MAKALAH
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Abdul Karim Amrullah
Ahmad Fuad
ii
2. Teman-teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam
penyelesaian makalah.
Hanya harapan dan doa, semoga Allah SWT memberikan balasan
yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah berjasa dalam membantu
penuli menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis serahkan segalanya
dalam mengharapkan keridhaan, semoga makalah ini bermanfaat bagi
masyarakat umumnya dan bagi penulis khususnya, serta anak dan keturunan
penulis kelak. Aamiin
Jakarta, November 2019
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………………….......… i
Kata Pengantar ………………........……………………..…. ii
Daftar Isi …………………………………………..…. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………..…... 2
C. Tujuan Masalah …………………………………............ . 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sab’atu Ahruf............................................................ 3
B. Hadits-Hadits Tentang Al-Qur’an Turun Dalam Tujuh Huruf .. 4
C. Pendapat Ulama Mengenai Sabatu Ahruf ................................. 6
D. Hikmah Turunnya Al-Qur’an Dengan Tujuh Huruf.................. 17
E. Pengertian Qira’at ..................................................................... 18
F. Syarat-Syarat Qira’at Dikatakan Shahih ................................... 19
G. Macam-Macam Qiraat .............................................................. 19
H. Tokoh-Tokoh Qira’at Sab’ah .................................................... 20
I. Perkembangan Sejarah Dalam Penyebaran Qira’at.................... 23
J. Hikmah Qira’at........................................................................... 25
K. Antara Ahruf Sab’ah dan Qira’at Sab’ah…………….…........ 26
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Makalah ini membahas tentang istilah tujuh huruf atau
sab’atu ahruf dalam Al-Quran. Membahas tentang perbedaan
pendapat para ulama tentang sab’atu ahruf, hadits tentang sab’atu
ahruf dan perbedaan antara sab’atu ahruf dengan qiro’at sab’ah.
Kedua duanya merupakan sebuah hasanah keilmuan islam yang
mempunyai pengertian yang berbeda. Bahkan ulama’ pun saling
berbeda pendapat dalam memahami dan menafsirkan arti tujuh
huruf. Namun yang perlu kita insafi bahwa keberaneka ragaman
penafsiran para ulama adalah sebuah rahmat dari Allah SWT, hal
ini seperti yang dikatakan “al ikhtilafu baina ummati rohmatun”.
Semoga makalah yang akan kami sampaikan dapat memberi
tambahan wawasan keilmuan kita tentang Alquran. Dengan
demikian semakin hauslah kita dengan ilmu ilmu yang berkaitan
dengan alquran dan akan semakan cintalah kita dengan kitab suci
kita ini. Berharap pula semoga kita kelak mendapat syafaatnya di
yaumil qiyaamah. Aamiin.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sab’atu ahruf
2. Bagaimana hadits-hadits tentang sab’atu ahruf
1
2
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian sab’atu ahruf
2. Untuk mengetahui hadits-hadits tentang sab’atu ahruf
3. Untuk mengetahui pendapat ulama tentang sab’atu ahruf
4. Untuk mengetahui pengertian qira’at sab’ah
5. Untuk mengetahui perbedaan antara sabatu ahruf dan qiraat sabah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sabatu Ahruf
Kata سبعةberamakna bilangan yang terletak antara enam dan
delapan1, sebagian ulama memahami bahwa kata سبعةadalah simbol yang
menunjukkan banyak dan tidak terbatas pada angka tujuh saja. Para
ulama secara umum cenderung berpendapat bahwa سبعةdalam hadis
adalah dalam arti tujuh yang sebenarnya bukan kiasan. Sedangkan kata
احرفmerupakan bentuk plural dari حرفyang dapat berarti pinggir dari
sesuatu, dan dapat pula berarti salah satu huruf dari huruf hijaiyah.2
Ulama’ berbeda pendapat mengenai tujuh hurf ini, hampir ada sekitar
40 pendapat ulama mengenai hal ini.3
Dalam konteks bahasa umum ketika disebut kata huruf, ungkapan ini
akan dapat langsung dipahami maknanya, akan tetapi ketika kata huruf
dihubungkan dengan al-Qur’an akan muncul banyak pendapat dalam
memahaminya. Perbedaan ini disebabkan karena tidak adanya informasi
yang tegas dari Nabi yang menjelaskan makna dan bentuk-bentuk huruf
ini.
