Anda di halaman 1dari 23

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................iv
LAPORAN PENDAHULUAN MATERNITAS ............................................................. 1

SEPSIS NEONATORUM .......................................................................................... 1

A. Konsep KDM....................................................................................................1

B. Konsep Dasar Sepsis Neonatorum................................................................17

1. Definisi.......................................................................................................17

2. Patofisiologi...............................................................................................18

3. Faktor Predisposisi ....................................................................................18

4. Tanda dan Gejala......................................................................................19

5. Manifestasi Klinis.......................................................................................19

6. Pengobatan dan Pencegahan...................................................................20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 22

iv
LAPORAN PENDAHULUAN MATERNITAS
SEPSIS NEONATORUM

A. Konsep KDM
1. Definisi Nutrisi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015: 55), Nutrisi adalah zat-zat gizi
atau zat-zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit,
termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan
bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh, serta
mengeluarkan sisanya.
Menurut Hidayat dan Uliyah (2015 : 281-282), Nutrisi merupakan
proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan
menghasilkan energi yang digunakan dalam aktivitas tubuh.
Menurut Widianti dan Saryono (2017: 56), Nutisi ditempatkan sebagai
prioritas perawatan terpenting dalam berbagai penyakit malnutrisi. Tubuh
butuh energi untuk aktivitas sehingga dibutuhkan intake nutrisi yang tepat
dan mencukupi. Nutrien merupakan elemen penting dalam proses dan
fungsi tubuh. Nutrien mencakup karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air.

2. Anatomi Fisiologi Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


a. Anatomi
Menurut Paryono, et. Al., (2022: 119) Sistem tubuh utama yang
bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah
sistem pencernaan. Sistem pencernaan terdiri atas dua saluran yaitu
saluran utama (alimentari canal) dan organ aksesori. Saluran
pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus.Sedangkan organ
aksesori terdiri atas hati, kantong empedu, dan pankreas.Ketiga
organ ini membantu terlaksananya sistem pencernaan makanan
secara kimiawi.
b. Saluran Pencernaan
1) Mulut, Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan, di
dalam mulut makanan mengalami proses mekanis melalui
pengunyahan yang akan membuat makanan dapat hancur sampai
merata, dibantu oleh enzim amylase yang akan memecah amilum
yang terkandung dalam makanan yang terkandung maltosa.
2) Faring dan Esofagus Faring merupakan saluran pencernaan yang
terletak di belakang hidung, mulut, dan laring. Faring berbentuk
kerucut dengan bagian terlebar dibagian atas hingga veterbra
servikal keenam. Faring langsung berhubungan dengan

1
esofagus.sebuah tabung yang memiliki otot dengan panjang
kurang lebih 20-25 sentimeter dan terletak di belakang trakea,
didepan tulang punggung, kemudian masuk melalui toraks
menembus diafragma yang berhubungan langsung dengan
abdomen serta menyambung dengan lambung. Esofagus
merupakan bagian yang berfungsi menghantarkan makanan dari
faring menuju lambung.Esofagus berbentuk silinder yang berongga
kurang lebih dua sentimeter.
3) Lambung Lambung merupakan bagian saluran pencernaan terdiri
atas bagian atas, bagian utama, dan bagian bawah.Lambung
berhubungan langsung dengan esofagus melalui orifisisum atau
kardia dengan duodenum melalui orifisisum pilorik. Lambung
terletak dibagian bawah diafragma dan di depan pancreas.
Lambung memiliki fungsi, yaitu fungsi motoris serta fungsi sekresi
dan pencernaan.Fungsi motoris lambung adalah sebagai reservoir
untuk menampung makanan sampai di cerna sedikit demi sedikit
dan sebagai pencampur adalah memecah makanan menjadi
partikel-partikel kecil yang dapat bercampur dengan asam
lambung.
Fungsi sekresi dan pencernaan adalah menyekresi pepsin dan HCI
yang akan memecah protein menjadi pepton, amilase memecah
maltose, lipase memecah emak menjadi asam lemak, dam gliresol
membentuk sekresi gastrin. Makanan berada pada lambung
selama 2-6 jam, kemudian bercampur dengan getah lambung
(cairan asam bening tak berwarna)yang mengandung 0,4% HCI
untuk mengasamkan semua makanan serta bekerja sebagai
antiseptik dan disinfektan.
4) Usus Halus , Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan
panjang kurang lebih 2,5 meter dalam keadaan hidup. Usus Halus
terletak didaerah umbilikus dan dikelilingi oleh usus besar. Usus
Halus terdiri atas tiga bagian yaitu duodenum dengan panjang 25
sentimeter, jejenum dengan panjang kurang lebih 2 meter, dan
ileum denga panjang kurang lebih 3/5 akhir dari usus. Fungsi usus
halus pada mumnya adalah mencerna dan mengabsorpsi chime
dari lambung. Zat-zat makanan yang telah halus kemudian akan
diabsorbsi di dalam usus halus, yaitu pada duodenum, dan disini
terjadi absorpsi besi, kalsium dengan bantuan vitamin A, D, E, K
dengan bantuan empedu dan asam folat.
5) Usus Besar , Usus Besar atau juga disebut kolon merupakan
sambungan dari usus halus yang merupakan tempat lewatnya

