telah
memberikan kita rezeki yang terus mengalir dari kita lahir, sampai sekarang ini. Terima kasih
kepada orang-orang yang telah membantu kami dalam menyelesaikan pembuatan makalah yang
dengan izin Allah swt, bisa bermanfaat bagi siapapun yang membaca dan mencari ilmu yang
belum ia ketahui.

Saya sangat bersyukur karna bisa menyelesaikan makalah ini dan bisa lebih mendalami
apa yang saya tulis ini. Dengan mencari dan terus mencari, kita akan mendapat jawaban dari
pertanyaan yang selama ini kita belum ketahui akan kebenaranya. Kebenaran memerlukan fakta.
Fakta bisa didapat jika kita mencari tau dengan penelitian, mencari sumber-sumber dan lainnya.

Jakarta, 14 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... i

Daftar isi.............................................................................................................................. ii

Bab 1 Pendahuluan ............................................................................................................. iii

A. LatarBelakang……………………………………………………………………. iii
B. RumusanMasalah………………………………………………………………… iii
C. TujuanPenulisan………………………………………………………………… iii

Bab 2 Isi...........................................................................................................................................................1

A. TafsirTa’awuz/Iztiazah..................................................................................................................1
1. Tafsir menurut Kitab Ibnu Katsir.................................................................................2
2. Tafsir menurut Kitab Al-Qurtubi.................................................................................4
B. Kitab Tafsir Jalalain Al-Fatihah 1- 4………....………........…………………….. 5

Bab 3 Penutup..................................................................................................................................................9

 Kesimpulan……………………………………………………………………….. 9

DaftarPustaka…………………………………………………………………………….. 10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Surat Al-Fatihah yang merupakan surat pertama dalam Al Qur’an dan terdiri dari
7 ayat adalah masuk kelompok surat makkiyyah, yakni surat yang diturunkan saat Nabi
Muhammad di kota Mekah. Dinamakan Al-Fatihah, lantaran letaknya berada pada urutan
pertama dari 114 surat dalam Al Qur’an. Para ulama bersepakat bahwa surat yang
diturunkan lengkap ini merupakan intisari dari seluruh kandungan Al Qur’an yang
kemudian dirinci oleh surat-surat sesudahnya. Surat Al-Fatihah adalah surat makkiyyah,
yaitu surat yang diturunkan di Mekkah sebelum Rasulullah SAW. hijrah ke Madinah.
Surat ini berada di urutan pertama dari surat-surat dalam Al-Qur’an dan terdiri dari tujuh
ayat. Tema-tema besar Al Qur’an seperti masalah tauhid, keimanan, janji dan kabar
gembira bagi orang beriman, ancaman dan peringatan bagi orang-orang kafir serta pelaku
kejahatan, tentang ibadah, kisah orang-orang yang beruntung karena taat kepada Allah
dan sengsara karena mengingkari-Nya, semua itu tercermin dalam surat Al-Fatihah.
Kedudukan surat Al-Fatihah di dalam Al-Qur’an adalah sebagai sumber ajaran
Islam yang mencakup semua isi Al-Qur’an. Al-Fatihah juga sangat penting dalam ibadah
karna selalu digunakan dalam setiap rakaat dalam sholat, baik sholat wajib maupun sholat
sunnah.

B. RumusanMasalah
1. Apa tafsiran ta’awudz menurut kitab-kitab tafsir?
2. Apa tafsiran bassmalah menurut kitab-kitab tafsir?
3. Apa tafsiran QS. Al-fatihah ayat 1-4 menurut kitab-kitab tafsir?

C. TujuanPenulisan
1. Mengetahui tafsiran lafazh ta’awudz menurut beberapa kitab-kitab tafsir.
2. Mengetahui tafsiran lafazh bassmalah menurut beberapa kitab-kitab tafsir.
3. Mengetahui tafsiran QS. Al fatihah ayat 1-4 menurut beberapa kitab-kitab tafsir.
II BAB

PEMBAHASAN

Tafsiran Ta’awudz/Isti’adzah A.

perintah ta’awudz atau isti’adzah dalam Surat Allah telah berfirman dalam Al-qur’an tentang
Al-Araf ayat 199-200 :

ْْ ْ ْ ‫م‬ ْ ‫خذإالعفوإوأ مْرإباللعْرفإوأَْرضْ إَنإالجالهَّعنمإ*إوِمالإي نزغمنكم‬


