Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH STUDI AL QURAN

AQSAM DAN AMTSAL

DOSEN:
Dr. Fuad Nawawi, M.Ud.

Kelompok 7:
1. Fauzan Akbar Novianto (2285120004)
2. Muhammad Imam Sanusi (2285120015)

JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB
IAIN SYEKH NUR JATI CIREBON
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang masih memberikan kita
semua kesempatan mempelajari Mata Kuliah (MK) Studi Quran dengan dosen pengampu Dr. Fuad
Nawawi, M.Ud., yang dengannya saya berdoa kepada Allah semoga Allah memberikan kita semua
Ilmu yang bermanfaat dari Ilmu yang diajarkan Pak Fuad kepada kita Aamiin.

Makalah ini saya buat dengan mengambil refrensi-refrensi yang hasilnya mungkin jauh
dari kata kamiil (Sempurna) dan saya berharap memaklumkan apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan dan perkataan, saya juga berharap kritik dan saran yang membangun untuk terus
memajukan pribadi dan pengetahuan saya dalam menyusun makalah ini.

Saya harap dengan adanya makalah ini dapat memberikan kontribusi dalam dunia
Pendidikan khususnya pada MK Studi Quran.

Penyusun

F.Akbar N. & M.Imam S.


PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Al-Qur’an diturunkan dalam bentuk bahasa Arab, sebab masyarakat yang dihadapi
pada masa itu adalah masyarakat Arab. Ketika mereka menerima pemberitaan ini, tentunya
ada yang percaya dan mengimani sepenuh hatinya, tetapi tidak menutup kemungkinan juga
ada yang mengingkari dan tidak mau mempercayai kebenaran Al-Qur’an.
Kesiapan jiwa setiap individu sangat menentukan bagaimana reaksinya terhadap
penerimaan kebenaran Al-Qur’an sebagai wahyu Illahi. Bermacam-macam uslub dalam
Al-Qur’an ditujukan untuk memikat hati mereka, agar mereka tertarik untuk menerima
kebenaran wahyu. Di antara uslub yang dipergunakan adalah amtsal dan qasam, untuk
memperkuat kebenaran berita yang akan disampaikan kepada manusia. Tidak sedikit
peumpamaan dan sumpah yang dipergunakan Allah SWT dalam Al-Qur’an, agar manusia
menjadi terbuka hatinya, menerima suatu kebenaran.
Oleh karena itu, sangatlah penting bagi kita untuk mendalami materi Aqsam Al-
Qur’an dalam materi pembelajaran ini, kaitannya untuk menambah keyakinan kita tehadap
kebenaran Al-Qur’an dan khazanah keilmuan yang ada di dalamnya.
B. POINT PEMBAHASAN
1. Pengertian aqsam wa amtsalul Quran
2. Faedah aqsan wa amtsaluk Quran
3. Pengaplikasian aqsan wa amtsalul Quran
PEMBAHASAN

A. AMTSAL AL QURAN
1. Pengertian Amtsal Al Quran
Dalam pembahasan mengenai amtsal al-Qur’an, terdiri dari pengertian-pengertian
amtsal al-Qur’an, pembagian amtsal al-Qur’an, serta faedah-faedah dari amtsal al-
Qur’an yakni sebagai berikut :

a. Pengertian Amtsal Al-Qur’an

Secara etimologi, amtsal berasal dari bahasa Arab, yang merupakan jama’
dari ‫ مثل‬yang artinya perumpamaan atau serupa.

Ada juga sebagian ulama’ yang mengatakan bahwa mitslu adalah:

‫َوقَ ْد أ ْاس ُت ِع ْ َْي الْ ِمثْ ُل ِللْ َح ِال َأ ْو الْ ِّ ِص َف ِة َأ ْو الْ ِق َّص ِة ا َذا ََك َن لَهَا َشأْ ٌن َو ِف ْْيَا غَ َراب َ ٌة‬
ِ
Yaitu keadaan, sifat atau cerita yang asing dan aneh.

Sedangkan pengertian amtsal secara terminologi ada beberapa definisi yang


dikemukakan oleh para ulama’,yaitu:

Pengertian mitslu menurut ulama’ ahli ilmu adab adalah:

‫ِك ِف ْي ِه ِ َِب ِال َّ ِاَّلي‬ ٌّ ِ ‫َوالْ ِمثْ ُل ِِف ْ َاْلد َِب قَ ْو ٌل ُم ْح‬
َ ِ ‫ِك َسائِ ٌر ي ُ ْق َصدُ ِب ِه ت َ ْش ِب ْي ُه َح ِال َّ ِاَّلي ُح‬
‫ ِق ْي َل ِ َْل ْج ِ ِل‬.
Artinya: “Mitslu dalam ilmu adab adalah ucapan yang disebutkan untuk
menggambarkan ungkapan lain yang dimaksudkan untuk menyamakan atau
menyerupakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan keadaan sesuatu yang
dituju.”

Maksudnya adalah menyerupakan perkara yang disebutkan dengan asal


ceritanya. Maka amtsal menurut definisi ini harus ada asal ceritanya. Contohnya
pada ucapan orang arab ‫( ُربَّ َر ِميَّ ٍة ِم ْن َغي ِْر َر ٍام‬banyak panahan dengan tanpa ada orang
yang memanah). Maksudnya adalah banyak musibah yang terjadi karena salah
langkah. Kesamaannya adalah terjadinya sesuatu dengan tanpa ada kesengajaan.