1
Manzhur, Lisan al-‘Arab, (Beirut : Dar al-Ayha’ al-Turats al-‘Arabiy, t.th), J.6, h156
2
Manzhur, Lisan al-‘Arab, (Beirut : Dar al-Ayha’ al-Turats al-‘Arabiy, t.th), J.6, 128
3
Salim, Muhsin. “Ilmu Qira’at Tujuh”, (Jakarta: YATAQI, 2008), 27.
3
4
يامرك ان تقرىء امتك القران على حرف فقال اساءل اّلل معافاته ومغفرته وان امتى
لا تطيق ذالك ثم اتاه الثانية فقال ان اّلل يامرك ان تقرىء امتك القران على حرفين
فقال اساءل اّلل معافاته ومغفرته وان امتى لاتطيق ذالك ثم جاء الثالثة فقال ان اّلل
يامرك ان تقرىء امتك القران على ثلاثة احروف فقال اسال اّلل معافاته ومغفرته
وان امتى لا تطيق ذالك ثم جاءالرابعة فقال ان اّلل يامرك ان تقرىء امتك القران
5
Muhammad bin Ismail Abu Abdullah Al-Bukhari, Jami’ Musnad Shahih al-Bukhari
hadis (al-Maktabah asy-Syamilah) Juz. 9 No. 2419
6
Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih al-Bukhari (Beirut: Dar al-Kutub, juz. 3,
2004), hlm. 1176
6
7
https://library.islamweb.net/ar/library/index.php?page=bookcontents&ID=15&idfro
m=14&idto=14&flag=0&bk_no=48&ayano=0&surano=0&bookhad=0
8
S}ubh}i as}-Sal} ih, Maba>his\ fi> Ulu>m al-Qur’a>n (Bairut: Da>r al-Ilmi, 1972), hlm.102
7
اقبل – هلما
اسرع- عجل
Misalnya ayat :
12
كلما أضاءلهم مشوافيه
11
Ibrahim al-Abyariy, Tarikh al-Qur’an (Kairo: Dar al-Qalam, 1965), hlm. 84
12
QS. Al-Baqara : 20
13
QS. al-Hadid: 13
9
اقرأنى جبريل على حرف فراجعته فلم أزل أستزيده حتى انتهى إلى سبعةأحرف
كلمات ُ فتلقى
آدم من ربه
ٍ
ٌ َ فتلقى
Ayat ini dapat dibaca : آدم من ربه كلمات
14
Al-Zarkasyi, Al-Burhan fi Ulum al-Qur’an...., Juz I, hlm. 220.
10
yaitu “ لأ مانتهم. Dalam mushaf Usmani ditulis tanpa alif , yaitu
أمنتهم.
Kata talhin diganti dengan tal’in, yang artinya sama, yaitu: pohon
pisang. Memang ada persamaan makhraj huruf ‘ain dan huruf kha,
yaitu halq (rongkongan). Namun demikian pergantian itu kadang-
kadaenimbulkan bacaan yang syadz sebab bacaan itu tidak
mutawatir, seperti bacaan Ibnu Mas’ud pada ayat : فاقطعوا اأيمانهما:
maka potonglah kedua tangan kanannya
15
QS. Qaf: 19
12
Pada bacaan yang kedua, ditambah dengan huruf jar pada min
18
بلى قادرين على أن نسوى بنانه
الصلاة, الطلاق: Huruf lam pada kedua kata ini dibaca dengan
tafkhim (tebal)
16
QS. al-Taubah: 100
17
QS. Taha: 9
18
QS. al-Qiyamah: 4
13
3) kepada huruf dal yang terletak pada akhir kata yang pertama, yaitu
qad, seperti : قد افلح
َ
تسود وجوهdibaca تسود وجوه
j. Perbedaan karena membaca isyba’ pada huruf mim yang ada pada
dhamir jama’ mudzakar, yaitu dengan cara memanjangkan
bacaannya, seperti :
19
S}ubh}i as}- S}a>lih, Maba>his\ fi> Ulu>m al-Qur’a>n, hlm. 113
14
14
10. Harf termasuk kata musykil yang tidak diketahui artinya. Secara
bahasa harf bisa berarti huruf alpabet, bisa juga berarti kata, pun
juga bisa berarti makna dan arah. Pendapat ini diungkapkan oleh
Ibnu Sa’dan al-Nahwi.
31. Sabʻatu ahruf ialah ayat tentang sifat Tuhan Maha Pencipta, ayat
tentang penegasan keesaan-Nya, ayat tentang penegesan sifat-
sifat-Nya, ayat tentang penegasan para rasul, ayat tentang
penegasan kitab-kitab-Nya, ayat tentang penegasan Islam, ayat
tentang peniadaan kekufuran.