‫ه‬ ‫َِّ ِإَِعٌإََّ عٌإ‬lَّ‫إمنمإالشعْطالنإَّزغإفالَْت عذإبإال لَّ ِِإ‬
‫هم‬ ‫م ْمهه‬
‫ممم‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫مهم م‬ ‫م م‬
Artinya, “Jadilah pemaaf dan mintalah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah
daripada orang-orang yang bodoh. Jika kamu ditimpa godaan setan, maka berlindunglah
kepada Allah. Sungguh Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”

Adapun berikut ini adalah perintah ta’awudz atau isti’adzah pada Surat Al-Mukminun ayat
96-98.
‫ٌََّم إب ِمال إيمصفونم إ* إوم ْقل إرمب إأ َموذ إبكم إمنْ إهم ِممزات إالشهمعالطعن إ* إوممأَوذ إبكم إرمب إأم ْنإإ‬l} ‫ إَّمحْ ن إأ ْ َم‬l‫ادفٌ إباللهتي إهي إأمحْ سمن إالسهعمئمة‬
‫م‬
‫ميحْ ضرونإ‬

Artinya, “Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa
yang mereka sifatkan. Katakan, ‘Ya Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari bisikan-bisikan
setan. Aku berlindung (pula) kepada-Mu ya Tuhanku, dari kehadiran mereka padaku,’” (Surat
Al-Mukminun ayat 96-98).

’awudz atau isti’adzah sebagai


berikut:

‫ه‬ ‫هم‬ ‫م‬ ‫ْ م‬ ‫ه‬ ‫ه‬


‫م‬
Artinya, “Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan
kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.”
Tafsiran Lafazh Isti’adzah / Ta’awudz Menurut beberapa Kitab

1. Kitab Ibnu Katsir


Pada kitab Ibnu Katsir Lafazh Ta’awudz di tafsirkan sebagai berikut :
Ibnu Katsir (1301 M-1372 M) berpendapat, Allah memerintahkan ta’awudz dari
setan jin (karena ada setan dari kalangan manusia) karena ia tidak dapat disuap untuk
terhindar dari kejahatannya dan tidak terpengaruh oleh kebaikan (berbeda dari setan
manusia yang menerima suap). Secara tabiat, setan jin sangat buruk. Yang dapat
menahan kejahatan setan jin terhadap manusia tidak lain hanya Penciptanya sendiri.
Setan dalam kosakata Arab merupakan turunan dari kata “syathana,” yaitu jauh.
Maksudnya, setan jauh dari tabiat manusia dan dengan kefasikannya menjadi jauh dari
kebaikan. (Ibnu Katsir, Tafsirul Qur’anil Azhim, [Mesir, tanpa keterangan penerbit dan
tahun], juz I, halaman 174-175).
‫الهعفإ سا َووالإ ٌفدإل ةذالعتَالاإ نأإ رو ِهجالإ ِ ََّعإ يذالإ روه ِشالو‬، ‫ةوالتالإ لبقإ نوكتإ اإَِِّل‬، ‫إ ةيآلاإ ىنعموإ‬
ْ
‫م‬ ‫هم‬ ‫م مْ ه‬ ْ ‫ممم‬
‫لحنال[إ}إٌعجرالإه‬:‫إ‬89 ]‫يأإ‬:‫ِلوقكإةءارقالإتدرأإا ذِإ‬:‫إٌتِْقإا ِذإ{إ‬ ‫َِّاللبإذعتَا لْفإنآمرْ قالإتم‬lَّ‫نالطْعشالإنممِإ‬ َ‫ٌهدن‬:‫أرقإاذإفإ{إ‬

ْ ‫م‬
‫م‬
ْ ‫م‬
‫ يدْيأوإإ ٌك‬l‫ةدئالِال[إةيآلاإ}إٌك‬:‫إ‬6 ]‫يأإ‬:‫مالعقالإ ٌتدرأإاذِإ‬ l‫صالإىلِوإاوَّسغالفإةالم‬.