Pengertian mitslu menurut ulama’ ahli ilmu bayan adalah:

‫الْ َم َج ُاز الْ ُم َركَّ ُب َّ ِاَّلي تَ ُك ْو ُن عَ ََلقَ ُت ُه الْ ُمشَ اِبِ َ ُة َم ََت فَشَ ا ا ْس ِت ْع َم ُ ُال‬
ِ
Yaitu majas/kiasan yang majemuk yang mana keterkaitan antara yang disamakan
dengan asalnya adalah penyerupaan. Maka bentuk amtsal menurut definisi ini
adalah bentuk isti’aarah tamtsiiliyyah, yakni kiasan yang menyerupakan. Seperti:

‫َو َما الْ َم ُال َو ْ َاْل ْهلُ ْو َن ا ِ ِِّل َودَائِ ُع ◊ َو َِل ب ُ َّد ي َ ْو ًما َأ ْن تُ َر َّد الْ َودَائِ ُع‬
ِ
Tiadalah harta dan keluarga melainkan bagaikan titipan; pada suatu hari titipan itu
pasti akan dikembalikan.

Dalam syair di atas, tampak jelas penyair menyerupakan harta dan keluarga
dengan benda titipan yang dititipkan oleh seseorang kepada kita, yang sama-sama
bisa diambil sewaktu-waktu oleh orang yang menitipkannya.

Sebagian ulama’ ada juga yang menyatakan pengertian mitslu adalah:

‫ان َّ ُه ا ْب َر ُاز الْ َم ْع ََن ِِف ُص ْو َر ٍة ِح ِ ِّس َي ٍة تَ ْك ِس ُب ُه َر ْوعَ ًة َو َ ََج ًاِل‬


ِ ِ
Yaitu mengungkapkan suatu makna yang abstrak dalam bentuk sesuatu yang
konkret yang elok dan indah. Contohnya seperti ungkapan ‫( ْال ِع ْل ُم نُ ْور‬ilmu itu seperti
cahaya). Dalam hal ini adalah menyamakan ilmu yang bersifat abstrak dengan
cahaya yang konkret, yang bisa diindera oleh penglihatan. Amtsal menurut definisi
ini tidak disyaratkan adanya asal cerita juga tidak harus adanya majaz murakkab.

Melihat dari pengertian-pengertian mitslu di atas, maka amtsal al-Qur’an


setidaknya berupa penyamaaan keadaan suatu hal dengan keadaan hal yang lain.
Penyerupaan tersebut baik dengan cara isti’arah (menyamakan tanpa menggunakan
adat tasybih), tasybih sharih (menyamakan yang jelas dengan adanya adat tasybih),
ayat-ayat yang menunjukkan makna yang indah dan singkat, atau ayat-ayat yang
digunakan untuk menyamakan dengan hal lain. Karena itulah, kesimpulan akhir
dalam mendefinisikan amtsal al-Qur’an adalah:

‫ا ْب َر ُاز الْ َم ْع ََن ِِف ُص ْو َر ٍة َرائِ َع ٍة ُم ْو ِج َز ٍة لَهَا َوقَ ُعهَا ِِف الْنَّ ْف ِس َس َوا ٌء ََكن َْت ت َ ْش ِب ْْيًا َأ ْو‬
ِ
‫قَ ْو ًِل ُم ْر َس ًَل‬
Yaitu menampakkan pengertian yang abstrak dalam bentuk yang indah dan singkat
yang mengena dalam jiwa baik dalam bentuk tasybih maupun majaz mursal
(ungkapan bebas). Definisi inilah yang relevan dengan yang terdapat dalam al-
Qur’an, karena mencakup semua macam amtsal al-Qur’an.

2. Pembagian Amtsal Dalam Quran

1. Amtsal musharrahah

Yaitu perumpamaan yang jelas yang di dalamnya terdapat lafazh matsal atau
lafazh lain yang menunjukkan arti persamaan atau perumpamaan. Amtsal jenis ini
banyak terdapat dalam al-Qur’an.

Contoh:

ِّ ِ ُ ‫اّلل ََكَث َِل َحبَّ ٍة َانۢۡۡ َبت َ ۡت َس ۡب َع َس نَا ِب َل ِ ِۡف‬


‫ك‬ ِ ِّ ‫َمث َ ُل َّ ِاَّل ۡي َن ي ُ ۡن ِف ُق ۡو َن َا ۡم َوالَهُ ۡم ِ ِۡف َس ِب ۡي ِل ه‬
‫اّلل َو ِاس ٌع عَ ِل ۡ ٌي‬ُ ِّ ‫اّلل يُ هض ِع ُف ِل َم ۡن يَّشَ آ ُء ؕ َو ه‬ ُ ِّ ‫ُسنۢۡۡ ُب َ ٍَل ِِّمائ َ ُة َحبَّ ٍةؕ َو ه‬
Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah
melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah
Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui” (al-Baqarah 261).
Dalam ayat ini dijelaskan keuntungan besar bagi orang-orang yang mau berinfak
dengan menyamakannya terhadap orang yang menanam 1 butir biji yang kelak
menghasilkan 700 butir biji. Penyamaan pahala orang yang infak dengan hasil tanaman
pada ayat ini jelas menggunakan lafazh matsal (‫)… َمث َ ُل الَّ ِذيْنَ يُ ْن ِفقُ ْونَ أ َ ْم َوالَ ُه ْم‬. Dalam ayat ini
yang disamakan adalah keuntungan.