32. Sabʻatu ahruf adalah beriman kepada Allah swt, menjauhi syirik,
melaksanakan perintah, menghindari larangan, mantab dalam
keimanan, mengharamkan yang telah diharamkan Allah swt dan
taat kepada Rasul-Nya.
33. Menurut Jumhur Ulama yaitu pendapat Abu Al-Fadl Ar-Razi
yang paling mendekati kebenaran. Dia mengatakan bahwa arti
sabatu ahruf adalah tujuh wajah/bentuk. Maksudnya,
keseluruhan Al-Quran dari awal hingga akhir tidak akan keluar
dari tujuh wajah perbedaan berikut:
a. Perbedaan dalam bentuk Isim (Mufrad, Musanna, atau
Jama’)
b. Perbedaan dalam bentuk Fi’il (Madi, Mudari’, atau Amr)
c. Perbedaan dalam bentuk I’rab (rafa’, Nasab’, Jarr, atau
Jazam)
d. Perbedaan dalam bentuk Naqis (Kurang) atau Ziyadah
(tambah)
e. Perbedaan dalam bentuk taqdim dan Ta’khir (mendahulukan
dan mengemudiankan)
f. Perbedaan dalam bentuk Tabdil (pergantian huruf atau kata)
g. Perbedaan dalam bentuk dialek (lahjah) seperti bacaan Al-
Imalah, At-Taqlil, Al-Idgam, Al-Izhar dal lain-lain.20
20
Fatoni, Ahmad. “Kaidah Qiraat Tujuh.” Darul Ulum Press, 2007 hal.3-4.
17
4. yang beragam. Setelah Nabi Muhammad diberikan keringanan oleh Allah untuk
membaca Al-Qur‟an dengan tujuh huruf, Nabi mengajarkan kepada para
sahabat dengan ragam bacaan. Sehingga pernah terjadi kesalah pahaman di
antara mereka dan pernah mereka saling menyalahkan yang lainnya jika terjadi
perbedaan bacaan, bahkan di antara mereka ada yang sempat tertegun dan tak
mempercayai bahwa hal itu terjadi pada Al-Qur‟an. Namun Nabi memberikan
penjelasan kepada mereka tentang pokok persoalan, sehingga mereka dapat
memahaminya. Pengajaran Nabi kepada para sahabatnya dengan beragam
bacaan terus berlangsung hingga Nabi wafat. Para sahabat yang mendapatkan
pelajaran AlQur‟an dari Nabi terus memegang bacaan mereka dan mengajarkan
cara pembacaan tersebut kepada para murid-murid mereka.
21
Hal ini sejalan dengan pendapat Ibnul Jazri, bahwa sebab turunnya Al Quran
dengan tujuh huruf (sa’batu ahruf) adalah untuk memberikan kemudahan terhadap umat ini
dan rahmat kepada mereka serta menjadi jawaban atas permohonan dari nabi mereka, lihat :
As Suyuthi, Al Itqan fii Ulumil Quran, hal. 132.
18
E. Pengertian Qira’at
Qira’at ( )ﻗراءاتsecara etimologi merupakan isim mashdar dari kata
ً يَ ْق َرأ ُ – ﻗ َِرأَة- َ ﻗَ َرأyang artinya baca, membaca.23 Yang kemudian ً ﻗ َِرأَةdi
jamakkan menjadi ﻗراءات. Az - Zarqani menyatakan ﻗراءاتmerupakan
bentuk mashdar Sama’iy (kata dasar tak beraturan).24
Sedangkan secara terminologi telah dikemukakan oleh para pakar
Al-Qur’an, diantaranya:
1. Menurut az-Zarqani dalam kitab Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum Al-
Qur’an qiraat adalah suatu cara yang ditempuh oleh imam Qiraah
(qari’) yang dengannya ia berbeda dengan yang lainnya dalam hal
membaca Al-Qur’an disertai dengan kecocokan riwayat-riwayat dan
jalur-jalur darinya baik perbedaan itu dalam hal membaca atau
mengucapkan huruf ataupun caranya.