2
makanan. Usus Besar memiliki panjang kurang lebih 1,5 meter.
Kolon terbagi atas asenden, transvesum, desenden, sigmoid, dan
berakhir di rectum yang panjangnya kira-kira 10 cm dari usus
besar. Fungsi utama usus besar adalah mengabsorpsi air (kurang
lebih 90%), elektrolit, vitamin, dan sedikit glukosa.Kapasitas
absorpsi air kurang lebih 5.000 cc/hari.Flora yang terdapat ada
usus besar berfungsi untuk mengintetis vitamin K dan B seta
memungkinkan pembusukan sisa-sisa makanan.
6) Organ Aksesori
1) Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar didalam tubuh yang terletak
dibagian paling atas rongga abdomen, disebelah kanan dibawah
diafragma, dan memiliki berat kurang lebih 1.500 gram (kira-kira
2,3% orang dewasa).
Hati terdiri atas dua lobus, yaitu lobus kanan dan kiri yang
dipisahkan oleh ligamentum falsiformis. Pada lobus kanan
bagian belakang kantong empedu terdapat sel bersifat
fagositosis terhadap bakteri dan benda asing lain dalam darah.
Fungsi hati adalah menghasilkan cairan empedu, fagositosis
bakteri, dan benda asing lainya, memproduksi sel darah merah,
dan menyimpan glikogen.
2) Kantong Empedu
Kantong empedu merupakan sebuah organ yang berbentuk
seperti kantong yang terletak dibawah kanan hati atau lekukan
permukaan bawah hati sampai pinggiran depan yang memiliki
panjang 8-12 cm dan berkapasitas 40-60 cm3. Kantong empedu
memiliki fungsi adalah sebagai tempat penyimpanan cairan
empedu, memekatkan cairan empedu yang berfungsi memberi
pH sesuai pH optimum enzim-enzim pada usus halus,
mengemulsi garam-garam empedu, mengemulsi emak,
mengekresi beberapa zat yang tidak digunakan oleh tubuh, dan
memberi warna feses, yaitu kuning kehijau-hijauan (dihasilkan
oleh pigmen empedu).
3) Pankreas
Pankreas merupakan kelenjar yang strukturnya sama seperti
kelenjar ludah dan memiliki panjang kurang lebih 15 cm.
Pankreas terdiri atas tiga bagian kepala pankreas yang paling
lebar, badan pankreas yang letaknya di belakang lambung dan
di depan vertebra lumbalis pertama, serta bagian ekor pancreas

3
yang merupakan bagian runcing disebelah kiri dan menyentuh
limpa.
Pankreas memiliki dua fungsi, yaitu fungsi eksokrin yang di
laksanakan oleh sel sekretori yang membentuk getah pancreas
berisi enzim serta elektrolit dan fungsi endokrin yang tersebar di
antara alveoli pankreas.

3. Fisiologi
Menurut Vaughans (2013 : 253-254), Fisiologi kebutuhan nutrisi
adalah sebagai berikut :
a. Pencernaan , Proses dimana makanan dipecah menjadi satu bentuk
yang dapat diserap untuk kepentingan tubuh. Proses ini dimulai dari
mulut dan melibatkan pencernaan mekanik makanan yang terjadi
dengan mengunyah dan pencernaan kimia nutrien yang dibantu
berbagai enzim. Sebagian makanan yang dicerna diedarkan ke perut
melalui esofagus. Saat berada di perut, makanan terus dicerna
secara mekanis dan kimiawi. Sari makanan meninggalkan perut
dalam bentuk cair dan memasuki lapisan pertama usus halus, usus
dua belas jari. Enzim tambahan disekresikan melalui hati dan
lambung melalui saluran air empedu dan juga pankreas. Enzim-enzim
tersebut membantu pencernaan nutrient.
b. Penyerapan, Setelah nutrien dicerna, mereka harus mempunyai jalan
untuk memasuki aliran darah, sistem limfa, dan pada akhirnya ke sel.
Penyerapan terjadi di villi (proyeksi seperti jari halus) di usus halus.
c. Metabolisme , Pada level seluler, reaksi kimia yang terjadi untuk
melepaskan energi dan nutrien yang digunakan oleh berbagai
jaringan organ, dan sistem organ. Metabolisme merupakan kombinasi
tindakan anabolisme, membangun zat-zat kompleks dari zat-zat
sederhana, dan katabolisme, memisahkan zat-zat kompleks menjadi
zat-zat sederhana. Nutrien yang tidak segera dipakai disimpan untuk
penggunaan berikutnya, utamanya dalam bentuk lemak.
d. Eliminasi , Zat-zat yang tertinggal setelah diserap dalam usus halus
lalu masuk ke usus besar, dimana kebanyakan mengandung air

4
diabsorpsi, tertinggal dalam bentuk feses, yang pada kahirnya
diekresikan tubuh melalui anus.

