Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BIOFARMASETIKA

Sistem Limfatik

Oleh :
Dheo Fikri Noor Ramadhan
SF19104

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BORNEO LESTARI
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Sistem Limfatik" dengan
tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan, makalah ini bertujuan
menambah wawasan agar dapat mengetahui tentang system limfatik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan juga kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.Penulis menyadari
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN

A. system limfatik ....................................................................... 3


B. komponen dan karakteristik cairan saluran cerna .................. 4
C. siklus enterohepatis ................................................................ 6
D. strategies to improve oral drug delivery ................................ 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi
mengalirkan limfa atau getah bening di dalam tubuh. Limfa (bukan limpa) berasal
dari plasma darah yang keluar dari sistem kardiovaskular ke dalam jaringan
sekitarnya. Cairan ini kemudian dikumpulkan oleh sistem limfa melalui proses
difusi ke dalam kelenjar limfa dan dikembalikan ke dalam sistem sirkulasi.
Limfa disebut juga getah bening, merupakan cairan tubuh yang tak kalah
penting dari darah. Ada beberapa perbedaan antara limfa dengan darah. Di
antaranya dapat dijelaskan di bawah ini. Cairan limfa berwarna kuning keputih-
putihan yang disebabkan karena adanya kandungan lemak dari usus. Jika darah
tersusun dari banyak sel-sel darah, maka pada limfa hanya terdapat satu macam sel
darah, yaitu limfosit, yang merupakan bagian dari sel darah putih. Limfosit inilah
yang akan menyusun sistem imunitas pada tubuh, karena dapat menghasilkan
antibodi. Cairan limfa juga memiliki kandungan protein seperti pada plasma darah,
namun pada limfa ini kandungan proteinnya lebih sedikit dan mengandung lemak
yang dihasilkan oleh usus. Perbedaan lain juga terlihat pada pembuluh limfa.
Berbeda dengan pembuluh darah, pembuluh limfa ini memiliki katup yang lebih
banyak dengan struktur seperti vena kecil dan bercabang-cabang halus dengan
bagian ujung terbuka. Dari bagian yang terbuka inilah cairan jaringan tubuh dapat
masuk ke dalam pembuluh limfe.

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari system limfatik.
2. Sebutkan komponen dan karakteristik cairan saluran cerna.
3. Bagaimana siklus enterohepatis .
4. Bagaimana strategies to improve oral drug delivery.

1
C. Tujuan
Adapun tujuan umum penulis menyusun makalah ini untuk mendukung
kegiatan belajar mengajar “Biofarmasetika” dengan bahan ajar “system limfatik”.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Limfatik
Sistem limfatik (lymphatic system) atau sistem getah bening membawa
cairan dan protein yang hilang kembali ke darah .Cairan memasuki sistem ini
dengan cara berdifusi ke dalam kapiler limfa kecil yang terjalin di antara kapiler-
kapiler sistem kardiovaskuler. Apabila suda berada dalam sistem limfatik, cairan
itu disebut limfa (lymph) atau getah bening, komposisinya kira-kira sama dengan
komposisi cairan interstisial. Sistem limfatik mengalirkan isinya ke dalam sistem
sirkulasi di dekat persambungan vena cava dengan atrium kanan. Pembuluh limfa,
seperti vena , mempunyai katup yang mencegah aliran balik cairan menuju kapiler.
Kontraksi ritmik (berirama) dinding pembuluh tersebut membantu mengalirkan
cairan ke dalam kapiler limfatik. Seperti vena, pembuluhlimfa juga sangat
bergantung pada pergerakan otot rangka untuk memeras cairan kearah jantung.
Di sepanjang pembuluh limfa terdapat organ yang disebut nodus (simpul)
limfa (lymph node) atau nodus getah bening yang menyaring limfa. Di dalam nodus
limfa terdapat jaringan ikat yang berbentuk seperti sarang lebah denagn ruang-
ruang yang penuh dengan sel darah putih. Sel-sel darah putih tersebut berfungsi
untuk menyerang virus dan bakteri. Organ-organ limfa diantanya kelenjar getah
bening (limfonodus), tonsil, tymus, limpa ( spleen atau lien) , limfonodulus.
System limfe terdiri dari pembuluh limfe, nodus limfatik, organ limfatik, nodul
limfatik, sel limfatik. Pembuluh limfe merupakan muara kapiler limfe, menyerupai
vena kecil yang terdiri atas 3 lapis dan mempunyai katup pada lumen yang
mencegah cairan limfe kembali ke jaringan. Kontraksi otot yang berdekatan juga
mencegah limfe keluar dari pembuluh.
Tonsil merupakan kelompok sel limfatik dan matrix extra seluler yang
dibungkus oleh capsul jaringan pemyambung, tapi tidak lengkap.Terdiri atas
bagian tengah (germinal center) dan Crypti.Tonsil ditemukan dipharyngeal yaitu :