2. Menurut Imam Syihabbuddin al-Qatalani dalam kitab Lataif al-Isyarat
fi Funun al-Qiraat sebagaimana yang dikutip oleh Nur Faizah,
menjelaskan bahwa qiraat adalah suatu ilmu untuk mengetahui
kesepakatan serta perbedaan para ahli qiraat (cara pengucapan lafad
Al-Qur’an) yang menyangkut aspek lughat, i’rab, hadzf, isbat, fasl,
wasl yang diperoleh dengan cara periwayatan.25
3. Menurut Ali as-Sabuni dalam kitab at-Tibyan fi ‘Ulum Al-Qur’an
qiraat adalahsalah satu aliran dalam mengucapkan Al-Qur’an yang
dipakai oleh salah satu imam qura’ ang berbeda dengan lainnya dalam
hal ucapan berdasarkan sanad-sand sampai kepada Rasul.26
Jadi disimpulkan dari beberapa pendapat diatas bahwa qiraat
adalah ilmu yang membahas tentang perbedaan cara pengucapan lafadz-
lafadz, metode dan riwayat Al- Qur’an yang disandarkan oleh tujuh imam
qurra’ sebagai suatu madzab yang berbeda- beda dengan yang lainnya.
22
Manna’ al-Qahthan, Mabaahits Fi Ulumil Quran, (Mansyuraat Al ‘Ashril hadits,
Riyad, 1393 H/1973 M.), hal. 169.
23
Munawwir, “Kamus Al-Munawwir Indonesia-Arab Terlengkap”, (Surabaya:
Pustaka Progressif, 2007
24
Al-Zarqani, “Manahil Al-Urfan fi Ulum Al-Qur’an”, 43
25
Nur Faizah, “Sejarah Al-Qur’an”, (Jakarta Barat: CV Artha Rivera, 2008), 133
26
Ash-Shaabuuniy, Muhammad Ali, “Studi Ilmu Al-Qur’an”, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 1991), 374.
19
G. Macam-Macam Qiraat
Sebagian ulama’ menyimpulkan macam-macam qira’at menjadi enam
macam.28
27
Al-Hasani, Muhammad bin Alawi Al-Maliki, “Mutiara Ilmu-Ilmu Al-Qur’an”,
(Bandung: CV Pustaka setia, 1983), 45-46
28
Al-Qattan, Mana’ Khalil. “Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an”, terj. Mudzakir AS,
(Bogor: Litera Antar Nusa, 2016) hal.55
29
Ada yang mengatakan bahwa (asyrah) 3 yang melengkapi termasuk qira’at
masyhur
20
Nama-nama tujuh imam qiraat dan dikenal dua orang perawinya, yaitu
sebagai berikut:31
Hukum Dalam Al-Qur’an”, cet.1, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995). 146-149.
21
H). Beliau membaca Al-Qur’an dari Abdullah ibn al-Sa’ib (dari Ubay
bin Ka’ab dan Umar bin Khattab), Mujahid ibn Jabar dan Dirbas (dari
Ibnu Abbas dari Ubay bin Ka’ab dan Zaid bin Tsabit). Perawinya Al
Bazzi dan Qunbul.
3. Imam Ashim di Kufah
Nama lengkapnya: Abu Bakar Ashim bin Abi Najud al-Asadi (w.
129 H). Beliau membaca Al-Qur’an dari Abu Abd al-Rahman al-Simi
(dari Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Ibnu Syu’bah dan Hafs
Mas’ud, Ubay bin Ka’ab dan Zaid bin Tsabit). Perawinya Syu’bah
dan Hafs.
4. Imam Abu Amr di Bashrah
Nama lengkapnya: Abu Amir Zabban bin al-Ala’ bin Ammar (68-
154 H). Beliau membaca Al-Qur’an dari Hasan al-Bashri dari Abu al-
Aliyah dari Umar bin Khattab dan Ubay bin Ka’ab. Perawinya Ad
Duri dan As Susi
5. Imam Hamzah di Kuffah
Nama lengkap: Hamzah ibn Hubayb ibn al-Ziyyat al-Kufti (80-
156 H). Beliau membaca Al-Qur’an dari Ali Sulaiman al- A’masy,
Said Ja’far As-Shadiq, Hamran ibn A’yan, Manhal ibn Amr dan lain-
lain. Perawinya Khalaf dan Khallad.
6. Imam Nafi’ di Madinah
Nama lengkap: Nafi ibn Abd al-Rahman ibn Abi Nu’aym al-
Laysi (w. 169 H). Beliau membaca dari Ali ibn Ja’far, Abd al-
Rahman ibn Hurmuz Muhammad ibn Muslim al-Zuhri dan lain-lain.
Perawinya Qolun dan Warsy.