2. Amtsal kaminah

Yaitu perumpamaan yang tidak jelas dengan tanpa menggunakan lafazh matsal
atau sejenisnya, akan tetapi artinya menunjukkan arti perumpamaan yang indah dan
singkat. Makna amtsal seperti ini akan mengena jika lafazh tersebut dinukilkan
kepada hal yang menyerupainya.

Contoh :

َ ‫َخي ُْر ْاْل ُ ُم ْو ِر أ َ ْو‬


ُ ‫س‬
Sebagaimana ungkapan yang disebutkan orang Arab yang berupa ‫ط َها‬
(sebaik-baiknya perkara adalah tengah-tengah). Ungkapan ini merupakan hasil
perumpamaan dari beberapa ayat al-Qur’an, di antaranya:

…‫اَّنَّ َا ب َ َق َر ٌة َِل فَا ِر ٌض َو َِل ِب ْك ٌر َع َو ٌان ب َ ْ َْي َذ ِ َل…اْلية‬


ِ
Artinya: “…bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda;
pertengahan antara itu…”(al-Baqarah 68).

ِ ْ ‫َو َّ ِاَّل َين ا َذا َأنْ َف ُقوا لَ ْم ي‬


‫ُْسفُوا َول َ ْم ي َ ْق ُ ُُتوا َو ََك َن ب َ ْ َْي َذ ِ َل قَ َوا ًما‬
ِ
Artinya: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak
berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di
tengah-tengah antara yang demikian.” al-Furqan 67.
‫ك الْبَ ْسطِ فَتَ ْق ُعدَ َملُو ًما َم ْح ُس ًورا‬ ً َ ُ‫َو َِل َ َْت َع ْل يَدَ كَ َم ْغل‬
َّ ُ ‫وَل ا ََل ُع ُن ِق َك َو َِل تَبْ ُس ْطهَا‬
ِ
Artinya: “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan
janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan
menyesal.” Al-Israa’ 29.

…‫َو َِل َ َْته َْر ب َِص ََل ِت َك َو َِل ُ َُتا ِف ْت ِبِ َا َوابْ َتغ ِ ب َ ْ َْي َذ ِ َل َسب ًِيَل‬
Artinya: “…Katakanlah: “Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam
shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di
antara kedua itu.” Al-Israa’ 110.

Begitu juga masih banyak ungkapan orang-orang arab yang merupakan hasil
perumpamaan al-Qur’an.

3. Amtsal mursalah

Yaitu beberapa jumlah kalimat yang bebas yang tidak jelas tanpa menggunakan
lafazh tasybih. Amtsal mursalah ini adalah beberapa ayat al-Qur’an yang berlaku
sebagai perumpamaan.

Contoh :

…‫قَال َ ِت ا ْم َر َأ ُة الْ َع ِزي ِز ْاْلٓ َن َح ْص َح َص الْ َحق…اْلية‬


Artinya: “…Berkata isteri Al-Aziz: “Sekarang jelaslah kebenaran itu…” (Yusuf 51).
…‫َش لَ ُ ُْك…اْلية‬
ٌّ َ ‫َو َع ََس َأ ْن تَ ْك َر ُهوا َشيْئًا َوه َُو خ ْ ٌَْي لَ ُ ُْك َو َع ََس َأ ْن ُ ُِتبوا َشيْئًا َوه َُو‬
Artinya: “…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu…”
(al-Baqarah 261).

3. Faedah Faedah Amtsal Quran

1. Menampilkan sesuatu yang abstrak kedalam sesuatu yang konkrit-material yang


dapat di inderakan manusia, dengan ini akal dengan mudah menerima pesan dari
perumpamaan tersebut.

2. Menyingkap makna yang sebenarnya dan memperlihatkan hal yang gaib melalui
paparan yang nyata.

3. Menghimpun arti yang indah dalam ungkapan yang singkat sebagaimana dalam
amtsal kaminah dan mursalah.

4. Membuat sipelaku amtsal senang dan bersemangat

5. Menjauhkan seseorang dari sesuatu yang tidak disenangi.

6. Memberikan pujian kepada pelaku amtsal.

7. Memperlihatkan bahwa yang dijadikan perumpamaan memiliki sifat yang tidak


disenangi manusia.

8. Pesan yang disampaikan melalui amtsal lebih mengena dihati lebih mantap dalam
menyampaikan nasehat dan lebih kuat pengaruhnya.

