Anda di halaman 1dari 29

Kinerja Sistem Digestivus serta Peranan Enzim dan Hormon Pencernaan

Rudy Setiady
10.2012.323, Kelompok A-7
Mahasiswa Kedokteran
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat : Fakultas Kedokteran - Universitas Kristen Krida Wacana, Jalan Arjuna Utara
Nomor 6, Kebon Jeruk Jakarta Barat 11510
email : setiadyrudy@hotmail.com

Pendahuluan
Rasa mual dan nyeri pada ulu hati sering kali menjadi keluhan bagi setiap orang, hal
tersebut tentunya berkaitan dengan sistem pencernaan pada tubuh manusia apakah ada gangguan
dari dalam maupun dari luar seperti makan di tempat yang kurang kebersihannya.
Mengkonsumsi makanan memang baik bagi tubuh akan tetapi harus sesuai dengan waktu dan
tidak berlebihan, apabila berlebihan dan tubuh tidak dapat mengkompensasikannya maka dapat
timbul gangguan dan rasa tidak nyaman seperti kembung dan apabila tidak sesuai dengan sela
waktu maka gangguan seperti penyakit mag dapat timbul juga. Dengan demikian, untuk
memahami lebih lanjut mengenai enzim pencernaan beserta mekanisme dan lain-lainnya, akan
dipaparkan mengenai struktur makroskopis dan mikroskopis dari organ-organ yang terkait,
fungsi mekanisme sistem pencernaan, jalur pencernaan dan prosesnya serta enzim-enzim yang
bersangkutan dalam pencernaan.
A. STRUKTUR SISTEM PENCERNAAN
Sistem pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung, usus halus,
usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar
saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

Gambar 1. Sistem Gastrointestinal.11


1

Struktur Makroskopik
1. Cavum Oris
Mulai dari rima oris dan berakhir di isthmus faucium. Selain merupakan permulaan
sistem pencernaan, rongga mulut juga berfungsi sebagai rongga yang dilalui udara pernapasan
dan juga penting untuk pembentukan suara. Rongga mulut dibagi dalam:
a. Vestibulum oris
Daerah di antara bibir dan pipi di sebelah luar dan gigi geligi dengan processus
alveolarisnya di sebelah dalam.
b. Cavum oris proprium
Batas-batas:
Depan dan samping

: arcus dentalis dengan processus alveolaris

Atas

: palatum durum et molle

Bawah

: diaphragm oris

Belakang

: isthmus faucium

Isi

: lidah.

2. Pharynx
Pharynx adalah suatu pipa musculo-fascial yang kontraktil. Terbentang di antara bassis
crania sebelah kranial dan berakhir pada oesophagus di sebelah kaudal setinggi vertebra
cervicalis ke-6. Pada sisi lateral, pharynx berbatasan dengan aa. carotides communis et internae,
2

vv. jugulares internae, cornu majus os hyoid dan lamina cartilage thyroidea. Fungsinya: sebagai
tempat yang dilalui oleh aliran udara pernapasan dan makanan. Sesuai dengan ruang-ruang yang
terletak di depannya, pharynx dibagi menjadi 3 bagian:

Nasopharynx (pars nasalis pharyngis) : dorsal terhadap cavum nasi,


berfungsi untuk pernapasan.

Oropharynx (pars oralis pharyngis) : dorsal terhadap cavum oris,


berfungsi untuk pencernaan.

Laryngopharynx (pars laryngis pharyngis) : dorsal terhadap larynx.

3. Oesophagus
Oesophagus adalah suatu pipa musculair sepanjang 25 cm, yang merupakan lanjutan
pharynx dan mulai di tepi bawah cartilago cricoidea setinggi vertebra C6, dan berakhir di cardia
ventriculi setinggi Th X-XI. Selama perjalanannya ke distal, ia mengikuti lengkung-lengkung
columna vertebralis yang terletak tepat di belakangnya. Pada oesophagus dapat dibedakan
menjadi 3 bagian: pars cervicalis, pars thoracalis, dan pars abdominalis. 1
4. Lambung
Lambung merupakan pembesaran tractus digestivus yang berbentuk sebagai kantong.
Dalam keadaan kosong ruang di dalamnya tidak jauh lebih besar daripada ruang usus. Makanan
dan minuman dari eosophagus akan bermuara dalam cardia. Disebelah kiri cardia, dinding
ventriculus sedikit lebih membesar, dimana terdapat fundus ventriculi. Sisi yang melengkung di
sebelah kanan dan kiri masing-masing disebut sebagai curvatura minor dan curvatura mayor.
Kedua sisi ini membatasi permukaan facies anterior dan fascies pesterior. Bagian terbesar yaitu
corpus ventriculi yang melanjutkan diri dengan menyempit disebut pylorus ventriculi.
Selanjutnya pylorus akan bermuara dalam duodenum.

Gambar 2. Struktur Gaster.11


5. Usus Halus
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang
merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui
sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan
megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan. Dinding usus kaya
akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding
usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahanpecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak.

Gambar 3. Usus Halus.11

6. Pankreas
Pankreas merupakan suatu organ yang terdiri dari 2 jaringan dasar :
4

Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan

Pulau pankreas, menghasilkan hormone


Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke
dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan
lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh
dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran
pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi
melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.

7. Hepar
Hepar merupakan kelenjar yang terbesar dalam tubuh manusia. Pada vertebra rendah
gambaran strukturnya memang benar-benar sebagai kelenjar. Pada manusia dan juga pada
vertebra tinggi sudah berubah strukturnya sebagai susunan sel-sel dalam lempeng-lempeng.
Hepar pada manusia terletak pada bagian atas cavum abdominis, di bawah diafragma, di kedua
sisi kuadran atas, yang sebagian besar terdapat pada sebelah kanan. Berat organ ini pada orang
dewasa sekitar 1,5 kg. Permukaan hepar sebagian ditutupi peritoneum yang merupakan Capsula
Glissoni. Jika hepar segar diiris maka tampak warna merah tua dengan gambaran bulat-bulat
yang tersebar rata dan di sekelilingnya terdapat pembuluh darah besar.

8. Vesica Fellea
Vesica fellea merupakan kantung berbentuk labu yang melekat pada bagian bawah
lobulus kanan hati; ujung buntunya atau fundus menonjol di bawah pinggir inferior hati. Vesica
fellea berukuran 10x4 cm. Dengan bagian-bagiannya yaitu: corpus, fundus, dan collum yang
meneruskan sebagai duktus cysticus. Cairan empedu yang dihasilkan oleh hepar berasal dari
ducti biliferi akan berkumpul dalam ductus hepaticus communis yang melanjutkan menjadi

ductus cysticus yang bermuara dalam vesica fellea. Cairan empedu yang dibutuhkan untnuk
pencernaan akan disalurkan melalui ductus choledochus dan bermuara dalam duodenum.

9. Usus Besar
Usus besar terdiri dari :

Kolon asendens (kanan)

Kolon transversum

Kolon desendens (kiri)

Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).