7. Imam Al-Kisa’i di Kufah
Nama lengkapnya: Abu Hasan Ali bin Hamzah Al-Kisa’i (w.
187 H). Beliau membaca dari Hamzah bin Hubaib, Syu’bah, Ismail ibn
Ja’far dan lain-lainnya. Perawinya Abul Harits dan Ad Duri.
Tujuh Imam tersebut itulah yang masyhur, kemudian ahli qiraat
tersebut terkenal dengan“Qiraat Sab’ah”, karena masing-masing
Imam memang teliti dalam meriwayatkan qiraat yang berasal dari
sahabat Nabi SAW.
32
Salim, Muhsin. “Ilmu Qira’at Tujuh” , 78
22
Qalun
علَ ْي ِه ُموا
َ
Dibaca dengan silah mim
jama’ dengan kadar 2 harakat,
Al-Duuri
لك
ِ َم Membaca mim tanpa alif
Ibn Amr
Hisyam dan Ibnu
Zakwan
لك
ِ َم Membaca mim tanpa alif
Ad
Dimasqy
Syu’bah dan
Ashim Al Bacaan yang kita baca
Hafs
Kufi
Catatan : sebagai pembeda, bacaan yang kita pakai adalah bacaan dari
Imam Ashim riwayat Imam Hafs.
1. Qira’at riwayat Hafs al-Douri dari Abu Amr al-Basri adalah riwayat
terpopuler di Somalia, Sudan, Chad, Nigeria, dan Afrika Tengah pada
umumnya.
1. Fase Abad ke-2 Hijriah, bacaan Qira’at Hafs berkembang pada fase ini
di Baghdad dan Makkah. Sampai waktu wafatnya Imam Hafs pada tahun
180 H, bacaannya telah menyebar seluruh Baghdad dan Makkah.34
2. Fase Abad ke-3 Hijriah, Imam Maki ibn Abi Tahlib mengatakan pada
awal tahun 200 H, Qira’ah Imam-Imam telah menyebar ke berbagai
negara. Qira’ah Abu Amr dan Ya’qub tersebar di Bashrah, Qira’ah
33
Muhammad Al-Amin, “Amakin Intisyari al-Qira’at al-Yaum”, Mauqi’ Syaikh
Muhammad Amin, http://www.ibnamin.com/recitations_current_places.htm , diakses 12
Januari 2018, 1.
34
Ibn Jazari, “Ghayatun Nihayah fi Thabaqatil Qurra’”, PDF e-book, 230.
24
3. Hamzah dan Ashim di Kuffah, Qira’ah Ibn Amir di Syam, Qira’ah Ibnu
Katsir di Makkah, Qira’ah Nafi’ di Madinah. Hal ini berlangsung
sampai tahun ke 300 H, kemudian ibn Mujahid Kisa’i dan
menghilangkan Ya’qub. 35
4. Fase abad ke-3 H tepatnya tahun 324 H bertepatan dengan wafatnya Ibn
Mujahid. Pada masa ini, riwayat syu’bah dari Ashim lebih masyhur
daripada qira’ah Hafs dari Ashim. Bahkan di kota Kuffah ini qira’ah
Hamzah lebih banyak dipakai dari pada qira’ah Ashim.36
5. Fase abad ke-4 H, Qira’at Ashim tersebar ke Yaman, Qira’at Ibn Katsir
di Makkah dan qira’ah Abu Amr di gunakan di berbagai wilayah
islam.37
35
Ahmad ibn Ali ibn Hajar al-Asqolani, “Fathul Bari” (www.library.islamweb.net),
diakses 14 Oktober 2019.
36
Muhammad Al-Amin, “Amakin…”, 2
37
Muhammad Al-Amin, “Amakin…” , 3.
38
Ibn Jazari, “Ghayatun…”, 380-381.
39
Muhammad Al-Amin, “Amakin” , 3.lihat juga “Ahkamul Quran li Ibn Arabi”, 199.
40
Muhammad Al-Amin, “Amakin” , 3.lihat juga “Ahkamul Quran li Ibn Arabi”, 199.
41
Ibn Jazari, “Ghayatun …”, 292.
