Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah mata kulia
"Kaana Wa Akhwatuha". Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya
ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari
berbagai pihak.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Dan untuk kedepannya dapat memperbaiki
bentuk atau menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya, saya yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karna itu saya mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
Tim Pembuat
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan Makalah............................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kaana........................................................................... 2
B. Kaana Dan Saudara-Sauaranya...................................................... 2
C. Macam-Macam Kaana Dan Sudaranya......................................... 3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Kaana dan Akhwatnya?
2. Bagaimana penggunaan Kaana dan Saudara-saudaranya
3. Bagaimanakah pengertian Kaana Taam dan Kaana Naqhis?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kaana
Kaana dan Saudaranya berfungsi merafa’kan mubtada yang sekaligus
sebagai isim kaana dan menashabkan khabar yang sekaligus menjadi khabar
kaana.
2
Bermakna senantiasa atau masih Zaid masih puasa َم اَبِر َح َزْيٌد َص اِئًم ا
Bermakna senantiasa atau masih Zaid masih di mesjid َم اَفِتَئ َزْيٌد ِفى ْالَم ْس ِج ِد
Bermakna senantiasa atau masih Zaid masih bermuqim َم اَبِر َح َزْيٌد ُم ِقْيًم ا
Bermakna tetap dan terus menerus.
Berilah selagi kamu masih tetap memperoleh dirham َاْع ِط َم ا ُد ْم َت ُمِص ْيًبا ِد ْر َهَم ا
Kaana apabila mudhari; dan i’robnya jazm maka harf nun-nya boleh di buang.
Contoh : َال َتُك ْن َظا ِلًم ا َال َتُك َظا ِلًم ا
Khabar kaana dan saudaranya sering ditambah dengan harf jat ba’ ( ) اْلَباُء.
Ada lagi fi’il yang fungsinya sama dengan kaana dan saudaranya, antara lain :
a. Fi’il muqarobah, yaitu fi’il yang menunjukan dekat atau hampir terjadinya
khabar, seperti َك ادdan َاْو َش َكContoh : ( َك ا َد الَفْقُر َأْن َيُك ْو َن ُك ْفًراhampir saja kekafiran
merubah kekufuran) ( َو َاْو َش ْك َت الَح ْر ُب َأْن َتْنَتهىPerang Hampir Selesai)
b. Af’alur raja’, yaitu fi’il yang menunjukkan harapan akan terjadinya khabar,
fi’il ini antara lain: َع َسdan َجَر ى
( َحَر ى الُمَع ِّلُم َأْن َيْح ُض َرmudah-mudahan bapak guru segera datang)
3
Kaana dan saudaranya yang mempunyai isim dan khabar seperti pembahasan
tersebut di atas, disebut fi’il naqis. Akan tetapi kaana dan saudaranya kecuali (
َلْيَس, َم ا َفِتئ. ) َم ازَاَلyang tidak mempunyai isim dan khabar, dan hanya memiliki
fai’l, maka dalam hal ini disebut fi’il tam,
( َس َأْد َهُب ِأَلى َح ْيُث َيُك ْو ُن ُذ ْو ِع ْألِمsaya akan pergi ke mana saja tempat yang ada orang
yang mempunyai ilmu)
4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kaana dan saudaranya berfungsi merafa’kan mubtada yang sekaligus
sebagai isim kaana dan menashabkan khabar yang sekaligus menjadi khabar
kaana. Kaana dan saudaranya semuanya adalah kalimah fi’il dan dapat dibedakan
menjadi tiga macam :
1. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi, mudhari, dan amar, yaitu : َبا, َظَل, َص اَر
َك اَن, َاْص ًبَح, َاْمَس ا, َت.
2. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi dan mudhari, yaitu : َو َم ا. َم ا ْنَفَك, َم ازَاَل
6 َم ا َبِر َح, َفِتَئ.
3. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi saja َلْيَس, dan َو َم اَداَم
Kaana dan saudaranya yang mempunyai isim dan khabar disebut fi’il naqis. Akan
tetapi kaana dan saudaranya kecuali ( َلْيَس, َم ا َفِتئ. ) َم ازَاَلyang tidak mempunyai
isim dan khabar, dan hanya memiliki fai’l, maka dalam hal ini disebut fi’il tam.
B. Saran
Dengan mempelajari pembahasan kaana wa akhowatuhu, semoga kita dapat
mengaplikasikan berbahasa arab yang baik dan benar.
5
DAFTAR PUSTAKA