Gambar 4. Usus Besar.11

10. Rektum & Anus


Rektum adalah lanjutan dari colon sigmoideum yang memanjang dari vertebra S3 sampai
anus. Panjang rectum 12-15 cm. Setinggi vertebra S3 taenia colon sigmoideum berubah menjadi
lapisan otot polos longitudinal dan appendices epiploicae menghilang.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.
Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup. 1

Gambar 5. Anatomi Rektum & Anus.11

Struktur Mikroskopis
Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar-kelenjar yang
berhubungan. Fungsi sistem pencernaan adalah memperoleh metabolit-metabolit yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan energi yang diperlukan bagi tubuh dari makanan yang
dimakan. Sebelum disimpan atau digunakan sebagai energi, makanan dicernakan dan diubah
menjadi molekul-molekul kecil yang dapat dengan mudah diabsorpsi melalui dinding saluran
pencernaan.
Saluran pencernaan dimulai dari bibir sampai dengan anus. Pada beberapa tempat
mengalami dilatasi serta menempuh arah yang berliku-liku. Makanan dapat bergerak ke belakang
karena adanya gerakan peristaltik, dan gerakan anti peristaltik (muntah, memamah biak).
Gerakan ini dimungkinkan karena adanya lapisan otot (tunica muscularis) pada dinding saluran
pencernaan.
Gambar 6. Struktur mikroskopis gastrointestinal.11

1. Labium oris
Bagian luar bibir diliputi kulit biasa, terdiri atas epidermis dan dermis, terdapat epitel berlapis
gepeng dengan lapisan tanduk dengan dengan lapisan dermis dibawahnya yang merupakan
jaringan ikat agak padat. Di bawah dermis terdapat jaringan subkutan, berupa jaringan ikat
longgar dengan semua unsurnya. Pada permukaan luar ini terdapat

rambut beserta folikel

rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar keringat.2


Bagian merah bibir dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Sel-sel yang dekat
permukaan bentuknya agak khas yaitu gepeng, terlihat besar, dan intinya relatif kecil. Jaringan
dibawahnya yaitu lamina propria, membentuk papil-papil yang menonjol ke dalam epitel di
atasnya. Di dalam papil ini terdapat banyak kapiler darah. Karena kapiler darah yang banyak
dekat permukaan dan epitelnya jernih maka bagian ini tampak merah.
Bagian dalam bibir merupakan epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Jaringan ikat longgar
dibawahnya disebut lamina propria, juga membentuk papil menonjol ke dalam epitel, tetapi tidak
sedalam pada merah bibir. Di daerah pangkal bibir, dalam lamina propria terdapat kelenjar
labialis yang merupakan kelenjar mukosserosa.
2. Esophagus

Tunika mukosa esophagus dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Dibawah epitel
terdapat lamina propria yang terdiri atas jaringan ikat jarang. Di bawah lamina propria terdapat
tunika muskularis mukosa yang terdiri atas berkas otot polos yang tersusun memanjang.
Tunika submukosa berupa jaringan ikat jarang, di dalamnya terdapat kelenjar esophagus bersifat
mukosa atau mukoserosa. Dalam lapisan ini dapat ditemukan pleksus submukosa Meissneri yang
biasanya terdiri atas sel ganglion otonom dan sel saraf.
Tunika muskularis terdiri atas 2 lapisan, yang sebelah dalam tunika muskularis sirkularis berupa
serat otot polos melingkar, sedangkan yang sebelah luar tunika muskularis longitudinalis berupa
berkas serat otot polos memanjang. Antara kedua lapisan ini dapat ditemukan plekus mienterikus
Auerbachii.
Tunika adventisia terdiri atas jaringan ikat jarang, disini disebut tunika adventisia karena tidak
diliputi peritoneum. 2
3. Lambung
Tunica mukosa, Pada keadaan hidup biasanya terlihat merah muda kecuali pada daerah cardia
dan pylorus agak pucat. Tampak pada permukaan lipatan-lipatan yang disebut rugae karena
longgarnya tunica submucosa di bawahnya. Terdapat gambaran yang lebih menetap yaitu
tonjolan-tonjolan yang membentuk bulat dipisahkan oleh alur-alur disekitarnya yang dinamakan
areola gastrica. Sebagian besar tunica mucosa terisi oleh kelenjar lambung yaitu : glandula
cardiaca, glandula fundica, dan glandula pylorica.3
Tunika submukosa merupakan jaringan ikat padat yang mengandung sel-sel lemak, mast cells,
sel limfoid.
Tunika muscularis terdiri dari 3 lapisan berturut-turut dari dalam keluar yaitu:
a. Stratum oblique, terutama pada facies ventralis dan dorsalis di daerah fundus dan corpus
ventriculi.
b. Stratum circulare merupakan lapisan yang paling merata di seluruh bagian ventriculus, di pylorus
membentuk muskulus sphincter pylori.
c. Stratum longitudinal, banyak pada daerah curvatura minor dan curvatura major.
Tunika serosa, merupakan jaringan pengikat biasa yang sebelah luar dilapisi oleh mesotil sebagai
lanjutan dari peritoneum viscerale yang meneruskan sebagai omentum majus. Pada perlekatan
sepanjang curvatura minor dan major tidak dilapisi oleh mesotil.3
9

4. Usus Halus
Usus halus merupakan bagian tractus digestivus di antara ventriculus dan intestinum
crassum, seluruhnya ada sekitar 6 meter panjangnya. Intestinum tenue atau usus halus ini
dibedakan dalam 3 segmen berturut-turut yaitu:

Duodenum
Panjang sekitar 30cm, letak retroperitoneal yang tertutup oleh peritoneum parietale di sebelah
ventralnya.

a. Tunika mukosa diliputi epitel selapis torak yang mempunya mikrovili (brush borders). Di antara
sel epitel ada sel goblet yang jumlahnya disini belum begitu banyak. Tunika mukosa membentuk
vili intenstinalis yang gemuk-gemuk. Lamina propria terdapat dibawah epitel vili intenstinalis
maupun disekitar kriptus Lieberkhun. Di dasar kriptus dapat ditemukan dapat ditemukan sel
Paneth, suatu sel berbentuk kerucut dengan puncaknya menghadap lumen. Di dalam
sitoplasmanya terdapat granula kasar berwarna merah.2
b. Tunika submukosa dipenuhi oleh kelenjar Brunner. Tunika mukosa dan submukosa bersamasama membentuk plika sirkularis Kerckringi. Plika ini berfungsi untuk memperluas permukaan
usus. Terdapat 800 lipatan melingkar sabagai cincin yang tidak sempurna di sepanjang
intestinum. Pleksus submukosus Meissneri juga dapat ditemukan disini.2
c. Tunika muscularis, terdiri atas 2 lapisan serabut otot polos :

Stratum circulare di sebelah dalam.

Stratum longitudinal di sebelah luar.


Diantara kedua lapisan tersebut terdapat plexus myentericus Aurbach.2

d. Tunika serosa, merupakan jaringan pengikat longgar sebagai lanjutan peritoneum visceral.

Jejunum

a. Tunika mukosa jejunum gambarannya mirip duodenum tetapi vili intenstinalisnya lebih langsing
dan sel gobletnya lebih banyak. Sel paneth lebih mudah dikenali.2
b. Tunika submukosa disini tidak mengandung kelenjar. Hanya terdiri atas jaringan ikat jarang
dengan pleksus Meissneri di dalamnya. Lapisan ini juga membentuk plika sirkularis Kerckringi.
c. Tunika muskularis susunannya sama seperti pada duodenum.
d. Tunika serosa berupa jaringan ikat jarang.