4. Penggunaan Amtsal Dalam Media Dakwah


Dalam Al Quran terdapat banyak aspek yang bersifat abstrak, yang sulit dicerna
oleh akal manusia. Sehingga dengan adanya amtsal maka akal lebih mudah dicerna
dan dipahami, jika dilihat dari segi bahasa amtsal mirip pelajaran balaghoh tentang
tasybih. Salah satu contoh gambaran pada terhapusnya pahala sedekah orang yang
riya

ٌ ‫فَ َمث ُ َٗل ََكَث َِل َص ْف َو ٍان عَلَ ْي ِه تُ َر‬


‫اب فَ َا َصاب َ ٗه َوا ِب ٌل فَ َ َُت َك ٗه َص ْ ًْلا‬
Artinya: “Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada
debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin
lagi.”

Gambaran pada ayat diatas sangat abstrak sehingga kadang sulit dipahami. Namun,
setelah gambaran ini dikonverikan ke dalam bentuk amtsal, yakni sirnanya tanah diatas
batu akibat hujan yang menimpanya, maka gambaran tersebut lebih mudah dipahami.

Rosihon Anwar mengutip pendapat Musthofa Mansur yang menyatakan bahwa


setiap pendakwah harus membekali dirinya dengan pengetahuan pengetahuan yang
dapat mengetuk dan membuka hati pendengarannya sehingga dapat menyampaikan
pesan pesannya.

Dengan demikian, sudah sepatutnya bagi para pendakwah memperhatikan


penggunaan amtsal sebagai salah satu media dalam penyampaian dalam dakwahnya,
agar materi dakwah yang disampaikan lebih ajiib dan menyentuh hati objek dakwah.

B. AQSAM AL QURAN

1. Pengertian Aqsam Al Quran

Secara etimologi kata qasam memiliki makna yang sama dengan dua kata lain
yaitu: halaf dan yamin yang berarti sumpah. Sumpah dinamakan juga dengan yamin
karena orang-orang Arab ketika sedang bersumpah telah memegang tangan kanan
sahabatnya.1

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, „sumpah‟ diartikan sebagai:

1
Manna’ Khalil Qathan, Studi Ilmu-Ilmu Quran, (Bogor: Pustaka Lentera Antar Nusa, 2006), hlm. 414
a. Pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan saksi kepada Tuhan atau kepada
sesuatu yang dianggap suci (untuk menguatkan kebenaran dan kesungguhannya
dan sebagainya).

b. Pernyataan yang disertai tekat melakukan sesuatu untuk menguat- kan kebenaran
atau berani menderita sesuatu kalau pernyataan itu tidak benar.

c. Janji atau ikrar yang teguh (akan menunaikan sesuatu).2

Sedangkan menurut Louis Ma‟luf, dalam konteks bangsa arab, sumpah yang
diucapkan oleh orang Arab itu biasanya menggunakan nama Allah atau selainNya.
Pada intinya sumpah itu menggunakan sesuatu yang diagungkan seperti nama Tuhan
atau sesuatu yang disucikan.3

Sedangkan secara terminologi, Qasam al-Quran adalah ilmu yang membicarakan


tentang sumpah-sumpah yang terdapat dalam al-Quran. Kemudian yang dimaksud
sumpah sendiri adalah sesuatu yang digunakan untuk menguatkan pembicaraan.
Menurut al-Jurjani -seperti yang dikutip oleh Hasan Mansur Nasution- sumpah
adalah sesuatu yang dikemukakan untuk menguatkan salah satu dari dua berita dengan
menyebutkan nama Allah atau sifatnya.4

Maka yang dimaksud dengan qasam al-Quran adalah salah satu dari ilmuilmu al-
Quran yang membahas tentang arti, maksud, rahasia, dan hikmah sumpah-sumpah
Allah yang terdapat dalam al-Quran. Qasam dapat pula diartikan sebagai bahasa Al-
Quran dalam menegaskan atau menguatkan suatu pesan atau pernyataan dengan
menyebut nama Allah atau ciptaanNya sebagai muqsam bih. Dalam Al-Quran,
penyebutan kalimat qasam kadangkala dengan memakai kata aqsama, dan adakalanya
dengan menggunakan kata halafa atau yamana.

2
tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 1102
3
Louis Ma’luf, al-Munjid, (Beirut: al-Mathba’ah al-Kathaliqiyyah, 1956), hlm. 664
4
Hasan Mansur Nasution, Rahasia Sumpah Allah Dalam al-Quran, (Jakarta: Khazanah Baru, 2002), hlm. 7
Contoh penggunaan kedua kata tadi antara lain sebagai berikut:

‫َو ِان َّ ٗه ل َ َق َس ٌم ل َّ ۡو تَ ۡعلَ ُم ۡو َن َع ِظ ۡ مٌي‬


Artinya: “Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu
Mengetahui”. (QS. Al-Waqi‟ah: 76)

ؕ ‫َش ٍء‬ ۡ ُ َ ‫اّلل َ َِج ۡي ًعا فَيَ ۡح ِل ُف ۡو َن َ ٗل َ ََك َ َۡي ِل ُف ۡو َن ل‬


ۡ َ ‫ـُك َو َ َۡي َس ُب ۡو َن َاَّنَّ ُ ۡم عَ هل‬ ُ ِّ ‫ي َ ۡو َم ي َ ۡب َعُثُ ُ ُم ه‬
‫َا َ اِل ِاَّنَّ ُ ۡم ُ ُه ۡال هك ِذبُ ۡو َن‬
Artinya: “(Ingatlah) hari (ketika) mereka semua dibangkitkan Allah) lalu mereka
bersumpah kepadaNya (bahwa mereka bukan musyrikin) sebagaimana
mereka bersumpah kepadamu; dan mereka menyangka bahwa mereka akan
memperoleh suatu (manfaat). Ketahuilah, bahwa sesungguhnya mereka
adalah orang-orang yang berdusta.” (QS. Al-Mujadilah: 18)

