Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah mata kulia
"Kaana Wa Akhwatuha". Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya
ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari
berbagai pihak.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Dan untuk kedepannya dapat memperbaiki
bentuk atau menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya, saya yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karna itu saya mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Karang Anyar,15 September 2023

Penulis

Tim Pembuat

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan Makalah............................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kaana........................................................................... 2
B. Kaana Dan Saudara-Sauaranya...................................................... 2
C. Macam-Macam Kaana Dan Sudaranya......................................... 3

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................... 5
B. Saran ............................................................................................. 5

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 6

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ilmu nahwu merupakan salah satu ilmu alat yang bisa memahamkan kita
dalam berbahasa arab serta memahami al-Quran dan Hadits yang menjadi
pedoman umat islam di dunia. Serta dapat memahamkan kita dalam mengkaji
kitab-kitab karangan para ulama pada zaman dahulu maupun sekarang. Ilmu
nahwu dan shorof kalau kita ibaratkan bagaikan perahu dan dayung yang kita
gunakan untuk menuju ke sebuah pulau yang indah. Tanpa dayung dan perahu
tersebut kita tidak akan dapat menuju ke sebuah pulau tersebut, sama halnya
apabila kita tidak tahu tentang ilmu alat ( nahwu dan shorof ) kita tidak akan bisa
memahami al-Quran dan Hadits secara baik dan benar. Maka dari itu ilmu alat
mempunyai peran yang sangat penting sekali bagi kita semua sebagai media untuk
memahamkan kita mempelajari konteks arab. Dalam makalah ini akan dijelaskan
sebagian kecil dari ilmu nahwu, yaitu tentang Kaana dan Saudara-saudaranya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Kaana dan Akhwatnya?
2. Bagaimana penggunaan Kaana dan Saudara-saudaranya
3. Bagaimanakah pengertian Kaana Taam dan Kaana Naqhis?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
penggunaan Kana dan Saudara-saudaranya yang baik dan benar sesuai kaidah
bahasa Arab.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kaana
Kaana dan Saudaranya berfungsi merafa’kan mubtada yang sekaligus
sebagai isim kaana dan menashabkan khabar yang sekaligus menjadi khabar
kaana.

Contoh : ‫( َك اَن ُم َّح َّم ٌد َج ا ِلًسا‬Muhammad duduk)

B. Kaana Dan Saudara-Saudaranya


Adapun kaana dan saudara-saudaranya berfungsi merafa’kan isimnya dan
menashabkan khabarnya, yaitu : ‫( َك اَن‬adalah/keadaan), ‫( َاْمَس‬Waktu sore), ‫َاْص َبَح‬
(waktu pagi), ‫( َاْض َح ى‬waktu dhuha), ‫( َظَّل‬waktu siang hari), ‫( َباَت‬waktu malam hari),
‫( َص ار‬menjadikan), ‫( َلْيَس‬meniadakan) ‫( َو َم ازَاَل َو َم ا ْنَفَك َو َم ا َفِتَئ َو َم ا َبِر َح‬tidak terputus-
putus), ‫( َم اَداَم‬tetap dan terus menerus), dan lafazh-lafazh yang bisa di tashrif
darinya, misalnya: ‫ َو َاْص ِبْح َك اَن َو َيكُو ُن َو ُك ْن َو َاْص َبَح ُيْص ِبُح‬contoh: ‫( كَاَن َزْيُد َقا ِئًم ا‬adalah Zaid
berdiri) dan ‫( َلْيَس َع ْم ٌر َو َش اِخ ًصا‬tiadalah Amr menampakan diri).

Adapun saudara-saudara Kaana antara lain :


Menggambarkan hal yang diberitakan itu terjadi pada siang hari. Siang hari zaid
puasa ‫ َزْيٌد َص اِئًم ا َظَّل‬Menggambarkan hal yang diberitakan itu terjadi pada malam
hari. Malam hari zaid sahur ‫ َباَت َزْيٌد َس اِهًرا‬Menggambarkan hal yang diberitakan itu
terjadi pada waktu dhuha. Waktu dhuha zaid pergi ‫ َاْض َح ى َزْيٌد َذ اِهًبا‬Menggambarkan
hal yang diberitakan itu terjadi pada waktu subuh.
Waktu shubuh dingin sekali . ‫َاْص َبَح ْالَبْر ُد َش ِد ْيًدا‬
Menggambarkan hal yang diberitakan itu terjadi pada sore hari. Sore hari zaid
pulang ‫ َاْمَس ى َزْيٌد َر اِج ًعا‬Menggambarkan hal yang diberitakan itu terjadi pada siang
hari.
Zaid menjadi orang yang alim ‫َص اَر َزْيٌد َع ِالًم ا‬
Bermakna bukan atau tidak Zaid bukan dokter ‫َلْيَس َزْيٌد َطِبْيًبا‬
Bermakna senantiasa atau masih Zaid masih berdiri ‫َم اَز اَل َزْيٌد َقاِئًم ا‬