Ileum
10

a. Tunika mukosa mirip dengan jejunum, tetapi sel goblet jauh lebih banyak. Di lamina propria
terdapat kelompokan nodulus limfatikus yang membentuk bangunan khusus disebut plaque
payeri. Kelompokan nodulus ini sering terlihat meluas ke dalam tunika submukosa sehingga
sering menjadikan tunika muskularis mukosa terpenggal-penggal.
b. Tunika submukosa terdiri atas jaringan ikat jarang dengan pleksus Meissneri di dalamnya. Disini
juga tidak terdapat kelenjar. Plika sirkularis Kerckringi tampak lebih pendek dibanding yang
terdapat di duodenum dan jejunum.
c. Tunika muskularis, gambarannya sama seperti duodenum dan jejunum.
d. Tunika serosa juga terdiri atas jaringan ikat jarang.
5. Usus Besar
a. Tunica mukosa, tidak mempunyai villi intestinalis, epitel berbentuk silindris selapis dengan sel
piala. Banyak ditemukan sel argentafin dan kadang-kadang sel paneth. Lamina propria hampir
seluruhnya terisi oleh jaringan limfoid dengan adanya pula nodulus Lymphaticus yang tersusun
berderet-deret sekeliling lumen. Diantaranya terdapat crypta lieberkuhn. Lamina muskularis
mukosa, sangat tipis dan terdesak oleh jaringan limfoid dan kadang-kadang terputus-putus.
b. Tunica submucosa tebal, biasanya mengandung sel-sel lemak dan infiltrasi limfosit yang merata.
Di dalam jaringan tunica submucosa terdapat anyaman pembuluh darah dan saraf.
c. Tunica muskularis walaupun tipis, tapi masih dapat dibedakan adanya lapisan dua lapisan.
d. Tunica serosa mempunyai struktur yang tidak berbeda dengan yang terdapat pada intestinum
tenue. Kadang-kadang pada potongan melintang dapat diikuti pula mesoappendix yang
merupakan alat penggantung sebagai lanjutan peritoneum viscerale.
6. Hepar
Hepar dibagi menjadi unit-unit berbentuk prisma polygonal yang disebut lobulus, terdiri
atas parenchyma hepar dengan diameter 0,72 mm. Pada potongan terlihat bahwa lobulus
berbentuk sebagai segi enam dengan pembuluh darah yang terdapat di tengah,yang disebut vena
sentralis.
Batas-batas lobulus pada hepar manusia tidak jelas dipisahkan oleh jaringan pengikat.
Pada sudut pertemuan antara lobuli yang berdekatan terdapat bangunan jaringan pengikat
berbentuk segi tiga berisi saluran-saluran yang disebut Canalis Portalis yang terdiri dari

11

pembuluh darah, pembuluh limfe, saluran empedu dan serabut saraf. Bangunan segitiga ini
disebut Trigonum Kiernanni.Parenchyma hepar terdiri atas masa sel yang saling berhubungan
dan ditempati oleh suatu anyaman sinusoid. Sinusoid ini membagi rangkaian sel-sel parenchyma
hepar menjadi lembaran atau lempeng-lempeng setebal satu sel. Sel-sel hepar disebut pula
hepatosit yang berbentuk polyhedral. Sepanjang permukaan terdapat anyaman canaliculi biliferi
di seluruh lobuli hepatic yang pada sediaan biasa tidak dapat dilihat dengan mikroskop karena
canaliculi tersebut sangat halus. Semua canaliculi akan bermuara di cabang Duktus Biliferus di
perifer lobulus hepatis.3
7. Vesica Fellea
a. Tunica Mukosa dilapisi epitel selapis torak yang biasanya tidak mempunyai sel goblet. Epitel
bersama lamina propria membentuk lipatan mirip vili intenstinalis. Di dalam lamina propria
terdapat sejumlah bangunan bulat atau lonjong yang dilapisi epitel yang sama dengan epitel
mukosa. Ini adalah potongan lipatan mukosa dan disebut sinus Rokitansky-Aschoff. Dinding
vesica fellea tidak mempunyai tunika muskularis mukosa.3
b. Tunica Muscularis, terdiri atas anyaman serabut-serabut otot polos yang berjalan sirkuler,
longitudinal dan menyerong dengan disertai serabut-serabut elastis.
c. Tunica Perimuscularis, merupakan jaringan pengikat agak padat yang membungkus seluruh
vesica fellea dan melanjutkan diri kedalam jaringn interlobular hepar. Di dalamnya banyak
mengandung serabut-serabut elastis dengan beberapa fibroblast, sel lemak, sel limfoid, pembuluh
darah, pembuluh limfe dan serabut-serabut saraf.
d. Tunica Serosa adalah jaringan ikat longgar yang menutupi vesica fellea yaitu bagian vesica fellea
yang tidak menempel pada permukaan hepar. Jaringan ini kemudian akan melanjutkan diri
membungkus hepar. Vesica fellea pada collumnya melanjutkan diri sebagai ductus cysticus. Pada
permukaan dalamnya terlihat lipatan-lipatan yang disebut valvula spiralis heister yang
disebabkan karena penebalan sebagian dari tunica mucularis luarnya.
8. Pankreas
Kelenjar pankreas merupakan kelenjar ganda yang terdiri atas kelenjar eksokrin dan
kelenjar endokrin. Bagian eksokrin kelenjar pankreas mirip dengan kelenjar parotis karena pars
terminalisnya berupa asinus. Dalam asinus sering ditemukan sel sentroasinar yang membatasi
lumen asinus. Sel ini merupakan awal dinding duktus interkalaris yaitu saluran keluar kelenjar
12

yang terkecil. Saluran ini pada awalnya, dindingnya berupa epitel selapis kubis atau kubis
rendah. Duktus sekretorius (intralobular) lebih sedikit jumlahnya daripada yang terdapat di
kelenjar parotis. Adanya sel sentroasinar dan sedikit duktus sekretorius pada kelenjar pankreas
dapat digunakan untuk membedakannya dengan kelenjar parotis. Bagian endokrin disebut juga
pulau Langerhans, terdiri atas kelompokan sel yang terpulas lebih pucat dari asinus di sekitarnya
(bagian eksokrin). Sel-sel pulau Langerhans juga lebih kecil dari asinus. Pada permukaan sel
kelihatan bulat dan dinding selnya tidak mudah dilihat. Di antara sel-sel itu terdapat kapiler
darah. Kelompokan sel ini tidak mempunyai simpai jaringan ikat yang jelas.3

B. MEKANISME SISTEM PENCERNAAN


Fungsi utama sistem pencernaan adalah untuk memindahkan zat gizi atau nutrien, air, dan
elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh. Dimana dalam
proses memindahkan zat tersebut sistem pencernaan melaksanakan 4 proses dasar, yaitu
motilitas, digesti, absorpsi dan sekresi.
1. Motilitas
Motilitas adalah kontraksi otot yang mencampur dan mendorong isi saluran pencernaan,
otot polos di dinding saluran pencernaan secara terus menerus berkontraksi dengan kekuatan
rendah yang disebut dengan tonus. Tonus ini sangat penting untuk mempertahankan agar tekanan
pada isi saluran pencernaan tetap dan untuk mencegah dinding saluran pencernaan melebar
secara permanen setelah mengalami distensi.
Dalam proses motilitas terjadi dua gerakan yaitu gerakan propulsif dan gerakan
mencampur. Gerakan propulsif yaitu gerakan mendorong atau memajukan isi saluran pencernaan
sehingga berpindah tempat ke segmen berikutnya, dimana gerakan ini pada setiap segmen akan
berbeda tingkat kecepatannya sesuai dengan fungsi dari regio saluran pencernaan, contohnya
gerakan propulsif yang mendorong makanan melalui esofagus berlangsung cepat karena struktur
ini hanya berfungsi sebagai tempat lewat makanan dari mulut ke lambung tapi sebaliknya di usus
halus tempat utama berlangsungnya pencernaan dan penyerapan makanan bergerak sangat
lambat sehingga tersedia waktu untuk proses penguraian dan penyerapan makanan. Gerakan