4. Klasifikasi Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrusi


Menurut Paryono, et. al., (2022 : 122-124), Gangguan pada
kebutuhan nutrisi sebagai berikut :
a. Defisit Nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami
seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau risiko
penurunan berat badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk
kebutuhan metabolisme.
1) Tanda klinis:
a) Berat badan 10-20% dibawah normal.
b) Tinggi badan dibawah ideal.
c) Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran
standar.
d) Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot.
e) Adanya penurunan albumin serum.
f) Adanya penurunan transferrin.
2) Kemungkinan penyebab:
a) Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna
kalori akibat penyakit infeksi atau kanker.
b) Disfagia karena adanya kelainan persarafan.
c) Penurunan absorpsi nutrisi akibat penyakit crohn atau
intoleransi laktosa.
d) Nafsu makan menurun.
b. Kelebihan Nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami
seseorang yang mempunyai risiko peningkatan berat badan akibat
kebutuhan metabolisme secara berlebih.
1) Tanda klinis:
a) Berat badan lebih dari 10% berat ideal.
b) Obesitas (lebih dari 20% berat ideal).
c) Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm
pada Wanita.
d) Adanya jumlah asupan yang berlebihan.
e) Aktivitas menurun.
2) Kemungkinan Penyebab:
a) Perubahan pola makan.
b) Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman.

5
c. Malnutrisi
Malnutrisi lebih diartikan sebagai kondisi kekurangan bahan-
bahan nutrisi esensial pada tingkat seluler sebagai akibat dari faktor
fisiologi, individu, sosial, pendidikan.
d. Obesitas
Obesitas diartikan sebagai peningkatan berat badan diatas
20% dari batas normal.Pasien dengan obesitas mempunyai status
nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolisme karena kelebihan
masukan kalori dan atau penurunan penggunaan kalori (energi).
Artinya, masukan kalori tidak seimbang dengan penggunaannya
yang pada akhirnya berangsur-angsur berakumulasi meningkatkan
berat badan.
e. Diabetes Melitus
Diabetes militus adalah kelainan kronik berupa gangguan
metabolisme karbohidrat karena defisiensi insulisin atau penggunaan
karbohidrat secara berlebihan. Meskipun diabetes militus dapat
disebabkan oleh makanan atau tingkat aktivitas, akan tetapi obesitas
dan perilaku makan yang berlebihan merupakan faktor pendukung
(predisposition) terjadinya diabetes militus.
f. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan
oleh berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti
penyebab dari adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan
gaya hidup yang berlebihan.
g. Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner merupakan gangguan nutrisi yang
sering disebabkan adanya peningkatan kolesterol darah dan
merokok. Saat ini, gangguan ini sering dialami karena adanya
perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, dan lain-lain.
h. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang
disebabkan oleh konsumsi lemak secara berlebihan.
i. Anoreksia Nervosa
Anoreksa nervosa merupakan penurunan berat badan secara
mendadak dan berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi,
pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan.letargi, dan
kelebihan energi.

6
5. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi
Menurut Mardalena (2018: 54-56) Telah diketahui pembahasan bahwa
buruknya nutrisi seseorang dapat bermanifestasi menjadi beragam
gangguan kesehatan.Misalnya kelebihan berat badan, obesitas, atau
sebaliknya berat badan dibawah normal dan kekurangan nutrisi, baik dalam
bentuk kelebihan dan kekurangan gizi.Masalah nutrisi terjadi di berbagai
negara, tidak hanya negara miskin tetapi juga negara makmur, namun
tingkat keparahannya terkait langsung dengan penyebab masalah
tersebut.Beberapa yang termasuk penyebab adalah prefensi pribadi,
kemiskinan, kenaikan harga pangan dan kemudahan akses pada makanan
non-bergizi.
a. Kemiskinan
Kemiskinan dan kurangnya sumber makanan adalan dua penyebab
gizi buruk yang membuat jutaan orang di seluruh dunia mengalami
kekurangan gizi dan penyakit yang mengikutinya.Kriteria untuk
menentukan kekurangan gizi adalah asupan protein dan mikronutrien,
serta vitamin dan mineral yang tidak mencukupi.Masalah gizi buruk
telah menyebabkan jutaan anak meninggal setiap tahun atau menderita
cacat fisik dan mental seumur hidup.
b. Keterbatasan Akses
Nutrisi buruk adalah salah satu dari banyak faktor yang memicu
obesitas masa kecil.Di beberapa negara, akses ke supermarket dan
toko-toko besar dibatasi oleh jarak, status ekonomi dan kurangnya
transportasi.Masyarakat dari banyak komunitas ini, meski tidak dapat
memperoleh makanan bergizi dengan mudah, tetap memiliki komposisi
gizi yang rendah sehingga mempengaruhi kebutuhan gizi harian orang
dewasa dan anak-anak.
c. Kekurangan Nutrisi Berkaitan Usia
Penuaan merupakan penyebab tambahan bagi buruknya
nutrisi.Lansia yang tinggal sendiri mereka yang mobilitasnya rendah
mungkin mengalami kesulitan berbelanja dan menyiapkan makanan.
Sebagai bagian alami dari proses penuaan, perubahan yang terjadi
pada indera penciuman dan indera perasa bisa menyebabkan
penurunan nafsu makan, hal ini memicu kekurangan gizi.
Kesulitan Ekonomi juga berkontribusi terhadap status gizi buruk
banyak lansia, karena membuat pilihan makanan mereka menjadi
terbatas.Perubahan fisiologis dan penyakit mengakibatkan penurunan
tingkat metabolisme dan berkurangnya nafsu makan.