ْ‫م‬ ‫هومج ْ م‬ ‫ه‬


Artinya, “Yang masyhur di kalangan masyoritas ulama, isti’adzah atau ta’awudz
bertujuan untuk menolak was-was dalam bacaan dan itu dilakukan sebelum membaca Al-
Qur’an. Ini berangkat dari pengertian ayat berikut menurut mayoritas ulama, ‘Jika Anda
membaca Al-Qur’an, berlindunglah kepada Allah dari setan terkutuk,’ (An-Nahl ayat 98).
Maksudnya tidak lain, ‘Jika Anda ingin membaca’ sebagaimana pengertian pada ‘Jika
kalian melakukan shalat, basuhlah wajah dan tangan kalian,’ (Al-Maidah ayat 6),
maksudnya ‘Jika kalian ingin shalat,’” (Ibnu Katsir, Tafsirul Qur’anil Azhim, [Mesir,
tanpa keterangan penerbit dan tahun], juz I, halaman 169).
Menurut Ibnu Katsir, pelafalan ta‘awudz atau isti’adzah berfaidah untuk
membersihkan mulut dari ucapan sia-sia dan kotor. Pelafalan ta‘awudz merupakan
persiapan mulut untuk membaca Kalam Ilahi. Ta‘awudz adalah bentuk pengakuan atas
kuasa Allah dan kelemahan manusia dalam melawan gangguan musuh yang bersifat
batin. Setan dapat melihat manusia. Sedangkan sebaliknya, manusia tidak dapat melihat
setan. Namun secara umum, ta‘awudz adalah bentuk permohonan kepada Allah untuk
melindungi kita dari segala bentuk kejahatan dan keburukan,” (Ibnu Katsir, Tafsirul
Qur’anil Azhim, [Mesir, tanpa keterangan penerbit dan tahun], juz I, halaman 174-175).
Ibnu Katsir mengatakan bahwa salah satu manfaat pelafalan ta’awudz adalah dapat
meredakan kemarahan di dalam hati yang sedang dialami seseorang. Ia membawa
riwayat hadits Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan An-Nasai.
‫إقالإلََّ ِعالنإ‬:‫إقالل‬،‫إَنإَديإبنإثالبت‬،‫إَنإاألَِش‬،‫إحدثنالإجرير‬،‫إحدثنالإَثِالنإبنإأبيإشعبة‬:‫قالإلالبخالري‬

‫إفقالإلالنبيإصَّىإاإَِّل ََّ ِعإ ََّو‬،‫إفأحد ِهالإيسبإصالحبِإمغضمإالإقدإا ِحرإب وج ِه‬،‫إوَّحنإَندهإجَّوس‬،‫إََو‬ ٌََّl} ‫إاَتبإرجالنإَندإالنبيإصَّىإاإَِّل ََّ ِع‬:‫بنإصمرد‬

‫إأَوذإبالإَِّل منإالشعطالنإ‬:‫إوإقالل‬،‫َّيإأإٌََّل َِّكةإلوإقاللهالإلذهبإَنِإمالإيجد‬lَِّ‫إ"ِإ‬:ٌ