13

kedua adalah gerakan mencampur, gerakan ini mempunyai 2 fungsi yaitu mencampur makanan
dengan getah pencernaan dan mempermudah penyerapan pada usus.
Yang berperan dalam kedua gerakan ini salah satunya yaitu muskularis eksterna suatu
lapisan otot polos utama di saluran pencernaan yang mengelilingi submukosa. Di sebagian besar
saluran pencernaan lapisan ini terdiri dari dua bagian yaitu lapisan sirkuler dalam dan lapisan
longitudinal luar. Serat-serat lapisan otot polos bagian dalam berjalan sirkuler mengelilingi
saluran, kontraksi serat-serat sirkuler ini menyebabkan kontriksi, sedangkan kontraksi serat-serat
di lapisan luar yang berjalan secara longitudinal menyebabkan saluran memendek, aktivitas
kontraktil lapisan otot polos ini menghasilkan gerakan propulsif dan mencampur.
2. Digesti
Digesti merupakan proses penguraian makanan dari struktur yang kompleks menjadi
satuan-satuan yang lebih kecil sehingga dapat diserap oleh enzim-enzim yang diproduksi
didalam sistem pencernaan. Karbohidrat, protein dan lemak merupakan molekul-molekul besar
yang tidak dapat menembus membran plasma utuh untuk diserap dari lumen saluran pencernaan
ke dalam darah atau limfe sehingga diperlukan proses pencernaan untuk menguraikan molekulmolekul tersebut.
3. Absorpsi
Setelah proses digesti molekul-molekul yang telah menjadi satuan-satuan kecil dapat
diabsorpsi bersama dengan air, vitamin, dan elektrolit, dari lumen saluran pencernaan ke dalam
darah atau limfe. Absorpsi sebagian besar terjadi di usus halus.
4. Sekresi
Enzim pencernaan disekresikan oleh kelenjar eksokrin (kelenjar saliva dan pankreas)
maupun sel epitelial pada mukosa lambung dan usus halus. Enzim merupakan protein yang
disintesis retikulum endoplasma kasar, dipaket oleh komplek golgi ke dalam vesikula sekretori
dan kemudian disimpan sampai dibutuhkan. Sesuai permintaan, mereka dikeluarkan melalui
eksositosis.

14

Beberapa enzim pencernaan disekresikan ke dalam sebuah bentuk proenzyme yang


belum aktif, dikenal juga sebagai zymogens. Zymogen harus diaktifkan terlebih dahulu sebelum
bisa digunakan. Aktivasi yang lambat ini menyebabkan enzim dapat disimpan dalam sel tanpa
merusak sel. Jalur kontrol untuk pelepasan enzim bervariasi meliputi sinyal neural, hormonal dan
parakrin. Biasanya, stimulasi neuron parasimpatik pada nervus vagus meningkatkan sekresi
enzim.
Sekresi asam. Sel parietal dalam di kelenjar gastric mensekresikan asam hidroklorida ke
dalam lumen lambung. Sekresi asam di lambung rata-rata 1-3 liter per hari dan bisa membuat pH
lumen menjadi sebesar 1. Sementara itu, pH sitoplasma sel parietal adalah sekitar 7,2 yang
berarti sel memompa H+melawan gradien konsentrasi yang mencapai 2,5 juta kali lebih
terkonsentrasi di lumen.
Proses pemompaan dimulai saat H+ dari air di dalam sel parietal dipompa ke dalam lumen
lambung oleh H+-K+-ATPase bertukaran dengan K+ yang masuk ke dalam sel. Cl- kemudian
mengikuti H+ melalui kanal klorida yang terbuka, menghasilkan sekresi HCl oleh sel. Sementara
asam disekresikan ke dalam lumen, bikarbonat yang dibuat dari CO2 dan OH- air diserap ke
dalam darah. Aktivitas buffer dari HCO3- membuat darah yang meninggalkan lambung kurang
asam, menghasilkan alkaline tide yang bisa diukur ketika makanan dicerna. Asam lambung
sangat penting untuk mengaktivasi pepsinogen menjadi pepsin serta melakukan denaturasi
protein supaya mudah dicerna. 9
Sekresi Bikarbonat. Sekresi bikarbonat ke dalam duodenum menetralkan asam yang
masuk dari lambung. Sejumlah kecil bikarbonat disekresikan oleh sel duodenal, tetapi
kebanyakan dihasilkan oleh pankreas yang menghasilkan larutan NaHCO3. Bagian eksokrin
pankreas terdiri dari lobulus yang disebut acini. Sel asinar mensekresikan enzim pencernaan dan
sel duktus mensekresikan larutan NaHCO3. Pankreas juga mensekresikan hormon dari sel islet
yang terselip di antara sel-sel asinar.
Produksi bikarbonat membutuhkan enzim carbonic anhydrase dengan kadar yang tinggi.
Bikarbonat yang dihasilkan dari CO 2 dan air disekresikan oleh pertukaran apikal Cl --HCO3-.
Klorida masuk ke dalam sel pada kotransporter NKCC basolateral dan keluar melalui kanal
15

CFTR apikal. Cl- luminal kemudian masuk kembali ke dalam sel bertukaran dengan HCO 3- yang
memasuki lumen. Ion hidrogen dihasilkan bersamaan dengan bikarbonat yang meninggalkan sel
pada pertukaran Na+-H+ basolateral. H+ kemudian direabsorpsi ke dalam sirkulasi intestinal
membantu keseimbangan HCO3- yang memasuki darah saat sel parietal mensekresika H+ ke
dalam lambung.
Pergerakan sodium dan air pada jaringan ini diproses secara pasif, dikendalikan oleh
gradien elektrokimia dan osmosis. Pergerakan ion negatif dari ECF ke lumen menarik Na+, yang
menurunkan gradien elektrokimia melalui hubungan antar sel yang bocor. Sekresi Na+ dan HCO3ke dalam lumen menghasilkan gradien osmosis, dan air mengikuti melalui peristiwa osmosis.
Hasil bersihnya adalah sekresi larutan sodium bikarbonat.
Sekresi NaCl.Sel Crypt pada usus halus dan kolon mensekresikan larutan isotonik NaCl
yang bercampur dengan mukus yang disekresikan oleh sel goblet untuk membantu melumasi gut.
Sekresi Cl- sama seperti pada sel pankreas. Klorida dari ECF memasuki sel melalui transporter
NKCC, kemudian keluar ke dalam lumen melalui kanal CFTR apikal.

C. HIDROLISIS SEBAGAI DASAR PROSES PENCERNAAN


Hampir semua karbohidrat dalam diet terdiri atas polisakarida dan disakarida besar yang
merupakan gabungan monosakarida yang saling berikatan satu sama lain melalui kondensasi. Ini
berarti bahwa ion hydrogen telah dipindahkan dari salah satu monosakarida, sementara satu ion
hidroksil telah dipindahkan ke monosakarida lainnya. Kedua monosakarida kemudian bergabung
satu sama lain pada tempat pemindahan, dan ion hydrogen, dan hidoksil bergabung untuk
membentuk air. Bila karbohidrat dicernakan kembali menjadi monosakarida, enzim khusus
mengembalikan ion hydrogen dan hidorksil ke polisakarida dan dengan demikian memisahkan
monosakarida satu sama lain. Proses ini yang disebut hidrolisis.
Hampir semua gugus lemak di dalam diet terdiri atas trigliserida (lemak netral), yang
merupakan gabungan dari tiga molekul asam lemak yang berkondensasi dengan satu molekul
gliserol. Pada proses kondensasi, tiga molekul air dipindahkan. Pencernaan trigliserida terdiri
atas proses yang berlawanan, enzim pencernaan mengembalikan molekul air ke moldekul

16

trigliserida dan dengan demikian memecahkan molekul asam lemak dari gliserol. Proses ini
merupakan suatu hidrolisis.5
Pencernaan lemak
Lemak yang dihasilkan makanan yang sudah dikunyah dalam mulut menunjukkan bentuk
lemak yang : telah teremulsi (emulsied fat) dan belum diemulsi (unemulsied fat), lemak yang
belum diemulsi dalam lambung dengan bentuan empedu akan diubah menjadi lemak yang sudah
teremulsi dan selanjutnya bersama-sama dengan lemak yang teremulsi akan masuk dalam uss
halus.
Didalam usus halus itu lemak yagteremulsi dengan bantuan enzim intestinal lipase dan
pencreatik lipase akan diubah kedalam 3 struktur yang lebih sederhana, jelasnya sebagai berikut:
1. dipecah menjadi asam lemak dan gliserol 40%-50%
2. dipecah menjadi monogliserid 40%-50%
3. dipecah menjadi gliserida, trigliserida,10%-20%
Di duodenum, lipase usus dan lipase pankreas lebih jauh lagi memecah lemak menjadi
monogliserid agar dapat diabsorbsi usus, dalam hal ini lemak akan dibentuk menjadi asam lemak
bebas dan gliserol. Selain itu empedu yang distimulasi hormon CCK akan menghasilkan garam
empedu

untuk

kemudian

berikatan

dengan

lemak

membentuk

misel.