7
d. Masalah Lingkungan dan Sosial
Kaum remaja umumnya mengalami nutris buruk akibat pilihan
makanan yang tidak tepat dan memadai.Pengaruh teman, akses
mudah dengan makanan cepat saji, perilaku akdiktif, atau dibesarkan
oleh orang tua yang kurang memiliki pengetahuan tentang nutrisi yang
tepat dapat menyebabkan mereka tumbuh dengan pola makan buruk.
Para remaja ini pada akhirnya terbiasa mengonsumsi makanan bergizi
rendah, serta tak cukup makan buah, sayuran, dan produk susu.
Mereka juga terbiasa melewatkan jam makan dan memilih untuk makan
makanan cepat saji daripada makanan sehat. Jenis perilaku makan ini
tidak hanya buruk, namun juga memicu masalah kesehatan terkait gizi,
seperti obesitas.
e. Obat- obatan
Beberapa jenis obat dapat mempengaruhi nafsu makan dan
mengganggu penyerapan nutrisi serta metabolisme.Orang yang
menggunakan obat-obatan jenis ini dalam jangka waktu lama mungkin
menderita kekurangan gizi. Sehingga contoh, pil KB mungkin dapat
mengurangi metabolisme nutrisi, sehingga menurunkan kadar vitamin
B6 dan folat.
Kelebihan suplemen nutrisi juga dapat menghambat penyerapan
nutrisi.Contohnya, beberapa jenis obat antikonvulsan dapat
menyebabkan hati mengeluarkan sejumlah vitamin D
tambahansehingga penyerapan kalsium menjadi terganggu.Demikian
pula dengan konsumsi mineral seng (Zinc), tembaga atau zat besi
berlebih bisa menggangu penyerapan.
f. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan tinggi dapat
mempengaruhi pola konsumsi makanan.Hal tersebut dapat di
sebabkan oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan
dalam memahami kebutuhan gizi.
g. Prasangka dan Pantangan
Prasangka buruk yang terjadi terhadap jenis makanan bergizi tinggi
dapat mempengaruhi status gizi seseorang di beberapa daerah, tempe
yang merupakan sumber protein yang paling murah, tidak di jadikan
bahan makanan yang layak untuk dimakan karena masyarakat
menganggap mengonsumsi makanan tersebut dapat merendahkan
derajat mereka.
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap
makanan tertentu juga dapat mempengaruhi status gizi.Misalnya, di
beberapa daerah terdapat pantangan sosial untuk makan pisang dan

8
pepaya bagi gadis pemaja padahal makanan tersebut merupakan
sumber vitamin yang sangat baik. Di tempat lain, ada juga larangan
makan ikan bagi anak-anak karena ikan di anggap dapat menyebabkan
cacingan padahal ikan merupakan sumber protein yang sangat baik
bagi anak-anak.

6. Penatalaksanaan Masalah Nutrisi


Penatalaksanaan nutrisi menurut kozier.,et al, (2011:748) yaitu :
a. Nutrisi Enteral
Metode pemberian makanan alternative untuk memastikan
kecukupan nutrisi meliputi metode enternal total (TEN) diberikan apabila
klien tidak mampu menelan makanan atau mengalami gangguan pada
saluran pencernaan atas dan transport makanan ke usus halus
terganggu. Pemberian makanan lewat enteral diberikan menggunakan
selang nasogastrik dan selang pemberian makan berukuran kecil atau
melalui selang gastrotomi atau yeyunostomi.
b. Nutrisi Perenteral
Nutrisi perenteral (PN), juga disebut sebagai nutrisi perenteral total
(TPN) atau hiperalimentasi intavena (IVH), diberikan jika saluran
gastrointestinal tidak berfungsi karena terdapat gangguan dalam
kontinuitas fungsinya atau karena kemampuan penyerapannya
terganggu. Nutrisi parenteral diberikan secara intravena seperti melalui
kateter vena sentral ke vena kava superior. Makanan parenteral adalah
larutan dekstrosa, air, lemak, protein, elektrolit, vitamin dan unsur renik,
semuanya ini memberikan kalori yang dibutuhkan. Karena larutan PTN
bersifat hipertonik larutan hanya dimasukan ke vena sentral yang
beraliran tinggi, tempat larutan dilarutkan oleh darah klien.

7. Pengkajian Fungsional Pemenuhan kebutuhan nutrisi


a. Pengukuran antropometri (antropometric measuremenst)
1) Berat badan ideal : (TB - 100) ± 10%
2) Lingkar pergelangan tangan
3) Lingkar lengan Atas (MAC) :
(Nilai normal)
Wanita : 28,5 cm
Pria. : 28,3 cm
4) Lipatan kulit pada otot trisep (TSF) :
(Nilai normal)
Wanita : 16,5 - 18 cm
Pria. : 12,5 - 16,5 cm

9
b. Pemeriksaan Biokimia ( Biochemical Data )
Pengkajian nutrisi klien ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium.
Klien diperiksa darah dan urinenya meliputi pemeriksaan :
1. Hemoglobin
( nilai normal )
pria.: 13-16 gr/dl.
wanita : 12-14 gr/dl.
2. Hematokrit
(nilai normal)
Pria : 40-48%
wanita : 37-43%.
3. Albumin ( Nilai normal 4-5,5 mg/100 ml )
4. Zat Besi
5. Kadar Limfosit
6. Transferin (nilai normal 170-25 mg/100ml)
7. Kreatinin
(Nilai normal)
Pria : 0,6-1,3 mg/100ml
Wanita : 0,5-1,0 mg/100ml
8. Kesiambangan Nitrogen
Hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukan risiko status
nutrisi buruk meliputi penurunan hemoglobin dan hematokrit,
penurunan limfosit , penurunan albumin, dan peningktan atau
penurunan kadar kolesterol.

c. Pemeriksaan fisik ( Clinical sign of nutritional status )


Prinsip pemeriksaan ini adalah head to toe yaitu dari kepala sampai
ke kaki. Selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap tanda-tanda atau
gejala klinis difisiensi nutrisi. Tanda dan gejala klinis defisiensi nutrisi,
adalah sebagai berikut :
Bagian Tanda Klinis Kemungkinan
Tubuh Kekurangan
Tanda umum Penurunan berat badan, Kalori, cairan, dan
lemah, lesu, rasa haus, Vitamin A.
adanya dehidrasi,
pertumbuhan terlambat.

Rambut Kusut, kekuningan, Protein


kekurangan pigmen.

10
Kulit Adanya radang pada kulit atau Niasin, riboflavin, dan
dermatitis, pada bayi terjadi biotin, lemak, asam
dermatosis,eksema. asetat, pirodoksin.
Mata Adanya fotofobia atau Riboflavin, vitamin A.
pandangan ganda, rabun
senja.
Mulut Stomatitis, glitosis Riboflavin, niasin,
aam volik,
sianokobalamin(
vitamin B12), dan zat
besi.
Gigi Karies gigi Fluodira
Sisten Kejang, Lemah otot. Vitamin D, Potasium.
Neuromuskular
Tulang Adanya riketsia Vitamin D
Sistem Anoreksia, mual, dan muntah Tiamin, Garam dapur
Gastrointestinal
Sistem Endokrin Terjadi gondok Lodium
Sistem Adanya perdarahan, penyakit Vitamin K, Tiamin,
kardiovaskular jantung, anemia piridoksina, dan zat
besi.
Sistem saraf Kelainan mental, kelainan Sianokobalamin.
saraf perifer.

d. Diet (dietary)
1) Riwayat diet
a) Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makanan
b) Apakah ada Diet yang dilakukan secara khusus?
c) Apakah ada penurunan dan peningkatan berat badan dan
berapa lama periode waktunya ?
d) Apakah ada status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet
seperti luka bakar dan demam?
e) Apakah ada toleransi makan atau minum tertentu ?
2) Faktor yang mempengaruhi Diet
a) Status kesehatan
b) Kultur dan kepercayaan
c) Status sosial ekonomi
d) Faktor psikologis.
e) Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet

11
8. Asuhan keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan (SDKI): Defisit Nutrisi
1) Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017: 56), SDKI yang dapat
digunakan yaitu: Defisit Nutrisi
a) Definisi: Asupan nurisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme
b) Penyebab
(1) Ketidakmampuan menelan makanan
(2) Ketidakmampuan mencerna makanan
(3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
(4) Peningkatan kebutuhan metabolism
(5) Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi)
(6) Faktor psikologis (mis. Stress,keengganan untuk makan)
c) Gejala dan tanda mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
(1) Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal
d) Gejala dan tanda minor
Subjektif
(1) Cepat kenyang setelah makan
(2) Kram/nyeri abdomen
(3) Nafsu makan menurun
Objektif
(1) Bising usus hiperaktif
(2) Otot pengunnyah lemah
(3) Otot menelan lemah
(4) Membran mukosa pucat
(5) Sariawan
(6) Serum albumin turun
(7) Ranbut rontok berlebihan
(8) Diare
e) Kondisi klinis terkait
(1) Stroke
(2) Parkinson
(3) Mobius syndrome
(4) Carebral palsy
(5) Cleft lip
(6) Cleft palate
(7) Amyotropic lateral sclerosis

12
(8) Kerusakan neomuskular
(9) Luka bakar
(10) Kanker
(11) Infeksi
(12) AIDS
(13) Penyakit Crohn’s
(14) Enterokolitis
(15) Fibrosis Kistik
2) Menurut Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019: 121), SLKI yang dapat
digunakan yaitu:
SLKI: Status nutrisi
Definisi: Keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme
Tujuan: Pasien mampu mencapai status nutrisi secara adekuat
setelah dilakukan tindakan sampai tanggal ........., dengan
Kriteria hasil:
No Indikator 1 2 3 4 5
1 Nafsu makan
2 Frekuensi makan
3 Berat badan
4 Porsi makan yang dihabiskan
5 Verbalisasi keinginan untuk
meningkatkan nutrisi