25
10. Kemudian setelah itu, diganti olehbacaan Ashim ibn Najud yang
menyebar ke seluruh pelosok negeri Islam sampai sekarang. Adapun
penyebab dari menyebarnya bacaan Hafs dari Ashim sejak akhir
abad ke 12 H hingga sekarang adalah berkuasanya Khilafah
Turki Usmani atas sebagian besar wilayah islam. Dimana bacaan
Hafs merupakan bacaan resmi yang digunakan oleh pemerintahan
Usmaniyah. Kemudian bacaan itu menyebar ke berbagai wilayah
kekuasaan Usmani seiring dengan pengutusan para Imam, Hakim dan
pembaca Al-Qur’an ke berbagai wilayah kekuasaannya. Selain itu,
menyebarnya bacaan ini juga tidak lepas dari Mushaf yang dicetak
oleh Turki Usmani yang ditulis dengan bacaan Hafs kemudian
disebarkan ke seluruh wilayah Islam.42
J. Hikmah Qiraat
Menurut Mannâ' al-Qaththân, di antara hikmahnya adalah sebagai
berikut:
1. Menunjukkan betapa terjaga dan terpeliharanya Kitab Suci Al-
Qur'an dari perubahan dan penyimpangan sekali pun mempunyai
sekian banyak segi bacaan yang berbeda-beda.
2. Meringankan dan memudahkan umat Islam untuk membaca Al-
Qur'an.
3. Bukti mukjizat Al-Qur'an dari aspek bahasa, karena perbedaan
qirâât dapat menampung perbedaan makna tanpa harus
mengulang lafazhnya, seperti pada contoh membasuh kaki atau
mengusap kaki pada waktu wudhu' (Q. S. Al-Mâidah 5:6).
Perbedaan membaca arjulakum (dengan fathah pada lam) dan
arujulikum (kasrah pada lam). Jika dibaca dengan fathah berarti
membasuh kaki karena di'athafkan kepada aidiyakum, tetapi jika
dibaca dengan kasrah berarti mengusap kaki karena di'athafkan
kepada ruûsikum.
4. Penjelasan terhadap apa yang mungkin masih global pada ayat
lain. Misalnya kalimat yathhurna pada Surat Al-Baqarah ayat
َ ْ َّ َ ُ َْ َ
222 َولا تق َر ُبوهَّن حتى َيط ُه ْرنdibaca dalam qirâ'ah lain dengan
yaththaharna. Menurut jumhur ulama, perempuan yang haid baru
boleh dicampuri oleh suaminya apabila sudah suci dari haid
(bacaan yathhurna) dan sudah bersuci dengan mandi besar
(bacaan yaththahharna). Perbedaan qirâ'ah dalam kasus ini
menjelaskan apa yang masih mujmal atau global pada ayat.43
42
Muhammad Al-Amin, “Amakin…” , 4.
43
Manna’ Khalil Qathan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, terjemahan Mudzakkir (Jakarta:
Litera Antar Nusa, cet ke-8 tahun 2004), hlm. 257-256.
26
A. Kesimpulan
Ahruf sab’ah dan qiraat sab’ah memiliki makna yang
berbeda, namun kedua istilah tersebut saling berkaitan. Karena
pemahaman terhadap istilah ahruf sab’ah tersebut sebagai akibat
munculnya bermacam-macam bacaan. Macam- macam bacaan para
imam Qurra tersebut muncul setelah masa Tabiin yang bersumber
pada sahabat. Namun setelah dilakukan penelitian dengan syarat-
syarat tertentu, maka hanya tujuh qiraat yang diangap mutawatir
yaitu Qiraat Imam Nafi’, Abu Amr, Ashim, Ibnu Katsir, Al-Kisa’i,
Hamzah, dan Ibnu Amir. Karena jumlah para imam tersebut ada
tujuh imam, maka qiraat tersebut dikenal dengan qiraat sabah.
Dengan demikian bahwa ahruf sab’ah bukanlah qira’at sabah.
Menurut penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dari
sekian banyak pendapat ulama yang dikemukakan mengenai
pengertian atau pemaknaan tujuh huruf, pendapat nomor satulah
yang paling kuat. Yang mengatakan bahwa tujuh huruf yang
dimaksud adalah tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa arab
dalam mengungkapkan satu makna.
Sedangkan sangkaan bahwa tujuh huruf yang dimaksud
dalam hadis itu adalah qira’at sab’ah, maka hal itu adalah keliru.
Karena sudah dijelaskan bahwa Al Qur’an itu berbeda dengan
qira’at. Hal itu terjadi karena adanya kekaburan pada kaum awam
yang dikarenakan kesalahpaham tentang bilangan tujuh.
27
28
B. Saran
Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa
banyak sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah
pedoman yang bisa dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber
Penulis akan memperbaiki makalah tersebut . Oleh sebab itu penulis
harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan di atas.
DAFAR PUSTAKA
29
30