Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

            Bismillahirrahmanirahim
            Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam yang senantiasa mencurahkan
rahmatnya dan karunianya, shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, sahabatnya, atau seluruh
umatnya. Kami bersyukur kepada Ilahi Rabbi yang telah memberikan taufik serta
hidayahnya kepada kami sehingga makalah yang berjudul “FISIOLOGI SISTEM
PENCERNAAN” dapat terselesaikan.
            Materi dalam makalah ini disusun sesuai dengan tujuan agar pembaca pada
umumnya lebih mengetahui tentang negara dan kewarganegaraan negaranya. Kami
menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan kekhilafan, oleh
karena itu kami kepada para pembaca khususnya mengharapkan saran dan kritik demi
kesempurnaan makalah ini.
            Semoga makalah ini bermanfaat untuk teman teman pembaca dan untuk saya
sendiri tentunya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A.Latar Belakang Masalah......................................................................................... 1
B. Tujuan Masalah..................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 2
A.Organ Sistem Pencernaan....................................................................................... 2
a. Mulut............................................................................................................. 2
b. Faring............................................................................................................ 3
c. Esophagus..................................................................................................... 3
d. Lambung....................................................................................................... 4
e. Usus kecil...................................................................................................... 5
f. Usus besar...................................................................................................... 6
B. Proses Pencernaan Makanan................................................................................. 7
C. Sekresi Sistem Pencernaan.................................................................................... 11
BAB III KESIMPULAN.......................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Fungsi utama system pencernaan adalah memindahkan zat nutrien (zat yang sudah
dicerna), air, dan garam yang berasal dari zat makanan ke lingkungan dalam untuk
didistribusikan ke sel-sel melalui sistem sirkulasi. Zat makanan merupakan sumber energi
bagi tubuh, seperti ATP yang dibutuhkan sel-sel untuk melaksanakan berbagai kegiatan di
tubuh dan juga berfungsi sebagai bahan pembangunan dan pengganti sel-sel yang rusak.
Pembuangan sisa/sampah tubuh hanya merupakan fungsi kecil dari sistem pencernaan yang
berlangsung melalui paru-paru, ginjal, defekasi pada akhir pencernaan, dan keringat melalui
kulit. Agar makanan dapat dicerna secara optimal dalam saluran pencernaan maka saluran
pencernaan harus memiliki persediaan air, elektrolit, dan makanan yang terus menerus.
Untuk ini dibutuhkan:

a. Pergerakan makanan melalui saluran pencernaan;


b. Sekresi getah pencernaan dan pencernaan;
c. Absorbs hasil pencernaan air dan elektrolit.
d. Sirkulasi darah melalui organ-organ gastrointestinal yang membawa zat yang
diapsorbsi;
e. Pengaturan semua fungsi oleh sistem saraf dan hormon.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
 Mengatahui fisioterapi sistem pencernaan
2. Tujuan khusus
 Mengtahui apa saja organ sistem pencernaan
 Mengetahui proses sistem pencernaan
 Mengetahui sekresi sistem pencernaan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Organ Sistem Pencernaan


Sistem pencernaan terdiri dari semua organ yang berfungsi untuk mengunyah,
menelan, mencerna, dan mengabsorpsi makanan serta mengeliminasi makanan yang tidak
dapat dicerna dan tidak dicerna oleh tubuh. Sistem ini terdiri dari saluran cerna atau kanal
cerna (alimentary canal) dan organ-organ tambahan dalam sistem pencernaan. Saluran
cerna mempunyai panjang kira-kira 9 meter dan terdiri dari enam bagian.