ٌََّl} ‫إصَّىإاإَِّل ََّ ِع‬1)) ‫ِسإمالإيقوإل َروإلاإَِّل‬lٌٌِ ‫إأاإلت‬:‫الرجعٌإ"إفقاللواإلَّرجل‬
‫وقدإرواهإ‬.‫إ‬2))‫يإلستإبِجنونإ‬lََِّّ‫ِإ‬:‫إََوإقالل‬
ِ ‫إ‬،‫إَنإاألَِش‬،‫إمنإطرقإمتعددة‬،‫إوالنسالئي‬،‫إوأبيإداود‬،‫إمَس‬
-‫ب‬ l}ٌَّ ‫ ٌم‬-‫أيضال‬
Artinya, “Imam Al-Bukhari meriwayatkan hadits dari Sulaiman bin Shurad bahwa
dua orang saling mencaci di hadapan Rasulullah. Sementara kami duduk di dekatnya.
Salah seorang dari keduanya mencaci yang lain dan ia tampak marah dengan wajah
memerah. Rasulullah bersabda, ‘Sungguh , aku mengetahui kalimat yang bila diucapkan,
niscaya kemarahan di hatinya akan reda.’
Rasulullah lalu membaca, ‘A‘udzu billahi minas syaythanir rajim.’ Para sahabat
lalu berkata kepada orang tersebut, ‘Apakah kau mendengar ucapan Rasulullah SAW
tadi?’ ia menjawab, ‘Aku tidak gila.’ Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim, Abu
Dawud, dan An-Nasai dari banyak jalan, dari A’masy,” (Ibnu Katsir, Tafsirul Qur’anil
Azhim, [Mesir, tanpa keterangan penerbit dan tahun], juz I, halaman 173). Pelafalan
Ta‘awudz atau Isti’adzah Ulama berbeda pendapat perihal waktu bacaan ta‘awudz atau
isti’adzah.
Sebagian ulama mengatakan bahwa ta’awudz dibaca sebelum membaca Al-
Qur’an. Sebagian lagi mengatakan bahwa ta’awudz dibaca setelah selesai membaca Al-
Qur’an. Dalil atas pembacaan ta’awudz sebelum membaca Al-Qur’an adalah riwayat
Ahmad bin Hanbal bahwa Rasulullah SAW bila melakukan shalat malam mengawali
shalatnya dan bertakbir, lalu membaca, “Subhānakallāhumma wa bi hamdika, wa
tabaraksmuka, wa ta‘alā jadduka, wa lā ilaha ghayruka ,” lalu membaca tahlil 3 kali, lalu
membaca, “A’ūdzu billahis sami’il ‘alim, minas syaythanir rajim min hamazihi, wa
nafkhihi, wa nafatsihi,” (Ibnu Katsir, Tafsirul Qur’anil Azhim, [Mesir, tanpa keterangan
penerbit dan tahun], juz I, halaman 169).
2. Al-Qurtubi
Al-Qurthubi meriwayatkan dari Abu Bakr Ibnul Arabi, dari Imam Malik bahwa
ta’awudz dibaca setelah selesai Surat Al-Fatihah. Sedangkan pendapat lain
menggabungkan dua dalil dengan mengatakan bahwa ta’awudz dibaca sebelum dan
setelah selesai Surat Al-Fatihah.
Hukum Pelafalan Ta‘awudz atau Isti’adzah Mayoritas ulama mengatakan bahwa
bacaan ta’awudz bersifat sunnah, bukan wajib yang membuat seseorang berdosa ketika
tidak membacanya. Fakhruddin Ar-Razi menghikayatkan kewajiban bacaan ta’awudz di
dalam dan di luar shalat ketika hendak shalat dari Atha bin Abi Rabah. Ibnu Sirin
mengatakan, bacaan ta’awudz cukup dibaca sekali seumur hidup untuk menggugurkan
kewajiban. Fakhruddin mengemukakan argumentasi kewajiban Atha dari perintah
“fasta’idz” secara tekstual.
Menurutnya, ini perintah untuk kewajiban dan juga mempertimbangkan kebiasaan
Rasulullah atas bacaan ta’awudz. Di samping itu, bacaan ta’awudz dapat menolak godaan
setan dengan menimbang kaidah ma la yatimmul wajib illa bihi fa huwa wajib. Bacaan
ta’awudz lebih diutamakan sebagai satu jalan wajib. Ulama lain mengatakan, kewajiban
bacaan ta’awudz hanya berlaku bagi Nabi Muhammad SAW, bukan umatnya. Dari Imam
Malik dihikayatkan bahwa, ia tidak membaca ta’awudz pada shalat wajib, tetapi
membacanya pada shalat malam pertama bulan Ramadhan.
Menurut Imam As-Syafi’i dalam Al-Imla, lafal ta’awudz dibaca lantang/jahar.
Tetapi jika dibaca perlahan/sirr, itu tidak masalah. Dalam Al-Umm, ia mengatakan bahwa
kita boleh memilih untuk membaca jahar atau sir. Ibnu Umar membaca ta’awudz dengan
perlahan. Sedangkan Abu Hurairah membacanya secara lantang. Imam As-Syafi’i pernah
mengemukakan dua pendapat berbeda perihal kesunnahan pembacaan lafal ta’awudz
pada selain rakaat pertama.
Pendapat pertama menyatakan bacaan ta’awudz sunnah dibaca pada selain rakaat
pertama. Tetapi pendapat paling kuat menyatakan bahwa bacaan ta’awudz tidak sunnah
dibaca pada selain rakaat pertama. Adapun Syekh Wahbah Az-Zuhayli menyatakan
bahwa pelafalan isti‘adzah atau ta’awudz dianjurkan untuk dibaca setiap kali kita
mengawali tadarus Al-Qur’an. Kita juga dianjurkan untuk melafalkan isti‘adzah atau
ta’awudz pada awal shalat
‫م‬ ‫ْ م‬ ْ ‫م‬ ‫ْ م‬ ‫ه‬
‫م‬
‫ إذاإقرأتم‬ll‫إف‬:‫إقالإلا إَِّل تعاللى‬،‫واالَتعالذةإمستحبةإفيإبدايةإتالو ةإالق رآنإو فيإبدايةإالصالة‬ ‫إالقإر‬
ْ ‫آنمإفالَْت عذإباللَّ ِإ‬.