Misel akan digunakan untuk mengangkut asam lemak rantai panjang ke dinding usus agar bisa
diabsorbsi. Asam lemak rantai panjang selanjutnya akan diabsorbsi masuk ke sel absorptif usus
kemudian berubah bentuk menjadi trigliserida lalu bergabung atau "diselubungi" protein
membentuk kilomikron. Setelah itu ia akan keluar dari sel absorptif secara eksositosis dan masuk
ke lakteal menuju pembuluh limfe untuk beredar di sirkulasi sistemik melewati duktus
thoraksikus kemudian masuk vena subklavia kiri. Dalam waktu 10 menit pascamakan, setengah
dari jumlah kilomikron di sirkulasi akan dibersihkan lipoprotein lipase untuk dipecah menjadi
asam lemak dan gliserol kemudian didistribusikan ke hepar dan jaringan adiposa tubuh.
Sementara itu garam empedu yang dihasilkan untuk membentuk misel, usai digunakan akan
diserap ileum kemudian dialirkan ke vena porta untuk di recycle dan digunakan kembali (siklus
enterohepatik).
17

Pencernaan karbohidrat
1. Karbohidrat dalam makanan
Dalam diet normal manusia hanya ada tiga sumber utama karbohidrat. Ketiganya yaitu
sukrosa yang merupakan disakarida yang dikenal sebagai gula tebu; laktosa, yaitu disakarida
yang terdapat dalam susu; dan tepung, yang merupakan polisakarida besar yang terdapat pada
hampir semua bahan makanan bukan hewani dan terutama terdapat pada padi-padian.
Karbohidrat lain yang dicernakan lebih sedikit yaitu amylase, glikogen, alcohol, asam laktat,
asam piruvat, pectin, dekstrin, dan sejumlah kecil derivate karbohidrat dalam daging. Diet juga
mengandung sejumlah besar selulosa, yang merupakan suatu karbohidrat. Akan tetapi, tidak ada
satupun suatu enzim yang mampu menghidrolisis selulosa, disekresikan di dalam saluran cerna.
Akibatnya, selulosa tidak dapat dianggap sebagai bahan makanan untuk manusia.
2. Pencernaan karbohidrat di dalam mulut dan lambung
Ketika makanan dikunyah, makanan bercampur dengan saliva, yang terdiri atas enzim
ptyalin (suatu -amilase) yang terutama disekresikan oleh kelenjar parotis. Enzim ini
menghidrolisis tepung menjadi disakarida maltose dan polimer glukosa kecil lainnya yang
mengandung tiga sampai sembilan molekul glukosa (seperti maltotriosa dan limit dekstrin)
yang merupakan titik cabang molekul tepung. Tetapi makanan berada dalam mulut hanya untuk
waktu yang singkat, dan mungkin tidak lebih dari 5 persen dari semua tepung tang dimakan telah
dihirolisis pada saat makanan ditelan. Pencernaan berlanjut di dalam korpus dan fundus lambung
selama 1 jam sebelum makanan bercampur dengan sekresi lambung, karena amylase pada
dasarnya tidak aktif sebagai suatu enzim bila pH medium turun di bawah sekitar 4,0. Meskipun
demikian, rata-rata, sebelum makanan menjadi bercampur secara menyeluruh dengan sekresi dari
lambung, sebanyak 30 sampai 40 persen tepung akan dihidrolisis teruama menjadi maltosa.
3. Pencernaan karbohidrat di dalam usus halus
Pencernaan oleh amylase pancreas. Sekresi pancreas seperti saliva mengandung sejumlah
besar -amilase yang fungsinya hampir mirip dengan -amilase saliva tetapi beberapa kali lebih
kuat. Oleh karena itu, dalam waktu 15 sampai 30 menit setelah kimus dikosongkan dari lambung
ke duodenum dan bercampur dengan getah pancreas, sebenarnya, semua tepung telah
dicernakan. Pada umumnya, hampir semua tepung diubah menjadi maltosa dan polimer-polimer
18

glukosa yang sangat kecil lainnya sebelum keduanya melewati duodenum atau jejunum bagian
atas.
Hidrolisis disakarida dan polimer-polimer glukosa kecil menjadi monosakarida oleh
enzim-enzim epitel usus.
Enterosit yang terletak pada vili usus halus mengandung empat enzim, lactase, sukrase,
maltase, dan -dekstrinase, yang mampu memecahkan disakarida laktosa, sukrosa, dan maltosa
demikian juga polimer-polimer glukosa kecil lainnya menjadi unsure monosakarida. Enzimenzim ini terletak di dalam membrane mikrovili brush border enterosit, dan disakarida
dicernakan sewaktu berkontak dengan membrane ini. Laktosa dipecahkan menjadi satu molekul
galaktosa dan satu molekul glukosa. Sukrosa dipercahkan menjadi satu molekul fruktosa dan
satu molekul glukosa. Jadi, produk akhir dari pencernaan karbohidrat adalah semua
monosakarida, dan monosakarida tersebut diserap dengan segera ke dalam darah portal.5
Pencernaan protein
1. Protein dalam makanan
Protein dalam makanan dibentuk dari rantai panjang amino yang diikat bersama oleh
ikatan peptide. Karakteristik dari masing-masing jenis protein ditentukan oleh jenis asam
aminonya dalam molekul protein dan oleh susunan asam-asam amino ini.
2. Pencernaan protein dalam lambung
Pepsin, enzim peptic lambung yang penting, paling aktif pada pH 2 sampai 3 dan tidak
aktif pada pH kira-kira di atas 5. Akibatnya, agar enzim ini dapat melakukan kerja pencernaan
terhadap protein, maka cairan getah lambung harus bersifat asam. Kelenjar lambung mensekresi
sejumlah besar asam hidroklorida. Asam hidroklorida ini disekresikan oleh sel-sel parietal pada
pH kira-kira 0,8, tetapi pada saat asam hidroklorida bercampur dengan isi lambung dan bersama
dengan sekresi dari sel-sel kelenjar nonparietal lambung, pH berkisar antara 2 sampai 3 suatu
batas asiditas yang cukup tinggi untuk aktivitas pepsin.
Salah satu gambaran penting pencernaan pepsin adalah kemampuannya untuk
mencernakan kolagen, suatu albuminoid yang sangat sedikit dipengaruhi oleh enzim-enzim
pencernaan lainnya. Kolagen merupakan unsur dasar utama dari jaringan penyambung
interselular daging; oleh karena itu, agar enzim pencernaan saluran dapat menembus daging dan
mencernakan protein selular, pertama penting bahwa serabut-serabut kolagen dicernakan.
19