1. Mulut

Mulut adalah rongga yang diikat secara eksternal oleh bibir dan pipi dan
mengarah ke dalam faring. Bagian atasnya dibentuk oleh palatum durum dan
mole dan dua pertiga bagian anterior lidah mengisi dasar mulut. Dindingnya
dibentuk oleh otot-otot pipi. Membrane mukosa yang membatasi mulut berlanjut
dengan kulit bibir dan dengan lapisan mukosa faring. Bibir menutup otot oris
orbicularis yang mempertahankan mulut tertutup. Palatum durum dibentuk oleh
2
bagian tulang palatin dan maksila; permukaan atasnya membentuk dasar rongga
nasal. Palatum mole terbentuk dari batas posterior palatum durum dan meluas ke
bawah di antara bagian nasal dan oral faring. Batas bawahnya menggantung
seperti tirai di antara mukut dan faring dan suatu prosesus konis kecil, yang
disebut uvula, menggantung ke bawah dari prosesus tersebut. dua lipatan
melengkung pada membrane mukosa keluar ke samping dan ke bawah dari
masing-masing sisi dasar uvula, yang disebut arkus palatoglosal dan
palatofaring, di antaranya ada massa jaringan limfoid yang disebut tonsil palatin.
2. Faring
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti
corong, yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah serta terletak pada
bagian anterior kolum vertebra.
Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esophagus
setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan rongga
hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui
ismus orofaring, sedangkan dengan liring di bawah berhubungan melalui aditus
laring dank e bawah dengan esophagus. Panjang dinding posterior faring pada
orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini merupakan bagian dinding faring
yang terpanjang. Dinding faring terbentuk oleh (dari dalam keluar) selaput
lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal.
3. Esophagus
Esophagus ada;ah kanal muscular dengan panjamg kira-kira 25 cm,
membentang dari faring ke lambung. Esophagus terletak mulai dari vertebra
servikalis keenam dan turun melalui mediastinum di depan kolumna vertebra
dan di belakang trakea. Esophagus berjalan melalui diafragma pada ketinggian
vertebra torakalis ke-10 dan ujungnya berada di vertebra torakalis. Pada masing-
masing sisi bagian atas, esophagus bergabung dengan arteri karotis komunis dan
bagian kelenjar tiroid. Esophagus mempunyai empat lapisan dan memiliki
struktur yang sama dengan sisa kanal cerna.
Lapisan muscular dua pertiga bagian atas esophagus adalah otot lurik
volunteer. Sepertiga bagian bawah mengandung otot polos involunter.
3
Esophagus dipersarafi oleh saraf vagus. Peristaltik mengandung makna
gelombang dilatasi yang diikuti oleh gelombang kontraksi, di mana serat otot
tileks dan berkontraksi. Proses ini memerlukan waktu kira-kira 9 detik untuk
satu gelombang peristaltik melewati bolus makanan dari faring ke lambung.
4. Lambung

Lambung adalah bagian saluran cerna yang paling lebar dan terletak di
antara ujung esophagus dan pangkal usus halus. Bentuk dan posisi lambung
dipengaruhi oleh perubahan di dalam rongga abdomen dan oleh isi lambung,
tetapi lambung berada di bawah diafragma, agak ke kiri dari garis tengah.
Lambung berbentuk seperti huruf J dan memounyai dua kurvatura. Kurvatura
minor membentuk batas kanan (posterior) lambung. Kurvatura mayor diarahkan
terutama ke depan dan bentuk pertama arkus ke atas dan ke kiri untuk
membentuk fundus lambung, kemudian berjalan ke bawah dan akhirnya
memutar ke kanan, ke titik dimana ia bergabung dengan duodenum. Kapasitas
lambung orang dewasa kira-kira 1500ml.
Lubang bagian atas esophagus disebut orifisium jantung dan serta otot
sirkular esophagus agak lebih tipis pada titik ini dan mengandung otot sfingter
yang lemah.
Lubang bagian bawah, ke dalam duodenum, disebut orifisium pylorus dan
dilindungi oleh sfingter pilorik kuat yang mencegah regurgitasi makan dari
duodenum ke dalam lambung.
Fungsi dari lambung ialah:
 Mengaduk makanan, memecahnya lebih lanjut dan mencampurnya dengan
sekresi dari kelenjar lambung. Bagian lambung tepat sebelum sfingter

