Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH AKHLAK & PENDIDIKAN ALQUR'AN

MUHKAM DAN MUTASYABIH

OLEH :
Muhammad Rizal Akbar
NPM. 19630078

FAKULTAS STUDI ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD Al-BANJARI
BANJARBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur, saya panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Penulisan makalah ini salah satu tugas
Mata kuliah Akhlak & Pendidikan Alqur'an yang diberikan. Dalam Penulisan
makalah ini merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang di miliki. Untuk itu, kritik dan saran
dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
sebesar-besarnya kepada pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah
ini, khususnya kepada Dosen saya yang telah memberikan tugas dan petunjuk
kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.

Banjarbaru,26 Oktober 2022

Peyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Makalah.................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih .................................................. 3
B. Karakteristik Al-Muhkan dan Al-Mutasyabih...................................... 7
C. Perbedaan Ulama Terhadap Muhkam Dan Mutasyabih...................... 7
D. Sebab-Sebab Adanya Ayat Mutasyabih .............................................. 8
E. Macam-Macam Ayat Muhkam Dan Mutasyabih ................................ 10
F. Hikmah Adanya Ayat-ayat Muhkan Dan Mutasyabih ........................ 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 13
B. Saran .................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

iii
1. BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab. Karena itu, untuk memahami
hukum-hukum yang terkandung dalam al-Qur’an diperlukan  pemahaman dalam
kebahasaan. Para ulama’ yang ahli dalam bidang ushul fiqh, telah mengadakan
penelitian secara sesama terhadap nash-nash al-Qur’an, lalu hasil penelitian itu
diterapkan dalam kaidah-kaidah yang menjadi pegangan umat Islam guna
memahami kandungan al-Qur’an dengan benar.
Adapun ilmu yang mempelajari tentang muhkam dan mutasyabih adalah
Ilmu muhkam wal Mutasyabih. Ilmu ini dilatar belakangi oleh adanya perbedaan
pendapat ulama tentang adanya hubungan ayat atau surat yang lain. Sementara
yang lain mengatakan bahwa didalam Al-Qur’an ada ayat atau surat yang tidak
berhubungan. Oleh karenanya, suatu ilmu yang mempelajari ayat atau surat Al-
Qur’sn cukup penting kedududkannya. Sementara itu muhkam dan
mutasyabih adalah Sebuah kajian yang sering menimbulkan kontroversial dalam
sejarah penafsiran Al-Qur’an, karena perbedaan ’interpretasi’ antara ulama
mengenai hakikat muhkam dan mutasyabih.

Rumusan Masalah
2. Apa pengertian Muhkam dan Mutasyabih?
3. Apa saja karakteristik Al-Muhkam dan Al-Mutasyabih?
4. Bagaimana perbedaan pendapat para ulama terhadap ayat-ayat Muhkam wal
Mutasyabih?
5. Apa sebab-sebab turunnya ayat Muhkan dan Mutasyabih?
6. Apa saja macam-macam ayat muhkan dan mutasyabih?
7. Apa saja hikmah adanya ayat-ayat Al-Muhkam wal Mutasyabih?

1
Tujuan Makalah
1. Mengetahui pengertian Muhkam dan Mutasyabih.
2. Mengetahui karakteristik Al-Muhkam dan Al-Mutasyabih.
3. Mengetahui perbedaan pendapat para ulama terhadap ayat-ayat Muhkam wal
Mutasyabih.
4. Mengetahui sebab-sebab turunnya ayat Muhkan dan Mutasyabih.
5. Mengetahui macam-macam ayat muhkan dan mutasyabih.
6. Mengetahui hikmah adanya ayat-ayat Al-Muhkam wal Mutasyabih

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih


Ayat muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui dengan
gamblang, baik melalui takwil maupun tidak. Sedangkan ayat mutasyabih adalah
ayat yang maksudnya hanya dapat diketahui oleh Allah, seperti datangnya hari
kiamat, dajjal dan huruf-huruf muquththo'ah. Pengertian al-Muhkam dan al-
Mutasyabih Secara Bahasa.