l‫إفالَتفتحإصالتِإ‬،‫ٌََََّوإِذاإقالمإمنإالَّعل‬l} ‫إوإكالنإروإلاإَِّل صَّىإاإَِّل ََّ ِعإ‬


َ 89]‫إ‬16/‫إ‬:‫إ[النحل‬89))‫منمإالشهعْطالنإالرهجعٌإ‬
‫إثٌإ‬،-‫إثالثال‬-‫إا ِإلإِل ِ اإلا َِّل‬:‫إثٌإيقول‬،‫إوا ِإلإِل غعرك‬،‫إوتعاللىإجدك‬،‫إوتبالركإاَِك‬،‫ٌإوبحدك‬
ِ ‫إقالإل«َبحالَّكإالَّه‬،‫وكبر‬
‫ث‬ ِ ‫إأَوذإبالإَِّل ال ِسعٌإال َّععٌإمنإالشعطالنإالرجعٌإمنإ ِهزهإو‬:‫»يقول‬
ِ ‫َّفخإوَّف‬
Artinya, “Isti‘adzah atau ta’awudz dianjurkan di awal pembacaan Al-Qur’an dan di
awal shalat. Allah berfirman, ‘Jika Anda ingin membaca Al-Qur’an, berlindunglah
kepada Allah dari setan terkutuk,’ (An-Nahl ayat 98). Rasulullah SAW bila melakukan
shalat malam mengawali shalatnya dan bertakbir, lalu membaca, ‘Subhānakallāhumma
wa bi hamdika, wa tabaraksmuka, wa ta‘alā jadduka, wa lā ilaha ghayruka ,’ lalu
membaca tahlil 3 kali, lalu membaca, ‘A’ūdzu billahis sami’il ‘alim, minas syaythanir
rajim min hamazihi, wa nafkhihi, wa nafatsihi,’” (Syekh Wahbah Az-Zuhayli, At-Tafsirul
Wasith, [Beirut, Darul Fikr: 1442 H], cetakan pertama,halaman4).

B. Tafsir lafazh bassmalah dan Alfatihah 1-4


Kitab Jalalain Juz 1

َّ
ِ‫حيم إ‬ ِ ‫بْس ِماللِ ََِِّّهالرْ َح ِم ََِِِِّّن‬
ِ ‫الر‬ ِْ

001. (Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang)

ِ
{ِ‫هلل‬
ِ ‫ِلجميعِ}الحم ِد‬
ِ ‫ِمالك‬:‫تعالى‬
ِ ‫ِأنه‬
ِ ‫ِاللهبمضمونهاِعلى‬
ِ ‫جملةِخبريةِقصدِبهاِالثنا ِءعلى‬
ِ‫العالمين} ِِأيمالك‬
ِ ‫ِرب‬
ِ {‫ِبحق‬
ِ ‫ِواللهعلمِعلىِالمعبود‬
ِ ‫ِآومستحقِألنِيحمدوه‬ ِ ‫الحمدِمنِالخلق‬
‫ِعليهعالمِيقالِعال ِم‬
ِ ‫ِوالدوابوغيرهمِوكلِمنهاِيطلق‬
ِ ‫جميعِالخلقِمنِاإلنسِ والجنِوالمالئكة‬
‫ِألنهعالمةِعلىِموجده‬
ِ ‫ِوهو منِالعالمة‬
ِ ‫ِأوليالعلمِعلىِغيرهم‬ِ ‫جمعهباليا ِءوالنون‬
ِ ‫في‬
ِ ‫ِوغلب‬
ِ ‫ِغيرذلك‬
ِ ‫ِ اإلنسِ وعالمِالجنِإلى‬

002. (Segala puji bagi Allah) Lafal ayat ini merupakan kalimat berita, dimaksud sebagai ungkapan
pujian kepada Allah berikut pengertian yang terkandung di dalamnya, yaitu bahwa Allah Taala
adalah yang memiliki semua pujian yang diungkapkan oleh semua hamba-Nya . Atau makna yang
dimaksud ialah bahwa Allah Taala itu adalah Zat yang harus mereka puji . Lafal Allah merupakan
nama bagi Zat yang berhak untuk disembah. (Tuhan semesta alam) artinya Allah adalah yang
memiliki pujian semua makhluk-Nya, yaitu terdiri dari manusia, jin, malaikat,
hewan-hewan melata dan lain-lainnya. Masing-masing mereka disebut alam. Oleh karenanya ada
alam manusia, alam jin dan lain sebagainya . Lafal 'al-`aalamiin' merupakan bentuk jamak dari
lafal '`aalam', yaitu dengan memakai huruf ya dan huruf nun untuk menekankan makhluk
berakal/berilmu atas yang lainnya. Kata 'aalam berasal dari kata `alaamah (tanda) mengingat ia
adalah tanda bagi adanya yang menciptakannya.

