Puji syukur ke hadirat Tuhaan Yang Maha Esa, yang telah memberikan karunia-Nya
sehingga dengan itu kami dapat menyelesaikan tugas makalah Al-Nahwu yang berjudul اسم
كان و اخواتها
Kami menyadari bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu
kritik dan saran yang membangun dari dosen ataupun kawan-kawan dapat menambah
Muhammad Nur Lukman,M.Pd yang telah membmbing kami dalam belajar dan pembuatan
makalah ini.
Akhir kata, semoga Makalah Bahasa Arab ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Sekian, terimakasih.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………1
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................2
3
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu nahwu merupakan salah satu ilmu alat yang bisa memahamkan kita dalam berbahasa
arab serta memahami al-Quran dan Hadits yang menjadi pedoman umat islam di dunia. Serta
dapat memahamkan kita dalam mengkaji kitab-kitab karangan para ulama pada zaman dahulu
maupun sekarang. Ilmu nahwu dan shorof kalau kita ibaratkan bagaikan perahu dan dayung
yang kita gunakan untuk menuju ke sebuah pulau yang indah. Tanpa dayung dan perahu
tersebut kita tidak akan dapat menuju ke sebuah pulau tersebut, sama halnya apabila kita
tidak tahu tentang ilmu alat ( nahwu dan shorof ) kita tidak akan bisa memahami al-Quran
dan Hadits secara baik dan benar. Maka dari itu ilmu alat mempunyai peran yang sangat
penting sekali bagi kita semua sebagai media untuk memahamkan kita mempelajari konteks
arab. Dalam makalah ini akan dijelaskan sebagian kecil dari ilmu nahwu, yaitu
tentang Kaana dan Saudara-saudaranya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Bagian pertama dari nawasikh ibtida’, ialah kaana dan saudara-saudaranya. Kemudian
perlu diketahui, bahwa mubtada’ itu kadang-kadang dinasakh oleh fi’il kaana, dzonna,
inna, beserta saudaranya masing-masing.
Kaana dan saudara-saudaranya merupakan salah satu dari amil nawasikh. Amil nawasikh
ialah amil baik fi’il maupun huruf yang merusak susunan jumlah ismiyah.
Menurut kesepakatan ahli nahwu kaana dan saudara-saudaranya merupakan fi’il kecuali
lafadz laisa. Kebanyakan ahli nahwu berpendapat bahwa laisa adalah fi’il. Akan tetapi Al
Farisi dan Abu Bakar Ibnu Syukair mengatakan bahwa laisa adalah huruf.[1]
فأما كان و أخواتها فإنها ترفع المبتدأ تشبيها بالفاعل و يسمى إسمها و تنصب الخبر تشبيها بالمفعول و يسمى خبرها
Kaana dan Saudaranya berfungsi merofa’kan mubtada’ karena serupa dengan fa’il.
Mubatada’ itu dinamakan sebagai isimnya, dan menashabkan khabar karena serupa dengan
maf’ul, dan khabar itu dinamakan sebagai khabar kaana.[2] Contoh: ٌد عالًم اi ان زيii“ =كZaid
adalah orang yang berpengetahuan”. Bentuk asalnya ialah: الٌمiiدٌ عii( زيZaid orang yang
berpengetahuan).
َو اْلَخ َبْر اْس َم ًا اْلُم ْبَتَدا َك اَن َتْر َفُع# ُع َم ْر َس ِّيَد ًا َكَك اَن َتْنِص ُبُه
“Kaana merofa’kan pada Mubtada’ sebagai isimnya, dan kepada Khabar yakni
menashabkannya”.[3]
Kaana dan saudaranya semuanya adalah kalimah fi’il dan dapat dibedakan menjadi tiga
macam : [4]
1. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi, mudhari, dan amar, yaitu: َأْمَس, َباَت, َاْص ًبَح, َظل, َص اَر
َك اَن,ى
2. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi dan mudhari, yaitu: َبِر َح َم ا, َفِتَئ َو َم ا, ْنَفَك َم ا, َم ازَاَل
3.Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi saja َلْيَس, dan َو َم اَداَم.