1. Pengertian al-Muhkam Secara bahasa.

Al-Muhkam secara bahasa berasal dari kata dasar ‫ َح َك َم‬yang mana Ibnu
Faris –rahimahullah- mengatakan:

‫الظ ْل ِم‬
ُّ َ‫ك اَ ْل ُح ْك ُم َوه َُو اَ ْل َم ْن ُع ِمن‬
َ ِ‫ َوَأ َّو ُل َذل‬.ُ‫ َوه َُو اَ ْل َم ْنع‬,‫اَ ْل َحا ُء َو ْالكَافُ َو ْال ِم ْي ُم َأصْ ٌل َوا ِح ٌد‬

“Huruf al-Ha’, al-Kaf dan al-Mim adalah sebuah asal kata yang
bermakna larangan. Kata pertama yang berakar dari tiga huruf tersebut
adalah Hukum yang berarti melarang dari sebuah kedzhaliman.”

Dikatakan juga: “ ‫ ِه‬fِ‫هُ ِم ْن ِخاَل ف‬fُ‫ َذا ِإ َذا َمنَ ْعت‬f‫”ح َك ْمتُهُ َعلَ ْي ِه بِ َك‬,
َ “aku menghukuminya
dengan begini, jika aku melarangnya untuk tidak menyelisihi sesuatu
tersebut”.

Maka makna hukum pada kalimat diatas adalah melarang, yaitu makna
secara bahasa. Dari sini pulalah tali yang mengikat kepala dan leher binatang
dinamakan dengan ٌ‫ َح َك َمة‬atau tali kekang, karena berfungsi untuk melarangnya
bergerak agar terkendali.

Kemudian maknanya berubah dengan bertambahnya huruf alif jika


dikatakan ‫ َأحْ َك َم – ِإحْ َكا ًما‬yang bermakna ‫ َأ ْتقَنَ – ِإ ْتقَانًا‬artinya adalah menguatkan
atau mengokohkan, seperti jika dikatakan: ‫ا ِد‬f‫هُ ع َْن ْالفَ َس‬fُ‫هُ فَ َمنَ ْعت‬fُ‫ت ال َّش ْيَئ َأي َأ ْتقَ ْنت‬
ُ ‫َأحْ َك ْم‬

3
artinya aku menguatkan sesuatu dan melarangnya dari kerusakan. Abu Hilal
al-‘Askariy –rahimahullah- berkata:

ِ ‫ ا ُد ْالفِع‬ff‫ا ُم ِإي َْج‬ff‫ َواِإْل حْ َك‬,ُ‫اَل ُحه‬f ‫ص‬


‫ل‬ffْ َّ َ‫ان‬ffَ‫“ َأ َّن ِإ ْتق‬itqhannya sesuatu maksudnya
ْ ‫ ْيِئ ِإ‬f ‫الش‬
adalah memperbaikinya, dan ihkam adalah menyempurnakan perbuatan dan
menguasinya dengan baik”.

Maka al-Muhkam ‫ اَ ْل ُمحْ َك ُم‬secara bahasa adalah bentuk isim maf’ul dari
‫ َأحْ َك َم‬yang bermakna sesuatu yang dikokohkan atau dikuatkan atau
disempurnakan.

2. Pengertian al-Mutasyabih secara bahasa

Al-Mutasyabih secara bahasa berasal dari kata dasar ‫به‬ff‫ ش‬yang mana
dikatakan oleh Ibnu Faris –rahimahullah- : ‫اَل ِّشيْنُ َو ْالبَا ُء َو ْالهَا ُء َأصْ ٌل َوا ِح ٌد يَدُلُّ َعلَى تَ َشابُ ِه‬
َّ “bahwa huruf asy-Syin, al-Ba’ dan al-Ha’ satu dasar kata yang
‫ ْيِئ‬ff‫الش‬
menunjukkan kemiripan sesuatu”.