3
1. tonsil pharyngeal (adenoid), dibagian posterior naso pharynx
2. tonsil palatina, posteo lateral cavum oral
3. tonsil lingualis, sepanjang 1/3 posterior lidah
Nodus limfaticus terdapat di sepanjang jalur pembuluh limfe berupa benda
oval atau bulat yang kecil. Ditemukan berkelompok yang menerima limfe dari
bagian tubuh. Fungsi utama nodus limfaticus untuk menyaring antigen dari limfe
dan menginisiasi respon imun. Timus terletak di mediastinum anterior berupa 2
lobus. Pada bayi dan anak-anak, timus agak besar dan sampai ke mediastinum
superior.Timus terus berkembang sampai pubertas mencapai berat 30 -50 gr.
Kemudian mengalami regresi dan digantikan oleh jaringan lemak Pada orang
dewasa timus mengalami atrofi dan hampir tidak berfungsi. Limpa terletak di
Quadran atas kiri abdomen, di inferior diaphragma yang memanjang dari iga 9 –
11, terletak dilateralis ginjal dan posterolateral gaster.

B. Komponen dan Karakteristik Cairan Saluran Cerna


Proses pencernaan makanan pada manusia melibatkan alat-alat pencernaan
makanan. Alat-alat pencernaan pada manusia adalah organ-organ tubuh yang
berfungsi mencerna makanan yang kita makan. Disamping bagian-bagian saluran
pencernaan, proses pencernaan masih membutuhkan beberapa kelenjar dan alat
tubuh lain, yaitu
1. Kelenjar lambung
Kelenjar lambung mengeluarkan sekret berupa cairan pencernaan yang disebut
getah lambung. Enzim pencernaan yang ada di getah lambung adalah
pepsinogen dan renin. Pepsinogen adalah enzim aktif jika berubah menjadi
pepsin. Berfungsi memecah protein. Sedangkan renin berfungsi
mengumpulkan protein susu yang berasal dari air susu. Getah lambung
mengandung 0,4 persen HCl yang mengasamkan semua bahan makanan dan
bekerja sebagai antiseptik dan disinfektan untuk membunuh kuman. Hal ini
karena HCI mampu mengubah pepsinogen menjadi pepsin. Sekresi getah

4
lambung di mulai pada waktu kita makan atau melihat serta mencium aroma
masakan. Rasa makanan kemudian merangsang sekresi enzim karena kerja
saraf. Jika ada makanan di dalam lambung menimbulkan rangsangan kimia,
sehingga dinding lambung mensekresikan hormon yang disebut gastrin.
Pankreas Pankreas memiliki panjang 14-18 sentimeter dan berat 65-75 gram.
Pankreas ini ada di bagian tengah rongga perut bagian atas. Pankreas
mengeluarkan getah pankreas yang di salurkan ke usus halus. Jumlah getah
pankreas tergantung jenis makanan yang dikonsumsi. Getah pankreas terdiri
dari: Enzim amilase pankreas Enzim lipase pankreas Teripsinogen Natrium
bikarbonat Pengeluaran getah pankreas dipengaruhi oleh hormon yang
dihasilkan oleh sel-sel selaput lendir saluran pencernaan.
2. Kelenjar Hati
Hati adalah organ berwarna merah kecokelatan karena berisi darah. Memiliki
konsisten lunak dan merupakan salah satu kelenjar terbesar di tubuh dengan
berat sekitar 1.500 gram. Sebagai kelenjar, hati mengeluarkan empedu yang
penting untuk proses pencernaan makanan berlemak. Di samping itu, sel-sel
hati juga mengeluarkan unsur-unsur makanan ke dalam aliran darah sebagai
hasil proses metabolisme zat makanan yang diangkut vena porta dari usus. Hati
manusia terletak dalam rongga perut sebelah kanan. Bagian terbesar terlindung
oleh tulang-tulang iga dan permukaan atasnya melekat pada sekat rongga badan
(diafragma).
3. Kelenjar usus
Kelenjar usus menghasilkan getah usus halus yang berwarna kurang jernih.
Getah usus memiliki pH 7,6 yang mengandung berbagai macam enzim.
Sebagian enzim-enzim ini terletak pada permukaan sel epitel. Sehingga proses
pencernaan makanan berlangsung pada bagian permukaan sel epitel atau di
dalam sel epitel. Sekresi getah usus halus dipengaruhi oleh refleks saraf otonom
dan beberapa hormon. Beberapa enzim pencernaan yang ada di getah usus
adalah: Enterokinase berfungsi untuk mengaktifkan tripsinogen menjadi

5
tripsin. Maltase berfungsi untuk mengubah maltosa menjadi dua buah unit
glukosa. Laktase berfungsi untuk mengubah laktosa menjadi monosakarida
glukosa dan galaktosa. Sukrase berfungsi untuk mengubah sukrosa menjadi dua
buah monosakrida, yaitu glukosa dan fruktosa.

