Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH UNSUR - UNSUR HADIST

Mata kuliah Studi Hadist


Dosen Pembimbing :

Oleh:

Dela

Dilla Nursepita(12010524293)

Dini Febriani (12010520040)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan karunia-Nya sehinga tim penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Penyusunan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Studi Hadist.
Makalah ini berjudul ”Unsur - Unsur Hadist”. Kami menyadari masih banyak kekurangan yang
terdapat dalam makalah ini. Kami selaku penulis menerima kritik dan saran dari pembaca terutama dosen
mata kuliah.
Kami sangat membutuhkan saran-saran dari pembaca terutama dosen mata kuliah untuk
menjadikan makalah ini lebih baik untuk masa yang akan datang.

Pekanbaru, 28 Oktober 2020

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.............................................................................................................1
Rumusan Masalah........................................................................................................1
Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
Sanad ........................................................................................................................... 2
Matan........................................................................................................................... 3
Mukharrij...................................................................................................................... 3
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.................................................................................................................. 10
Saran............................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA …………………………………............................…………………….. 12

A. Latar Belakang
Hadits adalah pedoman hidup umat Islam setelah Al-Qur’an. Segala sesuatu yang tidak
disebutkan atau dijelaskan dalam Al-Qur’an baik dari segi ketentuan hukumnya, cara
mengamalkannya,dan petunjuk dalilnya, maka semua itu dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW.
Intinya, hadits adalah penjelas dari Al-Qur;an. Al-Qur’an dan hadits adalah dua hal yang tidak dapat
terpisahkan. Oleh karena itu, dapat dipahami betapa pentingnya hadits sebagai petunjuk untuk kehidupan
umat Islam.
Seiring perkembangan zaman, banyak sekali pihak-pihak yang ingin memalsukan hadits. Dengan
cara membuat hadits-hadits palsu. Menimbang betapa pentingnya hadits untuk kehidupan umat islam dan
banyaknya hadits palsu yang sudah beredar,
maka sebagai umat Islam kita harus mengetahui keaslian hadits. Untuk mendeteksi keaslian
hadits, kita harus mempelajari struktur hadits itu sendiri seperti tentang sanad, matan, perawi dan
mukharij hadits.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sanad?

2. Apa yang dimaksud dengan Matan?

3. Apa yang dimaksud dengan Mukharij?

C. Tujuan Pembelajaran

1. Untuk mengetahui mengenai Unsur - Unsur Hadist

2. Mengetahui lebih mendalam mengenai Sanad, Matan, dan Mukharij

1. Sanad

Secara bahasa sanad (‫ )السند‬berarti sandaran. Adapun secara istilah adalah Rangkaian para periwayat
hadits yang menghubungkan sampai kepada redaksi hadits 1 atau bisa juga didefinisikan Para periwayat
hadits yang menukilkan (menyampaikan) hadits kepada kita. 2

1
Mahmud Ahmad Ath-Thahhaan, Taisir Musthalah Al-Hadits, hlm 18
2
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Musthalah Al-Hadits, hlm 36
Menurut As Suyuti dalam bukunya yang berjudul Tadrib ar Rawi bahwa Sanas merupakan “Berita
tentang jalan matan” sedangkan Mahmud at Tahhan, mengemukakan sanad sebagai “Mata rantai para
perawi hadis yang menghubungkan sampai kepada matan hadis.”

Jadi, sederet nama-nama yang mengantarkan sebuah hadits itulah yang dinamakan sanad atau dengan
sebutan lain sanad hadist. Sanad ialah rantai penutur/periwayat hadits. Sanad terdiri atas seluruh
penutur mulai dari orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya hingga mencapai Rasulullah
SAW.

Sebagai contoh : Musaddad mengabari bahwa Yahya sebagaimana diberitakan oleh Syu’bah, dari
Qatadah dari Anas dari Rasulullah SAW beliau bersabda: “Tidak sempurna iman seseorang di antara
kalian sehingga ia cinta untuk saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya sendiri”. (H.R. Bukhari). Maka
sanad hadits bersangkutan adalah Al-Bukhari > Musaddad > Yahya > Syu’bah > Qatadah > Anas > Nabi
Muhammad SAW

Dalam bidang ilmu hadis, sanad itu merupakan salah satu neraca yang menimbang shahih atau dhaifnya
suatu hadis. Jika para pembawa hadis tersebut orang-orang yang cakap dan cukup persyaratan, yakni
adil, taqwa, tidak fasik, menjaga kehormatan diri, dan mempunyai daya ingat yang kuat, sanadnya
bersambung dari satu periwayat kepada periwayat lain sampai kepada sumber berita pertama, maka
hadisnya dinilai shahih.

Dengan sanadlah dapat diketahui mana yang diterima, mana yang ditolak, mana yang sah diamalkan,
mana yang tidak sah. Asy-syafii mengatakan perumpamaan orang yang mencari hadits tanpa sanad sama
dengan orang yang mengumpulkan kayu api dimalam hari yang gelap.

2. Matan

Secara bahasa, matan (‫ )المتن‬berarti tanah yang keras dan tinggi. Sedangkan secara istilah adalah kalimat
setelah berakhirnya sanad suatu hadits. 3 Dalam artian, apabila rantai sanad telah disebutkan maka
setelah itu adalah matannya. Sedangkan menurut ath-Thibi mendefinisikannya dengan “Lafal-lafal
hadits yang didalamnya mengandung makna-makna tertentu.”
Al - Badr bin Jama’ah memberikan batasan pengertian matan yakni (1) Matan adalah redaksi (kalam)
yang berada pada ujung sanad. (2) Matan adalah kata-kata (redaksi) hadits yang dapat dipahami
maknanya. Jadi pada dasarnya sanad itu ialah berupa isi pokok dari sebuah hadist.