Ar-Raghib al-Asfahaniy –rahimahullah- menjelaskan bahwasanya al-


mutasyabih sebuah kata turunan dari ُ‫ اَل َّش ْبهُ وال َّشبَهُ وال َّشبِ ْيه‬yang maknanya adalah
sebuah kemiripan, beliau berkata:

‫ قَا َل هللا‬، ‫خَر لِ َما بَ ْينَهُ َما ِمنَ التَّ َشابُ ِه َع ْينًا َكانَ َأوْ َم ْعنًى‬
ِ ‫َوال ُّش ْبهَةُ هُ َو َأ ْن اَل يَتَ َميَّ ُز َأ َح ُد ال َّشيَْئ ْي ِن ِمنَ اآْل‬
ُ ‫ { َوُأتُوا بِ ِه ُمتَ َشابِهَا } َأيْ يُ ْشبِهُ بَ ْع‬:‫تعالى‬
ً‫ضهُ بَ ْعضًا لَوْ نًا اَل طَ ْع ُما َو َحقِ ْيقَة‬

Asy-Syubhah adalah tidak bisa membedakan antara satu dengan yang


lain disebabkan adanya kemiripan antara keduanya secara kasat mata
ataupun makna, Allah Ta’ala berfirman: “mereka diberi buah-buahan yang
serupa…”, maksudnya adalah sebagiannya menyerupai warna sebagian yang
lain, bukan rasa atau hakikatnya.

Maka al-Mutasyabih secara bahasa adalah “sesuatu yang memiliki


kemiripan satu dengan yang lain”.

4
3. Pengertian al-Muhkam dan al-Mutasyabih Secara Istilah.

Para ulama berbeda pendapat atau bermacam-macam dalam


mengungkapkan pengertian al-Muhkam ataupun al-Mutasyabih.

Imam az-Zarkasyiy –rahimahullah- berkata:

‫ان ْال َحاَل ِل وال َح َر ِام‬


ِ َ‫ح فَه َُو َما َأحْ َك َم ْتهُ بِاَأل ْم ِر َوالنَّه ِْي وبَي‬
ِ ‫َوَأ َّما فِ ْي ا ِالصْ ِطاَل‬

“Adapun secara istilah al-Muhkam adalah apa yang telah ditetapkan


atau dikuatkan dengan perintah dan larangan dan penjelasan tentang halal
dan haram.”

‫ف ْال َم َعانِي‬ ْ ‫وأما ال َمتَ َشابِهُ فَأصْ لُهُ أن يَ ْشتَبِهَ اللَ ْفظُ في الظَا ِه ِر مع‬
ِ ‫اختِاَل‬

“Adapun al-mutasyabih pada dasarnya adalah kemiripin lafadz secara


dhzahir sementara maknanya berbeda.”

Kemudian beliau memaparkan pendapat ulama seputar al-Muhkam dan


al-Mutasyabih, kurang lebihnya seperti yang diikuti oleh Imam as-Suyuthiy
dalam ungkapannya sebagai berikut;

Al-Muhkam Al-Mutasyabih
Sesuatu yang diketahui maksudnya baik apa saja yang hanya diketahui oleh
secara dzhahir atau ta’wil Allah seperti hari kiamat, keluarnya
dajjal dan huruf-huruf muqatta’ah
diawal-awal surat
adalah yang jelas maknanya ayat yang tidak jelas maknanya
sesuatu yang tidak memiliki sesuatu yang berkemungkinan lebih
kemungkinan ta’wil lebih dari satu dari satu penta’wilan
Apa saja yang termasuk ma’qulu al- Apa saja yang termasuk ghairu ma’quli
ma’na al-ma’na
Apa saja yang berdiri sendiri -tanpa Apa saja yang tidak berdiri sendiri dan
butuh yang lain sebagai penjelas- membutuhkan kepada yang lain –
sebagai penjelas-
Apa saja yang penta’wilannya sesuai Apa saja yang tidak dapat diketahui
dengan nash turunnya(teksnya). kecuali dengan ta’wil
Yang tidak berulang-ulang lafadznya Yang berulang-ulang lafadznya
Al-Faraid, janji dan ancaman Kisah dan permisalan
An-Nasikh, halal dan haram, hudud dan Mansukh, aqsam (sumpah) dan apa saja
faraid serta apa yang kita wajib yang kita wajib mengimaninya namun