C. Siklus Enterohepatis
Pembentukan empedu sangat penting dalam pencernaan dan penyerapan
lemak, ekskresi xenobiotik larut lemak dan racun dalam tubuh, dan keseimbangan
kadar kolesterol. Garam empedu secara alamiah bersifat amphipilik karena
memiliki gugus polar dan non polar. Gugus polar memiliki permukaan yang
bersifat hidrofilik yang mengandung gugus hidroksil dan gugus karbonil,
sedangkan gugus non polar bersifat hidropobik.
Cairan empedu merupakan gabungan antara asam empedu dan garam
empedu. Bilirubin tetrapyrrole (berwarna coklat), merupakan komponen pemberi
warna terbesar pada empedu dan merupakan produk akhir dari metabolisme heme.
Apabila bilirubin mengalami oksidasi akan berubah menjadi biliverdin (berwarna
hijau).
Garam empedu bersama pospolipid dan kolesterol merupakan cairan
organik terbesar dalam empedu dan merupakan kunci kekuatan dalam
pembentukan empedu pada saat di sekresikan ke canalikuli empedu melewati
membran apikal hepatosit
Komponen utama asam empedu dalam empedu manusia yaitu asam
xenodeoksikolat (45%) dan asam kolat (31%). Sebelum sebagian besar garam
empedu disekresikan ke lumen canalikuli, terlebih dulu terjadi konjugasi dengan
ikatan amida pada terminal gugus karboksil dengan asam amino glisin dan taurin.
Reaksi konjugasi ini menghasilkan glycoconjugates dan tauroconjugates. Sebanyak
95% dari total garam empedu yang disintesa di hati diserap oleh usus distal dan
dikembalikan lagi ke hati. Proses sekresi dari hati ke gallbladder, kemudian ke usus,
dan akhirnya diserap kembali disebut siklus enterohepatik. Jumlah total garam

6
empedu yang mengalami siklus berulang-ulang melalui siklus enterohepatik sekitar
3,5 g. Jumlah tersebut bersirkulasi dua kali per makan dan 6-8 kali per hari. Apabila
empedu tidak ada di usus, maka hampir 50% lemak yang dimakan akan keluar
melalui feses.

Gambar 1 Garis yang tidak terputus yang masuk ke dalam sistem portal
merupakan garam empedu yang berasal dari hati, sedangkan garis terputus-
putus menunjukkan garam empedu yang terbentuk akibat aktivitas bakteri

D. Strategies To Improve Oral Drug Delivery


Istilah prodrug pertama kali diperkenalkan pada tahun 1958 oleh Adrien
Albert untuk menyatakan suatu senyawa yang harus menjalani biotransformasi
terlebih dahulu sebelum menunjukkan efek farmakologisnya. Sesuai dengan
definisi ini, maka dapat dikatakan prodrug merupakan senyawa obat yang belum
aktif, dan akan dimetabolisme menjadi metabolit yang aktif di dalam tubuh.
Prodrug didisain dengan tujuan untuk meningkatkan sifat-sifat
fisikokimia, biofarmasetik, atau farmakokinetik suatu senyawa obat, dengan tujuan
utama untuk meningkatkan penghantaran obat ke jaringan sasaran,

7
mengatasi hambatan berbagai sawar biologis di dalam tubuh baik sawar fisik
maupun sawar enzimatis dan meminimalkan toksisitas sistemik, sehingga dapat
meningkatkan kebergunaan dan penggunaannya sebagai obat.
Prodrug didisain antara lain untuk mengatasi kelarutan yang rendah,
absorpsi yang rendah, ketidakstabilan senyawa, kerentanan terhadap metabolisme
presistemik, hambatan distribusi ke jaringan sasaran, toksisitas sistemik yang tidak
selektif (pada kasus obat kanker), dan lain sebagainya. Dalam kenyataannya,
banyak obat-obat yang sekarang beredar sebenarnya merupakan prodrug. Sekitar
5-7% dari seluruh obat yang beredar saat ini dapat diklasifikasikan sebagai
prodrug, dan lebih kurang 15% dari seluruh obat baru yang diberi izin edar pada
tahun 2001 dan 2002 merupakan prodrugs.
Strategi yang digunakan dalam membuat prodrug bermacam-macam.
Semuanya tentu mempertimbangkan keberadaan enzim di dalam tubuh yang
diharapkan akan mengkonversi prodrug menjadi senyawa obat yang aktif.
Walaupun demikian, pada kasus-kasus tertentu, enzim yang diharapkan mengubah
prodrug menjadi zat aktifnya justru diberikan dari luar tubuh, misalnya pada
pengobatan kanker dengan teknik ADEPT (antibody-directed enzyme prodrug
therapy), atau bahkan dimasukkan dari luar dalam bentuk gen pengkode enzim
tersebut, misalnya dalam pengobatan kanker dengan teknik GDEPT (gene-directed
enzyme prodrug therapy).
Disain prodrug tentu juga harus mempertimbangkan rute administrasi obat,
dengan perkataan lain harus mempertimbangkan sawar biologis yang harus dilalui
oleh molekul obat. Misalnya untuk pemberian per oral, masalah utama yang
dihadapi adalah molekul obat tidak larut dalam cairan saluran pencernaan, senyawa
obat terlalu polar sehingga tidak dapat melintasi membran epitel sel-sel
saluran cerna, senyawa obat merupakan substrat untuk pompa efluks yang berada
di sel-sel enterosit, dan/atau senyawa obat mengalami metabolisme presistemik
baik di saluran cerna maupun di hati .