Keterangan skala:
Indikator no 1-3 Indikator no 4-5
1= memburuk 1= menurun
2= cukup memburuk 2= cukup menurun
3= sedang 3= sedang
4= cukup membaik 4= cukup meningkat
5= membaik 5= meningkat

3) Menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018: 200, 358), intervensi
yang dapat digunakan yaitu:
a) SIKI pertama: Manajemen Nutrisi
Definisi: Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang
seimbang
Tindakan:
Observasi
1) Identifikasi status nutrisi

13
2) Identifikasi makanan yang disukai
3) Identifikasi berat badan
4) Monitor asupan makanan
Terapeutik
1) Sajikan makan yang menarik dan suhu yang sesuai
2) Berikan makanan timggi serat untuk mencegah konstipasi
3) Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi
1) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2) Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (miss.
Pereda nyeri, antlemetik), jika perlu
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
b) SIKI kedua: Promosi Berat Badan
Definisi: Memfasilitasi peningkatan berat badan
Tindakan:
Observasi
1) Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
2) Monitor berat badan
3) Monitor albumin, limfosit, eliktrolit, dan serum
4) Monitor kalori jumlah yang dikonsumsi sehari-hari
Terapeutik
1) Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan, jika
perlu
2) Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien (mis.
makanan dengan tekstur halus, makanan yang diblender,
makanan cair yang diberikan melalui NGT atau
gastrostomy, total perenteralmnutrion sesuai indikasi)
3) Berikan pujian pada pasien/keluarga untuk peningkatan
yang dicapai
Edukasi
1) Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap
terjangkau
2) Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan

14
b. Diagnosa keperawatan
Menurut Herdman dan Kamitsuru (2018: 170), NANDA-I yang
dapat ditegakkan yaitu:
NANDA : Gangguan menelan
1) Definisi : Fungsi abnormal mekanisme menelan yang dikaitkan
dengan defisit struktur atau fungsi oral, faring, atau esofagus.
2) Batasan karakteristik
(a) Abnormalitas pada fase oral pada pemeriksaan menelan
(b) Tersedak sebelum menelan.
(c) Batuk sebelum menelan.
(d) Ngiler.
(e) Makanan jatuh dari mulut.
(f) Makanan terdorong keluar dari mulut.
(g) Muntah sebelum menelan.
(h) Ketidakmampuan membersihkan rongga mulut
(i) Bibir tidak menutup rapat.
(j) Mengatup puting susu tidak efisien.
(k) Mengisap puting susu tidak efisien.
(l) Mengunyah tidak efisien.
(m) Refluks nasal.
(n) Piece deglutition.
(o) Makanan terkumpul di sulkus lateral.
(p) Bolus masuk terlalu cepat.
(q) Pembentukan bolus terlalu lambat.
(r) Waktu makan lama dengan konsumsi yang tidak adekuat.
(s) Kerja lidah tidak efektif pada pembentukan bolus.
3) Faktor yang berhubungan
(1) Gangguan perilaku mencederai-diri.
(2) Masalah perilaku makanan.

Menurut Moorhead, et. al., (2013: 544), NOC (Nursing


Outcomes Classification) yang dapat ditegakkan yaitu:
NOC : Status menelan: fase oral
1. Definisi : Persiapan isi dan pergerakan posterior cairan dan
makanan padat di mulut.
2. Tujuan : Pasien mampu menunjukan status menelan: fase oral
yang adekuat pada tanggal.......dengan indikator:
No Indikator 1 2 3 4 5
1 Mempertahankan makanan
di mulut

15
2 Menangani sekresi mulut
3 Rata rata konsumsi makanan
4 Kemampuan mengunyah
5 Menutup bibir
Keterangan :
(1) Sangat terganggu.
(2) Banyak terganggu.
(3) Cukup terganggu.
(4) Sedikit terganggu.
(5) Tidak terganggu.

Menurut Bulechek, et. al., (2013:441 dan 443), NIC (Nursing


Interventions Classification) yang dapat ditegakkan yaitu:
NIC I : Terapi Menelan
a) Definisi : Menfasilitasi menelan dan mencegah komplikasi dari
gangguan menelan.
b) Aktivitas:
(1) Monitor menutupnya bibir selama makan, minum, dan menelan.
(2) Monitor tanda-tanda kelelahan selama makan, minum, dan
menelan.
(3) Monitor pergerakan lidah pasien selama makan.
(4) Bantu pasien untuk menempatkan makanan ke mulut bagian
belakang dan di bagian yang tidak sakit.
(5) Bantu untuk menjaga intake cairan dan kalori yang adekuat.
(6) Ajari pasien untuk mengucapkan kata “ash” untuk
meningkatkan elevasi langit-langit halus, jika memungkinkan.
(7) Bantu pasien menyingkirkan sisa makanan yang ada di bibir
dan dagu, jika pasien tidak mampu menjulurkan lidahnya.
(8) Instruksikan keluarga/pemberi perawatan bagaimana cara
memposisikan, memberi makan dan memonitor pasien.
(9) Konsultasikan dengan terapis dan atu dokter untuk
meningkatkan konsistensi makanan pasiensecara bertahap.
(10) Kolaborasikan dengan anggota tim kesehatan yang lain
(misalnya, terapis okupasional, ahli patologi wicara, ahli diet).