5
mengimaninya dan mengamalkannya tidak untuk diamalkan.
Halal dan haram Selain halal dan haram

Sementara Syaikh Muhammad Abdul’adzim –rahimahullah- mengelompok


pendapat-pendapat tersebut dengan menyandarkan kepada ulamanya,
sebagaimana yang beliau tuliskan dalam kitabnya sebagai berikut:

Ulama Al-Muhkam Al-Mutasyabih


Tokoh Pendalilan yang jelas yang Sesuatu yang samar yang
tidak berkemungkinan tidak bisa dimengerti
al-Hanafiyah terkena naskh maknanya baik secara akal
atau penukilan nash syar’i.
Hanya Allah yang
mengetahuinya seperti hari
kiamat, huruf muqatta’ah
diawal-awal surat.
Ahlusunnah Yang diketahui maksud Sesuatu yang hanya Allah saja
yang diinginkan baik yang mengetahuinya seperti
secara dzhahir atau ta’wil kiamat, keluarnya dajjal, huruf
muqatta’ah diawal surat.
Ulama usulfiqih Sesuatu yang hanya Yang berkemungkinan lebih
berkemungkinan ta’wil dari satu penta’wilan
dari satu sisi saja.
al-Imam Ahmad Sesuatu yang berdiri Yang tidak berdiri sendiri
sendiri dan tidak bahkan membutuhkan
membutuhkan penjelas penjelasan terkadang dengan
penjelasan ini dan terkadang
dengan penjelasan yang
lainnya disebabkan khilaf
dalam penta’wilannya
Al-Imam Tekstual yang bagus dan Sesuatu yang jika ditinjau dari
tersusun yang segi bahasa tidak dapat
al-Haramain berkonsekwensi dimengerti, kecuali
memberikan makna yang didampingi dengan tanda atau
lurus atau benar tanpa pendukung. Seperti satu kata
penafian yang memiliki banyak makna
Ath-Thayyibiy Makna yang jelas yang Makna yang tidak jelas yang
tidak menimbulkan menimbulkan kesamaran
kesamaran

6
B. Karakteristik Al-Muhkan dan Al-Mutasyabih
Banyaknya perbedaan pendapat mengenai muhkan dan mutasyabih,
menyulitkan untuk membuat sebuah kriteria ayat yang termasuk muhkan dan
mutasyabih.
J.M.S Baljon mengutip pendapat Zamakhsari yang berpendapat barwa yang
termasuk kriteria ayat-ayat muhkam adalah apabia ayat-ayat tersebut berhubungan
dengan hakikat (kenyataan). Sedangkan ayat-ayat mutasyabih adalah yang
menuntut penelitian.
Ar-Raghib al-Ashfihani memberikan kriteria ayat-ayat muhkam dan
mutasyabih sebagai berikut :
1. Muhkam
a. Yakni ayat-ayat yang membatalkan ayat-ayat yang lain
b. Ayat-ayat yang menghalalkan atau membatalkan ayat-ayat lain.
c. Ayat-ayat yang mengandung kewajiban yang harus diimani
dan diamalkan.
2. Mutasyabih
a. Yakni ayat-ayat yang tidak diketahui hakikat maknanya seperti
tibanya hari kiamat.
b. Ayat-ayat yang dapat diketahui maknanya dengan sarana bantu
baik dengan hadits atau ayat muhkam.
c. Ayat yang hanya dapat diketahui oleh orang-orang yang dalam
ilmunya, sebagaimana diisyaratkan dalam doa Rosululloh untuk
ibnu Abbas “Ya Alloh, karuniailah ia ilmu yang mendalam mengenai
agama dan limpahkanlah pengetahuan tentang ta’wil kepadanya,” [3])

C. Perbedaan Pendapat Para Ulama Terhadap Muhkam Dan Mutasyabih


Dalam al-Qur’an sering kita temui ayat-ayat mutasyabihat yang
penjelasannya memerlukan penjelasan dari ayat-ayat yang lain. Mengenai hal
tersebut, para ulama memiliki pendapat yang berbeda-beda. Antara lain :
1. Ulama golongan Hanafiyah mengatakan, lafadz muhkam ialah lafadz yang
jelas petunjuknya, dan tidak mungkin telah dinasikh kan. Sedang
lafadz mutasyabih adalah lafadz yang sama maksud petunjuknya sehingga

7
tidak terjangkau oleh akal pikiran manusia. Sebab lafadz mutasyabih itu
termasuk hal-hal yang diketahui Allah saja artinya. Contohnya seperti hal-hal
yang ghaib.
2. Mayoritas ulama golongan ahlu fiqh yang berasal dari pendapat sahabat Ibnu
Abbas mengatakan, lafadz muhkam ialah lafadz yang tidak bisa dita’wil
kecuali satu arah. Sedangkan lafadz mutasyabih adalah artinya dapat
dita’wilkan dalam beberapa segi, karena masih sama.[4])
3. Madzhab salaf, yaitu para ulama dari generasi sahabat. Mereka berusaha
untuk mengimaninya dan menyerahkan makna serta pengertiannya hanya
kepada Allah SWT. Bagi kaum salaf, ayat – ayat mutasyabihat tidak
perlu dita'wilkan. Sebab yang mengetahui hakikatnya hanyalah Allah SWT,
mereka hanya berusaha mengimaninya.
4. Madzhab khalaf, seperti Imam Huramain. Mereka berpendapat bahwa
ayat – ayat mutasyabihat harus ditetapkan maknanya dengan pengertian
yang sesuai dan sedekat mungkin dengan dzat-Nya. Mereka
menta'wil lafdz istiwa' (besemayam) dengan maha berkuasa
menciptakan sesuatu tanpa susah payah. Kalimat  ja'a rabbuka  (kedatangan
Allah) dalam Qs. Al-Fajr: 22, dita'wilkan dengan kedatangan perintah-
Nya. [5])

D. Sebab-Sebab Adanya Ayat Mutasyabih


Sebab adanya ayat Muhkam dan Mutasyabih ialah karena Allah SWT
menjadikan demikian. Allah membedakan antara ayat – ayat yang Muhkam dari
yang Mutasyabih, dan menjadikan ayat Muhkam sebagai bandingan ayat yang
Mutasyabih.
Imam Ar-Raghib Al- Asfihani  dalam kitabnya Mufradatil
Qur’an menyatakan bahwa sebab adanya kesamaran dalam Alquran terdapat 3
hal, yaitu sebagai berikut:
1. Kesamaran dari aspek lafal saja. Kesamaran ini ada dua macam, yaitu sebagai
berikut:
a. Kesamaran dari aspek lafal mufradnya, karena terdiri dari lafal yang
gharib (asing), atau yang musyatarak (bermakna ganda), dan sebagainya.

8
b. Kesamaran lafal murakkab disebabkan terlalu ringkas atau terlalu
luas. Contoh tasyabuh (kesamaran) dalam lafal murakkab terlalu ringkas,
terdapat di dalam surah An-Nisa ayat 3:
َ ‫اب لَ ُك ْم ِمنَ النِّ َسا ِء َم ْثن َٰى َوثُاَل‬
‫ث َو ُربَا َع‬ َ ‫ط‬َ ‫َوِإ ْن ِخ ْفتُ ْم َأاَّل تُ ْق ِسطُوا فِي ْاليَتَا َم ٰى فَا ْن ِكحُوا َما‬
Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-
hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat…”
Ayat di atas sulit diterjemahkan. Karena takut tidak dapat berlaku adil
terhadap anak yatim, lalu mengapa disuruh menikahi wanita yang baik-baik,
dua, tiga atau empat. Kesukaran itu terjadi karena susunan kalimat ayat
tersebut terlalu singkat.
2. Kesamaran dari aspek maknanya, seperti mengenai sifat-sifat
Allah SWT, sifat-sifat hari kiamat, surga, neraka, dan sebagainya.
Semua sifat-sifat itu tidak terjangkau oleh pikiran manusia.
3. Kesamaran dari aspek lafal dan maknanya. Kesamaran ini ada lima
aspek, sebagai berikut:
a. Aspek kuantitas (al-kammiyyah), seperti masalah umum atau khusus.
Contohnya, ayat 5 surah At-Taubah:
‫فا قتلوا المشر كين حيث وجد تموهم (التو بة‬:
Artinya: “Maka bunuhlah kaum musyrikin itu di manapun kalian
temukan mereka itu”.
Di sini batas kuantitasnya yang harus dibunuh masih samar.
b. Aspek cara (al-kaifiyyah), seperti bagaimana cara melaksanakan
kewajiban agama atau kesunahannya. Contohnya, ayat 14 surah Thoha:
):‫واقم الصلوة لذ كر ى (طه‬
Artinya: “Dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku (Allah)”.
Dalam ayat ini terdapat kesamaran, dalam hal bagaimana cara salat agar
dapat mengingatkan kepada Allah SWT.
c. Aspek waktu, seperti batas sampai kapan melaksanakan sesuatu
perbuatan. Contohnya, dalam ayat 102 surat Ali Imran:
):‫يايها الذين امنوا اتقوا هللا حق تقاته (ال عمران‬

9
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah
sebenar-benar taqwa kepada-Nya”.
Dalam ayat ini terjadi kesamaran, sampai kapan batas taqwa yang benar-
benar itu.
d. Aspek tempat, seperti tempat mana yang dimaksud dengan balik
rumah, dalam ayat 189 surah Al-Baqarah:
):‫وليس البر بآن تآتوا البيو ت من ظهور ها (البقة‬
Atinya: “ Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah, juga
samar”.
Tempat mana yang dimaksud dengan baliknya rumah, juga samar.[6])

E. Macam-Macam Ayat Muhkam Dan Mutasyabih


Menurut Abdul Jalal, macam-macam ayat Mutasyabihat ada tiga macam:
1. Ayat-ayat Mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat
manusia, kecuali Allah SWT. Contoh:
ِ ‫َو ِع ْن َدهُ َمفَاتِ ُح ْال َغ ْي‬
‫ب اَل يَ ْعلَ ُمهَا ِإاَّل هُ َو‬
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tak ada yang
mengetahuinya, kecuali Dia sendiri” (QS. al-An’am : 59)
2. Ayat-ayat yang Mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang
dengan jalan pembahasan dan pengkajian yang mendalam. Seperti
pencirian mujmal, menentukan mutasyarak, mengqayyidkan yang
mutlak, menertibkan yang kurang tertib.
3. Ayat-ayat Mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar
ilmu dan sains, bukan oleh semua orang, apa lagi orang awam.
Hal ini termasuk urusan-urusan yang hanya diketahui Allah SWT dan
orang-orang yang rosikh (mendalam) ilmu pengetahuan.