2. Unsur-Unsur Aqsam Al Quran


Qasam terbagi menjadi tiga unsur yaitu adat qasam, Muqsam bih dan Muqsam ‘alaih.
1. Adat qasam adalah sighat yang digunakan untuk menunjukkan qasam/sumpah,
baik dalam bentuk fi῾il maupun huruf seperti ba, ta, dan waw sebagai pengganti
fi῾il qasam karena sumpah sering digunakan dalam keseharian. Contoh qasam
dengan memakai kata kerja, misalnya firman Allah SWT.:

‫اّلل َم ۡن ي َّ ُم ۡو ُتؕ ب َ هل َو ۡعدً ا عَلَ ۡي ِه َحقًّا َّو هلـ ِك َّن‬


ُ ِّ ‫َو َا ۡق َس ُم ۡوا ِِب ه ِّ ِّلل َ َۡجدَ َايۡ َماَّنِ ِ ۡمم َِل ي َ ۡب َع ُث ه‬
‫اَ ۡك َ َث النَّ ِاس َِل ي َ ۡعلَ ُم ۡو َمن‬
Artinya: “Mereka bersumpah dengan (nama) Allah dengan sumpahnya yang
sungguh-sungguh, "Allah tidak akan akan membangkitkan orang yang
mati". (Tidak demikian), bahkan(pasti Allah akan membangkitnya),
sebagai suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan
manusia tiada mengetahui. “(QS. An-Nahl ayat: 38)
Adat qasam yang banyak dipakai adalah waw5, sebagaimana firman Allah SWT.:

‫َوال ِتِّ ۡ ِْي َو َّالزيۡ ُت ۡو ِمن‬


Artinya: “Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun ” (QS. At-Tiin: 1-2)

2. Al-Muqsam bih yaitu sesuatu yang dijadikan sumpah oleh Allah. Sumpah dalam
al-Quran ada kalanya dengan memakai nama yang Agung (Allah), dan adakalanya
dengan menggunakan nama-nama ciptaanNya. Qasam dengan menggunakan nama
Allah dalam al-Quran hanya terdapat dalam tujuh tempat yaitu14:
a. QS. An-Nisa ayat 65
b. QS. Yunus ayat 53
c. QS. Al-Hijr ayat 92
d. QS. Maryam ayat 68
e. QS. Saba‟ ayat 3
f. QS. At-Taghabun ayat 7
g. QS. Al-Ma‟arij ayat 40

Misal dalam Al Quran:

‫َوي َۡس َتنۢۡۡ ِبـُٔ ۡون ََك َا َح ٌّق ه َُو ؕ ُق ۡل ِا ۡى َو َر ِ ِّ اۡب ِان َّ ٗه ل َ َح ٌّق ؕؔ َو َم اا َان ُ ۡۡت ِب ُم ۡع ِج ِزۡي َن‬
Artinya: “Dan mereka menanyakan kepadamu: "Benarkah (azab yang dijanjikan)
itu? Katakanlah: "Ya, demi Tuhanku, Sesungguhnya azab itu adalah
benar dan kamu sekali-kali tidak bisa luput (daripadanya)". (QS. Yunus
ayat: 53)

Selain pada tujuh tempat di atas, Allah memakai qasam dengan nama-nama
ciptaanNya, seperti dalam firman Allah Swt.:

5
Ibid, hlm. 291
‫فَ َ اَل ُا ۡق ِس ُم ِب َم هو ِقع ِ الن ُج ۡو مِم‬
Artinya: “Maka aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintangbintang”. (QS.
Al-Waqi‟ah: 75).

3. Muqsam ‘alaih kadang juga disebut jawab qasam. Muqsam ‘alaih merupakan suatu
pernyataan yang datang mengiringi qasam, berfungsi sebagai jawaban dari qasam.
Di dalam Quran terdapat dua Muqsam ‘alaih, yaitu yang disebutkan secara tegas
atau dihilangkan. Jenis yang pertama terdapat dalam ayat-ayat sebagai berikut6:

Artinya: “Demi (angin) yang menerbangkan debu dengan kuat.dan awan yang
mengandung hujan, dan kapal-kapal yang berlayar dengan mudah, dan
(malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan, Sesungguhnya apa
yang dijanjikan kepadamu pasti benar, dan Sesungguhnya (hari)
pembalasan pasti terjadi.” (QS. Adz-Dzariyat: 1-6)

Jenis kedua Muqsam ‘alaih atau jawab qasam dihilangkan / dibuang karena alasan
sebagai berikut:

1. Dalam Muqsam bih nya sudah terkandung makna Muqsam ‘alaih.


2. Qasam tidak memerlukan jawaban karena sudah dapat dipahami dari redaksi
ayat.7 Seperti halnya pendapat al-Biqa‟i yang mengatakan bahwa tidak ada
sumpah tanpa muqsam ‘alaih8 Maka dapat dikatakan bahwa seluruh sumpah
Allah terdapat muqsam ‘alaih, baik tertulis dalam al-Quran maupun menurut
pemahaman.