Akibatnya, pada orang yang tidak mempunyai aktivitas peptic dalam lambung, pencernaan
daging kurang baik ditembus oleh enzim-enzim pencernaan dan oleh karena itu proses
pencernaannya buruk.
3. Pencernaan protein oleh sekresi pancreas
Kebanyakan pencernaan protein terjadi terutama di dalam usus halus bagian atas, di
dalam duodenum dan jejunum, di bawah pengaruh enzim-enzim proteolitik dari sekresi pancreas.
Saat protein meninggalkan gaster, protein biasanya terutama dalam bentuk proteosa, pepton, dan
polipeptida-polipeptida besar. Segera setelah masuk ke usus halus, produk yang sudah
dipecahkan sebagian diserang oleh enzim-enzim proteolitik utama pancreas, tripsin, kimotripsin,
karboksipeptidase, dan proelastase. Keduanya, baik tripsin maupun kimotripsin dapat
memecahkan molekul-molekul protein menjadi polipeptida-polipeptida kecil; karboksipeptidase
kemudian memcahkan asam amino-asam amino tunggal dari ujung karboksil polipeptida.
Proelastase meningkatkan elastase yang kemudian mencernakan serabut-serabut elastin yang
menahan daging. Hanya suatu presentase protein kecil yang dicernakan sepenuhnya menjadi
unsure-unsur asam amino oleh getah pancreas. Kebanyakan tinggal sebagai dipeptida, tripeptida,
dan beberapa bahkan lebih besar. 5
4. Sekresi Pankreas dan Empedu
Sewaktu mengalir ke dalam usus halus, isi lambung bercampur tidak saja dengan getah
yang disekresikan oleh mukosa usus halus, tetapi juga dengan sekresi pankreas eksokrin dan hati
yang mengalir ke dalam lumen duodenum.9
D. ENZIM DAN HORMON PENCERNAAN
Peran hormon gastrointestinal ;
Gastrin
Bersumber dari sel-sel G di daerah kelenjar pilorus lambung. Stimulus utama untuk
sekresi protein di lambung. Fungsi ; merangsang sel parietal dan sel utama, meningkatkan
motilitas lambung, merangsang motilitas ileum, melemaskan sfingter ileosekum, menginduksi

gerakan massa di kolon, dan bersifat trofik bagi mukosa lambung dan usus halus.
Sekretin
Bersumber dari sel-sel endokrin di mukosa duodenum. Stimulus untuk sekresi asam di
lumen duodenum. Berfungsi ; menghambat pengosongan lambung, menghambat sekresi
20

lambung, merangsang sekresi NaHCO3 encer oleh sel-sel duktus pankreas, merangsang sekresi

empedu kaya NaHCO3 oleh hati dan bersifat trofik bagi pankreas eksokrin.
Kolesistokinin
Bersumber dari sel-sel endokrin di mukosa duodenum. Stimulus utama untuk sekresi
nutrien di lumen duodenum, terutama produk lemak dan protein dengan tingkat yang lebih
rendah. Berfungsi sebagai penghambat pengosongan lambung, menghambat sekresi lambung,
merangsang sekresi enzim-enzim pencernaan oleh asinus pankreas, menyebabkan kontraksi
kandung empedu, menyebabkan relaksasi sfingter Oddi, bersifat trofik bagi pankreas eksokrin,
dapat menimbulkan perubahan-perubahan adaptif jangka panjang proporsi enzim-enzim

pankreas serta berperan dalam rasa kenyang.


Gastric Inhibitory peptide ( GIP )
Sumber dari sel-sel endokrin di mukosa duodenum. Stimulus utama untuk sekresi lemak,
asam, hipertonisitas, glukosa dan peregangan duodenum. Berfungsi untuk menghambat
pengosongan lambung, menghambat sekresi lambung dan menghambat sekresi insulin oleh
pankreas.9

VIP
VIP berisi 28 residu asam amino dan sebenarnya bukan merupakan hormon. VIP ini

dapat ditemukan pada nervus di saluran GI. Prepro-VIP berisi baik VIP maupun polypeptide
yang berkaitan (pada manusia ada PHM-27 sedangkan spesies lain PHI-27). VIP juga dapat
ditemukan di darah dengan waktu paruhnya sekitar 2 menit. Pada usus, VIP menstimulasi sekresi
elektrolit dan air dari usus. Fungsi lainnya ialah relaksasi otot polos intestinal, termasuk sfingter,
dilatasi pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi asam lambung.9

Motilin
Motilin merupakan polipeptida yang berisi residu 22 asam amino yang disekresikan oleh

sel enterokromafin dan sel Mo di lambung, usus halus dan kolon. Motilin bekerja pada reseptor
G protein-coupled pada neuron enterik di duodenum dan kolon serta pada injeksi menghasilkan
kontraksi otot polos di lambung dan usus. Saat makanan ditelan, sekresi motilin ditekan sampai
pencernaan dan absorpsi selesai. Antibiotik eritromisin dapat mengikat reseptor motilin sehingga
dapat digunakan untuk merawat pasien yang motilitas GI nya berkurang.

Somatostatin
21

Merupakan hormon penghambat pertumbuhan yang diisolasi dari hipotalamus,


disekresikan sebagai parakrin oleh sel D di sel islet pankreas dan sel yang mirip dengan sel D di
mukosa GI. Somatostatin menghambat sekresi gastrin, VIP, GIP, secretin dan motilin. Sekresinya
distimulasi oleh asam pada lumen dan bekerja sebagai parakrin untuk menghambat sekresi
gastrin. Dia juga menghambat sekret eksokrin pankreas; sekresi dan motilitas asam lambung;
kontraksi kantung empedu dan absorpsi glukosa, asam amino dan trigliserida.9
Enzim enzim pencernaan ;
1. Enzim pencernaan karbohidrat
-amilase. Karbohidrat sudah dicerna secara kimiawi sejak berada di rongga mulut.
Enzim -amilase yang terkandung dalam saliva berperan penting dalam mengubah pati menjadi
dextrin, sebuah polisakarida yang lebih pendek. Enzim ini termasuk jenis endoglukosidase yang
berarti bekerja dengan memotong rantai polisakarida di bagian tengah. Setelah makanan
memasuki lambung, enzim ini tidak lagi bekerja. Hal itu dikarenakan untuk bekerja optimal
dibutuhkan pH sebesar 6-8. Jika pH <4 karena adanya asam lambung, enzim ini akan
terdenaturasi dengan cepat. Namun, enzim ini dihasilkan kembali di duodenum sehingga dextrin
tersebut bisa dicerna lebih lanjut menjadi maltosa, maltotriosa, isomaltosa maupun limit dextrin.
Kadar asam yang tinggi selepas dari lambung dinetralkan oleh bikarbonat sehingga enzim
tersebut bisa bekerja. 3
Oligosakaridase dan Disakaridase. Enzim jenis ini dihasilkan di epitel mukosa usus
halus dan berfungsi untuk menyempurnakan hidrolisis oligo- dan disakarida. Untuk bekerja
optimal diperlukan pH sebesar 5-7. Enzim yang termasuk jenis ini di antaranya adalah:
a.

Glukoamilase
Termasuk jenis eksoglukosidase. Substratnya adalah maltosa dan limit dekstrin. Aktivitas

glukoamilase secara progresif meningkat di sepanjang usus halus dan paling tinggi di ileum.
b.

Kompleks sukrase-isomaltase

22

Substratnya adalah sukrosa, isomaltosa, maltosa dan maltotriosa. Paling banyak terdapat
di jejunum dan lebih rendah di ujung proksimal dan distal usus halus.
c.

Kompleks -glikosidase (laktase)


Substratnya adalah ikatan -1,4 antara galaktosan dan glukosa dalam laktosa. Paling

banyak terdapat di jejunum. Dibandingkan enzim lain, kerja laktase termasuk rendah dan
menjadin kendala yang membatasi penyerapan laktosa. Aktivitas laktase meningkat selama
proses gestasi lanjut (27-32 minggu) dan tetap tinggi sampai usia 5-7 tahun. Setelah usia
tersebut, aktivitasnya turun sampai kadar dewasa yang kurang dari 10% dari saat bayi.
Kerusakan mukosa usus, terutama penyakit yang mencederai sel absorptif vili usus dapat
berakibat defisiensi laktase.
d.

Trehalase
Enzim ini menghidrolisis ikatan glikosidat pada trehalosa. Ini merupakan gula yang

ditemukan dalam serangga, alga, cendawan, dan jamur lainnya.


Hasil akhir dari proses pencernaan karbohidrat adalah glukosa, galaktosa dan fruktosa.
2. Enzim pencernaan lipid
TAG (triasilgliserida) merupakan lemak utama dalam makanan manusia karena
merupakan lemak simpanan utama dalam tumbuhan dan hewan yang menjadi bahan makanan.
Lipid sudah dicerna semenjak di mulut dan lambung oleh lipase lidah dan lipase lambung, hanya
saja masih terbatas. Utamanya, lipid dicerna di usus oleh lipase (dihasilkan pankreas) dengan
bantuan garam empedu yang berfungsi mengemulsikan lemak. Garam empedu akan
meningkatkan luas permukaan lipid untuk pengikatan enzim. Empedu juga berfungsi sebagai
penetral asam setelah makanan melalui lambung. Selain itu, empedu juga penting untuk ekskresi
seperti kolesterol dan obat.
Lipase pankreas disekresi bersama dengan ko-lipase yang membantu lipase mengikat
butiran lipid teremulsi. Lipase akan mengubahTAG menjadi 2-monoasilgliserol juga 1-MAG,
asam lemak dan gliserol.
23

Selain lipase, getah pankreas yang berfungsi dalam pencernaan lipid adalah kolesteril
esterase yang mengubah kolesteril ester menjadi kolesterol+asam lemak dan fosfolipase yang
mengubah fosfolipid menjadi lisofosfolipid+ asam lemak.
3. Enzim Pencernaan Protein
Protein sudah mulai dicerna sejak di lambung. Enzim pencerna protein umumnya
disekresikan dalam bentuk zymogen, yang akan aktif setelah masuk ke lumen saluran cerna.
Enzim-enzim yang berperan adalah pepsin di lambung, protease pankreas di duodenum dan
protease usus halus.
a. Pencernaan di lambung
Pepsinogen
Pepsinogen disekresikan oleh chief cell lambung. Enzim ini diaktifkan oleh asam
lambung dengan menambahkan ion H+. Selanjutnya, pepsin yang sudah aktif akan bersifat
autokatalitik yang bisa mengaktifkan pepsinogen lainnya. Pepsin merupakan satu-satunya enzim
yang dapat bekerja pada pH yang rendah mencapai 1-2. Kerja enzim ini akan menghasilkan
peptida yang lebih kecil dan asam amino bebas.
Rennin
Enzim ini sangat penting untuk neonatus, tapi sudah tidak ada pada orang dewasa.
Dengan bantuan kalsium, rennin berfungsi untuk mengubah kasein susu menjadi parakasein yang
dapat dicerna oleh pepsin.
b. Pencernaan di duodenum
Pada duodenum terdapat protease pankreas yang disekresi sebagai proenzim. Jenisnya di
antaranya adalah tripsin, kimotripsin, elastase (endopeptidase) dan karboksipeptidase
(eksopeptidase) yang spesifitasnya berbeda untuk berbagai asam-asam amino. Tripsinogen
diaktifkan oleh enterokinase yang dihasilkan sel epitel duodenum menjadi tripsin. Selanjutnya,
tripsin bisa mengaktifkan tripsinogen lain, kimitripsinogen, proelastase dan prokarboksipeptidase
24

menjadi bentuk aktifnya. Fungsi utama dari enzim-enzim ini adalah memecah polipeptida
memnjadi asam amino dan oligopeptida.
c. Pencernaan di usus halus
Proses penyempurnaan pencernaan protein menjadi asam amino dilakukan di usus halus.
Fungsi ini dibantu oleh enzim amino peptidase pada membran brush border dan dipeptidase di
dalam sel epitel. Amino peptidase akan mengubah oligopeptida menjadi asam amino sedangkan
dipeptidase mengubah dipeptida menjadi asam amino.
E. PENGATURAN FUNGSI PENCERNAAN
Fungsi Otonom Otot Polos
Otot polos traktus gastrointestinal hampir terus-menerus dijalani oleh aktivitas listrik
yang lambat. Aktivitas ini cenderung memiliki dua tipe dasar gelombang listrik (1) Gelombang
lambat, dan (2) Gelombang Paku.10 Seperti sel-sel otot jantung yang self excitable, sebagian
sel otot polos merupakan sel pemacu yang tidak memiliki potensial istirahat yang konstan
karenapotensial membrannya memperlihatkan variasi yang spontan, antara -65 dan -45 mV serta
berirama.8,9 Jenis aktivitas listrik spontan yang paling menonjol pada otot polos pencernaan
adalah potensial gelombang lambat yang disebut juga irama listrik dasar (basic electrical rhytim,
BER) saluran pencernaan (pacesetter potential).8
Gelombang lambat bukan potensial aksi8,10 dan tidak secara langsung menginduksi
kontraksi otot, gelombang tersebut bersifat ritmik, berfluktuasi seperti gelombang potensial
membran yang secara berkala membawa membran mendekati atau menjauhi ambang.
Intensitasnya biasanya bervariasi antara 5 dan 15 milivolt, dan kisaran frekuensinya antara 3
sampai 12 per menit pada berbagai bagian traktus gastrointestinal manusia. 10 Diyakini, osilasi
gelombang lambat tersebut disebabkan oleh variasi berkala kecepatan pompa Na + memindahkan
Na+ keluar dari sel pemacu tersebut. Jika gelombang tersebut mencapai ambang pada puncakpuncak depolarisasi, suatu lonjakan potensial aksi akan terpicu, menimbulkan siklus ritmis
kontraksi otot yang berulang-ulang.8 BER berperan dalam mengkoordinasi peristaltik dan
aktivitas motorik lainnya; kontraksi timbul hanya selama bagian depolarisasi gelombang. Setelah
vagotomi atau transeksi dinding lambung, misalnya, peristaltik di lambung menjadi tidak
teratur.9
25

Seperti otot jantung, lembaran-lembaran sel otot polos dihubungkan oleh gap junction
yang berfungsi sebagai titik dengan resistensi rendah sehingga aktivitas listrik yang dipicu di selsel pemacu dapat menyebar ke sel-sel otot polos di sekitarnya. Jika ambang tercapai dan
potensial aksi terpicu, keseluruhan lembaran otot tersebut akan berlaku sinsitium fungsional,
yang tereksitasi dan berkontraksi sebagai satu kesatuan. Apabila ambang tidak tercapai, aktivitas
listrik tetap menyebar ke seluruh lapisan tanpa disertai oleh aktivitas kontraktil. 3 Kecepatan
aktivitas kontraktil ritmis pencernaan, misalnya peristaltik di lambung, segmentasi di usus halus,
dan haustrasi di usus besar, bergantung padakecepatan inheren yang diciptakan oleh sel-sel
pemacu yang bersangkutan. Intensitas kontraksi bergantung pada jumlah potensial gelombang
lambat mencapai ambang, yang pada gilirannya bergantung pada seberapa lama ambang
dipertahankan. Semakin besar jumlah potensial aksi, semakin besar konsentrasi Ca ++ sitosol,
semakin besar aktivitas jembatan silang , dan semakin kuat kontraksi.8
Pleksus Saraf Intrinsik
Faktor kedua yang terlibat dalam pengaturan fungsi saluran pencernaan adalah pleksus
saraf intrinsik. Pleksus saraf adalah jaringan sel-sel saraf yang saling berhubungan. Terdapat dua
jaringan serat saraf yang membentuk pleksus di saluran pencernaan : pleksus mienterikus
(Aurbach ), yang terletak di antara lapisan otot polos longitudinal dan sirkuler, dan pleksus sub
mukosa ( Meissner )yang terletak di submukosa. 8,9,10 Kedua pleksus ini dikenal sebagai pleksus
intrinsik atau sistem saraf enterik karena terletak di dalam dinding saluran pencernaan dan
terdapat di seluruh pencernaan dari esofagus sampai anus. Pada manusia sistem ini terdiri dari
100 juta neuron sensorik, interneuron, dan neuron motorik yang sama banyaknya dengan jumlah
neuron di seluruh medula spinalis sehingga dapat dianggap sebagai bagian SSP yang tergusur
yang berperan dalam pengaturan fungsi gastrointestinal. Saluran pencernaan tidak seperti organ
lain karena memiliki sistem saraf intramural( di dalam dinding ) sendiri, yang mengandung
neuron sebanyak neuron di korda spinalis, sehingga saluran ini cukup kemampuan untuk
mengatur dirinya.8,9,10
Pleksus-pleksus intrinsik mempengaruhi semua faset aktivitas saluran pencernaan.
Melalui persarafan sel-sel otot polos serta sel-sel eksokrin dan endokrin saluran pencernaan,
pleksus intrinsik secara langsung mempengaruhi motilitas saluran pencernaan, sekresi getah
pencernaan, dan sekresi hormon pencernaan. Jaringan saraf intrinsik ini terutama bertanggung
jawab mengkoordinasikan aktivitas lokal di dalam saluran pencernaan. Aktivitas saraf intrinsik,
26

pada gilirannya dapat dipengaruhi oleh pleksus ekstrinsik. 8 Pleksus mienterikus merupakan
rantai-rantai linear dari banyak neuron yang saling berhubungan yang meluas ke seluruh panjang
traktus gastrointestinal. Pleksus ini terutama berperan pada pengaturan aktivitas motorik di
sepanjang usus. Bila pleksus dirangsang, efeknya yang terutama adalah peningkatan kontraksi
tonik, atau tonus dinding usus, peningkatan intensitas kontraksi ritmis, sedikit peningkatan
kecepatan irama kontraksi, dan peningkatan kecepatan konduksi gelombang eksitatoris di
sepanjang dinding usus, menyebabkan pergerakan gelombang peristaltik yang lebih cepat.10
Saraf Ekstrinsik
Saraf-saraf ekstrinsik adalah saraf yang berasal dari luar saluran pencernaan dan
mempersarafi berbagai organ pencernaan yaitu serat-serat saraf dari kedua cabang sistem saraf
otonom. Saraf otonom mempengaruhi motilitas dan sekresi saluran pencernaan melalui
modifikasi aktivitas yang sedang berjalan di pleksus intrinsik, sehingga mengubah tingkat sekresi
hormon saluran pencernaan, atau pada beberapa keadaan melalui efek langsung pada otot polos
dan kelenjar.8
Saraf simpatis pada saluran pencernaan dominan untuk situasi fight- or- flight, cenderung
menghambat atau memperlambat kontraksi dan sekresi. 8 Sistem simpatis menghasilkan
pengaruhnya melalui dua cara: pada tahap yang kecil melalui pengaruh langsung norepinefrin
untuk menghambat otot polos (kecuali muskularis mukosa, dimana ia merangsangnya), dan pada
tahap yang besar melalui pengaruh inhibitorik dari norepinefrin pada neuron-neuron sistem saraf
enterik. Jadi perangsangan yang kuat pada sistem simpatis dapat menghambat pergerakan
makanan melalui traktus gastrointestinal.10 Efek tersebut terlihat nyata bahwa proses pencernaan
bukan merupakan prioritas tertinggi apabila tubuh menghadapi suatu kedaruratan atau ancaman
dari lingkungan eksternal.8
Sistem saraf parasimpatis mendominasi pada saat situasi tenang seperti pada aktivitas
yang bersifat pemeliharaan, misalnya pencernaan dapat berlangsung secara optimum. Dengan
demikian, serat saraf parasimpatis yang mempersarafi saluran pencernaan, yang tiba terutama
melalui saraf vagus, cenderung meningkatkan motilitas otot polos dan mendorong sekresi enzim
dan hormon pencernaan.8
Hormon Pencernaan
27

Faktor keempat yang mempengaruhi aktivitas saluran pencernaan adalah pengaturan oleh
hormon. Di dalam mukosa bagian tertentu saluran pencernaan terdapat sel-sel kelenjar endokrin
yang mengeluarkan hormon-hormon ke dalam darah jika mendapat rangsangan yang sesuai. Atas
dasar kemiripan struktural dan, sampai suatu tingkat, kemiripan fungsi, beberapa dari hormonhormon pencernaan ini dapat dikelompokkan ke dalam 2 kelompok: (1) Kelompok Gastrin,
terdiri dari gastrin dan kolesistokinin (CCK)9, (2) Kelompok Sekretin, terdiri dari sekretin9,
glukagon, glisentin (GLI), VIP, dan gastric inhibitory polypeptide(GIP). Kerja gastrin, CCK,
sekretin, dan GIP yang terintegrasi dalam mempermudah pencernaan dan penggunaan zat-zat
makanan yang diserap.9 Berbagai hormon pencernaan tersebut diangkut oleh darah ke bagian lain
saluran pencernaan, tempat mereka menimbulkan pengaruh eksitatorik atau inhibitorik pada selsel otot polos atau kelenjar eksokrin. Hormon-hormon pencernaan dikeluarkan terutama sebagai
respons terhadap perubahan lokal spesifik di isi lumen ( misalnyaadanya protein, lemak, atau
asam), yang bekerja secara langsung pada sel-sel kelenjar endokrin atautidak langsung melalui
pleksus intrinsik atau saraf otonom ekstrinsik.8
Lebih dari 15 jenis sel enteroendokrin yang mensekresi hormon yang telah diidentifikasi
dalam mukosa lambung, usus halus, dan kolon. Banyak sel ini hanya mensekresi satu hormon
saja dan diidentifikasi oleh huruf ( sel G, sel S, dll ). Sel yang mensekresi serotonin disebut sel
entero kromafin. Sel yang menghasilkan senyawa amin selain polipeptida kadang-kadang disebut
sel APUD (Amine Precursor Uptake and Dekarboxylase) atau sel neuro endokrin dan dapat
ditemukan di paru dan organ lain selain traktus gastrointestinal.8

Kesimpulan
Sistem pencernaan terdiri dari organ-organ pencernaan dan pencernaan terjadi secara
mekanik dan kimia.Sistem pencernaan memecah molekul-molekul besar menjadi bentuk yang
mudah diserap ke dalam tubuh. Gangguan pada sistem pencernaan dapat menyebabkan gangguan
pada tubuh seperti kembung, nyeri ulu hati, mual, dsb.

Daftar Pustaka
28

1. Fiore M. Atlas histologi: Di Fiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke-9. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2003.h.147-229.
2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004.h.218-47.
3. Fawcett DW, Bloom. Buku ajar histologi. Edisi ke-12. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran

EGC; 2002.h.499-624.
4. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit

Buku

Kedokteran EGC; 2006.h.207-50.


5. Fawcett DW. Buku ajar histology. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2002. h. 259
6. Levine BA, Aust JB. Kelainan bedah usus halus. Dalam: Sabiston DC. Buku ajar bedah. h. 5447.
7. Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. Biologi. Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga; 2004. h. 30-6.
8. Sherwood L : Fisiologi manusia:dari sel ke system, ed 2. Jakarta:EGC,2008.
9. Ganong WF: Fisiologi kedokteran, ed20. Jakarta:EGC,2002: 450-89.
10. Guyton, arthur C :Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit, ed 8.alih bahasa, Petrus
Adrianto. Jakarta:EGC, 2006.
11. Di unduh dari http://resources.teachnet.ie/farmnet/Digestive.htm, 13 juli 2013

29

Anda mungkin juga menyukai