8
Strategi disain prodrug yang paling banyak dilakukan adalah dengan
mengubah gugus-gugus fungsi tertentu pada senyawa obat, misalnya gugus
karboksil, hidroksil, amina, fosfat/fosfonat, dan gugus karbonil, menjadi gugus-
gugus ester, karbonat, karbamat, amida, fosfat, dan oksim. Namun demikian,
beberapa gugus-gugus lain yang tak lazim juga digunakan sebagai sasaran disain
prodrug. Misalnya, gugustiol diubah menjadi tioeter atau tioester, gugus amina
diubah menjadi imina atau basa Mannich. Strategi pengubahan gugus fungsi dalam
disain prodrug secara umum digambarkan sebagaimana yang ditampilkan dalam
gambar 2.

Gambar 2. Strategi pengubahan gugus fungsi


dalam disain prodrug

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi
mengalirkan limfa atau getah bening di dalam tubuh. Limfa (bukan limpa) berasal
dari plasma darah yang keluar dari sistem kardiovaskular ke dalam jaringan
sekitarnya. Cairan ini kemudian dikumpulkan oleh sistem limfa melalui proses
difusi ke dalam kelenjar limfa dan dikembalikan ke dalam sistem sirkulasi.
Sistem Limfe bertindak sebagai sistem sirkulasi sekunder pada Vertebrata
dan memainkan peran penting dalam mempertahankan homeostasis serta
kesehatan yang baik. Sistem Limfe berkaitan erat dengan sistem peredaran.
Pembuluh limfe ini mengangkut cairan dari jaringan menuju darah. Selain itu,
juga mengangkut lemak dan bahan bahan asing untuk dirombak ke nodus limfe.
Cairan Limfe mengandung sel-sel darah putih yang berfungsi mematikan
kuman penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Cairan ini keluar dari pembuluh darah
dan mengisi ruang antarsel sehingga membasahi seluruh jaringan tubuh. Pembuluh
limfa mempunyai banyak katup dan terdapat pada semua jaringan tubuh, kecuali
pada sistem saraf pusat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ernawati Sinaga, 2013. Strategi Meningkatkan Penghantaran Obat Di Dalam Tubuh.


Diterbitkan pertama kali oleh UNAS Press
Isabel Gomez-Orellana, 2005. Strategies to improve oral drug bioavailability. Ashley
Publications Ltd ISSN 1742-5247. Doi.10.1517/17425247.2.3.419
Muhammad Juffrie, 2018. Saluran Cerna yang Sehat : Anatomi dan Fisiologi. See
discussions, stats, and author profiles for this publication at:
https://www.researchgate.net/publication/325986943
Sara B. Arnaud, Ralph S. Goldsmith, Phillip W. Lambert. 1975. 25-Hydroxyvitamin
D3: Evidence of an Enterohepatic Circulation in M a n (38853). Proceedings
Of The Society For Experimental Biology And Medicine 149. 57g572 (1975)
Yandi Syukri, Bambang Hernawan Nugroho & Istanti, 2020.Penggunaan D-Optimal
Mixture Design untuk Optimasi dan Formulasi Self-Nano Emulsifying Drug
Delivery System (SNEDDS) Asam Mefenamat (Application of D-optimal
mixture design to optimization and formulation of mefenemic acid in
self-nano emulsifying drug delivery system (SNEDDS). Jurnal Sains Farmasi
& Klinis p-ISSN: 2407-7062 | e-ISSN: 2442-5435 .DOI :
10.25077/jsfk.7.3.180-187.2020

11

Anda mungkin juga menyukai