6
Ibid, hlm. 180
7
Jalaluddin Suyuti As, Al-Itqan Fi ‘Ulum Al-Quran (Kairo: Maktabah al-Safa, 2006). hlm. 262
8
Burhan al-Din al-Biqa`i, Nazhm al-Dhurar fi Tanasub al-Ayat wa al-Suwar, (Kairo: Dar al-Kitab
al-Islami, 1992), hlm. 26
3. Faedah Aqsam Al Quran

Sebagaimana kita ketahui bahwa Qasam dalam Al-Quran bermuatan rahasia untuk
menguatkan pesan-pesan Al-Quran yang sampai kepada manusia terutama untuk
orang yang masih ragu-ragu, menolak bahkan mengingkari kebenaran ajaran-ajaran
al-Quran. Menurut Hasan, ada tiga macam pola penggunaan kalimat berita dalam Al
Quran, yaitu: ibtida’, thalabi, dan inkari.9

Ibtida’ (berita tanpa penguat), yaitu untuk orang yang netral dan wajar-wajar saja
dalam menerima suatu berita, tidak ragu-ragu dan tidak mengingkarinya.

Thalabi, yaitu untuk orang-orang yang ragu terhadap kebenaran suatu berita,
sehingga berita yang disampaikan kepadanya perlu diberikan sedikit penguat yang
disebut dengan kalimat thalabi atau taukid untuk meyakinkan dan menghilangkan
keraguannya.

Inkari, yaitu untuk orang-orang yang bersifat ingkar dan selalu menyangkal
suatu berita, untuk kondisi seperti ini beritanya harus disertai dengan kalam inkari
(diperkuat sesuai dengan kadar keingkarannya). Oleh karena itu, Allah menggunakan
kalimat sumpah dalam al-Quran untuk menghilangkan keraguan, menegakkan hujjah
dan menguatkan berita terhadap orang-orang yang seperti ini.

4. Aqsam Dengan Pemahaman Al Quran


Agar tidak memerlukan uraian yang panjang, kita ambil sampel secara acak dari
ayat dengan diksi yang dimaksud di sini. Singkatnya, kita akan pergunakan 5 ayat
Pertama, Surat Al-Maidah ayat 53

‫َوي َ ُق ْو ُل َّ ِاَّل ْي َن ها َمنُ ْوْٓا َا ههٓ ُؤ َ اِل ِء َّ ِاَّل ْي َن َا ْق َس ُم ْوا ِِب ه ِّ ِّلل َ َْجدَ َايْ َماَّنِ ِ ْمم ِاَّنَّ ُ ْم ل َ َم َع ُ ُْك ْۗ َحب َِط ْت‬
ِ ِ ‫َا ْ َْعالُه ُْم فَ َا ْص َب ُح ْوا هخ‬
‫ْسْي َن‬
Artinya, “Dan orang-orang yang beriman akan berkata, “Inikah orang yang bersumpah
secara sungguh-sungguh dengan (nama) Allah, bahwa mereka benar-benar

9
Hasan dan Radiatul Hasnah Zaini, Ulum Al-Quran (Batu Sangkar: STAIN Batu Sangkar Press, 2011). hlm. 162
beserta kamu?” Segala amal mereka menjadi sia-sia, sehingga mereka
menjadi orang yang rugi.”

Di dalam ayat ini, diksi qasam dipergunakan dengan penyandaran pada orang-
orang yang beriman. Dalam ayat ini juga disebutkan bahwa qasam disandarkan
penggunaannya pada kesungguhan dalam memberikan pernyataan. Akan tetapi,
pernyataan tersebut mendapatkan bantahan disebabkan karena ketidakseriusan mereka
dalam melaksanakan pernyataannya itu.

Walhasil, al-qasam dalam ayat ini bermakna sebuah sumpah yang dipergunakan
untuk menyatakan kesungguhan / keseriusan serta ada hubungannya dengan keimanan
(aqidah). Oleh karena itu, qasam bernilai ibadah jika dilaksanakan.

Kedua, Surat Al-Maidah ayat 106

ٍ‫َض َا َحدَ ُُكُ الْ َم ْو ُت ِح ْ َْي الْ َو ِص َّي ِة اثْ ه ِٰن َذ َوا عَ ْدل‬
َ َ ‫ه ٓ َٰيُّيَا َّ ِاَّل ْي َن ها َمنُ ْوا َشهَا َد ُة بَيْ ِن ُ ُْك ِا َذا َح‬
َ َ ‫ِِّمنْ ُ ُْك َا ْو هاخ هَر ِن ِم ْن غَ ْ ِْيُ ُْك ِا ْن َان ُ ْْت‬
‫َضبْ ُ ْت ِِف ْ َاِل ْر ِض فَ َا َصاب َ ْت ُ ُْك م ِص ْي َب ُة الْ َم ْو ِ ْۗت‬
َّ ‫َ ُْتب ُِس ْوَّنَ ُ َما ِم ْۢۡن ب َ ْع ِد‬
‫الص هلو ِة فَ ُي ْق ِس هم ِن ِِب ه ِّ ِّلل ِا ِن ْارتَبْ ُ ْت َِل ن َ ْش َ ُِت ْي ِب ٖه ثَ َمنًا َّول َ ْو ََك َن َذا‬
‫اّلل ِاّنَّ ٓ ِا ًذا ل َّ ِم َن ْ هاِل ِث ِم ْ َْي‬
ِ ِّ ‫قُ ْر ه مب َو َِل نَ ْك ُ ُت َشهَا َد َة ه‬
Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila salah seorang (di antara) kamu
menghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah (wasiat
itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu, atau dua orang yang
berlainan (agama) dengan kamu. Jika kamu dalam perjalanan di bumi lalu
kamu ditimpa bahaya kematian, hendaklah kamu tahan kedua saksi itu
setelah salat, agar keduanya bersumpah dengan nama Allah jika kamu ragu-
ragu, “Demi Allah kami tidak akan mengambil keuntungan dengan sumpah
ini, walaupun dia karib kerabat, dan kami tidak menyembunyikan kesaksian
Allah; sesungguhnya jika demikian tentu kami termasuk orang-orang yang
berdosa.”
Di dalam ayat ini, lafal qasam dipergunakan melalui penyandaran kepada kaum
yang beriman, kesaksian atas suatu wasiyat oleh orang yang adil meski berlainan
agama, dan berfungsi menghilangkan keraguan. Lafal qasam disampaikan dengan cara
menyandarkan kebenarannya kepada Allah SWT. Dengan demikian, qasam dalam
ayat ini juga bermakna sebagai sebuah pernyataan dengan mengatasnamakan Allah
SWT atas kesungguhan dan kebenaran suatu kesaksian yang disampaikan sehingga
tidak perlu lagi perlu disangsikan atau diragukan kebenarannya.

Ketiga, Surat Al-Maidah ayat 107

‫فَ ِا ْن عُ ِ َث عَ ه ٓل َاَّنَّ ُ َما ْاس َت َحقَّا ٓ ِاثْ ًما فَ هاخ هَر ِن ي َ ُق ْو هم ِن َم َقا َمهُ َما ِم َن َّ ِاَّل ْي َن ْاس َت َح َّق‬
‫عَلَ ْ ِْي ُم ْ َاِل ْول َ ه ِْي فَ ُي ْق ِس هم ِن ِِب ه ِّ ِّلل لَشَ هَا َدتُنَا ٓ َا َحق ِم ْن َشهَا َدِتِ ِ َما َو َما ا ْع َتدَ يْنَا ٓ ۖ ِاّنَّ ٓ ِا ًذا‬
‫ل َّ ِم َن ه ِّالظ ِل ِم ْ َْي‬
Artinya, “Jika terbukti kedua saksi itu berbuat dosa, maka dua orang yang lain
menggantikan kedudukannya, yaitu di antara ahli waris yang berhak dan
lebih dekat kepada orang yang mati, lalu keduanya bersumpah dengan nama
Allah, “Sungguh, kesaksian kami lebih layak diterima daripada kesaksian
kedua saksi itu, dan kami tidak melanggar batas. Sesungguhnya jika kami
berbuat demikian tentu kami termasuk orang-orang zalim.”
Di dalam ayat ini, lafal al-qasam disandarkan penggunaannya atas kebenaran suatu
kesaksian yang dilakukan dan menjadi jawab penentang bagi kesaksian lainnya yang
dianggap sebagai tidak benar. Penyataan dilakukan dengan tanpa adanya unsur
melampaui batas (berlebih-lebihan) dalam bersumpah. Dengan demikian, berdasar
ayat ini, lafal al-qasam dipergunakan untuk menyatakan kebenaran lewat sumpah (al-
yamin al-shadiqah).
Keempat, Surat Al-An’am ayat 109
ِ ِّ ‫َو َا ْق َس ُم ْوا ِِب ه ِّ ِّلل َ َْجدَ َايْ َماَّنِ ِ ْم لَى ْن َج اا َءِتْ ُ ْم هاي َ ٌة ل َّ ُي ْؤ ِم ُ َّٰن ِبِ َاْۗ ُق ْل ِان َّ َما ْ هاِليه ُت ِع ْندَ ه‬
‫اّلل‬
ِ
‫َو َما ي ُْش ِع ُرُ ُْك َاَّنَّ َا ٓ ِا َذا َج اا َء ْت َِل يُ ْؤ ِمنُ ْو َن‬
Artinya, “Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan,
bahwa jika datang suatu mukjizat kepada mereka, pastilah mereka akan
beriman kepadanya. Katakanlah, “Mukjizat-mukjizat itu hanya ada pada sisi
Allah.”
Dan tahukah kamu, bahwa apabila mukjizat (ayat-ayat) datang, mereka tidak juga
akan beriman.” Penyandaran qasam pada ayat ini juga menyerupai ayat-ayat
sebelumnya, yaitu: disampaikan dengan nama Allah. Qasam dilakukan untuk
menyatakan suatu kebenaran yang sifatnya mutlak, sebagaimana digambarkan di
dalam ayat ini bahwa qasam digunakan untuk menyatakan kebenaran mukjizat.
Walhasil, qasam merupakan sumpah dengan atas nama Allah SWT untuk menyatakan
kebenaran mutlak.

Kelima, Surat Al-A’raf ayat 49

ٓ ‫اّلل ِب َر ْ َْح ٍْۗة ُا ْد ُخلُوا الْ َجنَّ َة َِل خ َْو ٌف عَلَ ْي ُ ُْك َو َِل‬
ُ ِّ ‫َا ه ٓه ُؤ َ اِل ِء ا َّ َِّل ْي َن َا ْق َس ْم ُ ْت َِل يَنَالُهُ ُم ه‬
‫َان ُ ْْت َ ُْت َ نز ُْو َن‬
Artinya, “Itukah orang-orang yang kamu telah bersumpah, bahwa mereka tidak akan
mendapat rahmat Allah?’ (Allah berfirman), ‘Masuklah kamu ke dalam
surga! Tidak ada rasa takut padamu dan kamu tidak pula akan bersedih hati.’
Di dalam ayat ini, dinyatakan bahwa qasam dipergunakan untuk menandaskan
sebuah pernyataan yang diakui sebagai sebuah kebenaran mutlak. Meski demikian,
qasam tidak selalu menyatakan bahwa obyek yang dijadikan sumpah adalah benar
karena kebenaran mutlak adalah kuasa Allah SWT.
Implikasi Penggunaan Diksi ‘Al-Qasam’ dalam Kehidupan Sehari-hari
Sebagaimana telah disampaikan di muka, dengan menukil beberapa ayat sebagai
sampel analisis pengertian al-qasam dalam Al-Qur’an, maka dapat difahami bahwa:
1. Qasam memiliki pengertian yang bertolak belakang dengan al-half. Jika
sebelumnya pernah disampaikan dalam tulisan, bahwa al-half adalah sumpah yang
berfungsi untuk menutupi kebohongan sehingga berlaku kafarat bagi pelakunya,
maka untuk diksi al-qasam ini, sumpah dilakukan dengan maksud menyatakan
kesungguhan dan kebenaran mutlak atas suatu perkara yang disaksikan.
2. Pelaku al-qasam (al-qasim) dalam hal ini adalah orang yang beriman, bersikap adil,
meski kadang juga berlainan agama.
3. Ketika orang mukmin melakukan sumpah untuk bersaksi atas kebenaran yang
disampaikannya, maka tuntunan yang diajarkan adalah dengan menyertakan atas
nama Allah SWT. Hal itu mengingat kebenaran mutlak adalah tetap di tangan
Allah SWT, sementara kewajiban seorang mukmin hanyalah menyampaikan
informasi atau kesaksian sesuai dengan yang diamanahkan atau diketahui.
PENUTUP

KESIMPULAN

Dari uraian di atas tentang amtsal al-Qur’an, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Amtsal al-Qur’an adalah menampakkan pengertian yang abstrak dalam bentuk yang indah
dan singkat yang mengena dalam jiwa baik dalam bentuk tasybih maupun majaz mursal
(ungkapan bebas).
2. Macam-macam amtsal al-Qur’an adalah amtsal yang jelas dengan menggunakan lafazh
mitslu atau sesamanya, amtsal yang terselubung tanpa menggunakan lafazh mitslu dan
amtsal yang berupa ungkapan bebas tanpa ada adat tasybih.
3. Faedah mempelajari amtsal al-Qur’an yang terpenting adalah mendorong manusia untuk
melakukan amal ibadah dan mencegahnya melakukan hal-hal yang dibenci oleh agama serta
menggambarkan hal-hal abstrak dengan hal-hal yang nyata agar pemahamannya semakin
mantap dalam hati manusia.. Tujuannya agar manusia mengambil pelajaran dari al-Qur’an
dengan mengambil hal-hal yang baik dan menjauhi hal-hal yang buruk demi mendapatkan
kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
4. Amtsal al-Qur’an lebih mampu dinalar karena hal-hal yang masih abstrak diumpamakan
dengan nyata dan indah sehingga lebih mengena di hati.

Dari uraian mengenai aqsam al-Qur’an, kesimpulannya yaitu :

Sumpah yang diucapkan oleh Allah SWT sangat berbeda dengan sumpah makhluknya, Allah boleh
bersumpah demi seluruh apapun makhlukny, karena Allah yang menciptakan segalanya,
sedangkan manusia hanya boleh bersumpah demi Tuhannya.

Allah mengucapkan sumpah berarti memperingati manusia agar benar-benar memahami


peringatan Allah, dan bersiap-siap dengan balasan yang terdapat pada jawaban sumpah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Mudzakir. 2011. Studi Ilmu-Ilmi Al-Qur’an. Bogor : Pustaka Litera Antarnusa.


Muhammad Ismail Ibrahim. Sisi Mulia Al-Qur`an. 1986. Jakarta: CV Rajawali.
Rosihon Anwar. 2007. Ulum Al-Qur’an. Bandung : CV Pustaka setia.
Teungku M.Hasbi Ash Shiddiqiy. 2002. Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Semarang: Pustaka Rizki Putra.
http://referensiagama.blogspot.com/2011/01/aqsam-al-quran.html
http://ruhmannisamufarrahah.blog.com/2010/12/10/ilmu-amtsal-al-qur%E2%80%99an/

Anda mungkin juga menyukai