4
pilorik, yakni antrium pilorik, memainkan peranan besar dalam gerakan
ini, dalam kontraksi dan relaksasi otot, mengirim sebagian makanan cair
ini melalui sfingter ke dalam untuk pencampuran lebih lanjut.
 Untuk melanjutkan pencernaan makanan dengan bantuan getah lambung.
 Untuk menyereksi faktor intrinsik.
5. Usus kecil
Usus kecil adalah saluran konvolusi yang membentang dari sfingter
pylorus ke sambungannya dengan usus besar padas aktup ileo-sekum. Panjang
usus ini kira-kira 6 meter dan berada di tengah dan bagian bawah rongga
abdomen, biasanya dalam kurva usus besar. Usus halus terdiri dari duodenum,
yeyunum, dan ileum.
Duodenum adalah bagian kurva yang pendek dengan panjang sekitar 25
cm dan merupakan bagian usus halus yang paling lebar dan paling kaku.
Duodenum berbentuk huruf C yang kasar dan kurva melingkari kepala pankreas.
Duktus-duktus kandung empedu dan hati dan pankreas masuk ke aspek medial
duodenum melalui ampulahepato-pankreatik, yang dilingkari oleh otot seperti
sfingter. Duodenum memainkan peranan pusat dalam mengontrol pencernaan,
yang akan dibicarakan lebih lanjut. Ketika makanan dari lambung masuk ke
duodenum, hormon hormone dilepaskan dan secara simultan rangsang pelepasan
empedu dari kandung empedu dan getah pangkreas dari pankreas. Hormone-
hormon in, kolesistokinin, sekretin, dan hormone lai, yang disebut ipeptida
inhibisi gastrik, juga menghambat gerakan di dalam lambung dan sekresi getah
lambung. Selain itu, masuknya makanan ke dalam duodenum juga merangsang
saraf reflex enterogastrik yang mempunyai efek inhibitor pada lambung.
Yeyunum adalah nama yang diberikan untuk dua perlima bagian atas usus
halus yang tersisa dan tiga perlima bagian bawah, yang disebut ileum. Keduanya
dihubungkan ke dinding abdomen posterior oleh lipatan peritoneum yang
disebut mesenterik.
Dinding usus halus mempunyai empat lapisan yang sama sebagai sisa saluran
cerna.

5
1. Lapisan serosa, dibentuk oleh peritoneum
2. Lapisan muscular, dengan lapisan eksternal tipis serat longitudinal dan
lapisan internal tebal serat sirkular
3. Lapisan submukosa, yang mengandung pembuluh darah, pembuluh
limfe, dan saraf
4. Lapisan membrane mukosa
6. Usus besar

Usus besar membentang dari ujung ileum sampai kek anus dan memiliki
panjang sekitar 1.5 meter. Usus besar membentuk arkus, yang melingkupi
sebagian besar usus halus, dan dibagi menjadi tujuh bagian.
 Sekum
Sekum terletak di bagian kanan fosa iliaka. Sekum merupakan area
yang berdilatasi, yang ujuh bawahnya buntu, tetapi bagian atasnya
menyambung dengan kolon asenden dan tempat perpotongannya
merupakan tempat ileum terbuka ke dalam sekum, yakni melalui katup
ileo-sekum.
 Kolon asenden
Panjang kolon asenden kira-kira 15 cm dan lebih sempit daripada
sekum. Kolon ini naik di sisi kanan abdomen ke permukaan bawah hati,
tempat ia menekuk ke depan dan ke kiri pada fleksura kolik kanan.
 Kolom transversum

6
Panjang kolon transversum kira-kira 50 cm dan berjalan menyilang
abdomen ke permukaan bawah limpa pada arkus terinversi. Di sini, kolon
menekuk dengan tajam ke arah bawah pada fleksura kolik kiri.