Contoh :

3
Mahmud Ahmad Ath-Thahhaan, Taisir Musthalah Al-Hadits, hlm 19.
‫ ع َِن‬،َ‫ ع َْن أَبِي ه َُر ْي َرة‬،‫ ع َْن أَبِي ِه‬،‫ك ْب ِن أَبِي عَا ِم ٍر أَبُو ُسهَي ٍْل‬ِ ِ‫ َح َّدثَنَا نَافِ ُع بْنُ َمال‬:‫ قَا َل‬،‫ َح َّدثَنَا إِ ْس َما ِعي ُل بْنُ َج ْعفَ ٍر‬:‫ال‬
َ َ‫ ق‬،‫يع‬ ِ ِ‫َح َّدثَنَا ُسلَ ْي َمانُ أَبُو ال َّرب‬
ْ ‫ َوإِ َذا‬، َ‫ َوإِ َذا َو َع َد أَ ْخلَف‬،‫ب‬
َ‫اؤتُ ِمنَ خَ ان‬ َ ‫ث َك َذ‬ ٌ َ‫ق ثَال‬
َ ‫ إِ َذا َح َّد‬:‫ث‬ ِ ِ‫ آيَةُ ال ُمنَاف‬:‫ال‬َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬ َ ‫النَّبِ ِّي‬
Telah menceritakan kepada kami Sulaiman Abu ar Rabi’ berkata, telah menceritakan kepada kami
Isma’il bin Ja’far berkata, telah menceritakan kepada kami Nafi’ bin Malik bin Abu ‘Amir Abu Suhail dari
bapaknya dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tanda-tanda
munafik ada tiga; jika berbicara dusta, jika berjanji mengingkari dan jika diberi amanat dia khianat.”
(HR. Bukhari)

Dari contoh di atas dapat di ketahui bahwa matan dari hadist tersebut adalah “Tanda-tanda munafik
ada tiga; jika berbicara dusta, jika berjanji mengingkari dan jika diberi amanat dia khianat.”

3. Mukharrij

Kata Mukharrij merupakan bentuk Isim Fa’il (bentuk pelaku) dari kata takhrij atau istikhraj dan ikhraj
yang dalam bahasa diartikan; menampakkan, mengeluarkan dan menarik. sedangkan menurut istilah
mukharrij ialah orang yang mengeluarkan, menyampaikan atau menuliskan kedalam suatu kitab apa-apa
yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang (gurunya).

Di dalam suatu hadis biasanya disebutkan pada bagian terakhir nama dari orang yang telah
mengeluarkan hadis tersebut. Dengan demikian dapat dipahami bahwa apa yang dimaksud dengan
mukharrij atau mukhrij adalah perawi hadits (rawi), atau orang-orang yang telah berhasil menyusun
kitab berupa kumpulan hadits, seperti al-Bukhari, Muslim, Malik, Ahmad, dsb.

Dalam contoh hadits di atas al-Bukhari adalah seorang mukharrij / mukhrij / rawi bagi sebuah hadits
yang menunjukkan bahwa beliaulah yang telah mengeluarkan hadis tersebut dan termaktub dalam
kitabnya yaitu Shahih Al-Bukhari.

Setiap orang yang bergelut dalam bidang hadits dapat digolongkan menjadi beberapa tingkatan antara
lain sebagai berikut:

1. Al-Talib; adalah orang yang sedang belajar hadits.

2. Al-Muhadditsun; adalah orang yang mendalami dan menganalisis hadits dari segi riwayah dan
dirayah.
3. Al-Hafidz; adalah orang yang hafal minimal 100.000 hadits.

4. Al-Hujjah; adalah orang yang hafal minimal 300.000 hadits.

5. Al-Hakim; adalah orang yang menguasai hal-hal yang berhubungan dengan hadits secara keseluruhan
baik ilmu maupun mushthalahul hadits.

6. Amirul Mu’minin fil hadits; ini adalah tingkatan yang paling tinngi.

Menurut syeikh Fathuddin bin Sayyid al-Naas, al-muhaddits pada zaman sekarang adalah orang yang
bergelut/sibuk mempelajari hadits baik riwayah maupun dirayah, mengkombinasikan perawinya dengan
mempelajari para perawi yang semasa dengan perawi lain sampai mendalam, sehingga ia mampu
mengetahui guru dan gurunya guru perawi sampai seterusnya.
A. Kesimpulan

Secara struktur, hadits terdiri atas tiga komponen, yakni sanad atau isnad (rantai penutur), matan
(redaksi hadits), dan mukharrij (rawi). Sanad ialah rantai penutur/perawi (periwayat) hadits. Matan
adalah redaksi/isi dari hadist. Mukhrij atau mukharrij: orang yang berperan dalam pengumpulan hadits.
DAFTAR PUSTAKA

Solahudin, M. dkk, 2009, Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia

Mudasir, H. dkk, 2008, Ilmu Hadis. Bandung: Pustaka Setia

Munzier Suparta, 2006. Ilmu Hadis. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai