Makalah Studi Al Quran Muhkamat Mutasyabihat
Makalah Studi Al Quran Muhkamat Mutasyabihat
DOSEN:
Dr. Fuad Nawawi, M.Ud.
Kelompok 7:
1. Fauzan Akbar Novianto (2285120004)
2. Muhammad Imam Sanusi (2285120015)
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang masih memberikan kita
semua kesempatan mempelajari Mata Kuliah (MK) Studi Quran dengan dosen pengampu Dr. Fuad
Nawawi, M.Ud., yang dengannya saya berdoa kepada Allah semoga Allah memberikan kita semua
Ilmu yang bermanfaat dari Ilmu yang diajarkan Pak Fuad kepada kita Aamiin.
Makalah ini saya buat dengan mengambil refrensi-refrensi yang hasilnya mungkin jauh
dari kata kamiil (Sempurna) dan saya berharap memaklumkan apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan dan perkataan, saya juga berharap kritik dan saran yang membangun untuk terus
memajukan pribadi dan pengetahuan saya dalam menyusun makalah ini.
Saya harap dengan adanya makalah ini dapat memberikan kontribusi dalam dunia
Pendidikan khususnya pada MK Studi Quran.
Penyusun
A. LATAR BELAKANG
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia dengan berbagai macam
bentuk, kekuatan, kecerdasan yang berbeda-beda. Sehingga ada beberapa amalan yang
tidak mampu dilakukan oleh seluruh orang, dan ada pula amalan yang hanya bisa dilakukan
oleh orang-orang kuat tertentu saja.
Begitu juga halnya dalam kemampuan berfikirpun ada hal-hal yang dipahami oleh
semua orang dan ada hal-hal yang hanya bisa dipahami oleh ulama tertentu. Serta ada juga
yang sama sekali tidak bisa dipahami oleh seluruh insan.
Terkait itu pula Allah jadikan didalam al-Qur’an hal-hal yang bisa dipahami secara
menyeluruh, juga hal-hal yang hanya dipahami oleh orang tertentu dan hal-hal yang hanya
Allah sajalah yang memahami maknanya. Hal yang semacam ini disebut oleh para ulama
sebagai pembahasan al-Muhkam dan al-Mutasyaabih yang in syaa Allah akan menjadi
pembahasan makalah kita dalam kesempatan ini.
Menimbang pentingnya pembahasan ini perlu rasanya penulis sedikit
bersumbangsih meski banyak kendala dalam penulisan makalah ini yang mendasar
terutama banyaknya istilah-istilah syar’i yang sulit untuk dituangkan maknanya kedalam
bahasa Indonesia secara sempurna. Namun tiada pilihan lain kecuali tetap kita upayakan
untuk menyajikannya sebatas kemampuan dalam sebuah pengabdian, mohon maaf atas
segala kekeliruan dan semoga bisa bermanfaat serta dicatat oleh Allah sebagai sebuah amal
shalih amin Ya Rabbal ‘Alamin.
B. POINT PEMBAHASAN
1. Pengertian muhkam dan mutasyabih
2. Hukum umum dan khusus ayat muhkam dan mutasyabih
3. Perbedaan pendapat para ulama
PEMBAHASAN
rahimahullah- mengatakan:
ُّ َو َأ َّو ُلَ َذ ِ َِلَ َالْ ُح ْ ُك ََوه َُوَ َالْ َم ْن ُعَ ِم َن.
ََالظ ْل َ َوه َُوَ َالْ َم ْن ُع,
َ الْ َحا ُء ََوا ْل ََك ُف ََوالْ ِم ْ ُْيَ َأ ْص ٌل ََوا ِح ٌد
“Huruf al-Ha’, al-Kaf dan al-Mim adalah sebuah asal kata yang bermakna larangan.
Kata pertama yang berakar dari tiga huruf tersebut adalah Hukum yang berarti
melarang dari sebuah kedzhaliman.”1
Maka makna hukum pada kalimat diatas adalah melarang, yaitu makna secara
bahasa. Dari sini pulalah tali yang mengikat kepala dan leher binatang dinamakan
dengan َح ََكَ ٌَة2 atau tali kekang, karena berfungsi untuk melarangnya bergerak agar
terkendali.
َ َ َأ ْح
Kemudian maknanya berubah dengan bertambahnya huruf alif jika dikatakan َك
– ا ْح ََك ًماyang bermakna ًَ َأ ْت َق ََن – اتْ َقانartinya adalah menguatkan atau mengokohkan, seperti
ِ ِ
jika dikatakan:
ََالش ْ َْيَ َأيَ َأتْ َق ْن ُتهَُفَ َمنَ ْع ُتهَُ َع ْنَالْ َف َسا ِد
َّ َأ ْح َ َْك ُت
artinya aku menguatkan sesuatu dan melarangnya dari kerusakan 3 Abu Hilal al-
‘Askariy –rahimahullah- berkata:
1
Abu al-Husein Ahmad bin Faris bin Zakariya w.395 H, Maqayisu al-Lughah, (Kairo: Dar al-Hadits, cet. 2008 M) hal.
221.
2
Abu Nashr Ismail bin Hammad al-Juhariy w.393 H, ash-Shihah, (Kairo: Dar al-Hadits, cet. 2009 M) hal. 270.
3
Muhammad bin Ya’kub al-Fayruz Abadiy w.817 H, al-Qamus al-Muhith, ( Kairo: Dar al-Hadits, cet. 2008 M) hal.
389
“itqhannya sesuatu maksudnya adalah memperbaikinya, dan ihkam adalah
menyempurnakan perbuatan dan menguasinya dengan baik”4
ََُ َالْ ُم ْحsecara bahasa adalah bentuk isim maf’ul dari َأ ْح َََكyang
Maka al-Muhkam ك
beliau berkata:
َ ًالش ْْبَ ُةَه َُوَ َأ ْن ََْلَي َ َت َم َّ َُّيَ َأ َحدُ َا َّلش ْيئ َ ْ ِْيَ ِم َن َْالآ َخ ِرَ ِل َماَبَيَْنَ ُ َماَ ِم َنَالتَّشَ اب ُ ِهَ َع ْين
َاََك َنَ َأ ْوَ َم ْع ًًن ُّ َو
َ َ{َو ُأتُواَ ِب ِهَ ُمتَشَ اِبِ َاَ}َ َأ ْيَي ُْش ِبهَُب َ ْعضُ هَُب َ ْعضً اَل َ ْونً ََْل ََط ْع ُم:َهللاَتعاىل
َاَو َح ِق ْي َق ًة َ َقَا َل،
Asy-Syubhah adalah tidak bisa membedakan antara satu dengan yang lain disebabkan
adanya kemiripan antara keduanya secara kasat mata ataupun makna, Allah Ta’ala
berfirman: “mereka diberi buah-buahan yang serupa…”, maksudnya adalah
sebagiannya menyerupai warna sebagian yang lain, bukan rasa atau hakikatnya. 7
Maka al-Mutasyabih secara bahasa adalah “sesuatu yang memiliki kemiripan satu
dengan yang lain”.
4
Al-Hasan bin Abdullah Abu Hilal al-‘Askariy w.395/400 H, al-Furuq al-Lughawiyah, (Kairo: Dar al-Ilmu wa ats-
Tsaqafah, tanpa tahun)
5
Ibnu Faris, Maqayisu al-Lughah, hal. 469
6
Abu Hilal al-‘Askariy w.395/400 H
7
Abu al-Qasim al-Husein bin Muhammad ar-Raghib al-Asfahaniy w.502 H, al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an,(Kairo:
Dar Ibnu al-Jauziy, cet. 2012 M) hal. 280.
2. Pengertian secara istilah
Para ulama berbeda pendapat atau bermacam-macam dalam mengungkapkan
pengertian al-Muhkam ataupun al-Mutasyabih.
Imam az-Zarkasyiy –rahimahullah- berkata:
َاَِفَا ِْل ْص ِط ََلحَِفَه َُوَ َماَ َأ ْح ََكَ ْته َُِِب َل ْم ِر ََوالَنَّ ْيِ َوب َ َي ِانَالْ َح ََللِ َواحل ََرا ِم
ْ ِ َو َأ َّم
“Adapun secara istilah al-Muhkam adalah apa yang telah ditetapkan atau dikuatkan
dengan perintah dan larangan dan penjelasan tentang halal dan haram.”
8
Badruddin Muhammad bin Abdillah az-Zarkasyiy w. 794 H, al-Burhan fi ‘Ulumi al-Qur’an, (Kairo: Dar al-Hadits,
cet. 2006 M) hal. 370.
9
Ibrahim bin Musa bin al-Lakhamiy al-Gharnathiy al-Malikiy Abu Ishaq asy-Syatibiy w. 790 H, al-Muwafaqat fi Usul
asy-Syari’ah, (Kairo: Dar Ibnu al-Jauziy, cet. 2013 M) hal. 73, Juz 3.
Mutasyabih an-Nisbiy yang relative dan hanya ulama tertentu saja yang dapat
memahami maknanya.
C. Al-Mutasyabih dalam istinbat hukum bukan pada ayat atau dalilnya akan tetapi
pada ‘illahnya. Contoh; ayat tentang haramnya bangkai dan halalnya hewan yang
disembelih secara syari sangatlah jelas, namun timbul syubhat saat kedua daging
tersebut tercampur apakah halal untuk dikonsumsi atau menjadi haram.10
ٌ َ ِاتَه َُّنَ ُأ ُّم َْال ِكتَ ِاب ََو ُأخ َُرَ ُمتَشَ اِب
َاتَفَأَ َّما َ ََاَّليَ َأ ْن َز َلَعَلَ ْي َك َْال ِكت
ٌ َابَ ِم ْنهَُأ آ ََي ٌتَ ُم ْح ََك ِ َّ ه َُو
ِ ِ ونَ َماَتَشَ ابَهََ ِمنْهَُابْتِغ ََاءَالْ ِف ْتنَ ِة ََوابْتِغ ََاءَتَأْ ِو
ُ َّ يُل ََو َماََي َ ْع َ ُلَتَأْ ِو َيُلَُا َّْل
ََاَّلل َ َّ ِاَّل َين َِِفَقُلُوِبِ ِ ْم ََزيْغٌَفَ َيتَّ ِب ُع
ِ
َِوَاللْ َبابَ ْ ُاَو َماَي َ َّذكَّ ُرَا َّْلَ ُأولَ ٌّ ُ ونَأ آ َمنَّاَ ِب ِه
ََُكَ ِم ْنَ ِع ْن ِد َََرِبن َ ُُون َِِفَالْ ِع ْ ِلَي َ ُقول َ َو َّالر ِاِس
ِ
“Dia-lah yang menurunkan al-Kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada
ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat)
mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan,
Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk
menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta’wilnya, Padahal tidak ada yang
mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya
berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi
10
Khalid Utsman as-Sabt, Qawaid at-Tafsir Jam’an wa Dirasatan, (Kairo: Dar Ibnu Affan, cet. 2013 M) hal.214, jilid
2.
Tuhan kami.” dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-
orang yang berakal”. (Q.S Ali Imran [3]:7)
Pendapat pertama:
Firman Allah َ َو َّالر ِاِسadalah mubtada dan ون
َُون َِِف َالْ ِع ْ ِل ََ ُي َ ُقول sebagai khabarnya,
sehingga huruf و pada َ َو َّالر ِاِسbermakna isti’naf yang menandakan sebagai
َُون َِِف َالْ ِع ْ ِل
kalimat permulaan dan waqf bacaan terhenti pada َاَّلل َُ َّ َو َما َي َ ْع َ ُل َتَأْ ِوي َ ُُل َا َّْلyang
ِ
berkonsekwensi bahwa hanya Allah sajalah yang tahu makna ayat-ayat al-
mutasyabihah tersebut.
Pendapat kedua:
Huruf و pada firman Allah َ َو َّالر ِاِسbermakna al-athfu sebagai huruf atau
َُون َِِف َالْ ِع ْ ِل
ََ ُ ي َ ُقولmenjadi keterangan hal, sehingga waqf bacaan terhenti pada
kata sambung dan ون
mutasyaabih adalah Allah dan orang-orang yang diberi kekokohan dalam ilmu.11
11
Manna’ Khalil al-Qatthan, Mabahits fi Ulum al-Qur’an, (Riyadh: Maktabah al-Ma’arif, cet. 3, 2000 M) hal.222.
Adapun mayoritas sahabat, tabi’in dan pengikut setelahnya terkhusus ahlusunnah
maka mereka berpendapat seperti pendapat pertama yaitu hanya Allahlah yang
mengetahui al-Mutasyaabih dan ini riwayat yang paling shahih dari Ibnu Abbas”.12
Pendapat jumhur ini diperkuat oleh qiraat Ibnu Abbas:
َ َالر ِاِس
َُون َِِفَاَلْ ِع ْ ِلَأ آ َمنَّاَ ِب ِه ُ َّ َو َماَي َ ْع َ ُلَتَأْ ِو َيُلَُا َّْل
َّ َاَّلل ََوي َ ُق ْو ُل ِ
“Dan tidaklah ada yang mengetahui ta’wilnya kecuali Allah, dan berkatalah orang yang
kokoh keilmuanya; kami beriman dengannya”13
Imam ar-Raziy memberikan enam dalil bahwa waqf yang shahih adalah pada kalimat
ُ َّ ا َّْل, diantara argumen beliau adalah:
ََاَّلل
ِ
Ayat ini menunjukkan bahwa mencari-cari ta’wil adalah tercela, Allah berfirman:
ِ ِ ونَ َماَتَشَ ابَهََ ِم ْنهَُابْ ِتغ ََاءَالْ ِف ْتنَ ِة ََوابْ ِتغ ََاءَتَأْ ِو
َيُل ِ َّ فَأَ َّم
َ اَاَّل َين َِِفَقُلُوِبِ ِ ْم ََزيْ ٌغَفَ َيتَّ ِب ُع
Kalau seandainya ta’wil itu boleh maka Allah takkan mencelannya.
12
Imam as-Suyuthiy, al-Itqhan, hal. 7, Juz 3
13
Manna’ Khalil al-Qatthan, Mabahits fi Ulum al-Qur’an, hal. 222.
14
Muhyiddin ad-Darwisy w. 1403 H/1982 M, I’rab al-Qur’an al-Karim wa Bayanuhu ,(Beirut: Dar al-Yamamah, cet.
11, 2011 M) hal. 395, Jilid 1.
ََ َو َّالر ِاِسmengikut atau athfu kepada lafadz Allah maka
Kalau seandainya kalimat ُون
15
Fakhruddin Muhammad bin Umar ar-Raziy w. 606 H, Mafatihu al-Ghaib, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, cet.
2000 M) hal. 153, Jilid 7.
16
Khalid Utsman as-Sabt, Qawaid at-Tafsir, hal. 212, Jilid 2.
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih diantaranya adalah apa yang disimpulkan oleh
Imam az-Zarkasyiy –rahimahullah- berkata:
َاَِفَا ِْل ْص ِط ََلحَِفَه َُوَ َماَ َأ ْح ََكَ ْته َُِِب َل ْم ِر ََوالَنَّ ْيِ َوب َ َي ِانَالْ َح ََل ِلَواحل ََرا ِم
ْ ِ َو َأ َّم
“Adapun secara istilah al-Muhkam adalah apa yang telah ditetapkan atau dikuatkan
dengan perintah dan larangan dan penjelasan tentang halal dan haram.”
“Adapun al-mutasyabih pada dasarnya adalah kemiripin lafadz secara dhzahir sementara
maknanya berbeda.”
Fakhruddin Muhammad bin Umar ar-Raziy w. 606 H, Mafatihu al-Ghaib, (Beirut: Dar
al-Kutub al-Ilmiyah, cet. 2000 M) hal. 153, Jilid 7.