2
Bermakna senantiasa atau masih Zaid masih puasa ‫َم اَبِر َح َزْيٌد َص اِئًم ا‬
Bermakna senantiasa atau masih Zaid masih di mesjid ‫َم اَفِتَئ َزْيٌد ِفى ْالَم ْس ِج ِد‬
Bermakna senantiasa atau masih Zaid masih bermuqim ‫َم اَبِر َح َزْيٌد ُم ِقْيًم ا‬
Bermakna tetap dan terus menerus.
Berilah selagi kamu masih tetap memperoleh dirham ‫َاْع ِط َم ا ُد ْم َت ُمِص ْيًبا ِد ْر َهَم ا‬

C. Macam-Macam Kaana dan Saudaranya


Kaana dan saudaranya semuanya adalah kalimah fi’il dan dapat dibedakan
menjadi tiga macam :
1. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi, mudhari, dan amar, yaitu : ‫ َبا‬, ‫ َظَل‬, ‫َص اَر‬
2 ‫ َك اَن‬, ‫ َاْص ًبَح‬,‫ َاْمَس ا‬, ‫َت‬.
2. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi dan mudhari, yaitu : ‫ َو َم ا‬. ‫ َم ا ْنَفَك‬, ‫َم ازَاَل‬
‫ َم ا َبِر َح‬, ‫َفِتَئ‬.
3.Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi saja ‫ َلْيَس‬, dan ‫َو َم اَداَم‬

Kaana apabila mudhari; dan i’robnya jazm maka harf nun-nya boleh di buang.
Contoh : ‫َال َتُك ْن َظا ِلًم ا َال َتُك َظا ِلًم ا‬
Khabar kaana dan saudaranya sering ditambah dengan harf jat ba’ ( ‫) اْلَباُء‬.
Ada lagi fi’il yang fungsinya sama dengan kaana dan saudaranya, antara lain :
a. Fi’il muqarobah, yaitu fi’il yang menunjukan dekat atau hampir terjadinya
khabar, seperti ‫ َك اد‬dan ‫ َاْو َش َك‬Contoh : ‫( َك ا َد الَفْقُر َأْن َيُك ْو َن ُك ْفًرا‬hampir saja kekafiran
merubah kekufuran) ‫( َو َاْو َش ْك َت الَح ْر ُب َأْن َتْنَتهى‬Perang Hampir Selesai)

b. Af’alur raja’, yaitu fi’il yang menunjukkan harapan akan terjadinya khabar,
fi’il ini antara lain: ‫ َع َس‬dan ‫َجَر ى‬
‫( َحَر ى الُمَع ِّلُم َأْن َيْح ُض َر‬mudah-mudahan bapak guru segera datang)

c. Af’ alus syuru’, yatu fi’il yang menunjukkan dimulainya pekerjaan


Contoh: ‫َجَعَل الَتِم ُذ َيْك َتَب الَد ْر َس‬
(Pelajar itu mulai menulis pelajaran)
‫( َاَخ َذ ُمَحَّم ٌد َيْقَر ٌأالُقْر أَن‬Muhammad mulai membaca Al-Qur’an)

3
Kaana dan saudaranya yang mempunyai isim dan khabar seperti pembahasan
tersebut di atas, disebut fi’il naqis. Akan tetapi kaana dan saudaranya kecuali (
‫ َلْيَس‬,‫ َم ا َفِتئ‬. ‫ ) َم ازَاَل‬yang tidak mempunyai isim dan khabar, dan hanya memiliki
fai’l, maka dalam hal ini disebut fi’il tam,
‫( َس َأْد َهُب ِأَلى َح ْيُث َيُك ْو ُن ُذ ْو ِع ْألِم‬saya akan pergi ke mana saja tempat yang ada orang
yang mempunyai ilmu)

4
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kaana dan saudaranya berfungsi merafa’kan mubtada yang sekaligus
sebagai isim kaana dan menashabkan khabar yang sekaligus menjadi khabar
kaana. Kaana dan saudaranya semuanya adalah kalimah fi’il dan dapat dibedakan
menjadi tiga macam :
1. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi, mudhari, dan amar, yaitu : ‫ َبا‬, ‫ َظَل‬, ‫َص اَر‬
‫ َك اَن‬, ‫ َاْص ًبَح‬,‫ َاْمَس ا‬, ‫ َت‬.
2. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi dan mudhari, yaitu : ‫ َو َم ا‬. ‫ َم ا ْنَفَك‬, ‫َم ازَاَل‬
6 ‫ َم ا َبِر َح‬, ‫َفِتَئ‬.
3. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi saja ‫ َلْيَس‬, dan ‫َو َم اَداَم‬
Kaana dan saudaranya yang mempunyai isim dan khabar disebut fi’il naqis. Akan
tetapi kaana dan saudaranya kecuali ( ‫ َلْيَس‬,‫ َم ا َفِتئ‬. ‫ ) َم ازَاَل‬yang tidak mempunyai
isim dan khabar, dan hanya memiliki fai’l, maka dalam hal ini disebut fi’il tam.

B. Saran
Dengan mempelajari pembahasan kaana wa akhowatuhu, semoga kita dapat
mengaplikasikan berbahasa arab yang baik dan benar.

5
DAFTAR PUSTAKA

Sukamto Imanuddin, Akhmad Munawari


Tata Bahasa Arab Sistematis Yogyakarta: Nurma Media Idea, Anwar, Moch
Terjamah Matan Alfiyah

Anda mungkin juga menyukai