{ِ‫ِالرحيم‬
ِ ‫ِ}الرحمن‬
‫ِالخيرألهل ِه‬
ِ ‫ِوهيإرادة‬
ِ ‫ذيالرحمة‬
ِ ‫ِأي‬

003. (Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang) yaitu yang mempunyai rahmat. Rahmat
ialah menghendaki kebaikan bagi orang yang menerimanya.

ِ
{ِ‫ِالدين‬
ِ ‫ِ }مالكِيوم‬
‫ِبدليل‬
ِ ‫ِللهتعالى‬
ِ ‫ِفيهألحدِإال‬
ِ ‫ألنهالِملكِظاهرا‬
ِ ‫بالذكر‬
ِ ِ‫وهويومِالقيامةِوخص‬ ِ ‫{أيالجزا ِء‬
ِ
ِ‫هوموصوف‬ِ ‫ِأو‬ِ ‫كله ِفييومِالقيامة‬
ِ ‫ِاألمر‬
ِ ‫ِاليوم؟ِهللِ}ِومنِقرأِمالكِفمعناهِمالك‬
ِ ‫لمنِالملك‬
‫ِوقوعهصفةِلمعرفة‬
ِ ‫الذنبفصح‬
ِ ‫ِكغافر‬
ِ ‫ِ بذلكِدائما‬

004. (Yang menguasai hari pembalasan) di hari kiamat kelak. Lafal 'yaumuddiin ' disebutkan
secara khusus, karena di hari itu tiada seorang pun yang mempunyai kekuasaan, kecuali hanya
Allah Taala semata, sesuai dengan firman Allah Taala yang menyatakan, "Kepunyaan siapakah
kerajaan pada hari ini (hari kiamat )? Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha
Mengalahkan." (Q.S. Al-Mukmin 16) Bagi orang yang membacanya 'maaliki' maknanya menjadi
"Dia Yang memiliki semua perkara di hari kiamat". Atau Dia adalah Zat yang memiliki sifat ini
secara kekal, perihalnya sama dengan sifat-sifat-Nya yang lain, yaitu seperti 'ghaafiruz dzanbi'
(Yang mengampuni dosa-dosa). Dengan demikian maka lafal 'maaliki yaumiddiin' ini sah
menjadi sifat bagi Allah, karena sudah ma`rifah (dikenal).

ِِ

ِ
ِ
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sebagai salah satu surat dalam Al-Qur’an yaitu surat Al-Fatihah memiliki makna,
selain sebagai bacaan pada saat sholat untuk beribadah, tetapi juga sebagai pengarah dan
pembinbing untuk membentuk pandangan hidup seorang muslim. Ada banyak sekali
buku tebal yang menafsirkan semua surah dalam Al-Qur’an dan insyallah dari berbagai
referensi dan pengarang yang berbeda-beda dalam menafsirkan Al-Qur’an, semuanya
dengan seizing Allah SWT. baik dan dapat dipertanggung jawabkan oleh para pengarang,
atau mufassir.

B. SARAN
Oleh karna itu, harapan kami berdasarkan kesimpulan diatas, bahwa surat Al-
Fatihah sangat penting dan selalu digunakan dalam setiap rakaat sholat, maka kami
menyarankan kepada para pembaca untuk memahami setiap kata dalam surat Al-Fatihah,
sebuah media yang bisa digunakan adalah ilmu tafsir dari berbagai sumber tafsir yang
ada, semuanya insyaallah baik.
DAFTAR PUSTAKA

-Muhammad, Syaikh. 2006. TafsirAdhwa’ul Bayan. Jakarta: PustakaAzzam.

-Ahmad, Syaikh. 2008. TafsirImanSyafi’i. Jakarta: PenerbitAlmahira.

-Ahmad Isawi, Muhammad. 2009. TafsirIbnuMas’ud. PustakaAzzam.

Anda mungkin juga menyukai