F. Hikmah Adanya Ayat-ayat Muhkan Dan Mutasyabih


Al-Quran adalah rahmat bagi seluruh alam, yang didalamnya terdapat
berbagai mukzijat dan keajaiban serta berbagai misteri yang harus dipecahkan
oleh umat di dunia ini. Alloh tidak akan mungkin memberikan sesuatu kepada kita

10
tanpa ada sebabnya. Dibawah ini ada beberapa hikmah tentang adanya ayat-ayat
muhkan dan mutasyabih, diantaranya adalah :
1. Muhkam
a. Jika seluruh ayat Al-Qur’an terdiri dari ayat-ayat muhkamat,
maka akan sirnalah ujian keimanan dan amal karena pengertian
ayat yang jelas.
b. Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya yang kemampuan
bahasa Arabnya lemah. Sebab arti dan maknanya sudah cukup
terang dan jelas.
c. Memudahkan manusia mengetahui arti , maksud dan
menghayatinya.
d. Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati dan
mengamalkan isi al-Qur'an sebab ayatnya mudah dimengerti dan
dipahami.
e. Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam
mempelajari isinya.
f. Mempercepat usaha tahfidzul Qur'an.[8])
2. Mutasyabih
a. Apabila seluruh ayat Al-Qur’an mutasyabihat, niscaya akan
padamlah kedudukannya sebagai penjelas dan petunjuk bagi
manusia orang yang benar keimanannya yakin bahwa
Al-Qur’an seluruhnya dari sisi Allah, segala yang datang dari
sisi Allah pasti hak dan tidak mungkin bercampur dengan kebatilan.
b. Menjadi motivasi untuk terus menerus menggali berbagai
kandungan Al-Quran sehingga kita akan terhindar dari taklid,
membaca Al-Qur’an dengan khusyu’ sambil merenung dan berpikir.
c. Ayat-ayat Mutasyabihat mengharuskan upaya yang lebih banyak
untuk mengungkap maksudnya sehingga menambah pahala bagi
orang yang mengkajinya.
d. Jika Al-Quran mengandung ayat-ayat mutasyabihat, maka untuk
memahaminya diperlukan cara penafsiran antara satu dengan yang

11
lainnya. Hal ini memerlukan berbagai ilmu seperti ilmu bahasa,
gramatika, ma’ani, ushul fiqh dan sebagainya.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Muhkam merupakan ayat yang jelas maknanya, dan tidak memerlukan
keterangan dari ayat-ayat lain. Sedangkan Mutasyabih berarti ayat-ayat yang
belum jelas maksudnya, dan mempunyai banyak kemungkinan takwilnya, atau
maknanya yang tersembunyi, dan memerlukan keterangan tertentu, atau hanya
Allah yang mengetahuinya
Sebab adanya ayat Mutasyabih ialah karena Allah SWT menjadikan
demikian. Imam Ar-Raghib Al- Asfihani  dalam kitabnya Mufradatil
Qur’an menyatakan bahwa sebab adanya kesamaran dalam Alquran terdapat 3
hal, yaitu sebagai berikut:Kesamaran dari aspek lafal saja, kesamaran dari aspek
maknanya, kesamaran dari aspek lafal dan maknanya.
Manfaat adanya ayat muhkan dan mutasyabih diantaranya jika seluruh ayat
Al-Qur’an terdiri dari ayat-ayat muhkamat, maka akan sirnalah ujian keimanan
dan amal karena pengertian ayat yang jelas, Apabila seluruh ayat Al-
Qur’an mutasyabihat, niscaya akan padamlah kedudukannya sebagai penjelas dan
petunjuk bagi manusia

B. Saran
Bagi semua umat Islam, agar kiranya untuk lebih memahami ‘Ulumul
Qur’an lebih mendalam agar bertambah pula iman kita. Dan mengamalkan ajaran-
ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon. 2012. Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.


Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1993. Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Jakarta:Bulan Bintang.
Hermawan, Acep. 2011. Ulumul Quran. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Jamil, Syaih Muhammad. 1995.  Bagaimana Memahami Al-Quran. Jakarta:
Pustaka Al Kautsar.
Jalal, Abdul. 2008. Ulumul Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu.
Marzuki, Kamaluddin. 1992. Ulumul Qur’an. Bandung: Remaja Rosdakarya.

14

Anda mungkin juga menyukai