NIC II : Terapi Nutrisi


a) Definisi: Pemberian makanan dan cairan untuk membantu
proses metabolik pada pasien malnutrisi (pasien) yang
beresiko tinggi mengalami malnutrisi.

16
b) Aktivitas :
(2) Monitor intake makanan/cairan dan hitung masukan kalori
perhari, sesuai kebutuhan.
(3) Monitor instruksi diet yang sesuai untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien perhari, sesuai kebutuhan.
(4) Bantu pasien untuk memilih makanan yang lunak, lembut dan
tidak mengandung asam sesuai kebutuhan.
(5) Ciptakan lingkungan yang membuat suasana menyenangkan
dan menenangkan.
(6) Bantu pasien duduk sebelum makan atau minum.
(7) Motivasi pasien untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi
kalsium, sesuai kebutuhan.
(8) Dorong pasien untuk memilih makanan setengah lunak, jika
pasien mengalami kesulitan menelan karena menurunnya
jumlah sativa.
(9) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai diet yang dianjurkan.
(10) Berikan perawatan mulut sebelum makan atau minum.
(11) Kaji kebutuhan nutrisi parenteral.

B. Konsep Dasar Sepsis Neonatorum


1. Definisi
Menurut Surasmi et al (2017), sepsis neonatorum adalah infeksi berat
yang diderita neonatus dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri
dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung
cepat sehingga sering kali tidak terpantau, tanpa pengobatan yang
memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48 jam.
Angka kejadian sepsis neonatorum masih cukup tinggi dan merupa-
kan penyebab kematian utama pada neonatus. Hal ini karena neonatus
rentan terhadap infeksi. Kerentanan neonatus terhadap infeksi
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kulit dan selaput lendir yang
tipis dan mudah rusak, kemampuan fagositosis dan leukosit imunitas
masih rendah. Imunoglobulin yang kurang efisien dan luka umbilikus
yang belum sembuh. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) kondisinya
lebih berat, sehingga sepsis lebih sering ditemukan pada BBLR. Selain
itu, infeksi lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit, ini
dapat terjadi karena bayi terpajan pada kuman yang berasal dari orang
lain karena bayi tidak memiliki imunitas terhadap kuman tersebut.
Tindakan invasif yang dialami neonatus juga meningkatkan risiko
terjadinya sepsis, karena tindakan invasif meningkatkan risiko terjadinya
infeksi nosokomial.

17
2. Patofisiologi
Mikroorgansme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neo-
natus melalui beberapa cara, yaitu:
a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal
kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk ke
dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab
infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta, antara lain
virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, paro-
titis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sifilis, dan
toksoplasma.
b. Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan
terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik men-
capai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amnionitis dan korio- nitis,
selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ke tubuh bayi. Cara lain,
yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat
terinhalasi oleh bayi dan masuk ke traktus digestivus dan traktus
respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut.
Selain melalui cara tersebut di atas infeksi pada janin dapat terjadi
melalui kulit bayi atau port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir
yang terkontaminasi oleh kuman (mis. herpes genitalis, candida
albican, dann gonorrea).
c. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi
sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari
lingkungan di luar rahim (mis. melalui alat-alat pengisap lendir, selang
endotrakea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot).
Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat
menyebaban terjadinya infeksi nosokomial. Infeksi juga dapat ter- jadi
melalui luka umbilicus.

3. Faktor Predisposisi
Menurut Surasmi et al (2017), terdapat berbagai faktor predisposisi
terjadinya sepsis, baik dari ibu maupun bayi sehingga dapat dilakukan
tindakan antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya sepsis. Faktor
predisposisi tersebut ialah :
a. Penyakit infeksi yang diderita ibu selama kehamilan
b. Perawatan antenatal yang tidak memadai.
c. Ibu menderita eklampsia, diabetes melitus.
d. Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus
dengan tindakan.
e. Kelahiran kurang bulan, BBLR, cacat bawaan.

18
f. Adanya trauma lahir, asfiksia neonatus, tindakan invansif pada
neonatus.
g. Tidak menerapkan rawat gabung.
h. Sarana perawatan yang tidak baik, bangsal yang penuh sesak.
i. Ketuban pecah dini, amnion hijau kental dan berbau
j. Pemberian minum menggunakan botol dan pemberian minum buatan.
4. Tanda dan Gejala
Menurut Aryunani et. al (2022), gejala sepsis pada bayi cenderung
tidak spesifik. Hal ini menyebabkan bayi yang terkena sepsis sering
dikira mengalami gangguan lain, seperti pneumonia atau perdarahan
otak.