Keterangan :
5
1. ( وُهَو ُيفيُد اَّتصاَف االْس ِم بالخبِر ِفي الماِض ي )كاَن
انii كmemberi makna pensifatan isim انii كdengan khabarnya pada masa lampau yang
Muhammad adalah orang yang bersungguh-sungguh).
Atau bisa jadi pensifatan tersebut masih terus berlangsung (hingga sekarang), contohnya
girman Allah ta'ala: ( َو َك اَن َر ُّبَك َقِد يًرdan Rabbmu Mahakuasa) (al-furqan : 45)
2. ( (َأْمَس ى الَج ُّو َباِردًا) )َأْمَس ى: نحُو، وُهَو يفيُد اِّتصاَف االْس ِم بالخبِر ِفي المساِء
أمسىmemberi makna pensifatan isimnya dengan khabarnya pada waktu sore, contohnya : (
( )َأْمَس ى الَجُّو َباِردًاUdara menjadi dingin pada waktu sore)
3. ( (َأْص َبَح الَجُّو ُم ْك َفِهًّر ا) )َأْص َبَح: نحُو،وُهَو يفيُد اِّتصاَف االْس ِم بالخبِر ِفي الّصباِح
4. ( (َأْض َح ى الَّطاِلُب َنِش يطًا) )َأْض َح ى: نحُو،وُهَو يفيُد اتصاَف االْس ِم بالخبِر ِفي الّض َح ى
َأْض َح ىmemberi makna pensifatan isimnya dengan khabarnya pada waktu dhuha,
contohnya : (( )َأْض َح ى الَّطاِلُب َنِش يطًاpelajar itu menjadi giat pada waktu dhuha)
5. ( {َظَّل َو ْج ُهُه ُم ْس َو دًا} )َظَّل: نحُو، وُهَو يفيُد اتصاَف االْس ِم بالخبِر ِفي جميِع الّنهاِر
6. ( (َباَت ُمَحَّم ٌد َم ْسُرورًا) )َباَت: نحُو، وُهَو الليُل،وُهَو يفيُد اتصاَف االْس ِم بالخبِر ِفي وقِت البياِت
َب اتmemberi makna pensifatan isimnya dengan khabarnya pada waktu malam,
contohnya: ( َباَت ُمَحَّم ٌد َم ْسُرورًاMuhammad bermalam dalam keadaan gembira)
7. ( (َص اَر الِّطيُن ِإْبِر يقًا) )َص اَر: نحُو،وُهَو يفيُد تحُّو َل االْس ِم ِم ن حالِتِه إَلى الحالِة التي يدُّل علْيَها الخبُر
صارmemberi makna perubahan suatu isim dari satu keadaan ke keadaan baru
sebagaimana ditunjukkan oleh khabarnya, contohnya : ( َص اَر الِّطيُن ِإْبِريقًاTanah liat itu berubah
menjadi ceret)
8. ( (َلْيَس ُمَحَّم ٌد َفاِهمًا) )َلْيَس: نحُو، وُهَو يفيُد نْفَي الخبِر عن االْس ِم ِفي وقِت الحاِل
ليسmemberi makna penafian khabar dari isimnya pada saat sekarang, contohnya : َلْيَس
( ُمَحَّم ٌد َفاِهمًاMuhammad tidaklah faham)
6
9-12. وهِذِه األْر َبَع ُة تدُّل َع َلى مالزمِة الخبِر لالْس ِم حسبَم ا يقتضيِه الحاُل،) َم اَز اَل و(َم ا اْنَفَّك ) و(َم ا َفِتَئ ) و(َم ا َبِر َح
َم ا َبِر َح َع ِلٌّي َصِد يقًا ُم ْخ ِلصًا: (َم اَزاَل ِإْبَر اِهيُم ُم ْنِكرًا) ونحُو: نحُو
َم اَز اَل وَم ا اْنَفَّك وَم ا َفِتَئ وَم ا َبِر َحKeempat fi'il ini memberi makna tetapnya pensifatan isim
tersebut dengan khabarnya sesuai yang dituntut olwh keadaannya, contohnya: ( َم اَز اَل ِإْبَر اِهيُم
( )ُم ْنِك رًاibrahim selalu mengingkari) ( َم ا َبِر َح َع ِلٌّي َصِد يقًا ُم ْخ ِلصًاAli selalu berbuat jujur dan ikhlas)
13. ( (ال َأْع ِذ ُل َخ اِلدًا َم ا ُد ْم ُت َح ّيًا) )َم ا َداَم: نحُو،وُهَو يفيُد مالزمَة الخبِر لالْس ِم أيضًا
ا دامii مjuga mengandung makna tetapnya pensifatan isim tersebut dengan khabarnya,
contohnya: ( ال َأْع ِذ ُل َخ اِلدًا َم ا ُد ْم ُت َح ّيًاsaya tidak mencela Khalid selama saya hidup).[5]
َفِتَئ َلْيَس َزاَل َداِئًم ا ُقَفي# َو َم ا ِسَو اُه َناِقٌص َو الَّنْقُص ِفي
“Fi’il yang tam ialah fi’il yang merasa cukup dengan lafadz (fa’il) yang dirofa’kannya
Selain tam disebut fi’il naqish. Dalam lafadz fati’a,laisa,dan zaala, fi’il naqish yang selalu
diberlakukan dalam beramal”
Yang dimaksud dari nadhom di atas ialah bahwa fi’il jenis ini terbagi menjadi dua, yakni
fi’il tam dan fi’il naqish. Tam ialah fi’il yang cukup dengan lafadz (fa’il) yang di rofa’kan.
Sedangkan yang dimaksud dengan Naqish ialah fi’il yang tidak cukup dengan lafadz yang
dirofa’kan, yaitu isimnya; bahkan membutuhkan lafadz yang di nashobkan, yaitu
khobarnya. Kaana dan saudara-saudaranya boleh digunakan dalam keadaan Tam, yakni tidak
membutukhan khobar, contohnya : ( وإن كان ذْو ا ُعْس َرٍةAl-Baqarah : 208).[6]
Semua fi’ilnya kaana boleh digunakan dalam keadaan tam, kecuali lafadz Zaala, Fati-a,
dan Laisa. Sesungguhnya ketiga lafadz ini ditetapkan bagi fi’il naqish (mempunyai isim dan
khabar/tidak digunakan selain dalam keadaan naqish).
Dan lafadz kaana di khususkan boleh menjadi kaana Zaidah, tidak mengandung arti
apapun dengan syarat, hendaknya beserta fi’il madhi berada di tengah-tengah kalam. Contoh :
= َم ا َك اَن أْح َس َن زيًداalangkah tampannya si Zaid, sama dengan َم ا أْح َس َن زيًداyaitu fi’il ta’ajub yang
mengandung makna kagum.
7
Dikhusukan pula boleh membuang kaana berikut isimnya dan membiarkan khabarnya.
Yang demikian itu banyak terjadi sesudah َل ْوdan ِإْنsyarat, seperti sabda nabi saw. اْلَتِم ْس
“ َو َلْو َخ اِتًم ا ِم ْن َحِد ْيٍدcarilah sekalipun cincin dari besi”, bentuk lengkapnya ialah اْلَتِم ْس َو َلْو َك اَن اَّلِذ ي
“ َتْلَتِم ُسُه َخ اِتًم ا ِم ْن َحِد ْيٍدcarilah sekalipun yang di cari itu cincin dari besi”.
Dan di khususkan pula boleh membuang nun mudhori’ yang di jazmkan bila tidak
bertemu huruf yang di sukunkan dan tidak pula dhomir nashob. Contoh:
“ َو َلْم َأُك َبِغ ًّياdan aku bukan –pula- seorang pezina” (Maryam : 20)
“ واَل َتُك ِفْي َض ْيٍقdan janganlah kamu bersempit dada” (An-Nahl : 127)
Keterangan :
Lafadz َلْم َأُكbentuk asalnya ialah َأُك ْو ُن. Kemudian amil yang menjazmkannya membuang
dhommah yang berada diatas huruf nun sehingga terjadilah pertemuan antara dua huruf yang
disukunkan yaitu, wawu dan nun, lalu huruf wawu dibuang untuk menghindari bertemunya
dua huruf yang disukunkan sehingga jadilah َلْم َأُك ْن, kenudian nun nya pun boleh dibuang
menjadi َلْم َأُك.
Mengenai pengamalan dari fi’il kaana dan saudara-saudaranya terbagi menjadi 2 macam,
yaitu:[7]
1. Bisa beramal tanpa syarat, ialah : َص اَر,َأْمَس ى, َاْص َبَح, اْض َح ى, َباَت, َظَّل, َلْيَس, َك اَن
َاْمَس ى َو َص اَر َلْيَس# َكَك اَن َظَّل َباَت َاْض َح ى َاْص َبَح ا...
a. Didahului dengan lafadz naafi atau syibaih naafi ialah: َز اَل، َبِر َح، َفِتَئ، َاْنَفَك
...َزاَل َباِر َح ا
ِلِش ْبِه َنْفِي َاْو ِلَنْفِي ُم ْثَبَع ْه# َفِتَئ َو اْنَفَك َو َهِذ ى اَأْلْر َبَع ْه
َكَاْع ِط َم ا ُد ْم َت ُمِص ْيًبا ِد ْر َهَم ا# َو ِم ْثُل َك اَن َداَم َم ْس ُبْو ًقا ِبَم ا
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kaana dan saudara-saudaranya merupakan suatu fi’il, dimana ketika ia masuk pada jumlah
ismiyyah akan menyebabkan marfunya mubtada dan disebut sebagai isim kaana, serta
manshubnya khobar yang dinamakan khobar kaana.
2. Kaana dan saudaranya semuanya adalah kalimah fi’il dan dapat dibedakan menjadi tiga
macam :
3. Pengamalan dari fi’il kaana dan saudara-saudaranya terbagi menjadi 2 macam, yaitu:
a. Bisa beramal tanpa syarat, ialah : َك اَن، َلْيَس، َظَّل، َباَت، اْض َح ى، َاْص َبَح، َأْمَس ى، َص اَر
- Didahului dengan lafadz naafi atau syibaih naafi ialah: َز اَل، َبِر َح، َفِتَئ، َاْنَفَك
4. Fi’il kaana terbagi menjadi 2, yaitu : Kaana Tam dan Kaana Naqish.
SOAL LATIHAN
4. Lafadz kaana di khususkan boleh menambah baik secara lafadz dan makna atau secara
lafadz saja dengan syarat ...
9
DAFTAR PUSTAKA
Bakar, Bahrun Abu. 2010. Terjemah Alfiyyah Syarah Ibnu Aqil. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
[1] Bahrun Abu Bakar, Terjemah Alfiyyah Syarah Ibnu Aqil (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2010), hlm. 175
[2] K.H. Moch. Anwar, Ilmu Nahwu Terjemahan Mutammimah Ajurumiyyah (Bandung:Sinar
Baru Algensindo, 2015), hlm. 160
[3] M. Maftuhin Sholeh, Terjemahan Nadzom Imrithi Tata Bahasa Arab/Nahwu (Surabaya:
Putra Jaya) hlm.182
[6] K.H. Moch. Anwar, Ilmu Nahwu Terjemahan Mutammimah Ajurumiyyah (Bandung:Sinar
Baru Algensindo, 2015), hlm. 166-170
kutipanhttps://izzahnaelunnimah.blogspot.com/2018/05/makalah.html?m=1
10
AWAMILUN NAWASIKH
ANGGOTA
1. ARMAWATI : 232711020043
2. NOVITA MITAUL ULUM : 232711020050
3. SITI NURJANAH : 232711020050