 Kolon desenden
Panjang kolon desenden sekitar 25 cm dan berjalan ke bawah pada
sisi kiri abdomen ke pintu masuk pelvis minor, di mana ia menjadi kolon
sigmoid. Kolon sigmoid membentuk lengkung yang panjangnya kira-kira
40 cm dan berada dalam pelvis minor.
 Rektum
Rektum merupakan struktur lanjutan dari kolom sigmoid. Panjang
rektum ialah sekitar 12 cm dan berjalan melalui diafragma pelvis menjadi
kanal anus.
 Kanal anal
Kanal anus berjalan ke arah bawah dan ke belakang, ke ujung
anus. Pada sambungan anus dan rektum, otot sirkular yang tidak lurik
menebal unutk membentuk sfingter anus interna yang melingkari tiga per
empat bagian atas saluran anus. Sfingter anus eksterna ini melindungi
panjang keseluruhan kanal anus dan merupakan tonus sfingter ini, yang
dapat dikontraksikan secara volunteer untuk menutup anus dengan lebih
kuat. Dinding usus besar mempunyai empat lapisan yang sama dengan sisa
saluran cerna.
B. Proses Pencernaan Makanan
Mengunyah
Mengunyah adalah pemecahan partikel besar makanan menjadi partikel kecil
yang dapat ditelan. Proses pengunyahan disebabkan oleh reflex mengunyah. Dengan
adanya bolus makanan di dalam mulut akan menimbulkan penghambatan reflex yang
menyebabkan rahang naik turun yang menimbulkan kontrkasi secara berulang-ulang.

Menelan

7
Menelan dapat dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut.
 Tahap volunteer : mencetuskan proses menelan.
 Tahap faring : bersifat involunter dan membantu jalan makanan melalui faring ke
dalam esophagus.
 Tahap esophagus : tahap involunter mempermudah jalannya makanan dari faring ke
lambung.
Tahapan penelanan dari faring dimulai dengan trakhea tertutup, esophagus
terbuka, suatu gelombang peristaltic cepat berasal dari faring mendorong bolus makanan
ke dalam esophagus bagian atas, dan seluruh proses terjadi dalam waktu 2 detik.
Tahap penelanan di esophagus
Esophagus hanya berfungsi untuk menyalurkan makanan dari faring ke lambung
dan gerakan diatur secara khusus. Disini ada dua tipe gerakan, yaitu peristaltic primer dan
peristaltic sekunder.
a. Peristaltic primer merupakan kelanjutan gelombang peristaltic dari faring
yang menyebar ke esophagus. Selama tahap faring dari menelan diantarkan ke
ujung esophagus dengan posisi tegak lurus.
b. Peristaltic sekunder dihasilkan dari peregangan esophagus oleh makanan yang
tertahan dan berlanjut sampai makanan dikosongkan ke dalam lambung.
Pencampuran makanan dalam lambung
Getah cerna lambung disekresi oleh kelenjar gastrik yang menutupi hampir
seluruh dinding korpus lambung. Saat lambung berisi makanan, gelombang konstriktor
peristaltic yang lemah disebut gelombang pencampuran mulai timbul di bagian tengah
dinding lambung dan bergerak ke arah atrium sepanjang dinding lambung sekitar 15-20
detik.
Kimus. Sesudah bercampur dengan cairan lambung hasil campuran, makanan
berjalan ke usus yang disebut kimus. Derajat keenceran kimus tergantung pada jumlah
relatif makanan dan sekresi lambung. Ciri-ciri kimus adalah keruh seperti susu setengah
cair.
Kontraksi lapar terjadi bila lambung telah kososng selama beberapa jam.
Kontraksi ritmik terjadi di dalam korpus lambung. Kontraksi ini menjadi sangat kuat dan

8
bersatu sehingga menimbulkan kontraksi tetanik yang kontinu selama 2-3 menit.
Kontraksi lapar kadang-kadang mengalami sensasi nyeri pada bagian bawah lambung dan
sesudah msuk makanan kontraksi lapar akan berakhir.
Pengosongan Lambung
Pengosongan lambung terjadi oleh peristaltic yang kuat pada atrium lambung,
walaupun terdapat kontraksi tonik sfingter pylorus, biasanya terbuka bagi air dan cairan
untuk dikosongkan dari lambung dengan mudah. Fungsi sfingter pylorus pada
pengendalian pengosongan lambung terbatas pada pengosongan lambung. Kecepatan
pengosongan lambung diatur oleh sinyal lambung dan duodenum. Duodenum
memberikan sinyal untuk mengontrol pengosongan kimus ke dalam duodenum dan di
apsorbsi dalam usus halus.
Pergerakan Usus Halus
Pada dasarnya semua pergerakan usus halus menyebabkan pencampuran dan
pendorongan. Frekuensi maksimal kontraksi segmentasi dalam usus halus ditentukan oleh
frekuensi gelombang lambat dalam dinding halus. Pada ileum terminalis, frekuensi
maksimal 8-9 kontrkasi per-menit. Kontraksi segmentsi menjadi lemah bila aktivitas
perangsangan sistem saraf enteric dihambat oleh atropine.
Peristaltik dalam usus halus dapat terjadi pada bagian usus halus manapun.
Gelombang peristaltik secara normal sangat lemah sehingga pergerakan kimus sangat
lambat, rata-rata 1 cm per menit sehingga dibutuhkan waktu 3-5 jam untuk perjalanan
kimus dari pylorus sampai ke katup ileosekalis. Fungsi gelombang peristaltic tidak hanya
mendorong kimus, tetapi juga menimbulkan peregangan dan menyebarkan kimus
sepanjang usus. Proses ini meningkat sewaktu kimus masuk ke duodenum. Waktu
mencapai ileosekal, peristaltik meningkat dalam ileum dan mendorong kimus melewati
katub ileosekal dan masuk ke dalam sekum.
Gerakan-gerakan Kolon
Fungsi utama dari kolon adalah pengabsorbsi air dan elektrolit dari kimus dan
penimbun bahan feses sampai dapat dikeluarkan.
Pergerakan kolon secara normal sangat lambat dan mempunyai karakteristik yang sama
dengan pergerakan usus halus, yaitu gerakan mencampur dan gerakan mendorong.
Gerakan Mencampur
9
Pada setiap titik kontraksi, kira-kira 2,5 cm, otot sirkuler akan berkontraksi. Pada
saat yang sama terkumpul tiga pita longitudinal yang disebut tenia koli. Kontraksi
gabungan ini menyebabkan usus besar membentuk seperti kantong yang disebut haustrae.
Kontraksi puncak haustrae sekitar 30 detik kemudian menghilang 60 detik, kadang-
kadang kontraksi bergerak lambat ke arah anus. Karena pergerakannya lambat maka
terjadi pemutaran dan pengadukan dalam usus besar.
Gerakan Mendorong
Jenis gelombang peristaltic ditimbulkan oleh pergerakan yang lambat kea rah
anus dan gerakan massa. Dorongan dihasilkan oleh kontraksi dan membutuhkan waktu 8-
15 jam untuk menggerakkan kimus dari katup ileosekal sampai ke kolon transversum.
Timbulnya pergerakan massa dipermudah oleh reflex gastrokolik dan duodenokolik
sehingga pergerakan lambung dan duodenum melalui saraf ekstrinsik sistem saraf
otonom.
Defekasi
Pergerakan massa mendorong feses masuk ke dalam rektum sehingga secara
normal timbul keinginan untuk defekasi termasuk rekleks kontraksi rektum dan refleksi
sfingter anus. Pendorongan massa feses yang terus menerus dapat dicegah oleh kontraksi
tonik dari sfingter ani internus dengan penebalan otot sirkuler sepanjang beberapa
sentimeter dalam anus dan sfingter ani eksternus yang terdiri dari otot lurik yang
mengelilingi sfingter ani internus.
Refleks defekasi. Nila feses masuk rektum maka peregangan dinding rektum
menimbulkan sinyal-sinyal aferen yang menyebar melalui pleksus mienterikus untuk
menimbulkan gelombang peristaltic dalam kolon desendens, sigmoid, dan rektum yang
mendorong feses ke arah anus. Agar menjadi efektif dalam menimbulkan defekasi,
refleks-refleks para simpatis melibatkan segmen sakral. Medula spinalis memperkuat
gelombang peristaltic dan merelaksasi sfingter ani internus sehingga menimbulkan proses
defekasi yang kuat dan pengosongan usus besar sekaligus. Bila keadaan memungkinkan
untuk defekasi, kadang-kadang dapat ditimbulkan dengan menarik napas dalam untuk
menggerakkan diafragma turun ke bawah dan mengkontraksi otot-otot abdomen untuk
meningkatkan tekanan dalam andomen.
C. Sistem Sekresi Saluran Pencernaan
10
1. Mulut
 Sekresi ion pada saliva. Saliva terutamamengandung sejumlah besar ion kalium
dan ion bikarbonat.
 Fungsi saliva untuk kebersihan mulut. Saliva membantu mencegah proses
kerusakan.
 Pengaturan sekresi saliva oleh saraf. Kelenjar saliva di kontrol oleh sinyal saraf
parasimpatis dari nucleus salivatorius superior dan inferior pada batang otak.
2. Esofagus
 Sekresi esophagus seluruhnya berkarakter mukoid, berfungsi sebagai pelumasan
untuk menelan.
 Mucus yang disekresi oleh kelenjar campuran pada esophagus bagian atas,
mencegah cedera mukosa.
3. Lambung
Mukosa lambung mempunyai 2 tipe kelenjar tubular yang penting: kelenjar
oksintik (gastrik) dan kelenjar pilorik. Pepsinogen yang berbeda sedikit disekresi
oleh sel peptic dan sel mucus kelenjar gastrik.
4. Pankreas
Getah pankreas disekresikan paling banyak sebagai respon terhadap
keberadaan kimus di bagian atas usus halus, dan karakteristik dari getah pankreas
ditentukan sampai batasan tertentu oleh jenis makanan kimus.
5. Empedu
 Disekresikan oleh sel-sel hepatosit.
 Disekresikan ke dalam kanalikuli biliaris kecil.
 Empedu mengalir ke perifer menuju septa intelobularis.
 Empedu langsung dikosongkan ke dalam duodenum.

6. Usus kecil
 Sekresi mucus oleh kelenjar Brunner, mensekresi mucus yang alkalis sebagai
respon.

11
 Sekresi getah pencernaan usus oleh Kripta Lieberkuhn, yang terletak dalam
seluruh permukaan usus halus.
7. Usus besar
 Sel epitel mengandung sel mucus yang banyak mensekresi mucus.
 Sekresi air dan elektrolit sebagai respon terhadap iritasi.

BAB III
PENUTUP

12
A. Kesimpulan
Sistem pencernaan terdiri dari semua organ yang berfungsi untuk mengunyah,
menelan, mencerna, dan mengabsorpsi makanan serta mengeliminasi makanan yang tidak
dapat dicerna dan tidak dicerna oleh tubuh. Saluran organ pencernaan terdiri dari: mulut,
faring, esophagus, lambung, usus kecil, dan usus besar.
Jumlah makanan yang dicerna oleh seseorang ditentakan oleh keinginan instrinsik
lapar dan jenis makanan yang ditentukan selera. Mekanisme ini dalam tubuh merupakan
sistem pengaturan otomatis yang sangat penting untuk menjaga persediaan makanan yang
adekuat untuk tubuh.
Sekresi kelenjar terbentuk sebagai respons terhadap keadaan makanan dalam
saluran pencernaan. Kelenjar sekretori mempunyai dau fingsi, yaitu (a) enzim pencernaan
disekresi pada sebagian besar rongga mulut sampai ujung distal ileum dan (b) kelenjar
mucus dari rongga mulut sampai ke anus.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan
kritikan dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

DAFTAR PUSTAKA

Watson. Roger. 2002. “Anatomi dan Fisiologi”. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

13
Syaifuddin. 2002. “Fungsi Sistem Tubuh Manusia”. Jakarta: Penerbit Widya Medika.

Lesmana, Ronny, Dkk. 2017. “Fisiologi Dasar”. Yogyakarta: Penerbit Deepublish.

14

Anda mungkin juga menyukai