Ketika terkena sepsis neonatorum, bayi dapat mengalami beberapa


tanda dan gejala berikut ini:

a. Suhu tubuh menurun atau meningkat (demam)


b. Bayi tampak kuning
c. Muntah-muntah
d. Lemas dan kurang responsive
e. Kurang mau menyusui
f. Diare
g. Perut membengkak
h. Detak jantung menjadi cepat atau lambat
i. Kejang-kejang
j. Kulit pucat atau sianosis
k. Sesak napas
l. Gula darah rendah

5. Manifestasi Klinis
Menurut Surasmi et al (2017), tanda dan gejala sepsis neonatorum
umumnya tidak jelas dan tidak spesifik serta dapat mengenai beberapa
sistem organ. Berikut ini adalah tanda dan gejala yang dapat ditemukan
pada neonatus yang menderita sepsis. Tanda dan gejala umum meliputi
hipertermia atau hipotermi atau bahkan normal, aktivitas lemah atau
tidak ada dan tampak sakit, berat badan menurun tiba-tiba. Tanda dan
gejala pada saluran pernapasan meliputi dispnea, takipnea, apnea,
tampak tarikan otot pernapasan, merintih, mengorok dan pernapadan
cuping hidung. Tanda dan gejala pada sistem kardiovaskuler meliputi
hipotensi, kulit lembab, pucat dan sianosis. Tanda dan gejala pada
saluran cerna mencakup distensi abdomen, malas atua tidak mau
minum, muntah, diare. Tanda dan gejala pada sistem saraf pusat
meliputi refleks Moro abnormal, iritabilitas, kejang, hiporefleksi, fontanel

19
anterior menonjol, pernapasan tidak teratur. Tanda dan gejala
hematologi mencakup tampak pucat, ikterus, ptekie, purpura,
perdarahan, splenomegali.
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan untuk menunjang
penetapan diagnosis. Selain itu, hasil pemeriksaan tes resistensi dapat
digunakan untuk menentukan pilihan antibiotik yang tepat. Pada hasil
pemeriksaan darah tepi, umumnya ditentukan anemia laju endap darah
mikto tinggi dan trombositopenia. Hasil biakan darah tidak selalu positif
walaupun secara klinis tanda sepsis sudah jelas. Biakan perlu dilakukan
terhadap darah, cairan serebrospinal, usapan umbilikus, lubang hidung,
lesi, pus dari konjungtiva, cairan drainase atau hasil isapan lambung.
Hasil biakan darah memberi kepastian adanya sepsis, setelah dua atau
tiga kali biakan memberikan hasil positif dengan kuman yang sama.
Bahan biakan darah sebaiknya diambil sebelum bayi diberi terapi
antibiotika. Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan antara lain
pemeriksaan protein reaktif C, IgM dan IgA, pewarnaan Gram. Selain
pemeriksaan lain yang sudah disebutkan, seorang dokter mungkin akan
merekomendasikan pemeriksaan lain yang diperlukan sesuai kondisi
bayi.

6. Pencegahan dan Pengobatan


Menurut Surasmi et al (2017), sepsis neonatorum adalah penyebab
kematian utama pada neonatus. Tanpa pengobatan yang memadai,
gangguan ini dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Oleh
karena itu, tindakan pencegahan mempunyai arti penting karena dapat
mencegah terjadinya kesakitan dan kematian. Tindakan pencegahan
yang dapat dilakukan adalah :
a. Pada masa antenatal.
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara
berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang
diderita ibu, asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap
keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin, rujukan ke
tempat pelayanan yang memadai bila diperlukan.
b. Pada saat persalinan.
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik, dalam arti
persalinan diperlakukan sebagai tindakan operasi. Tindakan
intervensi pada ibu dan bayi seminimal mungkin dilakukan (bila
benar-benar diperlukan). Mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik
selama proses persalinan, melakukan rujukan secepatnya bila
diperlukan dan menghindari perlukaan kulit dan selaput lendir.

20
c. Sesudah persalinan.
Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi
normal, pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan
peralatan tetap bersih, setiap bayi menggunakan peralatan sendiri.
Perawatan luka umbilikus secara steril. Tindakan invansif harus
dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip aseptik. Menghindari
perlukaan selaput lendir dan kulit, mencuci tangan dengan
menggunakan larutan desinfektan sebelum dan sesudah memegang
setiap bayi. Pemantauan keadaan bayi secara teliti disertai
pendokumentasian data-data yang benar dan baik. Semua personel
yang menangani atau bertugas di kamar bayi harus sehat. Bayi yang
berpenyakit menular harus diisolasi. Pemberian antibiotik secara
rasional, sedapat mungking melalui pemantauan mikrobiologi dan tes
resistensi.

21
DAFTAR PUSTAKA

Kumalasari Intan. 2015. Panduan Praktik Laboratorium dan Klinik Perawatan


Antenatal, Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir, dan Kontrasepsi. Salemba
Medika, Jakarta.

Marliandiani Yefi dan Nyna Pupita Ningrum. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
pada Masa Nifas dan Menyusui. Salemba Medika, Jakarta.

Surasmi, A., Handayani, S., & Kusuma, H. N. (2017). Bayi Resiko Tinggi (1st ed., p.
28). EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Jakarta.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Jakarta.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Jakarta.

Wardiyah Aryanti dan Rilyani. 2016. Sistem Reproduksi. Salemba Medika, Jakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai